Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 5 No. 1 Tahun 1990 >  PEMBAGIAN POKOK-POKOK KULIAH BUKIT ZAITUN > 
III. KRISIS DI YUDEA (MT. 24:15-26) 

Dalam bagian ini Yesus berbicara mengenai penderitaan besar yang akan dialami bangsa Yahudi, generasi pada masa itu (Mt. 23:36; 24:34). Penderitaan ini akan mencapai puncaknya dengan dihancurkannya Yerusalem dan Bait Allah oleh tentara Roma pada tahun 70 AD. Bagian ini menjawab pertanyaan murid mengenai kapan Bait Allah akan dihancurkan.

Dengan bahasa serupa seperti yang dikemukakan oleh Daniel (Dan. 9:27; 11:31; 12:11), Yesus memberi peringatan akan munculnya Pembinasa keji.79 Pada tahun 168 BC, Antiokhus Epifanes, raja Siria, menajiskan Bait Allah dengan mendirikan altar untuk Zeus di tempat orang mempersembahkan korban bakaran. Di altar itu ia juga mempersembahkan seekor babi yang merupakan binatang yang najis menurut Perjanjian Lama. Ia juga menjadikan kamar-kamar di Bait Allah menjadi tempat pelacuran. Diulangnya nubuatan nabi Daniel ini menunjukkan bahwa peristiwa tahun 168 BC itu belum merupakan penggenapan menyeluruh dari nubuatan nabi Daniel. Perang Yahudi pada tahun 66-70 AD menampak ulangkan Pembinasa keji yang dinubuatkan Daniel. Tentara Roma di bawah pimpinan Jenderal Titus benar-benar menjadikan Bait Allah menjadi lengang dengan membumiratakan bangunan tersebut.

Nasihat Tuhan Yesus untuk "melarikan diri ke pegunungan" (Mat 24:16) menunjukkan bahwa bagian ini jelas menunjuk pada peristiwa kehancuran Yerusalem dan bukan waktu kesudahan zaman. Malapetaka kosmis menjelang akhir zaman tidak akan dapat dihindari dengan melarikan diri ke pegunungan. Mat 24:17-20 pun merefleksikan urgensinya pelarian mereka untuk menghindari kekejaman tentara Roma yang datang menyerang.80

Sekalipun Yesus mengemukakan sesuatu yang pasti akan terjadi, sesuai dengan rencana Allah, ia tetap menasehatkan: "berdoalah!" Bahkan dalam kejadian yang pasti terjadi doa tetap mempunyai peranan yang sangat penting, karena Tuhan bebas untuk menjawab doa anak-anakNya. Murid-murid didorong untuk berdoa agar peristiwa ini tidak terjadi pada musim dingin (ay. 20) karena pada musim itu jalan akan menjadi berlumpur dan sulit dijalani. Juga mereka perlu berdoa agar peristiwa itu tidak terjadi pada hari Sabat, sebab pada hari itu tidak ada yang berjualan sehingga mereka akan kekurangan bekal makanan.

Dalam periode krisis ini akan banyak orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menjadi mesias dan nabi palsu. Mereka juga memperlengkapi diri dengan "tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat" (ay. 24). Tentunya ini semua menjadi alat yang ampuh untuk menyesatkan pengikut-pengikut Yesus. Pesan Tuhan Yesus dalam menghadapi mereka adalah: "Jangan kamu percaya!" (Mat 24:23,26). Tindakan mesias dan nabi palsu ini sangat bertentangan dengan sikap Tuhan Yesus pada waktu ia ditantang untuk memperlihatkan "suatu tanda dari sorga" kepada orang-orang Farisi dan Saduki (Mt. 16:1). Yesus lebih menekan tanggung jawab untuk beriman dari pada mempercayakan diri pada penampakan mujizat yang kelihatannya hebat. Ini memperingatkan kita pada masa kini yang terlalu memaksa Tuhan untuk memperagakan kehebatanNya dengan membuat mujizat-mujizat.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA