Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 >  ROH KUDUS, KESEMBUHAN ILAHI DAN BAHASA ROH > 
BAHASA ROH 

"Glossolalia" atau berbicara dalam bahasa lidah yang dahulunya terbatas pada Gereja Pantekosta, sejak pertengahan abad ke-20 sudah memasuki Gereja Protestan bahkan juga Gereja Katolik. Oleh karena itulah bahasa lidah sekarang ini banyak dibicarakan orang.

Apakah sebenarnya bahasa lidah itu?

Dalam Kisah Para Rasul diceritakan bahwa pada hari Pentakosta, ketika murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat, tiba-tiba mereka dipenuhi Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa lain itu ternyata adalah bahasa manusia, bahasa dari orang-orang Yahudi yang datang dari berbagai-bagai tempat di dunia dan yang pada waktu itu berada di Yerusalem (Kis 2:1-11). Hal yang serupa terjadi ketika Roh Kudus turun ke atas Kornelius beserta sanak saudara dan sahabat-sahabatnya (Kis 10:45-46), dan ketika di Efesus Rasul Paulus menumpangkan tangan atas bekas murid-murid Yohanes Pembaptis (Kis 19:5-6).

Tetapi ketika Rasul Paulus berbicara mengenai bahasa lidah atau bahasa roh dalam 1 Korintus 12-14, rupanya bahasa ini lain dengan yang di atas karena ia berkata: "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia" (1 Kor. 14:2).

Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa bahasa lidah atau bahasa roh itu ada 2 macam:

1. Bahasa yang tidak dikenal dan tidak pernah dipelajari oleh si pembicara, tetapi adalah bahasa manusia yang dapat dimengerti oleh orang lain yang mengenal bahasa itu.

2. Bahasa yang tidak dimengerti, baik oleh si pembicara maupun oleh orang lain. Michael Green dalam bukunya "I Believe in the Holy Spirit" melukiskannya sebagai "curahan perasaan hati yang terdalam, yang diutarakan Roh Kudus dalam doa, pujian, atau nyanyian."

Apakah bahasa roh adalah tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus?

Berdasarkan kejadian-kejadian yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 2; 10; 19 tersebut di atas, ada yang berargumentasi bahwa orang yang dibaptis atau dipenuhi Roh Kudus harus mempunyai tanda berbahasa lidah. Namun kalau kita selidiki Kisah Para Rasul, ternyata ada sembilan pembicaraan lain mengenai orang yang dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak ada disebut-sebut mengenai bahasa lidah (4:8; 4:31; 6:3; 6:5; 7:55; 9:17; 11:24; 13:9; 13:52). Begitu juga Rasul Paulus berkata: "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Dan dalam pasal yang sama ia membicarakan tentang karunia-karunia Roh yang dibagi-bagikan untuk kepentingan jemaat, dan tidak semua orang memiliki karunia yang sama.

Jadi kita tidak dapat mengatakan bahwa bahasa roh adalah tanda dari orang yang dibaptis dengan Roh, atau yang penuh dengan Roh. Bahkan bila berdasarkan 3 kejadian dalam Kisah Para Rasul itu dituntut bahwa setiap orang yang dipenuhi Roh Kudus berbahasa roh, mengapa tidak dituntut bahwa bahasa itu harus dimengerti manusia? Karena kalau kita perhatikan, bahasa lidah mereka adalah bahasa yang bisa dimengerti manusia, yang diketahui berisi pujian kepada Allah, dan nubuat. Padahal yang dimaksud dengan tanda bahasa lidah pada umumnya adalah bahasa yang tidak dimengerti seorang pun.

Rasul Paulus menyebut bahasa roh yang tidak dimengerti seorang pun itu sebagai karunia dari Roh Kudus untuk berkata-kata dengan Allah, yang berguna untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:2-4). Di 1 Kor. 12:30 sudah kita lihat bahwa karunia untuk berkata-kata dalam bahasa roh ini tidak dimiliki oleh semua orang percaya. Ia juga tidak menganjurkan supaya semua orang mencari karunia bahasa roh, karena karunia saja tanpa disertai kasih adalah tidak berguna. "Kasih itu tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" (1 Kor. 13:8). Oleh karena itu, jika mencari karunia, usahakanlah memperoleh karunia yang berguna untuk membangun Jemaat (1 Kor. 14:12). Itu pula sebabnya karunia untuk bernubuat lebih berguna daripada karunia berbahasa roh, karena nubuat itu berguna untuk membangun Jemaat sedangkan bahasa roh hanya berguna untuk membangun diri sendiri, kecuali kalau diterjemahkan.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA