Topik : Persekutuan

16 Februari 2003

Keteladanan Belalang

Nats : Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (Ibrani 10:24)
Bacaan : Ibrani 10:19-25

Seekor belalang yang melompat melintasi ladang tampak tak ada artinya. Namun ketika ia bergabung dengan belalang-belalang lain, sekawanan belalang itu akan segera melahap semua tanaman yang mereka lewati.

Belalang menunjukkan kekuatan kerja sama demi kepentingan bersama. Apa yang tidak dapat mereka lakukan sendiri, dapat diselesaikan bersama- sama. Dalam kitab Amsal di Perjanjian Lama, Agur, seorang yang berhikmat berkata, "Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur" (30:27).

Kita dapat memetik pelajaran dari makhluk kecil ini. Para pengikut Kristus yang bekerja dan berdoa bersama-sama akan dapat membuat kemajuan yang jauh lebih besar bagi Dia daripada jika masing-masing berusaha sendiri. Pada saat orang-orang kristiani bersatu untuk melayani Tuhan, mereka dapat menjadi kekuatan yang luar biasa bagi Allah dalam memenuhi kehendak-Nya bagi gereja.

Meskipun Perjanjian Baru mendorong kita untuk memiliki iman secara pribadi dalam Yesus Kristus, tetapi tak sedikit pun disinggung tentang iman yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita membutuhkan saudara seiman lain, dan saudara kita pun membutuhkan kita (Ibrani 10:24,25).

Marilah kita bersukacita dan ikut serta dalam membangun kekuatan dan persekutuan dalam satu tubuh Kristus. Gereja yang efektif akan mengikuti keteladanan yang ditunjukkan oleh belalang, yakni kerja sama dan kesatuan kita dalam Roh Kudus --Haddon Robinson

18 Maret 2004

Kawan yang Mendengarkan

Nats : Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu (Ayub 13:5)
Bacaan : Ayub 13:1-9

Saat itu kira-kira pukul sembilan malam. Saya dan Ginny, istri saya, sedang duduk-duduk di ruang keluarga kami. Saya sedang asyik membaca buku ketika tiba-tiba Ginny berkata, “Sayang, aku mau bicara denganmu sebentar.” Ginny pun mulai berbicara, tetapi kemudian mendadak ia bertanya, “Apakah kau mendengarkan aku?”

Saya tergoda untuk menyahut, “Tentu saja. Aku kan cuma berjarak setengah meter darimu.” Padahal pikiran saya saat itu terpancang pada buku yang sedang saya baca. Saya harus menutup buku itu dan memberikan perhatian sepenuhnya pada apa yang dikatakan Ginny. Ia layak mendapatkan perhatian dari saya.

Ayub juga frustrasi karena teman-temannya tidak memerhatikan apa yang ia katakan kepada mereka. Ia merasa bahwa saat ia berbicara, teman-temannya malah memikirkan respons selanjutnya. Mereka berusaha keras meyakinkan Ayub bahwa penderitaan yang dialaminya merupakan hukuman atas dosa-dosa yang pernah ia lakukan selama hidup. Mereka tidak mendengarkan jeritan hati Ayub yang terdalam.

Banyak dari kita bukan pendengar yang baik. Banyak remaja frustrasi karena orangtua mereka selalu memberikan jawaban-jawaban langsung, padahal yang mereka inginkan hanyalah seseorang yang mau mendengarkan pergumulan mereka dan menerima mereka. Seorang remaja berkata, “Kadang kala saya baru mau bicara kalau saya tahu pasti apa yang ingin saya bicarakan.”

Hubungan yang mendalam dibangun melalui penerimaan, pengertian, dan kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik —Herb Vander Lugt

3 Mei 2004

Kekuatan Dua Orang

Nats : Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri (1 Samuel 20:17)
Bacaan : 1 Samuel 20:12-17,41,42

Dalam novel karangan G.K. Chesterton yang berjudul The Man Who Was Thursday, seorang polisi agen rahasia menyelundup ke dalam kelompok pemberontak yang ingin mengacaukan dunia. Ia diselimuti ketakutan yang luar biasa, sampai akhirnya ia menemukan seorang sekutu di dalam kelompok itu.

Chesterton menuliskan perasaan sang polisi ketika menemukan seorang teman: “Dalam semua pencobaan ini, akar ketakutannya adalah kesendirian. Tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa besarnya perbedaan antara sendirian dan memiliki seorang teman. Para ahli matematika mengatakan bahwa empat orang adalah dua orang ditambah dua orang. Namun bila kita mendapatkan seorang teman, kita bukan sekadar dua orang yang bersatu, melainkan bagaikan kesatuan dua ribu orang.”

Ketika Daud dikejar-kejar oleh Raja Saul yang cemburu dan kehilangan akal sehat, ia memiliki seorang teman yang mau mengambil risiko besar untuk mendampinginya. Yonatan, putra tunggal Saul, menyatakan kesetiaannya kepada Daud dan memberitahukan niat sang ayah untuk membunuhnya (1 Samuel 20:31-42). Lalu, saat Saul mengejar Daud ke padang gurun, “bersiaplah Yonatan ... lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah” (23:16).

Betapa indahnya hadiah yang kita berikan saat kita dengan setia mendampingi seorang teman yang membutuhkan dukungan! Ada semangat dan kekuatan yang luar biasa saat dua orang bersatu di dalam hidup ini. Tangan siapa yang dapat Anda kuatkan hari ini dengan menjadi teman baginya? —David McCasland

13 Juni 2004

Kita Saling Membutuhkan

Nats : Menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab (Lukas 4:16)
Bacaan : Ibrani 10:19-25

Jika jajak pendapat yang baru-baru ini diadakan dapat dipercayai, terjadi lonjakan kerohanian ala petualang di Amerika Serikat. Banyak orang tidak pergi ke gereja. Kepercayaan terhadap Alkitab dilupakan. Semakin banyak orang Amerika mencari pemahaman sendiri, melakukan pencarian di internet, dan melakukan berbagai kegiatan di luar rumah untuk mendapatkan peningkatan kerohanian yang dulu mereka cari di ruang ibadah di gereja.

Betapa berbedanya dengan Yesus! Dia menjadikan ibadah di bait Allah sebagai suatu kebiasaan-Nya yang teratur (Lukas 4:16). Tetapi sekarang, orang tidak lagi meneladani-Nya. Mereka merasa nyaman dengan apa yang secara sembarangan mereka sebut sebagai “kerohanian” dan mencoba untuk memelihara jiwa mereka tanpa tradisi abadi jemaat seperti pujian, doa, pengajaran alkitab, dan persekutuan yang membangun.

Berkumpul bersama dengan pengunjung kebaktian lain secara teratur adalah suatu sumber peningkatan kerohanian yang memberikan penghiburan, inspirasi, dan kekuatan emosional. Alkitab menganjurkan kita supaya tidak menjauhi “pertemuan-pertemuan ibadah kita” (Ibrani 10:25).

Tentu saja kita tetap harus mempunyai waktu ibadah pribadi yang teratur. Demikian juga kita membutuhkan berkat dari persekutuan dengan orang-orang percaya lain dalam ibadah dan persekutuan. Kita perlu meluangkan waktu bersama “supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (ayat 24). Kita perlu membuat ibadah bersama menjadi kebiasaan kita. Kita memang saling membutuhkan —Vernon Grounds

19 Juli 2004

Ikatan Keluarga

Nats : Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan (Efesus 2:21)
Bacaan : Efesus 2:11-22

Seorang pria tua yang mengunjungi sebuah galeri seni sangat terkesan melihat sebuah lukisan yang menggambarkan Kristus di atas salib. Lukisan itu begitu nyata dalam menggambarkan penderitaan Juruselamat, sehingga hatinya dipenuhi ucapan syukur atas harga mahal yang telah dibayar Tuhan Yesus untuk menebusnya. Dengan air mata berlinang di pipinya, ia berseru, “Pujilah Dia! Saya mengasihi-Nya! Saya mengasihi-Nya!”

Para pengunjung lain yang berdiri di dekatnya merasa heran mendengar perkataan pria itu. Seseorang dari mereka maju dan mengamati lukisan itu. Ia pun segera merasakan perasaan yang mendalam terpancar dari dalam hatinya. Sambil menoleh ke arah pria tua itu, ia menjabat erat tangannya dan berkata, “Saya juga! Saya juga mengasihi-Nya!” Adegan itu terulang ketika pria ketiga dan keempat melintas, menatap lukisan itu, dan berseru, “Saya juga mengasihi-Nya!” Walaupun pria-pria ini berasal dari gereja yang berbeda, mereka merasakan ikatan yang sama karena iman mereka di dalam Kristus.

Sebagai orang percaya, kita memerlukan kesadaran akan kesatuan rohani kita dengan orang kristiani lainnya. Kita perlu berpusat pada dasar yang kita setujui, seperti kasih kita kepada Juruselamat yang telah mati untuk kita, daripada bertengkar seputar pokok persoalan yang kurang berguna.

Dengan mengabaikan perbedaan pendapat, kita sebagai orang percaya yang telah dibayar dengan tebusan darah seharusnya mengakui bahwa kita mempunyai satu ikatan keluarga yang kuat di dalam Kristus —Richard De Haan

18 Agustus 2004

Mengenal Keluarga "tate"

Nats : Mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau" (1Korintus 12:21)
Bacaan : 1Korintus 12:12-27

Kerja sama sangat penting dalam bisnis dan industri. Untuk menekankan hal ini, Co-op Magazine memuat tulisan berikut: "Anda telah sering mendengar tentang keluarga 'Tate'. Mereka ada pada setiap organisasi. Ada Dick Tate [Mendikte] yang ingin mengatur segalanya. Ro Tate [Memutar] ingin mengubah segala sesuatu. Agi Tate [Mengguncang] menciptakan masalah setiap ada kesempatan, dan Irri Tate [Mengganggu] selalu membantunya.

"Ketika gagasan baru ditawarkan, Hesi Tate [Meragukan] dan Vegi Tate [Kepasifan] membuat hati menjadi tawar. Imi Tate [Meniru] berusaha meniru setiap orang, Devas Tate [Merusak] senang merusak, dan Poten Tate [Penguasa] ingin menguasai. Namun Facili Tate [Memperlancar], Cogi Tate [Memikirkan], dan Medi Tate [Merenungkan] selalu menyelamatkan keadaan, dan berhasil menggerakkan semuanya untuk bekerja sama."

Bekerja seorang diri takkan memberikan banyak hasil. Namun, kebenaran ini tak pernah dapat diterapkan dan terpenuhi dengan baik selain dalam tubuh Kristus. Kitab Suci mengajarkan bahwa karena rencana Allah, semua yang di dalam Kristus telah dibuat saling bergantung. Kita mengira dapat mengandalkan diri sendiri, tetapi ternyata tidak. Kita tidak dapat memenuhi panggilan tertinggi kita sebagai anggota tubuh Kristus bila kita tidak menyadari bahwa kita semua memiliki peran penting untuk dimainkan. Kita adalah keluarga. Kita saling membutuhkan.

Tuhan, tolonglah kami untuk mengatasi keangkuhan kami. Ajar kami untuk bekerja sama, bagi kebaikan kami sendiri dan bagi Engkau --Mart De Haan

26 Agustus 2004

Sahabat Setia

Nats : Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17)
Bacaan : 2Timotius 1:15-18

Salah seorang kerabat saya terkena stroke, sehingga ia memerlukan bantuan untuk berjalan. Ia juga tidak bisa mengingat kejadian-kejadian yang baru saja dialaminya. Suatu hari, istri saya Ginny menyarankan agar kami mengajaknya keluar untuk makan malam. Saya ragu apakah itu perlu, karena setelah itu ia tidak akan mengingat apa yang telah kami lakukan. Ginny berkata, "Ketika kita bersamanya, ia akan tahu bahwa kita mengasihinya." Benar sekali!

Kita semua ingin mengetahui bahwa kita dikasihi. Saya teringat jawaban dari seorang jompo berusia 90 tahun yang tidak pernah ke luar rumah, ketika saya menanyakan kabar cucu-cucunya. Ia berkata, "Tidak tahu. Saya tidak pernah melihat mereka."

Rasul Paulus terkunci di dalam penjara bawah tanah yang lembab di Roma, menanti hukuman mati. Ia merasa menderita karena teman-temannya telah meninggalkannya. Namun, ia sangat bersyukur karena persahabatannya dengan Onesiforus!

Orang ini meninggalkan keluarga dan pelayanannya yang aktif di Efesus untuk menemani Paulus. Ketika tiba di Roma, dengan cermat ia mencari tempat Paulus dipenjarakan (2 Timotius 1:17). Dan ia dengan berani mengunjungi Paulus berkali-kali. Tentang Onesiforus Paulus berkata, "[Ia] berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara" (ayat 16).

Ingatlah, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu", khususnya di waktu kesukaran (Amsal 17:17). Seperti Onesiforus, marilah kita berkomitmen untuk setia kepada sahabat-sahabat kita --Herb Vander Lugt

3 September 2004

Keramahan Palsu

Nats : Seseorang yang memiliki sahabat harus menunjukkan sikap yang ramah (Amsal 18:24, versi King James)
Bacaan : Yohanes 15:9-17

Baru-baru ini, saya menerima telepon dari wanita bersuara ramah yang mengatakan bahwa ia ingin membuat hidup saya jadi lebih mudah. Ia memanggil dengan nama depan saya dan dengan hangat menanyakan kabar saya hari itu. Kemudian ia memberi tahu bahwa ia dapat menolong saya menghemat ribuan dolar dalam setahun jika saya mau mempertimbangkan ulang pembiayaan rumah saya dengan perusahaan hipotek rumah tertentu. Tetapi begitu ia tahu bahwa saya tidak tertarik, keramahannya memudar.

Keramahan yang tidak tulus seperti itu acap kali merupakan sikap yang dianggap benar dan dipakai orang untuk menarik perhatian orang lain atau untuk mendapatkan sesuatu dari mereka.

Alangkah kontrasnya sikap yang mementingkan diri sendiri seperti itu dengan persahabatan sejati yang Yesus tunjukkan kepada kita. Dia berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13). Lalu Dia menunjukkan kasih yang rela mengurbankan diri, dengan mati di kayu salib untuk mengampuni dosa-dosa kita.

Apabila kita meyakini Yesus sebagai Juruselamat dan belajar menaati-Nya, kita akan mengalami persahabatan erat yang memberikan kesungguhan dan ketulusan pada keramahan yang kita tunjukkan kepada sesama.

Tuhan, tolonglah kami untuk menghindari keramahan yang palsu dengan memanfaatkan orang lain untuk memperoleh apa yang kami inginkan. Ajar kami untuk memancarkan hangatnya keramahan sejati seperti Kristus kepada setiap orang yang kami temui --Dave Egner

16 September 2004

Menjadi Sahabat

Nats : Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara (Amsal 18:24)
Bacaan : Amsal 27:6 -17

Anak perempuan kami, Melissa, mempunyai banyak sahabat ketika masih duduk di Sekolah Menengah Umum. Salah satu sahabat karibnya bernama Katie. Setelah Melissa meninggal dunia dalam kecelakaan mobil, Katie menceritakan kepada kami bagaimana mereka bisa menjadi sahabat karib.

Pada waktu itu Katie adalah murid baru kelas lima di sekolah. Ia baru saja pindah dari Kalifornia. Ia merasa kesepian, canggung, dan terasing. Hal itu berlangsung sampai pada suatu hari di awal-awal tahun pertamanya bersekolah. Saat itu Melissa memerhatikannya sedang duduk sendirian di dalam bus sekolah.

Mell bangkit dari tempat duduknya, duduk di sebelah Katie, dan mulai mengajaknya mengobrol. Mulai saat itu, mereka duduk berdampingan setiap hari dan menjadi sahabat yang tak terpisahkan hingga tujuh tahun kemudian.

Di dunia kita ini ada begitu banyak orang yang membutuhkan hanya sebuah tindakan kasih untuk mengubah hidup mereka. Orang-orang ini mungkin berpikir bahwa mereka tidak akan dapat menyesuaikan diri. Atau mereka sedang menghadapi masalah yang membuat mereka merasa kesepian. Kadang-kadang yang perlu kita lakukan hanyalah memberikan uluran tangan, senyuman, atau ucapan penghiburan. Sebagai orang percaya, kita telah mengenal dan mengalami kasih Allah (1 Yohanes 3:16), dengan demikian kita dapat menjangkau orang-orang dan membagikan kasih itu.

Ada cukup banyak orang untuk dikunjungi, sehingga setiap orang bisa memiliki sahabat. Ambillah inisiatif untuk meyakinkan bahwa tak seorang pun tersisih --Dave Branon

14 November 2004

Lebih dari Bersosialisasi

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (Roma 12:10)
Bacaan : Ibrani 10:19-25

Gereja dapat menjadi tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi terbaru tentang pertandingan sepak bola, pengumpulan nilai pertandingan golf, berita keluarga, masalah kesehatan, atau sekadar berjumpa dengan teman-teman. Acara minum kopi bersama, jabat tangan yang hangat, tepukan bersahabat di pundak, merupakan bagian dari interaksi sosial yang kita butuhkan sebagai manusia.

Semua itu baik. Namun, persekutuan Perjanjian Baru bermakna lebih dalam daripada sekadar bersosialisasi saat kita berkumpul bersama di gereja. Persekutuan ini tercipta apabila kita menyadari peran kita untuk mendukung, membangun, dan mencerahkan hidup saudara-saudari kitadalam Kristus.

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita harus melayani seorang akan yang lain (Galatia 5:13), mengampuni sebagaimana kita telah diampuni (Efesus 4:32), dan bertolong-tolongan menanggung beban (Galatia 6:2). Sejak abad pertama, orang-orang percaya telah bersatu dalam nama Yesus untuk “saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”, serta saling menasihati (Ibrani 10:24,25).

Persekutuan kristiani tercipta apabila kita memberikan dorongan semangat kepada teman-teman kita, mendoakan mereka, serta saling mengaku dosa dan kelemahan masing-masing. Semua ini merupakan bagian-bagian yang membuat persekutuan kita murni.

Bagaimana keadaan gereja Anda? Apakah Anda hanya sekadar bersosialisasi? Atau Anda sedang mempraktikkan persekutuan kristiani yang sejati? —Dave Egner

6 Juli 2008

Tak Mampu

Nats : Tetapi jawab-Nya, "Kamu harus memberi mereka makan!" (Markus 6:37)
Bacaan : Markus 6:36-44

Bayangkan jika sebelum memulai segala pelayanannya, Ibu Teresa datang ke gereja Anda dan memaparkan programnya untuk menolong begitu banyak jiwa di India. Bagaimana respons Anda? Tertarik? Tertantang? Atau, Anda merasa bahwa itu adalah pekerjaan yang tak mungkin diwujudkan? Pada awalnya, memang banyak orang menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Ibu Teresa adalah sesuatu yang mustahil. Namun, kini dunia dapat melihat dan merasakan buah pelayanan yang ia lakukan. Pelayanannya telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia.

Dalam Alkitab, Tuhan Yesus menantang murid-murid untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuan mereka, yaitu memberi makan lima ribu orang laki-laki-belum termasuk perempuan dan anak-anak, yang biasanya berjumlah lebih banyak (ayat 44). Bagi para murid, ini sesuatu yang mustahil! Yang masuk akal bagi mereka adalah meminta orang-orang itu mencari makan sendiri-sendiri (ayat 36). Akan sangat berat jika mereka yang harus menyediakannya (ayat 37). Namun, Yesus membukakan pikiran mereka, bahwa Dia dapat melakukan apa yang bagi mereka tak masuk akal. Ya, di dalam Tuhan, kita dapat melakukan perkara besar, betapa pun "kecilnya" kita. Inilah yang harus kita percayai!

Dalam melakukan perkara yang besar di dalam Tuhan, kita harus ingat bahwa itu bukan urusan kita sendiri, sebab Tuhan akan terlibat langsung. Kita hanya alat yang terbatas, tetapi saat kita mengizinkan Tuhan bekerja, maka Dia akan menolong sehingga kita sanggup melakukan hal-hal yang bahkan di luar batas kemampuan kita -RY



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA