Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 >  PANDANGAN ALKITAB TENTANG PELAYANAN KAUM AWAM > 
KONSEP KAUM AWAM DALAM PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU 

Untuk menghindari timbulnya dikotomi dan mengembangkan suatu teologia kaum awam yang benar, istilah "awam" harus dijabarkan dengan landasan penggunaan istilah yang sesuai dengan maksud Alkitab, istilah "awam" diambil dari kata sifat dalam bahasa Latin laicus yang sama artinya dengan kata sifat dalam bahasa Yunani laikos yang berarti "milik atau kepunyaan bangsa itu." Bentuk kata bendanya adalah Laos, yang menyatakan suatu konsep yang signifikan dalam Alkitab.830 Dalam Septuaginta, kata laos muncul 2000 kali dan dalam Perjanjian Baru 140 kali.831

Dalam beberapa perikop utama Perjanjian Lama (Kel 19:4-7; Ul 4; 7:6-12), kata laos umumnya mengacu pada bangsa Israel. Hal ini "memberi kesan khusus pada suatu bangsa karena asal usulnya dan ketetapan Allah dalam anugerah pemilihanNya. Bangsa Israel memahaminya sebagai 'laos theou' atau umat Allah."832

Secara teologis, hal ini menunjukkan bahwa bangsa Israel sebagai suatu bangsa yang dipisahkan dari bangsa-bangsa lain di dunia karena pilihan Allah atas mereka menjadi umat kepunyaanNya (Ul 7:6). Mereka menerima posisi yang khusus dan istimewa sebagai umat Allah.833 Namun, umat Allah dipilih bukan hanya untuk menerima keistimewaan posisi melainkan juga keistimewaan pelayanan. Bucy lebih jauh menjelaskan: "Bangsa Israel secara keseluruhan adalah 'milik Allah,' yang dipilih bukan untuk keistimewaan semata melainkan untuk keistimewaan pelayanan. Perhatikan juga bahwa hakekat pelayanan ini diwujudkan dalam hubungan secara langsung dengan klaim Allah atas 'seluruh bumi.' Israel dipanggil 'di antara semua bangsa' untuk melayani sebagai suatu 'imamat rajani dan bangsa yang kudus' kepada semua kerajaan dan bangsa di dunia."834 Singkatnya, umat Allah dipanggil untuk memenuhi misi penyelamatan Allah bagi pendamaian di dunia ini.835

Lain halnya dalam Perjanjian Baru. Umat Allah mengacu pada baik bangsa Israel maupun bangsa-bangsa kafir.836 Dalam hal ini, Kraemer menegaskan bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah Yahwe menginginkan Israel menjadi umatNya yang kudus yang sepenuhnya adalah kepunyaan Allah, yang telah memilih mereka. Hal ini berlaku sama terhadap Gereja.837

1 Petrus 2:9 menyatakan bahwa Gereja disebut "bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri." Secara khusus, dalam I Petrus 2:5 Gereja digambarkan sebagai `batu hidup,' untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Gereja terdiri dari orang-orang percaya yang disebut 'imamat.' Kata Yunani untuk imamat ialah hierateuma yang menunjuk pada suatu komunitas orang-orang yang melayani sebagai imam.838 Sebab itu, Gereja merupakan sebuah komunitas imam atau imamat orang percaya yang dibentuk melalui Yesus Kristus, imam besar dari suatu perjanjian yang baru, yaitu yang telah mengorbankan diriNya untuk penebusan dan penyempurnaan orang percaya satu kali untuk selama-lamanya (Ibr 9:15; 10:10,14). Maka, semua orang percaya dapat mempersembahkan korban kepada Allah secara langsung melalui Kristus.

Dalam hal ini, Kung839 menyatakan:

Jika berlaku bahwa semua orang percaya dapat memberikan persembahan melalui Kristus, maka semua orang percaya berfungsi sebagai imam, dalam arti fungsi imam yang benar-benar baru, yang dapat dilakukan melalui Kristus, satu-satunya imam besar dan pengantara. Dengan dihilangkannya suatu golongan imam yang sifatnya istimewa yang diganti dengan suatu imamat dari seorang imam besar yang baru dan kekal, maka konsekuensi yang kedengaran janggal namun logis adalah kenyataan bahwa semua orang percaya termasuk dalam imamat yang universal.840



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA