Topik : Penghargaan

18 Desember 2002

Pulang

Nats : Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah (1Korintus 4:5)
Bacaan : 1Korintus 4:1-5

Sepasang utusan Injil senior yang telah melayani Allah selama 50 tahun di sebuah desa terpencil di Afrika, memutuskan untuk kembali ke AS dan memasuki masa pensiun. Namun ketika mereka tiba, tak seorang pun menyambut mereka karena terjadi kesalahpahaman di kantor utusan Injil itu. Tak ada yang membantu membawakan barang-barang bawaan mereka, apalagi sampai mengantar ke rumah. Itu sebabnya utusan Injil itu mengeluh kepada istrinya, "Setelah berpuluh tahun kita pergi, tak seorang pun peduli ketika kita kembali."

Kepahitan yang dirasakan pria itu terus berkembang ketika mereka mulai menempati rumah baru mereka. Istrinya, yang telah muak mendengar keluhan sang suami menyarankan agar ia membawa masalah ini kepada Allah. Akhirnya, sang suami masuk kamar dan memberi waktunya untuk berdoa. Saat ia keluar dari kamar, wajahnya tampak berbeda, sehingga sang istri penasaran dan bertanya apa yang terjadi.

Ia menjawab, "Aku berkata kepada Allah bahwa aku sudah pulang dan tak seorang pun peduli." "Lalu apa yang Allah katakan?" tanya istrinya. "Dia berkata, ‘Kamu memang belum pulang ke Rumahmu yang sejati’."

Mungkin Anda juga telah melayani selama bertahun-tahun di sebuah tempat di mana tak seorang pun memperhatikan atau mempedulikan apa yang telah Anda perbuat. Namun, Allah senantiasa melihat dan peduli. Suatu hari kelak, ketika kita tiba di rumah abadi kita, "Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah" (1 Korintus 4:5). Sementara kita ada di dunia ini, tetaplah setia (ayat 2) –David Roper

3 Juni 2005

Saya Bayar Kemudian

Nats : Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar (Lukas 14:14)
Bacaan : Lukas 14:7-14

Diandaikan seorang atasan berkata kepada seorang karyawannya, "Kami sangat menghargai apa yang Anda lakukan di sini, namun kami memutuskan untuk mengubah cara menggaji Anda. Mulai hari ini, kami akan membayar nanti setelah Anda pensiun." Apakah karyawan ini akan melompat kegirangan? Tentu tidak. Bukan hal seperti itu yang berlaku di dunia ini. Kita menginginkan pembayaran sekarang, atau setidaknya setiap tanggal satu.

Tahukah Anda bahwa Allah berjanji untuk "membayar" kita kemudian—jauh ke depan? Dan Dia meminta kita bergirang karenanya!

Yesus berpendapat bahwa upah terakhir kita atas hal-hal baik yang kita lakukan di dalam nama-Nya diberikan setelah kita mati. Dalam Lukas 14, Yesus berkata bahwa jika kita memedulikan orang miskin, orang lumpuh, dan orang buta, upah kita atas perbuatan baik ini akan diberikan pada hari kebangkitan orang-orang benar (Lukas 14:14). Dia juga mengatakan bahwa bila kita dianiaya, hendaknya "Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upah [kita] besar di surga" (6:22,23). Tuhan tentu mengaruniakan kenyamanan, kasih, dan bimbingan pada hari ini, tetapi sesuatu yang indah, yang telah Dia rencanakan bagi kita, tersedia di masa depan!

Hal itu mungkin tidak seperti yang kita rencanakan; kita tidak suka menunggu-nunggu. Tetapi, bayangkan betapa mulianya saat itu kelak, yaitu saat kita mendapatkan upah kita di hadirat Yesus. Betapa agungnya waktu yang akan kita miliki saat kita menikmati apa yang telah Allah sediakan bagi kita kelak —JDB

12 Agustus 2005

Tiada Penyesalan

Nats : Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Matius 16:27)
Bacaan : 1Petrus 4:12-19

Seorang gadis kecil yang harus menjalani operasi, merasa ketakutan. Untuk membujuk dia, maka orangtuanya kemudian berjanji akan memberinya apa yang telah diingininya sejak lama, yaitu seekor anak kucing. Operasi itu berjalan dengan baik, namun saat pengaruh obat bius mulai sirna, sang anak terdengar bergumam kepada dirinya sendiri, Benar-benar cara yang tidak enak untuk mendapatkan seekor kucing!

Orang-orang kristiani yang mengalami kesukaran sewaktu melayani Tuhan tidak akan merasakan hal seperti itu saat mereka menoleh ke belakang. Memang benar bahwa setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya (2Timotius 3:12). Yesus berkata kepada para murid-Nya, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku (Matius 16:24). Dia juga meyakinkan mereka bahwa saat Dia kembali ke bumi, Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (ayat 27).

Paulus berkata bahwa penderitaan kita bagi Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18). Dan Petrus mengatakan, Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya (1Petrus 4:13).

Orang-orang percaya yang bertahan di dalam kesukaran bagi Kristus akan menganggapnya sebagai hak istimewa untuk ambil bagian bersama Juruselamat mereka. Menderita bagi Dia mendatangkan upah yang pasti, tanpa penyesalan RWD

14 Juli 2006

Pengharapan yang Realistis

Nats : Tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku ... tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku (2Timotius 4:16,17)
Bacaan : 2Timotius 4:16-18

Salah satu hal yang saya pelajari setelah dewasa adalah jangan berharap banyak dari sesama. Kita mungkin mencurahkan banyak tenaga dan kasih kepada seorang teman atau anggota keluarga, tetapi kita tidak melihat adanya perkembangan atau tidak menerima ucapan terima kasih atas usaha kita. Bahkan mungkin orang lain yang menerima pujian atas pekerjaan yang kita lakukan.

Jika kita berharap semua orang mengakui dan menghargai hasil kerja kita bagi mereka, maka kita akan sangat ter-luka. Kita akan mulai bertanya pada diri sendiri, "Hanya inikah wujud terima kasih yang saya dapatkan?"

Di tengah kekecewaan itu, kita perlu mencermati motivasi kita. Apakah kita me-miliki pemahaman yang tidak kudus tentang pemberian hak, atau hasrat besar agar dilihat dan dipuji karena usaha kita? Dapatkah kita memberi dengan rela dan membiarkan orang lain bertanggung jawab dengan respons mereka sendiri? Dalam pelayanannya bagi Tuhan, Rasul Paulus pernah melewati masa-masa ketika semua orang meninggalkannya. Namun, perhatiannya tetap terfokus pada kekuatan yang Allah berikan kepadanya "supaya ... Injil diberitakan dengan sepenuhnya" melalui dirinya (2Timotius 4:16,17).

Kita seharusnya tidak berharap memperoleh apa yang hanya dapat diberikan oleh Yesus dari sesama kita. Berharap seperti itu hanya menunjukkan betapa tidak realistisnya kita. Tugas kita hanyalah memberi dan menyerahkan hasilnya kepada Tuan kita, karena kita tahu bahwa pada waktunya kelak kita akan menerima upah dari Dia: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia" (Matius 25:21) --DHR

22 Agustus 2006

Cucian Kasih

Nats : Marilah kita mengasihi bu-kan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebe-naran (1Yohanes 3:18)
Bacaan : 1Yohanes 3:10-24

Ketika James Cates masih mahasiswa, ia bekerja di malam hari sebagai pendamping anak-anak asrama di sebuah wisma perawatan kesehatan. Salah satu tanggung jawabnya yang terkadang sangat berat adalah mencuci pakaian 23 remaja pria.

Proses mencuci pakaian-pakaian tersebut sangat kasar, sehingga ketika seorang pemuda penghuni wisma bernama Jake mendapat baju baru dari ibunya, James menawarkan diri untuk mencucinya secara terpisah. Tidak lama kemudian para remaja lain mulai memintanya untuk memasukkan sepotong pakaian favorit mereka ke dalam kelompok cucian yang "istimewa" itu. Ini merupakan tindakan kasih yang kecil, tetapi besar artinya bagi para remaja itu.

Dua puluh tahun kemudian, setelah sukses sebagai ahli terapi, pengajar di universitas, dan penulis banyak artikel di berbagai jurnal ilmiah, Cates menulis: "Ketika saya menengok ke belakang dan merenungkannya, ternyata tak ada orang yang pernah saya layani atau pelayanan yang pernah saya berikan yang lebih berarti bagi saya selain Jake dan bajunya, serta cucian-cucian pakaian yang istimewa itu."

Sebuah tindakan kasih yang sederhana merupakan suatu wujud ungkapan kasih Allah yang sangat kuat di dalam dunia kita yang penuh dengan kesukaran ini. Rasul Yohanes menulis, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran" (1Yohanes 3:18). Ada-kah beberapa potong "cucian" yang dapat Anda cucikan pada hari ini? -DCM

14 September 2006

Hanya untuk Dilihat Allah

Nats : Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6:18)
Bacaan : Matius 6:1-8, 16-18

Biasanya, semakin tua usia kita, kita pun akan semakin kehilangan peran penting dan pengaruh dalam posisi kita. Bahkan orang-orang yang tidak pernah mengejar ketenaran pun tampaknya semakin lama akan semakin tenggelam dalam kegelapan.

Namun, kegelapan dan ketidakjelasan itu baik karena kita sulit untuk tampil di hadapan banyak orang tanpa memikirkan apa kesan mereka tentang kita. Kita khawatir dengan pikiran apakah reputasi kita menanjak atau justru hancur. Di situlah terletak cobaan kita: Pada tahap pencarian pengakuan manusia, kita mengabaikan kehendak Allah. Di sisi lain, jika kita kehilangan kekaguman terhadap manusia, maka kita akan mencari kehendak Allah semata.

Berikut adalah ujian bagi setiap pemberian, doa, dan puasa kita: Apakah itu semua dilakukan hanya agar dilihat Allah? Jika demikian, walaupun orang lain tidak melihat dan memerhatikan, kita akan mendapatkan pujian dan upah dari Bapa.

Yesus mengulang perkataan berikut kepada para murid-Nya sebanyak tiga kali: "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Matius 6:4,6,18). Ini juga merupakan jaminan bagi kita. Setiap pemberian yang tidak dilihat oleh orang: waktu, tenaga, dan kasih; setiap permohonan yang kita bisikkan di telinga Bapa; setiap rahasia, pergumulan batin melawan dosa dan pembenaran diri, akan memperoleh penghargaan penuh di kemudian hari. Akhirnya, bahwa Dia akan berkata, "Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia," itu adalah yang terpenting bagi kita (Matius 25:21) -DHR

27 Januari 2008

Bapa yang Rindu

Nats : Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini .... Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga (Kejadian 28:16,17)
Bacaan : Kejadian 28:10-22

Menimang dan bercanda dengan anak-anak adalah sukacita yang tak tergantikan. Namun, betapa sulitnya menemukan momen itu lagi saat anak-anak sudah bisa berjalan dan berlari. Jika mereka merasa nyaman dengan situasi sekitar, mereka akan berlari riang ke sana kemari. Dan, jangan harap bisa menggendong mereka di saat-saat seperti itu! Mereka akan berusaha membelot dan melepaskan diri sekuat tenaga dari pelukan kita.

Suatu malam, ketika anak-anak saya sedang bermain, tiba-tiba listrik padam. Seluruh rumah gelap gulita. Suasana hening mencekam. "Papa! Papa di mana?" teriak anak-anak saya ketakutan. "Tenang, Papa di sini," kata saya sambil segera memeluk dan menggendong mereka. Pelukan tangan yang mungil dan degupan jantung mereka terasa jelas. Kedekatan dan keintiman seperti inilah yang saya dambakan.

Kisah pelarian Yakub dari Barsyeba ke Padan Aram menggambarkan kontras yang menarik. Pintu rumah ayahnya tertutup karena dendam dan amarah Esau yang berniat membunuhnya (Kejadian 27:42). Namun, pintu gerbang surga (28:17) terbuka untuk Yakub. Perhatikan sapaan lembut penuh kasih Allah Abraham, neneknya, dan Allah Ishak, ayahnya (ayat 13), serta janji berkat dan penyertaan yang luar biasa bagi Yakub, si penipu (ayat 13-15).

Dunia dengan segala keasyikannya sering membuat kita terlena dan lupa kepada Sang Pemberi Berkat. Ketika "listrik padam", baru kita menyadari kehadiran Bapa yang merindukan kita. Yakub memberikan respons positif terhadap pernyataan Allah yang dahsyat (ayat 17). Ia mendirikan tugu (ayat 18), akan mendirikan rumah Allah serta memberi perpuluhan (ayat 22). Bagaimana dengan kita? --WP

6 Agustus 2008

Pentingnya Rasa Sakit

Nats : Kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8)
Bacaan : Yohanes 16:7-15

Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka; Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah ia gigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orangtuanya panik, namun ia tenang saja. Kali lain Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya. Tubuhnya bisa terbakar atau terpotong tanpa disadari. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada yang tidak beres.

Roh Kudus sering memberikan "rasa sakit" ketika orang beriman berbuat dosa. Dia menegur dan memberi peringatan, supaya kita insaf. Dia mengingatkan kita kembali akan perkataan-perkataan Kristus (ayat 13,14). Sebagai Roh Kebenaran, Dia bertugas memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Jadi, Dia tidak bisa tinggal diam waktu kita berbuat dosa. Dia akan menegur. Teguran-Nya mungkin terasa sakit dan menciptakan rasa bersalah di hati. Namun, ini perlu agar kita mendapatkan kesempatan untuk berbalik ke jalan Tuhan. Tanpa teguran, dengan mudah kita dapat disesatkan oleh pelbagai godaan. Seperti Roberto, kita bisa menjadi mati rasa terhadap dosa. Dan, bisa-bisa kita sudah terseret jauh sebelum sempat menyadarinya.

Bersyukurlah jika Roh Kudus masih menegur dan membuat Anda merasa bersalah ketika berbuat dosa. Itu tandanya Dia masih berkarya dalam diri Anda. Dengarkan dan hargailah teguran-Nya! Jangan sampai hati Anda kebal, hingga merasa nyaman berbuat dosa -JTI

8 September 2008

Akibat Kurang Tidur

Nats : Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur (Matius 8:24)
Bacaan : Matius 8:23-27

Salah satu kasus terbanyak penyebab kecelakaan di jalan tol adalah pengemudi yang mengantuk. Tidak heran di setiap jalan tol biasanya tersedia rest area atau tempat beristirahat. Pengemudi yang mengantuk diimbau untuk menepi dan beristirahat sejenak. Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) pernah melakukan penelitian tentang pengaruh tidur sesaat kepada para pilot militer dan astronot. Hasilnya, dengan tidur empat puluh menit, kinerja mereka meningkat 34%. Kesiagaan dan konsentrasi mereka pun meningkat hingga 100%.

Kita perlu beristirahat untuk melepas kepenatan, kesumpekan, dan kelelahan demi mengembalikan tenaga. Tidur membuat metabolisme dalam tubuh kita melambat. Seluruh organ tubuh beristirahat. Tubuh kita melakukan perbaikan jaringan yang rusak. Itulah sebabnya, tidur yang cukup akan memberi kesegaran, tidak hanya jasmani, tetapi juga rohani. Namun, kita kerap kali mengorbankan waktu tidur hanya demi mengejar target pekerjaan atau belajar. Hal ini tentu saja keliru, karena secara alamiah tubuh kita justru akan lebih produktif apabila cukup tidur. Apalagi, kurang tidur juga bisa menyebabkan emosi kita menjadi tidak stabil.

Hari ini kita menyimak kisah tentang Tuhan Yesus yang tengah tidur di dalam perahu saat berlayar bersama para murid. Kesibukan mengajar dan melayani orang banyak tentu membuat-Nya lelah dan penat. Dalam kemanusiaan-Nya, seperti juga kita, Tuhan Yesus pun memerlukan tidur. Secara alamiah, tidur membuat-Nya tidak kehilangan kendali diri, bahkan ketika krisis terjadi (ayat 26). Sudahkah kita cukup tidur hari ini? -AYA

12 September 2008

Menarik Balik Persembahan

Nats : Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (Kisah Para Rasul 5:3)
Bacaan : Kisah Para Rasul 4:34-5:5

Sebuah gereja memerlukan dana untuk membeli sepuluh unit pendingin udara (AC). Seorang yang kaya tergerak mempersembahkan dua unit. Tiga tahun kemudian, muncul ketegangan antara si orang kaya dengan pendeta. Ia tersinggung karena usulnya untuk mengubah gaya ibadah tidak diterima. Akhirnya, ia memutuskan angkat kaki dari gereja itu. Namun sebelumnya ia meminta agar dua unit pendingin udara yang pernah ia berikan, dicopot! Begitulah jika memberi tidak dengan tulus, hanya untuk mencari "nama". Padahal, memberi persembahan bagi Tuhan berbeda dengan menyumbang ke yayasan sosial. Ini menyangkut komitmen dengan Tuhan.

Ananias dan Safira juga tidak dipaksa mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanahnya untuk gereja. Mereka berhak memberi berapa pun. Tergantung kerelaan hati. Masalahnya, mereka berdusta. Sesudah berkomitmen mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah, mereka menahannya sebagian. Masalah lain, mereka tidak tulus memberi persembahan. Mencoba menampilkan kesan bahwa mereka lebih murah hati dari yang sebenarnya. Karena hal inilah mereka berdosa, selain mendustai Allah sekaligus jemaat-Nya, mereka juga telah bengkok hati dalam memberi persembahan. Tindakan mereka mencemari kesaksian gereja sehingga mendapat hukuman berat.

Ketika Anda memberi persembahan, berilah dengan hati tulus. Jangan mengharapkan imbalan apa pun. Kalaupun Anda memberi banyak, jangan merasa menjadi "donatur besar gereja" yang harus diperlakukan khusus. Persembahan bisa menjadi berkat bila muncul dari hati yang tulus. Sebaliknya, bisa menjadi kutuk bila bertolak dari hati yang bengkok -JTI



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA