Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 4 No. 1 Tahun 1989 >  PANGGILAN P.A.K. TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA > 
III. ARTI DAN PERANAN AGAMA DI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL 

Menurut Ilmu Sosiologi Agama, yaitu ilmu yang mempelajari agama dari sudut Ilmu Sosiologi, terdapat hubungan yang fungsional antara agama dan masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat agama memainkan sejumlah fungsi-fungsi tertentu, sehingga turut mempengaruhi dan menentukan keadaan dan arah perkembangan masyarakat. Dalam hubungan ini agama dapat disebut sebagai salah satu unsur pembentuk masyarakat. Sebagai unsur pembentuk masyarakat, peranan agama dapat bersifat positif atau negatif. Positif, artinya menunjang atau mengukuhkan keadaan dan perkembangan masyarakat. Sedangkan yang dimaksudkan dengan negatif ialah fungsinya sebagai penjaga dan pengritik keadaan serta perkembangan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat, yang tidak sesuai dengan, atau tidak dapat dibenarkan oleh kaidah-kaidah keagamaan yang dianut. Peran positif atau negatif yang disebutkan di atas terutama menyangkut sikap atau reaksi agama terhadap masyarakatnya. Positif, kalau menunjang dan mengukuhkan; negatif, kalau melawan atau menghambat. Dalam hubungan ini perlu kita sadari bahwa sebenarnya yang positif itu belum berarti selalu yang baik, sedang sebaliknya yang negatif itu juga tidak selalu berarti buruk. Yang positif bisa justru yang tidak baik, sedangkan yang negatif itulah justru yang baik. Untuk jelasnya baiklah kita ambil contoh keadaan masyarakat dan pemerintahan Hitler di Jerman sebelum dan selama Perang Dunia Kedua. Gereja-gereja di Jerman pada waktu itu terpecah menjadi dua. Golongan pertama, yang merupakan mayoritas, sikapnya mendukung dan membenarkan Hitler dan suasana kebangsaan Jerman pada saat itu. Jadi, positif. Sedangkan golongan kedua tidak dapat dan tidak mau mengikuti Hitler dan mayoritas penduduk yang memuja-muja faham Naziisme, bahkan melawannya dengan membentuk gerakan-gerakan bawah tanah untuk menumbangkan Hitler. Jadi sikapnya negatif. Dalam hal ini jelas, bahwa yang negatif itu justru yang baik, sedang yang positif justru yang buruk. Contoh lain yang dewasa ini masih sangat aktual ialah situasi keagamaan di Afrika Selatan. Gereja Gereformeerd Kulit Putih di sana sikapnya positif terhadap pemerintahan Apartheid yang rasialis. Gereja itu tidak hanya mendukung, tetapi bahkan juga menjadi pembelanya yang gigih. Di sini, kepositifan Gereja itu jelas justru tidak baik dan tidak dapat dibenarkan.

Contoh-contoh yang dikemukakan mengenai Jerman dan Afrika Selatan di atas kiranya menyadarkan kita agar kita bersikap kritis, baik terhadap keadaan dan perkembangan masyarakat kita, maupun terhadap ajaran-ajaran keagamaan kita sendiri. Sebagai umat beragama, tentu saja sikap positif atau negatif kita terhadap keadaan dan perkembangan masyarakat harus didasarkan pada keyakinan dan ajaran keagamaan yang kita anut. Namun kita juga harus bersikap kritis, apakah ajaran-ajaran keagamaan kita itu memang sudah benar dan tepat dinilai dari tuntutan-tuntutan kebenaran dan keadilan berdasarkan iman? Selanjutnya, sebagaimana di depan telah disinggung, tujuan pendidikan nasional kita secara ringkas dan padat dapat dirumuskan sebagai upaya untuk "meningkatkan harkat dan martabat manusia", sehingga manusia-manusia Indonesia itu akan memiliki kualitas-kualitas kemanusiaan yang religius, berpendidikan dan berkeahlian profesional untuk menunjang dan mengembangkan kehidupannya, berperikemanusiaan dan berkesadaran sosial yang tinggi, dsb. Kualitas-kualitas tersebut, yang difahami sebagai pancaran dan aspek-aspek dari harkat dan martabat kemanusiaan yang ingin diwujudkan, kiranya sejalan dengan pemahaman imaniah kita mengenai manusia sebagai citra Allah seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Dalam hubungan ini kita dapat mengacu khususnya Kitab Kejadian 1 dan 2. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia harus menghormati dan bertakwa kepada Sang Penciptanya. Sebagai pengemban mandat Allah untuk menguasai, mengembangkan dan mengelola bumi beserta segala isinya, ia dikaruniai potensi akal budi dan keluhuran jiwa yang harus dikembangkan dan digunakannya dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab. Karena setiap dan semua manusia adalah citra Allah sendiri, maka di dalam kehidupannya manusia harus saling menghormati dan mengasihi satu sama lain, melalui solidaritas dan peri kemanusiaan yang dijunjung tinggi. Pada sebelah lain Alkitab juga mengajarkan kepada kita tentang hakikat manusia sebagai makhluk. Oleh kemakhlukannya itu manusia harus menyadari akan keterbatasan-keterbatasannya dan kelemahan-kelemahannya. Tidak hanya itu. Alkitab juga mengajarkan tentang kenyataan manusia yang berada di bawah ancaman dan cengkeraman kuasa dosa. Oleh sebab itu manusia juga dapat dan memang sering salah dan keliru, melawan dan memberontak terhadap tuntutan kebenaran dan keadilan Sang Pencipta. Itulah sebabnya manusia harus kritis terhadap dirinya sendiri maupun sesamanya. Dengan segala potensi yang dimilikinya, manusia tidak hanya dapat membangun dirinya sendiri dan sesamanya, tetapi juga merusak dan menghancurkannya. Syukur, bahwa Alkitab tidak hanya berhenti sampai di situ. Alkitab juga mengajarkan kepada kita bahwa Allah, berdasarkan kasih-Nya kepada manusia, berkenan menyelamatkan dan melindungi manusia, asal manusia mau mendengarkan dan mentaati petunjuk-petunjukNya, serta percaya dan hidup di dalam karya penyelamatan-Nya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang beriman hidup ini selain penuh dengan perjuangan dan kesulitan, juga selalu masih tetap mengandung pengharapan dan kemungkinan-kemungkinan baru untuk mengupayakan dan mencapai sesuatu yang lebih baik.

Oleh pemahaman berdasarkan pernyataan Alkitab mengenai hakikat dan realitas manusia seperti diuraikan di atas, maka pandangan dan sikap kita sebagai penganut iman Kristen mengenai manusia dan kehidupannya di dunia ini akan diwarnai dengan sesuatu yang sifatnya tidak terlalu optimistis (memuja dan mengagung-agungkan secara mutlak), tetapi juga tidak pesimistis (curiga dan negatif), melainkan realistis kritis. Artinya, mengakui secara utuh bahwa manusia itu memang dikaruniai oleh Tuhan potensi dan kekuatan-kekuatan yang hebat, namun juga tidak lepas dari kelemahan, kekurangan dan dosa-dosa. Di samping manusia dengan segala prestasinya itu memang patut dipuji dan dibanggakan, ia tidak kebal terhadap kekeliruan dan kesalahan, sehingga perlu dikecam dan dipersalahkan. Lain daripada itu, iman kepada karya penyelamatan Allah di dalam Kristus yang menjanjikan dan menjamin akan adanya pembaruan hidup secara, terus menerus sampai terwujudnya Langit dari dan Bumi Baru pada akhir zaman, membuat para orang beriman akan selalu berpengharapan, sehingga pantang menyerah dan berputus asa di dalam pergumulan dan perjuangan. Baik pandangan mengenai hakikat manusia, maupun keyakinan iman akan selalu adanya pengharapan itu hendaknya tidak hanya kita simpan dan terapkan di dalam lingkup kehidupan pribadi dan persekutuan Kristen saja, melainkan harus pula kita pancarkan dan persaksikan keluar, bagi dan di dalam kehidupan masyarakat luas. Pemberitaan, kesaksian dan keterlibatan kita di dalam kehidupan masyarakat harus merupakan perwujudan nyata dari keyakinan imaniah kita mengenai hakikat dan realitas manusia dan dunia sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab: realistis kritis berpengharapan.

Di tengah-tengah kehidupan dan perjuangan masyarakat, bahaya dan godaan untuk menjadi terlalu optimistis atau pesimistis, memutlakkan apa yang sifatnya duniawi, tak sempurna dan tak kekal atau menjadi putus asa dan frustrasi, selalu mengancam. Dalam keadaan kenyataan yang sedemikian itu keyakinan keagamaan yang kita anut dan pegangi perlu kita beritakan dan pancar luaskan. Di sinilah menurut hemat saya kita temukan kaitan relevansi agama atau iman Kristen kita dengan pendidikan nasional yang seperti telah diungkapkan di depan bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Dan kaitan tersebut sekaligus juga merupakan panggilan yang harus kita penuhi.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA