Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 > 
KARUNIA DAN TUBUH KRISTUS 

Dalam tulisan ini kami akan mengemukakan beberapa kesimpulan untuk memperjelas konsep-konsep yang masih kabur, dan untuk menekankan point-point yang penting. Cara yang kami anggap terbaik ialah dengan menyajikan tiga rangkaian proposisi: Pertama, pemahaman di dalam jemaat mengenai karunia roh; kedua, permasalahan sekitar karunia roh; dan terakhir, penerapan secara umum mengenai karunia roh di dalam kehidupan gereja. Saya tidak bermaksud menjadi dogmatik atau menyederhanakan persoalan, tetapi untuk memperjelas konsepnya, maka proposisi-proposisi tersebut diawali dengan kata "setiap", "tidak ada", dan "semua",

Setiap orang percaya adalah anggota tubuh Kristus, yaitu gereja. Kita tidak bisa memisahkan pemahaman mengenai karunia-karunia roh dari isi I Korintus 12. Dari analogi tubuh manusia yang dipakai oleh Paulus, dia berpendapat bahwa anggota-anggota tubuh secara rohani juga diberikan karunia-karunia roh untuk dipakai demi kebaikan seluruh tubuh gereja. Kita tidak bisa mempunyai karunia-karunia roh kecuali kita adalah anggota-anggota tubuh. Kita juga tidak mungkin menjadi orang-orang percaya tanpa menjadi bagian tubuh sebagaimana yang digambarkan dalam I Korintus 12.

Setiap anggota gereja mempunyai pelayanan. Seluruh karunia-karunia roh adalah untuk pelayanan. Hal ini jelas sekali dari ke 4 bagian Alkitab sehubungan dengan karunia roh (Roma 12; I Korintus 12; Efesus 4; 1 Petrus 4). Pelayanan tubuh Kristus, dalam kenyataannya adalah pelayanannya Kristus sendiri.

Setiap anggota tubuh membutuhkan setiap anggota yang lain. "Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus" (Roma 12:5). Ayat ini menunjukkan bahwa kita saling bergantung satu dengan yang lain.

Setiap anggota paling tidak mempunyai satu karunia roh, Kate bahasa Yunani ekasto yang terdapat pada I Korintus 12:7,11 diterjemahkan dengan baik sekali dalam bahasa Indonesia yaitu "kepada tiap-tiap orang". Betapa akan berbedanya gereja kita jikalau kita berhenti mengagumi orang-orang dengan karunia banyak, atau sebaliknya mengritik orang-orang yang tidak memakai karunianya.

Stedman menyimpulkan hal ini dengan jelas: Begitu engkau menyadari bahwa Allah sendiri telah memperlengkapimu dengan karunia-karunia roh yang dirancang secara unik, dan menempatkanmu di tempat yang dikehendaki-Nya agar engkau bisa memakai karunia-karunia tersebut, maka engkau memasuki dimensi baru yang penuh dengan tantangan menarik. Hal ini menanti setiap orang Kristen sejati yang mau memberikan waktu dan pemikiran bagi penemuan dan pengertian tentang bentuk karunianya sendiri. Dia juga harus menaklukkan diri di bawah otoritas kepala tubuh, yang berhak untuk mengkoordinir dan mengarahkan kegiatan-kegiatannya ("Equipped for community," His Magazine, Mar. 1972, h. 3).

 PENGATURAN KARUNIA-KARUNIA DI DALAM TUBUH KRISTUS

Tidak ada karunia pada hari ini yang dapat dikatakan sebagai penyataan baru dalam pengertian Perjanjian Baru. Sekalipun tekanan utama di dalam Wahyu 22:17-18 adalah berkenaan dengan teks wahyu, namun prinsip bahwa kanon Alkitab sudah lengkap adalah tetap, dan tidak ada alasan baik secara alkitabiah maupun berdasarkan pengalaman yang bisa menyimpulkan bahwa Allah memberikan penyataan baru pada zaman sekarang (Ulangan 4:2).

Saya percaya bahwa daftar karunia-karunia dalam Perjanjian Baru cukup lengkap. Ini tidak berarti bahwa setiap karunia ditetapkan secara begitu khusus sehingga kita perlu membatasi cara pemakaiannya hanya seperti pada abad pertama. Sebagai contoh, menggunakan karunia menolong pada zaman kita bisa mencakup cara-cara pelayanan yang tidak mungkin dilaksanakan pada abad pertama.

Sebaliknya saya tidak setuju dengan pandangan Mains yang mengatakan bahwa daftar karunia-karunia dalam Perjanjian Baru hanya sebagai contoh (kutipan sebagai berikut):

Kalau yang dimaksudkan adalah katalog lengkap tentang karunia-karunia, maka saya percaya bahwa bagian-bagian tersebut akan berisi daftar-daftar jenis karunia, apalagi penulisnya adalah sama. Namun sebagaimana pemahaman saya mengenai buah Roh yang terdapat pada Galatia 5 (kasih, sukacita, damai sejahtera, dan sebagainya) adalah bersifat mewakili - yaitu penulisnya tidak bermaksud mencakup segala hal yang mempunyai nilai kebajikan - demikian juga mengenai karunia-karunia Roh seharusnya dipahami dengan cara yang sama. Karenanya jelas bagi saya bahwa ada karunia-karunia yang tidak termasuk dalam daftar Perjanjian Baru, misalnya musik, menulis, melukis, drama (full circle, word, h. 60).

Saya yakin bahwa pendekatan Mains ini bisa menjurus kepada kebebasan penafsiran Alkitab. Dan nampaknya ada kekaburan dalam membedakan antara karunia-karunia roh dengan bakat-bakat alami.

Tidak ada karunia yang bisa dihilangkan perwujudannya pada zaman sekarang, kalau di dalam kedaulatan-Nya Roh Kudus menghendaki demikian. Hal ini menjadi perdebatan. Sebagian mengatakan bahwa satu cara yang mudah untuk menghindari penyalahgunaan karunia-karunia tertentu ialah dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak ada lagi, dan apapun yang dikatakan seseorang bahwa ia mempunyai karunia tersebut pasti dijelaskan dengan cara lain. Saya agak setuju dengan Snyder bahwa "posisi demikian dengan semaunya membatasi kerja Roh Kudus dan penerapan Perjanjian Baru pada zaman sekarang. Sebagai contoh, kalau kita membatasi penerapan 1Kor. 12 dan 14 hanya untuk gereja mula-mula, maka kita juga tidak bisa menuntut bahwa I Korintus 13 harus diberlakukan sekarang. Karunia dan kasih berjalan bersama-sama" ("Misunderstanding spiritual gifts," Christianity Today, Okt. 12, 1973, h. 15).

Alkitab tidak pernah menuntut bahwa karunia pada hari ini harus mempunyai bentuk yang sama seperti yang terjadi pada gereja mula-mula. Alkitab juga tidak memutlakkan bahwa karunia-karunia harus dikaitkan dengan jabatan-jabatan rohani seperti yang umum terjadi pada abad pertama.

Tidak ada karunia yang merupakan persyaratan bagi semua orang percaya atau yang diberikan kepada semua orang. Pentingnya kedaulatan Roh Kudus di dalam memberikan karunia-karunia roh terletak pada titik ini. Kalau kita bisa menghakimi kerohanian seorang Kristen berdasarkan apakah dia menerima karunia tertentu atau tidak, maka segera kita akan memisahkan diri kita sendiri menjadi golongan 'yang punya' dan 'yang tidak punya', justru di sinilah tepatnya masalah kedagingan yang terjadi di dalam jemaat Korintus.

Kita juga tidak bisa memaksakan karunia tertentu dari Allah. Sesudah menunjukkan dengan jelas di dalam satu rangkaian pertanyaan retorik bahwa tidak ada karunia yang merupakan norma bagi setiap orang Kristen (I Korintus 12:29-30), maka Paulus melanjutkan dengan himbauan agar kita berusaha memperoleh karunia yang lebih utama (berguna). Saya percaya bahwa ini membuka peluang bagi kita agar berdoa untuk karunia-karunia tertentu, tetapi tidak dengan sikap bahwa Allah berhutang karunia-karunia tersebut kepada kita sebab kita sudah memintakannya.

Tidak ada karunia yang bisa dipakai sebagai tanda bahwa orang percaya tersebut mempunyai kerohanian yang unik atau khusus. Kalau ada karunia dalam Perjanjian Baru yang dihubungkan dengan suatu jabatan, maka ada perbedaan (sebagai contoh karunia penggembalaan), dan sumbangsih yang dihasilkan karunia roh tersebut di dalam membangun tubuh menjadi kriteria dasar untuk menentukan mutunya. Siapa yang menerima, karunia apa yang diterima, sumbangsih apa yang perlu diberikan bagi pembangunan tubuh merupakan hak prerogatif Roh Kudus saja, satu-satunya tanggapan yang tepat dari kita ialah dengan rendah hati mengakui betapa anugerah Allah bekerja di dalam seluruh proses.

 RELEVANSI KARUNIA-KARUNIA ROH BAGI TUBUH KRISTUS

Semua karunia adalah demi kepentingan tubuh Kristus, pembangunannya, dan pelayanannya. Tidak setiap orang harus memakai karunianya dalam batas gereja lokal. Ketika Paulus menyebut 'tubuh Kristus', dia berbicara tentang gereja universal. Tentu saja kita mengalami gereja universal melalui gereja-gereja lokal di dalam kaitan dengan ruang dan waktu. Karunia penginjilan bisa beroperasi di dalam dunia, tetapi keuntungan akhirnya diperoleh gereja universal. Karunia pengajaran mungkin dipakai untuk penginjilan anak, atau pemahaman Alkitab di kampus-kampus, namun pada akhirnya tubuh Kristus memperoleh keuntungan darinya.

Semua karunia mempunyai tingkat supraalami melebihi pelayanan umum tanpa karunia tersebut. Misalnya, setiap orang Kristen bertanggung jawab untuk bersaksi, tetapi ada karunia penginjilan khusus. Setiap orang Kristen boleh dikatakan bertanggung jawab terhadap pengajaran sampai batas tertentu, namun ada karunia khusus mengajar. Setiap orang Kristen bisa mengucapkan kata-kata penghiburan kepada sesamanya, tetapi ada karunia menasehati. Setiap orang Kristen harus berpartisipasi di dalam memberikan persembahan yang pantas sesuai dengan berkat yang diterima, tetapi ada karunia membagi-bagikan.

Karunia-karunia rohani adalah supra alami karena diberikan oleh sumber yang supra alami dan bekerja dengan kuasa supra alami. Inilah perbedaan antara melayani Kristus di dalam kedagingan dengan melayani Dia di dalam kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus.

Semua karunia seharusnya dipakai dengan kerendahan hati, dengan semangat kesatuan, dan dengan kasih. Penempatan yang unik dari I Korintus 13 di antara pasal-pasal yang menekankan tentang karunia, yaitu pasal 12 & 14 - menyoroti mutlaknya 'agape' (kasih) di dalam menggunakan karunia-karunia roh. Tidak ada karunia roh yang pantas dihargai kalau tidak digunakan dengan kasih. Sebagai tambahan terhadap dinamika I Korintus 13, kami mengulangi kata-kata Petrus: "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa" (I Petrus 4:8).

Semua karunia diperuntukkan demi pelayanan manusia. Atau supaya lebih jelas lagi dapat dikatakan bahwa semua karunia ada hubungan dengan cara kita melayani manusia. Kita mengajar manusia, kita menolong manusia, kita memimpin manusia. Di dalam gereja, kita harus mengakui saling ketergantungan sebagai tubuh. Karunia roh bukan milik si penerima, melainkan milik Kristus, dan setiap kita adalah pengurusnya.

Mungkin tidak ada kata-kata yang lebih baik untuk menyimpulkan pemahaman tentang karunia-karunia rohani daripada I Petrus 4:10-11.

'Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Alih Bahasa: Pdt. Henry Efferin.

Buku Asli: UNWRAP YOUR SPIRITUAL GIFTS, Kenneth O Gangel Victor Book Pu, Inc, 1983.

Keterangan: Tulisan ini merupakan terjemahan bagian terakhir/kesimpulan dari buku tersebut di atas (h. 112 - h. 117). Pada penerbitan PZ kali ini sengaja kami muat sebagai tambahan dan konklusi. Kami yakin pandangan Kenneth O Gangel cukup balans, Alkitabiah dan bisa membangun kebersamaan pemahaman baik oleh kelompok Non-Karismatik atau Karismatik.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA