Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 6 No. 1 Tahun 1991 > 
HAKEKAT DAN KRITIK TERHADAP TEOLOGIA KEMAKMURAN (DENGAN EKSPOSISI WAHYU 3:14-20) 
Penulis: David I. Santoso143

Tahun 1990 telah beberapa bulan kita lalui, kini telah memasuki pertengahan tahun 1991. Tetapi ketika kita menoleh ke belakang, maka kita akan melihat bahwa tahun 1990 telah "ditandai" oleh berbagai event yang sangat penting di dalam sejarah dunia, di mana dunia telah digoncangkan dengan beberapa peristiwa yang bersifat global dan yang mempunyai dampak internasional. Peristiwa-peristiwa itu di antaranya ialah runtuhnya Komunisme, runtuhnya tembok Berlin dan bersatunya kembali Jerman, pemisahan diri Negara-negara Bagian di Uni Soviet, dan peristiwa pencaplokan Kuwait oleh Irak. Peristiwa-peristiwa ini umumnya langsung atau tidak langsung berkaitan dengan politik demokratisasi, perestroika, dan glasnost dari Gorbachev di satu pihak, dan filsafat liberalisme, demokrasi, dan materialisme dunia Barat di lain pihak, yang keduanya memang saling berhubungan satu sama lain, namun kini nampaknya keduanya tidak berbeda secara prinsipiil. Memang setiap manusia pada akhirnya tidak mempunyai perbedaan secara prinsipiil, semua manusia sama di mata Allah.

Namun ada satu gejala lain yang kami lihat dalam beberapa tahun yang terakhir ini, yaitu bahwa dunia dapat dikatakan secara relatif aman, (kecuali Perang Teluk Persia, tentunya), perang dingin sudah hampir bisa dikatakan tiada lagi. Banyak negara Asia dan dunia ketiga mulai maju ekonomi dan taraf kehidupannya. Maka muncullah julukan baru bagi beberapa negara di Asia sebagai Asian Tiger, yaitu: Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapore. Sedang di Indonesia sendiri, sejak adanya sistem deregulasi beberapa tahun yang terakhir, maka kini kita telah melihat juga adanya banyak kemajuan. Mudah-mudahan dampak Perang Teluk Persia tidak terlalu mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kalau dahulu kita sering mendengar istilah birokrasi, korupsi, dan komisi; kini kita sering mendengar istilah deregulasi. Maka kita bersyukur berkat adanya deregulasi inilah Indonesia, mengalami banyak kemajuan di bidang ekonomi dan pembangunan yang nyata dengan munculnya bank-bank baru di mana-mana. Sebab dengan munculnya bank-bank baru itu berarti mereka merasa akan ada kebutuhan itu, dan dengan adanya bank-bank baru itu berarti memperlancar lalu lintas ekonomi, perdagangan dan proses pinjam-meminjam bagi para usahawan. Namun bank-bank tersebut juga merupakan wadah di mana orang-orang swasta bisa menjadi nasabah mereka untuk menyimpan dan membungakan uang mereka. Dan ingat manusia menyimpan uang bukan demi menyimpan uang, melainkan supaya dapat dipakai dan dinikmati di kemudian hari.

Sekarang, bagaimana kalau ternyata atau seandainya dunia damai dan aman? Dan bagaimana kalau banyak orang sudah berduit? Jelas manusia akan mulai memikirkan bagaimana mereka bisa menikmati hidup. Dengan uang mereka, manusia akan berusaha membeli barang-barang kebutuhan dan kenikmatan hidup, mulai dari yang primer, sekunder, dan seterusnya. Dari rumah biasa, rumah sedang, rumah besar, lalu rumah mewah. Dari mobil station, Toyota Kijang, sedan, lalu Baby Benz dan sebagainya. Kalau dahulu orang kepanasan lalu buka jendela; kini kalau orang kepanasan tutup jendela lalu pasang AC. Dengan kata lain, kehidupan manusia makin mencari kenikmatan jasmani dan lebih bersifat materialis tik. Dan gejala ini bukan hanya melanda perseorangan saja, melainkan terjadi di dalam seluruh masyarakat umat manusia, yang saling pengaruh mempengaruhi sifatnya. Manusia; akan saling membandingkan satu sama lain, bahkan akan berlomba-lomba satu sama lain. Dan money seringkali berhubungan dengan power; money seringkali juga berhubungan dengan sex. Power sebagai sumber nya, dan sex sebagai salurannya. Maka, di Amerika muncullah sebuah buku yang berjudul Money, Sex and Power yang dikarang oleh penulis terkenal Richard Foster.

 DUNIA MEMPENGARUHI GEREJA ATAU GEREJA MEMPENGARUHI DUNIA?

Apakah pola kehidupan seperti ini juga mempengaruhi gereja dan kehidupan orang Kristen? Saya kira demikian. Suatu krisis besar masa kini ialah bukannya gereja mempengaruhi dunia, melainkan dunia mempengaruhi gereja. Bukannya gereja menggarami dunia, melainkan dunia mempengaruhi gereja. Keadaan seperti ini sebetulnya mendekati ajaran firman Allah atau menjauhi firman Allah? Tentu menjauhi firman Allah, bukan?

Salah satu gejala yang menonjol tentang pengaruh dunia ke dalam gereja hari ini ialah munculnya aliran-aliran di dalam gereja yang agaknya duniawi dan materialistik sifatnya. Di Amerika kini bermunculan buku-buku dan artikel-artikel atau ungkapan-ungkapan seperti: "God's Will is Prosperity", "Prosperity is Your Divine Right", "Happiness Now", "live Fully Now and Create a Heaven on Earth", "Serve God and Get Rich", "How to Get More in a Have Not World", "Name it and Claim it", "You Can Have What You Say" dan sebagainya.

Kenneth Hagin Sr.

Salah satu tokoh dari aliran ini ialah Kenneth Hagin Sr. Ia diakui sebagai "the father of the faith movement". Ia dilahirkan di Texas, Amerika, pada tanggal 20 Agustus, 1917, dalam keadaan sakit jantung dan beratnya hanya kira-kira 1 kg. Ia mengalami kehidupan yang sangat menderita bagaikan seorang cacat. Namun, menurut kesaksiannya, ia mengalami penyembuhan Ilahi pada waktu ia berumur 16 tahun. Pada tahun 1937, ia mengalami "baptisan Roh Kudus". Sejak itulah ia memulai pelayanannya: penyembuhan Ilahi, "name it and claim it", dan sebagainya.

Pada tahun 1960-an, pelayanan Hagin mulai berkembang ketika ia mengembangkan pelayanan dengan ajaran tentang "faith, prosperity, and positive confession", selain pelayanan penyembuhan Ilahi. Pada tahun 1974, ia mendirikan Rhema Bible Training Center di Tulsa, yang pada tahun 1982 jumlah mahasiswanya telah mencapai lebih dari 1500 orang.

 BEBERAPA TANGGAPAN

Bagaimana pendapat Anda setelah membaca nama-nama buku, artikel atau ungkapan di atas? Misalnya "Happiness Now", "Serve God and Get Rich". Kami ingin bertanya, apakah sebenarnya tujuan kita mengikut Tuhan? Ingat Yesus pernah menegur orang banyak: "Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang" (Yohanes 6:26). Apakah sebenarnya motivasi seseorang melayani? Kalau Yesus sebagai Anak Allah datang ke dunia menjadi miskin untuk melayani Bapa, apakah pantas kita yang sudah ditebus dari lumpur dosa melayani Allah agar supaya menjadi kaya? Dalam dunia yang diperkirakan makin lama makin minim dan terbatas dalam hal sumber kekayaan alam ini, apakah wajar kita memikirkan: "How to have more in a have not world"? Kami percaya bahwa tidak semua aliran Teologia Kemakmuran yang hanya begitu saja berpegang pada ungkapan-ungkapan di atas. Dan kami percaya dalam sejarah gerakan atau aliran Kekristenan seringkali sampai pada suatu waktu mereka akan mengalami kristalisasi atau proses pemurnian menuju ke ajaran Alkitab yang sejati. Mudah-mudahan yang terjadi adalah demikian.

 TEOLOGIA KEMAKMURAN ATAU TEOLOGIA KAYU SALIB?

Ada baiknya kita mengingat akan ucapan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Lukas 9:23). "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu" (Lukas 14:27). "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu" (Lukas 12:15). Rasul Paulus menasihati saudara mudanya Timotius: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (I Timotius 6:9-10).

Apakah adil kalau kita mengatakan bahwa Teologia Kemakmuran itu semata-mata adalah pengaruh dunia yang materialistik? Kami kira tidak. Apakah ajaran Teologia Kemakmuran itu adalah ajaran yang semata-mata duniawi sifatnya? Kami kira tidak. Adakah dasar Alkitab yang mengajarkan tentang kebahagiaan hidup, berkat Tuhan secara materi dan jasmani? Jawabannya ialah ada. Ayat-ayat itu di antaranya ialah: Pertama, "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya" (Imamat 26:3-4). Kedua, "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu: Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar" (Ulangan 28:1-6). Ketiga, "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air anggurnya" (Amsal 3:9-10). Keempat, "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan" (Maleakhi 3:10).

Ayat-ayat inilah yang seringkali dipegang teguh oleh mereka untuk mendukung ajaran mereka, dan dengan ayat-ayat itulah mereka mengajarkan ajaran mereka, yang kemudian timbul karangan-karangan buku, artikel atau ungkapan-ungkapan seperti tersebut di atas. Dari sanalah orang mulai tertarik dengan ajaran itu. Masakan Allah kita yang mahabesar dan kaya raya, kita sebagai anak-anak Nya tidak kaya raya? Masakan Allah kita adalah Raja dan kita sebagai anak-anakNya tidak hidup seperti raja? Padahal inilah sebenarnya ajaran Tuhan Yesus "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" (Matius 8:20). Sebaliknya, salah seorang tokoh Teologia Kemakmuran berkata: "If the Mafia can ride around in Lincoln Continental town cars, why can't King's kids?144 Dan Kenneth Hagin mengatakan bahwa "God wants His children to eat the best, He wants them to wear the best cloth ing, He wants them to drive the best cars, and He wants them to ave the best of everything."145 Paulus mengajarkan: "Jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah...." Apa janji janji Allah itu? "...yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Roma 8:17). Sayang banyak orang pada hari ini maunya kemuliaan, tetapi tidak mau penderitaan, tidak tahu bahwa kemuliaan itu sifatnya eskatologis, yang akan datang (Roma 8:18). Dan syaratnya ialah kita menderita bersama-sama dengan Kristus sekarang!

 KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA SEPERTI DIRIMU SENDIRI

Siapa yang tidak tertarik oleh ajaran atau janji janji seperti ini? Siapa yang tidak mau naik mobil Lincoln Continental atau Baby Benz, makan enak tidur enak dan segalanya enak? Bukan kah Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah akan memberkati kita sebagai umatNya. Kita hari ini boleh dengan iman meminta dan mengklaim berkat-berkat itu, maka kita pasti akan memperoleh nya. Kalau kita tidak memperoleh, berarti kita kurang beriman. Namun bagi kami, seandainya semua orang Kristen hidup mewah dengan segalanya serba enak, bukankah orang lain tidak kebagian dan menjadi hidup melarat dengan segalanya serba minim? Jangan lupa bahwa dengan sumber alam dan rezeki dunia yang terbatas, rasanya "unchristian" kalau kita borong semua dan kita nikmati sendiri. Bukankah orang lain tidak kebagian? Padahal Yesus berkata: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Markus 12:31). Rasul Yohanes mengatakan: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (I Yohanes 3:16-17). Kita beruntung kalau hari ini kita tidak sampai perlu "korban nyawa" (ayat 16). Tapi bukankah kita patut belajar untuk "korban harta" bagi orang-orang yang membutuhkan? (ayat 17). Kalau pemerintah-pemerintah dunia hari ini tahu bagaimana menganjurkan dan menjalankan KB agar jumlah penduduk dunia tidak terlampau banyak (supaya berkat dan rezeki alam yang terbatas ini tidak cepat habis), rasanya tidaklah sesuai dengan Hukum Kasih kalau kita mengatakan: "Serve God and get rich", atau kita bicara tentang: "How to get more in a have not world". Yesus berkata: "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.... Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu" (Lukas 14:27,33). Demikianlah di antaranya yang dapat kita baca dengan jelas dalam Alkitab Perjanjian Baru mengenai ajaran Tuhan kita Yesus Kristus.

Memang benar bahwa di dalam Alkitab terdapat banyak ayat-ayat yang menjanjikan berkat Tuhan kepada umatNya, tetapi itupun bukan tanpa syarat. Kalau kita membaca dengan teliti dalam konteks yang benar kita akan berjumpa dengan syarat-syarat itu. Misalnya, Imamat 26:3-4 berbicara tentang berkat, tetapi sebelumnya dikatakan: "Janganlah kamu membuat berhala bagimu.... Jikalau kamu hidup menuruti ketetapanKu..." (ayat 1,3). Demikian juga di dalam Ulangan 20: "Jikalau engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya ... segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu..." (ayat 1,2). Berkat? Benar! Tetapi bukannya tanpa syarat. Bukan pula

"Namet it and Claim it" atau "You can have what you say"!

 APAKAH ITU DOA?

Kenneth Hagin Sr. mengajarkan "Name it and claim it", yang artinya, asal kita sebutkan dan minta dengan iman, Allah pasti memberikan kepada kita, sehingga kalau doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, itu berarti kita kurang iman. Benarkah ajaran ini?

Apa itu doa? Doa itu adalah suatu permintaan atau permohonan seseorang kepada Allah Bapa di sorga. Hal ini sangat tergantung kepada Sang Pemberi sebagai otoritas yang terakhir, dan bukannya si pemohon yang menentukan atau memastikan. Apalagi apabila doa kita itu bersifat pribadi, demi kepentingan pribadi atau kenikmatan pribadi. "Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya kita harus berdoa," demikian kata Paulus, rasul nomor satu dalam Perjanjian Baru. Di dalam Injil Lukas, di mana Lukas sangat menekankan ajaran doa, ia menggunakan tiga istilah untuk doa, yang semuanya bernada memohon, yaitu 'proseuche", "deesis", dan "deomai". Mungkinkah Allah dalam kemahatahuanNya tidak memberkati atau mengabulkan doa kita sebab Ia tahu bahwa dengan berkat itu kita akan menjauhi Tuhan atau jatuh dalam dosa? Hal ini bukan tidak mungkin. Di dalam Amsal dikatakan: "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh." (Ams 11:28). Bagaimana pula dengan faktor-faktor lainnya? Barangkali hubungan kita dengan Allah tidak beres? Ada dosa-dosa yang tersembunyi yang belum diakui, baik kepada Allah maupun terhadap sesama. Mungkin juga kita tidak hidup dalam ajaran kebenaran firman Allah (band. Imamat 26:1,3; Ulangan 28:1). Dalam Amsal 3:9 dikatakan "Muliakan Tuhan dengan hartamu...", baru ayat 10 dikatakan: "maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh...." Adakah kita memuliakan Allah dengan harta kits, atau kita malah berdosa dengan harta kita? Adakah kita mengucap syukur dalam segala hal baik suka maupun duka, atau setiap kali kita datang kepadaNya kita tidak bersyukur melainkan selalu minta berkat, berkat, dan berkat. Bagaimana seandainya ada seseorang yang selalu datang minta-minta kepada saudara, dan tidak pernah mengucap syukur dan berterima kasih kepada saudara? Padahal firman Allah berkata: "Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (I Tesalonika 5:16-18).

Kami tidak menyangkal bahwa kalimat "bila Tuhan menghendaki" mungkin menunjukkan kurangnya iman seseorang, kami tidak menyangkal bahwa mungkin doa kita tidak dikabulkan oleh Allah karena kita kurang beriman. Tetapi, doa kita tidak dikabulkan, mungkin juga karena faktor-faktor lainnya. Dan jangan lupa bahwa kita masih hidup di dunia. Hukum alam masih berlaku bagi kehidupan jasmani kita. Hukum Kerajaan Allah dan Hukum Sorgawi belum sepenuhnya berlaku di 'dunia. Di situlah Yesus mengajarkan murid-muridNya berdoa: "Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.... Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan..." (Matius 6:10,13). Tetapi hari ini orang Kristen dengan "nakal" menempelkan sticker di mobilnya: "Jesus opens 24 hours a day", seolah-olah seperti toko supermarket atau pompa bensin yang bersedia melayani 24 jam sehari. Di dalam berdoa, kita perlu bersikap memohon, beriman, yang didahului dengan pengakuan dosa dan ucapan syukur, dan di atas itu semua, kita menempatkan kehendak Allah sebagai yang utama dan kemuliaan Allah sebagai tujuan yang terakhir. Inti doa Tuhan Yesus di Getsemani ialah "bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMu" (Lukas 22:42). Tentunya kalimat ini bukan berarti Yesus kurang beriman, melainkan di dalam doa permohonan Tuhan Yesus ini, la tetap mencari dan menempatkan kehendak Bapa sebagai yang utama. Hendaknya teladan Tuhan kita Yesus Kristus ini selalu kita ingat setiap kali kita menghampiri Bapa kita di dalam doa.

 EKSPOSISI KITAB WAHYU 3:14-20

"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."

Kota Laodikia ialah sebuah kota yang terletak di Propinsi Asia dalam Kerajaan Romawi, yang sekarang letaknya di bagian Barat Turki. Kota ini merupakan kota yang kaya dan merupakan pusat perdagangan pada waktu itu. Kota ini terkenal karena pabrik kain black wool, sekolah kedokteran dan sistem perbankan yang baik. Jadi rupanya kehidupan kota ini tidak terlalu jauh berbeda dengan situasi, perkembangan, dan kehidupan ekonomi sosial masa kini: pabrik tekstil, pabrik garmen, universitas, dan sistem perbankan yang modern. Maka, gereja Laodikia hidup di tengah-tengah masyarakat yang makmur dan kaya itu. Tak ubahnya seperti keadaan gereja kita hari ini. Namun sayang sekali, dari ketujuh jemaat yang dikecam oleh Tuhan dalam ketujuh suratnya dalam Kitab Wahyu itu, jemaat Laodikialah yang mendapat kecaman dan teguran yang paling keras dan tajam. Oleh sebab itu gereja di Laodikia inilah yang kami ambil sebagai studi perbandingan dengan keadaan gereja kita hari ini dalam kita berbicara tentang Teologia Kemakmuran.

"Aku tahu segala pekerjaanmu," demikian kata Tuhan, "engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Di sini Yesus memulai dengan "Aku tahu," suatu istilah yang muncul berulang kali dalam ketujuh surat ini (band. 2:2,9,13,19; 3:1,8 dst.). Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga itu tahu atas kejadian-kejadian di jemaatNya. Ia tahu apa yang dilakukan dan aniaya yang diderita oleh mereka. Bahkan Ia tahu isi hati mereka, kesulitan mereka dan kebutuhan mereka. Apa "pekerjaan" yang dimaksud? Yohanes tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Tapi nada bahasanya agaknya positif sifatnya, semacam pujian Tuhan terhadap mereka (band. 2:2). Namun Yohanes melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas. Pada waktu itu - mungkin juga hari ini - orang percaya bahwa air panas bisa menyembuhkan, dan air dingin menyegarkan, tetapi air yang suam-suam kuku tidak menyembuhkan dan juga tidak menyegarkan, melainkan memualkan. Itulah sebabnya Yesus kemudian mengatakan "Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu" (ayat 16). Kata memuntahkan berasal dari kata emeo - yang adalah suatu kata yang kuat sekali untuk menyatakan keengganan seseorang untuk mentolerir atau menerima sesuatu. Sesuatu itu tidak bisa diterima, maka terpaksa harus ditolak dengan cara seperti seseorang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Betapa kerasnya nada bahasa ini, bukan? Leon Morris berkata: "'To spit you out of my mouth, ex ~resses in the strongest way a vigorous repudiation of the Laodiceans."146

Selanjutnya kita melihat ada beberapa kata yang menunjukkan sifat congkak dari jemaat di Laodikia, yang kemudian ditegur dengan tajam oleh Tuhan Yesus. "Aku kaya dan aku telah memperkaya diriku"; dan lebih congkak lagi mereka berkata: "aku tidak kekurangan apa-apa." Bukankah kata-kata sombong ini menunjukkan sifat dan pandangan hidup yang materialistik dari jemaat di Laodikia? Bukankah kekayaan materi yang menjadi ukuran bagi suksesnya mereka? Padahal di mata Tuhan Yesus mereka adalah miskin, buta, dan telanjang (ayat 17). Betapa ironisnya apabila kita melihat kemajuan dan kemakmuran mereka yang katanya mempunyai sistem perbankan yang baik, sekolah kedokteran dan pabrik kain black wool, tetapi oleh Tuhan mereka dikatakan miskin, buta, dan telanjang, sekalipun dikatakan bahwa Yesus tahu akan segala pekerjaan mereka. Bekerja buat Tuhan itu baik. Melayani Tuhan itu baik. Tetapi janganlah sampai kita bekerja dan melayani Tuhan begitu rupa sampai kita hanya kaya secara jasmani, kita sukses secara duniawi, tetapi kita melarat di mata Allah dan miskin secara rohani.

Mengapa Yesus mengatakan demikian? Mereka kaya, tetapi dikatakan miskin? Yesus melihat kesuksesan seseorang bukan pada materi saja, melainkan juga pada nilai-nilai rohani. Maka Yesus bisa mengatakan: "sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah" (Lukas 16:15). Yesus mengatakan kalimat ini dalam konteks Ia menegur orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu. Yesus juga mengatakan: "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu.... Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:15,21). Demikianlah aspek rohani dari kehidupan orang Kristen - kaya di hadapan Tuhan - tidak boleh kita abaikan. Tidak heran selanjutnya Yesus menasihatkan jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas dari Tuhan, yaitu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar mereka menjadi kaya.

Apa yang dimaksud dengan "emas yang telah dimurnikan"? Mengapa dikatakan "agar mereka menjadi kaya"? Bukankah mereka sudah kaya dan tidak kekurangan apa-apa? Tentunya yang dimaksud ialah kaya secara rohani di hadapan Allah (band. Lukas 12:21). "Emas yang telah dimurnikan" menunjuk pada. kekayaan yang sejati, bukan sebagaimana yang biasanya dicari atau dikagumi oleh manusia, melainkan kaya yang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus bisa mengatakan dalam khotbahNya di bukit: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.... Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:3,6). Maka Yesus menasihati mereka agar mereka "membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api." Inilah kekayaan yang sejati di mata Tuhan dan merupakan berkat pemberian Tuhan. Oleh sebab itu dikatakan "membeli dari padaKu". "Membeli" tentunya berarti memperoleh dengan adanya "harga" yang harus dibayar, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dirinya miskin, dengan iman memohon akan kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Tidak heran Petrus bisa mengatakan adanya iman yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana" (I Petrus 1:7). Seberapa jauh orang Kristen hari ini memikirkan kekayaan yang sejati jenis ini? Atau kita selalu memikirkan harta duniawi dan berkat jasmani? Jangan lupa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: "Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." Kepada orang banyak Ia berkata: "...Kamu mencari Aku... karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." Orang yang datang kepada Tuhan hanya karena berkat, ia satu hari akan kecewa. Orang yang mengikut Dia namun tidak menyangkal diri (si aku yang lama), dan memikul salibnya, ia tidak dapat menjadi murid Tuhan. Apakah kita hanya mau menerima berkat tapi menolak Kayu Salib? William Barclay sering mengatakan kalau Tuhan kita memakai mahkota duri, dapatkah kita sebagai murid-muridNya hanya mau memakai mahkota bunga mawar?

Kedua, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli pakaian putih, agar mereka jangan kelihatan telanjang. Sekali lagi kita melihat penekanan dan konsep nilai Tuhan Yesus yang berbeda dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka kaya, mereka mempunyai pabrik kain black wool, tapi Yesus mengatakan bahwa mereka miskin dan telanjang. Maka mereka dinasihati untuk membeli pakaian putih, agar mereka tidak telanjang. "Pakaian putih" dalam Kitab Wahyu melambangkan kesucian dan kebenaran (dikaiosune), berkat karya Kristus di atas kayu salib... Maka kepada jemaat di Sardis Yesus berkata: "...Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.... Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih..." (3:4-5; band. 4:4, 6:11, 7:9 dst.). Apa yang kita cari hari ini? Apa yang kita mohonkan kepada Tuhan setiap hari? Yesus menasihatkan agar kita membeli pakaian putih, yang melambangkan kehidupan yang suci dan benar di mata Tuhan. Dan inilah kesaksian hidup yang sangat kita perlukan hari ini dalam masyarakat dan bukannya kehidupan orang Kristen yang sekularistis dan materialistis sifatnya, yang pada hakekatnya bisa merendahkan martabat manusia yang adalah makhluk rohani. Namun kami percaya bahwa ajaran Teologia Kemakmuran adalah sementara sifatnya. Mereka akan terus-menerus mengalami perbaikan dan kristalisasi sampai kepada ajaran yang sesuai dengan Alkitab, yaitu: bahwa kita tidak hanya mengajarkan Teologia Kemakmuran kepada jemaat, melainkan kita harus mengajarkan Teologia Kayu Salib. Kita perlu mengajar kan kebenaran Alkitab secara keseluruhan dan integral, bukan hanya sebagian saja. "We need to preach the whole gospel to the whole world." Demikianlah tema yang ditekankan berulang-ulang dalam Koperensi Lausanne II di Manila, 1989.

Ketiga, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka, supaya mereka dapat melihat. Jemaat di Laodikia mengklaim dirinya kaya dan tidak kekurangan apa-apa. Di Laodikia terkenal dengan tiga keunggulan: pabrik kain black wool, perbankan, dan sekolah kedokteran, yang menurut kisah, mereka juga memproduksi minyak salep obat mata. Tetapi Yesus berkata bahwa mereka miskin, telanjang,'dan buta. Maka mereka perlu akan minyak yang berasal dari Tuhan untuk melumas mata mereka, agar mereka dapat melihat. Yesus berkata: "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan. dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dengan kata lain, Yesus seolah-olah berkata: "Akuilah bahwa engkau adalah buta, dan percayalah bahwa Aku adalah terang dunia, dan mintalah kepadaKu minyak untuk melumas matamu, maka engkau akan melihat.""Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang "merasa" ("merasa", dari penulis) dapat melihat, menjadi buta" (Yohanes 9:39). Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi setelah Ia memulihkan mata seorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, orang-orang Farisi yang merasa dirinya dapat melihat, mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk minta minyak untuk melumas mata mereka. Maka dosa mereka tetap, dan mereka tetap dalam keadaan buta. Terhadap orang-orang semacam ini Yesus hanya berkata: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).

 RANGKUMAN KATA

Teologia Kemakmuran tidak lepas dari pengaruh dunia yang makin lama makin materialistik dan bermewah-mewahan. Sesuatu yang berasal dari dunia selalu ada negatifnya, ada bahayanya. Dunia modern hari ini seolah-olah begitu subur untuk ditaburi benih-benih Teologia Kemakmuran yang kemudian tumbuh dengan suburnya di mana-mana (lain halnya dengan di RRC, misalnya, yang berlaku di sana ialah Teologia Kayu Salib atau Teologia Penderitaan, dan ternyata gereja dan umat Kristen di sana maju pesat, bukan?). Manusia modern hari ini, sedang dilanda semacam penyakit "Imelda Marcos Syndrome", yang tidak pernah merasa puas dalam usahanya untuk memuaskan diri sendiri.

Filsafat dan gaya hidup Americanisme dimulai dari Amerika lalu menjalar ke seluruh dunia, juga terjadi di antara orang Kristen. Maka timbullah gereja-gereja besar beserta pendeta-pendeta besar dan serba mewah, dan bermunculan pula TV - Evangelist yang juga serba mewah. Tetapi sayang sekali ada beberapa di antara mereka yang jatuh dalam berbagai macam dosa. Hal ini mengingatkan kita akan firman Tuhan: "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh" (Amsal 11:28). "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (I Timotius 6:10). Suatu krisis besar masa kini ialah bukannya gereja menggarami dunia, melainkan dunia mempengaruhi gereja. Maka kita semua mempunyai kewajiban untuk berfungsi sebagai terang dan garam dunia. Minimal kita harus hati-hati, waspada dan mawas diri. Janganlah kita seolah-olah anti Teologia Kemakmuran atau tidak menganut ajaran Teologia Kemakmuran, tetapi secara diam-diam dan dalam kenyataan kehidupan kita telah bergaya hidup mewah ala Teologia Kemakmuran.

Kami tidak menyangkal bahwa Alkitab memberikan banyak janji berkat Tuhan yang bersifat material jasmaniah, demi kesejahteraan kehidupan manusia. Tetapi janji janji Allah itu bukannya tanpa syarat dan dapat diklaim begitu saja tanpa menghiraukan faktor-faktor lainnya. Kita sendiri perlu bekerja keras, jujur dan setia dalam pekerjaan kita. Sebagai orang Kristen yang dewasa kita tidak boleh bersifat begitu naive atau simple-minded, yang hanya tahu mengklaim saja, tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, kebaikan yang sejati dan kehendak Tuhan. Paulus mengatakan: "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna" (I Korintus 6:12). Motivasi yang benar dan kemuliaan Allah haruslah menjadi yang utama. Inilah ciri kedewasaan orang Kristen. Dan bagaimanapun juga berkat Tuhan yang bersifat rohani itulah yang utama dan yang pertama dan yang kekal. Itulah sebabnya Yesus menasihati jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas yang telah dimurnikan dengan api (Wahyu 3:18).

Jangan lupa pula bahwa kita masih hidup di dunia, kita tidak sempurna, di mana hukum alam masih berlaku dalam kehidupan kita, dan hukum alam pada akhirnya tidak lain adalah hukum Allah, yang perlu kita patuhi. Sukses dan kemakmuran yang sejati adalah masih future sifatnya. Inilah salah satu aspek eskatologis yang perlu kita hayati dan camkan baik-baik sebagai seorang yang beriman. Rasul Yohanes berkata: "Sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia..." (I Yohanes 3:2). "Aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru... Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.... Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan atau ratap tangis atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Wahyu 21:2,4). Dengan ayat-ayat firman Allah yang bersifat eskatologis seperti ini, agaknya kata "Happiness Now" dan "live Fully Now and Create A Heaven on Earth" tidaklah realistis dan tidak dapat dibenarkan.

Janganlah kita lupa akan ucapan Tuhan Yesus yang terakhir terhadap murid-muridNya ketika mereka semua masih bersama-sama: "semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33). Setelah Yesus mengucapkan kalimat yang indah dan penuh kemenangan itu, Ia berdoa, lalu ditangkap dan diadili dan akhirnya disalib. Kita semua tahu Amanat Agung Tuhan Yesus sebagai pesan yang terakhir kepada murid-muridNya, yaitu pesanNya mengenai misi. Kita jangan lupa akan pesan Tuhan Yesus yang terakhir ini, yaitu mengenai kehidupan orang Kristen di dunia yang fana ini. Apa makna penting dari pesan Tuhan Yesus itu? Selama kita hidup di dunia, kita tidak dapat luput dari berbagai macam kesulitan, problema ru;nah tangga, sakit penyakit (termasuk sakit tua), kemiskinan dan mungkin aniaya. Dunia bukan sorga, dunia bukan rumah kita yang kekal, tetapi Yesus mengatakan agar kita kuat di dalam hati, sebab Ia telah mengalahkan dunia. Dengan demikian, kita akan memperoleh damai sejahtera di dalam Dia. Leon Morris mengatakan: "We all must live in the world and must have tribulation. But we may also live in Christ and thus have peace."147



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA