Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 1 Tahun 2001 >  GAGASAN PLURALISME AGAMA: TINJAUAN SEJARAH DARI INDONESIA MERDEKA SAMPAI KINI DAN TAWARAN DIALOG KEBENARAN AGAPHE > 
PENDAHULUAN 

Pada tahun 1945 ketika Perang Dunia II belum berakhir Indonesia berada di ambang pintu gerbang kebangsaan. Semua orang umumnya sepakat bahwa Indonesia harus bebas dan merdeka.1578 Karena itu semua agama-agama yang ada di Indonesia - Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen - saling bekerja sama untuk membangun kemerdekaan Indonesia.

Para pimpinan gereja-gereja - seperti Dr. Mulia, Dr. Leimena,1579 Dr. Tambunan, dan lainnya, baik awam maupun pendeta, yang pikiran teologi dan politiknya telah mendewasa di tahun-tahun 30-an - memusatkan perhatian mereka pertama-tama pada prinsip-prinsip yang akan membimbing Negara Indonesia yang baru itu dengan tujuan agar kebebasan beragama dan kesamaan hak serta kesamaan kesempatan untuk semuanya warga negara dijamin, tanpa membeda-bedakan kepercayaan atau pun keturunan.1580 Tepatnya, 1 Juni 1945, merupakan landasan sejarah kehidupan "pluralisme" di Indonesia. Tanggal itu Bung Karno mencetuskan Pancasila untuk pertama kalinya. Pancasila dirumuskan oleh Bung Karno dengan susunan sebagai berikut:5) pertama, kebangsaan Indonesia (nasionalisme). Kedua, internasionalisme, atau peri kemanusiaan. Ketiga, mufakat, atau demokrasi. Keempat, kesejahteraan sosial: dan kelima, Ketuhanan. Pancasila ini dapat diperas menjadi tiga sila (Trisila),1581 yaitu: satu, socio-nationalisme, Tiga, socio-democratie; dan tiga, ketuhanan.

Trisila itu disempurnakan oleh Soekarno dan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, dan nilai Ketuhanan menjadi bagian sila pertama Pancasila: "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dengan dicetuskannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka terbentuklah pula sebuah negara yang bernama Negara Republik Indonesia. Segera setelah itu disusun pula sebuah Undang-Undang Dasar (UUD) yang dinamakan UUD 1945 yang di dalam pasal pembukaannya terdapat Pancasila, sebagai landasan ideal negara dan falsafah serta ideologi bangsa. Atas dasar Pancasila inilah lahirlah toleransi agama dalam negara yang baru dibentuk itu.

Siapakah Tuhan dalam sila Pancasila? Tuhan dari "Kami bangsa Indonesia" yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Jadi, bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang terdiri dari suku bangsa Minang, Jawa, Batak, Dayak. Ambon, Bugis dan lain-lainnya, termasuk pula keturunan Tionghoa yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kaharingan. Marupa, kepercayaan yang hidup dan terikat pada suatu daerah tertentu, yang pada waktu proklamasi kemerdekaan dilakukan, merasakannya juga sebagai pernyataan kemerdekaan dirinya sendiri, yang ingin bersatu di dalam apa yang disebut "Kami bangsa Indonesia ...."1582

Memang beberapa orang Kristen yang ikut terlibat dalam menata keagamaan pada saat negara Republik Indonesia melangkahi ke kehidupannya tetapi yang cukup menonjol adalah sosok Tahi Bonar Simatupang yang lahir di Sumatera Utara, 28 Januari 1920, tahun 1948-1949 sebagai wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI dan 1950-1954 sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI, dan 1954-1959 sebagai Penasihat Militer di Departemnen Pertahanan. T.B. Simatupang yang berpandangan partikular Calvinis ini berpendapat:

Tugas orang Kristen berarti ketaatan kepada Tuhan dalam keadaan, waktu dan tempat tertentu itu. Ini berarti dua hal: Pertama, bersama-sama dengan orang-orang yang bukan Kristen mempergunakan berbagai-bagai cabang ilmu pengetahuan untuk memahami kekuatan-kekuatan yang menggerakkan sejarah dan yang membawa perubahan-perubahan dalam cara berpikir dan cara hidup manusia dan masyarakat. Kedua, orang-orang Kristen berusaha untuk dengar-dengaran kepada apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada mereka dalam keadaan dan waktu di mana mereka hidup dengan membaca Alkitab yang mengisahkan bagaimana Tuhan berbicara terhadap orang-orang yang hidup dalam waktu, keadaan dan tempat yang lain.1583

Tapi, tidak hanya orang Kristen yang mempunyai tugas seperti di atas, melainkan semua orang: bagi Simatupang bahwa semua agama menghadapi tantangan untuk mengadakan pembaharuan dalam pemikiran serta bentuk-bentuk dan cara-cara pelayanannya. Dengan demikian agama-agama itu pada satu pihak dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila menuju tinggal landas. Sedangkan pada pihak lain agama-agama itu tidak menjadi kerdil dan tersingkir melainkan tetap merupakan faktor yang kreatif dan kritis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam proses industrialisasi menuju masyarakat yang malu, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila. Oleh sebab itu dengan saling menghormati integritas masing-masing maka percakapan (dialog) dan kerja sama, kewajiban membangun masa depan bersama sangat diperlukan di tahun-tahun yang akan datang.1584 Untuk itu tentu harus ada pembaharuan di kalangan umat-umat beragama dengan memberikan perhatian tidak hanya kepada masalah-masalah "akhirat" tetapi juga kepada masalah-masalah "pra akhirat", seperti kemanusiaan, keadilan, perdamaian, kelestarian dan seterusnya.1585

Perbedaan dalam persepsi teologis adalah hal yang secara realistis harus diterima sebagai pernyataan dalam percakapan antara para penganut dari agama-agama yang berlainan. Sebab setiap agama mempunyai persepsi teologisnya yang khas. Sekiranya tidak ada perbedaan dalam persepsi teologis, maka akan ada satu agama saja. Dialog tidak bermaksud untuk meniadakan perbedaan dalam persepsi teologis, melainkan agar dengan sikap memahami dan saling menghormati perbedaan-perbedaan itu, dapat dikembangkan dasar-dasar dan cara-cara bagi kerja sama yang seefektif mungkin."

Konsep "Pluralisme" yang ditawarkan Simatupang baru tahap awal dan belum masuk secara mendetail ke dalam nilai-nilai agama misalnya: bagaimana Injil harus didialogkan dengan agama lain? 11) Bagaimana Keselamatan harus dibagikan dengan agama lain? Sejauh mana dialog nilai-nilai agama bisa dikompromikan? Di sini penulis mencoba mencari jawabannya melalui tinjauan sejarah pluralisme di Indonesia. Setelah itu, penulis menawarkan dialog "Kebenaran Agaphe" sebuah alternatif dialog antara agama-agama.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA