Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 1 Tahun 2001 >  DEPOLARISASI SIKAP KRISTEN TERHADAP AGAMA-AGAMA LAIN SUATU ANALISIS TERHADAP INKLUSIVISME CLARK H. PINNOCK > 
PENUTUP 

Polarisasi universalitas dan partikularitas secara ekstrim berdampak negatif bagi kekristenan dan bagi hubungan antar agama. Universalitas yang ketat berusaha mencari nilai-nilai universal dengan cara merelativikasikan yang normatif dan partikularitas yang ketat berusaha menekankan nilai-nilai yang final dengan jalan meniadakan nilai-nilai universal. Keduanya tidak pernah dapat bertemu. Namun demikian, pandangan inklusif, yang diwakili Clark H. Pinnock, mencoba merekonsiliasi kedua kutub (contradictive poles) tersebut. Dengan menjelaskan pemahaman terhadap masing-masing kutub, Pinnock membuktikan bahwa keduanya tidak bertolak belakang dan dapat dipertemukan secara dialektis. Keleluasaan universalitas anugerah Allah (The Widennes of God) dapat berjalan bersama partikularitas keunikan (dan finalitas) Kristus (The Uniqueness of Christ) sedemikian rupa, sehingga polarisasi sikap dan pandangan yang ekstrem, terekonsiliasi lewat model inklusivisme ini.

Namun demikian, inklusivisme Pinnock ingin mengatakan bahwa anugerah keselamatan yang universal hanya dapat diakses hanya melalui yang partikular (dalam Kristus) dan yang partikular ini memiliki pengaruh dan dampak yang bersifat universal (bagi dunia). Pendekatan inklusif Pinnock berusaha mengakomodasi hal-hal positif dari kedua kutub, sambil tetap mengeliminasi hal-hal yang negatif dari keduanya. Pendekatan ini sangat positif karena mampu menekankan keobyektifan dan kejujuran terhadap isu yang ada. Kedua kutub diakui sebagai pengalaman yang sama-sama obyektif. Inklusivisme Pinnock juga berusaha menjawab masalah kontinuitas dan diskontinuitas wahyu Allah secara umum dan khusus: dan universalitasnya membawa pengharapan keselamatan di dalam Allah. Walau demikian, perlu menimbang sisi negatifnya, sebab ada pendekatan inklusif yang sangat spekulatif, misalnya postmortem encounter, yang tidak kuat basis Alkitabnya. Pendekatan ini juga tidak memberikan proporsi yang jelas tentang keseimbangan ideal kedua kutub itu sehingga anugerah Allah dapat diterima oleh manusia.

Inklusivisme Pinnock juga memberi sumbangan positif bagi teologi agama-agama, sebab sistemnya yang integratif dapat menjembatani kedua posisi yang bertentangan pluralis dan eksklusif, dan sikapnya yang positif terhadap agama-agama lain dapat memungkinkan terjadinya dialog, toleransi, bahkan pemberitaan Kabar Baik yang relevan dengan konteksnya. Walau masih perlu diuji secara lebih ketat, inklusivisme dapat menjadi sikap alternatif gereja dalam berkiprah di tengah konteks kemajemukan agama. Dengan pendekatan inklusif ini, diharapkan gereja benar-benar dapat lebih efektif menjadi terang dan garam dunia.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA