Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  YESUS ANAK ALLAH > 
YESUS ANAK ALLAH DI DALAM KITAB INJIL 

Gelar Anak Allah yang dikenakan kepada Yesus di dalam Kitab Injil tidak pernah sekali pun dipahami secara biologis, melainkan secara teologis. Gelar itu dipahami dalam konteks adanya hubungan yang unik antara Yesus dan Allah Bapa. Hubungan yang unik ini terlihat dari pemakaian gelar "Anak Tunggal", yang berarti "seorang saja dari jenisnya".249 Yesus adalah Anak bukan melalui proses pembenaran dan pengangkatan (seperti halnya sebutan bagi orang-orang Kristen), melainkan karena Ia pada dasarnya berstatus Anak.250 Yesus sebagai Anak Allah dan orang-orang Kristen sebagai anak-anak Allah sama sekali berbeda secara ontologis, sehingga Ia bisa berkata, "BapaKu dan Bapamu" (Yoh 20:17).

Keunikan Yesus sebagai Anak Allah terlihat dalam beberapa aspek hubunganNya dengan Bapa.251 Ia diutus oleh Bapa (Yoh 3:34; 5:36,38; 7:29; 11:42). Kasih Bapa kepada Anak membuat Bapa menunjukkan kepada Anak segala sesuatu yang dikerjakan Bapa (Yoh 5:20), membuat Bapa menyerahkan segala sesuatu kepada Anak (Yoh 3:35), membuat Anak menyerahkan nyawaNya dengan sukarela (Yoh 10:17), dan menjadi model kasih Bapa atas mereka yang percaya kepada Anak (Yoh 17:23). Ketergantungan Anak pada kehendak dan kuasa Bapa tidak menunjukkan inferioritas Anak terhadap Bapa, melainkan memperlihatkan adanya kesatuan tujuan antara Bapa dan Anak (Yoh 5:19,30). Anak merupakan penyataan Bapa yang eksklusif. Hanya Anak telah melihat Bapa (Yoh 6:46), sehingga hanya melaluiNya orang bisa mengenal Bapa (Yoh 8:19; 14:8-9). Ada pengertian yang sempurna terhadap satu sama lain (Yoh 10:15). Maka, Anak hanya mengatakan perkataan Bapa (Yoh 15:15; 12:49,dst.; 14:24). Bapa menyerahkan segala sesuatu kepada Anak (Yoh 13:3; 16:15), sehingga Anak berkuasa bersama-sama dengan Bapa menghakimi (Yoh 8:16).

Hubungan yang unik antara Bapa dan Anak ini sedikit pun tidak mengisyaratkan adanya hubungan biologis, melainkan Anak sebagai kesempurnaan Bapa. C.R. Marsh, seorang misionaris di Algeria dan Republik Chad, menjelaskan keistimewaan hubungan ini.

Siapa yang paling dikasihi seseorang, temannya atau anaknya? Anaknya. Untuk membedakan Dia dari lainnya Allah menyebut Anak Allah sebagai citra Bapa yang paling sempurna. Seorang anak boleh mewakili bapanya, berbicara mewakili bapanya. Itulah yang dilakukan Yesus ketika Ia ada di dunia dalam inkarnasiNya.252

Hubungan yang unik ini tidak hanya berhenti pada hubungan itu sendiri, melainkan berlanjut pada peran Yesus yang utama di dalam dunia yakni sebagai Mesias. Yesus sebagai Anak Allah tidak bisa dipisahkan dari identitasNya sebagai Mesias (Yoh 20:31). Bahkan di dalam Injil Sinoptik bagian-bagian yang menyinggung "Anak Allah" langsung berhubungan dengan Yesus sebagai Mesias.253 Ada tiga bagian yang penting berkenaan dengan kemesiasan Yesus: (1) pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi (Mat 16:16), (2) pengiyaan Yesus atas pertanyaan Kayafas (Mat 26:63-64), dan (3) pengakuan iblis atas pribadi Yesus (Luk 4:41).

Dari gelar Anak Allah seperti yang dimaksud di dalam Kitab Injil terlihatlah bahwa Yesus berbeda sama sekali dari manusia lainnya, justru karena Ia Anak Allah yang datang dari Allah dan diriNya sendiri adalah Allah.254 Memang keilahianNya tidak begitu saja terungkap. Pada mulanya segi-segi manusiawiNya yang terungkap, lalu sedikit demi sedikit terungkaplah rahasia identitas pribadi Yesus sebagaimana menjadi teramat jelas dalam terang kebangkitanNya (Rm 1:4).255

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menangkap keilahian Yesus. Dari cara kelahiranNya terlihat bahwa Ia lahir bukan atas intervensi manusia, melainkan atas kuasa (qudrat) Allah. Hal ini sudah jelas dari nama yang dipakaiNya Isa bin Maryam. Dialah satu-satunya di dalam Qur'an yang menyandang nama ibu dan bukan nama bapa.256 Dengan demikian jelaslah bahwa paham tentang keilahian Yesus tidak berkembang di dalam Qur'an karena alasan-alasan keesaan Tuhan yang mutlak dan syirk.

Namun demikian bagi Perjanjian Baru keilahian Yesus merupakan fakta sebagaimana Ia adanya (ontologis) dan bukan karena suatu proses pengilahian (fungsional).257 Kristologi Alkitabiah tidak menerima Anak Allah secara fungsional. Yesus adalah Allah sejak kekal dalam mala pra-Inkarnasi. Ketika Ia menjadi manusia, Ia tetap Allah, hanya saja sudah membatasi diri di dalam waktu dan ruang. Hal ini nyata dalam pengungkapan keilahianNya secara progresif sesuai dengan rencana Bapa atas eksistensiNya di dalam dunia.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA