Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 >  PEKABARAN INJIL DAN KUASA GELAP > 
EMPAT POKOK "INJIL" SETAN9 

Perhatikan hukum yang pertama: ... dan kamu akan menjadi seperti Allah. Mirip dengan pokok Injil yang pertama, bukan? Cuma bedanya, pokok Injil dimulai dengan "Allah mengasihi Anda", sedangkan Iblis mulai dengan "Kamu akan menjadi seperti Allah."

Setan memperdaya Adam dan Hawa dengan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat menciptakan dunianya sendiri dan mereka lah yang menjadi penguasanya. Menjadi seperti Allah merupakan penemuan yang menakjubkan dunia. Filsuf eksistensialis Friedrich Nietzsche (1844-1900) jelas-jelas berusaha mengangkat nilai manusia dengan cara meniadakan Tuhan. Tidak kurang dan dua puluh kali dalam tulisan-tulisannya ia mengungkapkan bahwa "Tuhan itu mati". Ungkapannya ini tidak lain adalah usahanya yang mau mengganti "kursi Tuhan yang kosong" dengan kekuasaan manusia.

Sebenarnya pandangan Nietzsche bukanlah pandangan yang baru. Jauh sebelumnya golongan Epikurianisme telah membalikkan Tuhan dengan menaruhnya di bawah kenikmatan manusia, lalu berusaha menerangkan semua kejadian dunia ini bersifat materialistis mekanistis. Segala bentuk campur tangan dari atas ditolak. Manusia tidak perlu takut kepada Tuhan. Kalaupun Tuhan dipaksakan ada, maka Ia tidak lain hanya sebuah penemuan manusia. Karena manusia berpikir bahwa Tuhan itu, maka Tuhan itu ada. Lenin dalam brosurnya yang terbit pada tahun 1952 menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa menerima adanya Tuhan berarti menggugurkan moral yang sejati dan kemajuan susila. Konsep ketuhanan harus dilawan, karena mengandung sebuah ideologi yang merintangi kemajuan sosial.

Perkembangan selanjutnya dari pandangan ini telah sampai kepada konsep bahwa Tuhan tidak lebih dari sebuah proyeksi manusia. Dan teologi hanyalah istilah lain dari antropologi. Dan jangan lupa, Sigmund Freud mengembangkan konsep Iblis ini ke dalam disiplin ilmu psikologi. Baginya, Tuhan merupakan gambaran yang dipengaruhi oleh orang tua atau si pendidik pada diri seorang.

Yang lebih mengherankan lagi, bahwa konsep ini tidak hanya memasuki bidang-bidang seperti filsafat, sosiologi, psikologi, tetapi memasuki (kalau tidak mau disebut merasuki) pemikiran para teolog tertentu. Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834), teolog Jerman itu bila menjadi salah satu dari sekian banyak contoh. Dia tidak begitu yakin akan kebenaran Alkitab yang menurutnya hanya didasarkan pada abstract speculation. Ia kemudian mengadakan pendekatan yang positif terhadap agama yang didasarkan pada analisa deskriptif terhadap apa yang disebutnya dengan pengalaman beragama (religius experience). Menurut dia, dasar keagamaan itu tidak terletak pada aktivitas, pun tidak pada pengetahuan, tetapi pada "continuum of feeling" atau suatu perasaan ketergantungan yang absolut yang bisa juga disebut sebagai self-consciousness. Pandangan Schleiermacher banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran teologis orang-orang seperti Karl Barth, Paul Tillich dan J.A.T. Robinson. Pemikiran mereka merembes sampai ke Indonesia, sampai seorang penulis di kolom surat pembaca di majalah Tempo sempat bertanya, apakah perpecahan gereja itu dipengaruhi oleh pemikiran liberal yang tidak lagi mengakui akan kebenaran Alkitab?

Betapa sulitnya menghadapi orang yang berkeyakinan: Untuk apa saya membutuhkan Tuhan? Bukankah saya lah yang menentukan bagi diri saya sendiri apa yang saya butuhkan?

Bentuk lain dari kebohongan pertama ini adalah "Allah adalah semuanya dan semuanya adalah Allah". Ini yang kita kenal sebagai Panteisme. Pemikiran ini menekankan bahwa semua yang ada adalah Allah. Ada dunia materi, dunia tumbuhan, dunia hewan dan dunia manusia, tetapi semuanya adalah Allah. Anda adalah Allah. Saya juga Allah. Dan Allah adalah semua yang ada. Allah adalah kekuatan yang impersonal. Allah adalah energi dan energi adalah Allah.

Dalam Alkitab diajarkan bahwa Allah adalah pribadi, yang ada dan berdaulat, bahwa Allah adalah kasih, Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Panteisme mengajarkan bahwa Allah tidak berpribadi, kasih adalah Allah dan kebenaran adalah Allah.

Panteisme telah menjadikan manusia juruselamat bagi dirinya sendiri. Dalam penginjilan, isu yang paling utama adalah keselamatan jiwa. Alkitab mengajarkan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan ia membutuhkan keselamatan oleh Kristus. Panteisme mengajarkan bahwa manusia tidak pernah jatuh. Yang ada hanyalah pemisahan antara materi dan pikiran. Keselamatan berarti berpadunya kedua aspek Allah itu. Dan ini hanya bisa dicapai dengan meditasi dan pengalaman mistik yang menyebabkan seorang itu kehilangan identitas pribadi.

Nikos Kazantzakis, yang notabene adalah penulis naskah film The Last Temptation of Christ pernah berkata: "Bukanlah Allah yang menyelamatkan kita, kitalah yang menyelamatkan Allah melalui perjuangan, kreativitas dan kemampuan mengubah materi menjadi roh."

Hukum kedua: Sekali-kali kamu tidak akan mati. Bandingkan hal ini dengan pokok kedua dari Injil: Manusia penuh dosa dan terpisah dari Tuhan Allah. Perhatikan bagaimana cara Iblis mengecilkan konsekwensi terhadap dosa. Memberitakan Injil tidak lepas dari menjelaskan tentang dosa dan akibatnya, yaitu neraka. Kalau orang tidak mengerti dan merasa ngeri akan kematian kekal, ia pun tidak merasakan perlunya kebutuhan akan juruselamat.

Shirley MacLaine, seorang aktris terkenal dan pengarang buku Out on Limb yang diterbitkan pada tahun 1983. Ia mengadakan penelitian tentang dunia yang tidak kelihatan. Perjalanannya ke alam roh yang membuat ia menulis: "Bagi saya ini adalah dimensi ruang dan waktu yang ada dalam fiksi ilmiah atau yang sebut sebagai kuasa kegelapan." MacLaine berpendapat bahwa Allah adalah suatu kekuatan ilahi dan Yesus adalah manusia tingkat tinggi hasil evolusi. Yang lebih mengherankan adalah MacLaine begitu yakin akan kebenaran reinkarnasi. Ia merasa bahwa dialah Ratu Atlantik, salah seorang dari suku Inca di Peru, bahkan pada waktu tertentu ia merasa sebagai seorang anak yang dibesarkan oleh gajah. Ia percaya, manusia berubah sekitar 50-100 kali dalam siklus evolusi rohani.

Bagi para pengikutnya, banyak keuntungan yang diperoleh dari konsep reinkarnasi antara lain: Tidak ada ketakutan terhadap kematian. Kematian tidak lebih dari suatu transisi menuju kehidupan baru di mana tidak ada perubahan secara fundamental. Segala sesuatu berputar. Kalaupun hari ini mati, maka besok kamu akan bangkit menjadi orang yang lebih baik dari yang sekarang, asal kamu berbuat baik. Konsep waktu berputar dapat merupakan pengejawantahan dari reinkarnasi. Ini dapat terlihat dari orang-orang yang ada di sekitar kita yang begitu mengagungkan cincin yang dipakainya. Coba perhatikan kekeliruan yang dikatakan oleh pendeta yang memimpin acara pertukaran cincin. "Perhatikan cincin ini, tidak berawal dan tidak berakhir. Demikian pula dengan pernikahan kalian berdua." Apakah benar bahwa pernikahan itu abadi?

Saya pernah memberitakan Injil kepada seorang yang yakin betul akan konsep "bahwa kamu tidak akan mati". Orang tersebut merasa tidak perlu menerima Yesus, karena yang paling penting menurut dia adalah bagaimana berbuat baik, agar pada suatu hari kelak dia akan muncul sebagai orang yang lebih dari yang sekarang. Sementara kekristenan mengajarkan bahwa dunia ini diliputi oleh ketidakadilan, reinkarnasi mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi berdasarkan hukum karma.

Hukum ketiga: Tahu tentang yang baik dan yang jahat. Apakah Anda pernah mendengar seorang yang berbicara tentang affairnya dengan istri orang lain lalu berkata: "Barangkali bagi orang lain perbuatan saya ini tidak terpuji, tetapi itulah cara yang terbaik yang dapat saya lakukan pada saat itu"? Mungkin belum. Tetapi, kita semua hampir setup saat mendengar orang yang berkata: Bagi kamu benar, belum tentu bagi orang lain!

John Dewey yang dikenal sebagai ahli pendidikan dan juga seorang filsuf berpendapat bahwa moralitas itu sama seperti bahasa, yang berbeda dari suku yang satu dengan yang lain Tidak ada satu standar moral yang lebih luhur. Setiap suku bahkan setiap individu mempunyai standar moralnya sendiri. Pemikiran seperti inilah yang mengilhami jutaan umat manusia yang tidak segan-segan untuk mencuri, memperkosa dan membunuh.

Pada tahun 1976 pernah diadakan survei di kalangan 9000 mahasiswa di 40 perguruan tinggi di Amerika Serikat, 51% di antara responden itu setuju terhadap pandangan relativisme moral. Menurut suatu pengamatan, jumlah tersebut bertambah dengan adanya gerakan zaman baru yang begitu pesat berkembang sekarang ini.

Bayangkan kalau setiap orang harus menentukan apa yang baik bagi dirinya sendiri. Maka, kekacauanlah yang muncul dalam masyarakat. Seorang yang melakukan korupsi akan dibenarkan jika situasinya memungkinkan dia melakukan itu, misalnya terdesak oleh anaknya yang sedang sakit parah. Seorang pejabat yang melakukan perbuatan itu sering tidak merasa berdosa, apalagi kalau hasil korupsinya itu dibagi-bagi kepada orang lain membutuhkan.

Alangkah sulitnya seorang itu percaya kepada Tuhan Yesus jika ia dibelenggu oleh moral relativism yang didengungkan oleh Iblis sejak awal dunia ini. Coba bayangkan ketika pada suatu hari saya menjelaskan kepada seorang yang menganut paham ini tentang dosa manusia. Apa reaksinya? "Apakah kita tidak boleh berbuat dosa? Keadaan bisnis sekarang, kalau tidak berbuat dosa pasti rugi." Inilah moral kebanyakan orang. Moral yang tergantung situasi.

Hukum yang keempat: Matamu akan terbuka. Dalam percakapan awal dengan Hawa, Iblis meragukan iman Hawa terhadap apa yang dikatakan Allah. Sekarang Hawa penasaran, apakah benar matanya akan terbuka? Memang, manusia begitu rindu akan adanya penerangan batin. Filsafat yang telah ditanamkan Polis selama berabad-abad ialah "Kalau kamu merasakan damai sejahtera di hatimu, lakukanlah itu!"

Pada suatu hari, seorang pemuda bingung bagaimana ia mendapatkan kehendak Tuhan dalam memilih jodoh. Kemudian ia mendapatkan petunjuk dari kawannya, "Kalau kamu ke persekutuan doa dan ketika bersalaman dengan gadis-gadis yang kamu kenal, mana di antara mereka itu yang membuat perasaanmu damai, berarti dialah itu orangnya.

Kedamaian batin sangatlah relatif. Ia merupakan akibat dari kehidupan baru di dalam Yesus, dan bukanlah penentu dalam kehidupan ini. Terlalu banyak orang Kristen yang bergantung kepada perasaan yang mengakibatkan mereka membelakangi akan firman Allah. Pelayanan-pelayanan yang bersifat menggugah perasaan jauh lebih banyak diminati ketimbang pelajaran-pelajaran pendalaman Alkitab.

Kecenderungan manusia untuk dapat membuka "tabir rahasia" dunia roh semakin menjadi-jadi dengan munculnya berbagai tawaran Gari guru-guru rohani, dukun-dukun dan para astrolog. Marilyn Ferguson yang menulis buku tentang dunia roh yang banyak diminati banyak orang, The Aquarian Conspiracy, mengatakan: "Jika kita ingin memiliki pemahaman baru tentang realitas, maka langkah pertama ialah memasuki pengalaman kejiwaan yang bersifat mistik"

Mengadakan hubungan dengan dunia roh, bagi orang Indonesia, bukan lagi sesuatu yang asing. Orang-orang yang pernah saya injili, mengalami kesulitan untuk mempercayakan sepenuhnya hidupnya kepada Tuhan. Di satu pihak ia ingin mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tetapi di pihak lain ia juga masih mempercayai akan adanya kuasa lain di luar Kristus. Keyakinan ini semakin dikuatkan dengan munculnya film-film horor, film-film kartun dan cerita-cerita leluhur yang banyak menyesatkan.

Tujuan berikut yang akan dicapai oleh Iblis adalah menghalangi orang untuk mengambil keputusan. Kalau yang pertama tadi menyangkut kognitif, yang kedua ini menyangkut psikologis sosiologis. Kita sering menyaksikan orang yang sudah mengerti pokok-pokok Injil, tetapi mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan untuk bertindak.

Ada beberapa sebab psikologis sosiologis mengapa orang takut bertindak:

1. Takut akan tekanan keluarga dan masyarakat. Ini terjadi kepada mereka yang mempunyai ikatan keluarga yang sangat ketat. Iblis sering menggunakan ikatan keluarga untuk menghalangi seorang untuk mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus. Kadang-kadang hal ini dibarengi dengan pemutusan untuk memperoleh warisan. Ikatan keluarga yang begitu kuat dalam masyarakat kita inilah yang membuat para misionari Barat sulit untuk memahaminya

2. Takut dikenal. Dalam masyarakat tertentu, terkadang sudah ditanamkan bahwa menjadi Kristen itu kafir. Sehingga segala sesuatu yang berbau kekristenan sudah menjadi momok bagi seorang yang mendengarkan berita Injil. Menjadi Kristen berarti seorang harus siap disebut kafir. Dan ada orang-orang tertentu yang belum siap untuk dikenal sebagai orang Kristen.

3. Takut ditolak. Adalah wajar kalau di dalam tindak tanduk seseorang terdapat perasaan senang jika diterima orang lain, dan takut bila ditolak. Ia akan bersikap sedemikian rupa yang membuat orang lain tidak menolaknya. Setiap kali orang yang kita injili ditantang untuk percaya kepada Kristus, maka sebuah pertanyaan yang mengganjalnya: Apa kata orang lain, kalau mereka tahu bahwa saya mengambil keputusan ini?

4. Takut kepada dewa. Saya pernah menginjili seorang pemuda, dan ia menerima Kristus. Beberapa hari setelah itu, ia mengalami kecelakaan sepeda motor. Sejak peristiwa itu, pikirannya terus bertanya-tanya: Apakah kecelakaan ini diakibatkan oleh karena kemarahan "dewa" karena saya beralih keyakinan? Banyak orang yang saya jumpai dalam kontak penginjilan mempunyai perasaan takut jangan-jangan terjadi apa-apa dengan kehidupannya karena percaya kepada Yesus.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA