Topik : Iman/Keyakinan

2 November 2002

Berterima Kasih kepada Peragu

Nats : Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu (Matius 28:17)
Bacaan : Lukas 24:10-16,36-43

Murid-murid Yesus tidak mudah percaya. Saat mendengar kesaksian beberapa perempuan yang baru saja melihat kubur yang kosong, "mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu" (Lukas 24:11). Dan ketika sore itu Yesus tiba-tiba menampakkan diri kepada mereka, "mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran" (ayat 41). Mereka begitu girang dan terkejut melihat Tuhan mereka telah bangkit sehingga mereka mempertanyakan penglihatan mereka sendiri.

Bahkan beberapa saat kemudian, ketika Yesus memperlihatkan diri kepada murid-murid-Nya di Galilea, "beberapa orang ragu-ragu" (Matius 28:17). Padahal di antara mereka ini termasuk beberapa pengikut Yesus yang menyaksikan Juruselamat yang bangkit untuk pertama kalinya (1 Korintus 15:6). Sebelum menyembah-Nya, mereka harus meyakinkan diri bahwa mereka tidak sedang melihat hantu.

Saya senang Alkitab mencatat tentang para murid yang ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak mudah dibodohi. Karena itulah kesaksian mereka lebih berbobot. Keinginan mereka yang besar untuk mendapatkan bukti yang kuat meyakinkan kita bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian. Hal ini juga meyakinkan kita bahwa Allah tidak ingin kita mudah tertipu. Jadi, melalui keragu-raguan Dia hendak menumbuhkan iman yang kuat. Bahkan teguran halus-Nya kepada Tomas membuat ia mengucapkan pengakuan yang mantap: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Saya berterima kasih kepada orang-orang yang dulunya ragu-ragu. Bagaimana dengan Anda?- Herb Vander Lugt

7 November 2002

Jalan Orang Saleh

Nats : Tunggu, di kota ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat (1Samuel 9:6)
Bacaan : 1Samuel 9:1-6

Beberapa tahun yang lalu saya dan istri saya berjalan-jalan menyusuri kota London. Setelah beberapa saat lamanya, sampailah kami di Godliman Street (Jalan Orang Saleh). Menurut cerita, dulunya ada seorang pria yang hidupnya benar-benar kudus tinggal di sana. Karena itu, dahulu jalan itu dikenal sebagai "jalan menuju ke rumah orang saleh". Nama jalan itu mengingatkan saya pada cerita dalam kitab Perjanjian Lama.

Ayah Saul mengirim anaknya bersama seorang bujang untuk mencari keledai-keledai yang hilang. Mereka mencari keledai-keledai itu selama berhari-hari, tetapi ternak-ternak itu tidak juga ditemukan..

Saul mulai menyerah dan ingin kembali ke rumah. Namun, bujangnya menunjuk ke arah Rama, desa tempat tinggal Nabi Samuel, dan berkata, "Tunggu, di kota ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakannya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke sana sekarang juga, mungkin ia dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang kita tempuh ini" (1 Samuel 9:6).

Di sepanjang hidupnya sampai ia tua, Samuel telah menjalin persahabatan dan persekutuan dengan Allah, sehingga perkataannya memiliki kuasa kebenaran. Orang-orang mengenalnya sebagai nabi Tuhan. Maka "pergilah mereka [Saul dan bujangnya] ke kota, ke tempat abdi Allah itu" (ayat10).

Oh, jika saja hidup kita begitu mencerminkan Yesus, kita akan meninggalkan kenangan indah di sekitar kita. Dan kesalehan kita itu akan selalu dikenang! —David Roper

9 Desember 2002

Iman Seorang Anak Kecil

Nats : Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 18:3)
Bacaan : Matius 18:1-5

Pada suatu hari Minggu, saya mendengar Mike bercerita tentang hubungannya dengan kedua ayahnya, yaitu ayah yang membesarkannya sejak kecil, dan Bapanya di surga.

Pertama, ia menggambarkan bahwa pada masa kanak-kanak ia percaya kepada ayah duniawinya secara "sederhana dan tidak berbelit-belit". Ia mengharapkan ayahnya membetulkan barang-barang yang rusak dan memberinya nasihat. Ia takut mengecewakan ayahnya. Padahal kasih sayang dan pengampunan sang ayah selalu tersedia baginya.

Mike melanjutkan, "Beberapa tahun yang lalu saya berbuat kesalahan yang menyakiti banyak orang. Karena merasa bersalah, saya memutuskan hubungan yang menyenangkan dengan Bapa surgawi. Saya lupa kalau saya dapat memintanya untuk memperbaiki apa yang telah saya rusakkan dan meminta nasihat-Nya."

Tahun-tahun berlalu. Mike sangat merindukan Allah, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pendetanya hanya berkata, "Mohon ampunlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh!"

Namun, Mike malah mengajukan pertanyaan yang berbelit-belit, seperti "Apakah ini akan berhasil?" dan "Bagaimana jika ...?"

Akhirnya pendetanya berdoa, "Allah, berilah Mike iman seorang anak kecil!" Tak lama kemudian Mike bersaksi dengan penuh sukacita, "Aku telah menerimanya!"

Hari itu juga Mike kembali menemukan kedekatannya dengan Bapa surgawi. Kuncinya adalah dengan mempraktikkan iman seorang anak kecil yang sederhana dan tidak berbelit-belit -Joanie Yoder

1 Januari 2003

Perayaan Tahun Baru

Nats : Kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN .... Masa hidupku ada dalam tangan-Mu (Mazmur 31:15,16)
Bacaan : Mazmur 31:15-25

Saya tidak tahu apa yang biasa dilakukan keluarga Anda untuk merayakan Tahun Baru. Yang pasti Tahun Baru dirayakan dengan berbagai cara yang berbeda di seluruh dunia.

o Di Jepang, masyarakat mengenakan baju baru dan menghiasi rumah mereka dengan ranting-ranting pohon bambu dan pinus yang melambangkan umur panjang.

o Di Skotlandia, Tahun Baru dirayakan bersama teman-teman atau keluarga dengan bersantap malam dan bertukar hadiah, tak lama setelah tengah malam.

o Di Yunani, anak-anak menaruh sepatu di dekat perapian dan berharap St. Basil akan mengisi sepatu mereka dengan hadiah.

Selama bertahun-tahun, saya dan istri saya melewatkan malam Tahun Baru bersama teman-teman dengan makan malam bersama, melakukan berbagai permainan, dan menikmati perbincangan yang menyenangkan. Menjelang tengah malam, kami membaca Alkitab dan berdoa. Kami bersyukur kepada Allah atas tahun yang telah berlalu, dan memohon kepada-Nya agar Dia memakai kami untuk menyatakan kehendak-Nya di dalam dunia yang penuh derita dan masalah ini pada tahun mendatang.

Masa, musim, dan tahun, termasuk tahun baru ini, berada dalam tangan Allah (Mazmur 31:16). Sebagai orang kristiani tak ada yang perlu kita takutkan, karena kebaikan Allah berlimpah (ayat 20). Kita dapat berjalan bersama Kristus setiap hari dan berkata seperti pemazmur, "Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: 'Engkaulah Allahku!'" (ayat 15) --Dave Egner

5 Januari 2003

Dalam Tangan Allah yang Aman

Nats : Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38)
Bacaan : Lukas 1:26-38

Pada usia 16 tahun, Jeanne Guyon (1648-1717) dipaksa menikah dengan pria cacat berusia 22 tahun. Namun dalam pernikahannya itu ia merasa sangat direndahkan. Suaminya kerap marah-marah dan bersikap melankolis. Ibu mertuanya seorang pengkritik yang kejam. Bahkan pembantunya pun merendahkan dia. Meski telah berusaha keras membaktikan diri kepada suami dan keluarganya, ia tetap dikecam dengan kejam.

Karena dilarang ke gereja oleh suaminya, ia mencari Allah melalui Alkitab dan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar bahwa di tengah keadaannya yang suram sekalipun, ia "berada dalam kondisi sangat baik, dalam tangan Allah yang aman". Dalam bukunya Experiencing The Depths Of Jesus Christ (Mengalami Kedekatan yang Dalam Dengan Yesus Kristus), ia menulis, "Sikap berserah penuh [kepada Kristus] merupakan kunci untuk mendapat pemahaman yang sulit dimengerti. Sikap berserah adalah suatu kunci dalam kehidupan rohani."

Bagaimana kita menanggapi berbagai keadaan sulit dengan sikap yang mau menerima dan berserah? Tanggapan Maria kepada malaikat dalam Lukas 1:38 merupakan teladan bagi kita. Satu-satunya cara agar kita memiliki sikap yang sama seperti Maria adalah dengan mempercayai bahwa kehendak Allah itu "baik, ... berkenan kepada Allah, ... sempurna" (Roma 12:2), mengesampingkan kehendak kita sendiri, serta dengan sabar berserah kepada-Nya setiap hari.

Kita pun dapat berdoa demikian: Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu --David Roper

29 Januari 2003

Siapakah Yabes?

Nats : Yabes lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya (1Tawarikh 4:9)
Bacaan : 1Tawarikh 4:9,10

Perayaan Tahun Baru Tiongkok sangat menyenangkan bagi anak-anak. Ketika kaum kerabat dan teman-teman berkumpul, orang dewasa biasanya memberi anak-anak sebuah amplop merah kecil berisi sejumlah uang. Anak-anak itu akan segera merobek amplop itu untuk mengambil uangnya, sampai orangtua mereka harus mengingatkan bahwa sang pemberi lebih penting daripada pemberiannya.

Serupa dengan hal itu, tatkala mempelajari doa Yabes dalam 1 Tawarikh 4:9,10, kita harus ingat bahwa Sang Pemberi, yaitu Tuhan, lebih penting daripada pemberian itu sendiri. Jika kita hanya terpaku pada permintaan Yabes, kita akan mudah salah mengerti dan menjadikan doa Yabes sebagai rumus untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari Allah.

Kita tidak tahu banyak tentang Yabes, kecuali bahwa sang ibu memberinya sebuah nama yang pengucapannya mirip dengan sebuah kata Ibrani yang berarti "tekanan" atau "kesakitan". Namun dikatakan bahwa ketika ia tumbuh dewasa, "Yabes lebih dimuliakan daripada saudara- saudaranya."

Alasan apa yang membuat Yabes "lebih dimuliakan"? Berdasarkan doanya, kita dapat menyimpulkan bahwa ia menganggap serius hubungannya dengan Allah. Tidak ada kata-kata yang bertuah dalam doanya. Namun ia tahu bahwa Allah adalah pemberi dari segalanya. Saya yakin Yabes dimuliakan karena ia memuliakan Tuhan.

Dalam doa kita hari ini, mari kita teladani sifat Yabes yang hidup untuk menyenangkan hati Allah --Albert Lee

6 Februari 2003

Sisingkan Lengan Baju

Nats : Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (Yakobus 2:18)
Bacaan : Yakobus 2:14-26

Saat Dave Thomas meninggal di awal tahun 2002, ia tidak hanya mewariskan ribuan restoran Wendy's-nya, tetapi juga mewariskan pengalaman dan kerja keras yang dihargai karena nilai-nilainya yang membumi.

Di antara nasihat-nasihat bijak yang ia jalani semasa hidupnya, wiraswastawan yang murah senyum ini memberi pandangan bagaimana seharusnya orang kristiani mengisi hidupnya. Thomas, yang di masa mudanya banyak dipengaruhi neneknya untuk mengenal Kristus, mengatakan bahwa umat percaya harus menjadi orang-orang kristiani yang mau "menyingsingkan lengan baju".

Dalam bukunya yang berjudul Well Done (Bagus Sekali!), Thomas berkata, "Orang kristiani yang mau menyingsingkan lengan bajunya adalah orang yang melihat kekristenan sebagai iman dan perbuatan. Mereka meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah melalui doa, mempelajari Kitab Suci dengan khidmat, aktif di gereja, dan melayani sesamanya untuk mewartakan Kabar Baik." Ia lalu menyebut mereka sebagai "orang tak dikenal yang melakukan lebih banyak kebaikan daripada semua orang kristiani termasyhur".

Pernyataan itu lebih berisi daripada burger Wendy's yang berlapis tiga. Thomas tidak hanya sadar bahwa kerja keras diperlukan untuk menjalankan bisnis restorannya, tetapi juga penting untuk kehidupan rohani.

Dalam Yakobus 2:17, dapat kita baca bahwa iman tanpa perbuatan akan membuat iman kita mati. Marilah kita singsingkan lengan baju kita dan mulai bekerja. Ada banyak hal yang harus dikerjakan --Dave Branon

12 Februari 2003

Jadilah Realistis

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 27

Hanya sebagian kecil dari kita yang akan ke surga tanpa merasa takut. Siapakah di antara Anda yang mau mengakui dengan jujur bahwa Anda selalu mempraktikkan ayat ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut" (Mazmur 56:12). Meskipun kita benar-benar percaya kepada Allah, tetapi terkadang kita merasa cemas karena digerogoti oleh rasa takut. Biasanya, kepercayaan kita kepada Allah bercampur dengan kekhawatiran.

Bahkan Rasul Paulus yang telah menulis banyak surat dalam Perjanjian Baru pun kadang kala memiliki rasa khawatir. Ia mengakuinya di hadapan jemaat Korintus, "Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar" (1 Korintus 2:3).

Jadi, jangan cemas jika Anda pun punya rasa khawatir! Anda tidak perlu berpura-pura tidak merasa khawatir. Jika Anda terganggu oleh kekhawatiran Anda, akuilah perasaan itu. Lalu bagikan kekhawatiran yang muncul dengan seorang kawan yang dapat Anda percayai. Dan yang terpenting, bicarakanlah kekhawatiran Anda dengan Sahabat yang penuh kasih, yaitu Yesus Kristus. Dia mengetahui setiap pikiran dan perasaan Anda (Mazmur 139:4). Dengan penuh kasih Dia akan berkata kepada Anda, "Janganlah takut" (Lukas 12:32). Mintalah kasih karunia-Nya untuk menolong Anda mengatasi segala ketakutan dan kekhawatiran. Kemudian "nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (Mazmur 27:14).

Jika dalam mengarungi perjalanan hidup Anda merasa takut, percayalah kepada TUHAN (Mazmur 56:4) --Vernon Grounds

20 Februari 2003

Sesudah Mukjizat

Nats : Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau [Laut Merah], lalu mereka pergi ke padang gurun Syur (Keluaran 15:22)
Bacaan : Keluaran 15:19-27

Di balik setiap campur tangan Allah yang ajaib bagi kita, selalu ada jalan iman yang harus dijalani. Saat kuasa Allah menjamah kesehatan, keuangan, atau hubungan di dalam keluarga kita, kita seharusnya tidak hanya memuji dan bersyukur kepada Tuhan, tetapi juga menaati-Nya.

Setelah Allah membelah Laut Merah bagi umat-Nya, kemudian menenggelamkan tentara Firaun yang mengejar mereka, maka mereka pun mengadakan perayaan besar-besaran untuk memuji Tuhan (Keluaran 15:1- 21). Namun mereka masih harus meneruskan perjalanan menuju tanah perjanjian. "Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur" (ayat 22). Dari sana mereka harus berjalan selama tiga hari berturu-turut tanpa mendapat air, sehingga mereka pun mulai bersungut-sungut.

Dalam rencana ilahi, campur tangan adikodrati memiliki makna yang lebih dalam. Mukjizat merupakan sarana untuk mengajarkan kepada kita bahwa kita dapat selalu mempercayai dan menaati pimpinan Allah yang Mahabesar. Akankah kita mendengarkan suara-Nya dan menaati firman-Nya? Jika Dia telah memimpin kita menyeberangi laut yang luas, tidakkah Dia juga akan memimpin kita menuju sumber mata air?

Berbagai kejadian menakjubkan yang tertulis dalam kitab Keluaran menunjukkan bahwa kita sebenarnya mampu mengalami kekuasaan Allah tanpa iman kita menjadi goyah. Supaya kita terus mengalaminya, ingatlah pengalaman akan mukjizat Allah di masa lalu untuk memperkuat iman kita saat ini --David McCasland

7 Maret 2003

Doa Tidak Efektif

Nats : Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya dan supaya kita saling mengasihi (1Yohanes 3:23)
Bacaan : 1Yohanes 3:21-24

Dalam kotak perkakas tua ayah saya, saya menemukan bor tangan yang setidaknya telah berumur 60 tahun. Rodanya tidak dapat berputar lagi. Gigi-giginya macet karena kotor. Dan bagian-bagian yang menahan pemotong bor itu agar tetap pada tempatnya pun sudah hilang. Namun, saya ingin melihat apakah alat itu masih dapat digunakan.

Saya mulai membersihkan kotoran dan debu yang menumpuk pada gigi bor, dan melumasinya. Mulanya alat itu berputar dengan berat dan pelan, tetapi saya terus menjalankannya. Tak lama, gigi-giginya mulai berputar dengan lancar. Saya lalu mengalihkan perhatian ke tutup di atas pegangan bor itu. Setelah membuka sekrupnya, barulah saya mengetahui bagian-bagian mana yang hilang, bagian yang seharusnya menahan alat pemotong agar tetap pada tempatnya. Lalu saya memasangnya kembali dan memasukkan alat pemotong. Dengan mudah saya dapat melubangi sepotong kayu.

Pengalaman memperbaiki bor tua itu mengingatkan saya akan doa. Yesus berfirman, kita akan menerima apa saja yang kita minta dari Allah (Matius 7:7,8). Namun, ada persyaratannya. Misalnya, Yohanes meminta kita untuk menaati Allah dan melakukan apa yang menyenangkan-Nya (1 Yohanes 3:22). Ini termasuk mempercayai Putra-Nya dan saling mengasihi (ayat 23). Jika kita tidak memenuhi persyaratan Allah itu, doa kita menjadi tidak efektif, sama seperti bor tua itu.

Jika doa Anda tidak berfungsi dengan baik, pastikan bahwa Anda memenuhi persyaratan di atas. Jika sudah, percayalah, doa Anda pasti membuahkan hasil --Dave Egner

12 April 2003

Dalam Kekuatan-Nya

Nats : Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah (Mazmur 71:16)
Bacaan : Mazmur 71:1-16

Dalam lukisannya yang terkenal berjudul A Helping Hand (Tangan yang Menolong), Emile Renouf melukis seorang nelayan tua yang sedang duduk dalam perahu bersama seorang gadis kecil yang duduk di sampingnya. Keduanya sama-sama menggenggam dayung yang sangat besar. Nelayan tua itu menatap si gadis kecil dengan pandangan penuh rasa sayang dan kekaguman.

Tampaknya lelaki itu mengatakan kepada si gadis kecil bahwa ia boleh membantu mendayung perahu. Gadis itu begitu bersemangat untuk membantu sehingga ia merasa seolah-olah telah banyak membantu melakukan tugas besar. Padahal, jelas terlihat bahwa yang menggerakkan dayung berat itu adalah lengan nelayan yang berotot itu.

Saya dapat melihat suatu perumpamaan dalam lukisan itu. Kristus telah menganugerahi kita hak istimewa untuk berpartisipasi dalam menjalankan pekerjaan-Nya di dunia ini. Namun jangan lupa, kita tidak dapat melaksanakan semua tugas kita jika hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri. Hanya karena Allah bekerja di dalam dan bersama kita, maka tugas-tugas itu dapat dilaksanakan. Sementara Dia meminta kita untuk menggenggam dayung, kita harus selalu sadar akan sumber kekuatan kita. Dia adalah sumber kekuatan kita! Takkan ada kemajuan rohani yang sejati bila kuasa Roh Kudus tidak mendukung hidup dan segala pekerjaan yang kita lakukan.

Mari kita sadari kelemahan kita dan mari kita gemakan seruan pemazmur, “Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah” (71:16). Maka kita takkan lemah dan gagal --Henry Bosch

21 April 2003

Anda Pun Bisa Percaya

Nats : Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup (Kisah Para Rasul 1:3)
Bacaan : Kisah Para Rasul 1:1-11

Pada tahun 1957, Letnan David Steeves berjalan keluar dari Pegunungan Sierra di Nevada, Kalifornia, setelah 54 hari pesawat jet pelatih Air Force-nya menghilang. Ia menceritakan kisah yang tak masuk akal tentang bagaimana ia bertahan hidup di belantara bersalju setelah terjun dengan parasut dari pesawatnya yang mati mesin. Sebelum ia menunjukkan bahwa dirinya masih hidup, sebenarnya secara resmi ia dinyatakan telah mati. Saat penyelidikan selanjutnya gagal menemukan bangkai pesawat, Steeves dianggap berbohong dan ia dipaksa mengundurkan diri karena ceritanya diragukan. Lebih dari 20 tahun kemudian, kisahnya terbukti dengan ditemukannya bangkai pesawat oleh sebuah regu Pramuka.

“Kisah bertahan hidup” lain yang terjadi berabad-abad lalu juga masih kontroversial sampai saat ini. Seorang lelaki bernama Yesus Kristus yang berjalan keluar dari padang gurun Yudea membuat banyak pernyataan yang sulit dipercaya banyak orang. Lalu Dia dihukum mati dan dinyatakan mati. Namun, tiga hari kemudian Dia muncul dan menunjukkan bahwa diri-Nya hidup. Sejak itu muncul berbagai pandangan skeptis.

Namun, renungkanlah kenyataan tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Integritasnya tidak diragukan lagi. Para nabi telah menubuatkan kedatangan-Nya. Mukjizat menjadi bukti keilahian- Nya. Para saksi mata membenarkan kebangkitan-Nya. Dan kini, kepada semua orang yang mencari kebenaran, Roh Kudus menegaskan bahwa Yesus hidup.

Ya, Anda pun bisa percaya! Percayakah Anda? --Mart De Haan II

25 Agustus 2003

Iman Pada Kristus

Nats : Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia (Kolose 2:6)
Bacaan : Kolose 2:1-10

Sebagian orang kristiani berusaha untuk terus mempertahankan kehidupan rohani mereka berada "di puncak". Hubungan mereka dengan Tuhan didasarkan pada perasaan mereka saat "di puncak". Untuk itulah mereka mengikuti konferensi, seminar, dan pemahaman Alkitab, demi mempertahankan perasaan mereka itu.

Mengacu pada kehidupannya mula-mula sebagai orang kristiani, penulis Creath Davis berkata, "Saya merasa iman saya menjadi lemah jika sesuatu yang mengagumkan tidak terjadi. Akibatnya, saya kehilangan banyak pengalaman indah, karena saya berada di lembah, dan harus menanti untuk kembali berada di puncak."

Apakah obat penawar yang efektif bagi iman yang berpusat pada perasaan belaka? Menurut Rasul Paulus di dalam Kolose 2, berpusat pada Kristus adalah jawabannya. Setelah menerima Kristus Yesus dengan iman, kita diperintahkan untuk terus "hidup tetap di dalam Dia" dengan iman (ayat 6) melalui naik-turunnya kehidupan. Dengan hidup di dalam persekutuan yang erat dengan Dia setiap hari, kita akan "berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia," dan "bertambah teguh dalam iman" (ayat 7). Kita bertumbuh dengan mantap menuju kedewasaan saat kita berpusat pada Kristus serta apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita, dan bukan pada perasaan kita.

Berada di puncak kehidupan rohani bisa jadi bermanfaat. Namun sesungguhnya tidak ada yang lebih menguntungkan daripada kehidupan iman yang terus menerus berpusat pada Kristus -Joanie Yoder

30 Agustus 2003

Masa Depan yang Abadi

Nats : Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan . . . sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yohanes 5:24)
Bacaan : Yohanes 5:24-29

Beberapa negara memiliki sejarah yang sangat tua. Negara-negara lainnya terbilang baru dalam peta dunia. Namun, sementara segala bangsa ditakdirkan untuk lenyap, setiap jiwa manusia ditakdirkan untuk hidup kekal.

Hal ini mendorong C.S. Lewis untuk mengatakan, "Jika kita pernah memiliki pengharapan yang bodoh di luar iman kristiani tentang kebudayaan manusia, sekarang semua itu telah pupus. Jika kita pernah berpikir bahwa kita sedang membangun surga di atas bumi, jika kita pernah mencari sesuatu yang dapat mengubah dunia dari tempat persinggahan menjadi kota permanen yang dapat memuaskan jiwa manusia, cepat atau lambat kita akan kecewa."

Peradaban manusia akan runtuh, tetapi jiwa manusia hidup selamanya. Dan karena suatu hari nanti setiap pribadi akan menghadapi penghakiman Allah (Ibrani 9:27), pertanyaan yang terpenting adalah bagaimana kita akan menjalani zaman tak berkesudahan yang terbentang di hadapan kita. Akankah kita hidup bersama Allah dalam kemuliaan dan sukacita yang tak terlukiskan? Atau akankah kita diasingkan dari Allah, dan hilang selamanya dalam kondisi yang terlalu menakutkan untuk diungkap dengan kata-kata?

Betapa besarnya tanggung jawab orang-orang percaya! Kita harus memberitakan kepada orang-orang bahwa satu-satunya cara untuk menjalani kekekalan dalam hadirat Allah ialah dengan menerima tawaran-Nya untuk memperoleh pengampunan dan perdamaian dengan Allah (Yohanes 5:24). Oleh anugerah-Nya, kita dapat mulai bersukacita dalam hidup yang kekal bersama Allah saat ini juga! --Vernon Grounds

30 September 2003

Dia Dapat Dipercaya

Nats : Ya Tuhan semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! (Mazmur 84:13)
Bacaan : Mazmur 84

Saya sedang duduk melamun di dekat jendela, sambil melayangkan pandangan ke pegunungan yang jauh di sela-sela hutan cemara. Saat menoleh ke bawah, saya melihat seekor anak rubah berdiri mematung sambil menatap wajah saya.

Beberapa hari yang lalu, saya melihatnya berdiri di pinggir hutan. Ia memandang saya dengan takut. Saya mengambil telur dari dapur, lalu menggelindingkannya ke tempat terakhir kali saya melihatnya. Setiap hari saya menaruh sebutir telur di rumput, dan setiap hari pula ia memberanikan diri keluar dari antara pepohonan dalam jarak yang cukup untuk mengambil telur itu. Lalu ia akan melesat masuk lagi ke dalam hutan.

Sekarang rubah itu datang atas kemauannya sendiri ke depan pintu rumah saya untuk mengambil telur. Saya rasa ia yakin bahwa saya tak bermaksud menyakitinya.

Kejadian ini mengingatkan istri saya pada ajakan Daud, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!" (Mazmur 34:9). Bagaimana kita mulai dapat melakukannya? Dengan membaca firman-Nya. Dengan membaca dan merenungkan belas kasih dan kebaikan-Nya, kita belajar bahwa Dia dapat dipercaya (84:13). Rasa takut untuk mendekat kepada-Nya hilang, berganti dengan rasa hormat dan pengagungan kepada-Nya.

Pada saat-saat tertentu mungkin Anda tidak mempercayai Allah, seperti rubah yang waspada saat pertama kali bertemu saya. Beri Dia kesempatan untuk membuktikan kasih-Nya. Bacalah kisah Yesus dalam Injil. Bacalah kidung pujian bagi Allah dalam kitab Mazmur. Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan! --David Roper

4 Oktober 2003

Ketidakpastian Hidup

Nats : Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok (Yakobus 4:14)
Bacaan : Yakobus 4:13-17

Satu-satunya kepastian dalam hidup sesungguhnya adalah ketidakpastian belaka. Sebagaimana Kitab Suci mengingatkan, kita "tidak tahu apa yang akan terjadi besok" (Yakobus 4:14). Pengembang real estat Larry Silverstein dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran ayat itu. Meski memiliki tanah yang menjanjikan di New York, menurut kesaksiannya, ia terobsesi untuk menjadikan Menara Kembar World Trade Center sebagai property yang dikelolanya juga. Keinginannya menjadi kenyataan. Enam minggu sebelum kedua gedung pencakar langit yang menakjubkan itu dihancurkan para teroris, ia telah mendapatkan kontrak sewa pusat perdagangan yang mewah itu selama 99 tahun seharga 3,2 miliar dolar.

Yang menyedihkan, upaya pemuasan mimpi kita kadang kala dapat berubah menjadi mimpi buruk. Hal ini mengingatkan kita tidak hanya tentang ketidakpastian hidup, tetapi juga tentang perlunya menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah. Pengalaman mengajarkan bahwa jika kita membiarkan kesombongan mengendalikan hidup kita, maka upaya pemuasan impian yang dipaksakan akan berubah menjadi debu dan abu.

Memiliki keinginan adalah sah-sah saja, tetapi kitab Yakobus memberi tahu kita bagaimana melakukan pendekatan terhadap keinginan itu. Daripada menganggap bahwa rencana dan impian kita akan terwujud, lebih baik kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (4:15).

Bila kita menyerahkan rencana kita pada kehendak Allah, kita bisa menikmati damai sejahtera-Nya di tengah ketidakpastian hidup ini --Vernon Grounds

13 November 2003

Tempat Pengungsian

Nats : Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu (Mazmur 57:2)
Bacaan : Mazmur 57

Diyakini bahwa Daud menulis Mazmur 57 ketika sedang melarikan diri dari kejaran Raja Saul yang menyimpan kebencian di dalam hatinya kepada anak bekas penggembala itu. Daud bersembunyi di gua dan nyaris tidak dapat lolos dari kejaran orang-orang yang memburunya. Untuk sementara waktu ia merasa aman, tetapi ia sadar bahwa ancaman masih menunggu di luar gua.

Kita semua pernah mengalami hal serupa. Mungkin tidak bersembunyi di dalam gua, tetapi sama-sama dikejar sesuatu yang membuat hati kita takut. Mungkin itu kesedihan yang mendalam akibat kematian orang yang kita kasihi. Mungkin itu ketakutan akan masa depan yang tidak jelas. Atau mungkin itu deraan penyakit yang tak kunjung sembuh.

Dalam keadaan seperti itu, Allah tidak selalu menghilangkan kesulitan yang ada, tetapi Dia hadir untuk menolong kita. Kita berharap Dia akan mengangkat dan membawa kita ke tempat yang aman, sama seperti Daud yang mengharapkan pengejaran Saul segera berakhir. Kita memohon kepada Allah untuk menghentikan penderitaan dan membuat jalan menuju hari esok menjadi mulus dan lurus. Kita memohon kepada-Nya untuk menghilangkan pergumulan kita. Namun, kesulitan itu tetap ada. Saat inilah kita harus mencari perlindungan di dalam Allah, sebagaimana yang dilakukan Daud. Saat bersembunyi di dalam gua Daud berkata, "Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu" (Mazmur 57:2).

Apakah Anda sedang berada di tengah-tengah permasalahan? Carilah perlindungan di dalam Allah Yang Mahatinggi --Dave Branon

8 Desember 2003

Mengapa Saya Takut?

Nats : Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita daripada yang menyertai mereka (2Raja-raja 6:16)
Bacaan : 2 Raja-raja 6:8-17

Kolumnis George Cantor menceritakan bagaimana ia mengatasi rasa takut sewaktu ia masih kecil. Hampir setiap malam ia terbangun dalam kegelapan dan membayangkan makhluk-makhluk mengerikan sedang berkeliaran di luar kamarnya. Kerap kali ia begitu ketakutan sehingga tidak dapat memejamkan matanya kembali. Terkadang ia keluar dari kamarnya dan tidur di dekat pintu kamar orangtuanya. Ia berpikir bahwa selama ia dekat dengan mereka, tak ada sesuatu pun yang akan melukainya.

Kebutuhan seorang anak akan bukti fisik kehadiran orangtua di dekatnya mengingatkan saya akan bujang yang melayani Elisa. Suatu hari, ia terbangun pagi-pagi dan melihat balatentara Aram ada di sekeliling kota itu. Dengan terkejut dan ketakutan ia berseru kepada Elisa, "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2Raja-raja 6:15). Setelah Elisa berdoa, Tuhan membuka mata bujang itu. Apa yang dilihat oleh bujang itu sudah tentu membuatnya tercengang dan takjub. Alkitab mengatakan bahwa "gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa" (ayat 17). Balatentara Tuhan ada di sana untuk melindungi mereka.

Kita pun terkadang rindu agar Tuhan memberikan suatu peneguhan kepada kita bahwa Dia berada di dekat kita, dan kadang kala Dia memang memberikan peneguhan itu. Namun, itu adalah suatu kekecualian. Dia mengharapkan agar kita percaya akan janji-Nya, yaitu bahwa Dia menyertai kita. Tak peduli betapa menakutkannya suatu keadaan kita, umat Allah selalu mempunyai lebih banyak balatentara di sisi mereka daripada yang dimiliki oleh musuh kita --Mart De Haan

1 Maret 2004

Kekuatan untuk Hari Ini

Nats : Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
Bacaan : Filipi 4:8-13

Kebanyakan orang memiliki kalender atau buku agenda untuk mencatat detail pekerjaan yang akan dilakukan. Seorang kawan kristiani saya menggunakan agendanya dengan cara berbeda. Ia hanya mencatat kegiatan-kegiatan utama setelah semuanya dilaksanakan.

Inilah yang dilakukannya: Setiap pagi ia berdoa, “Tuhan, aku akan melakukan segalanya dengan kekuatan-Mu semata. Pakailah diriku sesuai kehendak-Mu.” Kemudian, setiap kali ia berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang luar biasa atau sulit, malamnya ia mencatat di dalam buku hariannya.

Contohnya, ia menulis, “Hari ini saya dimampukan untuk membagikan kesaksian dengan seorang kawan.” “Hari ini Allah memampukan saya untuk mengatasi ketakutan saya melalui iman.” “Hari ini saya dimampukan untuk menolong dan menyemangati seseorang yang sedang dirundung masalah.”

Kawan saya menggunakan istilah dimampukan karena ia menyadari bahwa ia tidak dapat melakukan semua itu tanpa pertolongan Allah. Dengan setiap kali menulis kata “dimampukan”, ia memberikan segala kemuliaan bagi Allah. Dengan terus-menerus bersandar pada kekuatan Allah, ia dapat bersaksi bersama Rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

Saat Anda memasuki setiap hari baru, mohonlah supaya Allah menguatkan dan memakai Anda. Anda dapat merasa yakin bahwa saat menengok ke belakang, Anda akan memuji dan memuliakan Tuhan karena menyadari bahwa Dialah yang telah memampukan Anda untuk mengerjakan itu semua —Joanie Yoder

4 Maret 2004

Selamat Menderita?

Nats : Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yakobus 1:2)
Bacaan : Yakobus 1:1-12

Di belakang kartu ucapan ulang tahun [anniversary] pernikahan, ada beberapa garis lekak-lekuk yang digambar cucu kami, Trevor, 3 tahun. Di sampingnya tertulis catatan putri kami yang menjelaskan bahwa Trevor menceritakan kepadanya apa yang telah ia tulis: “Saya mengucapkan selamat atas cinta kalian dan selamat menderita [Happy adversity].”

“Kesalahan” Trevor menjadi semboyan kami, karena “selamat menderita” mengandung prinsip alkitabiah untuk menghadapi kesulitan dengan sukacita: “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yakobus 1:2,3).

Dari sudut pandang kita, kemalangan bukanlah kebahagiaan. Kita berpikir hidup orang kristiani seharusnya bebas dari masalah, dan kita tak melihat banyak makna dalam penderitaan. Namun, Allah memandangnya dengan berbeda.

J.B. Phillips menerjemahkan Yakobus 1:2,3 demikian: “Ketika segala jenis ujian dan cobaan menyesakkan hidupmu, Saudaraku, jangan membenci mereka sebagai pengacau, tetapi sambutlah mereka sebagai kawan! Sadarilah bahwa cobaan-cobaan itu datang untuk menguji imanmu dan menghasilkan daya tahan bagimu.”

Penderitaan tidak datang sebagai pencuri yang mencuri kebahagiaan, tetapi sebagai kawan yang membawa karunia agar kita tetap kuat. Melalui penderitaan, Allah menjanjikan hikmat dan kekuatan-Nya bagi kita.

Jadi, jangan tersinggung jika hari ini saya mengucapkan, “Selamat Menderita” kepada Anda —David McCasland

17 Maret 2004

Masa Dalam Kehidupan

Nats : Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan .... Engkau yang selalu kupuji-puji (Mazmur 71:6)
Bacaan : Mazmur 71:1-21

Waktu muda, kita tak sabar menjadi dewasa. Setelah tua, kita mengenang kembali masa muda kita dengan penuh kerinduan. Namun, Allah ingin agar kita dapat sungguh-sungguh menikmati datangnya setiap masa kehidupan. Berapa pun usia kita, Dia memberi apa yang kita butuhkan untuk meraih apa pun yang dapat kita capai. Dia meminta kita mempertanggungjawabkan hidup kita kepada-Nya, serta menerima perjuangan hidup yang Dia izinkan terjadi dan kekuatan yang Dia sediakan.

Seorang wanita yang menghadapi masalah penuaan bertanya kepada seorang guru Alkitab J. Robertson McQuilkin, “Mengapa Allah membiarkan kita menjadi tua dan lemah?” McQuilkin menjawab, “Saya rasa Allah telah merencanakan bahwa kekuatan dan kecantikan masa muda bersifat fisik, tetapi kekuatan dan kecantikan masa tua bersifat rohani. Lambat laun kita mulai kehilangan kekuatan dan kecantikan yang fana. Lalu kita akan berkonsentrasi pada kekuatan dan kecantikan yang kekal. Kita menjadi sangat ingin meninggalkan kefanaan, mematikan sebagian diri kita, dan merindukan rumah kekal kita. Jika kita tetap muda, kuat, dan cantik, mungkin kita tak mau meninggalkan dunia ini.”

Apakah saat ini Anda menjalani masa muda? Percayalah pada pengaturan waktu Allah dalam memenuhi impian Anda. Apakah saat ini Anda menjalani masa setengah tua atau masa tua? Hadapilah tantangan hidup Anda setiap hari. Dan apabila Anda merasa tawar hati, mendekatlah kepada Tuhan. Kehadiran-Nya dapat membuat setiap masa kehidupan ini menjadi masa yang penuh kekuatan dan keindahan —Dennis De Haan

3 April 2004

Master Catur

Nats : Ia mengeluarkan air dari gunung batu bagi mereka; Ia membelah gunung batu, maka memancarlah air (Yesaya 48:21)
Bacaan : Yesaya 48:17-22

Sebuah lukisan yang memikat dipajang di Museum Louvre, Paris. Lukisan itu menggambarkan Faust (tukang sihir Jerman legendaris yang menukar jiwanya dengan iblis) sedang duduk berhadapan dengan Setan di depan papan catur. Wajah si Setan tampak senang melihat Faust yang akan segera mengalami skak mat. Si tukang sihir pun menunjukkan ekspresi seperti orang yang kalah.

Menurut cerita yang sering dikisahkan orang, suatu hari seorang master catur yang ternama mengunjungi galeri tersebut dan mempelajari lukisan itu dengan saksama. Tiba-tiba ia mengejutkan semua orang di sekelilingnya dengan teriakan yang penuh kegembiraan, “Ini tipuan! Ini tipuan! Raja dan kuda masih bisa melangkah.”

Yesaya meyakinkan orang-orang Yudea bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar bagi mereka. Meskipun mereka dibuang ke Babel karena dosa-dosa mereka, Yesaya menubuatkan bahwa saat pembebasan akan tiba yakni ketika mereka harus meninggalkan wilayah itu dengan tergesa-gesa. Tetapi mereka tidak perlu merasa khawatir. Sama seperti Allah telah menyediakan air bagi bangsa Israel di gurun pasir, Dia juga akan menyediakan segala sesuatunya ketika mereka menempuh perjalanan yang panjang untuk pulang ke tanah air mereka.

Banyak di antara kita telah mengalami berbagai situasi yang kelihatannya tidak ada harapan. Kita tidak melihat adanya jalan keluar. Namun jika kita berdoa, Allah akan membukakan jalan. Dia mampu membuat langkah “yang mustahil”. Kita dapat memercayai Dia. Dia tidak pernah terkena skak mat —Herb Vander Lugt

20 April 2004

Tersesat Dalam Kabut

Nats : Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5)
Bacaan : Amsal 3:1-6

Saat itu kabut sangat tebal seperti uap sup kacang polong. Jarak pandang hanya sebatas beberapa meter, dan permukaan air danau tampak sebening kaca. Satu-satunya bunyi yang memecah keheningan adalah teriakan burung loon dari seberang danau.

Saya mendayung selama satu jam menyusuri pantai, berusaha memancing ikan di beberapa tempat yang berbeda. Namun tidak seekor ikan pun menggigit umpan kail saya! Maka saya memutuskan kembali ke pondok untuk minum segelas kopi. Saya sedang berada di mulut sebuah teluk kecil, yang saya tahu berada tepat di seberang pondok tersebut. Maka saya mulai mendayung lurus menyeberangi danau ke arah (yang saya kira) dermaga.

Menit-menit pun berlalu. Setelah mendayung selama satu jam, saya terkejut saat menyadari bahwa saya telah kembali berada di mulut teluk kecil tempat saya tadi mulai mendayung. Ternyata saya telah mendayung perahu memutar dalam kabut. Saya begitu yakin akan arah yang saya tuju, namun setelah satu jam mendayung, ternyata saya tidak mengarah ke mana pun! Seharusnya saya menggunakan kompas, bukannya mengandalkan kepekaan saya sendiri untuk menemukan arah.

Tiba-tiba terbersitlah Amsal 3:5 dalam benak saya, “Janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Tanpa Tuhan yang memimpin Anda menerobos kabut kehidupan, dan tanpa firman-Nya sebagai kompas, Anda hanya akan berputar-putar tanpa tujuan.

Maka, pastikanlah Amsal 3:6 menjadi semboyan hidup Anda: “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” —M.R. De Haan, M.D.

6 Mei 2004

Gunung Dapat Berpindah!

Nats : Yesus menjawab mereka, “Percayalah kepada Allah!” (Markus 11:22)
Bacaan : Markus 11:20-24

Sebuah slogan populer tentang doa berbunyi, “Doa mengubah segala sesuatu”. Namun, sebenarnya bukan doa yang melakukannya, melainkan Allah. Sebagian orang berpikir bahwa doa merupakan sumber kuasa, sehingga mereka “mencoba berdoa”, dan berharap bahwa “doa mereka akan dijawab”. Dalam Markus 11, Yesus mengungkapkan salah satu rahasia di balik doa yang benar: “Percayalah kepada Allah”. Bukan percaya pada iman, bukan percaya pada doa, namun “percaya kepada Allah” (ayat 22).

Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa mereka dapat memerintahkan gunung untuk berpindah ke laut, dan jika mereka percaya bahwa itu akan terjadi, maka itu akan terjadi. Lalu Yesus menjelaskan maksud di balik janji-Nya yang mengagumkan itu. Dia berkata, “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (ayat 24). Yesus berbicara tentang doa yang dijawab. Kita dapat meminta dan menerima jawaban hanya jika permintaan kita ditujukan kepada Allah di dalam iman dan sesuai dengan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).

Saya sering berharap dapat memindahkan gunung dengan iman. Karena pernah tinggal di Switzerland, saya ingin Allah memindahkan pegunungan Alpen ke halaman belakang rumah saya di Inggris. Namun, Dia telah melakukan sesuatu yang jauh lebih penting: Dia telah memindahkan gunung kekhawatiran, ketakutan, dan kepahitan dari hati saya serta memusnahkannya melalui iman saya di dalam Dia. Dia masih memindahkan gunung! Percayalah kepada Allah dan berdoalah! —Joanie Yoder

8 Mei 2004

Kombinasi yang Berhasil

Nats : Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka (1 Timotius 1:19)
Bacaan : 1 Timotius 1:18-20

Seorang yang baru percaya jatuh ke jalan hidupnya yang lama dengan ikut berpesta dan mabuk-mabukan. Setibanya di rumah, sang istri tidak mengizinkannya masuk tetapi justru memanggil pendeta mereka, yang kemudian menemukan pria itu tertidur di dalam mobil.

Sang pendeta membawanya ke sebuah motel agar ia bisa tidur dan pulih dari kemabukannya. Sang pendeta begitu mengenal pria itu dan yakin bahwa ia tidak perlu ditegur dengan keras. Sebaliknya, ia minta kepada Allah agar menyadarkan pria itu dan membawanya pada pertobatan. Dalam hal ini sang pendeta mengambil langkah yang tepat. Di kemudian hari, pria muda itu mengatakan bahwa ia telah memperoleh pelajaran berharga melalui pengalaman ini dan bahwa Tuhan telah “membuang semua kesenangan atas dosa”.

“Hati nurani yang murni” akan menggelisahkan kita saat kita melakukan sesuatu yang kita ketahui salah. Kita menjaganya tetap “murni” dengan menurutinya dan berbalik dari dosa. Paulus mengatakan bahwa iman Himeneus dan Aleksander “kandas” karena mereka menolak suara nurani mereka yang murni (1 Timotius 1:19,20). Dengan demikian, mereka telah memadamkan hati nurani mereka dan secara terang-terangan memutarbalikkan kebenaran untuk membenarkan perbuatan mereka.

Iman yang sejati dan hati nurani yang peka akan membuang segala kesenangan atas dosa dan keinginan untuk memutarbalikkan kebenaran untuk membenarkan apa yang salah. Iman dan hati nurani yang murni merupakan kombinasi yang berhasil. Marilah kita menjaganya agar tetap kuat —Herb Vander Lugt

14 Mei 2004

Sang Api

Nats : Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:28,29)
Bacaan : Ibrani 12:25-29

Pada tanggal 5 Desember 2002 judul berita utama surat kabar berbunyi:

Kobaran api berkecamuk di luar kota di Australia tersebut. Banyak orang takut bila kebakaran hutan ini akan menjadi kebakaran terburuk yang menimpa Sydney selama beberapa puluh tahun ini. Karena terkena tiupan angin kencang, temperatur tinggi, dan kelembaban udara yang rendah, api tersebut melintasi jalan dan sungai, menghanguskan segala sesuatu yang dilaluinya.

Saat kita membayangkan kekuatan yang menghancurkan dari api semacam itu, kita memperoleh pengertian yang lebih dalam akan kata-kata yang mengejutkan dalam Ibrani 12:29: “Allah kita adalah api yang menghanguskan”.

Mengapa penulis kitab Ibrani menggunakan perumpamaan demikian untuk menggambarkan Tuhan? Dalam suratnya ia berhadapan dengan masalah hidup-dan-mati secara rohani, yaitu apa yang dipercayai oleh para pembacanya dan apa yang menjadi kenyataan dari iman mereka. Respons mereka akan mengungkapkan apakah mereka menginvestasikan hidup mereka di dalam kerajaan abadi, ataukah dalam kerajaan yang ditetapkan untuk hancur.

Kita pun perlu mengingat bahwa dunia ini dan segala yang kita miliki adalah fana. Jika iman dan pengharapan kita ada di dalam Yesus Kristus, kita adalah bagian dari kerajaan yang tidak dapat dihancurkan (ayat 28). Dengan menyadari bahwa hari-hari kita di bumi ini semakin sedikit dan bahwa “Allah kita adalah api yang menghanguskan”, marilah kita melayani Dia dan berinvestasi dalam hal yang tak dapat binasa —Albert Lee
PEGANGLAH HAL YANG KEKAL ERAT-ERAT
DAN LEPASKANLAH HAL YANG FANA

24 Mei 2004

Terlalu Banyak Pekerjaan?

Nats : Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, ... diam di rumah Tuhan seumur hidupku (Mazmur 27:4)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Pada dasarnya saya seorang periang. Hampir sepanjang waktu saya dapat melakukan sebanyak mungkin pekerjaan yang diberikan kepada saya. Namun, ada hari-hari yang dipadati oleh begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Jadwal saya penuh dengan rapat, janji-janji, dan tenggat waktu, sampai serasa tiada lagi kesempatan untuk bernapas. Kehidupan ini kerap diisi dengan banyak pekerjaan, kegiatan mengurus keluarga, perbaikan rumah, dan masih banyak tanggung jawab lainnya yang harus diatasi oleh satu orang.

Bila hal itu terjadi pada saya, sebagaimana dapat pula terjadi pada Anda, saya memiliki beberapa pilihan. Saya dapat menarik diri dengan tidak mengerjakan apa pun dan menelantarkan setiap orang yang bergantung kepada saya. Saya dapat terus bekerja keras, sembari mengeluh dan membuat semua orang berharap saya memilih pilihan yang pertama. Atau saya dapat memohon agar cara pandang saya diluruskan kembali dengan cara mengingatkan diri sendiri akan perkataan Yesus kepada Marta (Lukas 10:38-42).

Yesus menegur Marta karena ia “sibuk sekali melayani” (ayat 40). Dia mengingatkan Marta bahwa saudaranya, Maria, telah memilih bagian yang takkan diambil dari padanya (ayat 42). Seperti kebanyakan kita, Marta begitu sibuk melayani sehingga melupakan hal yang terpenting, yakni bersekutu dengan Tuhan.

Apakah Anda begitu sibuk saat ini? Jangan pernah melupakan prioritas Anda. Luangkanlah waktu bersama Tuhan. Dia akan mengangkat beban Anda dan memberi Anda cara pandang yang benar —Dave Branon

14 Juni 2004

Terangkat

Nats : Terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan (2 Korintus 5:8)
Bacaan : 2 Korintus 5:1-8

Joseph Parker (1830-1902) adalah seorang pengkhotbah berkebangsaan Inggris yang terkasih. Ketika istrinya meninggal, ia tidak membuat tulisan yang umum dipakai pada batu nisan makam istrinya. Ia tidak mencantumkan kata meninggal yang diikuti dengan tanggal kematian istrinya, tetapi ia lebih memilih kata terangkat.

Parker menemukan penghiburan luar biasa setiap kali teringat bahwa meski tubuh istrinya telah dikuburkan, Bu Parker yang “sesungguhnya” telah berpindah ke surga dan masuk dalam hadirat Juruselamatnya. Ketika Parker sendiri meninggal, para sahabatnya memastikan bahwa di batu nisannya tertulis:

Terangkat 28 November 1902

Apabila orang percaya yang terkasih meninggal, atau kita sendiri mengalami proses kematian, ada penghiburan luar biasa saat mengetahui fakta bahwa kita “beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8).

Bagi kita, kematian bukanlah perjalanan gelap tanpa tujuan yang jelas. Kematian juga bukan perjalanan sunyi menuju tempat yang asing dan tanpa teman. Kematian adalah sebuah transisi yang penuh kemuliaan dari berbagai pencobaan di bumi menuju sukacita surgawi, tempat kita akan dipersatukan kembali dengan orang yang kita kasihi di dalam Kristus yang telah meninggal sebelumnya. Dan yang paling indah, kita akan menikmati hadirat Tuhan kita selamanya.

Ya, manakala seorang percaya meninggal dunia, tubuhnya memang dikuburkan, tetapi jiwanya tidak. Jiwanya terangkat! —Richard De Haan

26 Juni 2004

Pencari Tanda

Nats : Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus (Lukas 11:29)
Bacaan : Lukas 11:29-32

Suatu kali seorang skeptis berkata kepada saya, “Saya akan percaya kepada Yesus jika Dia turun ke dunia ini dan menampakkan diri di atas rumah saya.” Hal itu tidak perlu!

Para pemuka agama yang menolak Yesus dan yang meminta tanda dari-Nya sebenarnya punya banyak bukti untuk percaya. Mereka tentu telah mendengar, jika tidak sempat melihat, berbagai mukjizat Yesus berupa kesembuhan, pengusiran setan, dan orang mati yang dibangkitkan. Apa lagi yang mereka butuhkan?

Karena itu Yesus menyebut mereka sebagai “angkatan yang jahat” (Lukas 11:29). Satu-satunya tanda yang diberikan bagi mereka adalah tanda Nabi Yunus, yang telah dilemparkan ke dalam laut yang bergelora (Yunus 1:2,3). Ketika orang-orang Niniwe mendengar pesan pertobatan dari Yunus, yang selama tiga hari di dalam perut ikan, mereka percaya bahwa Allah-lah yang mengirim Yunus, lalu mereka pun bertobat.

Demikian juga para pemuka agama yang telah mengetahui perkataan dan perbuatan Yesus, akhirnya menyaksikan Dia disalib dan dimakamkan dalam kubur yang ditutup rapat. Dan minggu-minggu berikutnya mereka mendengar kesaksian orang-orang yang telah melihat-Nya hidup dan telah menyentuh-Nya, tetapi mereka tetap tidak mau percaya.

Kini, di dalam Injil kita dapat membaca tentang perkataan dan perbuatan Yesus yang ditulis oleh orang-orang yang mengenal-Nya. Jika kita mau menerima kebenaran, kita mendapatkan semua bukti yang dapat membuat kita percaya. Kita tidak perlu menjadi seorang pencari tanda —Herb Vander Lugt

20 September 2004

Jika Ragu, Jangan!

Nats : Tetapi barang siapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa (Roma 14:23)
Bacaan : Roma 14:14-23

Dalam bukunya Illustrations of Bible Truth, H.A. Ironside bercerita tentang seorang pria yang hendak menghadiri jamuan makan. Ia ingin mengenakan kemeja putih yang telah dipakainya pada acara sebelumnya. Lalu ia mengamati kemeja itu dengan cermat apakah kemeja itu terlalu kotor untuk dipakai. Istrinya memerhatikan apa yang dilakukan suaminya, lalu berkata, "Ingat, Sayang, jika kamu ragu, jangan dipakai." Masalah selesai. Pria itu lalu melemparkan kemejanya ke keranjang cucian.

Nasihat sang istri mengingatkan saya pada ayat dalam bacaan Alkitab hari ini. Prinsip itu dapat diterapkan untuk hal-hal yang menimbulkan pertanyaan di dalam hati nurani. Jika ragu, jangan.

Hal-hal meragukan yang ditulis oleh Rasul Paulus di dalam Roma 14 itu berkenaan dengan daging dan anggur yang dianggap "najis" oleh sebagian orang, tetapi tidak bagi yang lain (ayat 14,21). Ia menunjukkan bahwa apabila kita ragu apakah tindakan kita benar atau salah, tetapi tetap melakukannya, maka tindakan kita itu tidak berdasarkan iman, sehingga merupakan suatu dosa (ayat 23). Ia juga menjelaskan bahwa tidaklah benar melakukan sesuatu yang membuat saudara kita di dalam Kristus tersandung, tersinggung, atau menjadi lemah imannya (ayat 21). Kita tidak boleh memberikan dalih kepada orang-orang kristiani untuk melanggar hati nurani mereka.

Saat dihadapkan pada berbagai tindakan yang menimbulkan pertanyaan dan masalah di dalam hati nurani, kita dapat menghadapinya dengan baik dengan menerapkan petunjuk ini: Jika ragu, jangan! --Richard De Haan

4 Oktober 2004

Tetapi Seandainya Tidak ...

Nats : Kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu (Daniel 3:18)
Bacaan : Daniel 3:1-18

Saya ingat pelajaran Sekolah Minggu yang disampaikan kira-kira 40 tahun lalu. Kami diajar untuk mengasihi Allah bagaimanapun keadaan kita. Kita akan mudah mengasihi Allah apabila Dia mengabulkan permintaan kita dan menyediakan apa yang kita inginkan. Mengasihi Dia di tengah keadaan sulit adalah ujian bagi iman kita.

Dalam Daniel 3, kita membaca keputusan hidup-dan-mati yang harus diambil Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Jika mereka memilih menyembah patung emas raja, mereka akan hidup; jika mereka menolak, hukuman mati menanti. Mereka menjawab Raja Nebukadnezar, "Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami ... dari perapian yang menyala-nyala itu ... tetapi seandainya tidak, ... kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" (ayat 17,18).

Apakah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kurang beriman dengan berkata "tetapi seandainya tidak"? Tidak. Mereka tahu bahwa Allah sepenuhnya sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala itu.

Kita semua dapat belajar dari hal ini. Apakah Allah benar-benar berkuasa? Ya. Apakah Dia sanggup melepaskan kita dari permasalahan-permasalahan kita? Ya. Apakah Allah selalu melepaskan kita dari kesulitan-kesulitan kita? Tidak.

Kita mungkin tak dapat benar-benar memahami maksud Allah di dalam kesulitan dan penderitaan kita. Namun, kita tak boleh berhenti mengasihi Dia. Kita harus percaya dan berharap kepada-Nya meski berbagai pencobaan yang mengancam menghancurkan kita --Albert Lee

7 Oktober 2004

Menjadi Diri yang Sebenarnya

Nats : Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan (2Korintus 3:17)
Bacaan : Filipi 3:1-11

Di sebuah universitas di Inggris, sekelompok mahasiswa mengajukan pertanyaan berikut, "Kamu ingin menjadi apa?" Mereka melontarkan berbagai jawaban yang berbeda-beda, yakni atlet berprestasi, politisi yang berpengaruh, cendekiawan terkenal. Dengan malu-malu, namun pasti, seorang mahasiswa mengatakan sesuatu sehingga timbul keheningan yang dalam, "Kalian boleh menertawakan saya, tapi saya ingin menjadi orang kudus."

Bayangkan, orang kudus! Apa pun konsep mahasiswa itu tentang orang kudus, banyak orang di masyarakat sekuler kita yang akan memandang aneh ambisi tersebut. Namun sebagai orang kristiani, hal itu sepatutnya menjadi prioritas tertinggi dalam hidup kita. Inti dari kekudusan adalah menyerupai Yesus. Paulus berkata bahwa tujuan utama Allah Bapa adalah menjadikan kita serupa dengan Anak-Nya (Roma 8:29).

Tentu saja, setiap orang percaya memiliki jaminan keserupaan yang sempurna dengan Kristus di dunia yang akan datang nanti. Namun, Allah tidak ingin kita menanti dengan pasif hingga kita memasuki surga, di mana perubahan adikodrati itu terjadi (1 Yohanes 3:2). Kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus untuk tumbuh menjadi lebih dan semakin lebih menyerupai Kristus "di dalam dunia ini" (4:17).

Ya, kita sudah menjadi orang-orang kudus karena kita beriman di dalam Kristus Yesus (Filipi 1:1). Namun, setiap hari kita menghadapi tantangan untuk menjadi diri kita yang sebenarnya, yakni keserupaan dengan Kristus di setiap bidang kehidupan kita --Vernon Grounds

19 Oktober 2004

Hari Baik untuk Mati?

Nats : Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku (1Raja-raja 19:4)
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-18

Keputusasaan dan kemarahan menyebabkan kematian seorang pemuda di lingkungan saya. Seseorang telah memukul dia karena ucapannya. Untuk membalas dendam, pemuda itu kembali sambil membawa senjata. Saat polisi tiba di tempat kejadian, ia lari sambil menembaki mereka. Untuk melindungi semua orang, polisi menembak pria tersebut. Ia kehilangan nyawanya pada usia 21 tahun. Setelah itu ada laporan bahwa pada pagi harinya, pemuda tersebut berkata kepada seorang anggota keluarganya, "Hari ini adalah hari yang baik untuk mati." Saya bertanya-tanya apakah yang membuat ia begitu putus asa.

Suatu hari Nabi Elia pun merasa putus asa dan ingin mati. Ia baru saja mengalami kemenangan besar atas nabi-nabi Baal, namun kini nyawanya diancam oleh Izebel istri raja. Di dalam ketakutan, ia melarikan diri ke padang gurun (1 Raja-raja 19:4). Di sana ia "ingin mati, katanya: 'Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku!'"

Kita mungkin berpikir bahwa Elia bersikap terlalu berlebihan, namun perasaan putus asa itu nyata. Ia dengan bijaksana mencari pertolongan ke sumber yang benar, ia berseru kepada Allah. Karena Tuhan tahu bahwa Elia membutuhkan pemulihan, maka Dia mencukupi kebutuhan-kebutuhannya (ayat 5-7). Dia menyatakan diri kepada Elia (ayat 9-13) dan memperbarui panggilan Elia dengan memberinya tugas untuk dikerjakan (ayat 15-17). Allah mendatangkan pengharapan baginya dengan mengingatkan bahwa ia tidak sendirian (ayat 18).

Pandanglah Allah. Dia adalah sumber pengharapan Anda --Anne Cetas

31 Oktober 2004

Menanggapi Halloween

Nats : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk (Amsal 10:7)
Bacaan : Ibrani 11:32-12:3

Kata Halloween berasal dari kata All Hallows' Eve. Itu merupakan malam sebelum sebuah hari libur keagamaan di negara Inggris pada Abad Pertengahan, yang kemudian dikenal sebagai hari para orang kudus. Hari itu merupakan hari yang dikhususkan oleh gereja untuk mengenang orang-orang kudusnya.

Namun, perayaan Halloween pada zaman sekarang ini lebih mirip dengan kebiasaan-kebiasaan kafir yang berasal dari Eropa Kuno. Orang-orang terpandang pada zaman itu percaya bahwa roh-roh orang mati gentayangan pada malam tanggal 31 Oktober, sehingga mereka menyalakan obor dan meletakkan makanan bagi pengunjung yang tidak diharapkan ini. Mereka melakukan hal itu karena merasa takut. Mereka berpikir bahwa mereka akan dilukai jika tidak melakukannya.

Alkitab memperingatkan kita untuk tidak bermain-main dengan hal gaib ataupun terobsesi oleh penyihir dan roh orang mati. Lalu apakah yang dapat dilakukan oleh orang-orang kristiani? Seorang pendeta yang kreatif mengadakan pertemuan khusus. Ia meminta beberapa jemaat gereja untuk datang dengan mengenakan kostum pahlawan Alkitab dan orang kudus besar di dalam sejarah gereja. Dengan cara yang dramatis mereka mengingat kecukupan anugerah Allah di dalam hidup umat-Nya.

Ya, teladan para saksi yang seperti awan yang mengelilingi kita, seperti yang disebutkan di dalam Ibrani 12:1, telah menguatkan iman kita. Mengingat mereka di hari Halloween dapat mengingatkan kita akan kemenangan karena memercayai Tuhan --Herb Vander Lugt

1 Januari 2005

Melihat ke Dua Arah

Nats : Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang (Yosua 1:2)
Bacaan : Yosua 1:1-9

Selama kebaktian Perjamuan Kudus pada Malam Tahun Baru di gereja, kami mengucapkan doa bersama-sama: “Bapa, kami serahkan tahun yang telah berlalu ini kepada-Mu. Kami menyerahkan kegagalan, penyesalan, dan kekecewaan kami kepada-Mu, karena semuanya itu tidak lagi berguna bagi kami. Sekarang, jadikan kami manusia baru, melupakan yang ada di belakang dan memusatkan pada apa yang di depan kami.

“Kami serahkan kepada-Mu semua harapan dan impian kami akan masa depan. Murnikan semuanya itu dengan Roh-Mu supaya kehendak kami benar-benar mencerminkan kehendak-Mu untuk kami.

“Saat kami berdiri di ambang tahun baru, doronglah kami dengan keberhasilan-keberhasilan masa lampau, tantanglah kami dengan kuasa firman-Mu, dan bimbing kami dengan hadirat Roh Kudus-Mu.”

Melihat ke dua arah pada setiap masa peralihan adalah sesuatu yang baik. Ketika Yosua memimpin Israel, Allah berfirman kepadanya supaya mempertimbangkan masa lampau dan masa depan: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah Sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu” (Yosua 1:2). Kemudian Dia berjanji, “Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau …. Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (ayat 5,9).

Dengan percaya kepada Allah, kita dapat menoleh ke belakang dan menatap ke depan, lalu melangkah dengan berani memasuki tahun baru —David McCasland

2 Januari 2005

Sifat Dasar Binatang

Nats : Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik (Roma 7:18)
Bacaan : Galatia 5:16-26

Seberapa tahun yang lalu kami memelihara seekor rakun. Rakun itu kami beri nama Jason. Satu menit ia akan merapat di pangkuan Anda seperti malai-kat yang sempurna, tetapi menit berikutnya ia akan bergerak seperti iblis yang jahat. Jika tidak dicegah, ia akan menyerbu tong sampah atau merusak taman bunga. Meskipun ia seekor binatang peliharaan yang menyenangkan, kami semakin sadar bahwa tindakan-tindakannya yang merusak tersebut dikendalikan oleh nalurinya yang liar. Jason akan selalu memiliki sifat alami seekor rakun, dan kami harus mengawasinya dengan ketat walaupun ia tampak jinak.

Acap kali, ketika saya mengamati perilaku Jason, saya menjadi teringat sifat dosa yang tetap kita miliki sebagai orang kristiani, meskipun Roh Kudus sudah tinggal di dalam diri kita. Paulus menyebut hal ini sebagai “daging” yang di dalamnya “tidak ada sesuatu yang baik” (Roma 7: 18). Hal tersebut memang dapat kita kekang, tetapi tetap ada di dalam diri kita. Apabila kita tidak dikendalikan oleh Tuhan setiap hari, maka “diri” kita yang lama akan memperagakan kapasitasnya sebagai pencari kesenangan yang menghancurkan dalam berbagai cara.

Meskipun kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), kita masih memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Tetapi kita tidak perlu dikendalikan olehnya, karena kita dipersatukan de- ngan Kristus dan Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Dengan menaati firman Allah dan berserah kepada Roh Kudus (Roma 8:11), kita dapat menang atas daging—sifat alami seekor binatang yang ada di dalam diri kita —Mart De Haan

16 Januari 2005

Ditakuti Anjing Boxer

Nats : Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu (Yesaya 41:10)
Bacaan : Mazmur 91:1-11

Pada suatu hari Minggu pagi yang cerah, salah satu anak laki-laki saya yang masih kecil pergi bersama saya ke gereja. Pemandangan dan suara-suara hari baru segera mengundangnya untuk berjalan mendahului saya. Tiba-tiba kebebasan dalam perjalanannya sirna. Beberapa meter di depannya, berdirilah seekor anjing boxer sedang menatapnya. Ia berhenti mendadak, berbalik, dan lari ke samping saya. Ketika tangannya aman dalam genggaman tangan saya dan ia tahu bahwa saya berada tepat di sampingnya, ia dapat berjalan tenang melewati anjing boxer tersebut.

Betapa hal itu menjadi gambaran pengembaraan kita di dunia ini! Dari waktu ke waktu berbagai rintangan berwajah ganas berupa penyakit, masalah keuangan, atau konflik pribadi muncul di depan kita, menimbulkan ketakutan di dalam hati kita. Pada mulanya kita akan bingung dan hidup tampaknya menemui jalan buntu. Namun, dengan iman kita menemukan jalan kepada Juruselamat, karena kita sadar bahwa kita tidak berani melangkah maju tanpa merasa yakin akan hadirat- Nya. Ketika kita sepenuhnya percaya kepada-Nya, Dia akan menolong kita menghadapi masa depan dengan mendampingi setiap langkah kita.

Jika kekhawatiran dan ketakutan mengintai di perbatasan masa depan Anda, ingatlah pada janji Allah yang luar biasa, yang ada di dalam kitab Yesaya 41:10, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” —Dennis De Haan

28 Februari 2005

Permainan Anak-anak

Nats : Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 18:3)
Bacaan : Matius 18:1-11

Sesudah badai yang mengejutkan menyelimuti Timur Tengah dengan salju, sebuah foto pada surat kabar memperlihatkan empat orang laki- laki bersenjata sedang tersenyum. Digambarkan mereka sedang membuat manusia salju di sisi luar dinding markas militer yang sudah rusak. Cuaca musim dingin juga menyebabkan dibatalkannya aksi protes dan ditundanya perdebatan mengenai persoalan-persoalan parlementer yang sangat penting. Para laki-laki yang mengenakan jubah panjang dan para wanita yang mengenakan gaun hitam tradisional dengan penutup kepala tampak sedang bermain-main di salju. Ada sesuatu di dalam salju yang membuat sifat kanak-kanak dalam diri kita menyeruak keluar.

Dan ada bagian Injil yang menganjurkan kita untuk menanggalkan sikap permusuhan, perasaan mementingkan diri sendiri, serta untuk memiliki sikap rendah hati dan iman seperti seorang anak kecil. Pada saat Yesus ditanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” (Matius 18:1), Dia kemudian memanggil seorang anak kecil dan berkata, “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (ayat 3).

Ada yang mengatakan bahwa usia menghilangkan imajinasi, harapan, dan berbagai kemungkinan yang dapat kita lakukan. Dengan bertambahnya usia, kita menjadi semakin mudah berkata, “Itu tidak mungkin terjadi.” Tetapi dalam alam pikiran seorang anak, Allah bisa melakukan apa pun. Iman seperti anak kecil yang dipenuhi oleh kekaguman dan kepercayaan akan Allah membuka kunci pintu ke dalam Kerajaan Surga —David McCasland

3 Maret 2005

Arah Pandangan

Nats : Marilah kita ... berlomba ... dengan mata yang tertuju kepada Yesus (Ibrani 12:1,2)
Bacaan : Roma 8:35-39

Coba perhatikan: krisis apa yang sedang hangat dibicarakan? Itu bisa terorisme dan ancamannya yang bersifat acak. Bisa juga kesulitan ekonomi dan ketakutan kehabisan uang sebelum waktunya. Mungkin juga krisis pribadi tanpa ada jalan keluar yang dapat diramalkan—tragedi atau kegagalan yang terlalu berat untuk ditanggung.

Sebelum kita terpuruk di bawah beban ketakutan yang menumpuk, sebaiknya kita simak kehidupan seorang wanita di abad 20. Ia menanggung kesedihan, penderitaan, dan sakit hati dengan tabah.

Corrie ten Boom harus menjalani kehidupan seperti di neraka saat tinggal di kamp konsentrasi Nazi—sebuah tempat tanpa harapan bagi kebanyakan orang. Namun ia dapat bertahan untuk menceritakan imannya yang tidak goyah dan pengharapannya yang teguh kepada Allah.

Ia telah melihat wajah si jahat. Ia menyaksikan berbagai tindakan paling tidak manusiawi yang dilakukan manusia kepada sesamanya. Dan ketika keluar dari kamp konsentrasi, ia berkata, "Jika Anda melihat dunia ini, Anda akan sedih. Jika Anda melihat ke dalam diri Anda, Anda akan tertekan. Namun jika Anda memandang Kristus, Anda akan tenang."

Ke mana Anda mengarahkan pandangan? Apakah Anda memusatkan perhatian pada dunia dan bahaya di dalamnya? Apakah Anda sedang memandang diri Anda dan berharap mendapat jawaban bagi diri sendiri? Atau apakah Anda sedang memandang Yesus, Sang Pencipta dan Penyempurna iman Anda? (Ibrani 12:1,2). Dalam dunia yang serba tak pasti ini, kita harus tetap memandang Yesus —JDB

4 Maret 2005

"kasihanilah Saya"

Nats : Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa ... (Filipi 4:6)
Bacaan : Filipi 4:1-7

Anda mungkin pernah memainkan permainan ini sewaktu masih kecil. Anda menjalin jari Anda dengan jari seorang teman, lalu berusaha menekuk jarinya sampai Anda atau dia berteriak, "Kasihanilah saya!" Pemenangnya adalah yang berhasil membuat lawannya menyerah.

Terkadang kita mencoba memainkan permainan "Kasihanilah saya!" dengan Allah saat berdoa. Kita memiliki sebuah permohonan dan kita sangat berharap permintaan itu dijawab dengan cara tertentu. Lalu kita mulai "menekuk jari Tuhan" dan berusaha membuat-Nya menyerah. Namun, ketika tampaknya kita tidak mungkin menang, kita mencoba lebih keras lagi untuk meyakinkan Dia dengan merengek atau menawar. Mungkin akhirnya kita terpaksa menyerah sambil berkata, "Tuhan, Engkau selalu menang! Ini tidak adil!"

Allah betul-betul mendambakan kejujuran. Namun, kerap kali dalam kejujuran, jiwa peminta-minta kita muncul. Dalam hati kecil kita, kita sadar doa bukanlah pertandingan dengan Allah di mana kita selalu berupaya untuk menang. Alangkah baiknya jika kita mengutarakan permohonan kepada Tuhan, menyerahkan semuanya kepada-Nya, bersandar pada kasih karunia-Nya, dan menantikan jawaban-Nya (Filipi 4:6,7). Seorang pengarang, Hannah Whitall Smith, berkata, "Bersukacitalah dan rindukanlah untuk berpasrah tanpa syarat ke dalam tangan-Nya yang penuh kasih, serta menyerahkan seluruh wewenang kepada-Nya."

Daripada berdoa dengan pernyataan yang tidak tulus, "Tuhan, Engkau selalu menang", lebih baik berserah kepada-Nya. Katakanlah, "Kasihanilah saya!" —AMC

26 April 2005

Dari Cacing Hingga Perang

Nats : Berfirmanlah Tuhan kepada [Gideon]: "Selamatlah engkau! Jangan takut" (Hakim-hakim 6:23)
Bacaan : Hakim-hakim 6:11-16,33-40

Cleotis, 10 tahun, baru pertama kali memancing. Sewaktu melongok ke dalam kaleng umpan, ia tampak enggan untuk memulai. Akhirnya ia berkata kepada suami saya, "Tolong, S-T-C!" Saat suami saya bertanya apa masalahnya, Cleotis menjawab, "S-T-C! Saya Takut Cacing!" Ketakutan telah membuatnya tidak mampu bertindak.

Ketakutan pun dapat melumpuhkan orang dewasa. Gideon pasti takut saat malaikat Tuhan datang kepadanya ketika ia sedang mengirik gandum secara diam-diam, bersembunyi dari musuhnya, yaitu orang Midian (Hakim-hakim 6:11). Sang malaikat berkata bahwa ia telah dipilih oleh Allah untuk memimpin umat-Nya di dalam peperangan (ayat 12-14).

Bagaimana tanggapan Gideon? "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku" (ayat 15). Setelah Tuhan meyakinkan bahwa Dia akan menyertainya, Gideon masih tampak takut dan meminta tanda bahwa Dia benar-benar akan memakai dirinya untuk menyelamatkan orang Israel seperti yang dijanjikan-Nya (ayat 36-40). Dan Allah menanggapi permintaan Gideon. Bangsa Israel berhasil dalam peperangan dan kemudian menikmati keamanan selama empat puluh tahun.

Kita semua memiliki berbagai macam ketakutan, mulai dari ketakutan terhadap cacing hingga ketakutan akan peperangan. Kisah Gideon mengajar kita untuk meyakini satu hal: Jika Allah meminta kita untuk melakukan sesuatu, Dia akan memberi kita kekuatan dan kuasa untuk melakukannya —AMC

10 Mei 2005

Jawabannya Tidak

Nats : Lalu Daud bangun dari lantai, ... masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah (2Samuel 12:20)
Bacaan : 2Samuel 12:13-23

Anak-anak memang menyenangkan dan lugu—sebelum orangtua mereka mengatakan tidak kepada permintaan mereka. Ketika hal itu terjadi, sebagian anak akan berteriak tak terkendali, mendesakkan apa yang mereka inginkan.

Ketika anak-anak kami masih kecil, saya dan istri saya berpikir bahwa mereka perlu belajar menerima kata tidak sebagai sebuah jawaban atas permintaan mereka. Kami merasa hal ini akan membantu mereka menangani kekecewaan hidup secara lebih efektif. Kami berdoa kiranya hal itu juga akan membantu mereka berserah pada kehendak Allah.

Bacaan Alkitab hari ini mencatat pengakuan Daud mengenai kesalahannya di depan Natan. Daud diampuni, tetapi Allah membiarkan konsekuensi dosanya ditanggung oleh bayi yang dikandung di luar ikatan pernikahan. Daud berpuasa dan berdoa siang malam bagi kesembuhan anaknya. Meskipun permohonannya tulus, bayinya mati.

Bukannya bersikap seperti anak-anak yang merengek-rengek dan marah kepada Allah, Daud justru bangun dari lantai, mandi, berganti pakaian, serta "masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah" (2 Samuel 12:20). Tindakannya mengajarkan satu hal penting kepada kita: Kadang-kadang kita harus menerima kata tidak dari Allah sebagai jawaban atas permohonan kita.

Di masa-masa sulit atau kehilangan, kita harus mencari bantuan dan pembebasan dari Allah. Tetapi kita harus tetap memercayai-Nya meskipun Dia tidak menjawab doa seturut kehendak kita.

Sudahkah kita belajar menerima tidak sebagai sebuah jawaban? —AL

1 Juli 2005

Sukacita Dalam Kemiskinan

Nats : Sekalipun ... hasil pohon zaitun mengecewakan, ... namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan (Habakuk 3:17,18)
Bacaan : Habakuk 3:14-19

Dalam buku 450 Stories for Life, Gust Anderson menceritakan kunjungannya ke sebuah gereja di suatu daerah pertanian, di sebelah timur Alberta, Kanada. Di daerah itu telah berlangsung kekeringan selama delapan tahun. Kondisi ekonomi petani di tempat itu tampaknya tak ada harapan lagi. Meskipun dalam kemiskinan, namun banyak di antara mereka yang terus berkumpul untuk memuji dan menyembah Allah.

Anderson sangat terkesan dengan kesaksian seorang petani yang berdiri dan mengutip Habakuk 3:17,18. Dengan sungguh-sungguh petani itu berkata, Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi di kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Anderson berpikir, orang suci itu telah menemukan rahasia sukacita sejati.

Mendapatkan kesenangan dari barang-barang yang dapat dibeli memang bukan suatu kekeliruan. Akan tetapi, jangan sampai kita mengandalkan barang-barang tersebut untuk mendapatkan kebahagiaan. Apabila kepuasan kita ditentukan oleh kepemilikan atas barang-barang, kita akan hancur pada saat kehilangan barang-barang tersebut. Tetapi jika sukacita kita berada di dalam Allah, tidak ada sesuatu pun yang dapat merusakkannya, bahkan kesulitan ekonomi pun tidak.

Ya, orang-orang yang mengenal dan memercayai Tuhan akan bersukacitabahkan dalam kemiskinan! RWD

18 Juli 2005

Ide Cemerlang

Nats : Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar (2Tawarikh 14:11)
Bacaan : 2Tawarikh 16:1-13

Sebuah dongeng kuno dari Indonesia menceritakan tentang seekor kura-kura yang dapat terbang. Ia menggigit sebatang kayu yang dibawa oleh dua ekor angsa. Pada saat kura-kura itu mendengar orang-orang dari darat yang melihatnya berkata, Wah, cemerlang sekali ide angsa-angsa itu! harga dirinya sangat terluka sehingga ia berteriak, Itu ideku! Tentu saja ia jadi kehilangan pegangan. Harga dirinya telah menjadi kehancuran bagi dirinya.

Selama empat puluh satu tahun, Asa menjadi raja yang kuat dan rendah hati. Ia membawa kedamaian dan kemakmuran bagi kerajaan Yehuda. Dan pada tahun-tahun awal pemerintahannya, Asa menaikkan doa demikian, Ya Tuhan, selain daripada Engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat. Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar (2Tawarikh 14:11).

Namun pada akhir pemerintahannya, ketika pasukan kerajaan Israel bagian utara menyerangnya, Asa mencari pertolongan dari raja Siria dan bukannya dari Allah. Karena kebodohannya, pemerintahannya melemah dan bangsanya mengalami peperangan. Apa yang salah dalam hal ini? Karena bangga dengan keberhasilan masa lalu, Asa telah lupa bahwa seharusnya ia bergantung pada Tuhan, sehingga Tuhan tak lagi menunjukkan diri-Nya kuat demi kepentingan Asa (2Tawarikh 16:9).

Allah masih mencari orang-orang yang mengizinkan Dia untuk menunjukkan kekuatan-Nya dalam hidup mereka. Hidup dengan rendah hati dan bergantung pada Allah merupakan ide yang benar-benar cemerlang! AL

1 Agustus 2005

Sesuai Aturan Pakai

Nats : Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku (Yeremia 15:16)
Bacaan : Mazmur 119:33-48

Dr. Smiley Blanton adalah seorang ahli jiwa kota New York yang sibuk. Ia menyimpan sebuah Alkitab di atas mejanya. Karena agak terkejut melihat hal tersebut, seorang klien bertanya kepadanya, Apakah Anda, sebagai seorang ahli jiwa, membaca Alkitab?

Saya tidak hanya membacanya, tetapi juga mempelajarinya, kata Dr. Blanton yang adalah seorang kristiani yang saleh. Lalu ia menambahkan, Jika orang-orang bersedia menyerap pesannya, maka banyak ahli jiwa yang akan kehilangan pekerjaan.

Untuk memperjelas maksudnya, Dr. Blanton mengatakan bahwa jika para klien yang terganggu oleh perasaan bersalah bersedia membaca perumpamaan tentang anak yang hilang dan bapanya yang mau mengampuni (Lukas 15:11-32), maka mereka dapat menemukan kunci kesembuhan.

Apakah kita mencari kesembuhan di dalam firman Allah yang penuh kuasa? Kita mungkin membaca Alkitab, namun apakah kita benar-benar meyakini, mempelajari, dan menerapkan ajaran-ajarannya? Kebenaran Kitab Suci yang menyelamatkan merupakan obat Allah yang manjur untuk membebaskan kita dari penyakit dosa.

Nabi Yeremia, di tengah kesulitan dan penderitaan, menemukan sukacita di dalam firman Tuhan (Yeremia 15:16). Sang pemazmur yang mencintai perintah-perintah Allah (Mazmur 119:48) berkata kepada-Nya, Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu .... Aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu (ayat 47,48).

Seperti layaknya obat, firman Allah pun harus digunakan sesuai dengan aturan pakai. Apakah Anda telah menyerap kebenarannya? VCG

7 Agustus 2005

Tidak Berubah

Nats : Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 5:1)
Bacaan : Roma 4:1-12

Kehidupan yang ada di sekitar kita berubah dengan sangat cepat. Bahkan di gereja, perubahan terjadi begitu cepat sehingga kita sulit mengikutinya.

Sebagai contoh, dengan alasan agar dapat berkomunikasi secara lebih efektif, orang-orang kristiani telah mengubah cara gereja dilangsungkan. Sekarang banyak orang percaya yang sudah terbiasa dengan gereja tanpa bangku panjang. Mereka terbiasa dengan ruang kebaktian tanpa buku kidung pujian, dan ringkasan khotbah serta lagu yang diproyeksikan ke layar lebar.

Orang-orang kristiani pun telah menyadari kebutuhan untuk mengubah metode penjangkauan kepada orang-orang nonkristiani dengan Injil Yesus. Gereja menggunakan liga olahraga untuk membawakan Injil kepada orang-orang di lingkungan mereka. Mereka membuka lumbung makanan untuk menjangkau orang-orang yang kurang berada. Mereka mengadakan pertemuan kelompok khusus bagi orang-orang yang bergumul dengan dukacita atau kecanduan.

Akan tetapi, tidak semuanya berubah. Dr. M.R. De Haan menulis di dalam edisi pertama Our Daily Bread di tahun 1956: Jika ada satu hal yang ditekankan oleh Paulus, maka hal itu adalah bahwa usaha kita tidak dapat digunakan untuk memperoleh atau mempertahankan keselamatan kita. Kita dibenarkan oleh iman, dan iman semata (Roma 4:5; 5:1).

Jenis dan metode penyembahan mungkin saja telah berubah. Akan tetapi, keselamatan hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Yesus semata. Hal itu tidak akan pernah berubahselamanya JDB

3 Oktober 2005

Waspadalah!

Nats : Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh (2 Petrus 3:17)
Bacaan : 2Petrus 3:10-18

Kehidupan sehari-hari dapat membahayakan kesehatan Anda. Demikian tesis buku Laura Lee 100 Most Dangerous Things In Everyday Life And What You Can Do About Them. Ini merupakan sindiran terhadap hal-hal yang membahayakan dalam hidup yang kurang disadari banyak orang, seperti kereta belanja (yang setiap tahunnya menyebabkan 27.600 kasus cedera di AS) serta mesin pencuci piring (yang membahayakan lebih dari 7.000 warga Amerika dan 1.300 warga Inggris setiap tahunnya). Salah satu alasan yang dikemukakan penulis dalam menyusun buku ini adalah “untuk mengolok-olok budaya takut”.

Sebaliknya, Yesus Kristus memanggil para pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh keberanian dalam iman. Di situ tujuan kita tidak untuk menghindari bahaya, tetapi untuk menggenapi misi Allah dalam hidup kita di dunia.

Rasul Petrus dengan jelas menggambarkan hari Tuhan, yang merupakan akhir dari dunia, seperti yang kita ketahui (2 Petrus 3:10). Tetapi bukannya dilemahkan oleh kecemasan, Petrus justru mengajak kita untuk melakukan persiapan sebaik-baiknya (ayat 14). Kemudian ia memperingatkan akan adanya orang yang memutarbalikkan Kitab Suci, katanya, “Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh” (ayat 17).

Kecemasan dengan kadar yang tepat akan membantu melindungi kita, tetapi kalau berlebihan justru dapat membuat kita tidak berdaya. Yang paling harus kita takutkan adalah jika kita tidak dapat memercayakan hidup sepenuhnya kepada Allah -DCM

7 November 2005

Tuhan, Bukit Batuku

Nats : Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! (Mazmur 18:3)
Bacaan : Mazmur 18:2-4

Ternyata kita, manusia, melakukan penalaran terutama berdasarkan hati, dan bukan berdasarkan pikiran. Seorang matematikawan dan ahli teologi Perancis, Blaise Pascal, dahulu berkata, “Hati mempunyai kemampuan berpikir yang tidak diketahui oleh pikiran.”

Para penyair, penyanyi, pengarang cerita, dan seniman sejak dulu mengetahui hal ini. Mereka menggunakan berbagai simbol dan perumpamaan yang lebih berbicara kepada hati daripada kepada pikiran kita. Karena itulah gagasan-gagasan mereka menembus ke tempat yang tidak dapat dicapai oleh gagasan lainnya. Dan karena itulah kita berkata, “Sebuah gambar berharga seribu kata.” Gambaran tetap tinggal di pikiran kita saat semua hal-lain telah terlupakan.

Daud menulis, “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku, … perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3). Pada saat itu ia memikirkan unsur-unsur fisik yang mencerminkan kenyataan rohani. Setiap gambar dalam pernyataan itu mengekspresikan pemikiran yang lebih dalam, menghubungkan dunia nyata dengan alam maya Roh. Daud tidak melantur pada definisi dan penjelasan, karena penjelasan dapat mengaburkan imajinasi. Setiap gambar tetap tinggal dalam pikiran kita. Itu adalah gambar-gambar yang membangkitkan misteri, menggugah imajinasi, dan memperdalam pengertian kita.

Daud membangunkan sesuatu yang tersembunyi di dalam diri kita. Memikirkan sesuatu secara mendalam adalah hal yang baik. Lalu apakah arti kalimat Allah adalah bukit batuku, kubu pertahananku, perisaiku bagi Anda? -DHR

1 Desember 2005

Waktu Saya Takut

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 56

Saat dikejar Saul, Daud kabur dari rumah imam di Nob. Ia sampai ke Gat, tempat musuh-musuhnya tinggal. Di sana ia langsung dikenali dan dibawa ke hadapan Raja Akhis.

Berbagai kisah dan lagu merayakan kemasyhuran Daud. Ia telah membinasakan ribuan orang Filistin (1 Samuel 21:11). Kemasyhuran itu dicapainya dengan mengorbankan para wanita dan anak-anak Filistin yang kehilangan suami dan ayah mereka. Karena itu, ini adalah kesempatan bagi orang Filistin untuk membalas dendam.

Daud kehilangan keberaniannya. Di dalam ketakutan yang dalam, ia pura-pura “sakit ingatan …, menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya” (ayat 13). Akhis mengusirnya dengan pandangan rendah, “Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?” (ayat 15). Dengan hati hancur dan merasa sangat terhina, Daud melarikan diri ke Adulam di Yudea. Di dekat situ terdapat sebuah bukit dengan banyak gua. Ia merangkak masuk ke dalam salah satu gua itu-sendirian.

Ketika ia menjalani kesendirian di gua itu, pada titik terendah di hidupnya dan dikelilingi musuh-musuhnya, Daud mulai merenungkan kasih Allah yang lembut dan setia. “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu,” tulisnya (Mazmur 56:4). “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu” (ayat 9).

Mungkin saat ini Anda berada “di dalam sebuah gua”. Anda pun dapat berkata, “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut” (ayat 12) -DHR

8 Desember 2005

Gunakan Senjata Anda

Nats : Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat (Efesus 6:16)
Bacaan : Efesus 6:10-20

Pada saat mengunjungi sebuah museum, saya terpesona oleh sebuah catatan yang memberikan uraian tentang sekelompok gladiator Romawi-orang Retiarii-yang bertarung, kerap kali sampai mati, hanya dengan menggunakan sebuah jaring dan trisula. Dari antara semua senjata menakutkan dan mematikan yang tersedia, orang-orang ini hanya diberi dua benda, yaitu sebuah jaring dan trisula. Saat memasuki arena, kelangsungan hidup mereka bergantung pada seberapa baik mereka menggunakan senjata.

Dalam peperangan rohani kita sebagai orang kristiani, Allah telah memilihkan perlengkapan senjata bagi kita. Hal ini dijelaskan demikian: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:3,4).

Kita perlu berhenti sejenak dan memandang diri kita di dalam “cermin” Efesus 6:10-18 agar dapat melihat apakah kita diperlengkapi dengan baik dengan “seluruh perlengkapan senjata Allah”. Mulai dari ketopong keselamatan hingga kasut kerelaan, kita hendaknya dilindungi dan dipersenjatai untuk sebuah peperangan yang tidak bergantung pada kekuatan manusia, namun tergantung pada kuasa Allah.

Apabila kita menyadari sifat peperangan itu dan kuasa yang melawan kita, alangkah bodohnya jika kita memasuki pertarungan dengan hal-hal yang lain kecuali senjata yang diberikan oleh Allah -DCM

27 Desember 2005

Hari Esok yang Tak Tampak

Nats : Hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7)
Bacaan : Matius 6:25-34

Kita kerap kali berharap dapat melihat apa yang akan kita alami, sehingga kita dapat bersiap-siap, mengendalikan, atau menghindarinya.

Seorang yang bijaksana pernah berkata, “Walaupun kita tidak dapat melihat apa yang ada di hadapan kita, Allah dapat melihatnya.” Alangkah lebih baik dan menghiburnya kenyataan itu!

Suatu hari cucu perempuan saya yang berusia 10 tahun, Emily, dan saya merebus telur untuk sarapan. Ketika kami menatap air yang sedang mendidih dan bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan agar telur itu dapat matang dengan tepat, Emily berkata, “Sayangnya, kita tidak dapat membuka telur-telur itu untuk melihat bagaimana kondisi mereka.” Saya setuju dengan ucapannya. Karena cara itu akan merusak telur-telur tersebut, kita harus mengandalkan tebakan, tanpa adanya jaminan hasil.

Kita pun mulai membicarakan hal-hal lain yang ingin kita lihat, namun tidak dapat-seperti hari esok. Kita mengatakan bahwa sayang kita tidak dapat membuka hari esok untuk melihat apakah hal itu seperti yang kita inginkan. Namun, mencampuri hari esok sebelum waktunya adalah seperti membuka telur yang setengah matang, akan merusak baik hari ini dan esok.

Karena Yesus telah berjanji untuk memelihara kita setiap hari-termasuk hari esok-kita dapat hidup dengan iman setiap hari (Matius 6:33,34).

Saya dan Emily pun memutuskan untuk menyerahkan hari esok dengan aman di dalam tangan Allah. Sudahkah Anda melakukan hal yang sama? -JEY

20 Januari 2006

Perbedaan Karena Iman

Nats : Orang bebal berkata dalam hatinya, "Tidak ada Allah" (Mazmur 14:1)
Bacaan : Mazmur 14

Bagaimana jika seandainya kita tidak beriman kepada Allah dan justru menerima teori evolusi yang menolak Allah? Coba bayangkan, seandainya saja kita memiliki pandangan hidup yang ateistis. Seorang ahli biologi Universitas Cornell, William Provine, menyatakan di dalam sebuah debat publik, bahwa jika Anda adalah seorang pendukung setia teori Darwin, maka Anda akan menyadari bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian, tidak ada dasar yang fundamental dari etika, tidak ada tujuan akhir dari keberadaan kita, tidak ada kehendak bebas. Hidup akan menjadi kosong.

Daripada memegang ketidakpercayaan yang suram itu, kita dapat membuka hati dan pikiran kita untuk beriman kepada Allah sebagaimana Dia telah menyatakan diri melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Dosa kita dapat diampuni berkat kematian-Nya di atas kayu salib. Hal ini tidak hanya memberi kita jaminan akan kekekalan yang penuh berkat, tetapi juga membuat kehidupan kita kini dan di sini memiliki arti dan pengharapan yang tidak terukur. Berkat Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, kita dapat mengetahui bahwa perkataan Yesus di dalam Yohanes 8:12 adalah benar: "Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan."

Saat kita menjalani perziarahan duniawi ini, jangan sampai kita tersandung dalam kegelapan rasa tidak percaya. Sebaliknya, kita dapat berjalan dengan penuh keyakinan di dalam terang menuju kesucian kekal yang tak pernah berakhir. Itulah perbedaan yang tercipta karena iman di dalam Yesus Kristus --VCG

25 Januari 2006

Dan Jadilah Demikian

Nats : Berfirmanlah Allah:... Dan jadilah demikian (Kejadian 1:9)
Bacaan : Kejadian 1:1-13

Kata-kata berikut diulang beberapa kali dalam Kejadian 1, kisah penciptaan: "Dan jadilah demikian."

Apa pun yang difirmankan Allah terjadi. "Jadilah terang.... Jadilah cakrawala.... Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda...." Lalu, setiap kali, diikuti perkataan: "Dan jadilah demikian." Allah berfirman, dan hal itu menjadi kenyataan.

Ketika saya membaca tentang permulaan dunia kita dan kuasa Allah, saya mulai berpikir tentang hal-hal lain yang telah dikatakan oleh Allah dan Putra-Nya, Yesus hal-hal yang dapat kita andalkan.

Saat Yesus berbicara tentang para pengikut-Nya, Dia berkata, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yohanes 10:28). Jika kita memercayai-Nya, kita bisa yakin bahwa kita saat ini memiliki hidup yang kekal dan jaminan untuk hidup bersama Dia selama-lamanya.

Penulis Kitab Ibrani berkata, "Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau'"(Ibrani 13:5). Kita dapat yakin bahwa berbagai kebutuhan kita akan terpenuhi dan tak akan ditinggalkan sendirian.

Salah satu janji Yesus yang paling menghibur adalah "Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku" (Yohanes 14:3). Dia telah mengatakannya; kita dapat memercayainya dan dengan yakin menantikan hari itu.

Andalkan firman Allah. Hal itu akan terjadi --AMC

27 Januari 2006

Rekan Sekerja

Nats : Kami adalah kawan sekerja untuk Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah (1Korintus 3:9)
Bacaan : Keluaran 17:1-6

Ketika tiba saatnya bagi Musa untuk memukul batu di padang pasir untuk memperoleh air bagi orang-orang Israel yang kehausan, ia hanya memiliki peran yang sangat kecil hanya memukul batu. Siapa pun di antara orang Israel dapat melakukannya. Hal yang utama adalah apa yang sedang dikerjakan Allah di inti bumi untuk menyediakan aliran air yang melimpah.

Namun, keduanya bekerja bersama: Musa di hadapan orang-orang; Allah di kedalaman bumi yang tersembunyi. Musa dan Allah merupakan rekan sekerja.

Selalu ada dua pihak dalam setiap pekerjaan yang berbuah banyak: para pekerja yang memiliki kesediaan hati dan Allah yang setia. Bagian manusia adalah melakukan apa pun yang diperintahkan Allah kepada kita memukul batu. Tugas Allah adalah mengalirkan air itu.

Apakah Musa dibebani oleh kekhawatiran sewaktu ia mendekati batu itu, berpikir bahwa ia mungkin gagal? Saya meragukan hal itu. Ia hanya perlu mengikuti Tuhan dalam ketaatan. Allah telah berjanji untuk melakukan semua hal lainnya. Dan Musa telah melihat Allah melakukan mukjizat-mukjizat besar sebelumnya.

Apakah Anda mengkhawatirkan tugas yang telah diberikan Allah hari ini? Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatunya bergantung kepada Anda? Pukul saja batu itu. Allah sedang bekerja secara tersembunyi untuk menumpahkan aliran air bagi setiap pria, wanita, dan anak-anak. Dan ketika air hidup mulai mengalir, muliakanlah Dia.

Lakukan saja bagian Anda dan Dia akan melakukan bagian-Nya --DHR

8 Maret 2006

Pengharapan yang Hidup

Nats : Terpujilah Allah ... yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali ... kepada hidup yang penuh pengharapan (1Petrus 1:3)
Bacaan : 1Petrus 1:3-9

Hidup ini sulit bagi semua orang, tetapi beberapa orang merasakan kesulitan yang lebih berat dibanding orang lain. Menaruh kepercayaan kepada Kristus sebagai Juru Selamat tidak banyak mengubah hal itu. Tak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang menjanjikan bahwa kita bebas dari kesulitan karena kita adalah pengikut Kristus. Kenyataannya, beberapa penyakit kita tidak dapat disembuhkan, dan beberapa kekurangan kita tidak dapat diperbaiki sepanjang hidup kita. Bahkan ada di antaranya yang bertambah parah. Namun, seluruh kekurangan dan kelemahan kita hanya bersifat sementara.

Kesadaran bahwa Allah menyediakan kebutuhan kita dapat menyunggingkan senyum dalam hati kita. Pengharapan memberi kita ketenangan dan memampukan kita hidup dengan kekuatan batiniah, karena kita tahu bahwa suatu saat nanti keadaan kita akan berubah secara dramatis dari keadaan sekarang.

Jika masa lalu merusak Anda atau Anda merasa dilemahkan oleh dosa, atau jika Anda merasa begitu tidak berarti dibanding dengan orang lain sehingga Anda merasa rendah diri, percayalah pada apa yang disediakan Allah bagi Anda. Hiduplah hari ini dengan semangat yang disediakan Allah bagi Anda. Dapatkanlah sesuatu yang baik dari penderitaan yang Anda alami. Namun bersukacitalah, karena semua yang menjatuhkan dan membatasi Anda hanya bersifat sementara. Semua itu akan berlalu -- bahkan ada yang lebih cepat berlalu daripada yang kita duga.

Jika Anda memiliki pengharapan yang hidup dalam Kristus, Anda dapat membereskan masa lalu karena memiliki masa depan. Kemuliaan Allah yang terbaik disediakan bagi Anda di depan --HWR

25 April 2006

Hidup Ini Nyata

Nats : Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)
Bacaan : Mazmur 56

Dalam komik Peanuts, tokoh Lucy mengatakan kepada Linus, saudaranya, bahwa anak-anak tidak bisa tinggal di rumah selamanya. Kelak mereka menjadi dewasa dan meninggalkan rumah. Lalu ia berkata bahwa bila nanti Linus pergi, ia akan menempati kamar Linus. Namun, dengan cepat Linus mengingatkan Lucy bahwa nantinya Lucy juga akan meninggalkan rumah. Menyadari akan hal itu, Lucy pun terkejut, tetapi ia segera menemukan jalan keluar. Ia mengeraskan suara TV, merangkak ke kursi beanbag-nya [kursi kantong yang berisi kacang, dipakai dalam permainan tertentu] dengan semangkuk es krim di tangan, dan menolak memikirkan hal tadi.

Menghindari keadaan yang tidak menyenangkan tidak semudah yang Lucy pikirkan. Realitas kehidupan tidak dapat dihindari. Kita dapat mencoba lari dan bersembunyi, tetapi pergumulan dan ujian kehidupan selalu dapat mengikuti langkah kaki kita dan akhirnya menyusul kita.

Sebaliknya, kita harus menghadapi masalah kita. Pemazmur Daud melakukan hal ini saat diserang oleh musuh dan teman-teman yang menyesatkan. Ia tidak berusaha mengecilkan bahaya yang ada; ia menyambut badai yang mengganas di sekelilingnya dan memandang kepada Tuhan. Ia menulis, "Kepada Allah aku percaya" (Mazmur 56:5).

Marilah kita mengikuti teladan Daud -- bukan Lucy. Menghadapi beragam kesulitan dalam hidup mungkin merupakan pengalaman yang menakutkan. Namun, ketika kita percaya kepada Allah dan mendekat kepada-Nya, kita akan mengalami pembebasan yang nyata --PRV

20 Mei 2006

"diledakkan" untuk Berubah

Nats : Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih (Kolose 1:13)
Bacaan : Kisah 9:1-9

Ketika seorang redaktur surat kabar mendengar bahwa seseorang bernama Alfred Nobel meninggal dunia, ia menyangka almarhum adalah Nobel si penemu dinamit. Karena itu, sang redaktur menerbitkan obituari berjudul "Nobel si pedagang kematian".

Ketika Nobel -- si penemu dinamit -- membaca berita tentang "kematiannya sendiri", ia bereaksi seperti seorang buta yang tiba-tiba dapat melihat kembali. Sejak hari itu, Nobel mencurahkan dirinya untuk perkara-perkara kemanusiaan -- terutama perdamaian.

Saulus dari Tarsus mengalami perubahan yang jauh lebih drastis daripada Nobel. Dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Yesus, Saulus bertemu dengan Tuhan sendiri. Setelah buta selama beberapa waktu karena pertemuan itu, Saulus menyerahkan sisa hidupnya untuk melayani Dia yang dulu dikejar-kejarnya. Musuh Yesus itu akhirnya menjadi rasul yang berbakti kepada-Nya (Kisah 9:15,16).

Pengalaman kita sendiri mungkin tidak begitu menggemparkan. Namun, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juru Selamat, yaitu Dia yang telah mengubah arah hidup kita.

Apabila Anda belum mengalaminya, bukalah Yohanes 3 dan bacalah perkataan Yesus mengenai kelahiran kembali. Lalu, dengan doa sederhana yang berisi penyesalan dosa, bukalah hati Anda kepada-Nya. Komitmen yang jujur kepada Tuhan akan membawa Anda untuk memasuki hubungan yang baru dengan Dia -- hubungan yang abadi --VCG

8 Juni 2006

Baptisan Michael

Nats : Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku (Markus 10:14)
Bacaan : Markus 10:13-16

Michael ingin dibaptis. Pada mulanya ayahnya merasa ragu-ragu karena Michael mengidap autis. Autisme adalah kelainan yang memengaruhi interaksi sosial dan keterampilan komunikasi seseorang.

Michael yang berusia 35 tahun itu memang telah memercayai Yesus sebagai Juru Selamat, dan para pemimpin gereja pun menyetujui pembaptisan ini dengan sangat antusias. Akan tetapi, pada saat dibaptis, Michael harus berdiri di depan seluruh jemaat. Ini bukan hal yang mudah bagi seorang pengidap autis seperti Michael.

Karena tahu Michael tidak menyukai kejutan, ayahnya kemudian memberi tahu semua hal yang akan terjadi selama proses pembaptisan. Namun, pada saat sang pendeta berkata, "Michael, saya membaptis kamu di dalam nama Bapa," Michael menginterupsi seakan-akan untuk mengingatkan sang pendeta, "dan Putra!" Para jemaat tersenyum dengan penuh sukacita. Dan Michael pun dibaptis di dalam ketaatan kepada perintah Kristus.

Kita datang kepada Yesus dengan tingkat pemahaman rohani yang berbeda-beda, dan Yesus menyambut semua orang yang menanggapi panggilan-Nya. Saat anak-anak kecil menghampiri Sang Juru Selamat, murid-murid-Nya berusaha mengusir mereka. Namun Kristus menegur mereka dan berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Markus 10:14). Dan hal itu pun berlaku bagi mereka yang memiliki kelainan.

Injil itu sederhana. Kita semua dapat menghampiri Sang Juru Selamat. Dan undangan yang Dia berikan terbuka bagi semua orang --HDF

11 Juli 2006

Pemeriksaan Rohani

Nats : Ujilah aku, ya Tuhan (Mazmur 26:2)
Bacaan : Amsal 4:20-27

Jika boleh memilih, kemungkinan besar saya tidak akan ke dokter dengan senang hati untuk menjalani pemeriksaan fisik. Saya cenderung menganggap bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak mau merepotkan dokter saya tentang itu. Namun, karena istri saya seorang perawat, saya tidak punya pilihan. Saya menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur.

Jika boleh memilih, kebanyakan dari kita juga agak takut dengan pemeriksaan kesehatan rohani. Lagi pula, jika memeriksa roh kita dengan sangat cermat, kita mungkin perlu mengubah satu atau dua kebiasaan. Kita barangkali membutuhkan semacam "pemotongan perilaku".

Saya menyarankan agar kita mengatasi keengganan. Dengan tuntunan Allah, marilah kita menjalani pemeriksaan kesehatan rohani. Pakailah Amsal 4:20-27 sebagai daftar pemeriksaan.

Telinga (ayat 20): Apakah kita mendengar firman Allah dengan jelas dan memahaminya? Apakah kita menjalankan apa yang dikatakan di dalamnya?

Mata (ayat 21,25): Apakah kita senantiasa memerhatikan ajaran yang akan menuntun kita menuju kebenaran?

Hati (ayat 23): Apakah kita menjaga hati dari yang jahat?

Lidah (ayat 24): Apakah mulut kita jujur dan murni?

Kaki (ayat 26): Apakah kita sedang berjalan lurus menuju kebenaran Allah tanpa ragu?

Bagaimanakah hasil pemeriksaan rohani Anda? Apakah dari pemeriksaan itu Anda melihat ada bagian-bagian yang perlu dibenahi? Pemeriksaan rohani yang teratur akan membantu memulihkan vitalitas rohani Anda --JDB

31 Juli 2006

Air Mata di Surga

Nats : Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis (Wahyu 21:4)
Bacaan : Wahyu 21:1-8

Pada tahun 1991, seorang gitaris terkenal asal Inggris, Eric Clapton, sangat berduka ketika putranya Conor yang berusia empat tahun tewas karena terjatuh dari jendela apartemennya. Sebagai sarana untuk menyalurkan dukacitanya, Clapton menulis syair lagu dengan nada kesedihan yang mendalam: "Tears in Heaven". Tampaknya setiap nada dalam lagu itu mengandung kepedihan dan kehilangan yang hanya dapat dimengerti oleh orangtua yang pernah kehilangan anak.

Namun yang mengejutkan, beberapa tahun kemudian dalam sebuah wawancara di televisi, Clapton mengatakan, "Dalam beberapa hal, lagu itu sebenarnya bukanlah lagu yang mengandung kesedihan, melainkan lagu yang penuh keyakinan. Ketika dikatakan bahwa tidak akan ada lagi air mata di surga, menurut saya itu adalah lagu optimisme, yaitu tentang pertemuan kembali."

Pemikiran tentang reuni surgawi sungguh menguatkan. Bagi setiap orang yang telah memercayai Kristus untuk mendapatkan keselamatan, ada pengharapan bahwa kelak kita akan dipersatukan kembali selamanya, di tempat "Ia akan menghapus segala air mata dari mata [kita], dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis (Wahyu 21:4). Dan yang terpenting, di situlah kita akan "melihat wajah-Nya" dan tinggal bersama Kristus untuk selamanya (22:4).

Kala kita mengalami kehilangan dan dukacita, ratap tangis dan perkabungan, alangkah menghibur bila kita mengetahui bahwa Kristus telah membeli sebuah rumah surgawi bagi kita yang di dalamnya tidak ada lagi ratap tangis! --WEC

12 Agustus 2006

Semua Fakta yang Ada

Nats : Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku? (Yeremia 32:27)
Bacaan : Yeremia 32:6-15

Bala tentara Babilonia telah mengepung Yerusalem. Percuma untuk bertahan. Nabi Yeremia sudah memperingatkan para pemimpin Yehuda bahwa kota itu akan jatuh. Sekarang ia merana di dalam penjara karena meramalkan kebenaran.

Ketika serbuan itu semakin dekat, Tuhan memberi tahu Yeremia bahwa salah seorang sepupunya sedang dalam perjalanan untuk memintanya membeli ladang milik keluarga. Tuhan menyuruh Yeremia untuk mengabulkan permintaan sepupunya itu (Yeremia 32:7,8).

Siapa yang mau mengeluarkan keping perak berharga untuk ladang yang sebentar lagi akan jatuh ke tangan musuh? Semua fakta yang ada menentang pembelian ini. Seperti yang diingatkan Os Guinness kepada kita: "Semua fakta yang kita ketahui bukanlah seluruh fakta yang ada."

Meskipun merasa heran (ayat 25), Yeremia percaya kepada Tuhan dan membeli ladang itu (ayat 9). Tuhan meyakinkannya bahwa meskipun harapan suram, rakyat akan kembali memiliki "rumah, ladang, dan kebun anggur" mereka di negeri itu (ayat 15).

Kita sering mengalami masa-masa yang sulit. Beberapa orang beriman mengalami penyiksaan. Orang-orang lain berusaha membangun kembali hidup mereka setelah bencana alam. Banyak orang yang hidup dengan tubuh lemah dan menderita, dengan sedikit harapan untuk sembuh. Fakta-fakta yang ada tidak mendukung mereka.

Namun Allah, yang datang melalui diri Yesus, ada di samping kita. Kita mempunyai harapan yang tidak akan mengecewakan kita. Fakta yang kita ketahui bukanlah seluruh fakta yang ada -HVL

19 Agustus 2006

"cricket" dan Kekristenan

Nats : Pembenaran oleh Allah telah dinyatakan ... melalui iman dalam Yesus Kristus (Roma 3:21,22)
Bacaan : Roma 3:21-28

Ketika mengunjungi Jamaika dalam sebuah perjalanan misi dengan murid-murid SMA, saya melihat bahwa penduduk di sana suka bermain cricket.

Karena itu, saya meminta seorang remaja Jamaika menjelaskan tentang cricket kepada saya. Kami duduk di tanah, dan dengan sebuah batu ia menggambar di pasir untuk membantu saya memahami permainan itu. Kemudian, saat kelompok kami menikmati masakan daging ayam yang lezat, beberapa dari kami melihat pertandingan cricket di televisi, sementara seorang pelatih menerangkan apa yang sedang terjadi. Meskipun sudah 11 hari bersama orang-orang Jamaika itu, saya belum dapat memahami permainan favorit mereka.

Saya yakin beberapa orang Jamaika juga merasakan hal yang sama terhadap sepak bola Amerika, dan jutaan orang di seluruh dunia menganggap permainan bisbol sebagai misteri. Salah satu alasan mengapa kita tidak menyukai olah raga bangsa lain adalah karena kita tidak memahaminya.

Mungkinkah ini juga Anda alami saat memandang kekristenan? Mungkinkah Anda tidak menyukainya karena tampak terlalu rumit? Barangkali Anda melihat kekristenan seperti peraturan-peraturan dan buku tebal besar yang tidak Anda mengerti.

Sebenarnya, kekristenan itu sederhana saja: Kita dapat dibenarkan dalam kemuliaan Allah melalui iman di dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Dosa-dosa kita akan diampuni selama-lamanya (lihat Roma 3:24,28; 10:9,10). Coba Anda teliti. Anda akan tahu mengapa orang-orang beriman mengasihi Yesus, hingga Anda juga akan belajar mengasihi-Nya -JDB

7 September 2006

Persamaan

Nats : Supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat (1Korintus 9:21)
Bacaan : Kisah Para Rasul 17:22-31

Pada umumnya, para kaisar Roma tidak dikenang karena kebijaksanaannya, tetapi ada beberapa pengecualian. Salah satu pemikir besar yang kita miliki adalah Marcus Aurelius, kaisar Roma yang memerintah pada tahun 161-180M. Ia adalah salah satu penguasa besar yang cerdas, yang dikaruniai pikiran brilian di peradaban Barat.

Walaupun ia tidak pernah berpindah keyakinan pada keyakinan baru yang kemudian disebut kekristenan, ia pernah mengutarakan wawasan yang luar biasa. Kebijaksanaannya mencerminkan hukum Allah yang tertulis di hati orang yang tidak memiliki firman Allah (Roma 2:14,15). Misalnya:

o Kebahagiaan hidup Anda tergantung pada kualitas pemikiran Anda.

o Andalah yang berkuasa atas pikiran Anda-bukan hal-hal yang terjadi di luar diri Anda.

o Kehidupan Anda dibentuk oleh pemikiran Anda.

Pernyataan ini mirip dengan Amsal 23:7, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri, demikianlah ia." Kita dapat belajar melalui prinsip-prinsip dari kalangan nonkristiani dan menggunakan kepercayaan mereka sebagai suatu persamaan untuk membagikan Injil. Ketika Paulus berdiri di atas Areopagus dan berkata kepada para cendekiawan pada masanya, ia tidak meremehkan kepercayaan dan iman mereka. Akan tetapi ia justru membangun kesamaan dengan mereka dan kemudian memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 17:26-28).

Marilah kita mencari persamaan yang ada pada diri sesama kita, sehingga kita dapat membawa mereka kepada Kristus -HDF

8 Mei 2007

Petualangan

Nats : Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu (Ester 4:14)
Bacaan : Ester 4:13-17

Suatu kali, saya yang berusia 7 tahun berada dalam mobil dengan Ibu dan dua saudari saya. Lalu Ibu menepikan mobil untuk mempelajari peta. "Apakah kita tersesat, Bu?" Saya merasa khawatir.

"Oh, tidak," Ibu menjawab ceria dan segera melipat peta. "Kita kan sedang berpetualang." Saya dan kedua saudari saya saling memandang ragu, lalu salah satu dari mereka berkata lirih, "Kita tersesat."

Petualangan bisa menyenangkan, sekaligus menakutkan. Biasanya ada unsur misteri dalam petualangan. Saat kita berjalan dalam persekutuan dengan Allah, sepertinya hidup kita akan mengalami banyak petualangan unik, yaitu berbagai kesempatan melayani-Nya. Bila kita lengah atau takut hingga mengabaikan kesempatan, maka kita gagal. Apakah Allah masih ingin menyelesaikan pekerjaan-Nya itu? Tentu saja. Namun, yang menerima berkat adalah orang lain.

Dalam Ester 4, Mordekhai meneguhkan hati ratu muda Ester untuk membantu menyelamatkan bangsanya. Ia berkata, "Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu" (ayat 14).

Sebenarnya Ester tak berani mengemban tugas ini. Namun, Allah memakai keberanian dan imannya demi menyelamatkan bangsanya. Percayalah kepada-Nya yang akan menunjukkan Anda jalan. Mari berpetualang! --CHK


Untuk mengarungi petualangan hidup, ya Tuhan,
Berilah aku iman dan keberanian;
Hati yang terjaga oleh luhurnya kerinduan,
Nurani yang tersucikan oleh api pemurnian. --McDermand

18 Mei 2007

Keyakinan Diri yang Keliru

Nats : Kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus (1Petrus 1:18,19)
Bacaan : Roma 4:4-8

Seorang pengusaha sukses membuat suatu pernyataan, "Hampir semua agama berbicara mengenai kedatangan seorang juru selamat. Ketika Anda berkaca di pagi hari, Anda sedang melihat juru selamat itu. Tak seorang pun bisa menyelamatkan Anda selain diri Anda sendiri."

Sebagai orang kristiani, kita tak setuju dengan pandangan tersebut karena sangat bertentangan dengan Injil. Alkitab mengajarkan hal yang sama sekali berbeda dengan keyakinan diri yang egois seperti itu. Rasul Petrus berkata demikian mengenai Yesus, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

Dalam Roma 4, kita mendapat pengajaran yang jelas bahwa hanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran" (ayat 5). Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik -- yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa.

Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa kita dan bangkit dari kubur --VCG


Kau tidak bisa membeli jalan menuju surga --
Upah dosa adalah maut.
Yesus rindu menyelamatkanmu dari dosa;
Jangan menunggu sampai maut menjemput. --Hess

27 Maret 2008

Doa Anak Bangsa

Nats : Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit (Nehemia 1:4)
Bacaan : Nehemia 1:1-11

Teks Indonesia Raya karya W.R. Soepratman pertama kali dipublikasikan pada tahun 1928 oleh surat kabar Sin Po. Naskah aslinya terdiri dari tiga bait. Namun, kita biasa menyanyikan bait pertamanya saja yang menyorakkan kemerdekaan. Padahal bait kedua dan ketiga memiliki isi yang begitu penting bagi kelanjutan bangsa ini. Yakni mengajak seluruh masyarakat berdoa bagi Ibu Pertiwi. Berikut adalah cuplikan bait kedua:

Indonesia! Tanah yang mulia,
tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berada
untuk s'lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
pusaka kita semuanya.
Marilah kita berdoa, "Indonesia bahagia!"

Hari ini kita belajar dari Nehemia. Ketika ia mendengar berita tentang bangsanya yang porak poranda, ia segera berpuasa dan berdoa. Ia berkabung untuk bangsanya yang mengalami kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Ia pun mengakui dosa diri dan keluarganya, meski ia bukanlah penyebab kesukaran bangsanya. Nehemia adalah seorang pemimpin yang selalu berdoa. Ia mengenal Tuhan secara dekat. Pengenalan ini mendorongnya untuk berani berdoa bagi bangsanya. Ia pun setia menanti jawaban Tuhan.

Mari kita belajar menjadi Nehemia bagi bangsa ini. Bukan terus-menerus mengkritik, tetapi setia berdoa dan berpuasa bagi negeri ini. Mari kita sehati berdoa bagi Indonesia, karena negeri ini merdeka bukan karena kebetulan. Kita diselamatkan oleh Tuhan untuk menjadi para pendoa yang setia bagi Indonesia. Mari kita mulai dari gereja tempat kita beribadah dan melayani. Mari kita mulai sejak sekarang, tak ada kata tunda -BL

14 April 2008

Empati Allah

Nats : Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15)
Bacaan : Filipi 2:5-8

Suatu malam, seseorang yang sedang kesusahan berdoa, "Bapa, Engkau tahu keadaan saya. Uang saya sudah menipis, sahabat saya sudah lama tidak peduli kepada saya. Tugas-tugas menumpuk. Saya kesepian dan gadis yang selama ini saya dekati menolak saya. Bapa, Alkitab mengatakan bahwa Engkau sangat baik. Namun, rasanya saya tidak mengalami hal itu. Jika Engkau baik, mengapa Engkau membiarkan saya begini? Sepertinya Engkau tidak bisa mengerti perasaan saya! Ya, tentu saja. Engkau enak di atas sana, tidak tahu rasanya menderita sebagai manusia seperti saya!"

Pernahkah kita merasa sendirian dan berpikir seperti orang itu -- bahwa Allah tidak mengerti penderitaan manusia? Benarkah demikian? Perikop Alkitab yang kita baca hari ini mengingatkan bahwa Allah kita pernah menjadi manusia hina dalam diri Yesus. Dia bahkan pernah menjalani berbagai kesusahan yang tidak pernah kita bayangkan. Dia pernah lahir secara sangat sederhana di sebuah kandang (Lukas 2:7). Dia pernah dihina sebagai anak haram (Yohanes 8:41). Dia pernah merasa lelah (Yohanes 4:6), juga lapar (Matius 21:18), dan haus. Dia pernah difitnah dan disalah-mengerti. Dia pernah dikecewakan sahabat-sahabat-Nya (Markus 14:50) dan ditinggal sendirian di Getsemani. Dia pernah disiksa begitu hebat sampai mati (Matius 27:26-31, Filipi 2:8).

Dengan pernah mengalami semuanya itu, tentu Tuhan Yesus sangat mampu berempati dengan semua kesusahan kita! Allah kita sama sekali bukan Allah yang kejam. Sebaliknya, Dia sangat mengerti bagaimana rasanya menjadi manusia (Filipi 2:7). Mari ceritakan kesusahan kita kepada-Nya. Dia mengerti! -ALS

14 Mei 2008

Kebiasaan Buruk

Nats : Jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu ... mereka akan menyesatkan kamu (Bilangan 33:55)
Bacaan : Bilangan 33:50-56

Sebuah hasil penelitian dari majalah Time pada Oktober 2006 menjelaskan bahwa kebiasaan buruk itu menular. Seorang adik yang kakaknya hamil di luar nikah punya kecenderungan 4-6 kali lipat untuk hamil di luar nikah juga, dibandingkan seorang adik yang kakaknya berperilaku baik. Begitu pula seorang kakak yang memiliki kebiasaan merokok atau mabuk, dapat menularkan kebiasaan buruk itu kepada adiknya.

Mengingat bahwa kebiasaan buruk dapat menular, kita harus memberantasnya sesegera mungkin. Itu sebabnya sebelum bangsa Israel tiba di Kanaan, Tuhan meminta Musa mengusir seluruh penduduk negeri itu (ayat 52). Mengapa? Penduduk Kanaan dikenal sebagai penyembah dewa-dewi. Mereka memiliki banyak tempat penyembahan berhala, bahkan bukit-bukit tempat mempersembahkan korban manusia. Supaya kebiasaan buruk mereka tidak menular pada bangsa Israel, semua itu harus dimusnahkan.

Hal senada diungkapkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose. Orang kristiani harus menanggalkan manusia lama dengan kebiasaan buruknya, lalu mengenakan manusia baru (Kolose 3:9,10). Bagaimana mengusir kebiasaan buruk? Gantilah dengan kebiasaan baik. Dan, penanaman kebiasaan baik ini perlu dilakukan serentak oleh segenap anggota keluarga. Yosua berkata, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15).

Adakah kebiasaan buruk yang perlu Anda buang? Gantilah segera dengan kebiasaan baik. Ingatlah: kebiasaan buruk bukan hanya merugikan Anda, melainkan juga merugikan orang-orang yang dekat dengan Anda, karena ia menular -JTI

20 Juli 2008

Jangan Halangi Mereka

Nats : Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka (Lukas 18:16)
Bacaan : Lukas 18:15-17

Di banyak gereja, kerap kali ada kelas untuk anak balita. Hal paling unik di kelas balita adalah tak hanya anak-anak yang hadir di dalam kelas, tetapi orang-orang dewasa juga turut duduk di situ. Bisa ayah atau ibunya, bisa juga nenek, kakek, atau pengasuhnya. Memang kelas menjadi padat karenanya, tetapi tak mungkin para pengantar ini dilarang hadir, karena anak-anak yang masih sangat muda itu tak mungkin berangkat sendiri!

Ketika para murid melarang anak-anak kecil dibawa kepada Yesus (ayat 15), Dia berkata, "... jangan menghalang-halangi mereka" (ayat 16). Kerap kali kita "menyalahkan dan menyayangkan" sikap para murid ini. Namun tanpa sadar, ada juga orangtua kristiani yang "menghalang-halangi" anaknya datang kepada Tuhan. Salah satunya dengan keengganan untuk mengantar dan menunggui anaknya beribadah di gereja. Padahal sebagai anak, keputusan mereka untuk datang ke gereja sangat dipengaruhi keputusan orangtuanya. Jika orangtua sedang merasa sibuk, lelah, atau repot, sehingga lalai mengantar anaknya ke gereja, maka anak-anak pun bisa absen beribadah.

Tak hanya itu, sebagai orangtua kita juga dapat menghalangi anak-anak bertemu Yesus, jika kita tak mendampingi mereka secara pribadi untuk mengenal dan mencintai Yesus; lewat doa bersama di rumah, membacakan Alkitab bagi mereka, berbagi kesaksian tentang pengalaman bersama Tuhan. Terakhir, kita juga menghalangi anak mengenal Yesus bila tutur kata dan laku kita tak mencerminkan pribadi yang mengikut teladan Kristus!

Anak-anak kita membutuhkan Yesus. Jangan menghalang-halangi mereka! -AW

20 September 2008

Ketenangan Sejati

Nats : Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah (Mazmur 62:2-3)
Bacaan : Mazmur 62:1-13

Pada tahun 80-an ada sebuah film berjudul Bodyguard yang dibintangi Kevin Costner dan Whitney Houston. Film ini bercerita tentang Houston sebagai artis yang hidupnya dikelilingi oleh para penggemar fanatik yang ingin mencelakai dirinya. Untuk melindungi diri, ia lalu menggunakan jasa pengawal pribadi, seorang veteran angkatan perang. Dalam film itu ditunjukkan bagaimana peralatan canggih digunakan di seluruh rumah Houston untuk membuatnya bisa tidur tenang.

Setiap orang tentunya ingin hidup tenang. Sebab apalah artinya kita memiliki segala sesuatu, tetapi hidup tidak tenang; selalu gelisah, galau, dan selalu dikejar ketakutan? Sayang orang kerap salah mencari sumber ketenangan. Misalnya, dengan menggantungkan hidup pada bodyguard, senjata, uang, atau jabatan.

Ketenangan yang sejati tidak terletak pada semua itu, tetapi pada kedekatan dengan Tuhan. Sebab Tuhan adalah Pemilik sesungguhnya dari kehidupan ini. Tuhan adalah adalah sumber pengharapan dan perlindungan. Seperti yang disaksikan oleh Daud dalam Mazmur bacaan kita. Daud pernah hidup terlunta-lunta sebagai pelarian ketika dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya, dan ia merasakan betul bagaimana kasih dan kuasa Tuhan melindunginya.

Anda mendambakan ketenangan? Kuncinya: jangan jauh-jauh dari Tuhan. Tidak berarti hidup kita kemudian menjadi lurus dan mulus, juga tidak lantas kita bebas lepas dari segala masalah. Tidak. Masalah dan rintangan bisa tetap ada, tetapi seberapa pun besarnya masalah yang mendera dan rintangan yang menghadang, itu tidak akan merenggut ketenangan kita -AYA



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA