ARGUMEN ONTOLOGI DARI ANSELM: KERANCUAN DAN KESOLIDAN

Penulis: Cung Tse Hue²⁸⁸

 PENDAHULUAN

Permasalahan argumen tentang eksistensi Allah merupakan permasalahan klasik, bahkan sudah menjadi permasalahan yang usang. Namun demikian, dalam konteks berfilsafat, meninjau dasar-dasar epistemologis yang ada dalam argumen-argumen tersebut adalah tetap relevan.

Dasar apakah yang memungkinkan suatu argumen tentang eksistensi Allah ditegakkan? Secara umum pendekatan argumen tentang eksistensi Allah dibedakan atas: yang bersifat a priori dan a posteriori. Jikalau pendekatan argumen yang bersifat a priori selalu dipertanyakan dan ditolak keabsahannya, apakah argumen yang a posteriors (secara murni) dapat menegakkan argumen tentang eksistensi Allah?

Dapatlah dikatakan Anselmlah yang memulai argumen tentang eksistensi Allah yang apriori dan sekaligus memulai sejarah perdebatan argumen tentang eksistensi Allah melalui karyanya Proslogion. Suatu refleksi perenungan dan pengenalannya akan Allah serta kekagumannya terhadap Allah yang melampaui pikirannya, itulah yang diungkapkan oleh Anselm melalui karyanya Proslogion. Karya ini terkenal karena terdapat argumen tentang eksistensi Allah yang a priori. Argumen yang disebut sebagai argumen ontologi²⁸⁶ ini merupakan solusi guna menjelaskan dan membuktikan eksistensi Allah. Argumen ini merupakan buah pikiran dan perenungan Anselm yang lama dalam upayanya mempertanyakan dan mencari kemungkinan untuk mendapatkan suatu argumen yang solid untuk membuktikan dan menjelaskan eksistensi Allah. Argumen ini dapat dikatakan merupakan hasil perenungan dan demikian yang agung dari masa skolastik. Tidaklah berlebihan bila David S. Schaff mengatakan bahwa Anselm adalah pemikir yang paling orisinil yang pernah dimiliki Gereja sejak Agustinus.²⁸⁷ Argumen ini telah menjadi kontribusi pemikiran Anselm yang terbesar, di samping teorinya tentang Penebusan Kristus.