Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 5 No. 1 Tahun 1990 > 
EKSPOSISI DANIEL 9 
Penulis: Lynne Newell85

Dalam segala usaha kita untuk mengerti makna firman Tuhan dengan setepat mungkin, prinsip hermeneutika menjadi sangat penting, dan bahkan dapat dikatakan asasi, karena adanya keharusan mengerti dalam konteksnya. Konteks tersebut mencakup konteks sastra, sejarah, sosial, agama dan teologi. Pengertian mengenai konteks-konteks itu akan membantu kita mengerti makna dari Daniel pasal 9, khususnya ayat 24-27, dan pengabaian konteks-konteks itu menjadi penyebab timbulnya bermacam-macam tafsiran untuk ayat-ayat tersebut.

Pertama-tama kita perlu memperhatikan sifat kitab Daniel pada bagian perikop yang akan di eksegese. Dalam kitab Daniel tercantum hal-hal yang bersifat sejarah, tetapi juga terdapat nubuat-nubuat, mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan. Pasal 7 dan 8 yang terletak sebelum pasal 9 bersifat demikian. Mimpi dan penglihatan tersebut jelas mempunyai arti simbolis dan bukan arti harafiah. Maka jika sebagian dari firman yang disampaikan oleh malaikat dalam pasal 9 juga untuk diartikan secara simbolis dan bukan harfiah, hal itu tidak mengherankan melainkan sesuai dengan konteks tersebut.

Peristiwa yang diceritakan dalam pasal 9 terjadi pada tahun pertama pemerintah Darius, keturunan orang Media, atas kerajaan orang Kasdim (Babel). Kerajaan Babel dikalahkan oleh kerajaan gabungan Media-Persia pada tahun 539 SM. Maka tahun pertama pemerintahan Darius itu adalah tahun 539/538 SM. Pada tahun tersebut Daniel memperhatikan bahwa dalam firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Yeremia tertulis bahwa "jumlah tahun yang ... akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem" adalah tujuh puluh tahun. Jika kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Yeremia, maka terlihat ia mengatakan bahwa "seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya. Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu ...." (Yer 25:11-12) dan "apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel (sebagai pengusaha atas mereka), barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janjiKu itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini" (Yer 29:10).

Meskipun tanah Yehuda mulai menjadi reruntuhan dan tandus pada tahun 597 SM yaitu sewaktu Nebukadnezar (raja Babel) mengangkut raja Yoyakhin dan orang-orang terbaik dari masyarakat Yehuda ke dalam pembuangan Babel (2 Raj 24:8-17), dan baru pada tahun 587/6 SM kota Yerusalem, termasuk Bait Allah, diruntuhkan dan dijadikan timbunan puing, yaitu waktu raja Zedekia dikalahkan dan sisa orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan (2 Raj 24:18; 25:21) namun bangsa Yehuda sudah menjadi hamba kepada raja Babel sejak Nebukadnezar mengalahkan mereka pada tahun 605 SM (Dan 1:1-2). Pada tahun itulah Daniel dibawa ke Babel.

Karena Daniel melihat bahwa Tuhan sudah melakukan pembalasanNya atas kerajaan Babel sesuai dengan firmanNya, lagipula itu sudah berlalu hampir tujuh puluh tahun sejak bangsanya menjadi hamba kepada Babel serta ia dibawa ke Babel, maka Daniel mulai berdoa dan memohon kepada Tuhan. Dalam doanya, yang tercantum dalam 9:3-19, Daniel mengakui dosa-dosa bangsanya sebagai umat Allah. Ia mengakui juga bahwa pengalaman mereka dibuang ke negeri-negeri lain adalah hukuman yang adil yang dijatuhkan atas mereka sesuai dengan firman Tuhan dalam Taurat Musa, dan bahwa Tuhan adalah benar didalam menghukum mereka demikian. Kemudian Daniel memohon agar Allah yang telah membawa umatNya keluar dari tanah Mesir, sesuai dengan belas kasihanNya, akan membiarkan murkaNya berlalu dari Yerusalem, kotaNya, demi diriNya sendiri agar ia berkenan kembali ke tempat kudusNya yang telah musnah Ia juga memohon agar Tuhan memperhatikan keadaan mereka serta doaNya, bukan berdasarkan jasa mereka tetapi berdasarkan kasih sayangNya yang berlimpah-limpah lalu Daniel berseru, "Ya Tuhan, dengarlah ... ampunilah ... perhatikanlah dan bertindak dengan tidak bertangguh." Jadi inti permohonan Daniel kepada Tuhan adalah belas kasihan, pengampunan, pelepasan, dibawa kembali ke tanah air sendiri, serta pemulihan keadaan bangsanya, Yerusalem dan tempat kudus Allah di sana demi Tuhan sendiri.

Sementara Daniel berbicara dalam doa sebagaimana tertera di atas, malaikat Gabriel datang dan berbicara kepadanya. Gabriel memberitahu Daniel bahwa ketika ia mulai menyampaikan permohonannya keluarlah suatu firman (yaitu, keluar dari Allah karena Gabriel adalah utusan Allah), maka Gabriel datang justru untuk memberitahukan firman itu kepada Daniel. Firman tersebut merupakan jawaban Allah kepada doa dan permohonan Daniel (9:20-23). Firman itu adalah ayat 24-27. Memang ayat-ayat tersebut merupakan nubuat, namun pengertiannya tidak terlepas dari konteks dalam pasal 9 yang dijelaskan di atas ataupun konteks yang lebih luas, bahkan dapat dikatakan berakar di dalamnya.

Dalam ayat-ayat 24-27 dibicarakan beberapa masa. Dalam bahasa aslinya tidak dipakai kata "masa" tetapi dikatakan hanya "tujuh puluh 'tujuh'", "tujuh 'tujuh'", "enam puluh dua 'tujuh'" dan "satu 'tujuh"'. Di antara para penafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai Cara mengartikan angka-angka tersebut, yaitu apakah angka-angka itu harus diartikan secara harfiah menjadi 490 tahun, 49 tahun, 434 tahun dan 7 tahun, atau secara simbolis.

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, pengartian secara simbolis adalah sesuai dengan sifat kitab Daniel. Pasal 7 dan 8 berisi penglihatan yang harus diartikan dengan cara demikian. Tetapi untuk petunjuk yang lebih meyakinkan sebaiknya diselidiki dan dipertimbangkan pemakaian dan makna angka 7 dan 70, baik dalam karangan-karangan dari Timur Tengah Kuno maupun dalam Alkitab. Kedua pemakaian dan makna tersebut merupakan konteks atau latar belakang untuk memahami firman yang diberikan kepada Daniel ini.

Pemakaian dan makna angka 7 dan 70 dalam karangan-karangan Timur Tengah Kuno, khususnya di daerah Babel dan sekitarnya adalah sebagai berikut

(1) Angka 7 dan "tujuh kali" sering dipakai dengan arti "genap" atau "keseluruhan" tanpa dipandang jumlah sebenarnya. Misalnya, dalam sebuah prasasti Sumer tertulis mengenai "7 raja" yang melayani seorang raja lain, padahal jumlah raja itu lebih dari 13 orang. Demikian pula dalam surat-surat Amarna sering tertulis "tujuh kali dan tujuh kali" seseorang sujud di hadapan raja sebagai pernyataan penyerahan dan kesetiaannya yang sempurna kepada raja itu.

(2) "Tujuh hari" dan "tujuh tahun" juga dipakai dalam karangan mereka untuk menunjukkan suatu jangka waktu yang lengkap dan bukan dengan arti hurufiah.

(3) "Tujuh tahun" dipakai dengan arti kiasan dalam prasasti yang bersifat ramalan dari Babel, prasasti yang tentu diketahui oleh Daniel.

(4) "Tujuh puluh tahun" dianggap masa dewa-dewa menghukum kota atau daerah yang dimurkai mereka. Misalnya, dalam prasasti Esarhadon (raja Asyur) tertulis bahwa dewa Marduk menentukan Babel akan mengalami keruntuhan dan keadaan tandus selama 70 tahun karena murkanya kepada mereka, padahal waktu mereka dalam keadaan demikian bukan 70 tahun. yang dipentingkan adalah arti kiasannya sebagai masa hukuman oleh dewa.

Jelas pemakaian dan makna angka 7 dan 70 di dunia Timur Tengah Kuno merupakan konteks yang mengizinkan, bahkan mendukung, pengertian simbolis untuk angka-angka itu dalam Daniel 9:24-27.

 PEMAKAIAN DAN MAKNA ANGKA 7 DAN 70 DALAM ALKITAB

(1) Dalam Alkitab angka 7 dan "tujuh kali" sering dipakai seperti di atas, yaitu dengan arti "sesuatu yang lengkap" atau "keseluruhan", bahkan pada waktu jumlah sebenarnya berbeda. Lihat misalnya Ams 6:31; 26:16; 26:25; Ul. 7:1 ; dan 3 = 19 (jelas dari Kej 15:19-21 bahwa jumlah sebenarnya adalah 10).

(2) Angka 7 dan 70 dipakai dengan arti itu dalam Perjanjian Baru juga. Misalnya, Mat 18:22, dan berkali-kali dalam kitab Wahyu.

(3) Angka 7, "tujuh kali" dan "tujuh puluh tahun" sering dipakai berhubungan dengan hukuman. Lihat misalnya, Kej 4:15, 24; Im 26:18, 21, 24, 28; Mzm 79:12; Yes 23:15, 17. Dalam semua pemakaian tersebut artinya tidak hurufiah.

Maka pemakaian dan makna angka 7 dan 70 dalam Alkitab juga mendukung pengertian simbolis untuk angka-angka dalam Daniel 9:24-27.

Selain itu, bila dipakai berhubungan dengan waktu, jumlah 7 dan tujuh kali tujuh mempunyai konotasi khusus dalam Alkitab, konotasi yang berhubungan erat dengan perjanjian (covenant) Tuhan dengan umatNya. Konotasi itu adalah konotasi sabat. Tuhan menentukan agar umatNya merayakan hari sabat setiap minggu, yakni setiap hari ke-7, sabat untuk tanah setiap tahun ke-7, dan sabat Tahun Yobel setiap 7 kali 7 tahun, yakni pada tahun ke-50. Merayakan sabat, fungsi dan maknanya, berkat dan kutuk yang didatangkannya, semua ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Dan sabat-sabat itu harus dirayakan terus-menerus. (Lihat Kej 2:2; Kel 20:8-11; 31:12-17; 34:21; 35:2,3; Im 23:3; Bil 15:32-36; Yes 56:4,6; Yer 17:21-27; Yeh 20:12,20; Kel 23:10-12; Im 25:1-7, 8-55; Ul 15:1-18; Yer 34:8-9,12-14; Yeh 46:17; Yes 61:1-2; 49:8-9.)

Beberapa prinsip atau makna sabat yang dapat menolong kita mengerti Dan 9:24-27 ialah sebagai berikut:

(1) Sabat menyatakan bahwa suatu fase dalam maksud dan pekerjaan Tuhan sudah selesai (Kej 2:2; Ul 5:12-15)

(2) Sabat menyatakan akan dimulai suatu fase baru dalam maksud dan pekerjaan Tuhan (minggu baru, masa enam tahun yang baru, hidup baru setelah dibebaskan atau ditebus dari Mesir).

(3) Sabat mengingatkan akan pekerjaan Tuhan yang menciptakan dan memberi hidup kepada umatNya, juga menyelamatkan dan membebaskan mereka (Ul 5:12-15).

(4) Tahun Sabat dan Tahun Yobel disebut juga sebagai tahun pembebasan dan tahun penebusan.

(5) Pada tahun itu, umat Tuhan kembali kepada kaum keluarga dan tanah mereka dikembalikan kepada pemilik aslinya. Hal-hal tersebut menyatakan pelepasan, penebusan dan suatu permulaan baru.

Dalam II Taw 36:21 masa 70 tahun orang-orang Yehuda tertawan di Babel disebut sebagai masa tanah itu "menjalani sabat" dan "akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya." Hal yang persis sama dikatakan dalam Im 26:33-35 mengenai hukuman yang akan dijatuhkan Tuhan atas orang-orang Israel jika mereka tidak taat kepada Tuhan. Maka masa 70 tahun penawanan di Babel dianggap sebagai 70 sabat. Sebab sabat untuk tanah seharusnya dirayakan setiap tahun ke-7, maka 70 sabat dapat juga disebut sebagai 70 "tujuh". Konsep tersebut pasti tidak asing bagi Daniel.

Pengertian kita mengenai ayat 24-27 sangat dipengaruhi, bahkan ditentukan, oleh pengertian kita terhadap bahasa Ibrani ayat 25, khususnya mengenai tanda-tanda baca yang tepat yang dipakai di antara "tujuh kali tujuh" dan "dan enam puluh dua kali tujuh", dan di antara "enam puluh dua kali tujuh" dan "kota itu". Dalam bahasa Ibrani tidak ada perkataan "masa" atau "lamanya". Dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan lama di antara "tujuh sabat" dan "dan enam puluh dua sabat" tidak ada tanda baca sama sekali, dan setelah "enam puluh dua sabat" dipakai dua titik. Maka pengertiannya berbeda sekali dengan pengertian untuk ayat ini dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru. Tanda baca yang dipakai dalam Alkitab bahasa Inggris NIV (=New International version) dan banyak terjemahan lain adalah sama dengan yang dipakai dalam bahasa Indonesia terjemahan lama itu, hanya dalam NIV dipakai titik setelah "enam puluh dua 'tujuh'".

Dalam bahasa Ibrani tidak dipakai tanda-tanda baca yang sama dengan yang dipakai oleh kita. Bahkan dalam naskah asli tidak dipakai tanda baca sama sekali. Tanda-tanda baca yang dipakai sekarang pada teks Ibrani ditambahkan mulai antara abad ke-7 dan abad ke-10 AD. Jika dilihat hanya kata-kata dalam teks Ibrani, maka terjemahan yang tepat untuk ayat 25 adalah:

"Maka ketahuilah dan pahamilah: dari keluarnya firman agar memulihkan dan membangun Yerusalem sampai (kedatangan) seorang yang diurapi, seorang pemimpin/penguasa (ada) "tujuh" tujuh kali dan "tujuh" enam puluh dua kali. Itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang/jalan dan parit, tetapi dalam waktu kesulitan/penindasan."

Tanda baca dan pembagian kalimat yang berbeda dipakai dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru, kemungkinan besar oleh karena tanda baca 'atnah yang dipakai di bawah kata "tujuh kali" dalam bahasa Ibrani. Tetapi tanda baca itu tidak berfungsi sebagai pemisah dan tidak harus menyatakan adanya suatu "stop" sehingga perlu kita pakai titik atau dua titik di tempat itu. Tanda baca tersebut dipakai dalam setiap ayat perjanjian Lama dan diletakkan pada tempat yang dirasa tepat untuk memudahkan pembacanya agar ayat itu dibacakan dengan jelas. Biasanya tempat itu merupakan tempat jeda. Tetapi sering kali jeda itu singkat sekali sehingga dalam terjemahan bahasa Indonesia dipakai hanya koma atau tidak dipakai tanda baca sama sekali di tempat 'atnah. Misalnya, dalam 9:2 setelah "kumpulan Kitab" dan dalam 9:6 setelah "bapa-bapa kami" tidak dipakai tanda baca padahal dalam bahasa Ibrani dipakai 'atnah; dalam 9:5 setelah "memberontak", 9:20 setelah "Israel", dan 9:24 setelah "kekal" dipakai koma, saja, dan sifat atau fungsi koma itu tidak berbeda dengan sifat koma-koma lain dalam ayat-ayat itu. Maka jelas adanya 'atnah di bawah "tujuh kali" dalam Dan 9:25 tidak berarti bahwa harus dipakai tanda baca apapun di tempat itu.

Perlu kita ingat bahwa fungsi tanda baca dalam bahasa Ibrani ialah untuk menolong orang yang membacakan firman Tuhan supaya ia membacakannya dengan betul dan supaya pendengar-pendengarnya dapat mendengar dan memahaminya dengan tepat. Karena itu, kadang kala 'atnah dipakai di bawah kata pertama dari dua kata yang mirip lafalannya, yaitu supaya pembaca membacakannya dengan tepat dan terang. Rupa-rupanya 'atnah yang dipakai dalam Dan 9:25 ini berfungsi demikian sebab dipakai di bawah kata kedua dari empat kata yang mirip dalam lafalannya, dan di mana kata pertama, kedua dan ketiga berarti "tujuh".

Berdasarkan keterangan tersebut jelas terjemahan di atas lebih dapat diterima dari pada terjemahan yang tertulis dalam Alkitab bahasa Indonesia, terjemahan baru.

 EKSPOSISI IM 26:24-27

Sebagaimana sudah kita lihat di atas, menjelang berakhirnya masa 70 sabat orang-orang Yehuda ditaklukkan oleh orang Babel dan tertawan di sana, Daniel mendoakan bangsanya, Yerusalem, kotanya yang kudus, dan tempat kudus Tuhan. Ia mengakui dosa mereka serta memohon pengampunan dan tindakan Tuhan untuk memulihkan keadaan mereka. Gabriel datang untuk menyampaikan jawaban Tuhan atas doa Daniel itu dan Jawaban itu tertulis dalam ayat 24-27 ini. Maka waktu Daniel mendengar kalimat pertama yang disampaikan oleh Gabriel (ayat 24), yaitu bahwa tujuh puluh "tujuh", yang dapat disamakan dengan tujuh puluh sabat, "telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan ... dan untuk mengurapi yang maha kudus," kemungkinan besar kesan pertama Daniel ialah kalimat tersebut merupakan janji Tuhan bahwa dengan segera masa pembuangan bangsanya akan diakhiri dan mereka akan kembali ke tanah air mereka serta keadaannya dipulihkan. Dosa, kesalahan dan kefasikan mereka akan dihapuskan dan diampuni sebab Tuhan menentukan masa tujuh puluh sabat atau "Tujuh" itu sebagai masa hukuman untuk "mengakhirinya." Waktu itu sekitar 67 tahun telah berlalu sejak mereka mulai diperhambakan oleh Babel.

Tetapi hal-hal yang dikatakan oleh Tuhan di sini sebenarnya bersifat mutlak dan menyeluruh, lagi pula ditambahkan "untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi/nubuat".: Kemudian itu dilanjutkan dengan nubuat yang meskipun mencakup janji bahwa Yerusalem akan dibangun kembali namun jelas lebih luas dalam jangkauannya. Dan Daniel pun akan mengerti hal itu.

Keenam hal tersebut dalam ayat 24 dapat dikerjakan hanya oleh Allah sendiri, manusia tidak dapat mengerjakannya. Maka sebenarnya di sini Gabriel memberitahu Daniel bahwa Tuhan telah menetapkan suatu masa lagi yang merupakan tujuh puluh "tujuh", atau sabat, atas bangsanya dan atas Yerusalem, untuk melaksanakan hal-hal tersebut. Tuhan Y esus Kristus dengan kehidupan dan kematianNya menyelesaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan, mendatangkan kebenaran dan keadilan yang kekal, menggenapkan penglihatan dan nubuat serta mengakhiri masa berfungsinya nabi. Dialah Yang Maha Kudus, Yang Diurapi, Mesias, yaitu Kristus. Semuanya itu dikerjakan oleh Kristus pada kedatanganNya yang pertama kali. Tetapi semuanya akan dinyatakan dan dialami dengan sempurna pada kedatanganNya kedua kali kelak. (Lihat Ef 1:9-10; Gal 4:4-5; 1 Yoh 3:5; Ibr 9:26)

Firman yang disampaikan oleh Gabriel ini menyatakan bahwa orang-orang Israel dan Yerusalem ada kaitan khusus dengan rencana Allah tersebut. Pernyataan ini dapat merupakan penghiburan bagi Daniel dan bagi bangsanya dalam pembuangan di Babel. Penggenapannya adalah dalam hal Yesus Kristus datang di tengah-tengah mereka, lahir dari seorang anak dara Israel, untuk menjadi Mesias dan Juruselamat mereka. Tetapi mereka menolakNya dan akhirnya menyerahkan Dia untuk disalibkan. Ia disalibkan, menyelesaikan soal dosa manusia, di Yerusalem. Setelah itu ada perubahan dalam status mereka di hadapan Allah, namun Allah tetap merencanakan untuk menyelamatkan orang-orang Israel yang secara pribadi percaya kepada Kristus sebagai Putra Allah dan Juruselamat mereka. (lihat Roma 10:12, 16-17; 11:7, 17-23.)

Lalu dalam ayat 25-27 diterangkan beberapa hal berkenaan dengan masa tujuh puluh "tujuh" itu. Masa tujuh puluh "tujuh" itu dibagi ke dalam tiga masa sebagai berikut:

1. tujuh "tujuh"

2. enam puluh dua "tujuh"

3. satu "tujuh"

1. Tujuh "tujuh"

Jelas dari ayat 25 bahwa masa tujuh "tujuh", dan sekaligus tujuh puluh "tujuh" mulai dihitung dari saat diberinya firman untuk membangun kembali dan memulihkan Yerusalem. Firman itu dikeluarkan oleh Koresy, raja Media-Persia, pada tahun Daniel menaikkan doa yang tercantum dalam pasal 9 serta mendapatkan firman Tuhan ini, yakni tahun 539/8 SM. Hal itu jelas dari Ezra 1:1-4; Yes 44:28; 45:13.

Firman yang dikeluarkan oleh Koresy itu adalah satu-satunya firman atau pesan yang diberi agar membangun kembali dan memulihkan Yerusalem. Firman yang mengizinkan orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem dan berpesan agar mereka membangun pula Bait Allah di sana, berarti dengan sendirinya mereka harus membangun rumah untuk mereka diami serta memulihkan keadaan di Yerusalem dan sekitarnya supaya mereka dapat hidup di sana.

Pada waktu raja Artahsasta memberi surat perintahnya kepada Ezra tahun 458 SM, Bait Allah dan rumah-rumah penduduk Yerusalem sudah lama berdiri. Tembok Yerusalem belum dibangun kembali dan kehidupan orang di sana belum diatur kembali sesuai dengan Taurat Allah. Isi surat itu ialah pemberian perintah dan wewenang kepada Ezra untuk mengatur cara berbakti dan Cara hidup orang-orang di Yehuda dan Yerusalem supaya sesuai dengan hukum Allah mereka. Sama sekali tidak disebut mengenai apa yang harus dibangun (lihat Ezra 7:11-26). Maka jelas surat itu bukan "firman" yang dimaksudkan dalam Dan 9:25.

Tujuh "tujuh "adalah masa antara dua Tahun Yobel. Pengalaman orang-orang Yehuda (setelah dikeluarkannya perintah Koresy agar mereka kembali ke tanah air mereka dan membangun pula Bait Allah dan Yerusalem) sama sifatnya dengan kejadian-kejadian pada Tahun Yobel. Tahun 539/8 SM itu merupakan tahun pembebasan bagi mereka. Tanah mereka kembali kepada pemilik aslinya. Mereka kembali kepada kaum keluarga. Mereka dibebaskan dari perhambaan. Satu fase dalam hidup mereka telah berakhir dan mereka memulai suatu fase baru. Fase baru itu berlangsung sampai pengalaman mirip dengan Tahun Yobel yang berikut, yaitu sampai pembangun kembali dan pemulihan Yerusalem sudah selesai. Baru pada masa Nehemia, +/- 420 - 410 SM, kota Yerusalem lengkap dengan temboknya selesai dibangun kembali. Pada waktu itu juga Nehemia mengadakan pemberesan kehidupan orang-orang Yahudi di sana. Taurat Tuhan dibacakan kepada mereka: perayaan-perayaan agama mereka dilaksanakan kembali sesuai dengan firman Tuhan dalam Pentateukh; kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat mereka diperbaiki supaya sesuai dengan Taurat Tuhan; dan mereka membaharui penyerahan mereka Kepada Tuhan serta mengadakan kembali perjanjian dengan Dia (Neh 9:38-10:39; 12:30-13:30; Ul 31:10-13). Semuanya itu juga sesuai dengan sifat Tahun Yobel. Satu fase lagi sudah selesai dalam hidup mereka, dan Nehemia membawa mereka masuk ke fase yang baru. Menurut penjelasan yang tercantum, dalam kitab Nehemia, pekerjaan membangun kembali kota Yerusalem dengan temboknya dikerjakan "di tengah-tengah kesulitan" sebagaimana dikatakan dalam Dan 9:25.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan di atas, maka waktu yang paling tepat untuk berakhirnya masa tujuh "tujuh" adalah waktu selesainya pelayanan Nehemia tersebut, yakni +/- 420 - 410 SM (kita tidak tahu persis pada tahun berapa pelayanan Nehemia itu berakhir)

Panjangnya masa tujuh "tujuh" itu adalah sekitar 120 tahun, tetapi itu tidak merupakan soal bila kita memahaminya menurut prinsip-prinsip yang diterangkan di atas. Banyak penafsir sudah berusaha dengan pelbagai cara untuk menafsirkannya secara harafiah, tetapi hasil semua usaha mereka tidak sesuai dengan isi firman Tuhan ini ataupun dengan sejarah.

2. Enam puluh dua "tujuh"

Menurut terjemahan ayat 25 yang diberikan di atas, masa enam puluh dua "tujuh" mulai berlangsung setelah berakhirnya masa tujuh "tujuh", yaitu pada tahun +/- 420 - 410 SM. Masa enam puluh dua "tujuh" itu berlangsung sampai kedatangan "seorang yang diurapi, seorang pemimpin/penguasa", menurut ayat 25. Menurut ayat 26, pada akhir masa tersebut orang yang diurapi itu akan disingkirkan, padahal tidak ada Salah apa-apa.

Satu-satunya orang yang dapat dilukiskan demikian ialah Yesus Kristus. Dalam bangsa Israel orang yang diurapi adalah raja atau imam. Yesus adalah Raja dari keturunan Daud (Luk 1:32-33) dan "Imam besar menurut peraturan Melkisedek" (Ibr 7:11,17). Lagi pula, kata yang berarti "seorang yang diurapi" adalah masiah. Meskipun kata itu tidak harus berarti "Mesias", namun kata itulah yang menjadi istilah yang dipakai untuk dia yang dinanti-nantikan itu. Mesias adalah Kristus.

Kata kerja bahasa Ibrani yang diterjemahkan "akan disingkirkan" adalah karat. Arti dasarnya adalah "memotong, mengerat." Kata itu juga dipakai dengan arti-arti yang berikut:

(1) menolak, mengusir, memecat, menyingkirkan seseorang sebagai hukuman

(2) membunuh dengan tiba-tiba atau dengan kekerasan (sering dipakai dengan arti ini dalam konteks hukuman)

(3) kata kerja ini merupakan istilah khusus yang dipakai untuk "mengadakan" perjanjian. Kata kerja "memotong" itu dipakai di dunia Timur Tengah Kuno pada waktu membuat perjanjian dengan menyembelih seekor binatang sudah biasa (lihat Kej 15). Berbuat demikian dimaksudkan sebagai jaminan bahwa perjanjian itu akan ditepati, Orang yang membuatnya dengan demikian menyatakan kiranya ia dihukum mati seperti binatang itu jika ia mengingkari perjanjian itu.

Semua arti itu tepat untuk Tuhan Yesus, Ia mati tersalib menanggung hukuman untuk dosa manusia yang telah melanggar perjanjian yang Allah buat dengan mereka. Dengan kematianNya ia mengadakan perjanjian baru dengan mereka yang percaya kepadaNya. Ia dibunuh dengan kekerasan demikian setelah Ia ditolak dan disingkirkan oleh orang-orang Yahudi dan oleh manusia lain.

"Tidak ada salahnya apa-apa." Waktu Yesus diadili sebelum Ia disalibkan, Pilatus menyatakan jelas bahwa tidak ada salah padaNya (Luk 23:4, 14-15). Firman Tuhan berkali-kali mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak berdosa (misalnya, Ibr 4:15; 2 Kor 5:21). hal ini Tidak dapat dikatakan demikian mengenai manusia lain.

Bahasa Ibrani pada ayat ini diterjemahkan "tidak ada salahnya apa-apa", karena apabila diterjemahkan secara hurufiah hanya mengatakan "tidak ada padanya". Mengartikannya sebagai "tidak ada salah padanya" dapat diterima dalam konteks ini, yang menunjukkan adanya hukuman yang dijatuhkan atas Kristus. Namun kata-kata itu dapat juga diartikan "tidak mempunyai apa-apa" sehingga menunjukkan kepada kematianNya seakan-akan Ia seorang penjahat yang miskin. Betul,pada waktu itu Yesus tidak mempunyai apa-apa, pakaianNyapun diambil prajurit-prajurit Roma dan mayatNya ditaruh di kubur orang lain. Murid-muridNya lari meninggalkan Dia "Tidak ada pada Dia" memang betul mengenai Yesus.

Sekali lagi tidak perlu ditentukan pada tahun berapakah masa ini berakhir. Berakhirnya adalah pada kedatangan Yesus Kristus. Dengan hidup, kematian dan kebangkitanNya, Ia mengadakan penebusan, pelepasan dan pembaharuan bagi mereka yang percaya kepadaNya, dan terjadilah tahap pertama dalam penggenapan Dan 9:24.

3. Satu "tujuh"

Sebagaimana sudah diterangkan dengan jelas dari Dan 9:24 bahwa tujuh puluh "tujuh" yang ditetapkan itu berakhir pada kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Maka masa satu "tujuh", "tujuh" atau "sabat" yang terakhir, ialah masa antara kedatangan Yesus Kristus yang pertama (saat berakhir masa enam puluh dua "tujuh" dan sekaligus enam puluh sembilan "tujuh") dan kedatanganNya kedua kali. Pada waktu itu sudah zaman berakhir dunia ini dan kita masuk ke dalam zaman yang kekal lagi, sempurna yang dilambangkan oleh semua sabat dan Tahun Yobel.

Sekali lagi, panjangnya masa itu tidak dipentingkan yang penting ialah mengetahui bahwa masa itu adalah masa yang terakhir. Masa antara kedatangan Kristus pertama kali dan kedatanganNya kedua kali dianggap sebagai satu "tujuh", yakni satu masa "sabat". (ciri-ciri yang sama berlaku selama masa itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus telah datang untuk melenyapkan dosa dan menyelamatkan orang yang bersandar kepadaNya serta telah mendirikan kerajaanNya yang kekal.

Dalam Dan 9:26 dan Dan 9:27 disebut beberapa hal lain yang akan terjadi dalam masa satu "tujuh", masa yang terakhir ini.

(1) "Datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu."

"Pemimpin besar" adalah terjemahan yang lebih tepat dari pada "raja". Peristiwa itu terjadi pada tahun 70 AD tatkala tentara Roma dipimpin oleh Titus mengalahkan Yerusalem serta menghancurkan Bait Allah dan banyak bagian lain dari kota Yerusalem.

(2) Berakhirnya akan dengan meluap seperti banjir/dengan menghanyutkan

Kata-kata "raja itu akan menemui ajalnya" tidak ada dalam teks Ibrani: hanya dikatakan "berakhirnya". Maka terjemahan di atas yang saya berikan adalah lebih tepat. Beberapa pendapat pernah dilontarkan mengenai apa atau siapa yang dimaksudkan oleh "nya" yang dipakai dengan "berakhir" itu. Terjemahan bahasa Indonesia menurut salah satu dari pendapat-pendapat itu. Pendapat yang paling memuaskan, karena sesuai dengan tata bahasa (bahasa Ibrani) dan dengan peristiwa yang terjadi, ialah bahwa "nya" menunjukkan "hal berakhir". Yang dimaksudkan dalam konteks kalimat ini ialah berakhirnya kota Yerusalem dan Bait Allah. Memang, hal itu terjadi pada waktu Titus membawa tentara Roma masuk Yerusalem. Mereka merusak dan menghancurkan sedemikian rupa dan sedemikian luas, serta orang-orang Yahudi tidak mampu melawan mereka, sehingga tepat bila dikatakan mereka "menghanyutkannya, seperti air banjir."

(3) Sudah ditetapkan akan ada peperangan dan pemusnahan sampai pada akhir, yaitu sampai Tuhan Yesus kembali untuk kedua kalinya.

(4) Ia akan meneguhkan perjanjian dengan banyak orang selama satu "tujuh". Terjemahan ini lebih tepat. Dalam bahasa Ibrani tidak dikatakan "Raja itu akan..." melainkan hanya "Ia akan..." Rupanya "ia" yang merupakan subjek dalam kalimat ini adalah "orang yang telah diurapi" yang diutamakan dalam Dan 9:26. Dikatakan bahwa ia dibunuh dan bahwa pada dia tidak ada sesuatupun, kemudian disebut nasib kota dan tempat kudus setelah ia dibunuh. Maka dia, dan hanya dia, yang berperanan penting dalam Dan 9:26 orang itu adalah Tuhan Yesus Kristus.

Kalau betul demikian, kalimat ini berarti bahwa Yesus Kristus meneguhkan perjanjian dengan banyak orang selama masa satu "tujuh". Memang itulah yang dibuat oleh Tuhan Yesus melalui hidup, kematian dan kebangkitanNya. Tuhan Yesus Kristus hidup dengan menaati segala tuntutan dan syarat Taurat dan perjanjian Allah, dan mati menanggung dosa manusia yang melanggarnya. Dengan demikian Ia menggenapi dan meneguhkan perjanjian itu. Roh Kudus yang diutus Kristus kepada orang-orang yang percaya kepadaNya, menguatkan mereka dan memberi mereka kemampuan untuk hidup menurut syarat perjanjian Allah itu. Dengan berbuat demikian, Ia meneguhkannya. Lagi pula, Tuhan Yesus mengatakan bahwa darah yang dicurahkanNya untuk menghapus dosa manusia merupakan darah perjanjian penghapusan dosa.

Hal-hal tersebut berlaku selama masa dari kedatangan Yesus Kristus yang pertama sampai kepada kedatanganNya kedua kali. Maka tepat bila dikatakan bahwa Ia meneguhkan perjanjian dengan banyak orang, yakni mereka yang percaya dan bersandar kepadaNya, selama satu "tujuh".

Pendapat lain yang mengatakan bahwa "ia" yang merupakan subjek kalimat ini adalah "raja" atau "pemimpin besar" yang disebut dalam Dan 9:26, tidak dapat diterima. Pemimpin itu disebut hanya sekali saja, dan hanya karena rakyatnya memusnahkan Yerusalem. Ia tidak dipentingkan. Selain itu, Titus, pemimpin orang Roma itu, tidak meneguhkan perjanjian dengan banyak orang. Jika dia yang dimaksudkan, tidak jelas apa yang dimaksudkan oleh satu "tujuh". Sebagian penafsir mengatakan pemimpin itu adalah Anti Kristus yang akan datang kelak. Tetapi ada kesulitan disana dikatakan bahwa rakyatnya memusnahkan Yerusalem. Selain itu, bahasa Ibraninya jelas tidak berarti bahwa orang itu "membuat" perjanjian melainkan ia "meneguhkannya". Maka tafsiran tsb. tidak dapat diterima.

(5) Pada pertengahan "tujuh" itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan.

Jelas dari Neh 4:16,21; 13:24; Yes 44:16,19; Mzm 102:25 Yer 17:11 bahwa kata yang diterjemahkan "pada pertengahan" tidak harus berarti persis di tengah melainkan hanya berarti pada suatu waktu dalam masa itu. Jelas juga dari Ibr 9:1-10:18 bahwa kematian Kristus telah menggenapi dan menggantikan semua korban dan persembahan yang ditentukan dalam Taurat Musa. Hal ini tidak berarti bahwa pada waktu Yesus disalibkan semua korban dan persembahan itu langsung dihentikan. Pada waktu orang-orang percaya kepada Kristus sebagai Anak Domba Allah, korban penebusan untuk dosa-dosa mereka, mereka lalu berhenti membawanya. Lalu waktu tentara Roma menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah. Korban dan persembahan itu dihentikan. Namun sejak Yesus di salibkan, khasiat semua korban dan persembahan itu lenyap, dihentikan.

(6) "Lagipula (akan ada) sayap kekejian yang menghancurkan/membinasakan yaitu sampai pemusnahan yang sudah ditetapkan tercurah di atas itu yang sedang hancur/binasa."

 TERJEMAHAN INI LEBIH TEPAT

Sekali lagi kalimat yang maknanya kelihatan kabur ini menjadi jelas apabila dipahami sesuai dengan konteksnya. Kerub-kerub dalam tempat yang Maha Suci di Bait Allah bersayap, dan sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian, tempat Tuhan hadir di sana. Jadi, kerub yang bersayap itu ada di hadirat Allah (Kel 25:20; 2 Taw 13:11-13). Makhluk-makhluk yang dilihat Yehezkiel dalam penglihatannya waktu ia melihat kemuliaan Allah, juga bersayap, makhluk-makhluk tersebut ada di hadirat Allah dan melayani Dia. Dalam beberapa mazmur, misalnya Mzm 17:8; 36:8; 61:5; 91:4, disebut "sayapMu", yakni "sayap Allah", sebagai tempat naungan dan tempat berlindung bagi manusia. Maka cukup biasa bagi orang-orang Yahudi kalau konsep "sayap" dipakai berhubungan dengan Allah serta menyatakan bahwa Allah adalah tempat perlindungan atau sandaran bagi manusia.

"Kekejian" adalah istilah yang sering dipakai dalam Perjanjian lama untuk berhala, dan untuk penyembahan kepada berhala ganti menyembah Allah. Maka sebutan "sayap kekejian" mempunyai arti tertentu bagi orang-orang Yahudi pada Daniel. Sebutan itu menyatakan bahwa ada sesuatu atau seseorang yang diangkat untuk menggantikan Allah dan yang ditunjuk sebagai sandaran perlindungan bagi manusia.

Kata-kata bahasa Ibrani yang diterjemahkan "pemusnahan yang sudah ditetapkan" dipakai juga dalam Yes 10:23 dan 28:22 mengenai hukuman Tuhan atas Yerusalem dan Israel yang tidak setia kepada Dia, di mana hanya sisa-sisa orang yang bersandar kepada Tuhan dan setia kepadaNya diselamatkan. Ayat-ayat tersebut digenapi dalam peristiwa Babel mengalahkan mereka, menghancurkan Yerusalem, dan membawa mereka tertawan ke Babel. Namun rupanya ayat- ayat itu juga mempunyai penggenapan lain lagi, yaitu dalam peristiwa Roma menghancurkan Yerusalem dan sebagainya setelah orang-orang Yahudi menolak Allah di dalam Kristus. Yes 28:16 jelas berkonotasi mesianis.

Sebagaimana sudah diterangkan, Tuhan Yesus Kristus merupakan penggenapan semua korban dan persembahan yang dituntut dalam Taurat Musa sehingga korban persembahan tersebut tidak lagi berkhasiat. Hanya dengan percaya dan bersandar kepada Kristus yang tersalib manusia dapat beroleh pengampunan dosa dan hidup yang kekal. Namun orang-orang Yahudi pada umumnya, yaitu selain sisa-sisa yang percaya kepada Kristus, tetap membawa dan mempersembahkan korban dan persembahan tersebut sampai Tuhan menghentikannya dengan mendatangkan alat penghukumNya, yaitu Titus dengan tentara Roma, yang menghancurkan Yerusalem dan memusnahkan banyak orang Yahudi.

Pada waktu itu lambang dari tentara Roma yang menghancurkan dan memusnahkan Yerusalem diletakkan pada tempat yang Maha Suci dalam Bait Allah menggantikan mezbah di sana, seakan-akan orang-orang disuruh menyembah Kaisar Roma dan menjadikan dia sandaran mereka. Sungguh itu merupakan "sayap kekejian yang menghancurkan" yang dinubuatkan dalam ayat 27 ini.

Pemusnahan Yerusalem dan Yehuda yang dilaksanakan oleh tentara Roma itu adalah hukuman yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk ditimpakan ("tercurah") atas Israel yang tidak setia dan tidak bersandar kepada Dia, yaitu yang menolak dan menyalibkan PutraNya, Yesus Kristus.

Demikianlah eksposisi Daniel pasal 9. Bagi kita yang hidup dalam masa "satu 'tujuh'", masa yang terakhir, yang akan berakhir dengan kedatangan Kristus dalam kemuliaanNya, lalu dunia ini akan lenyap dan diganti dengan langit dan bumi yang baru di mana terdapat kebenaran, hendaklah kita ingat nasihat Petrus dalam 2 Ptr 3:11-12, "... betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah."

 CATATAN

Banyak tafsiran lain sudah diajukan untuk Dan 9:24-27, di antaranya penafsiran dispensasionalis yang antara lain, mengatakan bahwa masa satu "tujuh adalah tujuh tahun baru sebelum Kristus kembali ke dunia ini untuk kedua kali dalam sekemuliaanNya. Masa antara pembaptisan Yesus dan permulaan tujuh tahun itu dianggap mereka sebagai suatu "waktu selang" yang tidak termasuk dalam perhitungan Allah dalam ayat-ayat ini (mereka mengartikan semua masa tersebut secara harfiah sehingga terpaksalah mereka mengatakan demikian). Tetapi dalam ayat-ayat ini sama sekali tidak ada kesan atau petunjuk akan adanya suatu "waktu selang" yang demikian. Lagi pula, justru dalam waktu itu terjadilah banyak peristiwa yang sangat penting dalam pelaksanaan rencana kekal Allah untuk keselamatan manusia dari setiap suku dan bangsa, termasuk peristiwa dasar, yakni pelayanan, penyaliban dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Maka penafsiran yang demikian tidak dapat diterima.



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA