Topik : Perdamaian

1 Mei 2004

Hidup Damai

Nats : Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18)
Bacaan : Kejadian 26:14-22

Ishak hidup di tengah-tengah orang Filistin yang ternyata merupakan tetangga yang jahat. Di sana ia menjadi orang yang sangat kaya dan berkuasa sehingga mereka takut kepadanya dan memintanya untuk meninggalkan daerah mereka. Sebagai seseorang yang “jauh lebih berkuasa” dari mereka (Kejadian 26:16), Ishak sebenarnya bisa menolak permintaan mereka, namun sebaliknya ia justru mengalah dan pindah ke lembah terdekat di mana Abraham, ayahnya, telah menggali beberapa sumur bertahun-tahun yang lalu.

Orang-orang Filistin telah menutup sumur-sumur itu setelah Abraham mati. Dan setiap kali Ishak menggali kembali salah satu sumur, mereka menyatakannya sebagai milik mereka, walaupun mereka tidak pernah menggunakannya. Mereka hanya senang bertengkar. Namun, Ishak terus berpindah tempat sampai ia memasuki daerah di mana orang Filistin tidak lagi menentang haknya atas sumber air yang ada di situ.

Saya pun pernah menjumpai orang-orang semacam itu. Saat bermain tangkap-bola dengan saudara lelaki saya ketika masih kecil, kami harus sangat berhati-hati saat melemparkan bola, karena tetangga kami akan menyita setiap bola yang jatuh di halamannya.

Memang sulit menyukai orang-orang semacam itu, namun Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi, mendoakan, dan bersikap baik terhadap mereka (Matius 5:44). Hal itu mungkin tidak mudah, dan orang jahat tersebut mungkin tidak mau berubah. Namun, menurut Roma 12:18 kita harus tetap mengusahakan segala hal untuk dapat hidup damai dengan semua orang —Herb Vander Lugt

8 Juni 2004

Pembawa Damai

Nats : Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9)
Bacaan : 1 Samuel 25:14-35

Abigail adalah seorang wanita yang luar biasa! Ia adalah pembawa damai sejati. Karena keberaniannya, calon raja Israel tidak jadi melakukan suatu dosa yang mengerikan. Beginilah ceritanya:

Saat itu Daud terpaksa tinggal di desa-desa untuk menghindari amarah akibat kecemburuan Raja Saul. Ia diikuti oleh sekitar 600 orang laki-laki beserta keluarga mereka. Selama beberapa bulan mereka berkemah di dekat Karmel, tempat hewan ternak Nabal (suami Abigail) merumput. Orang-orang Daud telah membantu para gembala Nabal melindungi domba-domba mereka dari kawanan perampok. Kemudian tibalah masa pengguntingan bulu domba-domba itu, dan Daud mengutus beberapa orang untuk meminta bagian mereka dari Nabal, seorang yang sangat kaya. Namun, Nabal menolak permintaan mereka dan justru memperlakukan anak buah Daud dengan buruk.

Dalam kemarahan, Daud terburu-buru memutuskan untuk membunuh Nabal dan semua laki-laki di rumahnya. Ketika Abigail mendengar apa yang terjadi, ia cepat-cepat mengumpulkan banyak makanan, menahan Daud beserta para prajuritnya, dan dengan rendah hati meminta ampun atas perlakuan suaminya yang tidak ramah. Daud segera menyadari bahwa wanita itu telah mencegahnya untuk melakukan keputusan yang penuh dendam, dan ia pun memuji Allah (1 Samuel 25:32).

Apakah kita juga terburu-buru dalam menyelesaikan konflik? Yesus berkata demikian, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9) —Herb Vander Lugt

12 Juli 2004

Mengatasi Ketamakan

Nats : Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1 Timotius 6:18)
Bacaan : 1 Timotius 6:6-19

Tamak. Sifat ini telah menjatuhkan para eksekutif berpenghasilan tinggi, menghancurkan perusahaan raksasa, dan membuat ribuan karyawan kehilangan pekerjaan serta dana pensiun mereka. Seorang kolumnis menulis bahwa ketamakan suatu perusahaan yang tak terkendali merupakan ancaman yang lebih besar daripada terorisme.

Ketamakan berbisik di telinga kita bahwa kita akan lebih bahagia jika mempunyai lebih banyak uang, benda, dan lebih berkuasa. Ketamakan menciptakan ketidakpuasan dan keinginan yang semakin besar untuk melakukan segala cara demi memperoleh posisi dan kekayaan. Namun, Alkitab memerintahkan kita untuk percaya kepada Allah, bukan pada “sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan” (1 Timotius 6:17).

Paulus mengatakan kepada Timotius bahwa cara mengatasi ketamakan adalah dengan menjauhinya dan mengejar “keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan” (1 Timotius 6:11). Dan orang-orang “kaya di dunia ini”, yang memiliki kekayaan lebih dari yang dibutuhkan, harus “kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi” (ayat 17,18).

Rasa cukup dan kemurahan hati berlawanan dengan ketamakan (ayat 6-8). Ketika kita belajar bersyukur kepada Allah atas apa yang kita miliki dan rela berbagi dengan orang lain, kita menghentikan usaha mengisi kekosongan rohani di dalam hati dengan harta benda. Dan ketika kita mengasihi Yesus lebih daripada uang dan harta, kita mendapati bahwa Dialah harta terbesar dalam hidup kita. Kita menemukan bahwa pengenalan akan Dia adalah sumber kepuasan sejati —David McCasland

14 September 2004

Damai Sejahtera Yesus

Nats : Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu (Yohanes 14:27)
Bacaan : Matius 16:21-23

Pada malam menjelang eksekusi martir kristiani Nicholas Ridley (1500-1555), saudara laki-lakinya menawarkan diri untuk menemaninya di penjara supaya ia merasa tenang. Tetapi Ridley menolak, ia berencana untuk tidur nyenyak seperti biasanya. Karena ia mengenal damai sejahtera Yesus, maka ia dapat beristirahat di dalam Tuhan.

Keesokan paginya, Ridley berkata kepada rekan kristiani yang juga akan dieksekusi, "Tabahkan hatimu, Saudara, karena mungkin Allah akan meredakan amukan api, atau akan menguatkan kita untuk bertahan di dalamnya." Kemudian mereka berlutut sembari berdoa di dekat tiang dan, setelah bercakap-cakap sebentar, mereka dibakar sampai mati karena iman mereka.

Yesus telah memberikan damai sejahtera-Nya kepada Nicholas Ridley (Yohanes 14:27). Tetapi damai sejahtera macam apa yang dimiliki Yesus? Dalam Matius 16:21-23, kita melihat damai sejahtera-Nya dalam kebulatan tekad-Nya untuk pergi ke Yerusalem walaupun Dia tahu bahwa diri-Nya akan menderita dan mati (baca Lukas 9:51). Petrus menegur-Nya, tetapi Yesus percaya kepada Bapa-Nya dan tetap pergi untuk memanggul salib. Tujuan hidup-Nya adalah untuk mati.

Amy Carmichael berkata, "Damai sejahtera Yesus menahan setiap bentuk ujian serta setiap keletihan, dan damai itu tidak akan berakhir. Itulah damai sejahtera yang Dia katakan 'Kuberikan'."

Entah ujian yang kita alami besar atau kecil, kita dapat memercayai Yesus yang memberi kita damai sejahtera-Nya di tengah-tengah ujian tersebut --Anne Cetas

15 Desember 2004

Kedamaian Sempurna

Nats : Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya (Yesaya 26:3)
Bacaan : Yesaya 26:1-9

Hanya sedikit hal dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini yang dapat disebut sempurna. Akan tetapi, Allah telah berjanji untuk menjagai kita di dalam damai sejahtera sempurna apabila kita senantiasa mengarahkan hati kepada-Nya dan percaya kepada-Nya (Yesaya 26: 3).

Lalu, mengapa kita begitu sulit memercayai-Nya? Kerap kali hal demikian terjadi karena kita khawatir bahwa segala sesuatunya tidak akan berjalan seperti yang kita inginkan jika tidak kita kendalikan sendiri. Semakin sedikit kendali yang kita pegang, kita akan semakin merasa gelisah dan khawatir.

Penulis Hannah Whitall Smith menulis demikian, “Tidaklah sulit bagi kita untuk memercayakan pengendalian alam semesta dan segala ciptaan yang ada kepada Tuhan. Apakah mungkin masalah Anda jauh lebih rumit dan lebih sulit dibandingkan dengan semua ini, sampai-sampai Anda merasa perlu gelisah atau bingung dengan pemeliharaan-Nya atas diri Anda?”

Kita memang kerap menganggap situasi kita terlalu sulit bagi Allah. Jika kita tidak dapat menyelesaikan segalanya sendiri, kita meragukan kemampuan-Nya. Kita memang mempunyai keyakinan kristiani, tetapi itu tidak sama dengan memercayai Allah. Memercayai Allah merupakan tanggapan pribadi yang tumbuh dari iman kristiani kita dan diungkapkan melalui kepercayaan kita yang bertambah kepada Dia dan janji-janji-Nya.

Apabila hati kita tinggal di dalam-Nya, maka Dia akan menjagai kita dengan damai sejahtera. Hal ini telah dialami oleh banyak orang percaya, dan Anda pun dapat mengalaminya —Joanie Yoder

26 Desember 2004

Rasa Hampa

Nats : Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah (Lukas 2:19,20)
Bacaan : Lukas 2:8-20

Malam kelahiran Yesus benar-benar malam yang menakjubkan bagi Maria dan Yusuf. Di hadapan mereka terbaring Bayi Ajaib yang kedatangan- Nya ke dunia telah diberitahukan oleh malaikat. Para gembala juga terpana ketika mereka melihat dan mendengar “sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah” dan memuliakan kelahiran-Nya (Lukas 2: 13).

Tetapi tidak lama kemudian, Maria dan Yusuf akan segera menghadapi tugas-tugas harian merawat bayi dan semua tanggung jawab lainnya. Para gembala akan kembali ke lereng bukit untuk menjaga domba-domba mereka. Semua unsur yang dapat membawa pada kehampaan emosi ada di sana. Perasaan hampa memang acap kali muncul setelah seseorang merasakan puncak kebahagiaan.

Namun, saya tak percaya bila mereka mengalami “masa kelabu sesudah Natal”. Maria tak akan dengan mudah melupakan semua peristiwa yang telah terjadi, dan para gembala tidak begitu saja melupakan apa yang telah mereka lihat dan yang telah mereka dengar (ayat 19,20). Pesan malaikat telah terbukti kebenarannya, dan hidup mereka dipenuhi dengan harapan baru dan penantian.

Tidak ada alasan untuk merasa hampa sesudah Natal. Kita tahu seluruh jalan ceritanya. Yesus datang untuk wafat bagi dosa-dosa kita, kemudian mengalahkan kematian bagi kita dengan bangkit dari kubur. Dengan demikian, kita memiliki lebih banyak kebenaran untuk direnungkan dan lebih banyak alasan untuk memuliakan Allah daripada yang dialami oleh Maria serta para gembala —Herb Vander Lugt

16 Juli 2005

Istirahat dengan Tenang

Nats : Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman (Mazmur 4:9)
Bacaan : Mazmur 4:2-9

Seorang pria telah menciptakan tempat tidur teraman yang diakuinya dapat melindungi dari topan, tornado, pencuri, penculik, dan teroris. Pada situsnya, pencipta tempat tidur itu menyebutnya istirahat teraman yang pernah Anda alami.

Ketika sensor gerakan menangkap adanya ancaman, Quantum Sleeper secara otomatis terlipat dan melindungi orang yang berbaring di atasnya. Di dalam terpal antipeluru, sebuah alarm mengingatkan orang yang terlindungi itu, sehingga ia dapat menyemprotkan gas air mata ke arah si pengacauatau menonton film dari DVD player sementara menunggu badai reda. Namun, saya kira tempat tidur berlapis baja pun tak dapat menjamin tidur malam yang nyenyak, tak tersentuh oleh kecemasan dan ketakutan.

Mazmur 4:5,6 mempunyai resep yang terdiri dari tiga bagian untuk menemukan kedamaian dalam dunia yang penuh kesukaran ini: Ketika Anda marah, jangan menunjukkannya dengan melawan Allah. Ketika Anda berbaring di malam hari, lakukanlah sambil merenung. Hiduplah dengan pengorbanan, letakkan kepercayaan Anda pada Tuhan. Sebuah himne kuno menegaskan perintah alkitabiah ini:

Bersandarlah, bersandarlah, aman dan terlindungi

dari segala bahaya;

Bersandarlah, bersandarlah, bersandar pada lengan abadi.

Daud mengakhiri mazmurnya, Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkau, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman (ayat 9). Tak ragu lagi, inilah istirahat teraman yang dapat kita alami DCM

3 Oktober 2005

Waspadalah!

Nats : Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh (2 Petrus 3:17)
Bacaan : 2Petrus 3:10-18

Kehidupan sehari-hari dapat membahayakan kesehatan Anda. Demikian tesis buku Laura Lee 100 Most Dangerous Things In Everyday Life And What You Can Do About Them. Ini merupakan sindiran terhadap hal-hal yang membahayakan dalam hidup yang kurang disadari banyak orang, seperti kereta belanja (yang setiap tahunnya menyebabkan 27.600 kasus cedera di AS) serta mesin pencuci piring (yang membahayakan lebih dari 7.000 warga Amerika dan 1.300 warga Inggris setiap tahunnya). Salah satu alasan yang dikemukakan penulis dalam menyusun buku ini adalah “untuk mengolok-olok budaya takut”.

Sebaliknya, Yesus Kristus memanggil para pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh keberanian dalam iman. Di situ tujuan kita tidak untuk menghindari bahaya, tetapi untuk menggenapi misi Allah dalam hidup kita di dunia.

Rasul Petrus dengan jelas menggambarkan hari Tuhan, yang merupakan akhir dari dunia, seperti yang kita ketahui (2 Petrus 3:10). Tetapi bukannya dilemahkan oleh kecemasan, Petrus justru mengajak kita untuk melakukan persiapan sebaik-baiknya (ayat 14). Kemudian ia memperingatkan akan adanya orang yang memutarbalikkan Kitab Suci, katanya, “Waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh” (ayat 17).

Kecemasan dengan kadar yang tepat akan membantu melindungi kita, tetapi kalau berlebihan justru dapat membuat kita tidak berdaya. Yang paling harus kita takutkan adalah jika kita tidak dapat memercayakan hidup sepenuhnya kepada Allah -DCM

24 Januari 2006

Hari yang Buruk?

Nats : Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! (Mazmur 118:24)
Bacaan : Mazmur 118:15-24

Dr. Cliff Arnall, seorang ahli jiwa yang berasal Inggris, telah mengembangkan suatu rumus untuk menentukan hari yang paling buruk dalam setahun. Salah satu faktornya adalah jangka waktu setelah Natal, setelah kemeriahan hari raya yang diikuti oleh tagihan-tagihan kartu kredit. Cuaca musim dingin yang suram, hari-hari yang pendek, dan kegagalan untuk menepati resolusi yang dibuat pada Tahun Baru juga merupakan bagian yang diperhitungkan oleh Dr. Arnall. Tahun lalu, tanggal 24 Januari diberi gelar sebagai "hari yang paling membuat depresi dalam setahun".

Orang-orang kristiani bukanlah orang yang kebal terhadap pengaruh cuaca dan kekecewaan setelah hari libur. Akan tetapi, kita memiliki sebuah sumber daya yang dapat mengubah cara berpikir kita tentang hari tertentu. Mazmur 118 menuliskan sebuah daftar kesulitan termasuk kesusahan pribadi (ayat 5), keresahan nasional (ayat 10), dan disiplin rohani (ayat 18), namun pasal tersebut diikuti dengan pernyataan demikian, "Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (ayat 24).

Mazmur ini dipenuhi dengan perayaan akan kebaikan dan belas kasihan Allah di tengah masalah dan kesakitan. Ayat 14 merupakan sebuah seruan kemenangan: "TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku."

Bahkan ketika situasi di sekitar kita memasang tanda "Hari Buruk!" di kalender kita, Sang Pencipta memampukan kita untuk bersyukur kepada-Nya atas anugerah hidup dan untuk menerima setiap hari dengan sukacita --DCM

14 Maret 2006

Janji Damai

Nats : Anugerah dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita (2Petrus 1:2)
Bacaan : Lukas 2:8-15

Pada masa Natal kita senang mendengar pesan malaikat tentang damai di bumi. Namun, pesan yang diulangulang dalam banyak nyanyian dan khotbah itu perlu didengar dan diperhatikan setiap hari sepanjang tahun. Kita masih saja mendengar berita tragedi dari seluruh dunia. Dan mungkin kita gundah mendengar berbagai krisis dan masalah manusia. Kita merindukan dan berdoa untuk kedamaian.

Alkitab memberikan jawaban permohonan bagi kedamaian itu. Rasul Paulus meyakinkan kita dalam Roma 5:1 bahwa kita dapat hidup berdamai dengan Allah. Ya, kita umat yang tidak taat dan penuh dosa dapat didamaikan dengan Allah melalui iman dalam anak-Nya, Yesus (ayat 11).

Kita dapat menikmati kedamaian batin saat menyerahkan kekhawatiran kepada Sang Juru Selamat (Filipi 4:6,7; 1Petrus 5:7). Kita pun dapat menerima kedamaian antarsesama. Dalam Roma 12:18, Paulus meyakinkan orang-orang percaya, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang!" Perdamaian dengan orang lain dapat menjadi kenyataan. Yang lebih baik lagi adalah kita dapat mengharapkan kedamaian bagi seluruh dunia ketika Juru Selamat kita, Sang Raja Damai, datang kembali.

Melalui doa dan teladan kita, marilah kita menjadi pembawa damai yang turut serta menggenapi pesan yang dibawa oleh malaikat: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14) --VCG

5 April 2006

Selalu Terjaga

Nats : Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman (Mazmur 4:9)
Bacaan : Mazmur 121

Seorang ibu dan putrinya yang berusia 4 tahun akan tidur. Si anak takut gelap. Saat lampu dimatikan, anak ini memerhatikan bulan yang sinarnya menembus masuk lewat jendela. "Bu," tanyanya, "Apakah itu lampu Allah?" "Betul, Nak," sahut ibunya. Ia lalu bertanya lagi, "Apakah Dia akan mematikan lampu-Nya dan tidur juga?" "Oh tidak, Dia tidak pernah tidur, Nak." Setelah diam beberapa saat, anak ini berkata, "Asalkan Allah tidak tidur, aku tidak takut." Karena menyadari bahwa Allah akan selalu menjaganya, anak itu pun segera tidur dengan nyenyak.

Sebagai orang kristiani, dengan penuh keyakinan kita dapat menyerahkan diri sepanjang hari kepada Allah kita yang setia. Dia betul-betul sadar bahwa kita takut berada dalam kegelapan, tetapi juga frustrasi di dalam terang. Kita dapat yakin bahwa Dia senantiasa melindungi. Mata-Nya yang penuh kasih dan tangan-Nya yang melindungi senantiasa melingkupi kita.

Barangkali saat ini Anda sedang kesepian karena menderita sakit atau kehilangan orang yang Anda kasihi. Dalam situasi demikian, bayang-bayang malam memperbesar kegelisahan Anda dibandingkan sebelumnya. Keraguan meningkat dan rasa takut menyesakkan jiwa Anda, sehingga Anda tidak dapat beristirahat dengan semestinya.

Percayalah kepada Bapa surgawi sehingga sama seperti pemazmur Anda dapat berkata, "Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman" (Mazmur 4:9). Ingat, Allah selalu terjaga --PRV

1 September 2006

Kecemasan Penuh Damai

Nats : Damai sejahtera Allah ... akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7)
Bacaan : Filipi 4:4-13

Saya dijadwalkan untuk mengajar di sebuah konferensi Alkitab di luar Amerika Serikat dan sedang menunggu keluarnya visa. Permohonan visa itu pernah ditolak, dan waktu terus berjalan. Tanpa visa, maka saya akan kehilangan kesempatan melayani, dan rekan-rekan saya di negara itu harus mencari pembicara lain di saat-saat terakhir.

Selama hari-hari penuh tekanan itu, seorang rekan kerja menanyakan bagaimana perasaan saya sehubungan dengan hal tersebut. Saya mengatakan bahwa saya mengalami "kecemasan yang penuh damai". Ketika ia memandang saya dengan tatapan bingung, saya menjelaskan, "Saya memang cemas karena saya memerlukan visa tersebut tetapi tidak dapat melakukan apa-apa untuk hal itu. Namun, saya memiliki kedamaian luar biasa karena saya tahu bahwa, apa pun yang terjadi, saya tidak berhak mengubah keadaan!"

Mengetahui bahwa hal-hal seperti itu ada dalam tangan Allah merupakan sesuatu yang melegakan. Ketidakmampuan saya untuk melakukan sesuatu atas masalah tersebut tidak sekadar membuat saya percaya kepada Allah, yang sanggup membuat segala hal menjadi mungkin. Ketika saya mendoakan keadaan itu, kecemasan saya berganti dengan damai-Nya (Filipi 4:6,7).

Persoalan hidup bisa saja membebani kita-secara fisik, emosi dan rohani. Namun demikian, saat kita belajar memercayai pemeliharaan Allah, maka kita dapat memiliki kedamaian yang tidak hanya melampaui segala pemahaman, tetapi juga mengatasi kecemasan kita. Kita bisa merasa tenang, karena kita berada dalam tangan Allah -WEC

20 Oktober 2006

Kedamaian Dalam Badai

Nats : Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya (Yesaya 26:3)
Bacaan : Yesaya 26:1-4

Terkadang hidup ini sepertinya terasa sangat berat. Tubuh yang sakit, keputusan yang sulit, kesulitan finansial, kematian orang yang kita sayangi, atau impian yang hancur selalu mengancam hidup kita. Kita menjadi ketakutan dan merasa bingung. Kita bahkan merasa sulit untuk menaikkan doa karena diliputi oleh keraguan.

Kita yang mengenal Tuhan melalui iman pribadi kepada Kristus, dapat merasakan ketenangan ketika berada di tengah badai hidup, meskipun angin ribut pencobaan mengempaskan kita. Kita dapat merasakan kedamaian pikiran dan ketenangan batin.

Richard Fuller, seorang pelayan Allah yang hidup pada abad 19, bercerita tentang seorang pelaut tua yang berkata, "Dalam badai yang ganas, kita harus menempatkan kapal pada posisi yang tepat dan menjaganya agar tetap berada di situ." Fuller berkata, "Orang-orang kristiani, seperti itulah yang harus kalian lakukan .... Kalian harus menempatkan jiwa kalian pada satu posisi dan menjaganya. Kalian harus tetap bergantung pada Tuhan; dan ketika berbagai hal menghadang, misalnya angin ribut, gelombang, laut yang membentang, petir, kilat, batu karang, apa pun itu, kalian harus berpegang teguh pada kesetiaan Allah dan kasih-Nya yang tiada akhir dalam diri Kristus."

Apakah Anda sedang dirundung masalah? Belajarlah dari pelaut tua tadi. Arahkan pikiran Anda kepada Tuhan. Mintalah pertolongan-Nya, kemudian percayalah kepada-Nya bahwa Dia akan memberi Anda kedamaian di tengah badai yang Anda hadapi (Filipi 4:6,7) -RWD

14 Maret 2008

Kami Juga Tahu

Nats : Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah tinggal di dalam kamu (Roma 8:9)
Bacaan : Roma 8:1-17

Ludwig Ingwer Nommensen dikenal sebagai Rasul Suku Batak. Ia memulai misinya di Tanah Batak dengan mempelajari bahasa dan adat-istiadat setempat untuk menjalin hubungan dan mempererat pergaulan. Ia juga bersahabat dengan raja-raja setempat. Suatu hari se-orang raja bertanya kepadanya, apa sebenarnya perbedaan kekristenan dengan tradisi Batak. "Kami juga tahu hukum yang melarang orang mencuri, mengambil istri orang, atau bersaksi dusta," kata raja itu.

Misionaris itu menjawab dengan lembut, "Tuan saya memberikan kemampuan untuk mematuhi hukum-hukum-Nya." Raja itu terperanjat. "Dapatkah Anda mengajarkan hal itu pada rakyat saya?" tanyanya. "Tidak, saya tidak dapat mengajarkannya," jawab Nommensen. "Namun, Allah dapat memberikan kepada mereka kemampuan itu jika mereka meminta kepada-Nya dan mendengarkan firman-Nya."

Seperti suku Batak, kita masing-masing juga mengetahui hukum tentang apa yang benar dan yang jahat. Ironisnya, pemeo "hukum itu ada untuk dilanggar" terus terbukti dari generasi ke generasi. Fakta tersebut menggarisbawahi kebenaran bahwa semua orang telah berdosa, sehingga tidak ada yang mampu mematuhi hukum Tuhan dengan kekuatannya sendiri.

Syukurlah, anugerah Allah tidak hanya menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Bahasa Yunani untuk anugerah, charis, mencakup efek kemurahan Allah tersebut di dalam tindakan praktis. Dengan demikian, anugerah Allah juga memampukan kita untuk menaati dan melakukan hukum-hukum-Nya. Bersediakah kita mengandalkan anugerah-Nya? -ARS

15 April 2008

Berdoa dan Bekerja

Nats : Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka (Nehemia 4:9)
Bacaan : Nehemia 4:1-23

Mana yang lebih penting; berdoa atau bekerja? Ada yang berkata bahwa berdoa lebih penting, sebab tanpa berdoa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Namun ada juga yang mempertanyakan, buat apa banyak berdoa, tetapi tidak bekerja?

Bagi Nehemia, kedua hal ini tak perlu diadu tingkat kepentingannya. Mari simak apa yang ia lakukan. Saat menghadapi tantangan dan ancaman dari Sanbalat dan Tobia, Nehemia menaikkan doa kepada Tuhan agar rencana musuhnya digagalkan. Namun, Nehemia juga menyuruh orang-orangnya agar tetap berjaga-jaga supaya dapat mengantisipasi bila sewaktu-waktu ada serangan musuh (ayat 9).

Dari Nehemia kita belajar bahwa doa adalah hal yang sangat penting, tetapi bekerja juga hal yang tidak kalah penting. Dalam film Facing The Giants, seorang pendeta bertutur kepada sang pelatih futbol tentang dua petani yang sama-sama berdoa meminta hujan kepada Tuhan. Petani yang pertama hanya berdoa, tetapi ia tidak mempersiapkan ladangnya untuk menerima hujan. Sedangkan petani yang kedua bukan hanya berdoa, tetapi juga mempersiapkan ladangnya. Jika kemudian Tuhan memilih; kepada petani mana Tuhan akan menurunkan hujan? Tentu yang kedua, karena dengan mempersiapkan ladang, ia beriman bahwa doanya akan dikabulkan.

Ketika menghadapi rintangan dalam hidup ini, mari kita datang kepada Tuhan. Sampaikan segala keluh kesah kita kepada-Nya, dan percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong. Namun sementara itu, kita pun harus waspada dan memikirkan cara terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Tak hanya berdoa, kita harus bekerja juga -RY

8 Juni 2008

Memeriksa Diri

Nats : Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku (Mazmur 26:2)
Bacaan : Mazmur 26

Setiap kendaraan; mobil atau sepeda motor, biasanya dilengkapi dengan buku manual untuk mengoperasikan kendaraan tersebut dan buku manual untuk melakukan servis. Ya, supaya kendaraan tetap prima, kita perlu melakukan perawatan secara berkala. Sayangnya, orang kerap berpikir bahwa kalau tidak ada masalah maka tidak usah ke bengkel. Akibatnya, kendaraan pun jadi cepat rusak.

Tubuh kita ibarat kendaraan yang perlu diperiksa secara rutin dan berkala. Kapan terakhir Anda memeriksakan diri ke dokter? Bukan hanya ketika Anda tengah sakit, tetapi juga ketika Anda merasa sehat walafiat, tidak ada masalah yang berarti. Kesibukan sehari-hari, tekanan pekerjaan dan kehidupan, juga usia yang semakin bertambah, mestinya membuat kita mawas diri dengan kesehatan.

Sayangnya, kecuali sedang sakit, kerap kali orang enggan memeriksakan diri ke dokter. Entah karena tidak mau repot, malas, atau juga takut. Padahal memeriksakan diri itu penting. Kita jadi bisa tahu makanan apa yang harus dihindari, atau gaya hidup seperti apa yang perlu diubah. Sebab menjaga kesehatan tetap jauh lebih baik daripada menunggu sakit baru diobati.

Pemeriksaan diri tidak saja perlu bagi tubuh jasmani, tetapi juga bagi tubuh rohani. Itulah yang dilakukan Daud. Ia berdoa agar Tuhan menguji dan menyelidiki batin serta hatinya. Dengan begitu ia pun dapat mengikis segala "kotoran" yang ada dalam hati dan pikirannya. Introspeksi dan evaluasi diri secara rutin adalah salah satu cara yang terbaik untuk memeriksa kesehatan tubuh rohani kita —AYA



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA