Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 2 Tahun 1994 >  GEREJA DAN PROBLEMA ETIKA > 
CAKRAWALA BARU 

Dengan mencoba memahami problema etika di mana kita sendiri terkait langsung di dalamnya, maka diharapkan paling tidak kita akan menjadi lebih rendah hati dan lebih memiliki kepekaan, bisa merasa dan bukan merasa bisa. Kita perlu menjadi lebih transparan. Bersedia bersikap "Apa adanya dan bukan ada apanya." Kita memang dimampukan untuk menang, tetapi juga mengakui bahwa kita sendiri tidak selalu menang. (Bdk. Rm 7:18-25)

Kalau kita menang, janganlah kita menjadi sombong, karena kemenangan kita adalah anugerah Allah dalam kuasa Kristus. Kalau kita gagal, kita gagal karena kedagingan kita yang seringkali tergoda untuk berkompromi.

Gereja ditempatkan di dunia bukan untuk menghakimi dunia tetapi untuk menolong dunia agar diselamatkan (bdk. Yoh 3:16-18).

Kita tidak boleh dan tidak mungkin mengangkat diri menjadi hakim, sebaliknya kita diminta untuk menjadi "parakletos" kecil.

Sampai kita sendiri memahami dan menerima bahwa problema etika sesungguhnya erat berkaitan dengan cinta kasih kita kepada Allah, maka ia akan menjadi beban dan Taurat Baru. Sampai kita sendiri menyadari dan menerima kehendak Allah itu baik bagi kita, dan hukum-hukumnya itu ringan, janganlah kita dapat mengharapkan terlalu banyak dari masyarakat sekitar kita yang harus kita garami, terangi, dan ubahkan (diragikan). Sebab, mengasihi Allah berarti taat kepada perintah-perintah-Nya. Dan perintah-perintahnya tidaklah berat untuk kita, sebab setiap anak Allah sanggup mengalahkan dunia dengan iman kita.

"Siapakah dapat mengalahkan dunia? Hanya orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah." (1Yoh 5:3-5 BIS)



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA