Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 >  GEREJA DAN LEMBAGA PENDAMPING GEREJA > 
LEMBAGA PENDAMPING GEREJA 

Berbicara mengenai Lembaga Pendamping Gereja (LPG), selain nama dari lembaga-lembaga yang ada, harus diketahui terlebih dahulu sebelumnya tentang perbedaan concern pelayanan mereka, yakni ada yang bergerak di bidang teologia dengan mendirikan sekolah-sekolah theologia dan ada pula yang bergerak di bidang pelayanan praktis. Di samping itu, harus pula dilihat perbedaan dari orientasi pelayanannya, baik yang bergerak di antara kaum intelektual, pengusaha sampai dengan masyarakat umum. Hal lain yang tak kalah pentingnya ialah mengenai alasan berdirinya LPG-LPG tersebut yang bersangkutan dengan ruang gerak mereka di kemudian hari, baik yang bergerak di bidang politik, sosial, atau yang tidak mengambil bagian sama sekali dengan kepedulian-kepedulian di atas. Sebagai contoh dapat dilihat secara pintas mengenai bagian mereka masing-masing. Sekolah Tinggi Teologia (STT) pada umumnya berkaitan dengan organisasi dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Sekolah Teologia Injili Indonesia (STII), Aleitheia, Tiranus, Institut Misi dan Alkitab Nusantara (IMAN), Sekolah Tinggi. Teologia Bandung (STTB), Sekolah Teologia Reformed Injili Indonesia (STRII), dan lain lain, lebih berkaitan dengan pelayanan dari LPG-LPG seperti Persekutuan Kristen Antar Universitas (PERKANTAS), Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI), Para Navigator dan lain-lain. Memang tidak ada garis nyata dari kaitan pelayanan mereka di atas, namun di dalam kehidupan organisasi-organisasi tersebut, dapat dikatakan bahwa garis demikian memang ada. Adapun concern pelayanan mereka juga add khasnya. Seperti golongan pertama lebih cenderung kepada pelayanan terhadap masyarakat dan pemerintah dalam konteks sosial dan politik, golongan kedua lebih cenderung kepada pelayanan dalam segi rohani. Di sini, kita tidak berbicara mengenai mana yang lebih baik dan mana yang kurang baik, walau tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga segi positif maupun negatifnya. Bagi golongan yang pertama, positifnya ialah bahwa mereka dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, sedang bagi golongan yang kedua, dalam paralelnya, justru dapat dikatakan sebaliknya. Dari sudut negatifnya, bagi golongan yang pertama dapat dikatakan pincang karena tidak lagi mementingkan garis vertikalnya, sedang bagi golongan yang kedua justru menjadi positif karena sangat mementingkan hubungan antara mereka dengan Tuhan. Perlu dicatat bahwa antara positif dan negatif di sini juga tidak dapat dinilai secara akurat, karena ukuran positif dan negatif dalam konteks di ataspun masih harus didiskusikan dengan lebih mendalam.

Dari sini dapat kita lihat hubungan antara LPG-LPG tersebut di atas dengan gereja sebagai suatu organisasi yang mempunyai masa. Bagi gereja yang dominasi anggotanya cenderung berkiblat kepada salah satu dari concern di atas, akan lebih bisa menerima LPG yang sama dengan concern mereka, dan sebaliknya akan menolak kehadiran dengan LPG yang tidak sama dengan mereka. inilah salah satu kemungkinan adanya hubungan antara gereja dengan LPG, selain yang akan kita amati di bawah ini. Lebih jauh, perlu ditambahkan bahwa ada juga LPG-LPG yang muncul karena "aksi keluar" yang dilakukan oleh anggota gereja atau denominasi tertentu, sehingga bukan hanya gereja tersebut dapat menerima keberadaan LPG itu, melainkan juga merasa memilikinya.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA