Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 2 Tahun 2001 > 
YESUS MENDERITA MENURUT CHOAN SENG SONG 
Penulis: Harianto GP
 PENDAHULUAN

Choan Seng Song seorang teolog Asia yang cukup tekun memikirkan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai biblika dalam konteks Asia. Song mencoba berteologi tidak berdasarkan teologi Barat, melainkan ia merumuskan teologi Asia, yang mengambil areal tidak saja di gereja melainkan lebih luas lagi pada masyarakat Asia. Shoki Coe, teolog asal Taiwan - sama dengan Song - yang juga Director of the Theological Education Fund, menulis dalam pengantar buku Song berjudul Christian Mission in Reconstruction: An Asian Analysis: Pertama, tantangan Song berteologi dalam konteks Asia sangat berat dan Song dengan semangat yang meluap-luap mencoba menjawabnya. Kedua, Song merefleksikan teologinya secara baik dan konsisten.

Song mengkoreksi misi orang-orang Kristen Barat yang telah kehilangan dinamika inkarnasi. Kekuatan teologinya adalah menolak nilai-nilai Barat dan Song menemukan inkarnasi Allah dalam kehidupan orang-orang Asia.1707

Dalam artikel ini, penulis menggunakan pendekatan eksegese dan apologetika untuk mengkaji sejauh mana konsep Yesus - yang menjadi pusat teologi Song - sebagai sosok "menderita' diaplikasikan pada fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Inti tekanan-tekanan kontekstual bagaimana yang Song gunakan untuk menerobos nilai-nilai Yesus yang menderita.

Jadi, artikel ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian pertama berisi mengenai konsep Song mengenai Yesus menderita, yang dilihat dari aspek biblika, simbol salib, Yesus sebagai pusat misi pembebasan penderitaan di dunia, teologi rakyat, mesias yang menderita, dan politik salib. Bagian kedua, untuk mencari dasar biblika Yesus yang menderita (untuk berapologetika) maka penulis mengeksegese Mrk 8:31; 9:31; dan 10:33-34 dan untuk mencari dasar biblika. Penderitaan adalah ciri khas orang Kristen, maka penulis mengeksegese 1Pet 4: 12-19. Bagian ketiga adalah mengevaluasi (apologetika) pemikiran Song dengan hasil eksegese penulis dari aspek positif dan negatif.

 YESUS MENDERITA MENURUT CHOAN SENG SONG

Dasar biblika penderitaan bagi Song, adalah pengalaman Paskah1708 [terjadi dalam Alkitab] yang telah menghasilkan suatu perubahan dasariah. Jeremias mengutip analisis Song mengatakan bahwa ada tiga ramalan penderitaan dalam Mrk 8:31 (Mat 16:21, Luk 9:22); 9:31 (Mat 17:21; Luk 17:21; Luk 9:44) dan 10:33-34 (Mat 20:18-19; Luk 18:32-43) sebagai kisah yang disusun ex eventu.1709 Urut-urutan peristiwa yang berkaitan dengan penderitaan Yesus [sebagai manusia yang hidupnya dihina, dicaci-maki, dicambuk, disiksa, bahkan disalibkan. Penderitaan ini rasa sakit secara fisik] dalam nas-nas di atas, khususnya dalam bentuk yang paling terinci dalam Markus 1:33-34. Jeremias berkata,

Berhubungan dengan begitu tepat dengan jalannya kisah penderitaan dan kisah Paskah, bahkan sampai rinciannya, hingga tak pelak lagi bahwa ramalan penderitaan ini adalah ringkasan dari penderitaan yang dirumuskan setelah kejadiannya.1710

Penderitaan jabatan mesianis Yesus terkait dengan "Nyanyian-nyanyian TUHAN" dalam Yes 53. Dalam khotbah Pentakosta Petrus, Kristus yang disalibkan dan bangkit itu menjadi tema utama: kepadaNyalah seluruh perjalanan Israel yang dikisahkannya berlangsung (Kis 2:14-36). Kembali dalam percakapannya di serambi Salomo di kemudian hari, Petrus berkisah tentang "Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita sampai Mesias yang diutus-Nya harus menderita" (Kis 3:13-26).

Bagi Song, dalam Mrk 10:45 kita mendapatkan teologi paling ringkas dari jabatan mesias yang menderita, "Anak Manusia datang untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Penderitaan yang dialami mesias bukan demi diriNya sendiri, melainkan demi "orang banyak", yaitu demi mereka yang tidak terhitung banyaknya.

Penderitaan Yesus, Sang Mesias telah menyingkirkan segala halangan manusia. Penderitaan ini membuat Allah tersedia bagi umat manusia dan memampukan mereka menjadi bagian dari misteri keselamatan ilahi. Kedalaman penderitaan Allah haruslah menjadi tempat di mana orang-orang, kendati latar belakang dan tradisinya berbeda-beda, dapat saling mengakui yang lain sebagai sesama peziarah yang membutuhkan kuasa penyelamatan Allah.1711

A. Simbol Salib

Salib merupakan simbol tertinggi dari penderitaan yang dialami oleh Yesus. Salib berarti lemah, terpecah, tubuh yang terkoyak-koyak.1712 Artinya dalam salib itulah mengandung nilai-nilai praktik penderitaan hidup Yesus bagi sebagai Allah 100 persen maupun sebagai manusia 100 persen. Song menulis:

Sebagai orang Kristen, kita harus kembali pada Yesus seperti yang disaksikan oleh Alkitab. Semakin banyak saya renungkan, semakin dalam saya merasa kagum oleh tokoh Yesus itu. Di sini kita tak perlu persoalkan apakah Yesus itu Anak Allah, atau Anak Maria. Namun kita menjadi begitu terpesona, menjadi kagum oleh sosok yang bernama Yesus itu. Bagaimana Ia memberi kuasa-Nya, sehingga kita memiliki "insight", imajinasi untuk menantang dan mematahkan norma-norma tradisional, walaupun pada akhirnya Ia harus mati. Ya, sebab tubuh-Nya telah terpecah, maka kita dimampukan untuk menimbang ulang sikap-sikap kita terhadap budaya kita sendiri.1713

Salib juga merupakan daerah perbatasan antara hukum-hukum yang diputuskan dalam kehidupan Yesus dengan hukum-hukum di luar kehidupan Yesus. Salib juga merupakan daerah perbatasan antara hukum-hukum kasih dengan hukum-hukum di luar kasih.1714

Sedangkan, Yesus berarti disalibkan orang. Ini juga merupakan acara ritual Hari Paskah yang mengingatkan Allah menyelamatkan budak-budak Israel dari Mesir dan menjadikan budak-budak itu menjadi anak-Nya, ahli waris KerajaanNya. Jadi, makanan Paskah adalah makanan rohani. Yesus itu domba Paskah itu sendiri yang dikorbankan di kayu salib untuk melepaskan manusia yang berdosa menjadi hidup dalam terang.1715 Disalibkan berarti Yesus tidak saja menderita tetapi manusia yang lain [orang percaya] juga menderita dalam nama-Nya. Song melanjutkan: "By people/mean those men,women, and children, in Jesus' day, today, and in the days to come, economically exploited, polotically oppressed, culturally and religiously alienated, sexually, racially, or class-wise discriminated against."1716

B. Yesus sebagai Pusat Misi Pembebasan Penderitaan di Dunia

Menurut Song, Yesus adalah jawab dari krisis kehidupan di dunia yang melanda segala aspek kehidupan termasuk perbedaan menyolok antara perbedaan si kaya dan si miskin. Bukan Yesus tetapi hidup di dunia ini banyak problem dan Yesus membuat keberadaan manusia menjadi hidup. Maksudnya, kehidupan sebagai eksistensi fisik (bios) dan hidup sebagai spiritual (zoe) adalah merupakan satu kesatuan hidup (nephes).1717 Di sini, teologi dimulai dari hati Allah yang disebabkan oleh penderitaan dan rasa sakit manusia. Penderitaan yang dialami manusia menyentuh hati Allah. Sehingga, untuk mengatasi penderitaan itu, Allah menawarkan Yesus Kristus menderita1718 agar Yesus bisa meneladani eksistensi manusia untuk lepas dari krisis dunia. Di sini Yesus ditakdirkan untuk memikul dosa (eksistensi) manusia itu sehingga Yesus Kristus merubah dirinya menjadi manusia dan hidup dalam dunia.1719

Di sini Yesus sebagai pusat misi memberi pengalaman yang nyata bahwa Yesus adalah Gereja Tuhan. Gereja ini menjadi fenomena sosial dan Yesus itu pusat misi yang diberitakan dalam sejarah dunia.1720 Lebih dalam Song mengatakan:

Yang sangat penting bahwa manusia dapat ditangkap menjadi bebas dari penderitaan di dunia ini. Kenyataannya, manusia sangat stress dalam kehidupannya dibuat menjadi selamat. Untuk keselamatan ini, bagi orang-orang Kristen dimengerti sebagai kesalahan dari sesuatu yang tidak ada.1721

C. Teologi Rakyat

Song mempromosikan istilah "Teologi Rakyat". Hal ini karena Song melihat bahwa iman Kristen itu dapat menjadi dinamika sumber sosial dan kehidupan politik. Ia bisa mematahkan nilai-nilai dunia dan membuat keseimbangan antara tanggung jawab dunia dengan nilai-nilai moral. Ia dapat memberi pernyataan-pernyataan dan membuat peraturan yang tidak saja diinspirasikan oleh problem-problem orang kaya, kekuasaan, tetapi juga problem orang-orang miskin, bahkan problem orang yang yang merasa hidupnya tidak berguna.1722

Song mengembangkan pengertian iman Kristen yang hidup dalam dinamika sosial dan politik ini adalah teologi rakyat. Teologi yang mempunyai koreksi dalam kehidupan sosial dan politik. Teologi rakyat adalah teologi salib. Teologi rakyat mengatakan mengalami hidup, termasuk penderitaan yang dialami oleh manusia - laki-laki, wanita, anak-anak yang hidup dalam keadaan ekonomi yang terjepit, sosial dan politik yang benar. Teologi rakyat tidak mencari perdamaian, tidak menganalisis kesalahan orang lain, tetapi membagikan pemikiran-pemikiran Yesus.1723

Teologi rakyat menempatkan manusia (orang) sebagai subyek sejarah, bukan obyek. Tugasnya menghitung sejarah sebagai "the socio-political biography" mengenai rakyat.

D. "Mesias" yang Menderita

Dari berbagai persoalan dunia yang semakin terancam krisis dalam segala hal termasuk krisis moral, maka menurut Song mencari jawaban apa yang paling dibutuhkan dunia, tidak lain adalah teladan Yesus tentang seorang mesias yang menderita. Dunia mencari mesias-mesias politik1724 dan siap memberikan mereka kuasa dan wibawa untuk memerintahnya, tetapi Allah mencari mesias-mesias yang menderita. Tidak, Allah tidak hanya mencari mereka, tetapi di dalam Yesus Kristus Ia menjadi mesias yang menderita, karena hanya mesias yang menderitalah yang dapat menjanjikan suatu masa depan baru dan memberikan suatu kehidupan baru melalui salib dan kebangkitan-Nya.

Hanya mesias yang menderitalah yang mempertahankan agar cahaya kebenaran, kasih dan keadilan tetap bersinar dalam kegelapan dunia yang penuh dusta, pemerasan, dan kebencian. Hanya mesias yang menderitalah yang menanggung penderitaan dunia dan membawakan keberanian, kekuatan dan harapan bagi mereka Yesus hidup dalam ketakutan akan gelap dan bayang-bayang maut Dan mesias yang menderita inilah yang menciptakan ruang dan peluang di dalam hati manusia, bagi Allah dan bagi sesamanya. Injil yang ditinggalkan para murid adalah Injil tentang mesias yang menderita, bukan tentang mesias politik.1725 Mesias yang menderita ini dimulai dan di teladan oleh Yesus Kristus, kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Yesus, dan kini orang-orang Kristen diajak untuk menjadi mesias yang menderita.

Contoh Yesus mencoba mencari mesias yang menderita melalui wanita Samaria. Song menulis percakapan itu mulai dengan air sumur. Dari air sumur tersebut Yesus berpindah ke citra "air hidup", tetapi wanita itu memahaminya sebagai "air yang mengalir", sebagai lawan air yang berhenti. Namun Yesus maju terus dan mengembangkan makna hidup kekal berdasarkan citra air hidup. Akhirnya wanita itu menyadari bahwa air yang dengannya ia berurusan tiap hari itu mengandung makna yang jauh lebih dalam: Ia merasa bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang yang "lebih besar dari Yakub leluhurnya". Dia terdorong untuk meminta kepada Yesus dan berkata: "Tuan, berilah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air" (Yoh 4:15). Dia belum sepenuhnya mengerti apa yang Yesus maksud, tapi paling sedikit dia sudah berhenti di ambang pencerahan1726 - diambang menjadi mesias yang menderita.

E. Politik Salib

Song tidak saja mengartikan salib sebagai titik penderitaan mesias, tetapi ia juga mempunyai istilah "Politik Salib". Bagi Song, dalam menjawab keadaan dunia yang semakin keras dan menindas, ia tidak saja menawarkan diri-Nya sebagai "Mesias yang menderita", "salib yang menderita", tetapi juga memberi alternatif lain, adalah "Politik Salib". Politik Salib adalah politik yang paling tepat bagi Yesus dan pengikut-pengikut-Nya yang setia. Politik Salib ini menggeser politik rakyat1727 atau dimulai dengan politik rakyat dan akhirnya harus menuju ke politik Salib. Dalam nama Salib, orang-orang Kristen memberikan kesaksian tentang Allah yang pengasih dan penyayang kepada dunia yang penuh kebencian dan konflik.

Salib telah mengilhamkan begitu banyak orang untuk percaya bahwa pengorbanan diri adalah senjata paling ampuh terhadap politik kekuasaan yang hanya mementingkan diri sendiri. Politik salib telah memberikan mereka keberanian untuk tidak melakukan kekerasan, bukan hanya sebagai taktik, tetapi karena kasih sayang, untuk membawa penderitaan rakyat.

Kekuatan yang diperlihatkan oleh politik salib adalah kekuasaan yang efektif dari kesaksian iman. Inilah kekuasaan yang menuntut siapa saja yang memerintah dengan serakah dan tidak adil. Inilah kekuasaan yang memberikan tentang baru dan pengharapan baru. Dan inilah kekuasaan yang memeliharakan visi umat manusia agar tetap terarah kepada segala yang baik, yang benar, yang indah. Salib, meminjam kata-kata Rasul Paulus, adalah "kekuatan dan hikmat Allah". Ia adalah dasar etika politik Kristen. Dan ia adalah inti kekuatan etika Kristen. Salib telah dan akan selalu menjadi pusat teologi politik.1728

Kenapa kekuatan politik salib sangat efektif? Karena kekuatan yang datang dari Allah ini, bukanlah kekuatan yang terbatas pada satu gerak dan satu ruang. Kekuatan ini bergerak dengan ketidakterbatasan seperti di mana Allah tidak bisa ditetapkan oleh karena Allah bergerak, karena Dia bukanlah "straight-line God", tetapi "God moves in all directions: God moves forward, no doubt, but also sideways and even beckwards. Perhaps God zigzags too".1729

 EKSEGETIKAL

A. Eksegese Mrk 8:31; 9:31; dan 10:33-34; Yesus Menderita

Mrk 8:31; 9:31; dan 10:33-34 merupakan petunjuk jelas bahwa memang Yesus menerima dan melakukan pekerjaan seorang Mesianik. Dia menerima pekerjaan untuk menderita. Mrk 8:31 berbunyi:

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan [suffer]24) dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

Kata "suffer" sebagai penderitaan Kristus1730 menunjuk pada kehidupan pelayanan Yesus. Ini cukup eksklusif pada kematian-Nya. Juga menunjuk kepada penderitaan sebagai manusia saat Ia dicobai. PenderitaanNya ini bukan sebuah peristiwa saja, tetapi keilahian-Nya (kebutuhan keilahian-Nya) berperan untuk menunjuk keselamatan manusia.1732 R. Alan Cole menyebut "a thelogical shorthand" [steno] untuk kematian-Nya hingga di kayu salib (Kis 3:18).1731 Ibrani 5:8 menunjukkan semakin jelas bahwa salib itu puncak dan mempunyai nilai Yang Mahatinggi dari kehidupan penderitaan Yesus. Hal ini bisa kita pahami bila kita sudah mengenal pribadi Kristus sehingga kita bisa menghargai pekerjaan-Nya.

Mrk 8:31 merupakan pemberitahuan penderitaan pertama (paralel dengan Mat 16:21, Ia harus pergi menanggung banyak penderitaan; juga Luk 9:22), yang kemudian dilanjutkan dengan Mrk 9:31 sebagai pemberitahuan penderitaan kedua (paralel dengan Mat 17:21; Luk 17:21; dan Luk 9:44) sebagai berikut:

Sebab ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit (Mrk 9:31).

Mrk 9:31 memang tidak memunculkan kata "suffer", tetapi keseluruhan ayat tersebut menunjukkan kelengkapan penderitaan yang Yesus alami. R. Alan Cole melihat Allah yang hadir dalam diri Yesus melakukan aktifitasNya dalam peristiwa tersebut.1732 Bahkan pada Mrk 10: 33-34 lebih jelas lagi akan aktifitas Allah. Ini merupakan suatu pukulan bagi Mesias yang ditolak oleh bangsa Israel sebagai mesiasnya, sehingga terjadi pergeseran bahwa Mesias diterima oleh bangsa di luar Israel. Ini adalah jalan salib (Kis 2:23). Kondisi ini dipertegas lagi dalam Mrk 10: 33-34 - pemberitahuan penderitaan ketiga (paralel dengan Mat 20:18-19; Luk 18:32-33) sebagai rangkaian penderitaan Yesus, yaitu:

KataNya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.

Sebenarnya penderita yang dialami oleh Yesus sudah merupakan rancangan Allah jauh ke belakang. Yes 53:2-3 sudah mengatakan bahwa Yesus sebagai tunas dari tanah kering (ay. 2). Lalu, Yesus dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan: ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan (ay. 3).1733

B. Eksegese 1 Petrus 4:12-19; Penderitaan sebagai Ciri Khas Orang Kristen

Penderitaan dari kata dasar derita (pascho), yang di dalam PB dipakai sebanyak 42 kali.1734 Penderitaan ialah tekanan yang dihadapi seseorang yang datang dari luar dirinya untuk memberikan pengaruh yang baik kepada orang tersebut. Tapi, penderitaan itu juga suatu usaha pengacauan ke dalam ciptaan ini.1735 Dan, lebih dalam lagi bahwa penderitaan (patemasi, sufferings) dalam perikop ini merupakan suatu pencobaan (purosei, trials) bagi kehidupan orang Kristen, karena itu purosei pada ay 12 dikatakan "janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu".

Penderitaan ini merupakan karakter orang-orang Kristen. Jadi, sudah menjadi hal yang wajar saja. Justru karena menderita, maka orang Kristen menjadi bahagia dan tidak membawa kesusahan melainkan kesukaan. Penderitaan ini suatu kehormatan bagi setiap orang untuk menggenapkan penderitaan Yesus Kristus.1736 Di sini orang Kristen harus meneladani penderitaan Kristus. Peneladanan ini bersifat hidup dan setia dalam penderitaan Kristus. Hal ini harus dilakukan dengan rasa sukacita dan tidak tertekan. Orang Kristen menyerahkan diri sepenuhnya dalam penjagaan Roh Kudus dan hidup berbuat baik, jangan sibuk membicarakan orang lain, membunuh, mencuri, atau melakukan tindak kejahatan. Karena pada waktunya penghakiman tiba, dan semua orang termasuk orang Kristen tidak luput dari penghakiman tersebut.

 TEOLOGI APOLOGETIS

Dari uraian teologi Song pada bagian penderitaan Yesus dan bagian eksegese yang penulis lakukan, maka penulis mencoba memahami persoalan-persoalan yang dihadapi Song dalam membangun teologi penderitaannya.

A. Evaluasi Filosofi

Song meletakkan Yesus sebagai pusat dari semua teologinya yang diaplikasikan dalam konteks filosofi Asia. Hal ini mengingatkan Karl Barth yang juga meletakkan Kristus sebagai central teologinya. Hanya saja Barth mengaplikasikan pada kehidupan Barat, sedangkan Song mengaplikasikan pada kehidupan Asia.

Stephen T. Chan menilai Song dalam dua hal: Pertama negatifnya, Song menghindari teologia Barat. Penulis setuju, tetapi menghindari Barat dan berkonsentrasi pada Asia bukanlah hal yang negatif. Justru ini adalah tindakan yang berani mencari fenomena Asia, sehingga mau tidak mau Song harus jeli memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Asia.

Kedua positifnya, Song mencoba mencari wilayah baru, sumber-sumber baru untuk membangun teologi Asia.1737 Bagi Chan, membangun teologi baru tidak mungkin bisa dilepaskan dengan pengaruh teologi Barat, yang sudah sedemikian kuat mengakar dan berkembang di seluruh teologi dunia.1738 Penulis setuju dengan apa yang dikatakan Chan. Tapi, memang tidak gampang apa yang dilakukan oleh Song. Dalam kondisi ini Song mencoba menawarkan filosofi teologi "rakyat". Di sini Chan menilai bahwa teologi rakyat yang Song gunakan tidak saja berkata dalam teologi seseorang yang menjadi bagian rakyat, tetapi juga berkata bagaimana cara rakyat dapat mengerti teologi yang ditawarkan. Teologi rakyat juga bukan saja berkata mengenai agama saja tetapi juga berkata mengenai isu-isu kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Kontribusi teologi rakyat nyata dalam kehidupan sosial, politik. ekonomi, dan isu-isu etika.

Karakter teologi rakyat tergantung kepada dua tugas: metodologi dan bahannya. Metodologi ini berasal dari reaksi persoalan-persoalan hidup manusia, sedangkan materinya adalah isu-isu yang berkembang kepada masyarakat yang besar.1739 Jadi, Song ingin masuk dalam persoalan-persoalan dasar kehidupan masyarakat.

B. Evaluasi Sosio Politik

Pendekatan yang dilakukan Song1740 dengan konsep sosial politik bukanlah hal yang baru. Dietrich Bonhoeffers dalam Letter From Prison" juga telah melakukan apa yang dilakukan oleh Song.1741 Pendekatan ini bagi Song bisa terjadi karena Yesus yang menderita dan mati di kayu salib itu. Penderitaan Yesus masuk dalam persoalan sosial, politik, etika, dan segala bidang kehidupan.

Segi positifnya, di mana Yesus menjadi bagian sosial dalam jemaatNya. Sosial bukan hanya diartikan antara jemaat di gereja atau sesama orang Kristen, tetapi juga antara masyarakat pluralis. Jadi, memang Yesus menjadi dasar kesatuan sosial bahkan melalui Amanat AgungNya, orang-orang Kristen melakukan tugas menyebarkan Injil ke ujung dunia (Mat 28:9-20). Artinya, Yesus juga menghendaki masyarakat sosial mengenal Injil-Nya.

Segi negatifnya, Yesus meski Ia menderita tidak mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk terlibat agama dengan politik (pemerintahan). Justru kehadiran Yesus yang menderita memisahkan diri-Nya sebagai bagian di luar pemerintahan - misalnya Yesus harus menjadi Raja - tetapi kehadiran-Nya sebagai pembebas. Sesuai dengan rencana Allah, Yesus telah hidup secara sempurna, tidak berdosa, dan sebagai penebusan atas dosa manusia dengan kematian-Nya di kayu salib. Jadi, kepada barang siapa yang menerima Kristus dengan iman, Allah mengaruniakan kebenaran Kristus. Jadi, bagi penulis sikap Song yang menggunakan istilah Yesus sebagai "Politik Salib" kurang setuju. Meski "politik Salib" mempunyai penekanan bahwa orang-orang Kristen memberikan kesaksian tentang Allah yang pengasih dan penyayang kepada dunia yang penuh kebencian dan konflik, menghindari kekerasan tetapi pengertian "politik" itu cukup negatif dan tidak teologis. Sementara penekanan "salib" adalah Yesus yang menderita. Jadi, perlu dipikirkan ulang menggunakan istilah tersebut.

C. Evaluasi Teologi

Teologi Song memfokuskan pada satu sisi adalah biblika dengan metode eksposisi mengenai doktrin ciptaan, penebusan, inkarnasi. Lalu, diaplikasikan pada inkarnasi misi dalam areal budaya, sejarah, sosial, dan politik. Dasar pemikiran penderitaan yang dikerjakan oleh Song memang berdasarkan biblika yang kuat seperti eksegese Mrk 8:31; 9:31; dan 10:33-34, di mana Song menemukan bahwa Yesus mempunyai tugas utama sebagai penderita di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Dan penulis juga.melihat penderitaan yang menjadi ciri khas orang Kristen (eksegese 1 Pet 4:12-19) demi nama Yesus diaplikasikan oleh Song dalam konsep "teologi rakyat".

Segi positifnya, penulis setuju apa yang dikonsepkan Song bahwa Yesus adalah dasar penderitaan bahkan bagi penulis apa yang dialami Yesus adalah penderitaan yang tertinggi dan tidak bisa disamakan dengan penderita yang dialami oleh manusia. Penderitaan itu jalan salib. Dan memang dari penderitaan ini terekspresikan dalam segala fenomena kehidupan yang sudah, sedang, atau akan terjadi pada setiap kehidupan manusia. Sehingga bila ekspresi salib itu sudah kita kuasai atau pahami, maka tidaklah sulit untuk menghargai apalagi untuk mempercayai Yesus sebagai Juruselamat manusia, khususnya diri sendiri yang bersangkutan.

Salib Yesus merupakan jalan pendamaian. Pendamaian disediakan bagi semua orang. Pendamaian diterapkan (berlaku) kepada orang pilihan ketika mereka percaya. Pendamaian berkaitan dengan hukuman kekekalan.

Salib Yesus mencakup pembebasan dan kutuk hukum dan dosa, perdamaian kembali dengan Allah. demikian pun perdamaian antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang kafir, damai sejahtera, sumber kehidupan. Salib telah menjadi pusat perhatian pemikiran Kristus serta pembebasan.

Segi negatifnya, inti berita salib adalah Yesus sebagai penyelamat atau penebus dosa-dosa manusia. Hakekat penyaliban Yesus dan kematian Yesus adalah pintu dari penebusan dosa-dosa manusia ke dalam hidup kekal. Artinya, Kristus sebagai kalam menjadi manusia tidak tega melihat manusia berdosa mendapat kutukan dan hukuman karena dosanya. Di dalam Yesus Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita yang tidak dapat disampaikan menurut pewahyuan natural. Tapi, oleh Song inti berita ini diaplikasikan pada nilai-nilai yang jauh dari keselamatan misalnya aspek politik sehingga aplikasi ini masih bisa menjadi perdebatan yang berkepanjangan.

Jadi, meskipun teologi itu sudah bergeser pada tataan "perbuatan hidup yang baik" atau "menderita dalam Kristus" (1Pet 4:12-19), maka inti pesan penyelamatan itu tetap menjadi dasar bagi kerangka teologi itu. Penulis rasakan bahwa Song, bergerak pada nilai-nilai di luar Yesus sebagai penyelamat. Justru bila kita melihat 1 Ptr 4:12-19, maka tanda setiap orang Kristen harus meneladani Yesus yang menderita di kayu salib penebusan dosa, sehingga orang Kristen hidup menderita untuk sebagai saksi dan pemberita Injil Yesus itu sendiri.

 PENUTUP

Yesus menderita menurut Song, memang merupakan kerangka dasar yang sangat kuat (biblika) dalam menjawab fenomena yang terjadi dalam segala kehidupan pada segala abad, termasuk pada konteks masyarakat Asia. Hanya saja masalahnya, inti berita penderitaan Yesus di kayu salib tidak boleh digeser keluar dari arti yang sebenarnya adalah sebagai penebus dosa-dosa manusia. Jadi, selama hakekat ini diberlakukan maka kontektualisasi yang dilakukan Song patut kita pikirkan bahkan ikut teladani dalam memperluas berita Injil pada kehidupan masyarakat Indonesia yang semakin kompleks.

Song telah melakukan kontekstualisasi pada masyarakat sosial dan politik di Asia, tapi ia telah terjebak pada penggeseran hakekat salib dan pemakaian istilah-istilah seperti istilah politik salib yang mempunyai konotatif negatif padahal isinya sangat positif dan Alkitabiah.

Penulis melihat bahwa Song, bergerak pada nilai-nilai di luar Yesus sebagai penyelamat dan menolak wahyu khusus - Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan manusia. Song menggunakan wahyu umum seperti Barth untuk membuat model kontekstualisasi teologi Asia sehingga ia mentransposisi wahyu tidak dari Israel ke Asia melainkan dari Asia langsung ke Asia. Jadi, tidaklah heran bila Song menggunakan Alkitab sebagai motif-motif perjuangannya untuk menciptakan teologi Asia.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA