Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  FINALITAS KRISTUS > 
KRISTUS SEBAGAI WAHYU TERAKHIR DARI ALLAH 

Iman Kristen mengungkapkan adanya tindakan Allah yang menyatakan diriNya sendiri dalam Penciptaan, dalam Kitab Suci, dan dalam Pribadi Yesus Kristus. Finalitas Kristus didasarkan pada bagian ketiga. Yesus mengatakan, "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu." Yohanes berkata, "Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya" (Yoh 14:7; 1:18).

Jikalau kebutuhan vital dari agama adalah supaya manusia menjadi yakin terhadap Allah, maka untuk mendapatkan pengenalan yang pasti akan kehendak dan karakterNya, kita memerlukan wahyu yang absolut. Kemutlakan wahyu kemudian menjadi dasar bagi klaim finalitas. Tatkala setiap agama berurusan dengan upaya peraihan realitas dalam totalitasnya (sebagai satu-satunya dasar dari sistem), jaminan atas pengetahuan itu menjadi sangat penting. Tanpa kepastian sedemikian, segala sesuatu menjadi relatif. Karenanya kita dapat menetapkan kemutlakan agama melalui penelitian klaim religius sambil merelasikannya dengan wahyu dari kebenaran yang mutlak.

Mengenai cara melihat adanya kebutuhan akan kebenaran yang absolut, terdapat dua kemungkinan; Manusia sebagai pencari, atau manusia sebagai penerima. Dalam hal manusia sebagai pencari, masalah akan timbul dalam arti bahwa si pencari telah terkondisi lebih dulu oleh perspektifnya, di mana perspektif itu sendiri adalah sesuatu yang harus dicari. Ini menjadikan manusia sebagai si pencari tidak mungkin. Karena itu, hasil dari pencarian manusia adalah sia-sia ketika kita memasukkan realitas secara keseluruhan. Usaha-usaha religius, di mana manusia menemukan kebenaran tertentu mungkin menjadi bernilai apabila ditinjau dari sudut kebajikan ilahi (seperti apa yang diekspresikan orang-orang Kristen dalam doktrin anugerah umum), namun nilai kaitannya menjadi minimal bila dibandingkan dengan tindakan penyataan Allah. Tingginya hikmat manusia masih sangat jauh dari kesempurnaan Ilahi.

Mengenai pernyataan manusia sebagai sang penerima kebenaran, hal ini hanya mungkin apabila kita telah menemukan bahwa wahyu ilahi mempunyai otoritas di atas pemikiran dan perspektif manusiawi. Tanpa penemuan ini wahyu ilahi tetap akan sia-sia karena ia tak dapat terjangkau oleh manusia. Dengan perkataan lain, karena agama adalah usaha manusia untuk memahami totalitas eksistensi (sementara manusia berhadapan dengan wahyu Allah), fungsi wahyu menjadi tidak dapat terjangkau, karena apa yang diwahyukan tidak berselarasan dengan pikiran manusia natural, kecuali hal terjangkaunya wahyu itu mendapatkan kepastian dan jaminan.

Dengan demikian, pemahaman akan totalitas eksistensi membutuhkan adanya wahyu khusus yang tak terkondisi lebih dulu oleh kondisi manusia natural untuk memberikan arah (yang benar) kembali kepada natur manusia. Inilah posisi di mana Pribadi Yesus Kristus akan berdiri secara khas dan unik sebagai Tuhan dan Juruselamat bagi umat manusia.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA