Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 16 No. 1 Tahun 2001 >  MEMBANGUN SEBUAH "THEOLOGY OF RELIGIONS" INJILI YANG NON PLURALISTIK: APAKAH MUNGKIN > 
DIALOG ANTAR AGAMA 

Dialog antar agama (Interreligious Dialogue) merupakan a must atau hal yang tidak bisa dihindari lagi oleh umat Kristen di dunia pasta era kolonialisme, termasuk di dalamnya kalangan Injili. Sebagaimana telah saya singgung di depan, kita hidup dalam era globalisasi dan pluralisme dalam segala bentuknya. Persinggungan dan komunikasi lintas budaya dan agama sangat bisa terjadi ketika kita baru saja membuka pintu rumah kita. Dialog dengan para pemeluk agama lain bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan dalam suasana apapun juga: formal maupun informal.

Misi Kristen modern tidak bisa dipisahkan dari unsur dialog antar agama. Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah posisi dialog dalam kaitan dengan misi Kristen ini? Apakah dialog identik dengan misi Kristen dan bisa saling dipertukarbalikkan (interchangeable) seperti yang diyakini kalangan Kristen ekumenikal tertentu? Apakah dialog adalah bagian dari misi Kristen? Ataukah dialog bertentangan dengan misi Kristen seperti diyakini oleh sebagian kalangan Kristen Injili?

Pertama-tama kita harus paham bahwa dialog bukan menggantikan dan juga bukan bentuk pelarian diri ("subterfuge") dari misi Kristen. Dialog juga tidak boleh diidentikkan atau bertentangan dengan misi Kristen.1574 Dialog adalah aspek dari misi Kristen yang berkaitan erat dengan natur misi. Misi Kristen pada dasarnya melibatkan komunikasi yang bersifat dialogikal, artinya melibatkan dua pihak tanpa kompulsi atau paksaan. Memang misi Kristen pernah menjadi monolog, yaitu pada era kolonialisme barat yang imperialistik. Namun ini adalah deviasi atau penyimpangan dari hakekat misi. Misi Kristen bersifat inkarnasional sehingga berimplikasi bahwa dalam dialog kekristenan menempatkan agama-agama lain sebagai rekan-rekan dialog yang sederajat yang patut dilayani sebagaimana Tuhan Yesus dengan sabar dan penuh kasih melayani berbagai kalangan pada masa hidup-Nya di dunia.

Dunia yang pluralistik sekarang ini membutuhkan dialog antar agama sebagai wahana untuk: pertama.. menciptakan kondisi saling memahami dan berelasi yang baik di antara para pemeluk agama. Kedua, membangun jembatan untuk usaha-usaha misi. Dialog antar agama memiliki fondasi biblikal dan teologikal yang dapat dipertanggungjawabkan secara iman Kristiani. Alkitab mengajarkan dan mengkonfirmasikan adanya common ground di antara umat manusia yang memungkinkan terjadinya suatu dialog antar agama yang konstruktif dan sehat. Terry C. Muck menegaskan kebenaran ini. Dia berargumentasi bahwa melalui tiga konsepsi teologis yang diturunkan dari Alkitab, yaitu: konsep logos spermatikos, logos divinitatis, dan imago dei. maka para pemeluk agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan lain yang beraneka ragam mampu dan dapat dibenarkan untuk melakukan dialog antar agama.1575

Kalangan Injili dikenal sebagai orang-orang yang "alergi" terhadap dialog antar agama. Ada pihak yang menguatirkan keterlibatan dalam dialog akan mengurangi semangat dan motivasi penginjilan. Sementara pihak lainnya berpendapat bahwa dialog antar agama akan mengakibatkan relativisme dan sinkretisme. Namun dengan mengacu beberapa Kristen Injili tidak perlu ragu lagi untuk berpartisipasi dalam dialog antar agama. Copeland tampaknya meyakini hal ini ketika berkomentar "...true dialogue is possible for nonpluralist Christians... "1576



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA