Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  APAKAH BELAJAR TEOLOGIA ITU BERBAHAYA? > 
TEOLOGIA MEMBUAT ORANG KRISTEN "SESAT? 

Jikalau yang dimaksud oleh sang pendeta dengan kalimat di atas ("roll teologia") adalah bahwa kebanyakan teologia yang ada sekarang ini adalah teologia yang sumbang, anti mujizat, menyesatkan, dan sebagainya, juga kemungkinan perkataannya dapat dibenarkan (sekalipun ia melihatnya dari sudut yang amat negatif). Mungkin hal ini disebabkan ia melihat bahwa ada penerbit Kristen bahkan di Indonesia yang sudah mulai menerbitkan atau menerjemahkan buku-buku yang berbau teologia Literalistme, teologia Neo-ortodoks, teologia Pembebasan, teologia Sukses; buku-buku sinkretistik, universalistik, dari penulis-penulis dalam dan luar negeri, yang jelas jelas tulisannya bertentangan dengan iman Kristen yang ortodoks. Oleh karena saking banyaknya proporsi buku-buku seperti itu (sedangkan buku-buku dari kalangan yang sehat ajarannya jarang kelihatan), sang pendeta memukul rata bahwa semua teologia sudah diliputi oleh "roh" yang sudah waktunya perlu ditengking agar kaum awam yang menghadiri KKR (atau yang belum tabu apa-apa tentang teologia pun) tidak ketularan "sampar" dari teologia.

Baiklah, kita juga harus mengakui bahwa memberi peringatan kepada anggota jemaat atau sesama orang Kristen tentang bahaya dari literatur yang sumbang adalah bukan saja baik tetapi juga merupakan suatu keharusan. Bukankah jemaat yang adalah domba-domba yang kita layani merupakan anggota keluarga kita sendiri yang harus kita lindungi supaya tidak mengalami "keracunan" dan unsur-unsur "jajanan" di luar? Tetapi, peringatan untuk meninggalkan atau mencampakkan literatur yang sumbang belum tentu merupakan sebuah peringatan yang bijaksana. Setiap orang Kristen wajib mengenal ajaran yang benar (ortodoks) dan sekaligus juga ajaran yang tidak lurus. Bayangkan, betapa bahayanya bagi seseorang yang seumur hidupnya atau sejak kecil tidak mengenal bahwa DDT atau obat pembasmi serangga merek tertentu adalah racun yang berbahaya. Dengan kata lain, orang yang mengenal setengah kebenaran adalah orang yang hidupnya tidak seimbang. Demikian pula orang Kristen yang cuma mengenal kasih Tuhan Yesus yang menyelamatkan hidupnya, tetapi tidak mengenal tipu muslihat Iblis yang berusaha menjatuhkan imannya, adalah orang Kristen yang hidup dengan pengetahuan iman yang tidak seimbang.

Dalam konteks ini, jikalau memang demikian keadaannya, sang pendeta seharusnya menganjurkan kepada setiap orang Kristen untuk membaca secara kritis, menimbang, dan mengevaluasi setiap literatur Kristen maupun bukan Kristen. Orang Kristen memang perlu dibimbing dan diarahkan untuk mempergunakan standar iman yang ortodoks untuk menimbang/menilai segala sesuatu. Hal ini berarti bahwa orang yang belajar teologia bukan hanya mempelajarinya dari sudut yang ortodoks saja, melainkan setelah pengenalannya bertumbuh, ia pun perlu mengetahui tentang (misalnya) teologia Pembebasan, Liberalisme, Neo-Ortodoksi, teologia Pengharapan, Teologia Sukses, dan sebagainya. Ia pun perlu mengenal siapa itu H. Kung, K. Barth, E. Brunner, R. Bultmann, kedua Niebuhr, R. Panikkar, C. S. Song, K. Koyama, P. Yonggi Cho, dan seterusnya.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA