Dua Kehidupan, Dua Pandangan
Topik : -Nats : Orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh! (Pengkhotbah 2:16)
Bacaan : Pengkhotbah 2:12-17
Pengkhotbah 2:12-16 mengingatkan saya tentang kisah dua kakak-beradik yang hidupnya saling bertolak belakang. Sang adik menghancurkan hati orangtuanya dengan gaya hidupnya yang tidak baik. Ia menjadi seorang yang sinis dan meninggal di usia muda. Hanya sedikit orang yang meratapi kematiannya.
Sang kakak yang sedari kecil percaya kepada Yesus, menjadi seorang hamba Tuhan dan membangun keluarga bahagia. Ia memiliki kehidupan yang jauh lebih menyenangkan. Ketika ia meninggal pada usia delapan puluhan, keluarga dan teman-temannya meratapi kepergiannya.
Betapapun demikian, seorang skeptis mungkin akan berkata, "Orang yang saleh itu akhirnya mati juga sama seperti adiknya. Lalu apa bedanya!" Inilah cara pandang Salomo ketika ia menulis, "Orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!" (ayat 16).
Meskipun akhirnya Salomo meninggalkan pandangan sinisnya
itu dan melihat hikmat dari kehidupan yang taat kepada Allah,
namun ia tak dapat melihat keuntungan yang dapat diperoleh dengan
mengenal Yesus dan pengharapan yang ditawarkan-Nya. Oleh karena
itu, ia tak dapat berkata-kata seperti Paulus. Ketika menghadapi
hukuman mati yang semakin dekat, Rasul Paulus dapat berkata
dengan penuh sukacita bahwa ia menanti hari saat ia berjumpa
Yesus dan menerima "mahkota kebenaran." Hadiah ini disediakan
bagi "semua orang yang merindukan kedatangan-Nya" (
Sebagai orang Kristen, janganlah kita menghadapi kematian seperti orang yang tidak mengenal Allah. Kita dapat menghadapi kematian dengan sukacita! --HVL
While some view death as ending all,
The Word of God does not agree --
Eternal pain awaits the fool;
Unending joy the wise will see. --Sper