Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 1 No. 1 Tahun 1986 >  SUATU SOROTAN TERHADAP TEOLOGI MODERN > 
I. PENDAHULUAN 

Latar Belakang Pemikiran Manusia Modern

Judul makalah ini ialah 'Suatu Sorotan Terhadap Teologia Modern'. Karena ini merupakan suatu sorotan, maka pembahasannya tidak bisa terlalu mendetail, sebab istilah Teologia Modern itu sendiri luas, termasuk di dalamnya Liberalisme abad 19, Neo Ortodoks dsb. Namun secara singkat yang kami artikan Teologia Modern di sini ialah teologia-teologia yang muncul khususnya sesudah Zaman pencerahan sampai abad 20 ini, dan ini terbatas pada teologia-teologia yang sedikit banyak menerima presuposisi modernisme, sehingga di dalam merumuskan teologianya itu, kalau perlu mereka menyimpang dari prinsip-prinsip kekristenan yang sudah diterima oleh gereja-gereja konservatif sepanjang sejarah. Juga kami sebutkan sebagai suatu sorotan, sebab kami melihatnya secara kritis dalam posisi kami sebagai orang Injili. Hal ini memang sesuai dengan tema besar Jurnal Pelita Zaman kali ini yang ingin memperkenalkan pandangan Injili.

Latar belakang pemikiran manusia modern hanya kami batasi mulai Zaman pencerahan, karena pada Zaman inilah manusia sungguh-sungguh mempertanyakan segala sesuatu yang berbau otoritas, mereka merasa dirinya sudah dewasa, ada rasa tidak percaya kepada tradisi dan hal-hal yang dianggap kuno. Juga pada Zaman inilah revolusi industri dalam arti yang sesungguhnya dimulai di negara-negara barat. Berikut ini kami bahas beberapa tokoh dan faktor utama yang menjadi latar belakang pemikiran manusia modern.

1. Kant. (1724-1804)

Dialah tokoh utama dari Zaman pencerahan, di dalam artikel yang berjudul 'What is Enlightenment' ia mengatakan bahwa inilah zaman di mana manusia muncul dari kebodohannya, yaitu tergantung kepada otoritas di luar dirinya, sehingga enggan memakai pengertiannya sendiri. Motonya ialah 'Dare to use your-own understanding'. Di dalam banyak hal dia adalah peletak dasar secara teoritis dari teologie liberalisme, karena banyak sekali teolog Liberal yang membangun di atas filsafatnya. Dalam buku 'Critique of Pure Reason' dia mengatakan bahwa sains berdasarkan hakekatnya bisu terhadap agama, tidak bisa mengatakan pro atau kontra. Hal ini diperkuat lagi dengan teorinya yang memisahkan jangkauan wilayah pemikiran manusia menjadi dua, yaitu 'noumenal' dan 'phenomenal'. Wilayah 'noumenal' di luar jangkauan penganalisaan manusia, termasuk di dalamnya hal-hal mengenai kebebasan, kekekalan. Sedangkan 'phenomenal' ialah gejala-gejala yang nampak dan bisa diamati oleh manusia. Hal, ini menyebabkan Kant disebut juga sebagai 'Bapa Agnostisisme.'1 Pengaruhnya secara praktis terasa sekali bagi manusia sekarang, banyak sekali orang yang kalau diajak berbicara tentang Allah, surga, sesudah kematian dan sebagainya, akan menjawab 'tidak tahu'.

2. Hegel. (1770-1831)

Pengaruhnya yang terutama ialah metode dialektis yang diterapkan dalam perkembangan sejarah dan peradaban manusia. Seluruh perkembangan peradaban manusia bergerak menurut teori tesis anti tesis - sintesis. Teori Hegel ini merupakan revolusi dalam pemikiran manusia, dahulu manusia berpikir dalam garis horizontal, sebab akibat, tesis - anti tesis. Sekarang manusia berpikir secara sintesis,

Sejarah kemudian membuktikan bahwa Hegel berhasil mempengaruhi umat manusia, mereka sekarang cenderung menjadi kompromistis dan relatif. Di dalam teologia pengaruh Hegel sangat terasa, sebab metode pikirnya ini kemudian dipakai oleh dua tokoh besar Liberalisme, yaitu Wellhausen dalam kritik Perjanjian Lama, kemudian Baur dalam kritik Perjanjian Baru.

3. Dunia Ilmu Pengetahuan

Mulai Zaman pencerahan terjadi kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, makin banyak gejala alam yang bisa dijelaskan oleh manusia, ilmuwan-ilmuwan seperti Copernicus, Kepler, Galileo, Boyle, Newton, Maxwell, dan sebagainya. Sehingga manusia makin yakin akan kemampuannya sendiri, dan makin lama makin mendesak Allah keluar dari percaturan kehidupan manusia. Sekalipun demikian masih ada satu hal yang belum bisa terjawab di tengah-tengah kemajuan pengetahuan manusia tersebut, yaitu dari manakah asalnya manusia? Itulah sebabnya ketika Darwin menerbitkan bukunya 'The Origin of Species' pada tahun 1859, dikatakan bahwa seluruh edisi pertama terjual habis pada hari dipublikasikannya buku tersebut. Mereka merasa bahwa misteri terakhir yaitu asal mula manusia telah terpecahkan oleh teori Evolusi. Tidak heran sesudah Zaman ini ateisme menjadi begitu subur.

4. Kierkegaard. (1813-1855)

Kierkegaard sengaja kami tempatkan pada urutan terakhir dalam pembahasan latar belakang manusia modern. Karena filsafat eksistensialismenya sebetulnya merupakan arus balik daripada keoptimisan dan keyakinan manusia terhadap rasio yang dianggap bila menjawab segala sesuatu. Dia merasa di tengah kebanggaan manusia akan revolusi industri, justru manusia kehilangan makna yang sesungguhnya bagi dirinya, relasinya dengan yang Maha Tinggi. Di dalam salah satu tulisannya pada 'Jurnal' (1835) dikatakan "Yang penting ialah mengerti diriku, apa yang sungguh Allah kehendaki aku lakukan. Meneruskan kebenaran yang benar bagiku, menemukan ide yang baik bagi mati hidupku".2 Posisinya yang paling tepat ialah 'Subyektivisme'. Ada yang mengatakan filsafatnya sebetulnya bukan filsafat, melainkan akhir segala filsafat.

Ada suatu keseragaman dalam filsafat sesudah itu. Dahulu filsafat merupakan suatu usaha di mana manusia membangun suatu sistem menyeluruh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan hakiki dalam kehidupan ini. Dalam istilah Schaeffer seperti orang yang menggambar lingkaran yang mencakup seluruhnya, tetapi kalau kita ikuti akibatnya seperti dari satu lingkaran meloncat ke lingkaran yang lain. Sekarang manusia melepaskan usaha menggambar lingkaran tersebut, sebab yang penting ialah subyektivitas diriku saja, namun akibatnya lebih fatal, mereka seperti orang yang berada dalam ruang luas yang gelap tanpa exit. Inilah yang disebut anti filsafat. Isinya tidak penting, yang penting engkau bisa memilih dan bertindak bagi dirimu dengan demikian engkau bisa menemukan pengalaman eksistensial untuk mewujudkan dirimu! Schaeffer sekali lagi mengatakan bahwa di sinilah awal garis keputusasaan manusia modern (the line of despair).



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA