Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 1 No. 1 Tahun 1986 > 
DARI HT KE HT: BAGAIMANA MENGGERAKKAN JEMAAT MENJADI GEREJA YANG MISSIONER? 
 LATAR BELAKANG

Pdt. Caleb Tong lahir di Tiongkok pada tahun 1938. Mulai melayani Tuhan di GKI Hok Im Tong pada tahun 1961 sebagai tua-tua. Khusus membantu Pdt. Shu Yen Yen. Setelah Pdt. Shu Yen Yen pergi, beliaupun ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1964. Pada waktu itu jumlah jemaat baru sekitar 290 orang dengan 11 orang majelis. Memang sudah ada Sekolah Minggu dan sebagainya, tapi belum berkembang. Sekarang jumlah pengunjung kebaktian hari Minggu sekitar 1600 orang (3 kali kebaktian), Pemuda/pemudi kira-kira 200 orang, Remaja 450 orang, Sekolah Minggu 1200 orang dengan jumlah guru-guru sekolah minggu sekitar 125 orang. Jumlah majelis 30 orang dan hamba Tuhan (lulusan sekolah Theologia) 11 orang. Kegiatan pelayanan di gereja ini meliputi Toko Buku Kristen, Perpustakaan Buku dan Kaset, Poliklinik, Sekolah Kristen mulai SD sampai SMA, Sekolah Alkitab Malam. Mereka merencanakan untuk membuka Counselling Centre, khusus membina kaum remaja/pemuda. Pdt. Caleb dan isterinya adalah alumni Seminari Alkitab Asia Tenggara lulusan tahun 1962 dan 1964. Sekarang mereka telah dikaruniai dua orang putra dan seorang putri.

Gereja yang misioner adalah gereja yang mau melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh. Hal itu memang tidak mudah, namun Tuhan selalu memberkati kerinduan kita.

 DALAM INJIL MATIUS 28 MENCATAT TIGA REGU PI YANG BERBEDA

1. Para wanita yang lemah

Mereka memberitakan kabar kebangkitan Tuhan Yesus kepada para Rasul.

2. Para Rasul

Yang membuktikan kebangkitanNya sebagai dasar Injil yang mereka beritakan.

3. Kelompok yang anti Injil

Suatu kelompok yang lebih besar, lebih bonafid, lebih mantap dalam posisi sosial, politik dan agama, yaitu terdiri dari para imam, imam besar, ahli Taurat serta perwira-perwira Romawi yang menyiarkan berita bohong menentang Injil Tuhan.

Dengan demikian tampaklah bahwa tantangan selalu muncul tatkala kita ingin menjalankan misi PI sesuai dengan Amanat Tuhan Yesus. Namun justru dalam keadaan ini sekali pun murid-murid Tuhan Yesus masih ragu-ragu, amanat agung itu diberikan. Itu sebabnya bila terdapat beberapa orang yang terbeban untuk Injil dan rindu untuk menjadikan gerejaNya Injili dan Misioner, sudah seyogyanya kita mulai dengan tekad itu. Sekalipun ada orang-orang yang kontra; bertitik tolak pada janji Tuhan, kita dapat juga mulai. Gereja kami juga melangkah maju berdasarkan ini dan sangat Tuhan berkati.

Tuhan mencelikkan mata kami untuk melihat bahwa dalam Efesus 4 menguraikan rahasia pertumbuhan gereja. Tuhan telah mengaruniakan 5 macam karunia kepada kita, yang terdiri dari rasul-rasul, nabi-nabi, penginjil-penginjil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Kelima karunia dan jabatan pelayanan ini membentuk suatu siklus. Pada mulanya gereja didirikan atas dasar para rasul dan nabi, inilah garis apostolat yang tidak bisa ditawar, sebab Injil yang murni perlu suatu dasar yang teguh yaitu Firman Tuhan - Perjanjian Baru dan Lama. Dari apostolat baru menuju diakonat dan pastorat. Jadi sebelum diakonat dan pastorat perlu ada penginjilan. Orang-orang yang sudah dimenangkan ini akan menjadi domba-domba Allah yang perlu digembalakan dan diajar. Kalau mereka sudah jadi murid yang diperlengkapi dengan Firman Tuhan, maka merekapun dapat menginjili orang lain.

Dalam hal ini ada 2 istilah 'preaching' dan 'teaching' yang merupakan satu paket yang tidak dapat dipisahkan. Seringkali saya diminta untuk melayani KKR, selalu ada 2 istilah yang memusingkan yaitu KKR ke dalam dan KKR ke luar. Dewasa ini gereja-gereja mempunyai kecenderungan ke dalam, untuk menguatkan iman jemaatnya, sehingga timbul istilah kebaktian penyegaran iman, kebangkitan iman dan lain-lain, tetapi sebenarnya KKR harus lebih mengutamakan PI, untuk itu perlu ada penanganan yang lebih baik dan jemaat perlu dilengkapi dengan visi dan misi yang jelas. Karunia kerasulan dan kenabian sudah, selesai dengan tuntasnya pewahyuan Alkitab PL dan PB sebagai dasar gereja. Dan sebagai gereja kita harus melanjutkan visi dan misi tersebut, sesuai dengan eksistensi gereja, dimulai dengan penginjilan, penggembalaan dan pengajaran, supaya gereja makin bertumbuh dan penambahan jiwa-jiwa baru makin banyak.

Pada umumnya penambahan jumlah anggota gereja terdiri dari beberapa kemungkinan, yaitu:

1. Anak-anak keluarga Kristen

Supaya Allah Abraham, Ishak dan Yakub menjadi Allah keluarga kita turun temurun (bandingkan Kisah 16:31)

2. Atestasi

Sebenarnya tidak menambah apa-apa terhadap gereja secara universal.

3. Yang penting ialah menginjili orang yang belum percaya menjadi murid Kristus

Untuk dimulainya penginjilan perlu suatu proses waktu yang cukup panjang untuk mengajar jemaat memiliki jiwa PI. Tidak menjadi gereja introvert saja (ke dalam), tetapi juga outreach, karena Roma tidak dibangun dalam satu hari.

 LANGKAH-LANGKAH KONKRIT YANG DAPAT DILAKUKAN

1. Pengkaderan penginjilan

Dengan mengundang penceramah yang mendalami bidang itu serta mempraktekkannya.

2. Metode 'kakak membimbing adik'

Metode semacam ini bukan dari salesman kepada konsumen, melainkan dari konsumen kepada konsumen, misalnya seorang yang sudah diselamatkan diajak terjun ke lapangan mencari jiwa baru, kemudian 'kakak' ini membagikan sukacita yang ada dalam dirinya di dalam memenangkan jiwa baru kepada 'adik', 'adik ini pada gilirannya akan menjadi 'kakak' yang mencari 'adik' lain, demikian seterusnya, sehingga seantero jemaat bisa digerakkan.

3. Minggu Penginjilan

Di gereja kami setiap kebaktian umum minggu ke 4 diadakan minggu penginjilan, dengan pertimbangan karena dalam kebaktian khusus seperti KKR, seringkali orang yang seharusnya datang, justru tidak datang,- Fraktisnya demikian, jemaat kami yang sudah dewasa mengundang orang melalui surat, telpon dsbnya, untuk datang pada kebaktian minggu ke 4 tersebut. Semua liturgi, nyanyian, tema difokuskan pada penginjilan, dan bila pengkhotbah berbeban dapat diadakan 'calling'. Mungkin ada yang kurang setuju kebaktian umum dipakai secara demikian, tetapi bagi kami tidak masalah, sebab liturgi seharusnya menunjang tujuan kebaktian.

Belakangan ini kami juga membuat sebuah program yang disebut 'mardiakoi' yaitu marturia (kesaksian), diakonia (pelayanan), dan koinonia (persekutuan). Jemaat kami bagi dalam wilayah-wilayah dengan beberapa orang yang kami anggap senior untuk membimbingnya. Kemudian dalam tiap-tiap wilayah diadakan persekutuan-persekutuan rumah tangga bagi orang yang rindu untuk memenangkan anggota keluarganya atau tetangganya yang belum kenal Tuhan. Setiap hari Rabu para pembimbing mengadakan persiapan, kemudian untuk persekutuan rumah tangga disesuaikan dengan wilayah masing-masing, bisa hari Kamis atau Jumat. Program mardiakoi ini sepenuhnya ditangani oleh tenaga awam yang sudah diperlengkapi, baik melalui ceramah, training ataupun Sekolah Alkitab Malam yang kami punyai. Orang-orang yang dimenangkan akan dituangkan ke gereja, kemudian dibimbing menjadi makin dewasa sehingga sanggup menghadapi tantangan dunia ini.

Ada sebuah hal lagi yang akan kami bagikan kepada pembaca tentang bagaimana menggerakkan jemaat supaya bisa menjadi gereja yang misioner. Setiap pekerjaan pekabaran Injil selalu melibatkan 3 unsur, yaitu doa, uang, dan tenaga. Yang pertama, jemaat mulai diajak untuk berdoa bersama-sama bagi orang yang belum diselamatkan. Ini merupakan ikatan yang baik di dalam jemaat, di mana mereka dapat sehati dan mempunyai beban yang sama. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh jemaat di Antiokhia. Dalam Alkitab tidak disinggung soal uang, karena sebenarnya bagi Allah itu adalah sekunder. Mereka langsung meningkat pada orang yang diutus, yakni Paulus dan Barnabas yang merupakan tenaga yang paling baik. Gereja kami selama ini mendapat berkat yang cukup besar, karena kami bisa membantu para hamba Tuhan untuk melayani pekerjaan penginjilan secara lebih luas. Dalam konperensi-konperensi baik nasional maupun internasional kami selalu mengutus orang yang nantinya akan membawa masukan baru bagi gereja kami. Melalui hal tersebut kami mengharapkan akan lebih banyak kaum muda/mudi dari gereja kami yang menyerahkan dirinya jadi hamba Tuhan. Seseorang yang sudah ditimbulkan bebannya, maka persoalan uang akan menjadi lebih mudah. Sepuluh tahun yang lalu gereja kami mulai mengadakan konperensi misi di mana kami mengundang Pdt. Machai Chun dari Philipina yang merupakan perintis dalam pekabaran Injil terhadap orang Tionghoa. Saya sendiri juga meninjau dan mempelajari perkembangan daripada gereja-gereja misioner yang ada di dalam dunia, misalnya The People Church of Canada yang dipimpin oleh Oswald Smith dan Paul Smith. Saya sendiri juga seringkali diundang melayani di Singapura, Malaysia dan di beberapa negara lain di mana kami mengadakan dialog, sehingga bisa saling memperkaya. Melalui peninjauan tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa persembahan itu sebaiknya berupa persembahan iman. Jadi bukan mempersembahkan apa yang sudah ada, melainkan berupa janji di hadapan Tuhan untuk mempersembahkan sesuatu yang sebenarnya belum ada. Bentuk konkritnya bisa berupa apa saja, apakah seseorang menjanjikan keuntungan selama satu bulan di dalam masa satu tahun untuk dipersembahkan, ataupun berupa penghasilan, lain yang masih belum nampak. Konperensi misi kami yang pertama menghasilkan sekitar 4,2 juta rupiah dan tahun yang lalu mencapai 83 juta dan tahun ini kami harapkan lebih dari 90 juta. Persembahan ini didukung oleh lebih dari 1000 orang, bukan hanya segelintir orang. Lebih banyak orang yang terlibat lebih baik. Jadi tidak hanya doanya yang pergi, melainkan juga uangnya dan orangnya. Jumlah persembahan yang terkumpul kami pakai sepenuhnya untuk pekerjaan penginjilan, mendukung gereja-gereja yang minus, mendukung mereka yang sekolah teologia di dalam negeri, sedangkan di luar negeri sampai sekarang hanya sebatas Asia Tenggara.

Yah, sekali lagi Roma tidak dibangun dalam satu hari. Banyak rintangan dan pergumulan yang kami alami, namun saya yakin kalau kita jujur dan taat pada Amanat Agung Tuhan Yesus, maka Tuhan akan menggerakkan orang-orang yang sungguh rindu dan mendukung pekerjaanNya. Pekabaran Injil bukanlah pekerjaan manusia, melainkan pekerjaan Tuhan sendiri. Gereja kami masih jauh dari target yang kami harapkan, namun atas anugerah Tuhan kami sudah mulai melangkah ke arah itu. Secara bertahap kami mulai menerobos dinding egoisme, eksklusifisme dan mengarahkan pelayanan kami kepada gereja yang universal. Kiranya Tuhan memberkati gereja-gereja yang ada di Indonesia.



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA