Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 > 
RUANG TANYA JAWAB 
Penulis: Timotius Witarsa.

Pertanyaan:

Dalam Injil Matius 12:31-32, disinggung perihal dosa menghujat Roh Kudus. Pertanyaan saya, apakah yang dimaksud dengan dosa menghujat Roh Kudus tersebut?

Jawab:

Untuk memahami apa yang saudara pertanyakan, kita hendaknya memperhatikan seluruh bagian Alkitab yang berkaitan dengan Mat 12:31-32, yaitu Matius 12:22-32. Bagian Alkitab ini mengisahkan penyembuhan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus atas diri orang yang dirasuk setan, yang buta dan bisu. Tindak penyembuhan ini, membangkitkan rasa takjub diantara orang banyak sehingga mereka berkata: "Ia ini agaknya Anak Daud". yaitu Mesias yang dinantikan. Ketika orang Farisi mendengar hal ini, mereka sangat marah. Mereka kemudian melancarkan suatu tuduhan yang keras, yaitu bahwa Tuhan Yesus mengusir setan dengan pertolongan Beelzebul, penghulu, setan.

Tuhan Yesus dengan tegas menolak tuduhan orang Farisi. Untuk itu, Ia memberikan tiga argumentasi guna melumpuhkan tuduhan orang Farisi. Pertama, tuduhan orang Farisi bahwa Tuhan Yesus mengusir setan dengan pertolongan Iblis sama sekali tidak masuk akal. Jikalau demikian halnya, maka dalam kerajaan Iblis terdapat "perang saudara" dan kalau begitu maka Kerajaan Iblis tidak dapat bertahan (ayat 25,26). Kedua, Tuhan Yesus menunjuk pada kebiasaan yang telah ada di kalangan orang Israel. Di kalangan orang Israel, terdapat orang-orang tertentu yang dapat melakukan pengusiran setan (eksorsisme). Eksorsisme dipahami oleh rakyat dan orang Farisi sebagai pernyataan kasih karunia Allah. Nah, bila dikatakan bahwa Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, lalu dengan kuasa apakah para pengikut orang Farisi mengusir setan? Jadi bila tuduhan yang sama dikenakan atas orang Farisi, maka pastilah mereka akan saling menghakimi. Ketiga, Tuhan Yesus menunjukkan, bahwa jikalau seorang perampok hendak merampas harta benda seseorang, perampok itu harus lebih kuat dari pada orang yang dirampok.

Kesimpulan dari ketiga argumen di atas, yaitu Tuhan Yesus dapat mengusir setan karena Ia memang lebih berkuasa dari pada setan. Itulah sebabnya hanya ada satu keterangan yang tepat bagi mujizat penyembuhan ini, yaitu Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Allah. Tuhan Yesus mempertahankan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Allah, karena ini adalah merupakan tanda bahwa Kerajaan Allah sudah datang (ayat 28).

Berdasarkan latar belakang di atas) Tuhan Yesus kemudian memberikan peringatan kepada orang Farisi supaya mereka jangan menghujat Roh Kudus, sebagaimana tertuang dalam Mat 12:31-32: "Sebab itu Aku berkata kepadamu: segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seseorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak."

Kata "menghujat", secara harafiah artinya, menghina dengan kata-kata. Adapun arti dari menghujat Roh Kudus, nyata dalam ucapan orang Farisi bahwa Tuhan Yesus bekerja sama dengan Iblis. Karya Allah yang nyata-nyata dikerjakan dengan kuasa Roh Kudus diputarbalikkan menjadi karya setan. Jadi bila seseorang sadar bahwa dalam peristiwa-peristiwa tertentu ada pekerjaan Roh Kudus, namun demikian, demi mempertahankan kemauan diri sendiri, berani mengatakan bahwa pekerjaan Roh Kudus itu adalah pekerjaan Iblis, maka ia menghujat Roh Kudus. Dosa yang demikian itu, menurut Tuhan Yesus, tidak mungkin diampuni, baik di dalam dunia ini, maupun di dunia yang akan datang.

Apakah orang Farisi sudah sampai tahap berbuat dosa yang mengerikan ini? Dalam pembacaan kita, tidak dikatakan demikian, namun mereka sedang dalam bahaya mendekatinya. Apabila setelah mendengar keterangan Tuhan Yesus dalam ayat 25-29, mereka tetap mempertahankan bahwa pekerjaan Roh Kudus dalam diri Tuhan Yesus adalah perbuatan Iblis, maka mereka itu menghujat Roh Kudus.

Dalam ayat 32, Tuhan Yesus membedakan hujat terhadap Anak Manusia (diriNya sendiri) yang dapat diampuni dan hujat terhadap Roh Kudus yang tak pernah dapat diampuni. Mengapa demikian? Apakah Roh Kudus lebih tinggi, lebih mulia atau lebih besar bila dibandingkan dengan Tuhan Yesus? Soalnya bukan karena Roh Kudus lebih tinggi atau lebih yang lainnya bila dibandingkan dengan Tuhan Yesus. Menurut Tuhan Yesus, soalnya adalah orang yang menghujat Roh Kudus itu tidak dapat dikatakan bebas dari kesalahan. Terhadap Anak Manusia, orang masih dapat ragu-ragu dan salah mengerti. Sebab selama Ia menjelajahi tanah Palestina, Ia agak menyamarkan kemuliaanNya, sehingga dapat terjadi bahwa orang mengucapkan kata-kata penghinaan tentang Dia, tanpa mereka menyadari bahwa mereka menghina Anak Allah. Sampai sekarangpun hal yang sama dapat terjadi. Orang dapat saja mengucapkan kata-kata penghinaan terhadap Tuhan Yesus, sebab orang itu belum mendengar dan mengerti betul siapa Yesus Kristus itu, atau sebab mereka telah melihat perbuatan-perbuatan munafik orang Kristen, sehingga mereka menganggap agama Kristen rendah. Namun bila seseorang jelas-jelas mengetahui ada karya Tuhan dengan perantaraan Roh Kudus (seperti penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus) namun tetap menolaknya, tetap tidak mau mengakui, bahwa karya yang demikian itu adalah karya Roh Kudus, bahkan menuduhnya sebagai karya Beelzebul, maka hal itu berarti: penentangan yang dengan secara terang-terangan kepada Kerajaan Allah serta kehormatanNya. Itulah sebabnya dosa menghujat Roh Kudus adalah dosa tak berampun. Keterangan lain yang dapat diberikan adalah; orang yang sampai pada tahap yaitu dengan sadar menyebutkan pekerjaan Roh Kudus adalah pekerjaan Iblis, sudah mati secara total bagi kebenaran dan tidak menyesal lagi.

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas, penulis mengutip Dr. Harun Hadiwijono: "...yang disebut "dosa menghujat Roh Kudus" ialah ini: jikalau Roh Kudus karena karya peneranganNya telah memberikan kemungkinan kepada seseorang, bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat yang datang dari pada Allah, padahal kesaksian itu dengan sengaja ditolak, bahkan justru dipandangnya sebagai datang dari setan; orang itu melakukan dosa "menghujat Roh Kudus"". (Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984, hal 250-251).



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA