Topik : Pengakuan

22 November 2002

Air Mata yang Kering

Nats : Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Matius 5:4)
Bacaan : Matius 5:1-10

Saya membaca sebuah berita tentang seorang wanita yang tidak pernah menangis selama 18 tahun yang disebabkan oleh faktor fisik, bukan emosional. Para dokter mengatakan bahwa ia menderita suatu penyakit langka, yakni sindrom Sjogren. Tanpa diketahui sebabnya, antibodi pada tubuhnya menyerang kelenjar air matanya, seolah-olah kelenjar itu adalah benda asing yang tidak diinginkan.

Itu mengingatkan saya pada masalah kerohanian yang dihadapi umat Allah. Mereka seharusnya dapat menangis, tetapi tidak dapat. Mereka seharusnya belajar dari apa yang dimaksudkan Yesus ketika Dia berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita" (Matius 5:4).

Kadang kala kita berpikir bahwa air mata menandakan kelemahan. Namun, jika benar demikian, mengapa Yesus menangis? (Lukas 19:41). Mengapa Yakobus minta orang-orang kristiani supaya menangisi dosa- dosa mereka? (Yakobus 4:9).

Ya, setiap orang memiliki cara berbeda-beda dalam mengekspresikan emosi. Namun air mata, dalam arti sebenarnya, bukanlah pokok permasalahan yang sesungguhnya. Yang terpenting adalah sikap hati. Seberapa dalamkah kita merasakan dampak dari dosa kita. Apakah kita benar-benar merasa sedih secara rohani? Apakah kita menderita melihat konsekuensi tragis yang ditimbulkan oleh dosa kita dalam relasi kita dengan orang lain? Yang saya maksudkan bukanlah menunjukkan kesedihan pura-pura, tetapi apakah kita juga merasakan kesedihan yang sama dengan yang dirasakan Allah terhadap kejahatan? Apakah kita bersedia mengubahnya? Ataukah air mata kita juga sudah kering? –Mart De Haan II

25 Januari 2003

Menyalahkan Allah

Nats : Janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" (Yakobus 1:13)
Bacaan : Keluaran 32:15-29

Menyalahkan orangtua, teman-teman, atau keadaan karena dosa-dosa kita adalah tindakan yang buruk. Namun yang paling buruk adalah bila kita menyalahkan Allah. Saya membaca kisah tentang seseorang yang menjalani program penurunan berat badan. Suatu hari ia membeli beberapa donat. Ketika ditanya alasannya, ia berkata bahwa itu kesalahan Allah, karena Dia membuka tempat parkir tepat di depan toko roti yang biasa ia lewati.

Dalam Keluaran 32, kita membaca bagaimana imam agung Harun mengepalai pembuatan sebuah patung berhala emas. Ini mengakibatkan matinya 3.000 orang Israel dan mendatangkan penyakit sampar yang mengerikan bagi bangsa itu. Namun bukannya segera bertobat dan bertanggung jawab layaknya seorang pemimpin, Harun malah menyalahkan rakyat dengan berkata bahwa mereka mendesaknya sehingga ia tidak punya pilihan lain. Ia bahkan bertindak lebih jauh dan berbohong. Ia mengatakan bahwa yang ia lakukan hanya melemparkan emas itu ke tempat peleburan, dan secara misterius muncullah sebuah patung anak lembu emas (Keluaran 32:24).

Musa menolak alasan Harun. Ia menunjukkan dosa saudara laki-lakinya itu, lalu mendoakannya (Ulangan 9:20). Kita boleh yakin bahwa kaum Israel yang mengakui kesalahan mereka pasti diampuni. Namun Allah menghakimi dosa itu, sehingga banyak orang yang mati.

Jika Anda berbuat salah, akuilah. Jangan mencari kambing hitam. Dan yang lebih penting lagi, jangan menyalahkan Allah --Herb Vander Lugt

21 Maret 2003

Prioritas yang Utama

Nats : Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku (Mazmur 139:23)
Bacaan : Mazmur 32:1-5

Aktor Sylvester Stallone dipuji karena keberhasilannya dalam memerankan tokoh perkasa bernama Rocky dan Rambo. Namun bagaimana sebenarnya kehidupan pribadinya? Dalam sebuah wawancara, dengan jujur ia mengaku, “Seandainya saya menonton film tentang kehidupan nyata pribadi saya, saya akan geleng-geleng kepala karena putus asa dan heran. Hidup saya bagaikan film komedi kesalahan.”

Bayangkan jika seandainya hidup Anda atau saya difilmkan. Bukankah film itu tidak hanya menyingkapkan kesalahan dan pilihan salah yang telah kita perbuat, melainkan juga menampilkan kehidupan seorang berdosa yang tidak bertingkah laku selayaknya pengikut Kristus? Apakah kita akan malu melihat beberapa babak kehidupan kita? Ataukah kita justru termotivasi, seperti yang dikatakan Stallone, untuk mengubah nilai-nilai yang kita anut dan mulai memperhatikan “hubungan dengan sesama ... dan lebih mengutamakan orang lain”?

Yesus ingin menjadi “sesama” yang diutamakan dalam hidup kita (Matius 6:24,33). Namun bagaimana caranya? Hal itu bisa dimulai dengan pengakuan dosa kepada-Nya, lalu kita akan mengalami penyucian dan pengampunan dari Tuhan (Mazmur 32:5). Kemudian secara bertahap kita akan diubahkan oleh-Nya melalui pekerjaan Roh Kudus dan firman Allah (Galatia 5:22,23; Ibrani 4:12). Jika kita memproritaskan hubungan kita dengan Tuhan Yesus Kristus, maka Dia akan membentuk kita menjadi umat yang sesuai dengan kehendak-Nya (Filipi 2:3-8) --Vernon Grounds

23 Mei 2003

Pengakuan dan Konsekuensi

Nats : Aku berkata, "Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran- pelanggaran-ku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku (Mazmur 32:5)
Bacaan : Yosua 7:1-6, 19-26

Pada tahun 1983, Karla Tucker membunuh dua orang secara biadab. Namun, di dalam penjara ia mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan menjadi seorang kristiani yang penuh semangat. Banyak orang berharap perubahannya ini bisa meyakinkan kuasa hukum untuk meringankan hukumannya menjadi hukuman penjara seumur hidup. Namun pengadilan menolak semua permohonan. Wanita itu tetap menjalani eksekusi pada tahun 1998.

Saya teringat akan Karla ketika membaca cerita tragis tentang Akhan. Saya terkesan dengan pengakuan Akhan, "Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap Tuhan, Allah Israel, sebab beginilah perbuatanku" (Yosua 7:20). Perkataannya membuat saya berpikir bahwa mungkin saja ia diampuni Allah, seperti yang dialami Raja Daud bertahun-tahun kemudian (Mazmur 32:5). Namun dosa Akhan telah menyebabkan kematian 36 orang Israel (Yosua 7:5), dan ia harus dihukum karena perbuatannya.

Meskipun kita telah mendapat pengampunan Allah, kita tetap harus menghadapi konsekuensi dosa kita. Jika kita berbohong, menganiaya seseorang, bertindak dengan tidak bertanggung jawab, merusak milik orang lain, atau melanggar hukum setempat, kita masih harus berusaha sungguh-sunguh untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kita perbuat.

Memang sungguh menyenangkan mengetahui bahwa kita diampuni saat kita mengaku dosa kepada Allah. Namun, itu tidak berarti kita bebas dari segala konsekuensi dosa. Itulah sebabnya mengaku dosa adalah hal yang baik, tetapi berkata "tidak" kepada dosa, itu jauh lebih baik --Herb Vander Lugt

21 September 2003

Bertobat dan Bersukacita

Nats : Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya ... baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihaninya (Yesaya 55:7)
Bacaan : Mazmur 51

Seorang wanita kristiani menanyakan kabar saudara seimannya. Dengan senyum lebar pria itu menjawab, "Saya sedang bertobat dan bersukacita, Saudariku!"

Saya yakin pria ini berjalan dalam roh pertobatan. Setiap hari ia mengakui dan berbalik dari dosanya, serta bersukacita dalam pengampunan Allah.

Karena pertobatan sejati melibatkan ratapan, kita mungkin lupa bahwa pertobatan menuntun kita pada sukacita. Ketika pertama kali bertobat dan menjadi orang percaya, kita mengalami sukacita besar. Namun, bila kemudian kita memilih untuk hidup di dalam dosa yang tak diakui, sukacita itu pun akan hilang.

Daud percaya sukacitanya dapat dipulihkan. Setelah mencurahkan perasaan dalam doa untuk memohon pertobatan dari Allah, dengan rendah hati Daud memohon, "Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu" (Mazmur 51:14). Saat berbalik kepada Tuhan, Daud memperoleh tujuan hidupnya kembali: "Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (ayat 15). Melalui iman kepada Allah Maha Pengampun dan penuh belas kasihan, Daud mulai bersukacita kembali dalam keselamatannya (ayat 16,17).

Apakah Anda terkadang kehilangan sukacita atas keselamatan karena gagal mengatasi dosa? Jika Anda mengakuinya, Allah akan mengampuni Anda (1 Yohanes 1:9). Dia akan memulihkan sukacita Anda dan membantu mengatasi dosa yang meresahkan Anda. Inilah makna menjadi orang kristiani yang "bertobat dan bersukacita" --Joanie Yoder

31 Oktober 2003

Berjalan-jalan di Hutan

Nats : Hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya (Roma 6:12)
Bacaan : Roma 6:11-14

Seorang teman menulis kepada saya tentang "hutan lindung" dalam kehidupannya, yaitu dosa tersembunyi yang ia pelihara.

"Hutan lindung" ini menyerupai hutan belantara luas di Idaho, negara bagian tempat saya tinggal. Mungkin kedengarannya menyenangkan berjalan-jalan sendirian di tengah daerah yang masih liar ini, namun itu berbahaya.

Demikian pula ada harga yang harus dibayar untuk setiap dosa yang kita lakukan. Kita mengorbankan kedekatan kita dengan Allah, kehilangan berkat-Nya (Mazmur 24:1-5), dan kita pun kehilangan pengaruh terhadap orang lain, yaitu pengaruh yang muncul dari kesucian tubuh dan pikiran (1 Timotius 4:12).

Daerah liar di dalam diri kita mungkin tak akan pernah benar-benar dapat dikendalikan, namun kita dapat memasang pembatas yang menahan kita untuk masuk ke dalamnya. Salah satu pembatas itu adalah dengan mengingat bahwa kita sudah mati terhadap kuasa dosa (Roma 6:1-14). Kita tidak perlu menyerah kepadanya.

Pembatas kedua adalah melawan godaan saat dosa itu terlebih dahulu menggoda kita. Godaan pertama mungkin tidak kuat, namun jika kita meladeninya, akhirnya ia akan memperoleh kekuatan dan mengalahkan kita.

Pembatas ketiga adalah tanggung jawab moral. Temukan seseorang yang bersedia bertanya kepada Anda setiap minggu, "Apakah Anda sedang menjelajahi hutan liar? Apakah Anda pergi ke tempat yang tidak seharusnya Anda datangi?"

Ketidaksucian menghancurkan, namun jika kita mencari kekudusan dan meminta pertolongan Allah, Dia akan memberi kita kemenangan. Teruslah maju! --David Roper

20 November 2003

Bertindaklah!

Nats : Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu (Matius 5:29)
Bacaan : Roma 8:12-16

Majalah, bioskop, dan televisi mempertontonkan perilaku yang memalukan. Bahkan pelanggaran susila pun dianggap sebagai lelucon. Dunia sedang mencoba meyakinkan setiap orang bahwa tidak ada lagi yang bersifat dosa. Oleh sebab itu, kita harus waspada terhadap setiap bentuk kompromi dalam hati kita.

Ketika masih bertugas dalam dinas militer, saya menyadari bahwa saya mulai terbiasa dengan kata-kata dan tingkah laku yang jorok dari beberapa teman serdadu. Ketika saya menyadari apa yang sedang terjadi, saya memohon kepada Tuhan untuk memulihkan kepekaan saya terhadap dosa yang memprihatinkan seperti itu.

Sikap yang memaklumi kejahatan akan membawa kita jatuh ke dalam dosa. Karena itu, kita harus menolak dengan tegas setiap bentuk kejahatan.

Bahkan Yesus mengatakan lebih gamblang lagi, yakni bahwa kita harus mencungkil mata kita jika hal itu membuat kita jatuh ke dalam dosa (Matius 5:29). Dia tidak mengatakan bahwa kita harus memuntungkan tubuh kita, tetapi kita harus mengambil tindakan tegas ketika tergoda untuk berbuat dosa. Buku, majalah, atau gambar-gambar video yang membangkitkan hasrat yang tidak benar harus dihindari dengan sadar. Inilah yang ada di benak Paulus ketika ia mengatakan bahwa kita harus "mematikan perbuatan-perbuatan tubuh" (Roma 8:13). Seseorang yang tidak memedulikan dosa yang terjadi di sekitarnya atau bahkan bermain-main dengannya, tengah terancam bahaya besar.

Kita tidak boleh menyepelekan masalah ini. Ini saatnya untuk bertindak! --Herb Vander Lugt

23 Desember 2003

Sungai Pengampunan

Nats : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yohanes 1:9)
Bacaan : 1 Yohanes 1:5-9

Menurut salah satu mitos Yunani, Raja Augeus mempunyai sebuah kandang berisi 3.000 sapi jantan. Kandang tersebut tidak pernah dibersihkan selama 30 tahun. Karena itu kata Augean dalam bahasa Inggris menunjuk pada sesuatu yang sangat kotor karena lama diabaikan. Hercules, orang yang sangat kuat dalam mitos itu, diperintahkan untuk membersihkan kandang Augean hanya dalam satu hari.

Ketika pertama kali melihat kandang itu, Hercules menjadi berkecil hati karena kandang itu begitu luas, jorok, dan berbau busuk. Kemudian ia memerhatikan bahwa kandang itu terletak di antara dua sungai besar, yaitu sungai Alpheus dan sungai Peneus. Ia mengerahkan kekuatan raksasanya untuk bekerja dan membelokkan kedua sungai itu sehingga mengaliri bangunan tersebut. Dalam waktu singkat, kandang itu tercuci bersih.

Cerita ini tentu saja hanya mitos. Namun mitos, dengan sifatnya yang sangat alami, melestarikan kerinduan suatu budaya yang menganut dan mengabadikannya. Saya yakin, cerita ini mencerminkan kerinduan kita akan seseorang yang bersedia membersihkan kehidupan kita dari timbunan sampah dan kotoran yang menumpuk selama bertahun-tahun.

Ada sungai pengampunan yang penuh kuasa, yang mengalir dari salib Kristus. Tak satu pun kotoran, yang paling kotor sekalipun, yang dapat bertahan terhadap aliran pembersihan itu. Apabila kita dengan rendah hati mengakui dosa-dosa kita, maka semua kesalahan kita akan dihapuskan (1Yohanes 1:9). Kita dapat percaya bahwa dosa kita "yang banyak itu telah diampuni" (Lukas 7:47) --David Roper

18 Juni 2004

Bercak Cat

Nats : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9)
Bacaan : 1 Yohanes 1:5-2:2

Ketika saya mengecat dinding yang tinggi dengan kuas gulung, timbullah percikan cat yang halus sehingga meninggalkan bercak-bercak putih di kacamata saya. Bercak-bercak itu tampak jelas oleh orang lain, tetapi saya sendiri tak menyadarinya. Suatu pagi ketika hendak bekerja, sinar matahari yang menembus lensa kacamata saya membuat bercak-bercak itu terlihat sehingga mengganggu penglihatan.

Sama halnya dengan beberapa cacat kecil moralitas kita. Orang lain dapat melihatnya, tetapi kita tidak. Dan saat kita mempelajari firman Allah, cahaya kebenaran Tuhan Yesus Kristus akan menyinari kita sehingga segala cacat itu dapat terlihat dengan jelas. Karakter-Nya yang murni, kasih sejati-Nya, dan motivasi-Nya yang tulus akan menyingkapkan bercak-bercak dosa yang ada dalam setiap tindakan kita. Kebohongan-kebohongan kecil yang kita anggap baik, kemarahan yang egois, kemunafikan kecil, dan motivasi yang tidak murni akan terlihat jelas. Semua itu ada dalam diri kita dengan kadar yang berbeda.

Betapa pekanya Rasul Yohanes! Ia menulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri” (1 Yohanes 1:8). Tetapi puji Tuhan, “Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil” (2:1). Ketika kita mengaku dosa kita, maka Dia menjadi pengantara kita di hadapan Bapa.

Ketika kita mengakui kekurangan kita, Allah akan menyucikan kita, bahkan bercak-bercak halus yang tak selalu kita lihat —Dennis De Haan

29 Juni 2004

Kisah yang Panjang

Nats : Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan (Amsal 29:1)
Bacaan : 2 Tawarikh 36:11-17

Di bulan Agustus 1989, kebakaran hebat berkobar di bawah jalan layang antarnegara bagian sektor 78 di New Jersey. Panas yang hebat membuat sebagian jalan bebas hambatan tersebut melengkung sehingga jalan arteri East Coast harus ditutup. Gubernur menyatakan bahwa ini adalah musibah transportasi terburuk selama beberapa tahun itu.

Penyelidikan mengungkapkan suatu masalah yang sudah lama ada. Ternyata api berkobar dari pembuangan sampah yang menjadi tempat penumpukan puing-puing bangunan selama bertahun-tahun. Pemilik tempat pembuangan sampah itu dituduh telah melakukan konspirasi bernilai jutaan dolar dengan mengizinkan tempat itu menjadi tempat penampungan ilegal puing-puing bangunan. Namun, permohonan banding ke pengadilan federal dan negara bagian telah menyulitkan New Jersey membersihkan daerah itu. Sehari setelah kebakaran, pengadilan negara bagian akhirnya memerintahkan petugas tempat pembuangan sampah itu menghentikan pembuangan sampah dan membersihkan daerah tersebut.

Kebakaran itu menggambarkan kisah dasar kehidupan kita. Kebanyakan permasalahan kita tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan hasil dari rangkaian keputusan yang keliru. Kitab 2 Tawarikh 36 menjelaskannya dan mengingatkan kita bahwa Allah tidak mengizinkan anak-anak-Nya terus berdosa. Walaupun Dia panjang sabar, tetapi kesabaran-Nya ada batasnya. Jika kita tidak memperbaiki kesalahan, maka Dia pasti akan mendisiplinkan diri kita.

Marilah kita bersihkan sampah-sampah kehidupan kita hari ini —Mart De Haan

28 Juli 2004

Masalah Rasa

Nats : Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2 Korintus 7:1)
Bacaan : 2 Korintus 6:1-7:1

Dua ekor kecoa memutuskan untuk mengunjungi rumah makan favorit mereka. Ketika kecoa yang lebih besar sedang menikmati makanannya, kecoa yang lebih kecil berkata, “Kamu pasti tidak percaya mendengar cerita tentang rumah yang baru saja aku tinggalkan. Rumah itu tak bernoda sedikit pun. Wanita pemiliknya pastilah seorang yang suka bersih-bersih. Segala sesuatunya begitu bersih, baik bak cuci, meja pajangan, maupun lantainya. Kamu tidak akan bisa menemukan remah-remah di mana pun juga.” Kecoa satunya berhenti mengunyah, memandang temannya dengan jengkel, dan berkata, “Haruskah kamu berbicara seperti itu ketika aku sedang makan?”

Cerita tentang kecoa ini dapat diterapkan kepada manusia juga. Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Korintus menunjukkan bahwa para pembaca surat-surat Paulus harus belajar banyak tentang hidup suci. Mereka perlu mengembangkan sifat lapar dan haus akan kebenaran yang lebih kuat. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta mereka untuk berbalik dari segala macam kekotoran (7:1). Ia mengingatkan mereka bahwa Allah ingin agar umat-Nya memisahkan diri mereka dari sampah rohani.

Jika “kebersihan” hati tampaknya tidak menarik, barangkali kita telah cukup puas dengan “remah-remah” keinginan duniawi kita. Karena itu, kita harus belajar untuk mengecap bagaimana rasanya kesalehan itu.

Bapa, ampunilah kami karena telah memenuhi keinginan daging kami yang penuh dosa ini. Sebaliknya, bantulah kami untuk menanamkan selera yang ingin dihasilkan Roh Kudus-Mu di dalam diri kami —Mart De Haan

10 September 2004

Cara Hidup

Nats : Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (Efesus 4:26)
Bacaan : Kolose 3:5-9

"Bagaimana semuanya bisa kotor secepat ini?" gerutu saya sembari membersihkan kaca meja. "Padahal baru sebulan yang lalu saya membersihkannya."

"Pembersihan adalah sebuah cara hidup, bukanlah suatu peristiwa," jawab suami saya.

Saya tahu perkataannya benar, tetapi saya benci mengakuinya. Saya ingin membersihkan rumah kami satu kali saja dan ingin agar rumah tetap bersih. Tetapi rupanya kotoran tidak mudah menyerah begitu saja. Butir demi butir debu membuat rumah menjadi kotor kembali. Sedikit demi sedikit, noda pun bertumpuk.

Dosa bagaikan debu dan noda di rumah saya. Saya ingin memusnahkannya dengan sekali berdoa untuk mengakui dosa dan bertobat. Tetapi dosa tidak menyerah semudah itu. Perilaku buruk kembali merasuki pikiran demi pikiran saya. Pilihan demi pilihan yang kita ambil menghasilkan tumpukan berbagai konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Rasul Paulus memerintahkan jemaat di Kolose untuk membuang "marah, geram, kejahatan, fitnah, dan kata-kata kotor" (Kolose 3:8). Lalu ia mengingatkan jemaat di Efesus, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26).

Kematian dan kebangkitan Kristus menghilangkan kewajiban untuk mempersembahkan korban setiap hari. Tetapi pengakuan dosa dan pertobatan masih diperlukan dalam kehidupan orang kristiani setiap hari. Menyingkirkan hal-hal seperti amarah, kegeraman, dan kejahatan adalah cara hidup, bukan peristiwa yang hanya terjadi satu kali --Julie Ackerman Link

30 Oktober 2004

Tak Mungkin Lolos!

Nats : Dosa pemberontakan kami banyak di hadapan-Mu dan dosa kami bersaksi melawan kami (Yesaya 59:12)
Bacaan : Galatia 6:1-9

Sekelompok siswa Renaissance High School di Detroit memutuskan untuk membolos untuk menghadiri sebuah konser musik rock di Hart Plaza. Mereka merasa telah berhasil meloloskan diri. Namun keesokan harinya, ternyata surat kabar The Detroit News menampilkan foto berwarna konser tersebut tepat di halaman depan. Dan siapakah yang ada di dalam foto itu? Benar. Di dalam foto itu terpampang para siswa Renaissance High yang membolos, yang dengan mudah dikenali oleh siapa saja.

Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak dapat menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran kita. Kita barangkali dapat menutupinya untuk sementara waktu dan bahkan meloloskan diri bersamanya selama waktu yang lebih lama. Namun, hari yang tidak terhindarkan itu akan tiba, saat kita harus menghadapinya, entah di dunia ini atau di dunia yang akan datang. Paulus memberi tahu orang-orang di Galatia, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7).

Mungkin Anda memiliki dosa rahasia yang Anda sembunyikan. Jika demikian, saya mendesak Anda untuk mengakui dan meninggalkannya. Atau mungkin Anda kini perlahan-lahan terbawa ke dalam situasi yang Anda tahu salah dan Anda tergoda untuk melanjutkannya, serta berpikir bahwa Anda tidak akan tertangkap basah. Maka saya meminta Anda untuk tidak melangkah lebih jauh. Foto Anda mungkin tidak muncul di halaman depan sebuah surat kabar, namun Alkitab berkata bahwa Anda tidak mungkin meloloskan diri bersamanya! --Dave Egner

17 Februari 2005

“godhelp”

Nats : Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi (Mazmur 32:1)
Bacaan : Mazmur 32

Laki-laki yang ditangkap karena pembunuhan terhadap gadis 12 tahun, diduga telah melakukan serangkaian pembunuhan lain. Ketika polisi memeriksa komputernya, mereka menemukan fail berjudul “My Sins” (dosa-dosa saya). Tetapi fail ini tak bisa dibuka karena dilindungi kata sandi. Seorang ahli komputer mencoba memecahkan kodenya dengan bantuan piranti lunak khusus. Sesudah 16 jam mencoba miliaran kombinasi, ia menemukan kata sandinya: “Godhelp” (bantuan Allah). Fail ini berisi uraian enam kejahatan sadis, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.

Saya bertanya-tanya, apakah orang ini menciptakan fail dan kata sandi uniknya karena beban rasa bersalah yang begitu besar atas perbuatannya. Mungkin ia tahu hanya Allah yang bisa membantunya menangani kejahatannya yang begitu besar.

Kita semua memiliki dosa masa lampau yang membebani. Kita mungkin merasa seperti Daud ketika menulis bahwa tangan Allah membebaninya siang malam dan bahwa “sumsumnya menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas” (Mazmur 32:4). Namun, ia dapat merasakan kelegaan. Daud menulis, “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu ... aku berkata, ‘Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,’ dan engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (ayat 5).

Mukjizat pengampunan Allah tak menghilangkan konsekuensi dari dosa kita. Tetapi ketika kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya, Dia akan mengampuni dan membersihkan kita (1 Yohanes 1:9). Belas kasih dan bantuan-Nya adalah suatu hal yang pasti —David McCasland

3 Mei 2005

Katakan

Nats : Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat (Mazmur 14:3)
Bacaan : Mazmur 14

Saat ini orang jarang menggunakan kata dosa lagi. Ketika kita berbuat salah, kita mengatakan bahwa kita menunjukkan "perilaku yang tidak tepat" atau melakukan "kesalahan taktis" atau "kekeliruan". Kita mungkin bahkan mengatakan, "Saya telah melakukan sesuatu yang buruk." Seakan-akan orang telah memercayai kebaikan bawaan mereka sendiri.

Kita melakukan hal tersebut walaupun ada begitu banyak bukti lahiriah dan rohaniah yang membuktikan kebenaran. Ketika saya menuliskan renungan ini, pembunuhan masal sedang merajalela di Sudan. Kekejian yang tak terperikan sedang dialami Bosnia dan Rwanda. Siapa yang bisa melupakan ladang-ladang pembunuhan di Kamboja? Dan bagaimana dengan jutaan bayi yang digugurkan di Amerika Serikat dengan mengatasnamakan kemudahan hidup? Kejahatan belum meninggalkan wajah bumi kita ini.

Sebagai pengikut Yesus, kita harus dengan tegas menolak usaha-usaha yang dilakukan oleh dunia untuk mengecilkan kenyataan dosa yang sebenarnya. Kita pun harus setuju dengan pernyataan Allah bahwa "tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak" (Mazmur 14:3).

Mengenali dosa bangsa memang jauh lebih mudah daripada mengakui dosa pribadi kita. Tetapi kita pun perlu mengakui dosa-dosa kecil yang telah kita lakukan yang melawan Allah yang kudus. "Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita" (1 Yohanes 1:10).

Ingatlah dosa Anda dan akuilah di depan Allah —DCE

27 Juni 2005

Menyempurnakan Kekudusan

Nats : Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2Korintus 7:1)
Bacaan : Galatia 5:16-26

Yunus 1-4

Sudah beberapa minggu ini saya tidak mengurus pekarangan saya, dan saya tertegun melihat betapa cepatnya ilalang tumbuh dan memenuhi pekarangan tersebut. Ilalang memang tidak perlu dipelihara; tampaknya mereka suka tumbuh dengan cepat bagi siapa pun yang membiarkannya. Sebaliknya, sepetak bunga yang indah perlu disiram, dipupuk, dan tentu saja disiangi. Bunga-bunga berkembang dengan subur jika dipelihara oleh orang yang tidak takut kukunya kotor oleh tanah.

Kehidupan kristiani juga membutuhkan usaha. Dibutuhkan komitmen penuh dari seseorang kepada Yesus—baik tubuh, pikiran, emosi, dan kehendak—untuk memiliki hidup yang penuh, menarik, membangun sesama, serta menyempurnakan orang itu. Bahkan setelah semua itu ada, "ilalang" sikap egois dan tindakan dosa dapat tumbuh dengan cepat dan menutupi buah-buah Roh (Galatia 5:22,23).

Itulah masalah yang dihadapi banyak jemaat di Korintus. Mereka telah dipenuhi oleh iri hati dan perselisihan (1 Korintus 3:1-3). Oleh karena itu, Paulus menyuruh mereka membersihkan diri dari "semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah" (2 Korintus 7:1). "Kekudusan" yang ia maksudkan di sini bukan berarti bebas dari dosa, melainkan tak bercela.

Tuhan, bantulah kami untuk mencabut "ilalang" jasmani dan rohani sebelum hal itu menjadi kebiasaan yang buruk. Biarlah keindahan karakter Yesus yang dilihat oleh orang lain di dalam diri kita —DJD

2 Juli 2005

Bawaan Konyol

Nats : Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita (Ibrani 12:1)
Bacaan : 1Korintus 9:24-27

Pada tahun 1845, ekspedisi Franklin yang sial berlayar dari Inggris untuk menemukan suatu terusan yang melewati Laut Artik.

Awak kapal mengisi dua kapal layar mereka dengan banyak barang yang tidak mereka perlukan: perpustakaan yang terdiri dari 1.200 buku, keramik terbaik, gelas kristal, dan peralatan makan yang terbuat dari perak murni, dengan inisial setiap perwira yang diukir pada setiap pegangannya. Yang mengherankan, setiap kapal hanya membawa persediaan batubara cadangan untuk mesin uap yang cuma cukup untuk 12 hari.

Kapal itu terjebak di padang es yang beku dan sangat luas. Setelah beberapa bulan, Lord Franklin tewas. Anak buahnya memutuskan untuk menyelamatkan diri dalam kelompok-kelompok kecil, namun tak ada satu pun yang selamat.

Ada satu cerita yang sangat menyedihkan. Dua perwira menarik sebuah kereta salju besar sejauh 104.585 km melewati es yang berbahaya. Pada saat regu penyelamat menemukan jasad para perwira tersebut, mereka menemukan bahwa kereta salju itu berisi meja perak.

Mereka membuka jalan bagi kematian mereka sendiri dengan membawa barang yang tidak mereka perlukan. Bukankah kita kadang kala melakukan hal yang sama? Kita pun menyeret beban yang tidak kita perlukan dalam kehidupan, bukan? Pikiran-pikiran jahat menghalangi kita. Kebiasaan-kebiasaan buruk merongrong kita. Ketidakrelaan yang tidak kita lepaskan.

Mari kita bertekad menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita DCE

6 Juli 2005

Daun-daun Berdebu

Nats : Aku berkata, Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku (Mazmur 32:5)
Bacaan : Mazmur 32:1-7

Pohon karet yang saya beli untuk istri saya Dorothy, menambah sentuhan kehidupan di rumah kami. Namun, suatu pagi mendadak daun-daunnya layu. Saya pun menjadi bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi.

Ketika saya pulang untuk makan siang, pohon itu telah betul-betul berubah. Pohon itu menjadi seindah saat saya membawanya pulang dari toko. Daun-daunnya sudah segar lagi. Ketika saya bertanya kepada Dorothy mengenai hal itu, ia mengatakan bahwa ia membaca petunjuk rumah tangga tentang cara menjaga pohon agar tetap terlihat segar. Bacaan itu menyatakan bahwa debu yang menumpuk di atas daun sebenarnya dapat menghalangi cahaya mengenai permukaannya, jadi kita perlu membersihkan debu itu secara teratur. Dorothy telah melakukan hal itu dan hasilnya sangat menakjubkan.

Pada saat kita hidup di dunia ini, partikel-partikel dosa yang kecil dapat tumbuh di dalam hidup kita. Kebencian, kata-kata tajam, pikiran yang tidak murni, sikap egois, semuanya itu membahayakan daya tahan kerohanian kita. Jika hal-hal itu tidak segera diakui, mereka akan mulai membentuk lapisan debu yang menghalangi kita untuk mengalami cahaya anugerah Allah di dalam hati kita. Orang-orang di sekitar kita akan merasakan ada sesuatu yang janggal.

Jika tumpukan dosa yang tak diakui telah menumpuk dalam jiwa Anda, berlakulah seperti Daudakuilah dosa-dosa itu di hadapan Allah (Mazmur 32:5). Bersihkanlah daun-daun berdebu dalam hidup Anda, dan sekali lagi nikmatilah cahaya kemuliaan kasih Allah DJD

26 Agustus 2006

Persembahan Korban

Nats : Korban sembelihan kepada Allah adalah jiwa yang han-cur; hati yang patah dan re-muk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah (Mazmur 51:19)
Bacaan : Mazmur 51

Dalam kesengsaraan yang dinyatakan di Mazmur 51, Daud tampaknya menyanggah dirinya sendiri. Ia berseru, "Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya" (ayat 18). Lalu tiga ayat kemudian, ia berkata, "Engkau akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar seluruhnya" (ayat 21). Sebenarnya, Allah menginginkan persembahan korban kita atau tidak?

Persembahan korban itu seperti bunga yang diberikan seorang suami kepada istrinya setelah pertengkaran yang seru. Si istri tidak memerlukan bunga. Bunga tersebut hanya berharga baginya apabila itu sungguh-sungguh mencerminkan perasaan suaminya. Apabila si istri berpendapat bahwa bunga itu hanya sekadar ritus dan tidak melambangkan penyesalan sang suami, bunga-bunga itu justru akan membuat perpecahan di antara mereka semakin buruk.

Allah tak memerlukan hewan untuk dipersembahkan kepada-Nya. Kitab Ibrani berkata, "Tidak mungkin darah lembu jantan atau darah kambing jantan menghapuskan dosa" (10:4). Korban itu menunjukkan penebusan yang dilakukan Yesus dengan darah-Nya sendiri, sekali untuk selamanya, ketika Dia mati demi dosa-dosa kita.

Sikap orang-orang yang mempersembahkan korban itulah yang sesungguhnya berarti. Apabila persembahan itu diberikan tanpa penyesalan, ritus itu merupakan penghinaan. Itulah sebabnya Daud menulis, "Korban sembelihan kepada Allah adalah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah" (Mazmur 51:19) -HWR

2 Juni 2007

Tidak Mau Masuk

Nats : Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk (Lukas 15:28)
Bacaan : Lukas 15:25-32

Beberapa ahli teologi membagi pelanggaran menjadi "dosa daging" dan "dosa roh". Ini berarti sebagian dosa berasal dari nafsu kedagingan kita; sebagian berasal dari "hati" atau watak kita. Dalam kisah anak yang hilang, sikap si sulung memberi kita contoh tentang dosa roh.

Kita cenderung menganggap anak yang hilang itu lebih buruk daripada kakaknya. Namun, akhir kisah itu penting untuk diperhatikan. Anak yang hilang tersebut dipulihkan, diampuni, dan penuh sukacita, sedangkan kakaknya berdiri di luar rumah dan menolak masuk.

Si sulung yang tinggal di rumah itu lebih dari sekadar pengisi latar belakang kisah tersebut. Ia membuat kita berpikir tentang kondisi hati kita, karena suasana hati yang muram dapat menciptakan kesengsaraan yang tak terkatakan.

Ketidakpuasan, kecemburuan, kepahitan, kebencian, pembelaan diri, sifat mudah tersinggung, dan kurangnya rasa syukur merupakan watak-watak yang dapat merusak pernikahan, menghancurkan anak-anak kita, menjauhkan kita dari teman, dan menyusahkan kehidupan mana pun -- termasuk kehidupan kita.

Kita lebih mudah bertahan dalam suasana hati yang buruk dan terperosok dalam sikap menipu diri sendiri dan munafik. Namun, kita harus menjaga hati dari sikap-sikap yang merusak semacam itu. Saat sikap-sikap itu muncul, kita harus mengakuinya, melepaskannya, dan mengalami pengampunan Allah.

Jangan biarkan sikap buruk membuat Anda kehilangan kesempatan untuk menikmati sukacita bersama orang lain --DHR


Ketika amarah mencengkeram hati kita,
Itu meracuni segala pikiran dan tindakan kita;
Ketika iman berusaha menyatakan kasih Allah
Itu menjaga roh kita tetap kuat dan benar. --D. De Haan

29 Juni 2008

Buah Ketaatan

Nats : Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8)
Bacaan : Matius 3:1-10

Sudah bertahun-tahun pohon jeruk di taman saya bertumbuh, namun tetap kerdil. Tak pernah berbuah. Sebabnya? Sebuah pohon yang tinggi dan rimbun tumbuh di dekatnya, menghalanginya menerima sinar matahari. Suatu hari pohon besar itu ditebang. Taman kecil saya menjadi terang. Si pohon jeruk pun bertumbuh pesat. Dua tahun kemudian, ia berbuah lebat!

Untuk bertumbuh dan berbuah, pohon jeruk memerlukan sinar matahari. Tanpanya, proses fotosintesa terganggu dan pohon menjadi tidak produktif. Orang kristiani pun begitu. Supaya tumbuh dan berbuah, ia perlu ketaatan yang aktif terhadap firman Tuhan. Itulah "sinar" yang mendorong proses pertumbuhan. Yohanes Pembaptis mencela orang Farisi dan Saduki karena mengaku beriman pada Tuhan, namun tidak hidup di jalan Tuhan. Tahu firman, namun tidak menaatinya. Akibatnya, tidak muncul buah yang sesuai dengan pertobatan. Yohanes mengingatkan, pohon yang tidak produktif kelak akan ditebang!

Bagaimana kita dapat memiliki ketaatan yang aktif? Sederhana. Pilihlah untuk melakukan apa yang benar. Carol Kent dalam bukunya A New Kind of Normal memberi contoh:

Saat putus asa melingkupiku ... aku memilih tetap maju. Saat aku tak paham maksud Tuhan ... aku memilih percaya. Saat aku tertekan oleh kekecewaan ... aku memilih bersyukur. Saat rencana hidupku berantakan ... aku memilih berserah. Saat aku ingin menghakimi orang ... aku memilih mengampuni.

Ketaatan dimulai dari sebuah pilihan untuk menerapkan prinsip firman saat menghadapi kesulitan. Itulah yang mendorong kita untuk berubah dan berbuah —JTI



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA