Topik : Penghakiman/Kritik

22 Januari 2003

Kritik

Nats : Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak (Amsal 12:15)
Bacaan : Amsal 15:1-12

Ketika saya masih remaja, sebuah keluarga baru masuk menjadi anggota jemaat kami. Sang istri pendiam, tetapi suaminya bersuara keras, suka mengkritik, dan suka memaksa. Saya berdiri dekatnya pada suatu hari Minggu pagi. Saat itu ia menegur pendeta dan dengan kata-kata tajam menyerang sesuatu yang telah dikhotbahkan sang pendeta. Pria itu berkata dengan lantang, dan nada bicaranya tidak menunjukkan penghargaan.

Namun, pendeta tidak menunjukkan sikap yang saya harapkan. Ia malah berbicara dengan lembut, berterima kasih kepada si pengkritik atas pandangannya, dan berjanji untuk memikirkan hal itu.

Kemudian saya bertanya kepada pendeta saya, mengapa ia tidak membalas kritikan itu. Lalu ia memberi nasihat berharga yang terus saya ikuti sampai sekarang. Ia berkata, "Setiap kritik dapat berguna. Mungkin Allah ada di dalamnya, dan saya perlu mendengar apa yang Dia katakan. Mungkin saja pengkritik itu benar."

Ketika seseorang mengkritik Anda, berikut ada beberapa prinsip Alkitab yang bisa Anda ikuti: Pertama, jangan menanggapinya dengan amarah (Amsal 15:1). Itu hanya akan menambah ketegangan di antara Anda. Kedua, sadari bahwa Anda sedang dihadapkan pada suatu kesempatan emas untuk meneladani sikap Kristus yang penuh kasih, tidak mementingkan diri sendiri, rendah hati, dan peduli terhadap sesama (Filipi 2:1-4). Ketiga, pengkritik itu mungkin benar; Anda mungkin perlu berubah. Orang yang bijak akan menerima masukan dengan baik (Amsal 9:8,9). Perlakukan seorang pengkritik seperti teman, dan Anda berdua akan menang --David Egner

11 Desember 2003

Kebenaran dan Kesalahan

Nats : Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka (2Timotius 4:16)
Bacaan : 2 Timotius 4:14-18

Penting bagi kita untuk membedakan antara kesalahan pribadi yang harus dengan rela kita ampuni, dengan serangan terhadap Injil Kristus yang sengaja dilakukan; kesalahan yang akan dihakimi Tuhan. Paulus menyatakan perbedaan itu dalam suratnya kepada rekan pelayanannya yang masih muda, Timotius.

Pertama, Paulus menulis dengan rasa hormat tentang seorang seteru Injil: "Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita" (2Timotius 4:14,15).

"Kejahatan" Aleksander terhadap Paulus tidak ditujukan kepada Paulus secara pribadi, tetapi terhadap pemberitaannya. Dan kini ia menentang pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Timotius.

Untuk membandingkan dan membedakan secara jelas antara mereka yang menentang pekerjaan Allah dan mereka yang berbuat salah kepada kita secara pribadi, Paulus mengucapkan kata-kata ramah ini, "Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku -- kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka" (2Timotius 4:16).

Sungguh menyedihkan! Paulus ditinggalkan para sahabat kristianinya, justru ketika ia sangat membutuhkan dukungan dari mereka. Apa yang harus dilakukan terhadap mereka? Sebenarnya mereka pantas menerima kemarahan Paulus. Namun, ternyata Paulus tidak marah. Ia justru berkata, "Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka."

Tuhan, bantulah kami untuk berbaik hati juga --David Roper

9 Januari 2004

Salah Siapa?

Nats : Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu (Matius 7:5)
Bacaan : Matius 7:1-5

Seorang pria dari North Carolina menuduh istrinya yang tinggal jauh darinya telah menikah dengan pria lain. Ketika wanita tersebut ditangkap, ia tidak menyangkal telah menikahi dua orang pria. Ia tidak saja mengakui kesalahannya, tetapi juga memberi tahu para pihak yang berwenang bahwa ia mungkin kurang waras karena menikah dua kali tanpa bercerai atau menjanda.

Namun, itu baru sebagian dari kisah yang sebenarnya. Wanita itu mengatakan bahwa ia terkejut suaminya telah melaporkannya, karena sebenarnya suaminya juga melakukan pelanggaran yang sama. Ketika tuduhan balasan ini ditelusuri, sang suami akhirnya mengaku bahwa ia juga telah menikah dengan dua orang wanita secara tidak resmi.

Suami ini adalah contoh dari apa yang digambarkan Yesus dalam Matius 7:1-5. Sekalipun ada "balok" di matanya sendiri, pria ini menunjuk dengan penuh penghakiman pada "selumbar" di mata istrinya. Mereka berdua telah melanggar hukum karena menikah dengan dua orang pada waktu yang sama. Namun, dosa sang suami sebenarnya lebih besar karena dengan angkuh ia berpikir bahwa ia dapat meloloskan diri dari hukuman dengan menghakimi orang lain yang melakukan dosa yang juga diperbuatnya.

Pesan dalam kisah ini sangat jelas. Kristus menunjukkan belas kasih-Nya ketika kita mengaku dosa. Namun, Dia mencela kemunafikan dan keangkuhan kita ketika kita menolak untuk merendahkan diri di hadapan-Nya.

Marilah kita membereskan dosa kita sendiri, dan jangan menjadi orang yang pandai menghakimi dosa orang lain --Mart De Haan

16 Februari 2004

Tes Kritik

Nats : Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah (Amsal 27:6)
Bacaan : Imamat 19:15-18

Setelah selesai berkhotbah tentang karunia-karunia rohani, sang pendeta disambut seorang wanita di pintu depan gereja. Wanita itu berkata, "Pak Pendeta, saya yakin bahwa saya memiliki karunia untuk mengkritik."

Sang pendeta berkata, "Apakah Anda ingat orang yang memiliki satu talenta dalam perumpamaan Yesus? Ingatkah Anda apa yang dilakukannya dengan satu talenta itu?"

"Ya," jawab wanita itu, "ia pergi dan mengubur talentanya" (lihat Matius 25:18).

Sang pendeta tersenyum dan berkata, "Pergi dan lakukanlah hal yang sama!"

Kritik yang tidak disampaikan dengan kasih dan keinginan tulus untuk menolong, dapat menjadi kritik yang kejam dan menghancurkan. Imamat 19:17 menuliskan, "Engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia." Kata-kata ini didahului peringatan agar tidak menebar fitnah dan memelihara kebencian.

Anda dapat menentukan kapan perlu dan tidak perlu mengkritik, dengan menanyakan tiga pertanyaan berikut kepada diri Anda:

1. Apakah motivasi saya adalah untuk menolong orang lain?

2. Apakah saya akan berterus terang, tetapi dengan lembut?

3. Apakah saya melakukan hal ini untuk Tuhan, atau karena saya senang mengkritik?

Jika tujuan Anda untuk menolong, motivasi Anda untuk mengasihi, dan kerinduan Anda untuk menyenangkan Allah, maka Anda boleh mengkritik. Namun jika Anda tidak melewati ketiga tes tersebut, jangan berkata apa pun --Richard De Haan

9 Juni 2005

"si Kerbau Dungu"

Nats : Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7)
Bacaan : 1Samuel 16:1-7

Ketika Thomas Aquinas mulai duduk di bangku kuliah di University of Paris pada abad ke-13, ia jarang mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Teman-teman sekelasnya menafsirkan sikap diamnya tersebut sebagai tanda bahwa ia murid yang tidak terlalu pintar. Akibatnya, mereka menjuluki Aquinas "si kerbau dungu".

Akan tetapi, teman-temannya pasti terkejut ketika melihat bahwa ternyata ia menonjol di dalam pelajaran dan kemudian menulis karya besar dalam bidang teologi yang masih digunakan hingga saat ini. Thomas Aquinas adalah seorang jenius yang mendapat penilaian yang keliru dari orang lain.

Bagaimana mungkin teman-teman sekelasnya memiliki penilaian yang begitu keliru terhadap dirinya? Hal itu terjadi karena mereka menilai Aquinas hanya dari penampilan luarnya. Mereka tidak benar-benar mengetahui seperti apa hati Aquinas yang sebenarnya.

Allah telah meminta Nabi Samuel untuk menobatkan seorang raja baru yang akan memerintah umat-Nya, Israel. Daud si gembala tampaknya tidak memiliki ciri-ciri seorang raja. Kemudaannya tidak sebanding dengan usia dan perawakan kakaknya, Eliab (1 Samuel 16:6). Namun, Tuhan memperbaiki persepsi Samuel yang semula (1 Samuel 16:7). Daud terus melaju menjadi prajurit besar dan menjadi penguasa yang dipilih Tuhan atas umat-Nya (1 Samuel 13:14; 18:8; 2 Samuel 7:1-17).

Apabila Anda tergoda untuk menilai seseorang dari penampilan luarnya, ingatlah Thomas Aquinas dan Raja Daud. Yang dianggap penting oleh Allah adalah hati —HDF

14 Agustus 2005

Gerutu dan Obatnya

Nats : Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1Korintus 13:4)
Bacaan : Matius 20:1-16

Seorang pria yang mengalami gangguan jiwa selalu menjabat tangan pendetanya setiap kali kebaktian usai. Namun, ia kerap melontarkan komentar kritis demikian: Khotbah Anda terlalu panjang. Khotbah Anda membosankan. Anda terlalu banyak membicarakan diri sendiri. Karena merasa tertekan, sang pendeta menyampaikan hal ini kepada seorang diakon, yang menjawab, Oh, jangan mengkhawatirkan dia. Ia hanya mengulang apa yang didengarnya dari orang lain.

Menggerutu adalah dosa yang terlalu umum di antara orang-orang kristiani, dan sebagian dari mereka merupakan penggerutu kronis. Mereka terampil dalam menemukan kesalahan seseorang yang secara aktif berusaha untuk melayani Tuhan. Dan pasti kita semua pernah menggerutu.

Obat terbaik untuk kebiasaan dosa ini adalah kasih kristiani. Itu mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Pertama, kita harus secara sadar menginginkan apa yang terbaik dari Allah bagi setiap orang. Kasih ini sabar, ... murah hati; ia tidak cemburu .... Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (1Korintus 13:4,5). Lalu, ketika kita mengandalkan Tuhan, kita harus menerapkan sikap ini di dalam perbuatan.

Di kemudian hari, pada saat Anda ingin mencari-cari kesalahan seseorang, lawanlah dorongan itu dan berusahalah melakukan kebaikan bagi orang tersebut (Galatia 6:10). Lakukanlah hal ini dengan setia, dan pada saatnya nanti Anda akan sembuh dari sikap menggerutu HVL

17 Oktober 2005

Waspadai Roh Menghakimi!

Nats : Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi (Matius 7:1)
Bacaan : Matius 7:1-5

Seorang laki-laki muda yang sudah menikah mulai pergi ke toko pornografi. Ketika orangtuanya mengetahui hal ini, mereka menegurnya dengan lembut dan bijak, tetapi tidak menghakimi. Sang anak menanggapi dengan marah dan me-ngatakan bahwa ia tidak melihat bahwa apa yang diperbuatnya itu berbahaya. Ia menuduh orangtuanya suka menghakimi. Dengan hati remuk mereka hanya bisa diam dan melihat ketika putranya meninggalkan istri dan keluarganya, kehilangan pekerjaan, dan akhirnya hidupnya hancur.

Banyak orang zaman sekarang akan mengatakan bahwa orangtua tidak berhak untuk menegur bahwa mereka salah. Mereka bahkan mungkin mengutip kata-kata Yesus, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).

Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita bertanggung jawab untuk dengan rendah hati menegur sesama orang percaya ketika kita melihatnya berbuat dosa (Galatia 6:1,2). Orangtua ini melakukan tanggung jawabnya dengan penuh kasih.

Yesus tidak mengatakan kita tidak boleh menentang dosa. Dia mengatakan kita harus hati-hati dalam menghakimi. Paulus menulis bahwa kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Korintus 13:5). Kita harus menerapkan prinsip praduga tak bersalah, dan mengenali keterbatasan kita sendiri. Dan kita harus menolak perasaan superioritas rohani apa pun. Kalau tidak, kita juga akan jatuh ke dalam dosa.

Menegur orang lain merupakan tanggung jawab yang serius. Lakukan dengan hati-hati, dan waspadalah selalu agar jangan menghakimi -HVL

24 Februari 2006

Ketika Anda Menghakimi

Nats : Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan ... entah itu baik, entah itu jahat (Pengkhotbah 12:14)
Bacaan : Matius 7:1-12

Banyak orang percaya bahwa orang kristiani diminta untuk jangan pernah menghakimi orang lain. Sebagai "bukti", mereka mengutip perkataan Yesus dalam Matius 7: "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi" (ayat 1). Namun dengan meneliti lebih dalam pada apa yang dikatakan Yesus, akan terlihat bahwa ada kalanya kita harus menghakimi.

Dalam ayat 1 sampai 5, Yesus mengingatkan betapa mudahnya kita tidak melihat kesalahan-kesalahan kita sendiri ketika menunjuk kesalahan orang lain. Namun, dalam ayat 6, Dia menunjukkan kepada kita pentingnya menghakimi. Dia mengatakan, "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Untuk mengikuti ajaran Yesus, kita harus belajar membedakan antara menghakimi orang dan menilai keadaan. Namun, siapakah di antara kita yang cukup bijaksana untuk mempertimbangkan segala situasi tanpa menghukum atau menghakimi orang-orang yang terlibat di dalamnya? Itulah sebabnya, dalam ayat 7 sampai 11, dikatakan agar kita bersungguh-sungguh bertanya, mencari, dan memohon pertolongan dari Bapa surgawi. "Ia [Bapamu yang di surga akan] memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (ayat 11).

Manakala kita harus menghakimi, sambil berdoa kita harus mengingat bahwa Allah kita adalah Dia yang "akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" (Pengkhotbah 12:14) --AL

25 Mei 2006

Kata-kata Kotor

Nats : Siapa yang menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan (Amsal 13:3)
Bacaan : Matius 15:17-20

Belum lama ini saya kebetulan mendengar seorang wanita yang lebih tua berbicara kepada seorang teman tentang obsesi orang-orang dewasa ini untuk melakukan diet. "Saat ini," katanya merenung, "saya lebih mementingkan sesuatu yang keluar dari mulut saya daripada apa yang masuk ke dalamnya." Ada hikmat yang bijak dalam kata-kata itu.

Yesus berkata, "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu dan hujat. Hal-hal inilah yang menajiskan orang" (Matius 15:18-20).

Sesuatu yang kita katakan akan memengaruhi orang lain. "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang," kata Amsal 12:18. Namun, yang mungkin sering kita lupakan adalah pengaruh kata-kata kita yang sembrono bagi diri kita sendiri. Pada waktu kita membicarakan orang lain, atau ketika kita memfitnah orang lain, kata-kata kita mulai menjatuhkan kita, sebab kita memuaskan pikiran jahat yang ada di dalam kita dan memupuknya sampai kata-kata itu meruntuhkan kita.

Sebaliknya, apabila kita menjaga bibir kita, kita mematahkan pikiran jahat itu. "Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan," lanjut Amsal 12:18. Kita melindungi jiwa kita, sebab kita melemahkan pikiran jahat yang ingin meruntuhkan kita.

Mintalah kepada Allah untuk "mengawasi" mulut Anda dan "berjaga pada pintu" bibir Anda (Mazmur 141:3). Kiranya kata-kata Anda meningkatkan kualitas hidup Anda, bukan merusak atau meruntuhkannya --DHR

19 Juli 2006

Penampilan dan Kehidupan

Nats : Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1Samuel 16:7)
Bacaan : 1Samuel 16:1-13

Selama beberapa jam pertama acara reuni 30 tahun universitas mereka, Mary Schmich bersama teman-temannya sebagian besar menghabiskan waktu untuk membicarakan paras teman-teman sekelas mereka. Akan tetapi, pada saat acara terus berlangsung, fokus perhatian mereka pun perlahan-lahan mulai berubah. Selanjutnya, di kolom Chicago Tribune, Mary menulis demikian, "Pada saat Anda telah terbiasa dengan fakta bahwa waktu ternyata telah merampas setiap hal dari kepunyaan Anda -- atau menambahkannya di tempat yang salah ... maka berhentilah untuk berpikir tentang penampilan [dan] mulailah berbicara tentang kehidupan."

Selama ini kita banyak mencurahkan waktu dan perhatian untuk penampilan fisik yang kita anggap sebagai aspek terpenting kehidupan. Akan tetapi, Alkitab telah memberi peringatan kepada kita bahwa Allah menghendaki agar kita memandang diri sendiri dan orang lain dengan cara pandang yang berbeda.

Ketika Tuhan mengutus Samuel untuk mengurapi seorang raja baru atas bangsa Israel (1Samuel 16:1), Allah mengingatkannya untuk tidak sekadar melihat ciri-ciri fisik, "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi .... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati" (ayat 7).

Firman Allah memberi terguran yang keras kepada mereka yang memuja penampilan (Yakobus 2:1,2). Tatkala kita mulai memandang orang lewat cara pandang Allah, fokus kita akan berubah dari penampilan menjadi kehidupan --DCM

2 Agustus 2006

Tiga Sahabat

Nats : Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17)
Bacaan : Daniel 1:11-21

Tokoh Perjanjian Lama Ayub dan Daniel mempunyai banyak kemiripan. Keduanya mengalami berbagai percobaan dan tantangan berat. Akan tetapi, keduanya juga memperoleh sukses besar berkat kehadiran Allah di dalam hidup mereka. Keduanya dipandang sebagai raksasa-raksasa iman, yang seorang karena kesabarannya dalam menanggung penderitaan, dan yang lain karena kesuciannya di tengah budaya yang najis.

Ayub dan Daniel mempunyai persamaan yang lain, yaitu masing-masing mempunyai tiga orang sahabat yang berarti. Akan tetapi, persamaan mereka berakhir di sini. Teman-teman Ayub menjadi duri dalam daging. Mereka justru menyalahkannya ketika ia membutuhkan belas kasih dan pendampingan. Pada saat Ayub bergumul dengan kehilangan dan kesedihan, Elifas, Bildad, dan Zofar tampaknya cenderung menambah kesakitannya daripada memberi pertolongan dalam kesengsaraannya.

Ketiga teman Daniel sangat berbeda. Ketika mereka bersama-sama ditangkap, Daniel dan sahabat-sahabatnya; Sadrakh, Mesakh, dan Abednego saling mendukung serta menguatkan dalam masa-masa sulit ini. Mereka berdiri bersama-sama untuk menghormati Allah (Daniel 1) dan berdoa (2:17,18), serta menolak untuk menyembah patung raja (3:16-18). Sahabat-sahabat seperti inilah yang kita butuhkan!

Jadi, sahabat seperti apakah saya? Amsal 17:17 mengatakan demikian, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu." Siapakah yang membutuhkan Anda untuk menjadi sahabatnya pada hari ini? -WEC

14 Agustus 2006

Potensi Kuntum Mawar

Nats : Ia menetapkan dua belas orang, yang juga disebut-Nya rasul-rasul, untuk menyertai Dia (Markus 3:14)
Bacaan : Markus 3:13-19

Saya dan istri saya suka bunga mawar mini. Baru-baru ini kami menanam beberapa semak mawar, tetapi ada satu yang tidak bertahan hidup. Kami mengembalikannya ke penjual tanaman dan meminta ganti. Waktu itu pertengahan musim panas dan tanaman bunga mawar mini terbatas jumlahnya.

Saya melihat ke sebuah tanaman yang rasanya berpotensi menghasilkan banyak bunga apabila sudah berkembang. Namun, tanaman mawar itu sendiri tampak agak jelek. Istri saya lalu memberi saran yang baik. "Jangan melihat pada bunga-bunga yang sudah mekar. Lihatlah pada banyaknya kuntum mawar sehat yang mulai menyembul keluar."

Dengan mengikuti nasihatnya, kami pun memilih tanaman itu, membawanya pulang, menanamnya, dan merawat tanaman dengan kuntum mawar terbanyak itu. Dalam seminggu, mawar-mawar itu telah bermekaran dengan sangat indah!

Ketika Tuhan memilih para murid-Nya, Dia memilih orang-orang yang tak sempurna (Markus 3:13-19). Yang satu berlatar belakang praktik bisnis yang tidak jujur, yang lain berperangai keras. Yesus tak memandang ketidaksempurnaan mereka, tetapi potensi mereka.

Yesus menggunakan pendekatan yang sama dengan kita. Dia begitu mengasihi kita sehingga Dia memilih kita meskipun memiliki kekurangan (2Tesalonika 2:13). Melalui karya Roh Kudus dalam hidup kita, Dia memelihara dan mengubah kita menjadi serupa dengan gambar-Nya yang mulia (2Korintus 3:18). Lain kali apabila Anda sedang bersama keluarga, sahabat, dan mitra kerja Anda, janganlah terfokus pada kekurangan-kekurangan mereka. Sebaliknya, pandanglah potensi "kuntum-kuntum mawar" itu -HDF

9 Juli 2007

Kesan yang Salah

Nats : Inilah saksi antara kita, bahwa Tuhan itulah Allah (Yosua 22:34)
Bacaan : Yosua 22:10-34

Novel Jane Austen, Pride and Prejudice (Keangkuhan dan Prasangka), mengisahkan seorang wanita Inggris dari kelas menengah-atas bernama Lizzy Bennet yang disukai oleh Tuan Darcy, seorang pria kaya raya yang pendiam dan berkarakter rumit. Pertama kali bertemu, Lizzy memiliki kesan bahwa Tuan Darcy adalah pria yang sombong, tertutup, dan hanya memikirkan diri sendiri. Jadi, ketika Tuan Darcy menyatakan cinta kepadanya, Lizzy menolaknya. Lalu, ketika Lizzy tahu rahasia tentang banyaknya perbuatan baik yang dilakukan Tuan Darcy secara diam-diam bagi orang lain, Lizzy pun mengakui bahwa ia telah salah sangka terhadap Tuan Darcy dan akhirnya ia bersedia menikah dengannya.

Yosua 22 mencatat hal lain tentang kesan pertama yang salah. Bani Ruben, Gad, dan Manasye telah membangun mezbah di dekat Sungai Yordan. Ketika suku-suku Israel lain mengetahui hal itu, mereka marah (ayat 9-12) sebab Allah telah memerintahkan bahwa hanya Dialah yang patut disembah dan persembahan hanya dapat dilakukan di Kemah Pertemuan (Keluaran 20:3; Imamat 17:8,9). Mereka memandang pembangunan mezbah yang dilakukan ketiga suku tersebut sebagai tindakan murtad. Untunglah, Imam Pinehas mengirimkan utusan untuk menyelidiki alasan ketiga suku itu membangun mezbah (Yosua 22:13-33). Mereka kemudian menjelaskan kepada utusan itu bahwa mezbah yang mereka bangun tersebut merupakan peringatan akan persatuan semua suku yang mengakui adanya satu Allah Israel (ayat 34).

Acap kali kesan-kesan pertama kita salah. Meskipun demikian, komunikasi yang terbuka dapat memperbaiki kesalahpahaman yang disebabkan oleh keangkuhan dan prasangka kita --HDF

13 Agustus 2007

Memeriksa Hal Nyata

Nats : Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian (Kolose 3:13)
Bacaan : Kolose 3:12-17

Ketika Bill Husted datang ke acara reuni SMA ke-40, ia menjabat tangan dan memeluk orang-orang. Setelah 20 menit berlalu, ia baru sadar bahwa ternyata ada dua acara reuni SMA di gedung yang sama hari itu, dan ia berada di tempat yang salah.

Husted, seorang penulis di bidang teknologi untuk Atlanta Journal-Constitution, menggunakan pengalaman itu untuk menggambarkan aksioma abadinya dalam memecahkan masalah komputer: Periksalah hal-hal yang nyata lebih dulu. Sebelum Anda mengganti sound card [perangkat keras komputer untuk mengeluarkan suara], pastikan bahwa volumenya tidak sedang dimatikan. Jika modem-nya tidak bekerja, periksa apakah modem itu sudah disambungkan.

"Periksalah hal-hal yang nyata lebih dulu" pun dapat menjadi prinsip yang baik untuk memecahkan masalah rohani. Kolose 3:12-17 mendaftar selusin kualitas rohani yang menunjukkan jiwa yang sehat. Yang menonjol di antaranya adalah belas kasihan, kebaikan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan, kasih, dan rasa syukur.

Sebelum mengkritik gereja kita atau kelompok kristiani lainnya, kita bisa meminta kepada Tuhan untuk mengungkapkan kelemahan kita sendiri. Sebelum memutuskan jalinan relasi, kita dapat memeriksa apakah kesabaran dan pengampunan tersambung dalam hati kita sendiri.

Sebaiknya kita melihat ke dalam hati kita -- untuk memeriksa hal-hal yang nyata lebih dulu -- bahkan ketika semua masalah kita sepertinya disebabkan oleh orang lain --DCM

22 Agustus 2007

Kedamaian Hati

Nats : Hendaklah kamu semua ... penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati (1Petrus 3:8,9)
Bacaan : Yesaya 53:7-9

Bagaimana reaksi kita terhadap kritik yang menyerang? Jika kritik itu membuat kita membalas para pengkritik kita dengan sikap marah, maka kita perlu belajar dari seorang pengkhotbah di zaman kolonial bernama Jonathan Edwards (1703 -1758).

Edwards, yang dinobatkan oleh para cendekiawan sebagai filsuf yang penuh wawasan, diserang oleh para pejabat gereja di Northampton, Massachusetts, dengan penuh dendam. Mereka merasa Edwards bersalah mengajarkan bahwa seseorang harus dilahirkan kembali dahulu sebelum turut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan.

Meskipun dipecat dari gereja, Edwards tidak berhenti mengasihi dan mengampuni. Salah satu anggota jemaat yang memberikan dukungan kepadanya, menulis tentang dirinya, "Saya tidak pernah sedikit pun melihat tanda-tanda tidak senang di wajahnya ... ia selalu muncul sebagai utusan Allah, yang sukacitanya terpancar dan menjangkau musuh-musuhnya."

Edwards hanya meniru teladan Tuhan Yesus. Ketika Sang Juru Selamat dihina, Dia tidak membalas menghina. Ketika Dia dituduh bersalah, Dia tetap diam, "seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya" (Yesaya 53:7).

Masih dapatkah Anda tetap memiliki kedamaian hati, bahkan ketika Anda dikritik? Apabila Anda meminta pertolongan Roh Kudus, maka seperti yang dilakukan Edwards, Anda akan mampu menanggapi dengan cara yang sama seperti Kristus saat menanggapi tuduhan atau gosip yang salah --VCG

16 Oktober 2007

Saran yang Tepat Waktu

Nats : Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya! (Amsal 15:23)
Bacaan : Efesus 4:17-32

Di Liverpool, Inggris, pada malam menjelang Kejuaraan Inggris Terbuka 2006, seorang pemain golf profesional, Graeme McDowell menghadapi suatu masalah. Besok ia harus mengikuti turnamen itu, tetapi ia merasa ada yang kurang dalam teknik permainannya.

Saat ia pergi ke luar malam itu, McDowell mendapat sebuah kejutan. Seorang asing, penggemar berat olahraga golf, mengenalinya dan mengomentari kelemahannya dalam mengayunkan tongkat golf. Keesokan harinya, Graeme mencoba mempraktikkan nasihat orang itu di lapangan latihan, dan ia sangat terkejut karena mendapati bahwa orang itu ternyata benar. Puas dengan perubahan itu, Graeme mempraktikkan saran berharga tersebut dan mengakhiri hari pertama Kejuaraan Inggris Terbuka dengan menduduki posisi pertama! Semua itu terjadi karena ada seorang asing yang mau menyempatkan waktu untuk mengucapkan saran yang membantu.

Begitulah, kata-kata adalah alat berkekuatan besar yang dapat digunakan demi kebaikan atau kejahatan. Kita dapat menggunakan kata-kata untuk menghancurkan, atau membangun dan menguatkan. Hal itulah yang pasti ada di benak Salomo saat ia berkata, "Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23).

Di dalam dunia ini, kerap kali kita menggunakan kata-kata sebagai suatu senjata. Oleh karena itu, marilah kita mempergunakan perkataan kita itu sebagai suatu alat untuk membangun hati orang lain --WEC

11 Februari 2008

Everlasting Love

Nats : Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal (Yeremia 31:3)
Bacaan : Mazmur 136:1-9

Dunia ini sarat dengan perubahan. Tak ada satu hal pun di dunia ini yang akan bertahan untuk selamanya. Baju yang kita kenakan hari ini mungkin pernah menjadi baju favorit kita di waktu yang lalu, tetapi seiring dengan waktu, baju itu terlihat begitu biasa. Mobil kita yang ketika masih baru mungkin sering kita bangga-banggakan, tetapi lihatlah sekarang, kita kesal dengan mobil yang sudah mulai sering rawat inap di bengkel. Empat puluh tahun lalu mungkin kita termasuk gadis cantik yang jadi rebutan banyak orang, tetapi sekarang, siapa yang peduli pada nenek-nenek yang sudah peyot?

Itulah kehidupan di dunia. Tak ada yang kekal. Tak ada yang bisa bertahan untuk selamanya. Hanya satu yang tetap kekal; kasih Allah! Allah mengasihi kita dengan kasih yang tidak pernah berubah. Tidak pernah berhenti. Allah mengasihi kita untuk selamanya.

Saat kita berbuat dosa dan membutuhkan pengampunan Tuhan, ingatlah bahwa kasih-Nya kekal. Saat kita memasuki masa-masa sulit, ingatlah bahwa kasih Tuhan itu kekal. Jika di waktu lalu Tuhan pernah menolong kita dengan cara yang ajaib, tidak mustahil hari ini kita juga akan mengalami lagi pengalaman yang dahsyat bersama dengan Tuhan. Sebagaimana pemazmur menulis, "Kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya" (Mazmur 103:17).

Jika Tuhan mengasihi kita dengan kasih kekal, lalu bagaimana kita mengasihi Dia? Marilah kita mengasihi Allah semaksimal yang kita mampu, sebagaimana Allah sudah mengasihi kita semaksimal yang Dia mampu. Dalam situasi dan kondisi apa pun --PK

2 Maret 2008

Bersaksi Melalui Profesi

Nats : ... dan mereka disukai semua orang. Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:47)
Bacaan : Kisah 2:41-47

Dokter Teoh Seng Hing adalah salah satu dokter ginekologi di Mount Elizabeth Hospital, Singapura. Ia seorang kristiani. Semua orang yang saya kenal dan pernah menjadi pasiennya punya kesan yang sangat positif terhadapnya. Sebab selain ahli, ia juga sangat baik, sabar, telaten, ramah, penuh perhatian. Pasien bisa bebas dan nyaman berkonsultasi dengannya. Bahkan ketika Kezia, anak saya yang berumur 8 tahun, bertanya ini itu saat istri saya konsultasi, ia juga melayani dengan baik. Dengan sikapnya itu, Dokter Teoh telah menunjukkan kesaksian yang indah sebagai dokter kristiani.

Kekristenan berkembang bukan hanya karena peran para penginjil ternama. Namun juga melalui kesaksian hidup para "penginjil" anonim. Orang-orang yang dalam peran dan profesinya masing-masing telah memberi kesaksian indah bagi masyarakat sekitar. Seorang dokter-dokter kristiani yang berbeda dari dokter lain. Seorang pejabat-pejabat kristiani yang berbeda dari pejabat lain. Seorang mahasiswa-mahasiswa kristiani yang berbeda dari mahasiswa lain, dan sebagainya. Iman kristiani mereka betul-betul nyata dalam kehidupan sehari-hari, melalui sikap dan tutur kata yang ditunjukkan.

Jemaat mula-mula adalah jemaat yang bertumbuh sangat pesat. Ciri-ciri hidup mereka selain tekun dalam pengajaran para rasul (ayat 42), dan satu sama lain memiliki hidup kebersamaan yang kuat dan akrab (ayat 46), juga memberi pengaruh positif bagi orang-orang luar. "Dan mereka disukai semua orang" (ayat 47). Mari kita menjadi saksi yang setia, sehingga kehadiran kita sungguh menjadi berkat bagi orang-orang sekitar -AYA

3 Maret 2008

Affluenza

Nats : Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri (Roma 15:1)
Bacaan : Roma 15:1-6

Carolina Reyes, koordinator rubrik koran kampus Western Washington University, menengarai adanya penyakit sosial bernama "affluenza" (affluence-bahasa Inggris: kemakmuran) yang menjangkiti masyarakat negara maju. Saat orang memiliki harta benda dan berbagai kemudahan hidup, mereka cenderung menjalani hidup yang konsumtif dan mengejar kenikmatan bagi diri sendiri. Namun, dari situ ternyata timbul berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, jantung koroner, hipertensi, stroke, dan sebagainya, yang dapat berakibat fatal.

Setiap orang percaya dipanggil untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini dan mengalami pembaruan budi, sehingga dapat mengetahui kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2). Oleh karena itu, sekalipun kecenderungan hidup konsumtif mulai menjalar di sekitar kita, marilah kita memohon pertolongan Allah agar dapat mengambil sikap yang berbeda. Sikap yang tidak hanya mengejar kenikmatan duniawi bagi diri sendiri, tetapi juga mau menyatakan kasih Allah dengan berbagi berkat kepada yang lemah dan membutuhkan. Hidup menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama dan tidak hanya menikmatinya sendiri. Firman Tuhan mengingatkan tentang kewajiban kita untuk menanggung kelemahan mereka yang tidak kuat dan jangan hanya mencari kesenangan diri sendiri (Roma 15:1).

Mari kita bermurah hati kepada mereka yang membutuhkan, agar sebagai anak-anak Allah kita tampil secara berbeda dengan dunia ini dan terhindar dari "affluenza" yang dapat menyebabkan berbagai penyakit jasmani dan rohani -NDA

19 Mei 2008

Penghiburan Kita

Nats : Maka menangislah Yesus (Yohanes 11:3)
Bacaan : Yohanes 11:25-36

Ayah saya adalah seorang yang tegar. Namun suatu pagi, setelah menerima sebuah kabar melalui telepon, ia menangis. Seingat saya, itulah satu-satunya kesempatan saya melihatnya menangis di hadapan keluarga kami. Ternyata, ia baru saja mendengar berita meninggalnya kakek saya.

Kematian adalah bagian alami dari kehidupan. Namun toh setiap kali kematian datang, apalagi jika ia menjemput orang yang kita cintai, ada perasaan berduka yang muncul. Namun, berdasarkan bacaan hari ini, sebagai orang beriman setidaknya ada dua penghiburan yang bisa kita pegang saat kita berduka.

Pertama, bahwa dalam Yesus manusia tidak akan mati selama-lamanya (ayat 25). Itu berlaku juga bagi kita. Kematian di bumi ini hanya me-misahkan kita sementara saja dengan orang-orang yang kita kasihi. Kelak kita semua akan bertemu kembali.

Kedua, bahwa Tuhan mengerti benar perasaan kita. Dia menangis ketika melihat Maria dan orang-orang Yahudi meratapi kematian Lazarus (ayat 35). Tuhan yang penuh kasih benar-benar mengerti kedukaan kita akibat kematian. Dan, Dia pun turut berduka bersama kita!

Kedua hal tersebut dapat menjadi penghiburan ketika kita berduka akibat kehilangan seseorang yang terkasih. Kedua hal ini bahkan dapat kita pegang untuk menguatkan kita dalam segala situasi. Hidup kita hanya sementara. Segala masalah di dalamnya pasti akan berlalu. Selain itu, Tuhan yang Pengasih sungguh-sungguh mengerti apa yang kita rasakan. Kita tidak pernah bergumul sendirian -ALS

11 Juli 2008

Bersahabat

Nats : Betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul ... [dengan] orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi ... aku tidak boleh menyebut seorang pun najis (Kisah Para Rasul 10:28)
Bacaan : Kisah Para Rasul 10:24-35

Dengan telepon genggam, dewasa ini orang dapat lebih leluasa berkomunikasi ketimbang sepuluh tahun lalu. Harga telepon genggam pun semakin terjangkau. Namun anehnya, penelitian menunjukkan bahwa pemakai telepon genggam rata-rata hanya menghubungi empat orang secara rutin dan intensif. Padahal daftar kontaknya berisi ratusan nomor telepon. Itu berarti, walaupun ada begitu banyak kenalan, hanya segelintir orang yang dijadikan sahabat.

Banyak orang cenderung memilih-milih teman dalam bergaul. Akibatnya, kita kerap membuat tembok pembatas, seperti suku, budaya, status sosial, maupun agama, sehingga lingkaran pergaulan kita malah menjadi sempit. Para murid Yesus pun semula bersikap demikian. Petrus, sebagai orang Yahudi dilarang keras berkunjung ke rumah Kornelius, orang Italia. Mereka dianggap orang kafir. Namun, pandangan Petrus segera berubah setelah Kristus menyadarkannya bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan orang (ayat 34). Jadi, ia pun pergi mengunjungi Kornelius, sebab Tuhan ingin memakainya menjadi saluran berkat bagi "orang kafir" itu. Keberanian Petrus menerobos tradisi dan membangun relasi membuahkan berkat besar. Hasilnya, seisi rumah Kornelius pun diselamatkan.

Allah mencintai orang-orang yang hidup di sekitar kita dan ingin menunjukkan cinta-Nya kepada mereka, melalui kita. Hal ini hanya dapat terjadi apabila kita bersedia membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja. Belajar mencintai yang Tuhan cintai. Coba periksa lagi daftar kontak Anda. Adakah orang yang perlu dijadikan sahabat? -JTI

2 Agustus 2008

Gerak di Tempat

Nats : Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya (Amsal 26:14)
Bacaan : Amsal 26:13-16

Seperti apakah si pemalas? Ia diumpamakan sebagai daun pintu yang berputar hanya pada engselnya, bergerak tetapi tidak berjalan alias "gerak di tempat". Serupa pula dengan kursi goyang, orang yang duduk di atasnya bisa merasa seakan-akan sudah mencapai jarak yang jauh, padahal ia tak ke mana-mana. Tidak heran bila kursi goyang disebut juga "kursi malas".

Allah tidak senang kepada orang yang malas. Bacaan Alkitab kita menuntun pada pengertian siapakah orang yang malas itu. Si pemalas adalah orang yang bila diberi tugas suka berdalih (Amsal 26:13). Si pemalas adalah orang yang tak mau bergerak maju sekalipun sudah didorong oleh orang lain (ayat 16). Si pemalas adalah orang yang bahkan malas melakukan sesuatu yang sesungguhnya bermanfaat bagi dirinya sendiri (ayat 15). Seperti seseorang yang malas makan mangga, kecuali orang lain mengupaskan kulitnya.

Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi malas? Milikilah tujuan hidup yang jelas, sehingga kita punya semangat untuk memaknai hari-hari kita. Milikilah motivasi yang tulus, supaya kita dapat merasakan sukacita saat hendak mencapai tujuan. Milikilah perencanaan yang benar, agar kita menjadi orang-orang yang bijaksana karena tidak menyia-nyiakan waktu hidup kita. Mari menjadi anak-anak Tuhan yang rajin dan penuh semangat dalam hidup ini, seperti apa yang telah Paulus lakukan, "Aku ... berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Filipi 3:14). Selamat tinggal kemalasan! -ACH

16 September 2008

Kristen Bola

Nats : Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa (2Korintus 4:8,9)
Bacaan : 2Korintus 4:1-15

Sepulang sekolah, Kathleen, putri saya, suka bermain bola di rumah. Anak usia empat tahun itu sangat suka memantul-mantulkan bola kesayangannya ke lantai. Suatu saat ia berkata, "Pa, Kathleen suka dengan bola ini. Tiap kali Kathleen membanting bola ini, ia malah melambung tinggi. Lucunya, semakin keras dibanting, ia malah melambung makin tinggi ya, Pa."

Paulus adalah seorang rasul yang berterus terang tentang realitas kehidupan dan pelayanan yang tengah dilakukannya. Sejak menyerahkan diri untuk melayani Tuhan, masalah justru seakan-akan enggan meninggalkannya. Ketika melayani jemaat di Korintus, ia pun tidak bebas dari masalah. Jemaat Korintus terkenal dengan reputasinya yang buruk. Banyak hal yang terjadi dalam jemaat ini, telah menyakitkan hati Allah dan Paulus. Misalnya perpecahan, juga tindakan tidak bermoral. Secara logika, sangat masuk akal bila Paulus mempertanyakan penyertaan Tuhan atas hidupnya, memprotes, atau bahkan mengambek. Namun, Paulus tidak melakukannya. Ia tetap setia memegang komitmen pelayanannya.

Inilah inti "karakter pelayanan kristiani" sejati yang harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan; di mana pun dan dalam peran apa pun. "Ditindas namun tidak terjepit ... habis akal namun tidak putus asa ... dianiaya namun tidak ditinggalkan sendiri ... dihempaskan namun tidak binasa" (ayat 8,9). Saya menyebutnya "Kristen bola", yang tak menjadi "kempes" walaupun "dibanting" dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Apa rahasianya? "Kami senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus nyata dalam tubuh kami" (ayat 10) -MZ



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA