Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 2 Tahun 2001 > 
PERANAN ROH KUDUS TERHADAP DOA ORANG PERCAYA: STUDI SURAT-SURAT PENGGEMBALAAN 
Penulis: Yohanes Effendi Setiadarma
 PENDAHULUAN

Timotius adalah seorang pemuda yang berasal dari perkawinan campur antara orang Yahudi (ibunya) dan orang Yunani (ayahnya). Ketika Rasul Paulus melakukan penginjilan di Listra (kini Turki), Timotius bertobat dan akhirnya mengikuti Rasul Paulus dalam perjalanan penginjilannya. Surat-surat Paulus kepada Timotius dan Titus ditulis ketika Paulus ingin menyampaikan nasihat-nasihatnya kepada kedua orang ini, melalui tulisan-tulisan yang berisi konsep-konsep yang dalam yang dapat digunakan dalam pelayanan mereka. Ini sebabnya mengapa kedua surat ini disebut sebagai (surat-surat penggembalaan).1772

Wesley L. Duewel menuliskan dengan tegas bahwa iblis gemetar ketika melihat anak Allah yang paling lemah berlutut. Ia menyatakan bahwa hal ini akan terjadi bila setiap orang Kristen dengan sungguh-sungguh hati berdoa atau melakukan tugas doa. Doa ini bukan saja harus dilakukan secara teratur, namun dilakukan dalam persekutuan-persekutuan (kelompok atau banyak orang).1773 Pelayanan para hamba Tuhan tidak akan berhasil dengan baik bila tidak disertai atau dilakukan dalam doa. Dengan demikian doa memegang peran penting akan keberhasilan suatu pelayanan. Wesley bahkan menyatakan bahwa doa seorang Kristen dapat membantu membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Ini terjadi ketika doa seorang Kristen terjawab. Dunia akan tercengang bahwa doa yang dinaikkan dalam nama Yesus Kristus sungguh sangat besar kuasanya.1774

Hal Roh Kudus banyak diungkapkan oleh Yesus kepada para murid-Nya sebelum Ia disalibkan. Ia menjelaskan secara rinci tentang Roh Kudus dalam Yoh 14 dan 16. Roh Kudus merupakan Penolong (oknum yang berpribadi). Ia adalah Roh Kebenaran yang akan selalu menyertai anak-anak Tuhan. Roh Kudus akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 14:15-17; 16:7-8).1775 Alkitab lebih lanjut menuliskan karunia-karunia Roh secara mendetail dalam 1 Kor 12-14.1776

Namun Rasul Paulus juga memperingatkan bahaya impartasi, yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa orang-orang tertentu memiliki suatu kemampuan tertentu untuk memberikan baptisan Roh Kudus, seperti diuraikan oleh Leonard Bay sebagai berikut:

Impartation is the belief that certain "special" people have a "special ability" to "impart" the Baptism of the Holy Spirit, the gift of tongues as well as other gifts, and special endowments of power to others. The idea that modern prophets/teachers can dispense spiritual gifts to believers is a misinterpretation of Scripture. The apostle Paul's exhortation to Timothy is often used to substantiate this teaching: "For this reason l remind you to fan into flame the gift of God, which is in you through the laying on of my hands" (2 Tim. 1:6). The gift that Timothy had is clearly stated to be a "gift of God." The laying on of hands merely symbolized the recognition of that gift from God to Timothy.1777

Tulisan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah tugas-tugas pelayanan penggembalaan yang dituliskan dalam surat-surat penggembalaan? Sejauh mana peran Roh Kudus atas doa orang percaya yang melayani Tuhan? Bagaimana relevansi Roh Kudus dan doa terhadap pelayanan penggembalaan pada masa kini?

 TUGAS PELAYANAN PENGGEMBALAAN

A. Tugas Penggembalaan menurut Surat-surat Penggembalaan

Tugas gembala dalam pelayanan memang berat. Dalam surat-surat penggembalaan, mereka yang melayani jemaat sering kali disebut sebagai penatua, diaken, atau penilik jemaat. Apapun namanya, masing-masing memiliki kualifikasi dan kriteria tertentu, seperti dinyatakan oleh Keith Schooley di bawah ini:

Most of the qualifications of elders and overseers are basic moral, ethical qualities that are elsewhere urged upon believers in general; those in leadership are therefore expected to be exemplary in these matters. It is worth noting, however, the differences between the qualifications of eldersloverseers and those of deacons (evidently, lay leadership): while many qualifications are equivalent, those specifically enjoined upon elders/overseers seem to stress self-control in interpersonal relationships, personal holiness and love for what is good, selfdiscipline, hospitality, and in three- citations (Mzm 3:2, 5:17; Tit 1:9), ability to teach.

It would appear that the terms "elder," and "overseer," considered together, constitute one who is set apart and appointed for leadership in the church, one who leads by example and exemplary moral character, and who faithfully teaches and preaches the gospel. They connote leadership and mature Christian character. These qualities may be understood as applying to the pastorate as well.1778

Surat-surat Rasul Paulus kepada Timotius dan Titus disebut sebagai pastoral letters atau pastoral epistles. Istilah pastoral epistles mula-mula digunakan oleh P. Anton dari Halle, Jerman, pada tahun 1726 yang beranggapan bahwa baginya, kedua surat ini ditulis oleh seorang gembala untuk rekan-rekan gembala yang lain. Namun penilaian ini dianggap terlalu naif, karena Rasul Paulus dalam surat-surat tersebut juga mengandung nasihat-nasihat dan ajaran-ajaran mengenai kepemimpinan. Meskipun kedua penerima surat-surat penggembalaan berbeda tempat pelayanan - Timotius melayani gereja-gereja di Makedonia, sedangkan Titus banyak melayani gereja-gereja di Korintus - namun tidak dapat disangkal bahwa keduanya menerima posisi-posisi kepemimpinan gembala dalam gereja-gereja tersebut dan juga di Efesus dan Kreta. Paulus juga menuliskan banyak hal menyangkut kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai "petugas" gereja, dengan memberi arahan bagaimana mengendalikan, memimpin, dan memberi instruksi prada jemaat.1779

Banyak teolog yang tidak yakin bahwa pastoral letters ini ditulis oleh Paulus meskipun tidak dapat disangkal bahwa kedua surat ini mengandung ciri-ciri surat Paulus (Pauline letters). Beberapa buku menjelaskan bahwa mungkin saja Paulus tidak langsung menuliskan surat tersebut, tetapi ada orang lain yang menuliskannya atas ide Paulus.1780

1. Menurut Surat 1 dan 2 Timotius

Timotius merupakan anak rohani Rasul Paulus yang kemudian menjadi teman seperjalanan Paulus mengabarkan Injil. Rasul Paulus sangat percaya bahwa Timotius sanggup melakukan tugas-tugasnya sebagai hamba Tuhan, dan ia sangat membanggakan Timotius. Ini terbukti dan banyaknya nama yang disebutkan dalam beberapa suratnya. Dibandingkan dengan Titus yang lebih sebagai pemimpin, meskipun juga dianggap pemimpin namun Timotius lebih dianggap sebagai pengikut, namun ia sangat taat dan mampu bekerja sama. Timotius menyertai perjalanan misi Paulus sampai ke Eropa: Filipi, Tesalonika. Meskipun sangat taat dan penurut, ia merupakan pemuda yang sedikit pemalu dan mengidap sakit pencernaan, kurang berani, dan memerlukan dorongan-dorongan tertentu (1 Tim 1:7; 5:23).1781

Secara garis besar surat Paulus yang pertama kepada Timotius, terutama 1 Tim 2:1; 6:21a, mengandung instruksi-instruksi mengenai: doa bagi semua orang (2:1-7), hubungan antara doa pria dan wanita serta perbuatan mereka (2:8-10), wanita yang merupakan guru-guru palsu (2:9-15), penilik jemaat (3:1-7), diaken (3:8-13), untuk mengajarkan ajaran-ajaran Paulus (1 Tim 4:6; 5:2), janda-janda (1 Tim 5:3-16), penatua (1 Tim 5:17-25), para budak (1 Tim 6:1-2a), untuk mengajar para guru palsu yang serakah (1 Tim 6:2b-21a).1782

Berbeda dengan suratnya yang pertama, pada suratnya yang kedua kepada Timotius, Rasul Paulus menunjukkan teladannya, nasihatnya, dan pesan-pesannya bagi anak rohaninya. Misalnya saja dalam 2 Tim 2:1-7, Paulus menasihatkan Timotius agar bersiap sedia menghadapi penderitaan seperti Paulus, gurunya. Sedangkan pada 2 Tim 2:14-26 dan 2 Tim 4:1-5, ia menasihatkan agar Timotius mengajar dengan kesetiaan dan persisten di hadapan para guru palsu. Paulus juga menyatakan teladannya bahwa ia justru memperoleh kekuatan dari Injil ketika ia menderita (2Tim 2:8-13). Paulus juga memprediksikan bahwa akan muncul guru-guru palsu dan pengajar-pengajar sesat (2:14-26), dan kejahatan manusia yang meningkat pada akhir zaman (3:1-9).1783

2. Menurut Surat Titus

Berbeda dengan Timotius, Titus merupakan seorang petobat yang menjadi sahabat dan penolong Paulus (Gal 2:3; Tit 1:4). Ia adalah seorang Yunani dengan orangtua bukan Yahudi. Surat Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini juga disebut sebagai "pastoral letter" sebab membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul, hubungannya dengan Paulus sangat erat dan Paulus yakin Titus memiliki kemampuan khusus dalam pelayanannya. Titus kemudian ditugaskan ke Korintus untuk menyelesaikan masalah-masalah di sana (1 Kor 1-6; 2 Kor 2:13; 7:5-16). Kemudian Titus berada di Kreta untuk mengatur gereja-gereja di sana (Tit 1:4,5). Titus mengabdikan dirinya, berani, dan banyak akal. Ia tahu bagaimana menangani orang-orang Korintus yang suka berselisih, orang-orang Kreta yang suka membual, dan orang-orang Dalmatia yang suka berkelahi.1784

Secara ringkas, surat Titus berisi: Pembukaan (1:1-4), instruksi kepada Titus untuk menunjuk para penatua dan penilik jemaat. Pada bagian-bagian instruksi lainnya, Paulus memberi tugas untuk mengajar ajaran yang sehat kepada pria dan wanita yang tua dan yang muda, kepada para budak, dasar-dasar teologis dan Kristologis (1:5-3:11), instruksi untuk hidup harmonis, bermurah hati dengan semua orang, dan juga instruksi untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari kemalasan-kemalasan (3:1-11).1785

Dari uraian di atas, jelas tugas seorang gembala memang tidak ringan. Keith Schooley menyimpulkan bahwa tugas utama seorang gembala adalah mengajarkan Injil, doktrin, dan kesalehan. Selain itu seorang gembala harus melawan setiap guru palsu, baik secara verbal maupun teladan pribadi.1786

B. Keterlibatan Roh Kudus dalam Pelayanan Penggembalaan

Dari pembahasan di atas, kata "Roh" dijumpai pada 1 Tim 4:1 dan kata "Roh Kudus" hanya dijumpai dalam Tit 3:5. Meskipun demikian, bukan berarti Roh Kudus tidak terlibat dalam pelayanan penggembalaan Timotius dan Titus. Bila ditinjau lebih lanjut, dalam Program Alkitab versi 2.0, tentang surat 1 Tim, salah satunya mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dan pencemaran oleh guru palsu.1787 Selanjutnya dalam surat 2 Tim, Program Alkitab versi 2.0 ini menuliskan, bahwa dalam pasal 1; (2 Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia (tanpa berkompromi) terhadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya.1788

Berikutnya, Paulus menugaskan Timotius seperti dituliskan oleh Program Alkitab versi 2.0 sebagai berikut:

Dalam pasal 2 (2 Tim 2:1-26): Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2 Tim 2:2). Paulus menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit yang baik (2 Tim 2:3), melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2 Tim 2:15), memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran rasuli (2 Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2 Tim 2:22) dan bekerja dengan tekun sebagai guru (2 Tim 2:23-26).1789

Tulisan di atas diperkuat pula dalam pembahasan mengenai surat Titus yang mengatakan bahwa Titus ditugaskan untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan, serta membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11).1790

Jadi, dapat disimpulkan bahwa meskipun keterlibatan Roh Kudus dan doa dalam pelayanan tidak dicantumkan secara tersurat, namun dan nasihat dan tugas-tugas Timotius dan Titus tidak mungkin akan berjalan dengan baik tanpa doa dan dukungan Roh Kudus. Kedua penerima surat ini tentunya telah bertobat, dibaptis, dan menerima Roh Kudus. Sebagai pembantu Paulus yang penuh dengan roh, tidak mungkin kedua orang itu diajar untuk melakukan sesuatu tanpa ketergantungan pada kuasa Roh Kudus yang memampukan manusia melakukan tugas-tugas ilahinya dengan baik dan berhasil.

 KUASA DOA DAN PERAN ROH KUDUS DALAM PELAYANAN

Sebelum naik ke surga, Yesus Kristus memberitahu murid-murid-Nya tentang Roh Kudus yang akan diutus untuk melakukan tugas-tugas khusus. Tugas-tugas Roh Kudus demikian jelasnya. Kuasa doa dalam tugas-tugas penginjilan, penggembalaan, dan tugas-tugas pelayanan praktis lainnya tidak dapat disangkal lagi. Bahkan Alkitab banyak sekali memberikan contoh-contoh kuasa doa yang berdasarkan iman. Kebanyakan para gembala dan pelayan Tuhan juga menyadari peran Roh Kudus dalam hidup mereka. Mereka tahu dan yakin, bahwa Roh Kudus membantu melahirkan gereja, menasihati, membimbing, memberi kuasa, dan keberanian, dan lain-lainnya.

Yesus berkata: "Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum" (Yoh 16: 7-11).

Tugas-tugas pelayanan Timotius dan Titus sebagai penerima surat-surat penggembalaan dapat diringkas seperti dalam tabel 1. Melihat beban tugas yang berat ini, Paulus banyak memberikan cara-cara atau nasihat agar kedua orang yang relatif muda di atas mampu mengerjakan tugas mereka dengan baik. Dua hal yang disinggung rasul Paulus dalam surat-surat penggembalaan yaitu, pentingnya doa dan keterlibatan Roh Kudus.

Tabel 1. Tugas-tugas Utama Pelayanan Timotius dan Titus

Tugas Timotius

- Menentang para guru-guru palsu dan para penyesat.

- Mengajar dan mengatur sikap pria dan wanita dalam pertemuan jemaat.

- Menetapkan dan memilih para penatua, diaken, dan penilik jemaat berdasarkan kriteria yang diberikan oleh Paulus.

- Bergaul dan mengajar kelompok-kelompok orang yang lebih muda, yang lebih tua, para budak, penilik jemaat dan sebagainya.

- Mengajar dan memperingatkan orang-orang kaya yang mengandalkan kekayaannya dan cinta uang.

- Menyampaikan firman Tuhan dengan berani.

- Mengerjakan dan mengembangkan karunia-karunia rohani yang diterima.

- Bertahan melawan segala ancaman dan tekanan.

Tugas Titus

- Menunjuk para penatua dan penilik jemaat berdasarkan kriteria-kriteria yang diberikan Paulus.

- Mengajarkan ajaran yang sehat kepada pria dan wanita (baik yang lebih tua maupun lebih muda), dasar-dasar teologis dan Kristologis.

- Mengingatkan jemaat agar tunduk kepada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa.

- Hidup harmonis dan bermurah hati dengan semua orang.

- Melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

- Menghindari kemalasan-kemalasan.

Keterangan

Paulus menetapkan kriteria para pelayan Tuhan (dalam hal ini penatua, penilik jemaat, dan diaken) secara jelas dan terinci sehingga Timotius dan Titus tidak perlu mengalami banyak kesulitan dalam merekrut atau menetapkan para pelayan tersebut. Selain itu, doa dan kuasa Roh Kudus ditekankan oleh Paulus secara implisit, namun dapat dimengerti oleh kedua penerima surat ini, karena mereka menghabiskan cukup banyak waktu untuk melayani bersama-sama Paulus.

Dalam 1 Tim 2, nasihat pertama untuk Timotius, adalah agar ia menaikkan doa untuk semua orang. Ini menjelaskan kembali bahwa keselamatan itu adalah hak dan untuk semua orang, tanpa kecuali. Pandangan ini memang berbeda dengan pendapat ajaran sesat Gnostik yang mens ajarkan bahwa hanya sekelompok kecil orang yang akan selamat. Sebenarnya proses keselamatan dimulai oleh pekerjaan Roh Kudus dalam hati seseorang. yang dimohonkan dengan doa-doa orang itu. Alkitab menyatakan bahwa hanya oleh Roh Kudus, seseorang bisa berkata bahwa Yesus itu Tuhan (1 Kor 12:3).

Paulus juga menugaskan Timotius berdoa bagi raja dan para pembesar. Ini menarik sekali bila dikaitkan dengan pemerintahan yang ada pada saat itu. Pemerintah Roma sebagai penjajah bangsa Yahudi, meskipun memberikan cukup keleluasaan bagi agama Yahudi untuk berkembang, ternyata cukup menghambat perkembangan agama Kristen (ini terbukti saat kaisar Nero memerintah, banyak orang Kristen yang teraniaya, di adu dengan binatang buas, dibakar, disalib, dan banyak siksaan-siksaan serta pembantaian yang mengerikan lainnya). Dengan mendoakan mereka, Paulus berharap Allah menggerakkan hati para pembesar agar mereka memberikan keleluasaan dan kesempatan kepada pengikut Yesus untuk berkembang. Alkitab menunjukkan dalam Kisah Para Rasul, bahwa Rasul Paulus beberapa kali berhadapan dengan aparat pemerintah, dan banyak dari mereka dimenangkan untuk kerajaan Allah.

Doa yang dinaikkan harus disertai juga dengan ucapan syukur sebagai tanda percaya (iman) bahwa doa yang dinaikkan telah dikabulkan oleh Tuhan. Dari nasihat di atas ini, tidak dapat diragukan lagi bahwa Paulus sudah banyak mengalami pertolongan Tuhan dalam pelayanannya. Ini tidak lepas dari komitmennya untuk tetap berdoa dan mengucap syukur dalam setiap keadaan (band. sewaktu Paulus dipenjara dalam Kis 16:25). Tidak mungkin Timotius melayani tanpa doa dan kuasanya. Timotius harus yakin, seperti tulisan Yakobus, bahwa doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, besar kuasanya (Yak 5:16). Timotius harus mendasarkan pelayanannya bukan pada kemampuannya dan pengetahuannya sebagai murid dan pembantu Paulus, tetapi harus benar-benar dilandasi dengan doa yang kuat dan sungguh-sungguh.

Selain harus berdoa, Paulus mengingatkan Timotius dalam I Timotius 4:14, agar ia jangan lalai menggunakan karunia yang telah ada padanya oleh nubuat dan penumpangan tangan sidang penatua. Yang dimaksudkan dengan karunia di sini bukan dalam arti yang sempit, melainkan dalam arti yang luas, yaitu menyangkut kuasa Roh yang diperlukan untuk tugas-tugas pelayanan. Paulus mengatakan hal ini agar iman Timotius kembali dikuatkan. Ia meyakinkan bahwa Timotius pasti sanggup menyelesaikan tugasnya yang berat karena ia telah menerima kekuatan dan kuasa Roh Kudus, namun ia tetap harus mengembangkan karunia-karunia yang telah diterimanya. Kuasa Roh ini tidak bekerja dengan sendirinya, namun harus dikobarkan melalui iman.

Penumpangan tangan sidang penatua atas Timotius dimaksudkan agar Timotius menerima kuasa dan karunia Roh untuk melaksanakan tugas-tugas. Roh Kudus mengerjakan hal ini berdasarkan doa-doa umat-Nya (Kis 13:3), tetapi orang-orang yang menumpangkan tangan menjadi saluran atau pengantara-Nya. Melalui aksi simbolis ini, setelah dimohon dalam doa, Roh Kudus dicurahkan atas Timotius. Namun tidak cukup bagi Timotius untuk diyakinkan bahwa ia memiliki kuasa dan wibawa ilahi, namun ia juga harus mengembangkan, bertanggung jawab, berpegang, dan berjuang dalam karunia itu, tetapi kuncinya adalah, bahwa Roh Kuduslah sebenarnya yang bekerja dan terlibat penuh dalam pelayanannya.

Meskipun dalam surat Titus hanya sekali dicantumkan kata Roh (Tit 3:5), tidak berarti peran Roh Kudus dalam pelayanan Titus tidak ada artinya. Dalam Titus 3:5, Rasul Paulus menegaskan kembali bahwa Roh Kudus memegang kendali keselamatan seseorang. Roh Kudus mengerjakan kelahiran baru dan pembaharuan dalam diri seseorang. Secara implisit, Paulus mengingatkan Titus, bahwa bila suatu had kelak Titus berhasil membaptis orang-orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Hal ini semua bukan karena kemampuan, keterampilan, dan pengetahuannya, tetapi semata-mata karena Roh Kudus. Paulus berusaha menghindarkan Titus dari dosa kesombongan dan memegahkan diri sendiri. Ia dan Timotius harus meniru teladan Paulus yang selalu merendahkan diri dan rendah hati di hadapan Allah dan manusia.

Nasihat di atas tidak berarti bahwa Paulus merendahkan Titus, namun sekedar mengingatkan Titus agar dalam pelayanannya, ia tidak mengabaikan peran Roh Kudus yang dahsyat untuk mengajar, menuntun, menghibur, memulihkan, dan sebagainya. Dengan demikian, kuasa doa dan peran Roh Kudus dalam pelayanan - khususnya pelayanan penggembalaan - harus selalu disadari dan dipegang sebagai konsep pelayanan universal.

 PELAYANAN PENGGEMBALAAN YANG ALKITABIAH

A. Peran Doa dan Roh Kudus dalam Pelayanan Penggembalaan

Doa dan Roh Kudus tidak bisa diabaikan dalam pelayanan apapun, termasuk pelayanan penggembalaan. Beberapa buku tentang doa dan Roh Kudus telah sedemikian jelasnya menggambarkan dan memberi contoh-contoh pelayanan yang berhasil dari banyak hamba Tuhan dan para pendeta dan penginjil yang melibatkan doa dan Roh Kudus dalam pelayanan mereka. Mujizat-mujizat yang terjadi dalam kebaktian-kebaktian kebangunan rohani misalnya, tidak akan terjadi tanpa doa mereka yang terlibat dalam pelayanan tersebut, dan kehadiran Roh Kudus yang dahsyat, yang mengurapi dan memberi kuasa lewat karunia-karunia Roh kepada para hamba Tuhan.

Sembilan karunia Roh yang terdapat dalam 1 Kor, secara gamblang menunjukkan peran para hamba Tuhan yang dengan karunia mereka masing-masing bekerja sebagai tubuh Kristus yang kokoh, siap melayani dalam situasi dan keadaan apapun. Dalam pelayanan penggembalaan, seorang hamba Tuhan dituntut menjadi seorang gembala yang baik - sejati, bukan upahan - dan orang ini harus menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23). Bagaimana mungkin ia menghasilkan buah Roh, bila pelayanannya tidak mengandalkan Roh Kudus yang dimohon melalui doa-doanya?

B. Ukuran Keberhasilan dalam Pelayanan Penggembalaan

Ukuran keberhasilan dalam pelayanan penggembalaan tidak bisa diukur dari kuantitas belaka tanpa memperhitungkan kualitas rohani. Justru penilaian kualitas rohani inilah yang lebih penting dari sekedar jumlah (kuantitas). Dalam surat-surat penggembalaan, Paulus selalu menasihati Timotius dan Titus untuk meningkatkan kualitas jemaat melalui ajaran-ajaran yang sehat, dan memperingatkan jemaat bahaya-bahaya atau ancaman-ancaman terhadap pertumbuhan kerohanian mereka.

Nampaknya, bagi Paulus jumlah jemaat merupakan prioritas kedua, namun kualitas jauh lebih penting. Tuhan akan merasa lebih senang melihat para penatua, diaken, dan para penilik jemaat memenuhi kriteria yang ditetapkan dan selanjutnya mempertahankan hidup rohani mereka sesuai kriteria dan standar yang benar dan sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan juga akan lebih senang melihat para umat-Nya tidak hanya berdoa bagi kepentingan mereka sendiri, tetapi kepentingan semua orang, termasuk para pembesar dan aparat pemerintah yang mungkin tidak mereka sukai atau menindas mereka, karena pada dasarnya Allah menginginkan keselamatan semua orang.

Jadi, ukuran keberhasilan dalam pertumbuhan gereja dan pelayanan penggembalaan, harusnya diutamakan pada peningkatan kualitas rohani, sehingga kuasa doa dan karya Roh Kudus tidak sia-sia. Bila kualitas jemaat meningkat karena doa dan karya Roh Kudus, maka secara otomatis ini merupakan magnet yang mampu menarik banyak orang sehingga jumlah jemaat akan meningkat pesat.

C. Relevansi Doa dan Roh Kudus dalam Pelayanan Penggembalaan Masa Kini

Secara umum pelayanan penggembalaan masa kini masih mengacu pada Alkitab yang diyakini sebagai Firman Tuhan. Dengan demikian, apa yang dicantumkan dalam Alkitab harus tetap up to date dan berlaku abadi sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Doa malahan lebih dan semakin dibutuhkan di tengah masyarakat yang semakin beragam dan semakin menuntut. Tanpa doa mustahil gereja bisa bertahan. Tanpa doa yang terus menerus (Ef 6:18-20) dari jemaat, pelayanan akan goyah dan mungkin hancur total. Ini juga berlaku Indonesia yang masih diliputi ketidakpastian (dalam bidang poleksosbud) tentunya sangat membutuhkan doa syafaat yang berkelanjutan untuk pemulihannya.

Di samping itu, seperti urapan yang turun ke atas Yesus dalam Luk 4, peran Roh Kudus masih dan akan tetap dibutuhkan oleh setiap gembala. Kuasa inilah yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat, baik secara fisik (sakit penyakit) maupun psikis - misalnya lemah mental, dan sebagainya. Kejahatan manusia yang semakin meningkat sedikit banyak pasti mempengaruhi iman dan pertumbuhan rohani seseorang. Peran Roh Kudus yang senantiasa mengingatkan dapat "dimanfaatkan" untuk membangun jemaat ke arah pertumbuhan rohani yang lebih baik.

Para gembala harus selalu mengajarkan Roh Kudus kepada jemaat Tuhan, agar mereka semua memahami makna oknum Allah yang ketiga ini, meminta kepada Tuhan untuk dipenuhiNya, dan menggunakan karunia-karunia mereka untuk bersama-sama bertumbuh dalam iman, dan memancarkan kasih Kristus kepada sesama mereka, melalui kuasa yang diberikan oleh RohNya.

Bahasa Roh dan nubuat, tidak akan lenyap sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini berarti, sementara menantikan kedatangan-Nya, Roh Kudus akan tetap berkarya di dalam dan melalui mereka yang terbuka untuk dipakai-Nya. Para pelayan penggembalaan harus selalu bersandar kepada Roh Kudus, yang sanggup membuat seseorang menerima Kristus, lahir baru, dipulihkan, dan berjalan sesuai dengan firman Tuhan.

 KESIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: pertama, tugas-tugas pelayanan penggembalaan yang dituliskan dalam surat-surat penggembalaan menyangkut beberapa hal yaitu: berdoa bagi semua orang dan para pembesar (pemerintah), menasihati jemaat, memperingatkan orang-orang kaya, mengajarkan ajaran-ajaran yang sehat, melawan guru-guru palsu dan pengajar sesat, memilih dan menetapkan para pelayan Tuhan, hidup harmonis dengan semua orang, melakukan hal-hal yang baik, menghindari kemalasan, menghindari perselisihan yang tidak berguna, dan mengatur kehidupan berjemaat.

Kedua, kuasa doa dan peran Roh Kudus sangat dibutuhkan dalam diri orang percaya, utamanya mereka yang terlibat dalam pelayanan penggembalaan. Doa laksana kekuatan yang menggerakkan Roh Kudus berkarya dan mengambil alih tugas pelayanan, dan memperlengkapi para gembala dalam pelayanan mereka. Roh Kudus juga mengajar, menasihati, menghibur, menguatkan, mengurapi para pelayan penggembalaan sehingga mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan baik.

Ketiga, pada masa kini, ternyata doa dan karya Roh Kudus semakin dibutuhkan. Karena pada hari-hari terakhir ini - mengutip pernyataan Paulus - dunia menjadi semakin sukar, maka kekuatan doa harus semakin nyata, dan kuasa Roh Kudus harus lebih banyak "dimanfaatkan" untuk membantu atau menolong sesama (jemaat) agar mereka mampu tetap berdiri dan setia sampai mati. Roh Kudus memampukan seorang pelayan Tuhan tetap bertahan dalam situasi dan kondisi apapun, dan yang lebih penting lagi - ini tidak bisa dilupakan - Roh Kuduslah yang menyebabkan seseorang mau menerima Kristus dalam hidupnya. Jadi, dalam pelayanan masa kini, tugas doa dan peran Roh Kudus sebaiknya semakin ditingkatkan. Karunia-karunia rohani harus dikembangkan, sehingga pelayanan akan berhasil secara kualitatif.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA