Topik : Prioritas

14 Maret 2003

Kepuasan Sejati

Nats : Mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar (Pengkhotbah 1:8)
Bacaan : Pengkhotbah 2:1-11

Seseorang datang ke biro perjalanan dan berkata bahwa ia ingin pergi berlayar. “Ke mana?” begitu ia ditanya. “Saya tidak tahu,” jawabnya. Lalu petugas biro perjalanan itu menyarankan supaya ia memperhatikan sebentar bola dunia yang besar, yang ada di ruangan itu. Ia melihat- lihat sebentar, kemudian dengan putus asa bertanya, “Apakah hanya ini yang Anda tawarkan?”

Dunia tempat kita hidup berisi banyak hal yang menarik. Terlepas dari hal-hal dosa, kita bisa dan sebaiknya menikmati kesenangan-kesenangan itu. Makanan lezat yang disantap bersama teman-teman sepersekutuan dapat menghangatkan hati kita. Keindahan alam akan menimbulkan inspirasi dan memenuhi benak kita dengan kekaguman. Musik yang indah bisa menyegarkan jiwa kita. Dan pekerjaan dapat membuat kita menjadi manusia yang utuh.

Di dalam dunia yang sudah terkutuk oleh dosa ini, kita bahkan dapat menemukan kegembiraan. Namun mengejar kesenangan-kesenangan seperti itu tidak dapat menimbulkan kepuasan penuh dan abadi. Sebenarnya, orang yang hidup hanya untuk mengejar kepuasan diri, tak peduli betapa pun tinggi prestasi mereka, akan selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Walaupun mereka telah mereguk sumber-sumber kesenangan dunia, rasa haus mereka tidak akan terpuaskan. Karena itu, mereka harus setuju dengan Salomo bahwa “segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 2:17).

Hanya dengan hidup bagi Yesus Kristus, kita akan mendapatkan kepuasan sejati --Richard W. De Haan

25 November 2003

Bepergian Tanpa Beban

Nats : Apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:20)
Bacaan : Lukas 12:13-21

Banyak pelancong membawa barang bawaan yang berlebih sewaktu liburan. Mereka membawa sepatu, pakaian, dan barang lebih dari yang mereka butuhkan. Mereka berpikir, "Lebih baik saya membawa semua yang diperlukan karena nantinya saya tidak dapat pulang lagi untuk mengambilnya." Padahal, beban mereka akan berkurang jika mereka bertanya, "Seberapa banyak barang yang dapat saya tinggal?" Akibatnya, mereka sibuk membawa kopor yang lebih berat daripada semestinya. Sebagian orang bahkan membeli banyak barang baru saat liburan itu sehingga harus meninggalkan sebagian milik mereka sendiri di hotel.

Kita cenderung mengumpulkan terlalu banyak harta dalam perjalanan hidup kita. Kita dibombardir oleh iklan-iklan yang mendorong kita untuk membeli barang-barang yang "tanpanya kita tidak dapat hidup". Akibatnya, kita membeli lebih, dan lebih banyak barang lagi.

Orang kaya dalam perumpamaan Yesus (Lukas 12:13-21) mungkin telah memimpikan semua barang bagus yang dapat diperoleh karena hasil panennya berlimpah. Ia mengatakan akan mendirikan lumbung yang lebih besar, dan menghabiskan waktu untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Namun, Allah berfirman kepadanya, "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ayat 20).

Prinsipnya jelas: jadilah "kaya di hadapan Allah", bukan kaya harta (ayat 21). Di samping itu, Anda harus meninggalkan semua itu jika tiba waktunya untuk pulang ke Rumah yang kekal --Dave Egner

5 Januari 2005

“cukup!”

Nats : Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap (Yakobus 1:11)
Bacaan : Yakobus 1:9-11; 5:1-6

Setelah Bob Ritchie lulus dari univer-sitas, ia kemudian menghabiskan waktu selama dua dasawarsa berikutnya dalam genggaman cinta akan uang serta mengejar kenaikan jabatan. Ia memindahkan istri dan keluarganya sebanyak lima kali demi kariernya, supaya ia dapat menghasilkan lebih banyak uang. Setiap kali pindah, mereka meninggalkan komunitas gereja yang ramah.

Setelah selang beberapa waktu, Bob dan keluarganya menjadi jarang meluangkan waktu untuk gereja. Karena umat Allah menjadi orang asing, maka Tuhan pun menjadi Pribadi yang asing baginya. Ia menjadi orang yang benar-benar kesepian dan terisolasi. Karena merasa tidak puas terhadap hidupnya, ia akhirnya berkata, “Cukup!”

Sekarang Bob memberi kesaksian bahwa Allah telah mengajarkan arti dari kata mengurangi. Ia berhenti mengejar uang, menggunakan lebih sedikit waktu di tempat kerja, mengurangi pengeluaran, serta belajar mencukupkan diri dengan apa yang ia miliki. Keluarganya kini kembali menjadi setia kepada Tuhan dan aktif di gereja.

Dalam suratnya yang singkat dan praktis, Yakobus memperingatkan kita untuk tidak terobsesi menimbun kekayaan (1:9-11; 5:1-6). Apakah kita orang kaya atau miskin, hasrat akan uang dapat secara halus mengambil alih kehidupan kita. Tanpa sadar, beberapa orang percaya telah jatuh ke dalam cengkeramannya dan lenyap di tengah-tengah usaha mereka (1:11).

Apakah Anda perlu mengikuti teladan Bob? Mungkin inilah waktunya untuk berkata, “Cukup!” —Dave Egner

8 Januari 2005

Apa yang Layak Disimpan?

Nats : Seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan (Ibrani 12:16)
Bacaan : Kejadian 25:27-34

Suatu cerita mengisahkan tentang seorang pria yang menyukai buku kuno. Ia bertemu seorang kenalan yang baru saja membuang sebuah Alkitab yang telah sangat lama disimpan di loteng rumah leluhurnya. “Saya tidak dapat membacanya,” temannya menjelaskan. “Seseorang bernama Guten-anu telah mencetaknya.” “Gutenberg ya!” pecinta buku itu berteriak terkejut. “Alkitab itu adalah salah satu buku pertama yang pernah dicetak. Sebuah salinannya baru saja terjual lebih dari dua juta dolar!”

Temannya tidak tertarik. “Alkitab saya tidak akan laku sedolar pun. Seseorang bernama Martin Luther telah mencoret-coret seluruh isinya di Jerman.”

Cerita rekaan ini menunjukkan bagaimana seseorang dapat memperlakukan sesuatu yang sangat berharga seperti barang yang tidak ada harganya. Itulah yang dilakukan Esau. Meskipun ia seorang yang baik, Esau adalah seorang yang “mempunyai nafsu rendah” karena ia menjual hak kesulungannya “untuk sepiring makanan” (Ibrani 12:16). Ketika sudah terlalu terlambat untuk membatalkan transaksi yang buruk itu, ia baru betul-betul sadar bahwa ternyata ia telah mengorbankan sesuatu yang kekal di altar ketergesaan.

Kita sebaiknya berhati-hati dengan “transaksi” yang kita buat dalam hidup. Kebudayaan kita menempatkan hal yang tidak berharga di tempat utama, dan membuang hal yang kekal sama seperti hal yang tak berharga.

Mintalah Tuhan untuk menolong Anda membedakan apa yang berharga untuk disimpan dan apa yang sebaiknya dibuang —Haddon Robinson

8 Maret 2005

Tanggalkan Beban

Nats : Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita (Ibrani 12:1)
Bacaan : Ibrani 11:30-12:1

Pasukan Alexander Agung sedang bergerak maju menuju Persia. Dalam suatu keadaan yang gawat, pasukan Alexander Agung tampaknya akan kalah. Para tentaranya telah menjarah begitu banyak barang dari pertempuran sebelumnya sehingga barang jarahan itu membebani mereka dan mereka kehilangan efektivitas dalam berperang.

Alexander memerintahkan agar semua barang rampasan mereka ditumpuk lalu dibakar. Para prajurit mengeluh, tetapi mereka segera menyadari kebijakan perintah tersebut. Dituliskan bahwa, "Seolah-olah mereka telah diberi sayap—mereka berjalan dengan ringan kembali." Kemenangan pun diraih.

Sebagai tentara Kristus, kita perlu melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghalangi dalam peperangan dengan musuh rohani kita. Agar dapat berperang secara efektif, kita perlu diperlengkapi dengan senjata Allah (Efesus 6:11-17).

Alkitab juga mengumpamakan orang kristiani sebagai pelari. Agar dapat memenangkan lomba, kita perlu "menanggalkan semua beban" yang dapat melemahkan dan merampas kekuatan serta ketahanan kita (Ibrani 12:1). Beban tersebut dapat berupa keinginan kuat untuk memiliki banyak barang, cinta akan uang, pengejaran kesenangan, perbudakan oleh hasrat yang penuh dosa, atau legalisme yang membebani.

Ya, jika kita memang ingin bertarung dalam peperangan iman yang baik serta berlari dalam perlombaan rohani dengan ketahanan, maka kata-kata peringatannya adalah: Tanggalkan semua beban! —RWD

8 Mei 2005

Main Sulap

Nats : Maria . . . duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani (Lukas 10:39,40)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Di North Carolina ada seorang ibu yang—sungguh-sungguh—menjadi pesulap. Dan memang sebenarnya, seluruh keluarganya dapat melakukan pertunjukan melemparkan peralatan rumah tangga secara bersamaan ke udara dan kemudian menangkapnya. Bayangkan betapa hebohnya pesta makan malam mereka!

Pada masa kini banyak wanita yang juga menjadi "pesulap", entah menjalankan bisnis atau menjadi ibu rumah tangga biasa. Tugas menyele-saikan pekerjaan rumah tangga harian biasanya jatuh ke tangan wanita, khususnya para ibu. Wanita pada abad 21 memiliki banyak hal untuk dikerjakan pada waktu yang bersamaan—mulai dari mengurus panci penggorengan dan kereta anak sampai memenuhi janji dan pembayaran hipotek. Semua ini dapat benar-benar menghabiskan waktu.

Masyarakat menghargai orang yang dapat memenuhi jadwal yang padat dan menyelesaikan semuanya. Jadi, wanita yang hanya duduk di "kaki Yesus" (Lukas 10:39,40) kadang-kadang dianggap tidak produktif. Tetapi Yesus memuji Maria karena ia telah meluangkan waktu bersama-Nya (ayat 42). Tentu saja masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Akan tetapi Maria telah memilih yang terbaik.

Kaum lelaki dapat membantu wanita untuk meluangkan waktu bersama Yesus dengan ikut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan kaum perempuan, berhentilah melakukan "sulapan" harian supaya memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan —DB

20 Mei 2005

Uang Itu Penting

Nats : Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain (Lukas 16:13)
Bacaan : Lukas 16:1-13

Godfrey Davis, yang menulis biografi Duke Wellington, berkata demikian, "Saya menemukan sebuah catatan pembukuan tua yang menunjukkan bagaimana Duke membelanjakan uangnya. Catatan itu menjadi petunjuk yang jauh lebih baik mengenai apa yang dianggapnya benar-benar penting daripada membaca surat-surat ataupun pidato-pidatonya."

Bagaimana kita menangani uang banyak akan menunjukkan apa yang kita anggap penting dalam hidup ini. Karena itulah, Yesus berbicara mengenai uang. Seperenam isi Injil, termasuk satu dari setiap tiga perumpamaan, menyinggung tentang masalah pengurusan uang. Yesus memang bukan pengumpul dana. Dia membicarakan masalah uang karena uang adalah hal yang penting. Namun bagi beberapa orang di antara kita, uang sangat-sangat penting.

Yesus mengingatkan bahwa kita dapat menjadi budak uang. Kita mungkin tidak berpikir bahwa uang lebih penting daripada Allah. Tetapi Yesus tidak mengatakan kita harus melayani Allah lebih daripada uang. Masalahnya bukan mana yang mendapat prioritas pertama dalam hidup kita, tetapi apakah kita menjadi hamba uang, betapapun kecil prioritasnya. Pendeta sekaligus penulis George Buttrick mengatakan, "Dari semua perkara yang dapat dipilih oleh jiwa, akhirnya hanya ada dua pilihan—Allah dan uang. Semua pilihan, betapa pun kecil, betapa pun tersembunyi alternatifnya, hanyalah varian dari pilihan ini."

Apakah buku cek Anda menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuan bagi hidup Anda? —HWR

5 Juli 2005

Makan di Dasbor

Nats : Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3:20)
Bacaan : Wahyu 3:14-22

Istilah makan di dasbor muncul de-ngan maraknya praktik makan saat berkendara untuk menghemat waktu. Makanan yang populer di jalan adalah yoghurt dalam tabung tekan, sup dalam wadah panas-dan-isap, dan kue berukuran kecil yang muat pada tempat cangkir di mobil. Seorang analis produk konsumen di AS menyatakan bahwa keinginan masyarakat akan jenis makanan yang dapat segera dan mudah disantap ketika di jalan semakin meningkat. Di beberapa kebudayaan, makan dengan santai di meja makan menjadi hal yang langka.

Mental makan-dan-cepat pergi dapat menyerbu pikiran rohani kita. Apakah kita mengesampingkan persekutuan sehari-hari yang tak terburu-buru dengan Yesus? Apakah sewaktu membaca Alkitab dan berdoa, kita melakukannya dengan terburu-buru atau santai?

Kristus yang bangkit berkata pada jemaat Laodikia yang suamsuam kuku, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3:20). Ketika kita membuka hati dengan pasrah kepada Allah, Dia menjanjikan makan besar, bukan sekadar kudapan. Tawaran-Nya untuk makan bersama kita mengandung janji bahwa kita akan menikmati makanan bergizi dan bercakap-cakap dengan santai, bukan sekadar sapaan halo dan selamat tinggal yang buru-buru.

Ketika budaya modern memuja efisiensi dan kecepatan, Allah mengundang kita untuk mengurangi kecepatan dan duduk menikmati pesta persekutuan rohani dengan-Nya DCM

24 Agustus 2005

Panggilan Utama Kita

Nats : Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku (Keluaran 19:4)
Bacaan : Keluaran 19:1-8

Di dunia yang mengedepankan kinerja, umat kristiani kerap beranggapan bahwa panggilan utama Allah atas hidup mereka adalah bekerja bagi-Nya. Namun bekerja bagi Kristus harus diletakkan setelah pengabdian kita kepada-Nya. Oswald Chambers pernah mengingatkan, Pesaing terbesar dari pengabdian kepada Yesus adalah pelayanan bagi Dia.

Saya menghadapi pesaing terselubung ini tak lama setelah Tuhan memimpin keluarga kami memulai pelayanan bagi para pecandu jalanan. Kami mengasihi anak-anak muda yang sedang mencari jati diri ini, dan saya mengabdikan seluruh perhatian dan tenaga saya untuk menolong mereka mengalami kuasa Kristus yang menyelamatkan.

Tetapi kemudian Derek, salah satu dari mereka, kabur ke London dan mengonsumsi obat-obatan lagi. Kehilangan ini mengejutkan saya sehingga saya sadar telah begitu asyik dalam pekerjaan kami sehingga pengabdian saya kepada Yesus telah kehilangan nilai penting. Allah menggunakan kesedihan saya sebagai sayap rajawali yang mengangkat saya dari aktivitas yang mementingkan pekerjaan untuk kembali pada kasih saya mula-mula, yaitu Yesus!

Allah melakukan hal yang sama bagi bangsa Israel pada zaman Musa. Dia membebaskan orang-orang Ibrani dari tuan yang kejam dan membawa mereka di atas sayap rajawali untuk kembali kepada-Nya (Keluaran 19:4).

Puji Tuhan, tak lama kemudian Derek kembali. Saya pun telah memperoleh pelajaran penting bagi semua pengikut Yesus. Pekerjaan yang diberikan Allah jangan sampai bersaing dengan panggilan utama kita, yaitu pengabdian kepada Kristus JEY

10 Oktober 2005

Iman dan Kekayaan

Nats : . . . agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Efesus 1:18)
Bacaan : Efesus 1

Apakah Anda ingin menjadi orang yang kaya? Apakah Anda pikir iman Anda akan membuat Anda menjadi orang kaya? Kekayaan macam apa yang sebenarnya tengah Anda cari?

Ada berita baik sekaligus berita buruk yang patut Anda ketahui jika Anda menginginkan kekayaan. Berita baiknya adalah bahwa firman Allah memang menjanjikan kekayaan kepada orang yang beriman. Sedangkan berita “buruk”nya adalah bahwa kekayaan itu tidak ada kaitannya dengan uang.

Berikut ini adalah contoh beberapa kekayaan yang dapat kita miliki sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

• Pemahaman akan Allah Bapa dan Putra, “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kolose 2:2,3).

• Kristus, “pengharapan akan kemuliaan,” yang tinggal di dalam kita (Kolose 1:27).

• Kekuatan batin yang luar biasa, “oleh Roh-Nya” (Efesus 3:16).

• Terpenuhinya segala keperluan kita oleh Allah (Filipi 4:19).

• “Hikmat dan pengetahuan Allah” (Roma 11:33).

• “Oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa.” Penebusan itu datang dari kasih karunia Allah (Efesus 1:7).

Ya, firman Allah memang menjanjikan kekayaan besar bagi kita. Kekayaan itu adalah harta yang tidak bisa kita beli dengan uang sebanyak apa pun. Itulah kekayaan yang seharusnya kita cari, nikmati, dan gunakan untuk memuliakan sumbernya, yaitu Bapa surgawi kita -JDB

31 Maret 2006

"clocky"

Nats : Ya Tuhan, beri tahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku (Mazmur 39:5)
Bacaan : Mazmur 39

Seorang mahasiswa lulusan Massachusetts Institute of Technology telah membantu memecahkan masalah tidur terlalu lama. Gauri Nanda dari jurusan desain industri yang berusia 26 tahun, membuat "Clocky", sebuah jam alarm yang dibungkus busa dan diberi roda yang membuat jam itu dapat berlari dan bersembunyi sebelum dering alarmnya sempat dimatikan. Sebuah papan sirkuit memberi perintah pada motor-motor kecil untuk bergerak secara acak, sehingga jam itu akan berhenti di tempat yang berbeda setiap hari. Untuk mematikannya, Anda harus turun dari tempat tidur dan mencari jam itu.

Kita sering mengatakan bahwa "waktu cepat berlalu", tetapi orang bijak membuktikan bahwa "waktu itu tetap; kitalah yang berubah". Entah kita cepat bangun atau masih tidur di tempat tidur, kita akan terus dikendalikan oleh kekuatan misterius yang bernama waktu.

Setiap hari, kesadaran yang baru tentang singkatnya hidup dapat mendorong kepercayaan kita kepada Allah. Sang pemazmur menulis, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! .... Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! .... Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap" (Mazmur 39:5,6,8).

Apa yang perlu kita selesaikan hari ini? Mungkin kita perlu memulai tugas penting, mengerjakan hal-hal yang lazim, atau bekerja untuk memperbarui hubungan yang berarti sebelum kita tidur dan dibangunkan kembali.

Hidup itu singkat, tetapi Allah kita kuat --DCM

21 April 2006

Tidak Cukup

Nats : Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (Lukas 9:25)
Bacaan : Pengkhotbah 2:1-16

Penulis kitab Pengkhotbah mengata-kan bahwa kesenangan, harta benda, dan bahkan pengetahuan yang hebat tidak membawa kepuasan abadi. Perkataan Yesus bahkan melebihi itu. Dia berkata bahwa seseorang yang memiliki segalanya di bumi ini, tetapi tidak siap menyongsong kekekalan adalah orang yang mati rohani. Kita semua membutuhkan lebih dari sekadar kesenangan, uang, dan ketenaran.

Merenungkan hal ini membuat saya teringat pada beberapa orang terkenal yang bunuh diri. Salah satunya adalah seorang bintang bisbol, beberapa adalah pekerja di dunia hiburan, dan dua lainnya adalah pewaris harta kekayaan yang besar. Saya juga teringat pada seorang cendekiawan yang sangat dihormati dan istrinya yang bersama-sama meminum obat-obatan dengan dosis mematikan tatkala mereka mengetahui bahwa sang istri mengidap kanker stadium akhir. Orang-orang ini gagal menemukan makna hidup mereka.

Karena kita diciptakan segambar dengan Allah, kehidupan kita memiliki makna, baik sekarang maupun kelak dalam kekekalan. Allah menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya dan menempatkan kita di dunia ini untuk menghormati-Nya. Kita mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk merenungkan tentang Dia dan kekekalan.

Percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa kita dan bangkit akan memenuhi kebutuhan kita akan makna kehidupan. Keselamatan memberi jaminan bahwa kita telah diampuni. Kita memiliki tujuan kekal dan pengharapan surgawi. Ini cukup untuk membawa kedamaian dan sukacita yang mendalam bagi kehidupan kita. Sudahkah Anda mendapati hal ini terjadi dalam hidup Anda? --HVL

2 September 2006

Dahulukan yang Utama

Nats : Hikmat adalah hal yang utama; karena itu perolehlah hikmat (Amsal 4:7, versi King James)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Selama Perang Dunia II, saya bertugas sebagai ahli bedah tulang di sebuah rumah sakit Inggris. Suatu hari, ketika kami sedang bersih-bersih setelah membalutkan gips di lengan yang retak pada seorang pasien, saya memerhatikan beberapa rekan kerja yang hanya bercanda dan tidak membantu. Tanpa ragu-ragu saya menunjukkan bahwa saya kurang menyukai hal seperti itu.

Kejadian di atas menjadi alasan mengapa saya biasanya mengucapkan pembelaan terhadap Marta saat menyampaikan khotbah berdasarkan Lukas 10:38-42. Anda tentu ingat bahwa ia "sibuk sekali melayani" (ayat 40), sementara Maria, saudara perempuannya, tidak melakukan apa-apa selain mendengarkan Yesus.

Saya dapat dengan mudah memahami cara pandang Marta. Dalam Amsal, lebih dari satu lusin ayat menegur para pemalas. Dan, ketika beberapa orang kristiani pada abad pertama tidak mau bekerja dan mulai menumpang makan pada orang lain, Paulus menetapkan aturan ini, "Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2Tesalonika 3:10).

Namun, pendekatan kita terhadap pekerjaan harus seimbang. Amsal 4:7 mengatakan, "Hikmat adalah hal yang utama" (Alkitab versi King James). Marta sebenarnya bisa saja berkata, "Maria, makan malam bisa ditunda. Kini aku akan bergabung denganmu mendengarkan Yesus sebelum mulai bekerja di dapur."

Pekerjaan memang hal yang penting. Akan tetapi, kita jangan terlalu terobsesi sehingga menyingkirkan penyembahan dan ajaran rohani.

Bekerja keraslah, tetapi dahulukan yang utama -HVL

3 Januari 2007

Perspektif Kekal

Nats : Pikirkanlah hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi (Kolose 3:2)
Bacaan : Kolose 3:1-7

Dalam film Gladiator, Jenderal Maximus Decimus Meridius berusaha mengobarkan semangat pasukan berkudanya agar bertarung dengan baik dalam pertempuran melawan orang-orang Germania yang akan segera berlangsung. Ia berpidato di depan pasukannya dan menantang mereka untuk memberikan yang terbaik. Ia melontarkan pernyataan yang mendalam, "Yang kita lakukan dalam hidup ini berlanjut pada kekekalan."

Kata-kata pemimpin militer dalam cerita fiktif itu mengandung konsep kuat yang memiliki arti khusus bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kita tidak hanya menempati waktu dan ruang di atas sebuah batu yang mengapung di alam semesta. Kita hadir di sini dengan memiliki kesempatan untuk membuat perbedaan kekal dengan hidup kita.

Yesus sendiri berkata, "Kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusaknya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya" (Matius 6:20). Dengan memiliki perspektif hidup untuk kekekalan, maka kita dapat membuat perbedaan di dunia ini.

Bagaimanakah kita dapat memikirkan "hal-hal yang di atas"? (Kolose 3:2). Cara yang baik untuk memulai adalah dengan menemukan nilai-nilai dari Allah kita yang kekal. Di sepanjang halaman Alkitab, Dia mengingatkan kita bahwa Dia lebih menghargai orang-orang daripada harta benda, dan lebih menghargai karakter daripada prestasi kita. Semua itu adalah kebenaran yang bertahan selamanya. Dengan menganut hal-hal tersebut kita akan memiliki perspektif kekal dalam hidup sehari-hari --WEC

5 Juli 2007

Memotong Rumput

Nats : Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia (Lukas 10:42)
Bacaan : Lukas 10:38-42

Walikota sebuah kota kecil di Kentucky memutuskan untuk berhenti memotong rumput di halaman rumahnya pada tahun 2005. Lalu, ia memasang sebuah papan di rumahnya yang bertuliskan: "Ada hal-hal yang lebih penting dalam hidup ini daripada rumput yang tinggi."

Walikota tersebut berkata bahwa ia mempunyai beberapa alasan untuk tidak memotong rumput yang sudah tinggi. Salah satunya ialah kematian istrinya karena kanker. Kehilangan itu membuatnya merenungkan kembali prioritas-prioritas dalam hidup. Kini ia senang menikmati suasana santai di sore hari dan mengamati bunga-bunga liar, juga tupai-tupai dan burung-burung yang sekarang datang ke pekarangannya. Seorang anggota dewan kota berkata, "Jika maunya begitu, biarlah. Saya bahkan mulai merasa bahwa ia mungkin benar. Ada hal-hal lain yang lebih penting daripada memotong rumput."

Walikota itu memberi kita wawasan tentang prioritas. Apa yang kita lakukan dengan waktu yang kita miliki menunjukkan apa yang kita anggap penting dalam hidup. Bacaan Alkitab hari ini menceritakan bagaimana perhatian Marta tersita karena "sibuk sekali melayani" (Lukas 10:40). Sebaliknya, Maria meluangkan waktu untuk "duduk dekat kaki Tuhan" dan mendengarkan ajaran-Nya (ayat 39). Mungkin Maria sadar bahwa ia tidak akan memiliki banyak kesempatan lagi untuk belajar dari Yesus.

Kadang-kadang tanggung jawab seperti mencuci piring, memotong rumput, atau bekerja lembur untuk sebuah proyek perlu ditunda dulu agar kita dapat menyediakan waktu bersama Tuhan, keluarga, atau sahabat. Hal-hal ini bisa jauh lebih penting --AMC

8 Maret 2008

Terpeleset Kulit Jeruk

Nats : Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya (1Samuel 17:42)
Bacaan : 1Samuel 17:40-58

Pada tahun 1911, Bobby Leach, seorang stuntman, terjun di air terjun Niagara dalam sebuah tong baja yang dirancang khusus. Ia selamat dan hanya mengalami cedera ringan. Kisah keberaniannya menjadi buah bibir di mana-mana. Beberapa tahun kemudian, Bobby Leach diberitakan meninggal dunia di New Zealand. Penyebabnya "sederhana". Saat berjalan kaki di New Zealand, ia terpeleset kulit jeruk. Jatuh. Patah kaki parah. Akhirnya meninggal karena komplikasi.

Kita bisa saja sanggup menghadapi bahaya besar, tetapi justru kalah dengan tantangan kecil. Kita siap berhadapan dengan masalah besar, tetapi malah kelimpungan ketika berhadapan dengan masalah sepele. Kita bisa tegar menahan gempuran "air terjun Niagara", tetapi tidak berdaya karena "kulit jeruk". Begitulah risiko kalau kita lalai, menganggap remeh, atau merasa hebat.

Itu juga yang terjadi pada Goliat ketika menghadapi Daud. Ia menganggap remeh "anak kecil" yang kemerahan dan elok parasnya itu (ayat 43). Merasa "besar" dan sanggup "menanganinya" dengan mudah. Namun, sejarah mencatat akhir tragis dari sang pendekar kebanggaan bangsa Filistin itu. Sebetulnya Goliat telah kalah sebelum batu umban Daud menghantamnya, yaitu saat ia lengah dan meremehkan lawannya.

Jadi, selalu waspada itu penting; dalam setiap keadaan dan kesempatan. Jangan sampai kita lengah. Jangan mudah menggampangkan sesuatu. Jangan menyepelekan tantangan sekecil apa pun. Kelengahan adalah awal dari kejatuhan. Ingat, bahkan kulit jeruk pun bisa menewaskan seorang Bobby Leach -AYA

3 September 2008

Bukan Bahan Gosip

Nats : Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yohanes 8:7)
Bacaan : Yohanes 8:1-11

Dalam buku Connecting, Larry Crabb menceritakan kisah berikut. Dalam sebuah acara retret bagi kaum muda bermasalah, seorang gadis berdiri untuk menuturkan pergumulannya. Dengan bibir bergetar dan air mata meleleh membasahi pipi, ia mengaku, "Saya telah menjadi pelacur selama tiga tahun terakhir ini. Saya sangat menyesal."

Saat gadis itu masih berdiri dengan gamang, ayahnya berjalan menghampiri, lalu memeluknya dan berkata, "Saat aku melihatmu, aku tidak melihat seorang pelacur di dalam dirimu. Kamu sudah dibasuh oleh darah Kristus. Kini aku melihat putriku yang cantik."

Kisah ini bukan hanya kisah keluarga yang menyentuh, melainkan juga memuat pelajaran yang patut diterapkan dalam kehidupan bergereja, khususnya saat menyikapi anggota jemaat bermasalah. Bagaimana tanggapan kita bila tahu ada saudara seiman yang jatuh ke dalam dosa? Tak jarang kejadian itu malah menjadi ajang penghakiman dan bahan gosip.

Tanggapan itu sangat ganjil kalau kita menyadari bahwa gereja adalah keluarga Allah. Orang yang jatuh ke dalam dosa bukan penyakit yang perlu disingkiri, melainkan saudara yang harus diperhatikan dan ditolong. Seperti ayah gadis tadi, kita dapat belajar untuk tidak berfokus pada kesalahan yang diperbuat, tetapi pada realitas kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus dan pemulihan yang tersedia di dalam anugerah-Nya. Sikap semacam ini mengandung daya pemulihan yang manjur untuk membangkitkan kembali mereka yang jatuh. Itulah yang dilakukan Yesus terhadap perempuan -ARS



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA