Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  FINALITAS KRISTUS > 
PENTINGNYA SALIB KRISTUS 

Oleh sebab usaha manusia tak dapat memahami totalitas eksistensi (karena telah terkondisi sebelumnya oleh pilihan dan keputusannya untuk menolak realitas itu sendiri), realitas pada akhirnya dimengerti dalam kondisi yang menyimpang dan Salah bentuk. Namun, realitas sebenarnya tak pernah terbentuk oleh penafsiran dan pengertian manusia; realitas akan melampaui dan menguasai semua penafsiran-penafsiran yang salah. Dari sudut religius, Allah sebagai Tujuan paling Akhir, sebagai Pribadi, Sang Pencipta, tentu akan berinisiatif menyatakan diriNya sendiri, juga membuat diriNya sendiri dikenal kepada setiap orang. Kemungkinan ini tak terletak dalam makhluk insani sebagai si penerima wahyu, namun terletak di dalam Satu Oknum yang telah memanggil kita untuk memberikan pertanggungjawaban kita. Oleh karena itu, tanpa inisiatif Allah, tiada pendamaian yang mungkin.

Dalam konteks ini kita dapat menyimpulkan bahwa satu-satunya jalan untuk membuat wahyu secara otoritatif dapat diterima oleh manusia adalah dengan jalan mendamaikan manusia dengan diri Allah. Karena pendamaian ini harus sesuai dengan sifat dan atribut ilahi, maka pendamaian harus berlangsung di dalam, konteks kasih dan keadilan. Inilah yang telah dilakukan oleh Yesus di atas Salib.

Di dalam kematian Kristus, keadilan Allah menemukan penggenapannya. Dan di dalam kebangkitanNya, Dia telah menyediakan jaminan kasih karunia keselamatan bagi orang-orang percaya. Dengan demikian, pengampunan dosa dijamin, serta hal dapat terjangkaunya wahyu juga dijamin.

Singkatnya, finalitas Kristus pada hakekatnya tak terletak pada pengajaranNya per se, walaupun Dia sungguh-sungguh mengajarkan etika terbaik; juga finalitas ini tak terletak dalam teladan kehidupanNya, walaupun Dia menjalani hidup yang paling kudus, melainkan di dalam kematian dan kebangkitanNya. Di dalam dua peristiwa inilah, Kristus sebenarnya memperdamaikan orang-orang berdosa dengan Allah dengan cara menanggung hukuman dosa-dosa seluruh dunia. Jurang antara Allah dan manusia menjadi terjembatani. Di dalamNya kita dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibr 4:16). Paulus menyatakan, "Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus" (Kol 1:19, 20). Peristiwa salib yang terjadi sekali untuk selamanya telah menyingkirkan selubung sehingga memampukan kita melihat kemuliaanNya di mana Roh kehidupan dan kebebasan telah mengubah kita menjadi serupa denganNya.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA