Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 4 No. 1 Tahun 1989 >  KELOMPOK KECIL > 
MENGAPA KELOMPOK KECIL? 

Dasar pertama dapat kita ambil dari pengalaman umat PL. Pada waktu itu ada dua pola yang dipakai sebagai ekspresi ibadah mereka: kemah sembahyang dan bait Allah. Yang satu diperintahkan Allah sendiri, yang lain diusulkan Daud. Yang pertama lebih bersifat dinamis, mobil, fleksibel, adaptatif; yang kedua sebaliknya.

Kalau kita melihat ke PB, ternyata tiga abad pertama gereja dipolakan menurut pola yang mobil, fleksibel dan adaptatif itu. Struktur yang institusional, hirarkial dan tradisional belum lagi mewarnai penataan gereja. Dalam Kisah Rasul kita melihat mereka mendasari kemajuan gereja pada gereja-gereja rumah (Kis. 2:46; lihat juga Rm. 16:3-4; I Kor. 16:19; Kol. 4:15). Dari tahun 64-250, Kristen mengalami masa-masa aniaya yang berat yang praktis tidak memungkinkan mereka menata kehidupan jemaat yang berorientasi pada struktur berorientasi gedung gereja. Mereka mengembangkan diri sebagai gereja-gereja rumah. Tetapi justru dengan pola kehidupan gereja sedemikianlah, sifat-sifat hakiki gereja lebih mampu ditampung. Mutu Kekristenan dan mutu persekutuan mereka menjadi teladan baik buat kita kini, juga dampak misi mereka bukan main. Sampai-sampai di tahun 170 Uskup Alexandria (kota terbesar di Mesir waktu itu) mengingatkan bahwa bila pemerintah ingin memusnahkan Kristen, berarti separuh penduduk kota harus dibunuh. Mutu yang sama kini dapat kita saksikan terulang dalam gereja-gereja teraniaya seperti di RRC dan negara-negara tirai besi dan tirai bambu lainnya. Kuncinya jelas pada struktur dan pola yang fleksibel, mobil dan adaptatif.

Selain alasan sejarah tadi, ada beberapa alasan lain yang sama penting.

1. Kelompok kecil konsekuen menampung pengertian gereja sebagai umat. I Petrus 2:9,10 menegaskan bahwa seluruh warga gereja adalah bangsa terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Dari istilah laos yang dipakai di sini, keluar istilah lay dalam bahasa Inggris yang kita terjemahkan dengan awam. Sebenarnya arti laos justru terbalik dari arti awam yang menekankan ketidaktahuan dan kekurangan pendirian. Laos justru menekankan kesamaan hak dan tanggungjawab yang merupakan bagian semua warga gereja. Bila ini kita gabungkan dengan ajaran tentang tubuh Kristus yang menekankan terbagi ratanya karunia-karunia di antara seluruh warga gereja; jelaslah betapa relevan kelompok kecil dalam penstrukturan kehidupan gereja kita.

2. Kelompok kecil mampu mengembangkan ciri koinonia yang merupakan nafas kehidupan bergereja. Di dalam pola ibadah gereja kita kini, tekanan terlalu banyak diberikan pada pemberitaan dan ibadah terpimpin. Akibatnya penataan liturgi dan ruang pun disesuaikan dengan tekanan ini. Di dalam situasi penataan ruang dan liturgi seperti ini, orang tidak mungkin saling melihat, sulit mengadakan komunikasi, kurang ada kebebasan dan spontanitas dan akibatnya kadar persekutuan sangat rendah. Sebaliknya kelompok kecil lebih akrab, terbuka, lebih mungkin mengembangkan partisipasi anggota dan pengenalan yang mendalam.

3. Kelompok kecil sangat menguntungkan untuk dijadikan sarana pendidikan gerejawi. Yang saya maksudkan dengan pendidikan Kristen di sini bukan pendidikan agama di sekolah-sekolah, bukan pula polesi pendidikan di sekolah-sekolah Kristen, melainkan program pembinaan warga jemaat. Pada kebanyakan program pendidikan gereja masa kini, tekanan lebih banyak diberikan pada kelas-kelas sekolah minggu, kelas katekisasi, khotbah Minggu dan penelaahan Alkitab mingguan. Kelemahan utama dari pole ini ialah: pengelompokan warga jemaat menurut usia atau tingkat kerohanian; komunikasi satu arah berpusat pada pengurai firman dan menekankan aspek instruksional dalam pendidikan.

Jika kita membandingkan dengan konsep pendidikan dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan Yesus dan para rasul, kita menemukan hal yang berbeda. Selain menekankan aspek instruksional dan rasional, pendidikan seperti yang dilakukan dalam Alkitab sangat menekankan aspek behavioral dan relational. Ini nampak dengan pilihan kata yang dipakai yaitu mathetes atau murid, yang berarti orang yang magang, mengikuti jejak dan teladan hidup gurunya. Tidak heran bila Tuhan Yesus sendiri menekankan aspek belajar dan taat kepada Bapa untuk selanjutnya menuntut ketaatan, peniruan dan pengikutan yang sama dari para murid-Nya. Yang ditiru bukan saja ajaran, tetapi sampai gaya hidup, moral, cara bergaul, tujuan hidup, kebiasaan-kebiasaan dan ketrampilan-ketrampilan tertentu, dlsb. Paulus pun menekankan hal yang sama, halachah yaitu berjalan dalam jejak etik dan moral teladannya yang meneladani Yesus. Inilah yang diartikan Paulus ketika dia memerintahkan jemaat-jemaat untuk berjalan dan hidup dalam Roh, mengikuti teladan Bapa, dsb. (Gal. 5:16,24; Ef. 5:1,2,8).

Dari sini dapat kita mengerti mengapa kelompok kecil pun merupakan strategi pelayanan Tuhan Yesus, Paulus dan para rasul lainnya. Yesus memiliki kelompok tiga (Petrus, Yohanes dan Yakobus), duabelas murid, yang kemudian mempengaruhi dan melayani kelompok 70, kelompok 5000 dst. Paulus selalu menginjili dan melayani dalam tim, bersama dengan orang-orang yang setia dan terbina (II Tim. 2:2) seperti Timotius, Silas, Titus, Epafras, Markus, Epafroditus, dlsb.

Bila kehidupan gereja kita ditata ke dalam strategi kelompok-kelompok kecil, gereja kita berkembang menjadi atmosfir yang mendukung proses ajar mengajar, pengembangan diri dan ketrampilan serta penemuan karunia-karunia yang membangun kehidupan gereja seutuhnya.

4. Kelompok kecil cocok untuk menggalakkan task force. Masa kini kita saksikan meningkatnya kebutuhan akan jenis-jenis pelayanan yang dibutuhkan warga gereja. Kalau dulu cukup pendeta dan majelis menangani masalah dan kebutuhan warga gereja, kini mustahil. Kebutuhan mencakup berbagai jenis pelayanan seperti counseling, masalah kenakalan anak remaja, pernikahan, kesehatan, pendidikan, nasehat hukum, dlsb. Karena itu, gereja sepatutnya menjawab kebutuhan ini dengan mengembangkan tim pelayanan terpadu terdiri dari pendeta, sosiolog, psikolog, pedagog, ekonom, ahli hukum, tenaga medis, dsb. Selain berdampak positif untuk kehidupan warga jemaat, kelompok pelayanan ini pun dapat memberi masukan bagi pendeta dalam upayanya merelevansikan khotbah dan pelayanannya dengan situasi zaman ini.

Dengan kata lain kelompok kecil memiliki beberapa keuntungan berikut:

1. Jumlah anggota yang sedikit (5-12 orang) memungkinkan terciptanya pengenalan lebih dalam, suasana lebih akrab, relac dan terbuka yang merupakan ciri kehidupan umat yang bersekutu.

2. Kelompok kecil memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik ke segala arah. Semua anggota dimungkinkan untuk berperan serta secara bermakna. Atmosfir ini memungkinkan terciptanya berkembangnya kesadaran lebih merata antar warga gereja akan tanggung jawab mereka dan membuka kesempatan terlibat lebih penuh, lebih merata, lebih sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga gereja berkembang dan hidup.

3. Kelompok kecil memungkinkan suasana belajar yang ideal. Peserta bukan saja menerima tetapi menemukan bersama. Materi yang dipelajari tidak saja dibahas secara umum, tetapi bisa didaratkan ke kebutuhan pribadi anggota. Aspek kepribadian yang dilibatkan bukan saja rasio, tetapi seutuhnya.

4. Karena suasana persekutuan yang erat dan intensitas belajar yang tinggi, proses pertumbuhan masing-masing anggota sangat terangsang dan terkontrol. Sebagai kelompok kerja pun bersifat sangat dinamis dan mobil. Sebenarnya kelompok kecil dapat dibentuk untuk berbagai tujuan sesuai kepentingan kehidupan gereja masing-masing. Misalnya:

- kelompok-kelompok pembinaan atau pengkaderan

- kelompok-kelompok persekutuan atau persahabatan

- kelompok-kelompok minat

- kelompok-kelompok diskusi

- kelompok-kelompok terapi masalah - kelompok-kelompok penelaahan Alkitab

- kelompok-kelompok doa

- kelompok-kelompok pertumbuhan rohani atau bimbingan tindak lanjut

- kelompok-kelompok kerja

- kelompok-kelompok penginjilan

- dlsb.

5. Karena sifatnya informal dan mudah dilaksanakan dalam konteks tempat yang luas, kelompok kecil menggiatkan warga gereja untuk menghayati Kekristenan secara berpengaruh dalam masyarakat.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA