Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 > 
PEKABARAN INJIL DAN KUASA GELAP 
Penulis: Yopie Buyung458

Berbicara tentang pekabaran Injil dan kuasa kegelapan berarti kita sedang melihat dua kekuatan yang saling bertentangan. Di satu pihak adalah kekuatan "penguasa kerajaan angkasa" yang berusaha membunuh dan membinasakan, di pihak lain adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan memberikan hidup yang berkelimpahan kepada manusia.

Dalam tulisan ini, saya tidak tidak perlu meyakinkan lagi para pembaca akan usaha penyerangan kuasa kegelapan dalam pekabaran Injil. Karena asumsi saya, bahwa usaha apapun yang menyangkut pekerjaan Tuhan atau sesuatu yang baik dari Tuhan, pasti mendapat perlawanan dari Iblis.455 Di sini saya hanya menyoroti pola strategi dan bentuk-bentuk usaha perlawanan Iblis yang ditujukannya terhadap usaha-usaha pekabaran Injil.

Agar persepsi kita sama, maka perlu saya jelaskan bahwa yang dimaksud dengan pekabaran Injil itu tidak lain adalah aktivitas misi gereja untuk menyampaikan berita kesukaan, yakni Yesus Kristus sebagai mana yang diceritakan oleh Alkitab, dalam kuasa Roh Kudus dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.

Unsur yang sangat penting dari pengertian di atas adalah berita tentang Yesus. Seringkali orang kabur tentang berita ini. Memang, moral merupakan bagian yang penting dalam kehidupan Kristen, namun bukan itu yang inti dalam pemberitaan Injil. Demikian pula halnya dengan pelayanan sosial. Kalaupun ada usaha-usaha pelayanan sosial, itu tidak lebih dari "jembatan" dalam pengertian luas dan taktis strategis untuk pekabaran Injil.

Tentu Yesus yang dimaksud adalah Yesus yang dikisahkan oleh Alkitab. Yesus yang disaksikan oleh Alkitab adalah Yesus yang mati dan bangkit pada hari yang ketiga.456

Dalam penginjilan kita juga tidak mengabaikan kuasa Roh Kudus. Pemberitaan Injil merupakan pekerjaan Allah. Kuasa-kuasa kegelapan selalu berada pada posisi menyerang pada setiap pekerjaan Allah. Kita tidak mampu melawan kuasa-kuasa kegelapan itu. Hanya Roh Allah yang mampu menghadapinya. Kalau dalam kegiatan-kegiatan penginjilan itu kita melihat akan keberhasilannya, maka semuanya itu adalah kuasa Roh Kudus.

Unsur berikutnya adalah keterlibatan dengan gereja. Tugas pelaksanaan Amanat Agung Tuhan Yesus itu tidak dapat dilepaskan dari konteks gereja. David J. Bosch dalam International Bulletin of Missionary Research menegaskan bahwa pekabaran Injil merupakan dimensi dan aktivitas misi gereja.457 Seorang yang percaya dan menerima Yesus harus menjadi salah satu dari anggota tubuh Kristus yang terwujud di dalam keanggotaannya di sebuah gereja lokal. Sebuah usaha penginjilan yang tidak bermuara kepada gereja, maka hal itu akan mengurangi salah satu aspek dalam keselamatan.

 POLA DASAR PENYERANGAN

Pola dasar penyerangan Iblis terhadap pekerjaan Tuhan bersifat membingungkan, tidak jelas dan tak menentu. Iblis itu adalah tokoh "misterius". Karenanya, dalam usaha pekabaran Injil yang "gagal", sulit bagi kita untuk memastikan apakah ini disebabkan oleh kelalaian kita ataukah oleh Iblis.

Iblis akan selalu berada di tempat di mana pekerjaan Tuhan sedang berlangsung. Seorang teolog, G.C. Berkouwer menuliskan keberadaan Setan dan demon: Ia ada di sekitar kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus. Setan begitu aktif di antara umat Israel.459

Ia bersifat misterius dalam pola kerjanya. Namun demikian, bukan berarti pola dasar penyerangannya itu berubah. Setan tidak pernah mengubah dasar operasinya. Yang pasti bahwa tujuan akhirnya: "Ia datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan."460

Salah satu kesulitan yang paling menonjol dari sekian banyak kesulitan dalam usaha-usaha pemberitaan Injil adalah masalah kognitif. Betapa sulitnya meyakinkan seseorang akan kebenaran berita Injil itu hanya dengan kata-kata dan bahasa yang dapat dimengerti. Setiap pemberita Injil mengakui bahwa untuk membuat orang lain mengerti akan apa yang kita sampaikan tidaklah begitu sulit. Sebab, untuk menghadapi orang Tionghoa, cukup dengan menguasai bahasa Mandarin. Menghadapi orang Sunda cukup dengan menguasai bahasa Sunda. Dan, ini tidak sulit. Tetapi untuk membuat orang itu menerima akan konsep keselamatan di dalam Yesus, membutuhkan penguasaan akan konsep atau world view dari orang tersebut. Dengan penguasaan itu, maka akan mudah bagi kita untuk membuat jembatan komunikasi dengan orang lain. Setan tahu akan hal ini.

Strategi yang dipakai oleh Iblis sekarang ini adalah merasuki cara berpikir manusia. Ia berusaha mengacaukan konsep berpikir seseorang tentang dunia dan alam kehidupan ini. Ia tidak suka lagi menggunakan penyerangan secara fisik - sebagaimana halnya yang kita dengar dari kesaksian-kesaksian bahwa Iblis menghambat dengan cara mendatangkan penyakit dan hambatan-hambatan dari petugas pemerintah, dan hanya bila dihalau dengan pengusiran dengan meneriakkan "dalam nama Yesus". Dalam situasi tertentu, hal ini dapat kita lakukan.

Iblis tahu dan peka terhadap perubahan situasi dunia ini. Ia paling bisa menggunakan pendekatan yang kontekstual. Dalam menghadapi era globalisasi yang kian deras menerpa dunia ini Iblis tidak lagi menggunakan cara-cara yang konvensional dan yang konservatif. Ia akan memakai cara-cara yang super canggih dan kreatif. Ia banyak mengubah konsep berpikir manusia. Iblis paling pandai dalam membohongi pikiran manusia, dan Cara inilah yang dipakainya.

Perhatikan pola dasar penyerangan yang dipakai Iblis untuk membohongi manusia pertama. Dalam Kejadian 3:4-5 dikatakan, "Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Pola inilah yang dipakainya untuk menjalankan misinya di dunia ini dengan berbagai bentuk yang sangat variatif.

Kalau dalam dunia penginjilan kita mengenal empat prinsip rohani, empat pokok Injil, empat hukum rohani, dan sebagainya,461 maka Iblis pun tidak kalah dalam menggunakan evangelistic strategy untuk memenangkan dunia ini.

Strategi Iblis adalah mengacaukan kebenaran Firman Allah. Pola strategi yang diterapkan Iblis itu adalah penyerangan terhadap konsep kebenaran. Berikut ini, kita akan melihat bagaimana kekacauan konsep yang dibuatnya, dan ini merupakan kesulitan dalam pemberitaan Injil.

 EMPAT POKOK "INJIL" SETAN9

Perhatikan hukum yang pertama: ... dan kamu akan menjadi seperti Allah. Mirip dengan pokok Injil yang pertama, bukan? Cuma bedanya, pokok Injil dimulai dengan "Allah mengasihi Anda", sedangkan Iblis mulai dengan "Kamu akan menjadi seperti Allah."

Setan memperdaya Adam dan Hawa dengan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat menciptakan dunianya sendiri dan mereka lah yang menjadi penguasanya. Menjadi seperti Allah merupakan penemuan yang menakjubkan dunia. Filsuf eksistensialis Friedrich Nietzsche (1844-1900) jelas-jelas berusaha mengangkat nilai manusia dengan cara meniadakan Tuhan. Tidak kurang dan dua puluh kali dalam tulisan-tulisannya ia mengungkapkan bahwa "Tuhan itu mati". Ungkapannya ini tidak lain adalah usahanya yang mau mengganti "kursi Tuhan yang kosong" dengan kekuasaan manusia.

Sebenarnya pandangan Nietzsche bukanlah pandangan yang baru. Jauh sebelumnya golongan Epikurianisme telah membalikkan Tuhan dengan menaruhnya di bawah kenikmatan manusia, lalu berusaha menerangkan semua kejadian dunia ini bersifat materialistis mekanistis. Segala bentuk campur tangan dari atas ditolak. Manusia tidak perlu takut kepada Tuhan. Kalaupun Tuhan dipaksakan ada, maka Ia tidak lain hanya sebuah penemuan manusia. Karena manusia berpikir bahwa Tuhan itu, maka Tuhan itu ada. Lenin dalam brosurnya yang terbit pada tahun 1952 menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa menerima adanya Tuhan berarti menggugurkan moral yang sejati dan kemajuan susila. Konsep ketuhanan harus dilawan, karena mengandung sebuah ideologi yang merintangi kemajuan sosial.

Perkembangan selanjutnya dari pandangan ini telah sampai kepada konsep bahwa Tuhan tidak lebih dari sebuah proyeksi manusia. Dan teologi hanyalah istilah lain dari antropologi. Dan jangan lupa, Sigmund Freud mengembangkan konsep Iblis ini ke dalam disiplin ilmu psikologi. Baginya, Tuhan merupakan gambaran yang dipengaruhi oleh orang tua atau si pendidik pada diri seorang.

Yang lebih mengherankan lagi, bahwa konsep ini tidak hanya memasuki bidang-bidang seperti filsafat, sosiologi, psikologi, tetapi memasuki (kalau tidak mau disebut merasuki) pemikiran para teolog tertentu. Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834), teolog Jerman itu bila menjadi salah satu dari sekian banyak contoh. Dia tidak begitu yakin akan kebenaran Alkitab yang menurutnya hanya didasarkan pada abstract speculation. Ia kemudian mengadakan pendekatan yang positif terhadap agama yang didasarkan pada analisa deskriptif terhadap apa yang disebutnya dengan pengalaman beragama (religius experience). Menurut dia, dasar keagamaan itu tidak terletak pada aktivitas, pun tidak pada pengetahuan, tetapi pada "continuum of feeling" atau suatu perasaan ketergantungan yang absolut yang bisa juga disebut sebagai self-consciousness. Pandangan Schleiermacher banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran teologis orang-orang seperti Karl Barth, Paul Tillich dan J.A.T. Robinson. Pemikiran mereka merembes sampai ke Indonesia, sampai seorang penulis di kolom surat pembaca di majalah Tempo sempat bertanya, apakah perpecahan gereja itu dipengaruhi oleh pemikiran liberal yang tidak lagi mengakui akan kebenaran Alkitab?

Betapa sulitnya menghadapi orang yang berkeyakinan: Untuk apa saya membutuhkan Tuhan? Bukankah saya lah yang menentukan bagi diri saya sendiri apa yang saya butuhkan?

Bentuk lain dari kebohongan pertama ini adalah "Allah adalah semuanya dan semuanya adalah Allah". Ini yang kita kenal sebagai Panteisme. Pemikiran ini menekankan bahwa semua yang ada adalah Allah. Ada dunia materi, dunia tumbuhan, dunia hewan dan dunia manusia, tetapi semuanya adalah Allah. Anda adalah Allah. Saya juga Allah. Dan Allah adalah semua yang ada. Allah adalah kekuatan yang impersonal. Allah adalah energi dan energi adalah Allah.

Dalam Alkitab diajarkan bahwa Allah adalah pribadi, yang ada dan berdaulat, bahwa Allah adalah kasih, Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Panteisme mengajarkan bahwa Allah tidak berpribadi, kasih adalah Allah dan kebenaran adalah Allah.

Panteisme telah menjadikan manusia juruselamat bagi dirinya sendiri. Dalam penginjilan, isu yang paling utama adalah keselamatan jiwa. Alkitab mengajarkan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan ia membutuhkan keselamatan oleh Kristus. Panteisme mengajarkan bahwa manusia tidak pernah jatuh. Yang ada hanyalah pemisahan antara materi dan pikiran. Keselamatan berarti berpadunya kedua aspek Allah itu. Dan ini hanya bisa dicapai dengan meditasi dan pengalaman mistik yang menyebabkan seorang itu kehilangan identitas pribadi.

Nikos Kazantzakis, yang notabene adalah penulis naskah film The Last Temptation of Christ pernah berkata: "Bukanlah Allah yang menyelamatkan kita, kitalah yang menyelamatkan Allah melalui perjuangan, kreativitas dan kemampuan mengubah materi menjadi roh."

Hukum kedua: Sekali-kali kamu tidak akan mati. Bandingkan hal ini dengan pokok kedua dari Injil: Manusia penuh dosa dan terpisah dari Tuhan Allah. Perhatikan bagaimana cara Iblis mengecilkan konsekwensi terhadap dosa. Memberitakan Injil tidak lepas dari menjelaskan tentang dosa dan akibatnya, yaitu neraka. Kalau orang tidak mengerti dan merasa ngeri akan kematian kekal, ia pun tidak merasakan perlunya kebutuhan akan juruselamat.

Shirley MacLaine, seorang aktris terkenal dan pengarang buku Out on Limb yang diterbitkan pada tahun 1983. Ia mengadakan penelitian tentang dunia yang tidak kelihatan. Perjalanannya ke alam roh yang membuat ia menulis: "Bagi saya ini adalah dimensi ruang dan waktu yang ada dalam fiksi ilmiah atau yang sebut sebagai kuasa kegelapan." MacLaine berpendapat bahwa Allah adalah suatu kekuatan ilahi dan Yesus adalah manusia tingkat tinggi hasil evolusi. Yang lebih mengherankan adalah MacLaine begitu yakin akan kebenaran reinkarnasi. Ia merasa bahwa dialah Ratu Atlantik, salah seorang dari suku Inca di Peru, bahkan pada waktu tertentu ia merasa sebagai seorang anak yang dibesarkan oleh gajah. Ia percaya, manusia berubah sekitar 50-100 kali dalam siklus evolusi rohani.

Bagi para pengikutnya, banyak keuntungan yang diperoleh dari konsep reinkarnasi antara lain: Tidak ada ketakutan terhadap kematian. Kematian tidak lebih dari suatu transisi menuju kehidupan baru di mana tidak ada perubahan secara fundamental. Segala sesuatu berputar. Kalaupun hari ini mati, maka besok kamu akan bangkit menjadi orang yang lebih baik dari yang sekarang, asal kamu berbuat baik. Konsep waktu berputar dapat merupakan pengejawantahan dari reinkarnasi. Ini dapat terlihat dari orang-orang yang ada di sekitar kita yang begitu mengagungkan cincin yang dipakainya. Coba perhatikan kekeliruan yang dikatakan oleh pendeta yang memimpin acara pertukaran cincin. "Perhatikan cincin ini, tidak berawal dan tidak berakhir. Demikian pula dengan pernikahan kalian berdua." Apakah benar bahwa pernikahan itu abadi?

Saya pernah memberitakan Injil kepada seorang yang yakin betul akan konsep "bahwa kamu tidak akan mati". Orang tersebut merasa tidak perlu menerima Yesus, karena yang paling penting menurut dia adalah bagaimana berbuat baik, agar pada suatu hari kelak dia akan muncul sebagai orang yang lebih dari yang sekarang. Sementara kekristenan mengajarkan bahwa dunia ini diliputi oleh ketidakadilan, reinkarnasi mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi berdasarkan hukum karma.

Hukum ketiga: Tahu tentang yang baik dan yang jahat. Apakah Anda pernah mendengar seorang yang berbicara tentang affairnya dengan istri orang lain lalu berkata: "Barangkali bagi orang lain perbuatan saya ini tidak terpuji, tetapi itulah cara yang terbaik yang dapat saya lakukan pada saat itu"? Mungkin belum. Tetapi, kita semua hampir setup saat mendengar orang yang berkata: Bagi kamu benar, belum tentu bagi orang lain!

John Dewey yang dikenal sebagai ahli pendidikan dan juga seorang filsuf berpendapat bahwa moralitas itu sama seperti bahasa, yang berbeda dari suku yang satu dengan yang lain Tidak ada satu standar moral yang lebih luhur. Setiap suku bahkan setiap individu mempunyai standar moralnya sendiri. Pemikiran seperti inilah yang mengilhami jutaan umat manusia yang tidak segan-segan untuk mencuri, memperkosa dan membunuh.

Pada tahun 1976 pernah diadakan survei di kalangan 9000 mahasiswa di 40 perguruan tinggi di Amerika Serikat, 51% di antara responden itu setuju terhadap pandangan relativisme moral. Menurut suatu pengamatan, jumlah tersebut bertambah dengan adanya gerakan zaman baru yang begitu pesat berkembang sekarang ini.

Bayangkan kalau setiap orang harus menentukan apa yang baik bagi dirinya sendiri. Maka, kekacauanlah yang muncul dalam masyarakat. Seorang yang melakukan korupsi akan dibenarkan jika situasinya memungkinkan dia melakukan itu, misalnya terdesak oleh anaknya yang sedang sakit parah. Seorang pejabat yang melakukan perbuatan itu sering tidak merasa berdosa, apalagi kalau hasil korupsinya itu dibagi-bagi kepada orang lain membutuhkan.

Alangkah sulitnya seorang itu percaya kepada Tuhan Yesus jika ia dibelenggu oleh moral relativism yang didengungkan oleh Iblis sejak awal dunia ini. Coba bayangkan ketika pada suatu hari saya menjelaskan kepada seorang yang menganut paham ini tentang dosa manusia. Apa reaksinya? "Apakah kita tidak boleh berbuat dosa? Keadaan bisnis sekarang, kalau tidak berbuat dosa pasti rugi." Inilah moral kebanyakan orang. Moral yang tergantung situasi.

Hukum yang keempat: Matamu akan terbuka. Dalam percakapan awal dengan Hawa, Iblis meragukan iman Hawa terhadap apa yang dikatakan Allah. Sekarang Hawa penasaran, apakah benar matanya akan terbuka? Memang, manusia begitu rindu akan adanya penerangan batin. Filsafat yang telah ditanamkan Polis selama berabad-abad ialah "Kalau kamu merasakan damai sejahtera di hatimu, lakukanlah itu!"

Pada suatu hari, seorang pemuda bingung bagaimana ia mendapatkan kehendak Tuhan dalam memilih jodoh. Kemudian ia mendapatkan petunjuk dari kawannya, "Kalau kamu ke persekutuan doa dan ketika bersalaman dengan gadis-gadis yang kamu kenal, mana di antara mereka itu yang membuat perasaanmu damai, berarti dialah itu orangnya.

Kedamaian batin sangatlah relatif. Ia merupakan akibat dari kehidupan baru di dalam Yesus, dan bukanlah penentu dalam kehidupan ini. Terlalu banyak orang Kristen yang bergantung kepada perasaan yang mengakibatkan mereka membelakangi akan firman Allah. Pelayanan-pelayanan yang bersifat menggugah perasaan jauh lebih banyak diminati ketimbang pelajaran-pelajaran pendalaman Alkitab.

Kecenderungan manusia untuk dapat membuka "tabir rahasia" dunia roh semakin menjadi-jadi dengan munculnya berbagai tawaran Gari guru-guru rohani, dukun-dukun dan para astrolog. Marilyn Ferguson yang menulis buku tentang dunia roh yang banyak diminati banyak orang, The Aquarian Conspiracy, mengatakan: "Jika kita ingin memiliki pemahaman baru tentang realitas, maka langkah pertama ialah memasuki pengalaman kejiwaan yang bersifat mistik"

Mengadakan hubungan dengan dunia roh, bagi orang Indonesia, bukan lagi sesuatu yang asing. Orang-orang yang pernah saya injili, mengalami kesulitan untuk mempercayakan sepenuhnya hidupnya kepada Tuhan. Di satu pihak ia ingin mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tetapi di pihak lain ia juga masih mempercayai akan adanya kuasa lain di luar Kristus. Keyakinan ini semakin dikuatkan dengan munculnya film-film horor, film-film kartun dan cerita-cerita leluhur yang banyak menyesatkan.

Tujuan berikut yang akan dicapai oleh Iblis adalah menghalangi orang untuk mengambil keputusan. Kalau yang pertama tadi menyangkut kognitif, yang kedua ini menyangkut psikologis sosiologis. Kita sering menyaksikan orang yang sudah mengerti pokok-pokok Injil, tetapi mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan untuk bertindak.

Ada beberapa sebab psikologis sosiologis mengapa orang takut bertindak:

1. Takut akan tekanan keluarga dan masyarakat. Ini terjadi kepada mereka yang mempunyai ikatan keluarga yang sangat ketat. Iblis sering menggunakan ikatan keluarga untuk menghalangi seorang untuk mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus. Kadang-kadang hal ini dibarengi dengan pemutusan untuk memperoleh warisan. Ikatan keluarga yang begitu kuat dalam masyarakat kita inilah yang membuat para misionari Barat sulit untuk memahaminya

2. Takut dikenal. Dalam masyarakat tertentu, terkadang sudah ditanamkan bahwa menjadi Kristen itu kafir. Sehingga segala sesuatu yang berbau kekristenan sudah menjadi momok bagi seorang yang mendengarkan berita Injil. Menjadi Kristen berarti seorang harus siap disebut kafir. Dan ada orang-orang tertentu yang belum siap untuk dikenal sebagai orang Kristen.

3. Takut ditolak. Adalah wajar kalau di dalam tindak tanduk seseorang terdapat perasaan senang jika diterima orang lain, dan takut bila ditolak. Ia akan bersikap sedemikian rupa yang membuat orang lain tidak menolaknya. Setiap kali orang yang kita injili ditantang untuk percaya kepada Kristus, maka sebuah pertanyaan yang mengganjalnya: Apa kata orang lain, kalau mereka tahu bahwa saya mengambil keputusan ini?

4. Takut kepada dewa. Saya pernah menginjili seorang pemuda, dan ia menerima Kristus. Beberapa hari setelah itu, ia mengalami kecelakaan sepeda motor. Sejak peristiwa itu, pikirannya terus bertanya-tanya: Apakah kecelakaan ini diakibatkan oleh karena kemarahan "dewa" karena saya beralih keyakinan? Banyak orang yang saya jumpai dalam kontak penginjilan mempunyai perasaan takut jangan-jangan terjadi apa-apa dengan kehidupannya karena percaya kepada Yesus.

 MELEPASKAN BELENGGU IBLIS

Untuk membebaskan seorang dari belenggu kuasa kegelapan, maka tidak ada cara lain selain membawa orang itu datang kepada Yesus. Mengusir Setan tanpa membawanya datang kepada Kristus adalah pekerjaan yang sia-sia. Salah satu prinsip dalam penginjilan ialah: Bawa orang itu kepada Kristus, dan biarkan Kristus yang menyelesaikan masalahnya. Seringkali masalah-masalah yang menyangkut kuasa kegelapan dapat diatasi dengan begitu mudah ketika seorang menunjukkan kesungguhannya untuk menyerahkan takhta kehidupannya kepada Kristus.

Langkah berikutnya adalah mengadakan penolakan terhadap setiap bentuk keterlibatan dengan kuasa kegelapan dan mengakui Yesus satu-satunya Tuhan dan Penyelamat.

Setelah itu, keterlibatan dengan gereja merupakan satu kekuatan yang ampuh untuk menyerang segala usaha kuasa kegelapan. Tak jarang, untuk menjerat seorang, Iblis membuat isolasi dengan orang-orang seiman lainnya. Tidak ada suatu pertumbuhan rohani begitu pesat tanpa adanya keterbukaan dengan orang lain. Hati-hatilah jika kita mulai terpisah dari orang-orang seiman.

Dan senjata yang paling utama untuk melawan kuasa kegelapan ialah berdoa dan membaca firman Tuhan. Iblis gemetar melihat orang yang berdoa ia pun tidak bisa berbuat apa-apa jika kita hidup dalam kebenaran firman Tuhan.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA