Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 2 Tahun 1995 > 
TINJAUAN BUKU 
 JUDUL: HERMENEUTIK; BAGAIMANA MENAFSIRKAN FIRMAN TUHAN DENGAN TEPAT

Pengarang: Gordon D. Fee dan Douglas Stuart

Penerbit: Gandum Mas, Malang, 1989

Tebal: 276 hal.

Berangkat dari keyakinan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang dapat berbicara di segala zaman dan bahwa firman Allah itu telah mengambil tempat dalam ruang dan waktu, sosiologi dan budaya tertentu, maka penulis mengajukan sistem penafsiran dua tingkat, eksegesis dan hermeneutik, Eksegesis berarti upaya menemukan arti asli Alkitab yang di kaji dari konteks historis dan sastra. Hermeneutik merupakan upaya menerjemahkan arti itu ke dalam konteks mala kini.

Sistem dua tingkat bermaksud membawa kita mendengar firman yang sama dengan apa yang didengar oleh para pendahulu kita. Di sini saya melihat Kitab Suci sebagai tradisi iman yang tak terputus yang menghubungkan eksistensi kita dengan eksistensi para pendahulu kita, pergumulan kita dengan pergumulan mereka, yang diterangi dengan suatu otoritas yang diyakini berasal dari Allah, yaitu firman-Nya.

Asumsi bahwa firman Allah mengambil tempat dalam ruang dan waktu, keadaan historis sosiologi dan budaya tertentu menghadapkan kita pada kesulitan-kesulitan sosiologis, budaya dan pola pikir, yang nampak dan penggolongan jenis sastra dalam genre yang masing-masing memerlukan penanganan dua tingkat dengan penerapan prinsip yang sama dalam penyesuaian dengan sifat-sifat sastra, sejarah, dan sifat kondisi yang kita alami sekarang ini.

Penanganan dua tingkat menghadapi persoalan yang serius dan tetap aktual: Bagaimana suatu teks betul-betul dihubungkan dengan kondisi kita, karena sering kali kita akan menemukan fakta kemungkinan atau paling mungkin. Ini tentu tak dapat disangkal, bagaimanapun canggihnya suatu metode penafsiran, tetap kita berhadapan dengan suatu misteri akibat jurang-jurang yang memisahkan kita dengan teks Kitab Suci yang sejak awal terkondisi dalam lingkup tertentu. Tapi setidaknya penanganan yang cermat ini lebih mendekati kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tradisi iman.

Surat-surat kiriman menghadapkan kita kepada pergumulan penulis dan jemaat dalam kondisi kebudayaan yang menuntut kita berhati-hati untuk membedakan prinsip maupun hal-hal kasuistik (mis. perempuan harus bertudung, makan daging persembahan berhala dsb.). Kisah Para Rasul menyajikan bagaimana suatu riwayat dalam bentuk historiografi Hellenis yang mengandung unsur informasi, hiburan, ajaran, dan apologetika. Kitab-kitab Injil menyajikan dimensi penulisan menurut para penulisnya yang menyajikan Yesus yang historis dengan minat eksistensial menurut kebutuhan pembacanya. Perumpamaan memberikan warna Kerajaan Allah sebagai tema utamanya, seperti yang berpusat pada pribadi, pelayanan, dan pengajaran Yesus dalam Kitab-kitab Injil. Kitab Taurat dimengerti dalam konteks perjanjian Allah dengan Israel, yang bertujuan membawa Israel kepada hubungan yang suci dan tulus sebagai umat perjanjian dengan Allah. Hukum Taurat mempunyai prinsip moral yang diterapkan secara apodiktis dan juga kasuistis sementara nilai moralnya tetap mutlak. Taurat adalah firman Allah. meskipun seluk beluk konteks perjanjian Israel tidak lagi menuntut kita. Kitab para nabi adalah pemberitaan' berdasarkan Taurat untuk menegaskan betapa seriusnya perjanjian itu bagi Israel. Nubuat terutama harus dimengerti dalam konteks ini, yaitu para nabi menjadi alat pemberitaan yang segar bagi firman Allah yang mengacu kepada Taurat sesuai dengan konteks zamannya. Kitab-kitab Mazmur dan Kebijaksanaan melihat aspek-aspek spiritual dan hubungan pribadi serta sikap-sikap menghadapi kenyataan hidup di hadapan Allah. Kitab Wahyu menyajikan pengharapan dan penghiburan dalam konteks zaman ketika orang-orang percaya mengalami penindasan Romawi di akhir Abad pertama Masehi.

Dalam bab-bab awal penulis mengemukakan keniscayaan penafsiran berdasarkan sifat Alkitab yang menuntut pemahaman serta kebutuhan dan sifat pembaca dalam memahaminya. Alat-alat bantu untuk penafsiran adalah beberapa terjemahan Alkitab, kamus Alkitab, dan tafsiran Alkitab yang baik.

Buku ini ditulis untuk "awam" (istilah saya), supaya awam menemukan kekayaan Alkitab yang melimpah dalam hidup mereka dengan cara memahami Alkitab menurut natur Alkitab. Karena ditulis untuk awam, penulis tidak menyarankan Alkitab dalam bahasa asli. Meskipun demikian, buku ini cukup berat dengan metodenya yang kompleks (kekomplekan itu berdasarkan pada sistem dua tingkat!), menyita waktu dan sukar penerapannya. Kunci menerapkannya adalah ketekunan dan latihan yang intensif sebelum dapat dengan baik memahami Alkitab yang berbicara dari zaman ke zaman. (Rudiyanto)

 JUDUL: UCAPAN YESUS YANG SULIT

Pengarang: F.F. Bruce

Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Malang, 1995

Tebal: xiv + 293 hal.

Berbagai kesalahpahaman terhadap Tuhan Yesus dan ajaranNya seringkali timbul karena kesalahpahaman terhadap perkataanNya. Misalnya, apa arti perkataan: "Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu." Perkataan yang terdapat dalam Luk 14:26 ini telah menimbulkan pergumulan serius bagi sebagian orang Kristen. Apakah benar-benar harus membenci keluarga kalau ingin mengikut Yesus? Apakah Yesus tidak berlebihan dalam menuntut orang yang datang kepadaNya.

Masih ada sejumlah perkataan Yesus dalam Injil yang menimbulkan kesulitan bagi orang Kristen untuk memahaminya. Perkataan seperti: Biarlah orang mati menguburkan orang mati (Luk 9:60), siapapun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga kepadanya pipi kirimu (Mat 5:39). aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Mat 10:34), lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mrk 10:25) menjadi tanda tanya besar bagi orang Kristen ketika membaca Alkitab. Bahkan tidak jarang pihak yang skeptis menjadikan kesulitan itu untuk menunjukkan kelemahan Yesus Kristus atau kekristenan.

Dalam banyak kasus, perbedaan kebudayaan zaman sekarang dengan zaman Yesus, ketidaktahuan kita terhadap latar belakang ucapan itu dan masalah linguistik, menambah sulitnya pemahaman terhadap perkataan Yesus. Untuk menjawab masalah demikian. F.F. Bruce menjelaskan makna tujuh puluh perkataan Yesus yang sulit dipahami. Bukan saja sulit, sejumlah perkataan, itu juga bernada keras (judul asli: The Hard Sayings of Jesus dengan tepat mencerminkan isi buku ini). Kalau begitu, apakah ini berarti ada kontradiksi dalam ajaran Yesus yang paling dasar yaitu kasih, tetapi faktanya Ia mengucapkan kata-kata yang tidak memiliki rasa "kasih"? Bisa jadi ada orang Kristen yang terjebak dalam anggapan demikian karena tidak memahami maksud sebenarnya dari perkataan-perkataan itu.

Perkataan dalam Luk 14:26 harus dimengerti dalam kesejajaran dengan Mrk 10:21. Seperti halnya kekayaan, ikatan keluarga dapat menjadi penghalang antara manusia dengan kerajaan Allah. "Bagi pengikut Tuhan Yesus minat akan Kerajaan Allah haruslah yang maha utama. Segala sesuatu harus menjadi yang nomor dua, termasuk ikatan-ikatan keluarga" (h. 127). Kata "membenci" dalam bahasa aslinya berarti mencintai lebih sedikit. Lebih jelas lagi kalau dibandingkan dengan Mat 10:37, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku."

Sejumlah penafsiran diajukan mengenai perkataan "biarlah orang mati menguburkan orang mati". Ada yang berpendapat bahwa maksud orang yang datang kepada Yesus adalah "biarkan aku tinggal di rumah sampai ayahku meninggal. Kalau aku sudah menguburnya, aku bebas dari kewajiban-kewajiban keluarga dan aku akan datang dan mengikut engkau" (h.179. Pendapat lain mengatakan bahwa ada Salah penerjemahan ucapan Yesus dalam bahasa Aram ke bahasa Gerika. Maksud Yesus sebenarnya adalah "biarlah tukang kubur menguburkan orang mati". Biarlah mereka yang mengurus hal itu karena bagi kamu ada pekerjaan yang lebih penting. Bruce menganggap penafsiran demikian menjadikan perintah Yesus tidak mutlak. Yang paling baik menurutnya adalah biarlah orang mati (secara rohani) menguburkan orang mati (secara jasmani). Orang yang tidak peka terhadap tuntutan kerajaan Allah. biarlah mereka yang mengurus hal-hal rutin seperti penguburan orang mati. Penguburan orang mati sesungguhnya perkara yang sangat penting dan merupakan manifestasi pelaksanaan hukum kelima, namun di mata Yesus, mengikut Dia dan memasyurkan Kerajaan Allah harus menjadi perkara yang lebih penting.

Kalau Yesus mengatakan bahwa Ia datang bukan membawa damai tetapi pedang, apakah ini tidak kontradiktif dengan nyanyian malaikat ketika Yesus lahir. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14). Sudah pasti Yesus tidak mendukung atau menganjurkan pertentangan. Pertentangan timbul akibat kedatangan-Nya bukan tujuan kedatangan-Nya. Ini menjadi kenyataan dalam kehidupan gereja mula-mula. Ketika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menerima Kristus, muncul penentangan dari anggota lainnya. Singkatnya. Tuhan Yesus memperingatkan pengikut-pengikut-Nya bahwa kesetiaan kepada-Nya menuntut harga yang harus dibayar sehingga tidak ada alasan untuk berdalih di kemudian hari.

Bruce menghindari uraian panjang lebar dan eksegesis yang ruwet. Ia menyajikan olahan yang sederhana dan mengena -- namun tetap berbobot akademis -- sehingga orang awam yang berlatar belakang teologi terbatas dan tidak mengerti bahasa asli tetap mudah mencernanya. Karena kehati-hatian ini pula. penjelasan Bruce dalam beberapa bab terkesan tidak memuaskan atau tidak tuntas (bab 6. 10. 67).

Atas dasar alasan yang praktis (h.xi), Bruce tidak membahas ucapan Yesus yang sulit dari Injil Yohanes. Suatu hal yang patut disayangkan sebab buku semacam ini yang membahas ucapan sulit dalam Injil Yohanes apalagi yang berbahasa Indonesia sepengetahuan saya belum ada.

Buku ini patut mendapat apresiasi sebagai karya Bruce yang bermanfaat bagi segala kalangan orang Kristen. Ia menyediakan jawaban bagi pertanyaan yang diajukan orang Kristen ketika membaca Alkitab khususnya Injil Sinoptik. (Chiang-san-wen)



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA