Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 > 
PENELITIAN TENTANG SETAN DALAM PENANGANAN KLINIS DAN PELAYANAN PASTORAL 
Penulis: Dedi Sutendi396

Penelitian terhadap kerasukan setan dan tindakan pengusiran adalah masalah yang sulit, yang menampakkan banyak fenomena dengan berbagai konklusi. Tema ini demikian problematis, sehingga banyak yang memperdebatkannya. Di antaranya J B. Cortes dan F M. Gatti dalam bukunya The Case Against Possessions and Exorcism menyatakan bahwa:

The biblical descriptions of possession and exorcism should use the language of accommodation. Theologically, this approach is preferable to the view that Jesus taught and acted in ignorance of the real nature of possession. Furthermore, our Lord could hardly have spoken about possession.395

Di satu sisi, masalah kerasukan dengan pengusiran setan memiliki dukungan Alkitab. Tak seorang pun yang memegang Alkitab sebagai patokan yang berotoritas mengabaikan pengajaran demonologis. Di sisi lain, beberapa laporan dari dunia kontemporer dengan manifestasi gejala yang mirip dengan Alkitab, masih perlu didiskusikan.

 PENGUSIRAN SETAN DALAM PELAYANAN TUHAN YESUS DAN PARA MURID

Beberapa bukti telah dikumpulkan di dalam mendukung pengesahan pengusiran setan. Hal yang terpenting adalah kesaksian dari PB tentang signifikansi pengusiran setan dalam pelayanan Tuhan Yesus dengan para murid-Nya. Bagi mereka, pengusiran merupakan ungkapan vital dari tujuan penebusan Allah. Dukungan Alkitabiah untuk pengusiran setan ini telah dikuatkan oleh beberapa pertimbangan teologis, bukti-bukti historis, dan realita pelayanan masa kini.

PB mencatat bahwa Tuhan Yesus dan para murid mengusir setan dari pribadi-pribadi yang masuk di dalam berbagai peristiwa. Paling sedikitnya ada tujuh peristiwa yang dicatat dalam Injil, di mana Tuhan Yesus mengusir keluar setan dari:

a. Seorang yang kerasukan di sinagoge di Kapernaum (Mrk 1:23-27, Luk 4:31-36)

b. Seorang kerasukan di Gerasa (Mat 8:28-34, Mrk 5:1-20, Luk 8:26-39)

c. Anak perempuan dari seorang ibu Siro-Fenisia (Mat 15:28-34, Mrk 7:24-30)

d. Anak laki-laki penderita epilepsi (Mat 17:14-21, Mrk 9:14-29, Luk 9:37-42)

e. Seorang bisu yang kerasukan (Mat 9:32-34)

f. Seorang buta dan bisu yang kerasukan (Mat 12:22-23).

Kis 16:16-18 menghubungkan pengusiran setan oleh Paulus dari seorang budak perempuan di Filipi yang sepertinya memiliki roh jahat. Dalam catatan Markus, misalnya, Mrk 1:32, 34, 39, dan Mrk 3:11, Tuhan Yesus juga mengutus para murid untuk melakukan hal ini (Mat 10:1-8, Mrk 3:15, 6:7, Luk 9:1), dan mereka berhasil melakukannya (Mrk 6:13, Luk 10:17-20).

Apa yang tampak dari pengajaran Tuhan Yesus dan tindakan-Nya, terlihat bahwa Ia mendorong penggunaan pengusiran setan. Di sini Tuhan Yesus secara eksplisit menafsirkan pengusiran setan sebagai sebuah serangan terhadap kerajaan setan dan sebagai tanda dari kehadiran kerajaan Allah. Terutama hal yang perlu dicatat dalam deklarasinya, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Mat 12:28)". Jelaslah, pengusiran setan memegang peranan penting dari pengertian Tuhan tentang misi-Nya.397 Sebagaimana para ahli J. M. Robinson dan James Kallas mengemukakan, demonology merupakan motif yang menonjol dalam Injil, dan para rasul menggambarkan Tuhan Yesus sebagai seorang yang mengalami peperangan yang hebat dengan kekuatan setan. Dalam pergumulan ini, setiap keberhasilan pengusiran menyatakan kemenangan atas setan dan kekuatannya.398

 PENGUSIRAN SETAN DALAM SEJARAH GEREJA

Pertimbangan teologis secara umum membenarkan bukti-bukti Alkitab mendukung pengusiran setan sebagai pengesahan pelayanan untuk gereja pada masa kini. Kekristenan menegaskan bahwa kekuatan dunia baik dan jahat selalu aktif dalam kehidupan manusia. Dunia dan isinya, meskipun pada awalnya diciptakan baik, telah dirusak oleh kejahatan. Pengusiran berhadapan dengan kehadiran si jahat dalam dunia secara serius, dan memberikan ungkapan akan harapan pembebasan melalui Kristus. Tema-tema demikian adalah mendasar dalam teologi kekristenan, pengusiran dapat dibenarkan secara teologis. Di sisi lain, baik penyangkalan terhadap realita kerasukan, dan pengurangan secara halus ajaran ini melemahkan dasar teologis.399

Menurut catatan tradisi gereja, bapa-bapa gereja pun menghidupkan praktek kerasulan dengan pengusiran sebagai kesaksian kebenaran Injil.400 Menurut Justin Martyr, Allah mengutus Yesus "untuk kebaikan orang percaya dan untuk mengalahkan si jahat". Dukungan terhadap pernyataannya adalah:

For many demoniacs throughout the entire world, and even in your own city, mere exorcised by many of our Christians in the name of Jesus Christ, who was crucified under Pontius Pilate, and our men cured them, and they still cure others by rendering helpless and dispelling the demons who had taken possession of these men, even when they, could not be cured by all the other exorcists, and exploiters of incantations and drugs.401

Pernyataan yang serupa diungkapkan juga oleh Irenaeus, Tertullian, Minucius Felix, Tatian, Origen, Cyprian, Chrysostom, Jerome dan Augustine. Peristiwa-peristiwa kerasukan dan pengusiran telah dilaporkan sejak abad pertengahan dan sesudahnya.402 Hal yang menarik, kaum reformator pun tidak mengadakan perubahan penting dalam sikap gereja terhadap kasus kerasukan.

Kepercayaan akan adanya realita kerasukan dan kemungkinan pengusiran tampaknya telah menjadi norma di antara orang-orang Kristen sampai abad ke 17. Karena sejak itu skeptisisme pun menganggap karakter supernatural dari kerasukan telah merembes masuk dalam wilayah Barat.

Jelaslah, bahwa roh jahat diakui sebagai realita yang menakutkan dan digambarkan mempunyai pengaruh terhadap masalah fisik maupun psikologis. Orang-orang Kristen pun dalam sejarah telah percaya akan keberadaan dan kekuatan roh jahat, meskipun aktivitas dan potensinya beragam diri waktu ke waktu.

 ISU KONTEMPORER TENTANG PENGUSIRAN SETAN

Orang-orang Kristen menerima suatu hipotesis akan banyaknya kasus, meskipun tidak semua, bahwa penyakit yang disebabkan roh jahat penyembuhan yang paling tepat adalah dengan pengusiran, lebih dari pengobatan medis atau metode psikologis. Jika hipotesis ini benar, tentunya memiliki beberapa implikasi baik untuk dokter medis Kristen maupun konselor. Tetapi kemudian muncul beberapa pertanyaan, yang semuanya terfokus dari catatan Alkitab:

1. Apakah gejala fisik dan/atau psikologis yang dicatat dalam Alkitab selalu dihubungkan dengan kerasukan setan?

2. Apakah Alkitab menunjukkan bahwa semua penyakit adalah berasal dari si jahat atau setan?

3. Apakah Alkitab menunjukkan bahwa keinginan dan kebiasaan berdosa adalah disebabkan oleh setan (misalnya roh nafsu, kerasukan dan sebagainya)?

4. Apakah ada petunjuk yang konsisten dalam catatan Alkitab untuk membedakan secara diagnosis antara kerasukan dan penyakit kejiwaan?

 BEBERAPA GEJALA DARI ORANG YANG KERASUKAN

Dari beberapa contoh di Alkitab, tak ada gejala yang spesifik disebutkan (misal, Mat 15:22-28, Mrk 7:24-30). Namun ketika berbagi gejala diidentifikasikan, ada beberapa kategori yang bisa dilihat:8)

1. Setan bisa berbicara menggunakan suara dari orang yang dirasuk, kadang-kadang memiliki pengetahuan dari realita supranatural (Luk 4:33-35, 8:26-29, Kis 16:16-18).

2. Orang tersebut memanifestasikan kekuatan supernormal (Mat 8:26-29, Kis 19:16).

3. Orang itu tidak berpakaian (Luk 8:27).

4. Orang itu menjadi bisu atau tuli (Mrk 9:25, Luk 11:14).

5. Orang itu menderita penyakit yang bersifat self-destructive, gejalanya seperti epilepsi, mulut berbusa, sering jatuh ke dalam api dan air (Mat 17:14-21, Mrk 9:17, dan Luk 9:37).

6. Kebutaan (Mat 12:22).

Dalam beberapa kasus, gejala yang disebabkan oleh roh jahat dan berlangsung terus adalah kategori 4 dan 6, sedangkan kehadirannya yang bersifat episodic adalah kategori 1, 2, 3, 5.

 HUBUNGAN ROH JAHAT DAN PENYAKIT

Jika roh jahat dapat menyebabkan berbagai gejala yang disebutkan di atas (dan Alkitab tidak memberikan penjelasan lebih banyak). Akankah kemudian bersifat valid bahwa semua penyakit fisik dan psikis adalah disebabkan oleh roh jahat? Ada dua pertimbangan yang bisa diketengahkan untuk menjawab hal ini:9)

Pertama, jika roh jahat adalah penyebab semua penyakit fisik dan mental, hal itu mengikuti bahwa Alkitab akan mengenal kelaziman antara penyakit yang muncul diakibatkan adanya intervensi roh jahat dan yang diakibatkan oleh gejala fisik.

Bagaimanapun, Alkitab memberi tanda perbedaan keadaan orang yang kerasukan. (daimonidzomenous) dari penyakit biasa (kakos atau asthenos). Paling sedikit ada tujuh belas tempat dalam Injil dan Kisah Para Rasul membedakan hal ini (Mat 4:24, 8:16, 10:1, 10:8 Mrk 1:32-34, 3:10-11, 6:13, 16:17-18; Luk 4:40-41, 6:18-19, 7:21, 8:2, 9:1, 13:32; Kis 5:16, 8:6-7, 19:11-12).

Kedua, jika roh jahat adalah penyebab dari semua penyakit, maka semua penyembuhan harus terjadi dengan cara mengikat atau mengusir roh yang menguasai. Dalam memperhatikan bukti Alkitab di atas, kita menemukan bahwa kedua kelompok dapat dibedakan: mereka yang kerasukan dan mengalami pengusiran (ekballo), sementara yang tidak kerasukan tidak pernah disembuhkan dengan pengikatan atau pengusiran. Daftar representatif yang berhubungan dengan penyembuhan tetapi tidak menyebutkan adanya pengusiran setan dari orang-orang yang menderita:

1. penyakit kusta (Mat 8:1-4, Luk 17:11-19).

2. kelumpuhan (Mat 9:1-8, 12:9-14, Yoh 5:1-16, Kis 3:1-10, 14: 8-10).

3. kebutaan (Mat 20:29-34, Yoh 9:1-12).

4. sakit pendarahan kronis (Mat 9:18-26).

5. orang yang hampir mati (Mat 8:5-13, Yoh 4:46-54).

Alkitab mengajarkan bahwa adanya orang yang menderita secara fisik karena roh jahat, tetapi ia tidak mengalami kerasukan (dalam pengertian lazimnya). Misalnya, Ayub dan seorang wanita yang bungkuk selama 18 tabun (Luk 13:10-13). Dan Alkitab juga mengajarkan bahwa roh jahat dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan penyakit psikologis. Namun Alkitab juga menunjukkan perbedaan antara penyebab yang natural dan supranatural dalam prosesnya penyakit (Lihat penjelasan berikut). Mengklaim bahwa semua penyakit dikarenakan roh jahat bertentangan dengan pengajaran firman Tuhan.

 PENGARUH ROH JAHAT DI DALAM BERBAGAI DIMENSI

Timbullah berbagai diskusi di kalangan orang Kristen akan adanya roh nafsu, ketamakan, kemalasan, sakit hati dsb.403 Orang-orang Kristen menyadari bahwa pola keinginan dan kebiasaan diakibatkan oleh natur keberdosaan manusia tanpa melibatkan roh jahat, manusia dapat berbuat dosa tanpa faktor dari luar. Yeremia 17 menyatakan, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu". Dalam Mrk 7:20-21, "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu ...."

Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam, dan menajiskan orang. Dan Yak 1:14, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri" (Bdk. Gal 5:16-24).404 Namun perlu dipertimbangkan pula, bahwa pada kasus-kasus tertentu, kita mendapatkan kedua hal ini bisa terjadi pada seseorang, yaitu pengaruh roh jahat dan segala bentuk penipuan atau kedagingan yang tidak jelas. Disinilah kita memerlukan kriteria membedakan Roh.405

Alkitab menyatakan kategori yang ke dua, yaitu pada pencobaan yang disebabkan oleh roh jahat. Kristus dicobai secara langsung oleh Setan (Mat 4:1-11). Setan mencobai Ananias untuk berdusta (Kis 5:3); ia membujuk Daud untuk melakukan sensus di Israel dengan cara yang tidak menyukakan Allah (1Taw 21:1). Akhirnya, rasul Paulus mengingatkan orang percaya untuk berperang melawan kekuatan supranatural dengan senjata rohani (Ef 6:1-10). Alkitab dengan jelas menegaskan, jika seseorang menyerah kepada dosa, ia akan lebih mudah kena pencobaan dari si jahat.

Kategori yang ketiga dari pelibatan roh jahat dalam kehidupan manusia berupa tekanan atau pengaruh. Dalam kategori ini pengaruh dalam bentuk kerasukan.406 Pengaruhnya dalam bentuk godaan yang ringan sampai pada tingkat yang tinggi, sampai keseluruhan pribadi orang tersebut terlibat. Kisah akhir yang tragis dari kehidupan Saul digambarkan sebagai fenomena dari tekanan roh jahat (1Sam 13:8-15). Unger menyimpulkan data-data Alkitabiah yang merupakan manifestasi dari tekanan roh jahat:14)

a. kebutaan dan kekerasan hati terhadap Injil (2Kor 4:16).

b. kemurtadan dan perusakan terhadap doktrin (1 Tim 4:1, 1 Yoh 4:1-2).

c. pencemaran tingkah laku di dalam dosa (2 Ptr 2:1-12).

Dari berbagai literatur digambarkan bagaimana orang-orang dapat menjadi tertekan, baik terlibat secara pribadi maupun keluarga yang terlibat dalam dosa okultisme.

Kategori yang keempat, dan bentuk yang paling ekstrim dari pelibatan roh jahat dalam kehidupan (misal: kerasukan setan) adalah keadaan di mana satu oknum atau lebih dari roh mengontrol tubuh dan kepribadiannya. Selama waktu itu ketika seseorang kerasukan, roh jahat berbicara dan melalui dia, dan orang tersebut sering tidak sadar akan peristiwa terjadi atau sadar tetapi tidak dapat menguasai dirinya sendiri.

 BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ANTARA PENGUSIRAN SETAN

Melakukan sebuah hipotesa dan diagnosa amatlah penting sebelum melakukan tindakan tertentu. J. L. Nevius dalam bukunya Demon Possession and Allied Themes menyatakan bahwa tidak semua orang yang sakit dikarenakan mereka dikuasai oleh roh jahat. Karena itu kita perlu memiliki pengertian yang penuh akan kondisi dari orang-orang yang kita tangani. Kriteria itu tidak hanya meliputi gejala-gejalanya saja, tetapi juga tanda-tanda orang yang kita tangani.407 Para psikiater, pembimbing, hamba Tuhan perlu berhati-hati terhadap resiko yang terjadi dikarenakan melihat pada suatu gejala saja. Kita pun perlu memperhatikan asal usul (etiologi) dari suatu gejala.

Fenomena kerasukan setan dan penyakit kejiwaan segera terlihat dari berbagai masalah. Gejala yang paling menonjol dari psikopatologi dan kerasukan sering mirip - hampir dari setiap gejala kerasukan dapat ditemukan dan menjadi sebuah indikasi dalam masalah "psikopatologi".408 Fenomena yang hampir sama ini dapat ditemukan dalam beberapa catatan Alkitab: kebutaan kadang-kadang berasal dari roh jahat (Mat 12:22) dan pada kesempatan lain hanya buta biasa (Mrk 8:22-25). Tuli dan bisu yang natural (Mrk 7:31-35) dan kadang-kadang disebabkan oleh roh jahat (Mrk 9:25).

Kita dapat menemukan diagnosa dalam kasus di mana gejala psikopatologi dan kerasukan bisa terjadi di dalam diri orang yang sama, dengan gejala-gejala yang bertumpang tindih dari keadaan yang terlihat dari orang tersebut.409

Laporan dari Nevius, Unger, Koch dan Lechler, dan Montgomery, menunjukkan adanya gejala-gejala yang sering diasosiasikan dengan kerasukan pada masa kini:18)

1. Roh Jahat (tunggal atau jamak) mengontrol orang yang dirasuk, berbicara dan bertindak melalui dia.

2. Pada keadaan Roh menguasai dia menyatakan dirinya "saya", dan untuk orang yang didiami roh itu menjadi "dia" (he atau she).

3. Intonasi suara, ekspresi wajah, dan pola kepribadiannya secara nyata berbeda dari orang yang dirasuk.

4. Orang yang dirasuk memiliki kekuatan fisik yang ekstra.

5. Orang yang dirasuk dapat menjerit, melengking, mengutuk, menggertakkan gigi, dan tingkah laku yang kasar.

6. Orang yang dirasuk melawan semua bentuk kekristenan. Ia mungkin bisa mengalami trance pada saat berdoa dan sering tidak dapat mengucapkan nama Tuhan Yesus.

7. Kerasukan kadang-kadang diikuti manifestasi okultisme lainnya pengetahuan bahasa, peristiwa masa depan, dan rahasia yang dirasuk dan orang lain di luar kemampuan normalnya.

Para ahli itu menegaskan para konselor atau ahli medis perlu mengetahui dan membedakan penyakit itu dari segi biologis dan psikologis, tetapi perlu juga mengakui adanya kekuatan supranatural yang dapat menyerang seseorang.

Selain dari fenomena yang ditunjukkan di alas, beberapa ahli menambahkan, di antaranya Millard J. Sall bahwa orang yang kerasukan dapat berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya, sedangkan orang yang berpenyakit kejiwaan bersifat sebaliknya, cenderung menghindar atau menyerang seseorang.410 Meskipun hal ini disanggah oleh E. Langton, "dari catatan Injil justru kita melihat bahwa roh jahat seringkali membawa seseorang ke lokasi tertentu, seperti padang gurun, kuburan dan tempat-tempat terasing, untuk menjauhi orang".411

Teknik perawatan dan tanggapan terhadap orang yang dirasuk dan penyakit kejiwaan adalah berbeda. Paul J. Bach menyatakan:

While some psychotics exhibit symptomatic body-image aberrations and depersonalizations, demon possession as described in Scripture apparently involves the substitution of a totally alien ... ego in the person, and not the deterioration of the subjects own ego.412

Beberapa ahli menegaskan bahwa setiap konselor perlu memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan teologis, medis dan psikologis dari pasiennya, karena kita perlu menentukan etiology dari setiap kasus yang terjadi. Untuk menentukan seseorang apakah dirasuk atau karena penyakit fisik atau kejiwaan memerlukan diagnosa yang hati-hati dan seksama, yang akan mempengaruhi kita dalam mengevaluasi dan menangani konsele.

Satu hal yang teramat penting bagi konselor, akan adanya karunia Roh yang diberikan kepada orang percaya (1Kor 12:10, 1Yoh 4:1-3). Hal ini jarang sekali disinggung dalam beberapa literatur. Perlengkapan ini amatlah diperlukan dalam pelayanan Kristen. Roh Kudus dapat menolong kita untuk memiliki ketajaman membedakan Roh. Karena itu di samping kita memiliki pengetahuan teologis yang benar, bekal pengetahuan sekuler yang memadai, kita pun perlu bersandar selalu akan pertolongan-Nya. Karunia pemberian Allah yang supranatural ini memampukan kita dapat menentukan manifestasi tingkah laku seseorang, apakah berasal dari Roh Kudus, roh manusia, atau roh jahat, bahkan dapat membedakan apakah gangguan yang terjadi pada seseorang itu disebabkan penyakit kejiwaan atau roh jahat.413 Kurt Koch menekankan pentingnya peranan Roh Kudus di dalam sebuah pelayanan pastoral (pengusiran setan),

In exorcism the pastor engages in a close combat with the powers of darkness. A ministry of deliverance is only possible where there is authoritative, charismatic power. This authoity is no human quality, but a decisive break-through of the Holy Spirit in the active faith of the pastor, who is at one mind with Christ (1 Cor 6:17). The sovereign subject of this liberating ministry is never the pastor, but Christ, whose presence becomes a reality through the Holy Spirit.

Semua pembimbing (hamba Tuhan) memang sudah seharusnya memegang prinsip firman Tuhan di dalam menangani setiap kasus yang terjadi. Ia harus senantiasa bersandar kepada Roh Kudus dan menjaga kehidupan kerohaniannya secara pribadi. Kita pun harus terbuka dan mau berkonsultasi dengan rekan-rekan hamba Tuhan lainnya, yang telah memiliki banyak pengalaman dalam menangani kasus-kasus seperti ini, karena tentunya hal ini pun dapat menolong pelayanan pastoral kita. Akhirnya, kita harus selalu menggiatkan diri kita bahwa tujuan akhir pelayanan kita adalah untuk memuliakan Tuhan.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA