Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 1 No. 1 Tahun 1986 >  DARI HT KE HT: BAGAIMANA MENGGERAKKAN JEMAAT MENJADI GEREJA YANG MISSIONER? > 
LANGKAH-LANGKAH KONKRIT YANG DAPAT DILAKUKAN 

1. Pengkaderan penginjilan

Dengan mengundang penceramah yang mendalami bidang itu serta mempraktekkannya.

2. Metode 'kakak membimbing adik'

Metode semacam ini bukan dari salesman kepada konsumen, melainkan dari konsumen kepada konsumen, misalnya seorang yang sudah diselamatkan diajak terjun ke lapangan mencari jiwa baru, kemudian 'kakak' ini membagikan sukacita yang ada dalam dirinya di dalam memenangkan jiwa baru kepada 'adik', 'adik ini pada gilirannya akan menjadi 'kakak' yang mencari 'adik' lain, demikian seterusnya, sehingga seantero jemaat bisa digerakkan.

3. Minggu Penginjilan

Di gereja kami setiap kebaktian umum minggu ke 4 diadakan minggu penginjilan, dengan pertimbangan karena dalam kebaktian khusus seperti KKR, seringkali orang yang seharusnya datang, justru tidak datang,- Fraktisnya demikian, jemaat kami yang sudah dewasa mengundang orang melalui surat, telpon dsbnya, untuk datang pada kebaktian minggu ke 4 tersebut. Semua liturgi, nyanyian, tema difokuskan pada penginjilan, dan bila pengkhotbah berbeban dapat diadakan 'calling'. Mungkin ada yang kurang setuju kebaktian umum dipakai secara demikian, tetapi bagi kami tidak masalah, sebab liturgi seharusnya menunjang tujuan kebaktian.

Belakangan ini kami juga membuat sebuah program yang disebut 'mardiakoi' yaitu marturia (kesaksian), diakonia (pelayanan), dan koinonia (persekutuan). Jemaat kami bagi dalam wilayah-wilayah dengan beberapa orang yang kami anggap senior untuk membimbingnya. Kemudian dalam tiap-tiap wilayah diadakan persekutuan-persekutuan rumah tangga bagi orang yang rindu untuk memenangkan anggota keluarganya atau tetangganya yang belum kenal Tuhan. Setiap hari Rabu para pembimbing mengadakan persiapan, kemudian untuk persekutuan rumah tangga disesuaikan dengan wilayah masing-masing, bisa hari Kamis atau Jumat. Program mardiakoi ini sepenuhnya ditangani oleh tenaga awam yang sudah diperlengkapi, baik melalui ceramah, training ataupun Sekolah Alkitab Malam yang kami punyai. Orang-orang yang dimenangkan akan dituangkan ke gereja, kemudian dibimbing menjadi makin dewasa sehingga sanggup menghadapi tantangan dunia ini.

Ada sebuah hal lagi yang akan kami bagikan kepada pembaca tentang bagaimana menggerakkan jemaat supaya bisa menjadi gereja yang misioner. Setiap pekerjaan pekabaran Injil selalu melibatkan 3 unsur, yaitu doa, uang, dan tenaga. Yang pertama, jemaat mulai diajak untuk berdoa bersama-sama bagi orang yang belum diselamatkan. Ini merupakan ikatan yang baik di dalam jemaat, di mana mereka dapat sehati dan mempunyai beban yang sama. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh jemaat di Antiokhia. Dalam Alkitab tidak disinggung soal uang, karena sebenarnya bagi Allah itu adalah sekunder. Mereka langsung meningkat pada orang yang diutus, yakni Paulus dan Barnabas yang merupakan tenaga yang paling baik. Gereja kami selama ini mendapat berkat yang cukup besar, karena kami bisa membantu para hamba Tuhan untuk melayani pekerjaan penginjilan secara lebih luas. Dalam konperensi-konperensi baik nasional maupun internasional kami selalu mengutus orang yang nantinya akan membawa masukan baru bagi gereja kami. Melalui hal tersebut kami mengharapkan akan lebih banyak kaum muda/mudi dari gereja kami yang menyerahkan dirinya jadi hamba Tuhan. Seseorang yang sudah ditimbulkan bebannya, maka persoalan uang akan menjadi lebih mudah. Sepuluh tahun yang lalu gereja kami mulai mengadakan konperensi misi di mana kami mengundang Pdt. Machai Chun dari Philipina yang merupakan perintis dalam pekabaran Injil terhadap orang Tionghoa. Saya sendiri juga meninjau dan mempelajari perkembangan daripada gereja-gereja misioner yang ada di dalam dunia, misalnya The People Church of Canada yang dipimpin oleh Oswald Smith dan Paul Smith. Saya sendiri juga seringkali diundang melayani di Singapura, Malaysia dan di beberapa negara lain di mana kami mengadakan dialog, sehingga bisa saling memperkaya. Melalui peninjauan tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa persembahan itu sebaiknya berupa persembahan iman. Jadi bukan mempersembahkan apa yang sudah ada, melainkan berupa janji di hadapan Tuhan untuk mempersembahkan sesuatu yang sebenarnya belum ada. Bentuk konkritnya bisa berupa apa saja, apakah seseorang menjanjikan keuntungan selama satu bulan di dalam masa satu tahun untuk dipersembahkan, ataupun berupa penghasilan, lain yang masih belum nampak. Konperensi misi kami yang pertama menghasilkan sekitar 4,2 juta rupiah dan tahun yang lalu mencapai 83 juta dan tahun ini kami harapkan lebih dari 90 juta. Persembahan ini didukung oleh lebih dari 1000 orang, bukan hanya segelintir orang. Lebih banyak orang yang terlibat lebih baik. Jadi tidak hanya doanya yang pergi, melainkan juga uangnya dan orangnya. Jumlah persembahan yang terkumpul kami pakai sepenuhnya untuk pekerjaan penginjilan, mendukung gereja-gereja yang minus, mendukung mereka yang sekolah teologia di dalam negeri, sedangkan di luar negeri sampai sekarang hanya sebatas Asia Tenggara.

Yah, sekali lagi Roma tidak dibangun dalam satu hari. Banyak rintangan dan pergumulan yang kami alami, namun saya yakin kalau kita jujur dan taat pada Amanat Agung Tuhan Yesus, maka Tuhan akan menggerakkan orang-orang yang sungguh rindu dan mendukung pekerjaanNya. Pekabaran Injil bukanlah pekerjaan manusia, melainkan pekerjaan Tuhan sendiri. Gereja kami masih jauh dari target yang kami harapkan, namun atas anugerah Tuhan kami sudah mulai melangkah ke arah itu. Secara bertahap kami mulai menerobos dinding egoisme, eksklusifisme dan mengarahkan pelayanan kami kepada gereja yang universal. Kiranya Tuhan memberkati gereja-gereja yang ada di Indonesia.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA