Teks -- Yehezkiel 28:12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yeh 25:1--33:31; Yeh 28:12
Full Life: Yeh 25:1--33:31 - TUJUKANLAH MUKAMU KEPADA.
Nas : Yeh 25:1-32:32
Pasal-pasal ini berisi nubuat-nubuat tentang tujuh bangsa yang
bermusuhan dengan Allah, perintah-perintah dan umat-Nya. Yehezk...
Nas : Yeh 25:1-32:32
Pasal-pasal ini berisi nubuat-nubuat tentang tujuh bangsa yang bermusuhan dengan Allah, perintah-perintah dan umat-Nya. Yehezkiel menyatakan di dalam delapan pasal ini bahwa semua bangsa pada akhirnya harus bertanggung jawab kepada Allah dan bahwa kekuatan-kekuatan dunia tidak pernah akan merusak rencana keselamatan-Nya. Sekalipun kekuatan-kekuatan fasik dunia ini kadang-kadang kelihatanya menang, saatnya akan tiba manakala Allah akan menghukum semua kejahatan, memusnahkan bangsa-bangsa yang jahat dan umat-Nya yang setia akan menerima keselamatan sempurna.
Full Life: Yeh 28:12 - RAJA TIRUS.
Nas : Yeh 28:12
Dalam konteks ini, nubuat Yehezkiel terhadap raja Tirus rupanya
berisi suatu lukisan terselubung tentang Iblis selaku pemimpin Tiru...
Nas : Yeh 28:12
Dalam konteks ini, nubuat Yehezkiel terhadap raja Tirus rupanya berisi suatu lukisan terselubung tentang Iblis selaku pemimpin Tirus yang sesungguhnya dan allah dunia ini (bd. 1Yoh 5:19). Raja itu dilukiskan sebagai seorang pengunjung Taman Eden (ayat Yeh 28:13), "kerub yang berjaga" atau malaikat (ayat Yeh 28:14), makhluk yang sama sekali tidak bercela dalam semua kelakuan hingga ditemukan kecurangan dalam dirinya (ayat Yeh 28:15). Karena keangkuhannya yang penuh dosa (ayat Yeh 28:17), dia dibuang dari gunung Allah (ayat Yeh 28:16-17; bd. Yes 14:13-15).
Jerusalem: Yeh 28:12 - ratapan Nyanyian berikut adalah sebuah qina, bdk Yeh 19:1+, tetapi iramanya tidak sesuai dengan irama yang lazim. Kata Ibrani qina di sini ternyata dipakai de...
Nyanyian berikut adalah sebuah qina, bdk Yeh 19:1+, tetapi iramanya tidak sesuai dengan irama yang lazim. Kata Ibrani qina di sini ternyata dipakai dengan arti lebih luas
Jerusalem: Yeh 28:12 - raja Tirus Di masa itu raja Tirus ialah Ittobaal. Tetapi nyanyian ratapan ini tidak tertuju kepada tokoh tertentu, tetapi raja itu mempribadikan kuasa kota Tirus...
Jerusalem: Yeh 28:12 - Gambar dari kesempurnaan Harafiah: meterai kesempurnaan. Artinya: puncak, penyelamatan, contoh kesempurnaan.
Harafiah: meterai kesempurnaan. Artinya: puncak, penyelamatan, contoh kesempurnaan.
Endetn -> Yeh 28:12
diperbaiki menurut terdjemahan2 kuno. Tertulis: "memeteraikan".
Ref. Silang FULL -> Yeh 28:12
Ref. Silang FULL: Yeh 28:12 - suatu ratapan // maha indah · suatu ratapan: Yeh 19:1; Yeh 19:1
· maha indah: Yeh 27:2-4
· suatu ratapan: Yeh 19:1; [Lihat FULL. Yeh 19:1]
· maha indah: Yeh 27:2-4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yeh 28:11-19; Yeh 1:1-3
Matthew Henry: Yeh 28:11-19 - Kejatuhan Raja Tirus Kejatuhan Raja Tirus (28:11-19)
Sama seperti setelah nubuat tentang kehancuran Tirus (ps. 26) ada ratapan yang memilukan untuknya (ps. 27), demik...
Kejatuhan Raja Tirus (28:11-19)
- Sama seperti setelah nubuat tentang kehancuran Tirus (ps. 26) ada ratapan yang memilukan untuknya (ps. 27), demikian pula setelah kehancuran raja Tirus dinubuatkan, kehancuran itu diratapi.
- I. Raja ini pada umumnya dipahami sebagai raja yang pada waktu itu memerintah atas Tirus, yang dibicarakan dalam ayat 2. Namanya Etbaal, atau Itobalus, seperti yang disebut Diodorus Siculus (sejarawan Yunani – pen.) sebagai orang yang menjadi raja Tirus ketika Nebukadnezar menghancurkan Tirus. Tampaknya dia, dengan melihat semua keadaan lahiriahnya, adalah orang yang berhasil, sangat besar dan tersohor. Tetapi kejahatannya menjadi kehancurannya. Banyak ahli Alkitab menyarankan bahwa ratapan ini selain mempunyai arti sebenarnya, juga mempunyai arti kiasan, dan bahwa itu merujuk pada kejatuhan para malaikat yang berdosa, yang membinasakan diri sendiri dengan kesombongan mereka. Dan (seperti yang lumrah dalam naskah-naskah yang memiliki makna rohani yang penuh misteri) sebagian bacaan di sini terutama merujuk pada raja Tirus, seperti bacaan tentang dagangan-dagangannya, dan sebagian yang lain merujuk pada para malaikat, seperti bacaan tentang berada di gunung kudus Allah. Tetapi, kalau ada sesuatu yang rohani dan misteri di dalamnya (seperti yang mungkin ada), saya lebih merujuknya pada kejatuhan Adam, yang tampak disinggung sekilas (ay. 13). Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah, dan itu pada hari penciptaanmu.
- II. Sebagian orang berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan raja Tirus adalah seluruh keluarga kerajaan, ini termasuk juga raja-raja sebelumnya, dan melihat jauh ke belakang sampai ke Hiram, raja Tirus. Penguasa Tirus pada waktu itu disebut pangeran (ay. 2, KJV). Tetapi orang yang diratapi di sini disebut raja. Istana Tirus dengan raja-rajanya sudah termasyhur selama berabad-abad. Tetapi dosa menghancurkannya. Sekarang kita dapat mengamati dua hal di sini:
- 1. Apa yang tersohor dari raja Tirus. Dia di sini dikatakan hidup dengan sangat megah (ay. 12-15). Dia adalah manusia, tetapi di sini diakui bahwa dia adalah manusia yang sangat luar biasa dan seorang yang perkasa pada zamannya.
- (1) Dia jauh mengungguli orang-orang lain. Hiram dan raja-raja Tirus lainnya juga demikian pada zaman mereka. Dan raja yang memerintah ini mungkin tidak kalah dengan mereka: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Tetapi tampaknya kekuatan-kekuatan kodrat manusia dan kesejahteraan hidup manusia mencapai puncak tertinggi pada dirinya. Ia dipandang sebagai orang bijak sejauh yang bisa dibuat oleh akal budi manusia, dan bahagia sejauh yang dapat diberikan oleh kekayaan dunia ini dan kenikmatannya. Dalam dirinya engkau bisa melihat puncak tertinggi yang bisa diperbuat akal dan kekayaaan. Oleh sebab itu ia memeteraikan jumlahnya (KJV), sebab tidak ada lagi yang bisa ditambahkan. Dia orang yang lengkap, sempurna in suo genere – dalam jenisnya.
- (2) Ia tampak bijak dan bahagia sama seperti Adam dalam kemurniannya (ay. 13): “Engkau di taman Eden, yaitu di taman Allah. Engkau seolah-olah hidup di firdaus selama hidupmu, menikmati secara penuh segala sesuatu yang baik untuk dimakan atau yang sedap kelihatannya, dan memiliki kekuasaan yang tak dapat dilawan atas segala sesuatu di sekitarmu, seperti yang dimiliki Adam.” Satu contoh dari kemegahan raja Tirus adalah bahwa ia mengalahkan semua raja lain dalam hal perhiasan. Orang yang memiliki perhiasan paling banyak adalah orang yang paling banyak berdagang dengan orang lain, seperti yang dilakukannya: Ia penuh segala batu permata yang berharga. Ada beraneka ragam batu permata yang berharga. Tetapi ia memiliki segala jenisnya, dan memilikinya dengan begitu berlimpah sehingga selain apa yang disimpan dalam lemarinya, dan apa yang menjadi perhiasan mahkotanya, ia juga menghiasi pakaian-pakaiannya dengan batu-batu permata itu. Batu-batu permata itu menjadi penutup tubuhnya. Bahkan (ay. 14), ia berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya, yaitu, batu-batu permata yang berharga ini, yang berkilauan dan gemerlapan seperti api. Kamar-kamarnya dikelilingi oleh perhiasan, sehingga ia berjalan di tengah-tengahnya, dan membayangkan dirinya begitu mulia seolah-olah, seperti Allah, ia dikelilingi oleh begitu banyak malaikat, yang dibandingkan dengan nyala api. Dan, jika ia begitu mengagumi batu-batu permata yang berharga sampai menganggapnya terang seperti para malaikat, maka tidak heran kalau ia begitu mengagumi dirinya sendiri sampai menganggap dirinya hebat seperti Allah. Sembilan jenis batu mulia disebutkan di sini, yang semuanya terdapat pada efod imam besar. Mungkin batu-batu itu secara khusus disebutkan di sini karena sang raja, dalam kesombongannya, biasa berbicara secara khusus tentangnya, dan memberi tahu orang-orang di sekitarnya, dengan kegirangan yang bodoh, “Ini batu permata anu, yang harganya sekian, dan kelebihan-kelebihannya begini dan begitu.” Demikianlah ia ditegur karena keangkuhannya. Emas disebutkan terakhir, sebagai barang yang jauh lebih rendah nilainya daripada batu-batu mulia itu. Dan ia biasa berbicara tentang emas itu menurut nilainya itu. Hal lain yang membuatnya berpikir bahwa istananya itu firdaus adalah musiknya yang mengundang rasa penasaran, rebana dan suling, alat-alat musik tangan dan musik tiup. Pengerjaannya luar biasa, dan alat-alat itu sengaja dipersiapkan baginya. Dipersiapkan di dalam engkau (KJV), ini adalah kata ganti perempuan – di dalam engkau, hai Tirus! Atau itu menandakan bahwa sang raja berlaku keperempuan-perempuanan dengan menggemari hal-hal seperti itu. Alat-alat itu dipersiapkan pada hari penciptaannya, yaitu, pada waktu ia lahir atau pada waktu ia diciptakan sebagai raja. Alat-alat itu dibuat dengan tujuan untuk merayakan kegembiraan-kegembiraan hari kelahirannya atau hari penobatannya. Ia sangat memegahkan dirinya dalam semuanya ini, dan ia ingin supaya semua orang yang datang melihat istananya memberi perhatian pada semua itu.
- (3) Ia terlihat seperti malaikat yang menjelma (ay. 14): Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga atau melindungi. Yaitu, ia memandang dirinya sebagai malaikat pelindung bagi rakyatnya, begitu terang, begitu kuat, begitu setia, ditunjuk untuk memangku jabatan ini dan memenuhi syarat untuknya. Raja-raja yang diurapi harus menjadi seperti kerub yang diurapi bagi rakyatnya, yang menutupi rakyat dengan sayap-sayap kekuasaan mereka. Dan apabila mereka berlaku demikian, Allah akan mengakui mereka. Pengangkatan mereka berasal dari Dia: Aku telah mengangkatmu menjadi seperti itu (KJV). Karena disebutkan tentang Eden, sebagian orang berpendapat bahwa itu merujuk pada kerub yang ditempatkan di sebelah timur Eden untuk menjaganya (Kej. 3:24). Ia menganggap dirinya mampu menjaga kotanya dari semua penyerang seperti malaikat itu mampu menjaga apa yang ditugaskan kepadanya. Atau mungkin itu merujuk pada kerub di tempat maha kudus, yang sayap-sayapnya menutupi tabut perjanjian. Ia menganggap dirinya terang seperti salah satu dari kerub itu.
- (4) Ia tampil dalam kemegahan yang begitu besar seperti imam besar ketika mengenakan jubah kemuliaan dan keindahannya: “Di gunung kudus Allah engkau berada, sebagai pemimpin bait suci yang dibangun di atas gunung kudus itu. Engkau memang terlihat sama-sama besar, dan sama-sama mulia dan berkharisma, seperti imam besar ketika berjalan di bait suci, yang dilapisi dengan batu permata yang mahal-mahal (2Taw. 3:6), dan mengenakan jubahnya, yang ada batu-batu permata baik di dada maupun di bahunya. Dalam hal ini ia tampak berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.” Demikianlah mulianya raja Tirus. Paling tidak ia menganggap dirinya demikian.
- 2. Sekarang mari kita lihat apa yang menjadi kehancuran raja Tirus, apa yang menodai kemuliaannya dan membaringkan semua kehormatan itu di dalam debu (ay. 15): “Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu. Engkau betul-betul berhasil dalam semua urusanmu, dan segala sesuatunya berjalan dengan baik bagimu. Engkau tidak hanya mempunyai nama baik yang bersih, tetapi juga cemerlang, sejak hari penciptaanmu, sejak hari engkau naik takhta, sampai terdapat kecurangan padamu. Dan itu merusak semuanya.” Ini mungkin merujuk pada keadaan yang menyedihkan dari para malaikat yang jatuh, dan keadaan orangtua pertama kita, yang keduanya tak bercela di dalam tingkah laku mereka sampai terdapat kecurangan pada mereka. Dan begitu kecurangan didapati padanya, kecurangan itu bertambah. Semakin hari ia bertambah semakin buruk, seperti yang tampak dalam ayat 18: “Engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Engkau telah kehilangan manfaat dari semua yang kau anggap suci, dan dengan berbuat begitu, seperti yang engkau perbuat juga dengan tempat kudus, engkau menyangka dapat berlindung. Semuanya ini telah engkau najiskan, dan dengan demikian engkau membukakan dirimu pada bahaya dengan banyaknya kesalahanmu.” Sekarang amatilah,
- (1) Kecurangan apa yang menjadi kehancuran raja Tirus.
- [1] Kecurangan dalam dagangnya (demikian itu disebut dalam ayat 18), baik dagangnya maupun dagang rakyatnya, sebab dosa mereka didakwakan kepadanya, karena ia membiarkannya dan memberikan contoh yang buruk kepada mereka (ay. 16): Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan, dan dengan demikian engkau berbuat dosa. Sang raja mempunyai begitu banyak hal untuk dilakukan dengan barang dagangannya, dan seluruh perhatiannya tercurah untuk mencari keuntungan darinya, sehingga ia tidak peduli untuk berbuat keadilan, untuk memberikan ganti rugi kepada orang-orang yang dijahati dan melindungi mereka dari kekerasan. Bahkan, dalam banyaknya urusan, kejahatan dilakukan terhadap banyak orang karena kelalaian. Dan dalam urusan-urusannya, ia menggunakan kekuasaannya untuk melanggar hak orang-orang yang berurusan dengannya. Perhatikanlah, orang-orang yang mempunyai banyak hal untuk dilakukan di dunia terancam bahaya besar akan berbuat banyak kesalahan. Dan sulit untuk berurusan dengan banyak orang tanpa berbuat kekerasan kepada sebagian dari mereka. Perdagangan disebut rahasia, tetapi terlalu banyak orang membuatnya rahasia kedurhakaan.
- [2] Kesombongan dan keangkuhan dirinya (ay. 17): “Engkau sombong karena kecantikanmu. Engkau jatuh cinta pada dirimu sendiri, dan pada bayanganmu sendiri. Dan dengan demikian hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu, demi kemegahan dan kecemerlangan, yang di dalamnya engkau hidup.” Dia begitu sering menatapi semaraknya ini sehingga semaraknya itu menyilaukan matanya dan membuatnya tidak bisa melihat ke mana ia melangkah. Ia tampak begitu sombong dengan kebesarannya sehingga kesombongan itu merampas hikmatnya dan juga nama baik dari kebesarannya. Dia benar-benar menjadi bodoh dalam bermegah. Orang-orang yang meninggalkan hikmat mereka demi memuaskan kegembiraan mereka, dan, demi menghibur perasaan yang sia-sia, kehilangan keunggulan yang sejati, dan ini sungguh suatu pilihan yang merugikan diri sendiri.
- (2) Kehancuran apa yang didatangkan kepadanya oleh kecurangan ini.
- [1] Ia terlempar dari martabatnya dan dihalau dari istananya, yang dipandangnya sebagai firdaus dan bait sucinya (ay. 16): Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah. Kekuasaan rajawinya tinggi seperti gunung, dan menempatkannya di atas orang-orang lain. Itu adalah gunung Allah, sebab kekuasaan-kekuasaan yang ada ditetapkan oleh Allah, dan mengandung suatu kesucian. Akan tetapi, karena sudah menyalahgunakan kekuasaannya, ia dipandang najis, dan karena itu ia diturunkan dan diusir. Ia merendahkan mahkota yang dipakainya, dan dengan demikian kehilangan mahkota itu, dan ia akan dihancurkan dari tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya, batu-batu permata yang menghiasi istananya, seperti yang ada pada bait suci. Dan batu-batu itu tidak akan bisa menjadi tempat perlindungan baginya.
- [2] Ia membukakan dirinya pada kehinaan dan aib, dan diinjak-injak oleh para tetangganya: “Ke bumi kau Kulempar (ay. 17). Aku akan melemparmu di antara alas batu, dari tengah-tengah batu permata yang berharga, dan akan membaringkan kamu sebagai tontonan yang menyedihkan di hadapan raja-raja, supaya menjadi tontonan bagi mata mereka, dan supaya mereka mengambil pelajaran darimu untuk tidak sombong dan menindas.”
- [3] Ia betul-betul habis, kotanya dan dirinya sendiri di dalamnya: Aku akan menyalakan api dari tengahmu. Para penakluk, setelah menjarah kota, akan menyalakan api di jantung kota itu, yang akan membaringkannya, dan khususnya istananya, di dalam abu. Atau itu dapat dipandang secara lebih umum sebagai api penghakiman-penghakiman Allah, yang akan memakan habis baik raja maupun rakyat, dan membuat semua kemuliaan dari keduanya menjadi abu di atas bumi. Dan api ini akan dinyalakan dari tengahmu. Semua penghakiman Allah terhadap orang-orang berdosa timbul dari diri mereka sendiri. Mereka dimakan habis oleh api yang mereka nyalakan sendiri.
- [4] Ia dengan begitu dijadikan sebagai contoh mengerikan tentang pembalasan ilahi. Demikianlah ia direndahkan di hadapan semua yang melihatnya (ay. 18): Orang-orang yang mengenalnya kaget melihat keadaannya, dan akan bertanya-tanya bagaimana mungkin orang yang sudah berdiri begitu tinggi sampai diturunkan begitu rendah. Istana raja Tirus, seperti bait suci di Yerusalem ketika dihancurkan, akan menjadi kedahsyatan dan sasaran suitan (2Taw. 7:20-21). Sedemikian dahsyatnya kejatuhan raja Tirus itu.
Matthew Henry: Yeh 1:1-3 - Penglihatan Yehezkiel yang Pertama di Tepi Sungai Kebar
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Keadaan-keadaan biasa di seputar nubuat yang akan disampaikan, waktu disampaikannya (ay. 1), tempat ...
- Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Keadaan-keadaan biasa di seputar nubuat yang akan disampaikan, waktu disampaikannya (ay. 1), tempat disampaikannya (ay. 2), dan oleh siapa disampaikannya (ay. 3).
- II. Kata-kata pendahuluan yang tidak biasa mengenai nubuat itu, dalam bentuk sebuah penglihatan tentang kemuliaan Allah,
- 1. Bagaimana Ia dilayani dan didampingi di dunia atas, di mana takhta-Nya dikelilingi oleh para malaikat, yang di sini disebut “makhluk-makhluk hidup” (ay. 4-14).
- 2. Bagaimana pemeliharaan-pemeliharaan-Nya menyangkut dunia bawah, yang digambarkan melalui roda-roda dan gerak-geriknya (ay. 15-25).
- 3. Bagaimana wajah Yesus Kristus yang duduk di atas takhta (ay. 26-28). Semakin kita mengenal dan akrab dengan kemuliaan Allah dalam tiga hal ini, semakin berkuasa pengaruh wahyu ilahi terhadap diri kita, dan semakin kita siap untuk tunduk padanya. Dan itulah yang menjadi tujuan diberikannya pengantar berupa penglihatan-penglihatan ini pada nubuat-nubuat dalam kitab ini. Apabila Allah yang sedemikian mulia berbicara, maka kita berkepentingan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat. Kita sendiri yang akan terancam bahaya jika tidak melakukannya.
Penglihatan Yehezkiel yang Pertama di Tepi Sungai Kebar (1:1-3)
- I. Waktu ketika Yehezkiel mendapat penglihatan ini dicatat di sini. Itu terjadi pada tahun ketiga puluh (ay. 1). Sebagian orang memahaminya sebagai tahun ketiga puluh usia sang nabi. Sebagai imam, di usia itu ia mulai menjalankan secara penuh jabatan imamat, tetapi karena terhalang untuk melakukannya oleh karena pelanggaran dan malapetaka yang terjadi di masa-masa itu, dan terlebih lagi sekarang ketika mereka tidak lagi memiliki bait suci ataupun mezbah, maka Allah memanggilnya di usia itu untuk menerima martabat seorang nabi. Sebagian yang lain memahaminya sebagai tahun ketiga puluh dari awal pemerintahan Nabopolasar, ayah Nebukadnezar, yang dari situ orang-orang Kasdim memulai penghitungan waktu yang baru, seperti yang sudah mereka lakukan sebelumnya dari zaman Nabonasar, 123 tahun sebelumnya. Nabopolasar memerintah selama sembilan belas tahun, dan ini merupakan tahun kesebelas dari pemerintahan anaknya, jadi semuanya tiga puluh tahun. Dan memang sudah sepantasnya Yehezkiel, ketika berada di Babel, memakai penghitungan waktu yang mereka pakai di sana, sama seperti kalau kita berada di negeri asing, kita akan menghitung waktu dengan cara yang baru. Dan setelah itu ia memakai penghitungan waktu yang menyedihkan dari negerinya sendiri, dengan mengamati (ay. 2) bahwa itu adalah tahun kelima dari pembuangan Yoyakhin. Tetapi penjelasan dalam Alkitab bahasa Kasdim mengalihkannya ke zaman lain, dan berkata bahwa itu adalah tahun ketiga puluh setelah imam Hilkia menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN, di tengah malam, setelah bulan terbenam, dalam zaman raja Yosia. Dan memang benar bahwa itu tepat tiga puluh tahun sesudah waktu itu. Itu merupakan peristiwa yang begitu luar biasa (karena peristiwa itu memberikan ujian baru bagi pemerintahan Yahudi) dan memang pantas untuk menghitung waktu mulai dari situ. Dan mungkin karena itulah sang nabi berbicara mengenai tiga puluh tahun secara tak tentu, dengan mengarahkan pandangan baik pada peristiwa itu maupun pada penghitungan orang Kasdim, yang kebetulan bertepatan. Pada bulan yang keempatlah, bertepatan dengan bulan Juni menurut penghitungan kita, dan pada tanggal lima bulan itu, Yehezkiel mendapat penglihatan ini (ay. 2). Ada kemungkinan bahwa itu terjadi pada hari Sabat, karena kita membaca (3:16) bahwa sesudah tujuh hari, yang dapat kita anggap sebagai hari Sabat berikutnya, firman TUHAN datang kepadanya lagi. Demikian pula Yohanes dikuasai oleh Roh pada hari Tuhan, ketika ia melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa (Why. 1:10). Allah dengan ini mau memberikan kehormatan pada hari-hari Sabat-Nya, saat para lawan menertawakannya (Rat. 1:7). Dan Ia dengan demikian mau mendorong umat-Nya untuk terus mengikuti pelayanan nabi-nabi-Nya setiap hari Sabat, dengan menyatakan diri-Nya secara luar biasa pada hari-hari Sabat tertentu.
- II. Keadaan-keadaan menyedihkan yang meliputinya ketika Allah memberinya kehormatan, dan dengan demikian menganugerahi umat-Nya, dengan penglihatan ini. Ia berada di negeri orang Kasdim, bersama-sama dengan para buangan, di tepi sungai Kebar, yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang. Amatilah,
- 1. Umat Allah pada waktu itu, sebagian dari mereka, menjadi para tawanan di negeri orang Kasdim. Bangsa Yahudi sebagai satu tubuh masih tinggal di negeri mereka sendiri, tetapi orang-orang ini adalah buah-buah pertama dari pembuangan, dan mereka adalah beberapa dari yang terbaik. Sebab dalam penglihatan Yeremia orang-orang ini adalah buah ara yang baik, yang telah dibawa Allah ke negeri orang-orang Kasdim untuk kebaikan mereka (Yer. 24:5). Dan, demi kebaikan mereka pula, Allah membangkitkan seorang nabi di antara mereka, untuk mengajari mereka dari Taurat, pada saat Ia menghajar mereka (Mzm. 94:12). Perhatikanlah, suatu rahmat yang besar jika firman Allah dibawa kepada kita, dan suatu kewajiban yang besar untuk memberi perhatian kepada firman-Nya itu dengan tekun, ketika kita sedang menderita. Firman pengajaran dan tongkat hajaran, yang diberikan secara bersamaan dan sepakat satu sama lain, bisa sangat berguna bagi kita, firman untuk menjelaskan tongkat dan tongkat untuk menegaskan firman: kedua-duanya secara bersama-sama akan memberikan hikmat. Berbahagialah orang, ketika sedang sakit dan menderita, ia mendapat seorang utusan bersamanya, seorang penengah, satu di antara seribu, kalau saja ia mau membukakan telinganya bagi ajaran (Ayb. 36:10). Salah satu perseteruan Allah dengan orang-orang Yahudi, ketika Ia mengirim mereka ke dalam pembuangan, adalah karena mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah dan mengejek nabi-nabi-Nya. Namun demikian, ketika mereka sedang menderita karena dosa ini, Ia justru menganugerahi mereka dengan rahmat yang telah mereka hilangkan ini. Buruk bagi kita seandainya Allah di waktu-waktu tertentu tidak melemparkan kepada kita sarana-sarana anugerah dan keselamatan, yang dengan bodoh telah kita lempar jauh dari diri kita sendiri. Dalam pembuangan mereka, mereka tidak mendapat pertolongan-pertolongan yang biasa didapat bagi jiwa mereka, dan karena itu Allah membangkitkan bagi mereka orang-orang yang luar biasa ini. Sebab jika pendidikan untuk anak-anak Allah terhambat di satu jalan, akan terbuka jalan lain untuk menggantinya. Tetapi amatilah, pada tahun kelima pembuanganlah Yehezkiel dibangkitkan di antara mereka, dan bukan sebelumnya. Begitu lama Allah membiarkan mereka tanpa seorang nabi sekalipun, sampai mereka mulai meratap kepada Tuhan dan mengeluh bahwa tanda-tanda mereka tidak mereka lihat, dan tak ada orang yang memberi tahu mereka berapa lama lagi (Mzm. 74:9). Pada saat itulah mereka tahu bagaimana menghargai seorang nabi, dan penyingkapan-penyingkapan Allah tentang diri-Nya sendiri kepada mereka oleh sang nabi akan lebih diterima dan menghibur. Orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di negeri mereka sendiri memiliki Yeremia bersama mereka, sementara orang-orang yang telah dibawa ke dalam pembuangan memiliki Yehezkiel bersama mereka. Sebab di mana saja anak-anak Allah tersebar, Allah akan menemukan guru-guru pembimbing untuk mereka.
- 2. Sang nabi sendiri berada di antara orang-orang buangan, di antara mereka yang ditempatkan di tepi sungai Kebar. Sebab di tepi sungai-sungai Babellah mereka duduk, dan pada pohon-pohon gandarusa di tepi sungailah mereka menggantungkan kecapi mereka (Mzm. 137:1-2). Penanam-penanam di Amerika tetap tinggal di sepanjang tepi-tepi sungai, dan mungkin orang-orang buangan itu dipekerjakan oleh tuan-tuan mereka untuk mengolah beberapa bagian negeri itu yang belum digarap yang terletak di tepi-tepi sungai, sebab para penduduk asli pada umumnya dipekerjakan untuk berperang. Atau tuan-tuan itu mempekerjakan mereka di pabrik-pabrik, dan karena itu memilih untuk menempatkan mereka di tepi-tepi sungai, supaya barang yang mereka buat dapat lebih mudah diangkut melalui jalur air. Para penafsir tidak sependapat yang mana sungai Kebar ini, tetapi bersama-sama dengan para buangan di tepi sungai itulah Yehezkiel berada, dan dia sendiri adalah orang buangan. Amatilah di sini,
- (1) Orang-orang yang terbaik, dan orang-orang yang paling dikasihi Allah, sering kali ikut berbagi bukan hanya dalam malapetaka-malapetaka bersama dalam hidup ini, melainkan juga dalam penghakiman-penghakiman kepada bangsa secara keseluruhan yang ditimpakan karena dosa. Orang-orang yang tidak menyumbang kesalahan apa-apa ikut merasakan penderitaannya. Dengan ini tampak bahwa perbedaan antara kebaikan dan keburukan tidak muncul dari peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka, melainkan dari watak dan kecenderungan roh mereka di bawah peristiwa-peristiwa itu. Dan karena bukan hanya orang-orang benar, melainkan juga nabi-nabi, ikut berbagi dengan penjahat-penjahat terbesar dalam hukuman-hukuman yang ditimpakan saat ini, kita dapat menarik kesimpulan dari situ, dengan yakin seyakin-yakinnya, bahwa ada upah yang disediakan bagi orang-orang benar dalam kehidupan yang akan datang.
- (2) Kata-kata yang menyatakan kesalahan, yang memberikan nasihat dan penghiburan kepada orang yang sedang menderita, paling baik datang dari sesama yang juga menderita. Orang-orang buangan itu akan diajar dengan paling baik oleh orang buangan juga dari antara mereka, dan yang ikut mengalami sendiri penderitaan-penderitaan mereka.
- (3) Roh nubuat tidak terbatas hanya di negeri Israel, sebaliknya, sebagian dari wahyu ilahi yang paling terang disingkapkan di negeri orang Kasdim. Ini merupakan pertanda yang membahagiakan bahwa jemaat, bersama dengan wahyu ilahi yang di atasnya ia dibangun, akan dibawa kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Dan seperti halnya sekarang, demikian pula sesudahnya, ketika kerajaan Injil didirikan, tersebarnya orang-orang Yahudi ikut membantu tersebarnya pengenalan akan Allah.
- (4) Di mana pun kita berada, kita dapat terus menjaga persekutuan dengan Allah. Undique ad cœlos tantundem est viæ– Dari pelosok-pelosok bumi yang terpencil, kita dapat menemukan jalan terbuka menuju sorga.
- (5) Walaupun hamba-hamba Allah terbelenggu, firman Allah tidak terbelenggu (2Tim. 2:9). Walaupun Rasul Paulus ditahan, Injil bebas bergerak. Walaupun Rasul Yohanes dibuang ke Pulau Patmos, Kristus mengunjunginya di sana. Bahkan, hamba-hamba Allah yang menderita pada umumnya diperlakukan sebagai orang-orang kesayangan, dan penghiburan bagi mereka jauh lebih berlimpah-limpah apabila kesengsaraan sudah berlimpah-limpah (2Kor. 1:5).
- III. Penyingkapan-penyingkapan yang berkenan dinyatakan Allah tentang diri-Nya kepada sang nabi ketika ia berada dalam keadaan-keadaan ini, untuk dia sampaikan kepada umat-Nya. Sang nabi di sini memberi tahu kita apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, dan apa yang dirasakannya.
- 1. Ia melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah (ay. 1). Tidak ada orang yang memandang Allah dapat hidup. Tetapi banyak orang telah melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, tampilan-tampilan kemuliaan ilahi yang sedemikian rupa sehingga sudah memberi mereka pengajaran dan menggerakkan hati mereka. Dan biasanya, ketika Allah pertama-tama menyatakan diri-Nya kepada seorang nabi, Ia melakukannya melalui suatu penglihatan yang luar biasa, seperti kepada Yesaya (ps. 6), kepada Yeremia (ps. 1), dan kepada Abraham (Kis. 7:2), untuk menetapkan suatu hubungan dan suatu cara berhubungan yang memuaskan, sehingga sesudahnya tidak diperlukan penglihatan setiap kali ada pewahyuan. Yehezkiel diberi tugas untuk membuat hati orang banyak berbalik kepada Tuhan Allah mereka, dan karena itu ia sendiri harus melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah. Perhatikanlah, orang-orang yang pekerjaannya membawa orang lain untuk mengenal dan mengasihi Allah, mereka sendiri berkepentingan untuk mengenal Allah, dan hatinya haruslah yang paling tergerak dengan apa yang mereka ketahui tentang Dia. Supaya ia bisa melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, terbukalah langit. Kegelapan dan jarak yang menghalangi pandangannya ditaklukkan, dan ia dibiarkan memasuki terang segala kemuliaan dunia atas, sedekat dan sejelas seolah-olah sorga terbuka untuknya.
- 2. Ia mendengar suara Allah (ay. 3): Firman TUHAN datang dengan jelas kepadanya, dan apa yang dilihatnya dimaksudkan untuk mempersiapkan dirinya bagi apa yang akan ia dengar. Ungkapannya tegas. Essendo fuit verbum Dei – Firman Tuhan datang dengan senyata-nyatanya kepada dia. Tidak ada kesalahan di dalamnya. Firman itu datang kepada-Nya dalam terang dan kuasanya yang penuh, dalam bukti dan penampakan Roh. Firman itu datang kepadanya dekat-dekat, bahkan, firman itu datang ke dalam dirinya, menguasai dirinya dan berdiam di dalam dia dengan limpahnya. Firman itu datang dengan jelas, atau dengan tepat, kepadanya. Ia sendiri memahami dengan jelas apa yang dikatakan-Nya, dan meyakini penuh kebenarannya. Firman yang hakiki (demikian kita dapat memahaminya), Firman yang ada, yang ada sebagaimana adanya Dia, datang kepada Yehezkiel, untuk mengutusnya melakukan tugas-Nya.
- 3. Ia merasakan kuasa Allah yang membuka matanya untuk melihat penglihatan-penglihatan itu, membuka telinganya untuk mendengarkan suara itu, dan membuka hatinya untuk menerima keduanya: Di sana tangan kekuasaan TUHAN meliputi dia. Perhatikanlah, tangan Tuhan berjalan berdampingan dengan firman Tuhan, dan dengan demikian firman Tuhan akan berhasil. Orang-orang yang diberi penyataan tangan kekuasan TUHAN, mereka ini sajalah yang memahami dan percaya kepada berita yang disampaikan. Tangan kekuasaan TUHAN meliputi dia, seperti meliputi Musa, untuk menutupi dia, supaya dia tidak kepayahan oleh terang dan kemilau yang menyilaukan dari penglihatan-penglihatan yang dilihatnya (Kel. 33:22). Tangan TUHAN meliputi dia, seperti meliputi Rasul Yohanes (Why. 1:17), untuk membangunkannya kembali dan menyokong dia, supaya ia bertahan, dan tidak jatuh lemas, menghadapi penyingkapan-penyingkapan ini, supaya ia tidak terangkat ataupun terlempar oleh melimpahnya pewahyuan-pewahyuan itu. Cukuplah kasih karunia Allah bagi dia, dan sebagai pertanda akan hal itu, tangan kekuasaan-Nya meliputi dia.
SH: Yeh 28:11-19 - Menyia-nyiakan berkat Allah (Selasa, 25 Agustus 2009) Menyia-nyiakan berkat Allah
Sumber berkat manusia hanyalah Allah. Baik berkat jasmani maupun
rohani. Manusia sama sekali tidak bisa menyombongka...
Menyia-nyiakan berkat Allah
Sumber berkat manusia hanyalah Allah. Baik berkat jasmani maupun rohani. Manusia sama sekali tidak bisa menyombongkan diri bahwa dia bisa memperoleh segala sesuatu sendiri. Menyia-nyiakan berkat Allah berarti kita menolak mengakui Allah sebagai pemberi berkat, dan bertindak menurut keinginan sendiri yang dirasa benar.
Kalau Tirus bisa megah berdiri dan kaya raya, itu karena Allah memberkati mereka. Allah telah memberikan kepada Tirus, seorang raja yang luar biasa. Raja Tirus adalah gambaran kesempurnaan dan hikmat (ayat 12, 15). Dia dipercayakan kekuasaan yang berasal dari Allah (ayat 14) dengan takhta yang penuh kesempurnaan (ayat 13). Tak ada alasan bagi raja Tirus untuk meninggikan diri seakan-akan dialah penyebab Tirus begitu terkenal. Sayang, raja Tirus menyia-nyiakan kekuasaan dan kepercayaan dari Allah ini dengan sikap sombongnya seakan-akan dialah sumber kuasa sejati. Akibatnya, ia berbuat curang (ayat 15), melakukan kekerasan (ayat 16), bersikap sombong (ayat 17), dan melanggar kekudusan Allah (ayat 18).
Murka Allah turun atas raja Tirus. Tuhan menjatuhkannya dari posisi tinggi ke tempat paling rendah. Ia tidak lagi memerintah dari gunung Allah dan kerub yang menjaga akan memusnahkannya (ayat 16). Hikmatnya dimusnahkan dan ia dipermalukan di hadapan raja-raja dunia (ayat 17). Tuhan mem-bumihanguskan raja Tirus dan kekuasaannya hingga lenyap tidak berbekas (ayat 18). Semua penguasa dan raja terkejut melihat hal ini (ayat 19).
Ada pandangan yang mengatakan bahwa perikop ini bicara tentang kejatuhan setan. Dulu setan adalah malaikat Allah yang paling sempurna, tetapi karena kesombongannya, ia dijatuhkan ke bumi. Apapun tafsiran yang benar, perikop ini mengajarkan kepada kita bahwa kesombongan sama dengan menolak bahkan menyia-nyiakan berkat Allah. Allah akan menunjukkan siapa sesungguhnya yang berdaulat. Jangan tunggu sampai Anda harus dijatuhkan dari posisi Anda sekarang. Akuilah Dia sebagai sumber berkat Anda.
SH: Yeh 28:11-19 - Kejatuhan Hamba yang Tidak Tahu Diri (Jumat, 2 September 2016) Kejatuhan Hamba yang Tidak Tahu Diri
Sering kali Allah membiarkan manusia mencapai keberhasilan yang luar biasa  yang sering membua...
Kejatuhan Hamba yang Tidak Tahu Diri
Sering kali Allah membiarkan manusia mencapai keberhasilan yang luar biasa  yang sering membuat manusia terbuai dalam segala kehormatan dan kuasa yang dimilikinya  sebelum menjatuhkannya.
Allah memberkati Raja Tirus dengan berlimpah-limpah. Ia diibaratkan sebagai gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat, dan maha indah (12). Seturut Raja Tirus menempatkan dirinya seperti Allah (2), Allah juga menggambarkan Raja Tirus hadir di Taman Eden pada waktu permulaan penciptaan dan dihiasi dengan segala macam permata (13). Bahkan, ia diurapi seperti Kerub yang berjaga-jaga (14). Kerub adalah salah satu makhluk surgawi yang berada di sekitar takhta Allah (Yeh. 1 dan 10) dan yang menjaga Taman Eden (Kej. 3:24). Raja Tirus juga digambarkan mempunyai akses ke gunung kudus Allah dan dapat berjalan di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya (14).
Gambaran-gambaran yang mengacu kepada penciptaan ini memperlihatkan Raja Tirus sebagai yang utama dari semua manusia dan disejajarkan dengan makhluk surgawi.
Pelbagai gambaran tersebut hendak menekankan betapa dalam kejatuhannya dari anugerah Allah yang telah dicurahkan-Nya kepada Raja Tirus. Keberhasilan perdagangan bukan hanya membawa kekayaan, tetapi juga penuh dengan kekerasan dan kecurangan (15-16). Keindahannya membuat dirinya sombong dan hikmatnya ia musnahkan demi mendapatkan semarak (17). Penghakiman Tuhan membuka kemunafikan Raja Tirus, yang seolah-olah dalam tindakan yang tidak bercela (15) menyimpan banyak kejahatan (18). Allah akan membakar Raja Tirus dan manjadikannya abu di atas bumi (18).
Kejatuhan yang dalam merupakan akibat ketika seseorang memegahkan diri sebagai Allah. Saat kita sebagai hamba lupa diri dan mengangkat diri menjadi Allah, maka kejatuhan yang mengerikan sedang menunggu kita. Karena itu, kita harus menjadi hamba yang tahu diri dan sadar bahwa segala kelimpahan yang dimiliki berasal dari Tuhan dan harus dikembalikan untuk kemuliaan-Nya. [IT]
SH: Yeh 28:11-19 - Dijauhkan dari Gunung Allah (Kamis, 5 Oktober 2023) Dijauhkan dari Gunung Allah
Gunung sering dikaitkan dengan keperkasaan.
Ketinggiannya yang menjulang menjadikannya istimewa.
Belum lagi gunung bera...
Dijauhkan dari Gunung Allah
Gunung sering dikaitkan dengan keperkasaan.
Ketinggiannya yang menjulang menjadikannya istimewa.
Belum lagi gunung berapi yang menyimpan kekuatan dan kedahsyatan tiap kali erupsi.
Gunung yang ditutupi oleh lebatnya hutan menjadikannya sebagai wahana mengalirnya energi kehidupan. Karena keistimewaannya, gunung dianggap sebagai takhta Allah.
Raja Tirus yang karena kesombongannya, dijauhkan dari gunung Allah (16). Padahal, gunung Allah merupakan sumber kehidupan, kebahagiaan, dan tempat penuh berkat. Apa dan bagaimana jadinya bila orang sampai dibuang dari gunung Allah? Tentu, sungguh tak terbayangkan bila sampai dibuang dari gunung Allah. Hal itu berarti dibuang dari negeri orang hidup. Begitulah nasib raja Tirus yang diratapi oleh anak manusia, sebagaimana tertulis dalam nas hari ini.
Begitulah nasib raja Tirus yang tragis, ia harus dibuang dari gunung Allah karena kesombongannya yang menonjol. Padahal, eksistensi raja Tirus begitu dipuji-puji oleh Tuhan Allah. Disebut sebagai gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat dan mahaindah. Ia laksana berada di Taman Eden dengan segala keelokan dan kemewahannya. Kemuliaan sang raja begitu terlihat karena berada di gunung kudus Allah yang dipenuhi cahaya. Sungguh gambaran yang luar biasa memesona hingga dikatakan tidak tercela dalam tingkah laku. Sayang, akibat dihinggapi kecurangan yang melahirkan kesombongan, semua pujian itu pun lenyap. Bahkan ia dilempar ke bawah dari tempatnya yang tinggi. Tanda dari datangnya kejatuhan yang mencelakakan hingga menjadi makanan api yang menyala. Begitulah ucapan ratapan Nabi Yehezkiel mengenai akhir kisah dan lenyapnya raja Tirus.
Belajar dari ratapan Nabi Yehezkiel, perbuatan dosa dengan segala bentuknya sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, dengan adanya berkat karunia pembaptisan, janganlah biarkan status kita sebagai anak-anak Tuhan menjadi sia-sia. Jadi, janganlah kita sombong supaya tidak terlempar dari naungan rahmat gunung kudus Tuhan. [SET]
SH: Yeh 28:1-19 - Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu (Selasa, 18 September 2001) Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu
Ithobal II, raja Tirus yang dinubuatkan di dalam perikop ini,
dianggap mewakili kejatuhan kota Tirus. Tindakan...
Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu
Ithobal II, raja Tirus yang dinubuatkan di dalam perikop ini, dianggap mewakili kejatuhan kota Tirus. Tindakan pengangkatan dirinya sendiri yang sangat ambisius untuk menempati posisi Allah, sangat tepat menggambarkan kecongkakan hati bangsa itu. Kawasan Tirus yang berada di atas sebuah gunung batu, telah membuat kota itu seolah-olah tidak dapat direbut sehingga Tirus merasa dirinya seperti Allah yang maha tinggi memerintah di sana. Perasaan aman tenteram melingkupi dirinya yang bertakhta di tengah-tengah lautan (ayat 1-2). Selain memiliki keterampilan berdagang yang menyebabkan Tirus menjadi milyuner pada masanya, ia juga memiliki hikmat yang besar dan tiada rahasia yang tersembunyi di hadapannya. Dengan kelebihannya itu ia menjadi sombong (ayat 3-5) sehingga Allah tidak menahan murka-Nya untuk ditimpakan kepada Tirus yang akan mati secara memalukan (ayat 6-10).
Ratapan untuk raja Tirus memakai suatu kisah di taman dan gunung Allah (ayat 13, 14, 16). Walaupun kisah yang diadopsi Yehezkiel bukan berasal dari kisah Kejadian 3 namun implikasinya adalah Tirus telah diciptakan dengan sempurna sejak hari penciptaannya. Namun patut disayangkan, ia menjadi sombong karena kecantikannya bahkan hikmatnya dimusnahkannya demi semaraknya (ayat 15-17).
Dampak pilihan Tirus yang ceroboh mengingatkan dunia bahwa hikmat jauh lebih berharga daripada permata. Karena daya tarik pujian, banyak orang rela melepaskan segalanya untuk mendapatkannya. Namun setelah mendapatkan apa yang diidamkannya, suatu bonus malapetaka yang tidak diundang pun datang menyapu bersih apa saja yang berkaitan dengan hasil kesombongan.
Renungkan: Kristen perlu mewaspadai dosa tertua yang telah menyebabkan pasukan malaikat cantik jatuh menjadi Iblis. Godaan dosa kesombongan tidak melulu datang dalam gambaran Iblis yang tertawa dengan membawa tombak trisulanya. Bisa jadi predikat lulus terbaik, jabatan pastor senior, kedudukan presiden direktur, atlit terbaik, karyawan terbaik, pasangan paling serasi, dan masih banyak predikat bergengsi lainnya dapat mendatangkan pujian yang memabukkan. Bila kita mengizinkan pribadi kita dikultuskan oleh para pemuja kita, berhati-hatilah, hajaran dan hukuman sudah di ambang pintu.
Topik Teologia -> Yeh 28:12
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Setan
TFTWMS -> Yeh 28:11-15
TFTWMS: Yeh 28:11-15 - Yehezkiel 28:11-15 Yehezkiel 28:11-15
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadan...
Yehezkiel 28:11-15
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah Penuh segala batu permata yang berharga: Yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras Dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas Dan disediakan pada hari penciptaanmu. Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, Di gunung kudus Allah engkau berada Dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu Sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu."
Berikutnya Allah menugaskan Yehezkiel untuk menyanyikan sebuah "ratapan" khusus yang menentang "raja Tirus" (ay. 12). Ayat 12 sampai 19 telah menjadi subyek dari banyak diskusi. Beberapa orang mengklaim bahwa nas itu menyinggung Iblis.3 Namun begitu, jelaslah bahwa subyek utama pembahasan itu adalah seperti yang dinyatakan: Raja Tirus. Tirus telah menjadi standar untuk keberhasilan bisnis, dan kemampuannya untuk bangkit di atas kota-kota lain dalam kegiatan perdagangan yang menguntungkan membuat dirinya menepuk dada. Ia menganggap dirinya "lebih bijaksana daripada Daniel" dan tanpa saingan di bumi (ay. 3). Ia telah mengembangkan masyarakat dunia kuno yang paling materialistik, memburu kesenangan. Jumlah kekayaan yang dituangkan ke dalam pundi-pundi Tirus tidak ada bandingannya. Kekayaan itu memungkinkan dia untuk membeli apapun yang ia inginkan, termasuk perlindungan militer. Sementara itu, raja Tirus telah meninggikan dirinya kepada kedudukan "ilah." Pendewaan diri yang bodoh ini telah membuat Tuhan menyatakan keberakhiran Tirus. Raja itu disebut secara khusus dalam ratapan ini. Bagian ini terbagi ke dalam dua bagian: (1) apa yang Allah telah berikan kepada Tirus (ay. 12-15) dan (2) hukuman Allah yang akan menimpa Tirus (ay. 16-19).
Apa yang dikatakan itu berisi hal-hal yang dilebih-lebihkan dan ironi. Fungsi nyanyian pemakaman ini akan hilang jika gambaran ini dipahami secara harfiah. Pertama, perhatikanlah apa yang Allah katakan tentang Tirus dan rajanya:
1) "Engkau memiliki meterai kesempurnaan"4(ay. 12; NASB). Tirus adalah kota yang "sempurna," memiliki lokasi yang ideal, lingkungan yang indah, dan kekayaan yang tak terbayangkan. Hal apa lagikah yang orang inginkan?
2) "[Engkau] penuh hikmat" (ay. 12; NASB). Ia menganggap dirinya tak tertandingi, "lebih bijaksana daripada Daniel." Ia berhasil memperoleh kekayaan besar dengan "hikmatnya yang hebat" (ay. 3-5; NASB). Teks itu tidak menantang keberadaan hikmat pada diri raja Tirus atau rakyatnya, tapi menganggap hikmat itu sama dengan hikmat Allah akan menimbulkan kejatuhan dirinya.
3) "[Engkau] mahaindah" (ay. 12; NASB). Lokasi pulau paradise ini, yang terletak di perairan indah Mediterania, membuat kaum itu memandang kota mereka sebagai sorgawi. Tidak ada tempat lain yang bisa menyamai keindahannya. Seraya kekayaan mengalir ke kota itu, ia mampu membeli apa saja yang terbaik. Tidak diragukan lagi, kota ini sangat mengagumkan.
4) "Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah" (ay. 13). Di sini dibuat sebuah kiasan yang tidak dipertanyakan lagi tentang Eden yang Adam dan Hawa nikmati (Kejadian 2; 3). Ketika Allah merancang sebuah tempat untuk laki-laki dan perempuan pertama, tempat itu pastinya indah tak terlukiskan. Ungkapan "taman Allah" cocok dengan gambaran keindahan yang tak terbayangkan. Idenya adalah bahwa Tirus memiliki segalanya yang pernah diberikan kepada Adam ketika Allah menempatkan dia di Eden. Jika Adam adalah lambang orang purba yang sempurna, maka begitu pula raja Tirus.
5) "Penuh segala batu permata yang berharga" (ay. 13). Beralih kepada kiasan lain Perjanjian Lama, Allah berkata bahwa raja itu dihiasi dengan batu mulia yang sama yang menghiasi dada Imam Besar (Keluaran 28:17-20). Setiap batu yang dianggap berharga itu bisa ditemukan di Tirus. Raja itu memiliki semua ini pada hari ia "diciptakan"—istilah yang berlaku kepada hari raja itu menduduki tahta Tirus. Karena Allah menciptakan segala sesuatu, raja Tirus itu bisa menjadi raja hanya karena Allah "menempatkan" dia dalam posisi ini (lihat Daniel 2:20-23; 4:17, 25).
6) "Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga" (ay. 14). Raja itu diperbandingkan dengan kerub yang sayapnya membuka, menutupi tabut perjanjian di tempat Maha Kudus. Sayap-sayap yang membuka ini "menutupi," atau melindungi, tabut itu. Raja itu adalah pelindung bagi beberapa negara yang lebih kecil di sekitar kerajaannya.
7) "Di gunung kudus Allah engkau berada" (ay. 14). Apa yang dimaksud dengan "gunung kudus Allah" tidaklah pasti. (A) Itu bisa mengacu kepada Yerusalem. Ini adalah arti yang paling umum tentang frase seperti itu di dalam Perjanjian Lama (lihat Mazmur 99:9; Yesaya 56:7). Jika maknanya seperti itu, maka kalimat itu bisa mengacu kepada raja Tirus saat ia berjalan melalui reruntuhan kota itu setelah dihancurkan Babel pada tahun 587(6) S.M. dan menertawakan kehancurannya (lihat 26:2). Hal ini akan membuat "batu-batu yang bercahaya" mengacu kepada puing-puing membara dari kota yang terbakar itu. (b) Sebaliknya, hal itu bisa mengacu kepada ilah-ilah setempat. Ungkapan "gunung ilah" (NASB) sering digunakan dalam mitologi Kanaan untuk mengacukan tempat tinggal ilah pagan. Hal ini akan membuat raja Tirus sebagai kerub penjaga (mungkin penjaga ilah Melkart).5"Batu-batu yang bercahaya" bisa mengacu kepada batu-batu berharga ayat 13, sangat berkilau sehingga mereka tampak terbakar.
8) "Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu" (ay. 15). Setiap tindakan bisnis oleh raja dan rakyatnya itu tampaknya merupakan keputusan yang tepat. Kemampuan seperti itu dalam perdagangan adalah alasan bagi kekayaan Tirus yang tak terhitung banyaknya.
Pada akhir ayat 15, kisahnya berubah: "sampai terdapat kecurangan padamu." Raja Tirus itu penuh dengan kesombongan atas pelbagai pencapaiannya, dan rakyatnya hidup dalam keangkuhan dan kesombongan—ciri-ciri pasti "kecurangan." Fakta bahwa sifat ini ditemukan "padamu" menggambarkan dua kebenaran. Pertama, seperti seorang hakim melihat bukti yang ditemukan, Tuhan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Kedua, kecurangan itu tertanam dengan dalamnya pada diri raja itu dan rakyatnya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yehezkiel
Tema : Hukuman dan Kemuliaan Allah
Tanggal Penulisan: 590-570 SM
Latar Belakang
Latar belakang sejarah Kit...
Penulis : Yehezkiel
Tema : Hukuman dan Kemuliaan Allah
Tanggal Penulisan: 590-570 SM
Latar Belakang
Latar belakang sejarah Kitab Yehezkiel ialah Babel pada tahun-tahun awal pembuangan (593-571 SM). Nebukadnezar telah membawa tawanan orang Yahudi dari Yerusalem ke Babel dalam tiga tahap:
- (1) pada tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel, antara lain Daniel dan ketiga sahabatnya;
- (2) pada tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, di antaranya Yehezkiel; dan
- (3) pada tahun 586 SM, pasukan Nebukadnezar telah membinasakan kota dan Bait Sucinya, lalu membawa sebagian besar orang yang tidak terbunuh ke Babel.
Pelayanan Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap: tujuh tahun sebelum kebinasaan itu pada tahun 586 SM (593-586 SM) dan 15 tahun setelah kebinasaan itu (586-571 SM). Kitab ini mungkin selesai sekitar tahun 570 SM.
Yehezkiel, yang namanya berarti "Allah menguatkan", berasal dari keluarga imam (Yeh 1:3) dan tinggal di Yerusalem sepanjang 25 tahun pertama hidupnya. Dia sedang dalam pendidikan untuk menjadi imam di Bait Suci ketika dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Sekitar lima tahun kemudian, pada umur 30 tahun (Yeh 1:2-3), Yehezkiel menerima panggilan sebagai nabi dan penugasan ilahinya, setelah itu ia melayani dengan setia selama sekurang-kurangnya 22 tahun (Yeh 29:17); Yehezkiel berusia sekitar 17 tahun ketika Daniel dibawa pergi, sehingga keduanya kurang lebih sama umurnya. Baik Yehezkiel maupun Daniel merupakan rekan sezaman yang lebih muda daripada Yeremia dan sangat mungkin banyak dipengaruhi oleh nabi Yerusalem yang lebih tua ini (bd.Dan 9:2). Pada saat Yehezkiel tiba di Babel, Daniel sudah terkenal sebagai orang yang memiliki hikmat nubuat yang luar biasa; Yehezkiel menyebutnya tiga kali di dalam kitab ini (Yeh 14:14,20; Yeh 28:3). Berbeda dengan Daniel, Yehezkiel berkeluarga (Yeh 24:15-18) dan hidup sebagai warga biasa di antara para buangan Yahudi di tepi Sungai Kebar. (Yeh 1:1; Yeh 3:15,24; bd.Mazm 137:1).
Kitab ini dengan jelas menyebutkan bahwa nubuat-nubuatnya adalah dari Yehezkiel (Yeh 1:3; Yeh 24:24). Pemakaian kata ganti "aku" dalam seluruh kitab, bersama dengan kesatuan kitab ini dalam gaya dan bahasa yang dipakai, menunjuk kepada Yehezkiel sebagai penulis tunggalnya. Nubuat-nubuatnya dapat diberi tanggal dengan tepat karena cara penanggalannya yang teratur (bd. Yeh 1:1-2; Yeh 8:1; Yeh 20:1; Yeh 24:1; Yeh 26:1; Yeh 29:1,17; Yeh 30:20; Yeh 31:1; Yeh 32:1,17; Yeh 33:21; Yeh 40:1). Pelayanannya dimulai bulan Juli tahun 593 SM dan berlangsung sampai sekurang-kurangnya nubuat terakhir yang dicatat pada bulan April, 571 SM.
Tujuan
Tujuan nubuat-nubuat Yehezkiel terutama bersifat ganda:
- (1) untuk menyampaikan berita Allah mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang sudah murtad (pasal 1-24; Yeh 1:1--24:27) dan tujuh bangsa asing di sekitar mereka (pasal 25-32; Yeh 25:1--32:32) dan
- (2) untuk menopang iman sisa umat Allah dalam pembuangan mengenai pemulihan umat perjanjian-Nya dan kemuliaan akhir dari kerajaan-Nya (pasal 33-48; Yeh 33:1--48:35). Sang nabi juga menekankan tanggung jawab pribadi setiap orang di hadapan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan sebagai sekadar akibat dosa-dosa leluhur saja (Yeh 18:1-32; Yeh 33:10-20).
Survai
Kitab Yehezkiel disusun dengan baik, dan ke-48 pasalnya dengan sendirinya terbagi menjadi empat bagian utama.
- (1) Bagian pengantar (pasal 1-3; Yeh 1:1--3:27) menguraikan penglihatan penuh kuasa Yehezkiel tentang kemuliaan dan takhta Allah (pasal 1; Yeh 1:1-28) dan dilanjutkan dengan penugasan ilahi sang nabi ke dalam tugas kenabian (pasal 2-3; Yeh 2:1--3:27); perhatikan pengalaman Musa di semak yang menyala (Kel 3:1--4:31) dan penglihatan Yesaya di Bait Suci (Yes 6:13) sebagai penyataan luar biasa yang sama dari Allah pada permulaan tugas-tugas kenabian mereka.
- (2) Bagian kedua (pasal 4-24; Yeh 4:1--24:27) mencatat amanat Yehezkiel yang keras dan menghilangkan harapan mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang tidak terelakkan lagi karena mereka terus memberontak dan murtad. Sepanjang tujuh tahun terakhir dari Yerusalem (593-586 SM), Yehezkiel memperingatkan orang Yahudi di Yerusalem dan para buangan di Babel tentang harapan palsu bahwa Yerusalem akan lolos dari hukuman. Dosa-dosa Yerusalem pada masa lalu dan masa kini memastikan kehancurannya yang sekarang. Yehezkiel mengumandangkan amanat kenabian tentang malapetaka dahsyat ini melalui berbagai penglihatan, perumpamaan, dan tindakan simbolik. Ps Yeh 8:1--11:25 menggambarkan Yehezkiel dibawa Allah ke Yerusalem dalam penglihatan untuk menyampaikan nubuat-nubuat kepada kota itu. Dalam pasal 24 (Yeh 24:1-27) kematian istri tercinta Yehezkiel menjadi suatu perumpamaan dan tanda tentang akhir Yerusalem.
- (3) Bagian ketiga (pasal 25-32; Yeh 25:1--32:32) berisi nubuat-nubuat hukuman terhadap tujuh bangsa asing yang bersukacita atas malapetaka Yehuda. Dalam nubuat yang cukup panjang terhadap Tirus muncul suatu penggambaran samar-samar tentang Iblis (Yeh 28:11-19) sebagai kekuatan sesungguhnya di belakang raja Tirus.
- (4) Bagian terakhir (pasal 33-48; Yeh 33:1--48:35) menandai suatu peralihan dalam berita sang nabi dari hukuman suram ke penghiburan dan harapan di masa depan (bd. Yes 40:1--66:24). Setelah Yerusalem jatuh, Yehezkiel bernubuat tentang kebangunan rohani dan pemulihan di masa depan, ketika Allah akan menjadi gembala yang sejati bagi umat-Nya (pasal 34; Yeh 34:1-31) dan memberi mereka "hati yang baru" dan "roh yang baru" (pasal 36; Yeh 36:1-38). Di dalam konteks ini terdapat penglihatan Yehezkiel yang terkenal mengenai sejumlah besar tulang yang secara nubuat dihidupkan kembali (pasal 37; Yeh 37:1-28). Kitab ini ditutup dengan melukiskan bahwa pada akhir zaman Bait Suci, kota suci, dan tanah suci akan dipulihkan (pasal 40-48; Yeh 40:1--48:35).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai kitab Yehezkiel.
- (1) Kitab ini penuh dengan penglihatan misterius, perumpamaan yang berani dan perbuatan simbolik yang aneh sebagai sarana penyataan nubuat Allah.
- (2) Isinya diatur dan diberi tanggal dengan saksama; terdapat lebih banyak tanggal daripada kitab nubuat PL lainya.
- (3) Dua frase khusus muncul berkali-kali:
- (a) "Mereka akan tahu bahwa Aku ini Tuhan" (65 kali dengan aneka variasi) dan
- (b) "kemuliaan Tuhan" (19 kali dengan aneka variasi).
- (4) Yehezkiel secara khusus disapa oleh Allah dengan sebutan "anak manusia" dan "penjaga".
- (5) Kitab ini mencatat dua penglihatan luar biasa mengenai Bait Suci -- yang pertama sebagai Bait Suci yang dinajiskan dan menanti kebinasaan (pasal 8-11; Yeh 8:1--11:25) dan yang lain sebagai dipulihkan dan disucikan dengan sempurna (pasal 40-48; Yeh 40:1--48:35).
- (6) Lebih dari nabi lain, Yehezkiel disuruh oleh Allah untuk menyatukan dirinya secara pribadi dengan sabda kenabian dengan melakukannya selaku lambang nubuat.
- (7) Yehezkiel menekankan tanggung jawab pribadi kepada Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Nubuat pasal 33-48 (Yeh 33:1--48:35) pada hakikatnya mengenai karya penebusan Allah di masa depan sebagaimana dinyatakan di dalam PB. Bagian ini bukan hanya berbicara tentang pemulihan Israel secara jasmaniah ke negeri mereka, tetapi juga suatu pemulihan akhir di masa depan yang mencakup penggenapan sempurna dari tujuan Allah bagi Israel rohani dalam hubunganya dengan kemuliaan dan kuasa Allah di Bait Suci (penyembahan), dan tujuan Allah bagi bangsa-bangsa sebagai hasil pekabaran Injil. Nubuat-nubuat Yehezkiel yang penting mengenai Mesias PB ialah Yeh 17:22-24; Yeh 21:26-27; Yeh 34:23-24; Yeh 36:16-38 dan Yeh 37:1-28.
Full Life: Yehezkiel (Garis Besar) Garis Besar
I. Panggilan dan Penugasan Yehezkiel
(Yeh 1:1-3:27)
A. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah
...
Garis Besar
- I. Panggilan dan Penugasan Yehezkiel
(Yeh 1:1-3:27) - A. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah
(Yeh 1:1-28) - B. Ditugaskan untuk Menjadi Nabi
(Yeh 2:1-3:27) - II. Nubuat Tentang Hukuman atas Yehuda dan Yerusalem
(Yeh 4:1-24:27) - A. Tanda-Tanda Nubuat Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 4:1-5:17) - 1. Batu Bata
(Yeh 4:1-3) - 2. Yehezkiel Berbaring pada Sisi Kiri
(Yeh 4:4-8) - 3. Makanan yang Kurang
(Yeh 4:9-17) - 4. Pedang Tajam Ilahi
(Yeh 5:1-17) - B. Berbagai Nubuat Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 6:1-7:27) - C. Aneka Penglihatan Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 8:1-11:25) - 1. Penglihatan Tentang Berhala Kekejian di Dalam Bait Suci
(Yeh 8:1-18) - 2. Penglihatan Tentang Kebinasaan Yerusalem
(Yeh 9:1-11) - 3. Penglihatan Tentang Kemuliaan Allah yang Pergi
(Yeh 10:1-22) - 4. Penglihatan Tentang Pemimpin Fasik dan Kemuliaan yang Telah Hilang
(Yeh 11:1-25) - D. Aneka Tanda, Amanat, dan Perumpamaan Tentang Hukuman yang Akan Datang
(Yeh 12:1-24:27) - 1. Tanda-Tanda Pembuangan Yerusalem
(Yeh 12:1-28) - 2. Amanat Terhadap Nabi-Nabi Palsu
(Yeh 13:1-23) - 3. Amanat Terhadap Tua-Tua Penyembah Berhala
(Yeh 14:1-23) - 4. Perumpamaan Tentang
Pohon Anggur yang Tidak Berguna,
(Yeh 15:1-8)
Wanita Pezinah,
(Yeh 16:1-23)
dan Dua Ekor Rajawali
(Yeh 17:1-24) - 5. Satu Pelajaran
(Yeh 18:1-32)
dan Sebuah Ratapan
(Yeh 19:1-14) - 6. Berita Selanjutnya dan Tanda-Tanda Tentang Penghukuman
Terhadap Yerusalem
(Yeh 20:1-24:27) - III.Nubuat Tentang Hukuman atas Bangsa-Bangsa Asing
(Yeh 25:1-32:32) - A. Amon
(Yeh 25:1-7) - B. Moab
(Yeh 25:8-11) - C. Edom
(Yeh 25:12-14) - D. Filistin
(Yeh 25:15-17) - E. Tirus
(Yeh 26:1-28:19) - F. Sidon
(Yeh 28:20-26) - G. Mesir
(Yeh 29:1-32:32) - IV. Nubuat Mengenai Pemulihan
(Yeh 33:1-48:35) - A. Penjaga Pemulihan
(Yeh 33:1-33) - B. Janji-Janji Pemulihan
(Yeh 34:1-39:28) - C. Penglihatan Tentang Pemulihan
(Yeh 40:1-48:35)
Jerusalem: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) YEHEZKIEL
Berbeda dengan kitab Yeremia, kitab Yehezkiel tampaknya sebuah kitab yang tersusun rapih. Sesudah pendahuluan, Yeh 1-3, yang berisikan kisah...
YEHEZKIEL
Berbeda dengan kitab Yeremia, kitab Yehezkiel tampaknya sebuah kitab yang tersusun rapih. Sesudah pendahuluan, Yeh 1-3, yang berisikan kisah mengenai panggilan Yehezkiel untuk menjadi nabi, Yehezkiel dapat dibagi atas 4 bagian yang jelas, yaitu:
1. Bab 4-24 hampir seluruhnya berisikan tuduhan-tuduhan dan ancaman-ancaman yang dilontarkan kepada orang-orang Israel dan diucapkan nabi sebelum kota Yerusalem dikepung.
2. Bab 25-32 memuat nubuat-nubuat melawan bangsa-bangsa lain. Dalam bab-bab ini nabi berkata, bahwa hukuman Allah akan menimpa juga bangsa-bangsa yang bersekongkol dengan membujuk umat yang tidak setia.
3. Bab 33-39 berisikan nubuat-nubuat dsb. yang dibawakan nabi selama kota Yerusalem dikepung dan sesudahnya. Nabi menghibur bangsanya dan menjanjikan kepada saudara-saudara sebangsanya suatu masa depan yang lebih cemerlang.
4. Bab 40-48 menggambarkan tata-negara dan agama jemaat di negeri Palestina kelak.
Tetapi susunan logis ini menutupi sejumlah besar kekurang. Banyak bagian kitab-Yehezkiel terulang-ulang, seperti Yeh 3;17-21 = 33;7-9; 18:25-29 = 33:17- 20, dll. Beberapa kali dikatakan, bahwa yehezkiel dilarang untuk berbicara, Yeh 3:26; 24:27; 33:22 tetapi catatan-catatan ini terpisah satu dari yang lain dengan wejangan-wejangan. Bagian yang mengisahkan penglihatan kereta ilahi, Yeh 1;4-3:15, disela kisah mengenai penglihatan sebuah gulungan-kitab, Yeh 2:1- 3:9. Gambar kedosaan Yerusalem, Yeh 11;1-21,melanjutkan 8 dan memutuskan kisah mengenai berangkatnya kereta ilahi yang mulai dalam Yeh 10:22 lalu diteruskan dalam Yeh 11:22. Tanggal-tanggal yang disebut dalam Yeh 26-33 tidak berurutan. Sukar diterima, bahwa semua kekurangan tsb berasal dari seorang pengarang yang langsung menulis seluruh kitab itu. Jauh lebih masuk akal, kalau dikatakan, bahwa kekurangan-kekurangan ini berasal dari sejumlah murid nabi yang mengerjakan tulisan-tulisannya atau tradisi lisan dengan mempersatukan dan melengkapinya. Maka kiranya dapat disimpulkan, bahwa kitab Yehezkiel mengalami hal-ihwal sama seperti kitab-kitab nabi lainnya. Namun demikian perlu ditegaskan, bahwa para murid Yehezkiel berpegang teguh pada gagasan-gagasan, dan pada umumnya malahan pada perkataan-perkataan gurunya. Hal ini terbukti oleh kesamaan gaya bahasa dan ajaran kitab Yehezkiel. Tangan para penyusun tampak sekali dalam bagian terakhir kitab Yehezkiel, Yeh 40-48. Tetapi pada pokoknya bagian inipun berasal dari Yehezkiel sendiri.
Menurut penyelidikan ilmiah dewaa ini, Yehezkiel hanya menunaikan tugasnya sebagai nabi di tengah-tengah kaum buangan di Babel melulu, antara thn. 593 dan 571. Inilah tanggal-tanggal patokan yang disebut kitabnya, Yeh 1:2 dan 29:17. Kalau demikian orang tentu merasa heran sedikit tentang nubuat-nubuat yang terdapat dalam bagian pertama kitab ini dan yang nampaknya ditujukan kepada para penduduk Yerusalem, sedangkan juga Yehezkiel sendiri kadang-kadang nampaknya bertempat tinggal di kota tsb (hal ini paling jelas dari Yeh 11:13). Kesulitanl ini membawa orang kepada sebuah kesimpulan berupa hipotesa mengenai tugas-tugas Yehezkiel. Menurut hipotesa itu, Yehezkiel tinggal di Palestina dan berkarya di sana sampai saat musnahnya kota Yerusalem di thn. 587. Baru pada tahun itulah ia menggabungkan diri dengan kaum buangan di Babel. Penglihatan tentang gulungan-kitab, yang dikisahkan dalam Yeh 2:1-3:9, menurut hipotesa ini tidak lain kecuali cerita mengenai panggilan Yehezkiel di Palestina. Penglihatan mengenai kereta ilahi, Yeh 1:4-28 serta Yeh 3:10-15, berpautan dengan kedatangan nabi ke Babel. Tetapi dengan ditempatkan penglihatan mengenai kereta ilahi itu pada awal kitab dirubah arah pandangan seluruh kitab dan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Hipotesa mengenai tugas-rangkap nabi tsb memang memecahkan beberapa kesulitan, namun sekaligus menimbulkan kesulitan-kesulitan baru. Seandainya hipotesa ini diteruma, maka perlu teks kitab Yehezkiel dirubah sekali. Harus diterima pula, bahwa selama tugasnya di Palestina, Yehezkiel biasanya tinggal di luar kota Yerusalem, sebab ia "diangkat" ke sana oleh Roh, Yeh 8:3. Selain itu aneh sekali, mengapa Yehezkiel maupun Yeremia sama sekali tidak berkata apa-apa tentang rekannya, padahal, menurut hipotesa tsb, mereka berdua berkarya di kota yang sama dan pada waktu yang sama.
Di lain pihak kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pandangan tradisionil tidak perlu dilebih-lebihkan. Sebab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan nabi terhadap penduduk kota Yerusalem sudah tentu dimaksudkan sebagai sebuah pengajaran yang ditujukan kepada kaum buangan; bila dikatakan, bahwa Yehezkiel berada di kota suci, Yerusalem, maka dengan jelas ditegaskan pula, bahwa ia diangkat ke sana "dalam penglihatan", Yeh 8:3, dan bahwa ia dibawa kembali ke Babel" dalam penglihatan", Yeh 11:24. Memang hipotesa mengenai tugas rangkap nabi dewasa ini didukung oleh sejumlah kecil ahli saja.
Bagaimanapun juga dari dalam kitabnya Yehezkiel tampil sebagai seorang tokoh besar. Ia adalah seorang imam, Yeh 1:3. Sebagian besar perhatiannya berpusat pada Bait Suci, yang pada waktu hidupnya dicemarkan dengan upacara-upacara kafir, Yeh 8, dan ditinggalkan oleh kemuliaan Tuhan, Yeh 10. Tetapi Yehezkiel berbicara pula mengenai bait Suci di masa depan. Ia membuat rencana terperinci mengenai bentuk bangunan bait Suci itu, Yeh 40-42, yang akan didiami Allah lagi, Yeh 43. Yehezkiel menjunjung tinggi hukum Taurat. Maka dalam membentangkan sejarah ketidak-setiaan umat Israel, Yeh 20, berulang kali ia melontarkan tuduhan berupa ulangan ini: "mereka telah melanggar kekudusan hati SabatKu". Yehezkiel merasa jijik terhadap segala sesuatu yang najis menurut hukum Taurat, Yeh 4:14, dan dengan saksama ia memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus, Yeh 45:1-6. Selaku imam Yehezkiel memecahkan soal-soal hukum dan masalah-masalah moril yang diajukan kepadanya, sehingga ajarannya sering bernada kasuistik, Yeh 18. Gagasan-gagasan Yehezkiel serta kosa-kata yang dipakainya berdekatan nadanya dengan Hukum Kekudusan, Im 17-26. Tidak dapat ditentukan sejauh mana Yehezkiel mengambil inspirasi dari Hukum Kekudusan itu atau sejauh mana Hukum tsb bergantung pada Yehezkiel. Memang kesamaan antara Yehezkiel dan Hukum Kekudusan yang paling menyolok justru terdapat dalam bagian-bagian Yehezkiel yang berasal dari tangan penyusun kitab tsb. Dengan tenang hanya dapat disimpulkan, bahwa kedua karya tsb terpelihara dalam lingkungan-lingkungan yang sangat berdekatan pemikirannya karya Yehezkiel termasuk "tradisi para Imam", seperti karya Yeremia berpautan dengan "tradisi kitab Ulangan".
Selain seorang imam, Yehezkiel juga seorang nabi yang berbuat. Lebih banyak dari pada nabi-nabi lainnya ia melakukan perbuatan-perbuatan yang berupa lambang. Ia memainkan pengepungan Yerusalem, Yeh 4:1-5:4, keberangkatan kaum buangan ke Babel, Yeh 12:1-7, raja Babel di persimpangan jalan, Yeh 21:19 dst, dan pemersatuan Yehuda dan Israel, Yeh 37:15 dst. Sama seperti nabi Hosea dan Yeremia, demikianpun Yehezkiel sampai dalam percobaan pribadi yang menurut kehendak Allah mendatanginya menjadi sebuah lambang bagi Israel, Yeh 24:24. Hanya perbuatan-perbuatan Yehezkiel yang berupa lambang itu jauh lebih berbelit- belit dari pada perbuatan-perbuatan sederhana dan bersahaja yang dilakukan pendahulu-pendahulunya.
Namun Yehezkiel terutama seorang pelihat. Meskipun kitab Yehezkiel sebenarnya hanya berisikan empat buah penglihatan, namun penglihatan-penglihatan itu diceritakan dengan panjang-lebar, Yeh 1-3; 8-11; 37; 40-48. Penglihatan- penglihatan itu membuka sebuah dunia gaib: empat binatang yang terpasang pada kereta Tuhan; tarian keagamaan dalam Bait Suci yang penuh dengan macam-macam hewan dan berhala; tulang-tulang yang bertaburan di sebuah lembah, lalu hidup kembali; Bait Allah di masa mendatang yang seolah-olah digariskan pada papan gambar seorang ahli bangun-bangunan dan yang dari padanya mengalirlah sebuah sungai gaib di daerah yang gaib pula. Daya khayal itupun menghasilkan gambar- gambar berupa lambang yang dilukiskan Yehezkiel: dua perempuan bersaudara, Oholiba, Yeh 23; kota Tirus yang bagaikan kapal karam, Yeh 27; sang buaya yang melambangkan Firaun, Yeh 29 dan 32; pohon raksasa yang mengibaratkan Firaun, Yeh 31, dan turunnya Firaun ke dalam dunia orang mati, Yeh 32.
Berbeda dengan daya khayal yang kuat itu dan mungkin sebagai tebusannya seolah-olah gambar yang hebat-hebat ini mematikan daya pengungkapannya, maka gaya bahasa Yehezkiel adalah lemah, bertele-tele tanpa semangat. Gaya bahasanya terasa luar biasa miskin dan kurus dibandingkan dengan gaya bahasa Yesaya yang murni padat berisi atau dengan gaya bahasa Yeremia yang hangat mengharukan hati. Daya seni Yehezkiel terletak dalam ukuran gambar-gambar timbulnya yang seolah- olah menciptakan suasana rasa segan yang suci di hadapan Allah yang rahasia.
Walaupuanl dalam banyak hal menyerupai nabi-nabi yang terdahulu, namun Yehezkiel membuka jalan yang baru. Ajarannyapun khas dan agak baru. Ciri khas yang paling menonjol ialah: Yehezkiel memutuskan hubungan dengan masa lampau bangsanya. Sepintas lalu ia memang menyinggung janji-janji Allah kepada para bapa bangsa serta Perjanjian yang diadakan di gunung Sinai. Akan tetapi, menurut Yehezkiel, bila Allah masih sampai sekarang melindungi dan menyelamatkan umatNya yang berdosa sejak awal-mula itu, Yeh 16:3 dst, maka sebabnya bukanlah karena Allah mau memenuhi janji-janjiNya, melainkan karena Allah membela NamaNya yang kudus, Yeh 20; bila Allah terpaksa mengganti perjanjian lama dengan sebuah perjanjian, Yeh 16:60; 37:26 dst, maka maksudNya bukanlah untuk mengganjar umatNya yang bertobat. Perjanjian baru itu adalah sebuah karunia kerelaan Allah belaka, sebuah karunia yang mendahului bertobatnya umat Israel, Yeh 16:62-63.
Ajaran Yehezkiel mengenai Mesias kurang menonjol. Bagi Yehezkiel Mesiasbukanlah seorang raja yang jaya. Ia tentu saja menubuatkan seorang Daud yang baru, tetapi Daud yang baru itu hanya seorang "gembala" bangsanya, Yeh 34:23; 37:24, bukan seorang raja melainkan seorang "pangeran" saja, Yeh 34L24 (terj: raja). Dalam pandangan nabi mengenai teokrasi di masa mendatang tidak ada tempat lagi bagi seorang raja, Yeh 45:7. Yehezkiel meninggalkan juga ajaran trardisionil mengenai kesetia-kawanan dalam hukuman. Sebaliknya, ia mengemukakan prinsip, bahwa masing-masing orang dibalas sesuai dengan perbuatan-perbuatan pribadinya, Yeh 18; bdk Yeh 33. Pemecahan masalah pembalasan ini hanya sementara, sebab sering tidak sesuai dengan kenyataan. Namun lambat lain ajaran Yehezkiel itu akan mencetuskan gagasan baru tentang pembalasan di alam baka.
Meskipun Yehezkiel seorang imam yang sangat cinta Bait Suci, namun ia menolak pendapat, bahwa Allah terikat pada Bait Suci. Dalam hal ini Yehezkiel sependapat dengan nabi Yeremia. Dalam diri Yehezkiel bersatu-padulah pandangan para nabi dan pandangan para imam yang dahulu sering kali bertentangan satu sama lain. Upacara-upacara yang terus dipertahankan mendapat nilainya dari semangat yang menjiwainya.
Seluruh ajaran Yehezkiel berpusatkan pembaharuan batiniah. Manusia harus membuat bagi dirinya sebuah hati yang baru dan suatu roh yang baru, Yeh 18:31, atau lebih tepat, Allah sendiri akan memberi manusia "Hati yang lain", yakni "hati yang baru" dan "roh yang baru", Yeh 11;19; 36:26. Ajaran nabi mengenai karunia Allah yang mendahului bertobatnya manusia dan mengenai hati baru yang dikurniakan TUhan merintis jalan menuju teologi tentang kasih-karunia yang diperkembangkan Yohanes dan Paulus.
Begitulah Yehezkiel merohanikan segala hal keagamaan. Dan justru itulah sumbangan khas yang disampaikannya. Kalau ia kadang-kadang disebut "bapa agama Yahudi", orang berpikir kepada ketelitiannya dalam memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus, kepada kesaksamaannya dalam hal upacara-upacara dan peraturan, yang tidak kudus, kepada kesaksamaannya dalam hal upacara-upacara dan peraturan, sehingga serta-merta orang berpikir kepada orang Farisi juga. Tetapi pendekatan itu sungguh tidak tepat. Sama seperti nabi Yeremia, demikianpun nabi Yehezkiel dengan caranya sendiri menjadi pangkal suatu aliran kerohanian yang murni. Aliran itu tetap mengalir dalam agama Yahudi dan bermuara dalam Perjanjian Baru. Yesuslah Gembala yang baik, yang dinubuatkan Yehezkiel. Dan Iapun memulai ibadat rohani yang dianjurkan Yehezkiel.
Dilihat dari segi lain, Yehezkiel menjadi juga bapak aliran apokaliptik. Penglihatan-penglihatan hebat yang dialami Yehezkiel mendahului penglihatan- penglihatan nabi Daniel dan tidak mengherankan, bahwa pengaruhnya sering terasa pula dalam kitab Wahyu, karangan Yohanes.
Ende: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) JEHESKIEL
PENDAHULUAN
Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan,
ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) ...
JEHESKIEL
PENDAHULUAN
Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan, ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) merupakan seseorang jang ada tjorak-tjirinja sendiri. Ajahnja bernama Buzi (1,3) dan ia sendiri termasuk kelangan imam di Israil. Nabi itu beristeri (24,2) dan ia njata menjtinta isterinja, kesukaan matanja, sehingga kematian isterinja (24,16-18) ketika Jerusjalem dikepung dialaminja sebagai bentjana jang menjedihkan, sekalipunia dilarang oleh Jahwe untuk berkabung karenanja. Tiada dikatakan Jeheskiel beranak, tapi hal itu kiranja boleh diterima djuga. Diantara para nabi, jang nubuat2nja terpelihara bagi kita, Jeheskiel bersama dengan Jeremia menggabungkan didalam dirinja dua djabatan, jakni imam dannabi. Tapi Jeremia kiranja termasuk kalangan imam, di Anatot (Jr.1,1), jang tidak diidjinkan oleh para imam di Jerusjalem untuk ikut serta dalam ibadah di Bait Allah, sehinga Jeremia tak pernah mendjabat sebagai imam di Jerusjalem. Ia njata terus-menerus berbentrokan dengan imam2 itu dan mereka tidak suka apabila Jeremia muntjul dalam Bait Allah. Lain halnja dengan Jeheskiel. Agaknja ia berasal dari kalangan keimanan di Jerusjalem dan pernah mendjabat disitu. Dalam seluruh kitabnja ia menaruh perhatian chas pada Bait Allah serta ibadahnja lagi suka akan perundingan para imam (8;10;18;20;4,14;44,7;45,1-6;48,9-10). Ada orang jang menjangka, bahwa kitab para imam, jakni Levita pas. 19-26 adalah hasil dari nabi Jeheskiel serta murid2nja, jangkemudian mentjiptakan kitab itu sesuai dengan adjaran dan pandangan gurunja, Jeheskiel. Anggapan itu tentu sadja mem-besar2kan halnja melewati batas. Sekalipun kitab Levita baru disusun didjalam sesudah Jeheskiel dan walaupun ada kesamaan njata antara kitab Jeheskiel dan kitab Levita (Jehesk. 11,20;20,19-20;36,27 = Lv. 26,3; Jehesk. 5,12;6,11-12;7,15 = Lv. 26,25-26; Jehesk. 45,10 = Lv. 19,36; Jehesk. 46,7 = Lv. 14,22.30), namun hal itu belum djuga membuktikan, bahwa Levita bergantung pada Jeheskiel. Sebab sebagian kitab Levita tentu sadja berasal dari djaman dahulu. Tapi kesamaan antara Kitab Jeheskiel dengan kitab Levita tjukup menjatakan bahwa Jeheskiel termasuk kalangan imam2 jang menghasilkan kitab Levitika, sebagaimana Jeremia termasuk golongan orang2 jang menelurkan kitab Ulang-tutur. Nabi Jeheskiel demikian kuat dan besar tjorak keimamannja, sehingga ia tidak mampu membajangkan djaman keselamatan dankebahagiaan kelak selain dengan gambaran dan gagasan2 keimaman (pas. 40-48).
Menurut keterangan kitabnja sendiri (1,1) Jeheskiel, kiranja masih agak muda, dibawa ke Babel masuk pembuangan bersama dengan radja Jojakin serta kaum terkemuka dari negeri Juda (tahun 598/597). Dengan demikian dapat dipahami djuga, bahwa nabi Jeremia dan nabi Jeheskiel sungguhpun orang sedjaman, namun rupa2nja tidak saling mengenal. Sudah lima tahun Jeheskiel di Babel ketika dalam tahun 593 ia dipanggil mendjadi nabi. Panggilan itu terdjadi dalam sebuah penglihatan adjaib dekat sebuah terusan pengairan di Babel, Kebar namanja (1,3) dekat pada kota Nippur. Tempat tinggalnja serta rumahnja kiranja jang sudah lama runtuh). Disitu ia mempunjai hubungan tetap dengan kaum buangan Jahudi di negeri Babel.
Selain keterangan2 tersebut tidak ada banjak dari riwajat hidup nabi itu jang diketahui. Masih ada berita lain jang kemudian muntjul tapi berita2 itu tidak boleh dipertjajai. Dalam tahun 571 ia masih hidup dan bekerdja sebagai nabi (29,17), tapi tidak diketahui dan dimana ia meninggal.
Tapi diri nabi Jeheskiel lebih baik dikenal berkat bahan jang terkumpul dalam kitabnja. Ia sungguh2 seorang nabi sedjati dan ia diangkat Jahwe mendjadi penindjau umatNja (3,17;33,7). Maka dari itu sudah barang tentu ia sedikit banjak mirip nabi2 jang mendahuluinja. Itu chususnja berkenaan dengan tugas jang diserahkan kepadanja. Seperti nabi2 lain ia mengantjam atas nama Jahwe serta menubuatkan bentjana jang akan menimpa Jerusjelam erta bangsanja karena dosa jang dilakukan, teristimewanja penjembahan berhala dan pelanggaran hukum keigamaan. Nabi Jeremia sampai runtuhnja Jerusjalem masih terus berharap dan mengadjak agar Jerusjalem bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari hukuman jang mendekat. Demikianpun nabi Jesaja. tapi pengharapan jang serupa itu pada Jeheskiel tidak terdapat. Ia menubuatkan keruntuhan umat Jahwe jang tak terelakkan lagi. Itu pasti akan datang dan tak terhindari (pas. 1-24). Iapun seperti nabi2 lain menelah keselamatan dan pemulihan umat Jahwe kelak (11,14-21; pas.34-39). Masa depan jang bahagia itu sama pasti seperti keruntuhan dulu. Akan tetapi nabi Jeheskiel toh sangat berbeda dengan nabi2 lain pula. Wataknja sendiri tidak dirobohkan oleh anugerah kenabian dan watak itu nampak di-mana2 dalam tjaranja ia menjampaikan kabarnja. Nabi Jeremia adalah tokoh jang amat halus perasaaannja. Ia sendiri sangat menderita karena kabarnja jang berat. Nabi Hoseapun amat halus perasaan hatinja dan amat mesra tjintanja kepada Jahwe dan umatNja. Jesaja punja sifat keakalan jang menjelami serta memikirkan persoalan dan mengeluarkan pikirannja dalam bahasa sastera jang indah sekali. Para nabi jang mendahului Jeheskiel membawakan kabarnja dengan perkataan jang singkat dan padat. Pepatah dan ungkapan tegang jang menumbuk hati para pendengar laksana pukulan palu. Jang paling penting baginja ialah sabda Jahwe jang diterima mereka langsung dari Tuhannja dan itu diilhamkan kepada hatinja tanpa banjak gedjala ekstatis, penglihatan dan penampakan. Lain halnja dengan Jeheskiel. Perasaan halus hampir tidak ada padanja. Ia merupakan tokoh jang agak dingin wataknja. Antjaman2 dan djandji dikeluarkannja dengan hebatnja tapi dengan hampir tidak tersinggung hatinja sendiri. Keterharuan jang menggelorakan hati tidak ada padanja. Hanja satu kali ia berdoa untuk bangsanja jang akan binasa (9,8;11,13). Pikiran2 jangmendalam pertjuma sadja ditjari dalam kitabnja. Memang pada nabi2 pendahuluannja kita menemukan penglihatan dan ekstase (Js. 6; Jr.1). Tetapi dalam keseluruhan hal itu kurang penting dan tidak memegang peranan jang besar. Jeheskiel tidak suka akan pepatah dan ungkapan singkat-padat. Daja chajalnja terlalu kuat untuk merasa puas dengan itu. Sebalikja, Jeheskiel suka menggambarkan dan melukiskan segala sesuatu dengan pandjang sampai hal jang ketjil2 dan dengan sangat terperintji. Dan apa jang dikatakannja tidak sadja didengarnja dari Jahwe tapi dilihatnja dahulu dalam penglihatan2 jang diterimanja dalam ekstase (1-3;8-11;40-48). Ekstase, jangdapat berlangsung sampai tjudjuh hari lamanja (3,15) itu, memang peranan amat besar dalam hidup Jeheskiel (1,3;2,2;3,14.22-23;8,1;33,22;37,1;40,1). Dalam ekstase itu ia membuat perdjadjian sampai ke Jerusjalem, seperti kemudian Muhammat (3,22-24;37,1-2;8,1- 9,11;11,24-25;40,2). Dalam hal2 ini, jakni penglihatan dan ekstase Jeheskiel merupakan perintis djalan dan pendahuluan untuk apa jang kemudian berkembang dalam sastera jang disebut "apokaliptik", sebagaimana terdapat misalnja dalam kitab Zakarja dan Daniel. alat wahju dalam kitab2 itu ialah penglihatan. Karena sifatnja jang kuat daja chajalnja Jeheskiel djuga suka akan gambaran2 kiasan jang disadjikan dengan pandjang lebar dan dengan agak terperintji (15;16;19;23;13,10-16;34). Chususnja ia senang dengan nubuat2 dalam perbuatan, perbuatan jang merupakan lambang. Memang djuga nabi Jeremia menggunakan alat itu (Jr. 13,1-11;18,1-12;19,1-15;27-28;32;35;51,63) dan itupun tidak asing sama sekali bagi nabi2 lain pula (Js. 7,15;8,1-4;20,1-10; Hos.1), tapi pada nabi2 lain perbuatan2 itu agak sedikit sadja dan sabda jang menjertainja selalu djauh lebih penting daripada perbuatan sendiri. Tapi Jeheskiel berpendapat bahwa perbuatan2 itu sendiri djauh lebih terang dan bermakna daripada perkataan sadja. Seringkali alat itu digunakan da setjara terperintji semua ditjeritakannja, meskipun tidak selalu terang apakah ada penglihatan atau perbuatan jang njata (2,8;4,9-17;5;12,3-16;3,25-27;4,1-3.4-8;21,23-29;24,1-14.15-17;37,15-28). Ia se- akan2 memainkan didepan mata para menontonnja apa jang akan terdjadi dimasa depan. Dan perbuatan2 itu sesungguhnja lebih penting daripada keterangan jang menjertainja. Karena kesukaannja akan bahasa kiasan dan lambang2 itupun Jeheskiel karib dengan sastera apokaliptik jang djuga penuh denganlambang2 aneh dan sukar dipahami. Jeheskiel sendiri mentjeritakan apa jang dilihatnja dan diperbuatnja dan demikianpun para apokaliptisi sendiri mentjeritakan semuanja. Maka itu tidaklah mengherannkan bahwa dalam kitab Jeheskiel terdapatlah suatu apokalips belaka, jakni nubuat tentag Gog dari Magog (Pas. 38-39). Dengan demikian nabi Jeheskiel se-akan2 berdiri diantara para nabi jang mendahuluinja dan para apokaliptisi jang kemudian tampil kemuka. Sifat2 dari kedua2nja terdapat pada Jeheskiel.
Berdampingan dengan ekstase beberapa gedjala aneh lain lagi memegang peranan dalam riwajat hidup nabi Jeheskiel. Ber-hari2 lamanja ia tetap berbaring dengan tidak dapat bergerak sedikitpun; beberapa lamanja ia tidak dapat berbitjara selain atas perintah Jahwe sendiri (3,15.25-27;4,8;24,27); dari kedjauhan ia melihat hal tertentu terdjadi di Jerusjalem (11,13). Beberapa ahli pernah mengambil kesimpulan, bahwa nabi itu sesungguhnja kena panjakit djiwa; bahkan ada jang tahu akan nama penjakit itu, jakni epilepsi. Tapi ekstase, djuga ekstase dalam mana orang dipindahkan ketempat lain, belum djuga menudnjukkan suatu penjakit djiwa dan mengingat bahwa Jeheskiel suka akan perbuatan beribarat, maka keanegan2 lain itu sama sekali tjotjok dengan sifatnja itu. Kiranja tidak ada dasar untuk menernagkan nabi itu seseorang jang miring otaknja dan tidak sehat djiwa dan urat-sarafnja. Memang seorang nabi sedjatipun dapat menderita penjakit djiwapun pada dirinja dapat dibarengi dengan anugerah kenabian. Tapi apa jang kita tahu tentang diri Jeheskiel tidak mengidjinkan kesimpulan jang sedemikian itu. Kita djuga tahu hanja sedikit sekali tentang tjaranja anugerah kenabian dapat bekerdja.
Walaupun Jeheskiel ada daja chajal jang kuat padanja, namun ia bukan seorang sasterawan. Beberapa nabi lain meninggalkan karja sastera jang termasuk kedalam jang paling bagus dan paling indah. Tapi karja Jeheskiel tidak boleh dihitung diantaranja. Ada bagian2 dalam kitabnja jang betul bagus (26,2-14;27,8-9.25-36), tapi umumnja gaja bahasanja tidak meninggalkan kesan jang mendalam. Djang ia pakai puesi, biasanja prosa sadjaBahasanja sedikit banjak membosankan. Ia terlalu berpandjang kalam, sering mengulang jang sama dan bahasa kiasnja agak ruwet. Ia miskin akan perkataan jang sesungguhnja hanja sedikit djumlahnja dan susunan kalimatnja sering sama sadja. Sebagai sasterawan Jeheskiel adalah seorang dari antara para pengarang Perdjandjian Lama jang paling lemah. Gaja bahasanja sangat serupa dengan gaja bahasa para imam jang menelurkan kitab2 undang, seperti Levitika. Dan kitab hukum tentu sadja bukan sastera jang dibatja dengan senang hati.
Rangka djangka waktu riwajat hidup Jeheskiel dengan baik2. Sebab dalam kitabnja banjak tanggal tertjatat (1,1- 3;3,16;8,1;20,1;24,1;26,1;29,1;29,17;30,20;31,1;32,17;38,21;40,1). Sungguhpun naskah Hibrani tidak selalu amat djelas dan dalam terdjemahan Junani kadang2 ada perbedaan tanggal (8,1;20,1;29,1;32,1;33,21), kalau dibandingkan dengan naskah Hibrani, namun ada tjukup kepastian untuk menanggalkan djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel sebagai nabi. Menurut 1,2-3 ia dipanggil dalam "tahun kelima pembuangan radja Jojakin," djadi dalam tahun 593 seb.Maseh. Nubuat terachir diutjapkannja dalam tahun Keduapuluh tudjuh" (29,17), jakni tahun keduapuluh tudjuh radja Jojakin, ialah tahun 571. Dengan demikian djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel adalah duapuluh dua tahun mulai dari tahun 593.
Riwajat hidup Jeheskiel dengan demikian terang2 dibagi atas dua bagian besar, jakni sebelum keruntuhan Jerusjalem (tahun 587) dan sesudahnja. Peristiwa itu memang maha penting baik untuk sedjarah Israil maupun untuk tjorak pekerdjaan Jeheskiel.
Djaman itu adalah djaman jang memutuskan bagi Israil, baik dibidang kenegaraan maupun dibidang keigamaan. Keadaan politik dan keigamaan bangsa Israil pada masa itu sudah digambarkan dalam pendahuluan untuk Kitab Radja2. Si pembatja hendaknja membatja kembali. Pengetahuan tentang keadaan di Palestina itu memang perlu sekali untuk mengerti Kitab Jeheskeil. Sebab nubuat2nja diutjapkan dilatar belakang itu serta terus menjindirnja.
Akan tetapi nabi Jeheskiel tidak bekerdja dinegeri Juda melainkan diantara kaum buangan di Babel-demikianlah keterangan kitab sendiri dan pendapat jang lebih umum dianuti para ahli. Maka itu perlu kiranja disini dilukiskan keadaan kaum buangan di negeri Babel itu. Keadaan itupun adalah latar belakang pekerdjaan Jeheskiel.
Sebagaimana dari kaum buangan Jahudi oleh radja Babel dikerdjakan dalam perusahaan2 negara sebagai pekerdja paksa atau rodi. Negeri Babel kan barusan sadja mengalami banjak kerusakan, oleh sebab direbut dan dibinasakan oleh radja Asjur Sanherib (688) dan radja Asjurbanipal 9648). Radja2 baru (Nebupolassar, Nebukadnezar) sekuat tenaga berusaha untuk memulihkan semuanja serta memadjukan kemakmuran negaranja. Maka itu mereka membutuhkan banjak orang. Orang2 Babel sendiri sering dipaksa tapi chususnja bangsa2 jang ditaklukkan dan lalu dipindahkan ke Babel, antara lain sebagian dari bangsa Juda. Dari keadaan itu kiranja datang berita tentang penganiajaan jang dialami orang2 Jahudi jang disiksa oleh orang Babel (Jr. 29,22; Neh.5,8; Js. 42,22;49,9;52,2).Keadaan itu tidak selalu sama buruknja. banjak bergantung pada radja jang berkuasa serta sikapnja terhadap orang2 Jahudi.
Kebanjikan orang Jahudi dipergunakan untuk membangun negeri pada umumnja. Maka mereka ditempatkan dipedalaman, dalam kota2 dn desa2 jang sudah runtuh dengan maksud agar mereka membangun kota2 dan desa itu serta mengerdjakan tanah, sehingga itu mendjadi subur kembali. Dengan demikian kelompok2 orang2 Jahudi, lebih kurang besar, tersebar, diseluruh negeri. Orang mendapat kesan, bahwa koloni2 itu mendapat kesempatan untuk berkembang dan madju dalam pertania (Jr. 29,5-6) dan djuga dalam perdaganga. Rupa2nja koloni itu boleh hidup dengan tjukup tenang dan malah menikmati sedikit kebebasan untuk mengurus dirinja sendiri. Dalam kitab Jeheskiel berulang kali muntjullah "kaum tua2" Israil (8,1;14,1;20,1), kepala2 orang2 Jahudi, meski kedudukannja tidak mendjadi amat djelas sekalipun. Djadi keadaan orang2 Jahudi tidak amat buruk. Waktu radja Parsi, Cyrus, kemudian mengidjinkan mereka untuk pulang ketanah airnja, maka banjak tidak mau pergi oleh sebab merasa tjukup senang di Babel dan terlalu terikat pada miliknja disitu (Esr. 1,6). Dalam Kitab Jeheskiel orang2 Jahudi ada rumahnja sendiri (3,24) dan mereka berpakaian tjukup baik (24,17). Tak pernah muntjullah pegawai Babel atau gangguan dari pihak negara. Si nabi dapat bergerak bebas tanpa diusik oleh instansi Babel. Dan ia tentu sadja "berchptbah" diantara kaum buangan dan tidak hanja diam2 menulus nubuat2nja supaja dengantjuri dibatja.
Keadaan keigamaan kaum buangan memang lebih penting untuk memahami Kitab Jeheskiel. Menurut pendapat Jeheskiel, sebagaimana djuga anggapan Jeremia (Jr.24), kaum buangan di Babel lebih baik dari pada orang2 Juda jang masih di Jerusjelam (11,16-20). Mereka itu menganggap dirinja lebih baik daripada kaum buangan jang njata ditolak dan dihukum oleh Jahwe karena dosa2 nja (11,5.3;33,24), akan tetapi kebalikannja jang benar. Tapi lain pendapat kaum buangan sendiri. Mereka masih membawa anggapannja dahulu. Jerusjalem adalah kediaman Jahwe jang meradja hanja disitu. Hanja dikota sutji itu Ia boleh dihormati semestinja denga ibadah meriah dan gemilang dalam BaitNja disitu. Maka itu orang2 jang tertinggal di jerusjalem sesungguhnja orang jang bahagia dan kaum buangan sungguh orang buangan Jahwe (11,15). Dinegeri asing, Babel, mereka merasa diri malang dan sangat ingin pulang ketanah airnja (24,21-25). Mereka jakin, bahwa tidak dapat meninggalkan Jerusjelam dan membiarkan kota sutjiNja binasa. Ia pasti akan menjelamatkan Jerusjalem dan membinasakan musuhnja, jakni Babel. Setelah waktu hukuman dan pertjobaan sudah lewat - sudah barang tentu lekaslah itu akan terdjadi - maka Israil akan dipulihkan. Kaum buangan dapat kembali dan berbakti kepada Jahwe dalam BaitNja jang sutji. Hati kaum buangan sungguh ada di Jerusjelam. Pendiriannja itu masih dikuatkan oleh nabi2 palsu di Babel (13,1-16). Tetapi ada djuga orang jang sedikit putus harapan. Dinegeri jang asing itu mereka tidak dapat berbakti kepada Jahwe, jang njata lebih lemah daripada dewata kafir (36,20). Karena itu mereka merentjanakan untuk berbakti kepada dewata itu dan meninggalkan Allahnja sendiri (20,32). Ibarat kafir di Babel membudjuk hatinja (Bar.6,3-6). Ilmu sihirpun subur berkembang diantara mereka (13,17-23). Dahulu ditanah airnja sudah begitu, tapi dengan melihat adatistiadat di Babel mereka lebih tertarik lagi.
Jeheskiel merasa diri dipanggil untuk atas nama Jahwe menentang pendapat dan pendirian tersebut. Bagian pertama kabarnja terus-menerus menekan, bahwa sesungguhnja Jerusjalem jang buruk sekali. Penduduknja sama sekali tidak bertobat dari djalannja jang djahat kendati nasib kota dalam tahun 597. Mereka pertjaja sadja pada Bait Allah dan perlindungannja dan serentak berbakti kepada matjam2 dewa2 asing, bahkan di Bait Allah sendiri (8). Nabi Jeheskiel berusaha mejakinkan kaum buangan, bahwa Jerusjalem pasti dan lekas akan runtuh sama sekali serta binasa lenjap karena dosanja itu (7,9;8,18;5,11;9,10). Tidak ada harapan lagi bagi penduduknja jang djahat. Karena itu pengharapan kaum buangan sia2 belaka, tanpa dasar apapun djua. Akan ganti berharap lebih baiklah mereka menjediakan dirinja untuk menerima keruntuhan kota sutji sebagai hukuman jang adil (14,22-23). Tetapi kaum buangan tidak suka mendengarkan kabar Jeheskiel jangkeras itu. Mereka mengedjek dan menentang nabi itu (12,21.26;33,30;2,6). Karena itulah mereka disebut "bangsa degil" oleh Jeheskiel (2,3.6.7;4,7-8;12,2 dan seterusnja).
Setelah antjaman nabi terhadap Jerusjalem terlaksana dan kota sutji sesungguhnja binasa sesuai dengan nubuatnja, maka ada bahaja bahwa kaum buangan sama sekali berubah sikapnja. akan ganti optimisme tanpa dasar dan tanpa alasan, suatu pessimisme jang terlalu mengantjam kaum buangan. Sekarang mereka berpendapat, bahwa Jahwe sama sekali tidak berkuasa lagi, bahwa harapan Israil lenjap sama sekali (37,11). Jahwe njata tidak mampu menjelamatkan. Ia sudah menolak umatNja. Berhadapan denganpessimisme itu Jeheskiel terpaksa mengambil sikap jang kebaikannja dari kabarnja dahulu. Kini ia menekan, bahwa Jahwe tentu sadja akan menjelamatkan sisa umatNja di masa depan (11,17-19); bahwa Allah memang setia pada djandjiNja (20,42;16,60) dan tidak menolak umatNja. Ia pasti akan menjelamatkan (37,1-14.15-27;34,12) dan membinasakan musuh2 (25-32;38-39). Sebagaimana kaum buangan (6,8;20,37-38) akan pulang ketanahairnja dan disitu lalu akan hidup dengan sutji, tenang dan bahagia (34,11-16.25-31;36,1-38). Masa depan jang bahagian itu sekarang digambarkan oleh si nabi sebagaimana ia dahulu melukiskan keruntuhan Jerusjelam. Dan seperti Jahwe dahulu melaksanakan antjamanNja demikianpun sekarang Ia akan berteguh pada djandjiNja.
Adapun kedua bagian perkabaran Jeheskiel jang termuat dalam kedua bagian kitabnja (1-24;25-48) itu terikat satu sama lain se-erat2nja. Kabarnja jang dahulu bermaksud melindungi kaum buangan terhadap kepertjajaan jang sia2 pada Jerusjalem dan perlindungan Jahwe. Dengan demikian mereka mungkin tidak hilang pengharapan dan kepertjajaannja apabila Jerusjalem punah. Setelah nasib itu menimpa kota itu, nabi itu lalu bekerdja tenaga untuk menguatkan iman kaum buangan jang tergontjang oleh peritiwa itu. Sekali lagi Jeheskiel menundjukkan kekuasaan Jahwe jang dahulu njata dalam hukuman tapi jang pasti akan njata pula dalam penjelamatan djuga. Pengalaman buruk jang sudah mendjadi djaminan untuk masa depan jang bahagia.
Kitab Jeheskiel tentu sadja memberikan kesan, bahwa nabi itu tampil dan bekerdja sebagai nabi hanja di Babel sadja. Banjak ajat dari kitabnja menundjuk kepada hal itu dengan kentara (1,1-3;3,11,10,22;8,3;11,24;14,22;20,34- 38.42;21,6;24,26;33,21;40,1-2). Dalam gambaran jang diatas ini kami sadjikan itu kesan tersebut diterima sadja sebagai kebenaran. Ber-abad2 lamanja orang begitu sadja menerima hal itu jang tak pernah di-ragu2kan. Baru dalam abad kita ini, muntjul ahli2 jang menjerang dan menolak anggapan umum itu. Ada orang jang sampai mempertahankan, bahwa Jeheskeil tidak pernah ada di Babel, bahkan kaum buangan Jahudi di Babel tak pernah ada. Kesemuanja itu merupakan dongengan belaka. Jeheskiel - kalau2 ia sungguh seorang nabi jang pernah hidup-bekerdja hanja di Jerusjalem sadja. Tentu Kitab Jeheskiel menempatkannja di Babel, akan tetapi itu merupakan hasil dan akibat susunan kitab jang sekarang ada dan jang dibuat oleh orang jang ingin menempatkannja disitu, manapun djua sebabnja. Semuanja ajat jang memuat keterangan2 itu merupakan tambahan belaka dari tangan si penjusun kitab itu dan tidaklah berasal dari Jeheskiel sendiri. Pandangan jang radikal itu tidak ada banjak ahli jang menerimanja.
Tapi beberapa ahli jang penting menerima bahwa Jeheskiel dahulu bekerdja di Jerusjalem, Kemudian pindah ke Babel dan meneruskan pekerdjaan kenabiannja disitu. Bagian pertama kitabnja (1-24), jang memuat antjaman lawan Jerusjalem (adapun djandji2 jang terdapat disitu tidak ada pada tempatnja) diutjapkan nabi dalam kota itu sendiri. Bagian kedua dibawakannja di Babel, jakni djandji2 keselamatan. Ada orang jang berpendapat, bahwa Jeheskiel bernubuat di Jerusjalem sampai tahun 597. Dengan pembuangan pertama ia pergi ke Babel.Orang lain mengira, bahwa Jeheskiel dalam tahun 597 dibuang ke Babel tapi lalu kembali ke Jerusjalem ia kembali ke Babel untuk melandjutkan pekerdjaannja ditengah kaum buangan disitu. Orang lain achirnja berpendapat, bahwa nabi terus tinggal di Jerusjalem sampai tahun 587. Dalam itu djuga ia dibuang ke Babel dan melangsungkan tugas kenabiannja disitu hingga tahun 571. Kesan jang sekarang ditinggalkan oleh kitabnja sendiri, jakni Jeheskiel di Babel sadja merupakan hasil dari susunan kitab, jang dibuat orang lain sesudah Jeheskiel. Si penjusun menaruh panggilan Jaheskiel mendjadi nabi di Babel pada ambang kitabnja, sebagai pembukaan. Maka itu si pembatja jang tidak hati2 mendapat kesan, bahwa Jeheskiel terus sadja di Babel. Djikalau panggilan itu dipindahkan ketempat lain dalam kitabnja,maka dalam bagian pertama kitab itu orang sama sekali tidak mendugai, bahwa nabi itu tinggal di Babel, melainkan di Jerusjalem.
Memang tidak dapat disangkal, bahwa kitab Jeheskiel melahirkan beberapa kesulitan, djikalau diterima bahwa nabi itu bekerdja hanja di Babel sadja. Kesulitan jang paling besar ialah: nubuat2 jang terkumpul dalam bagian pertama kitabnja berbitjara tentang Jerusjalem melulu. Dosa2 penduduknja dilukiskan dengan pandjang lebar dan hukumnja digambarkan setjara terperintji. Kesemuanja itu dimengerti baik2 seandainja Jeheskiel berbitjara di Jerusjalem dan kepada penduduknja. Akan tetapi sedikit sukar dipahami makna dan maksudnja,djikalau diterima bahwa ia ada di Babel dan berbitjara kepada kaum buangan disitu. Mengapa ia tidak pernah berbitjara tentang kaum buangan sendiri dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan serta keperluan mereka?
Akan tetapi untuk mempertahankan dirinja, anggapan tersebut harus sangat menjentuh teks kitab Jeheskiel sebagaimana jang terdapat dalam kitab Sutji. Banjak ajat dan bagaimana harus dipindahkan ketempat lain atau harus dihapus sebagai tambahan dari tangan si (para) penjusu. Ajat2 lain lagi harus ditafsirkan dengan tjara jang sedikit aneh jang dengan sukar dapat dipaksakan kepada teks itu. Maka dari itu pendapat jang baru itu menemui banjak pertentangan dari pihak ahli2 jang terus membela anggapan tradisional kendati kesulitan jang memang ada.
Adapun pendapat tradisional sungguh2 bersandar pada keterangan kitab Jaheskiel sendiri. Kalaupun diterima bahwa 1-3 tidak ada pada tempatnja ataupun tjampuran dua panggilan tersendiri, namun dalamkitab itu masih ada banjak keterangan lain jang mendukung pendapat itu. Ajat2 diatas ini dikutip hampir atau sama sekali tidak dapat dipahami, seandainja nabi itu tidak di Babel, melainkan di Jerusjalem. Manghapus semua atau menafsirkannja begitu rupa, sehingga dapat dikenakan pad Jeheskiel di Jerusjalem, tentu sadja tidak amat menjakinkan. Jeheskiel dalam bagian pertama kitabnja sesungguhnja berbitjara hanja tentang Jerusjalem. Tapi hal itu tidak begitu aneh bagi nabi, jang djuga berbitjara tentang bangsa2 kafir, bahkan kepada mereka (25,3;27,3;28,12;31,2;32,2). Tidak ada seorangpun jang lalu mengambil kesimpulan, bahwa ia djuga hidup di-tengah2 bangsa2 itu serta berpidato kepada mereka. Demikianpun halnja dengan nubuat2 tentang Jerusjalem dan untuk penduduknja. Kalau keadan batin kaum buangan sesungguhnja ada sebagaimana diatas ini kami gambarkan, maka nubuat2 tentang keruntuhan Jerusjalem tentu bermakna bagi mereka djuga: kepertjajaan jang sia2 dan jang berbahaja harus digojangkan. Maka itu kami menuruti sadja anggapan tradisionil, jakni: nabi Jeheskiel tampil dan bekerdja di-tengah2 kaum buangan di Babel. Pendapat ini memang harus berusaha menerangkan beberapa ajat jang rupa2nja menjatakan ia di Jerusjalem, seperti 12,22;14,2-8;18,1;20,30- 31;23,23;44,6-9. Dan keterangan sedemikian itu memang tidak gampang djuga.
Kitab Jeheskiel merupakan kitab jang baik sekali susunannja, lebih baik teratur dari pada kitab2 nabi lainnja, jang kadang2 meninggalkan kesan kekatjauan. Kitab Jeheskiel boleh dibagikan sebagai berikut: Panggilan si nabi (1,1-3,21). Bagian pertama (3,22-24,27): Nubuat2 perihal Juda dan Jerusjalem sebelum kota itu dikepung, sebuah kumpulan nubuat dan perbuatan beribadat jang menelah keruntuhan Jerusjalem jang terachir. Terdapatlah dalam bagian ini: Beberapa perbuatan beribadat (4,1-5,7); antjaman2 (5,5-7,27); penglihatan Bait Allah (8,1-11,25); beberapa perbuatan beribadat lagi (12,1-20); nabi benar dan nabi2 palsu (12,21- 14,11); adjaran tentang pembalasan pribadi (14,12-23); empat gambaran kiasan (15,1-17,24); pembalasan pribadi dan pertobatan (18,1-32); lagu ratap (19,1-14); kedjahatan Israil (20,1-44); pedang Jahwe (21,1-37); dosa2 Jerusjalem (22,1-31); dan gambaran kiasan (23,1-31).
Bagian kedua (25,1-32); Nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang ikut meruntuhkan umat Jahwe atau jang merasa senang karena kebinasaannja.
Bagian ketiga (33,1-39,29) Nubuat2 jang dibawakan Jeheskiel waktu Jerusjalem dikepung hingga binasa dan nubuat2 jang diutjapkannja sesudahnja. Dalam nubuat2nja ini ia menelah kebinasaan Israil tapi chususnja pemulihanja kelak.
Bagian jang paling penting ialah: Gambaran kiasan tentang para gembala Israil jang buruk dan Gembala jang baik (31,1-31); penglihatan tulang2 jang dihidupkan kembali oleh roh Jahwe (37,1-14); nubuat tentang Gog dan Magog (38,1-39,20).
Bagian keempat dan terakhir dari kitab Jaheskiel 940,1-48,35) menggambarkan masa bahagia jang akan datang. Keradjaan Allah jang baru ditjiptakan: Bait Allah jang baru, pusat negeri dan sumber sesuburan adjaib (40,1-47,12); pembagian tanah kepada keduabelas suku Israil (47,13-48,35).
Kesatuan kitab dan susunannja jang djitu rupa2nja kentara sekali. Ada orang jang membajangkan nabi itu sendiri duduk menjusun kitabnja dengan tenang hati dikamarnja kerdjanja dan rentjana dan rangka danjang ditetapkan sebelumnja. Jeheskiel nampak bukannja sebagai nabi pengchotbah jang dengan hangat mengutjapkan nubuat2nja dan melakukan lambangnja, melainkan nabi pengarang dan pengubah jang lebih suka menerbitkan kitab daripada tampil dimuka orang banjak.
Akan tetapi denganmembatja kitabnja dengan teliti dan saksama kesanjang pertama itu hilang. Maka mendjadi njata bahwa Jeheskiel adalah seorang nabi seperti jang lain2 jang tampil kedepan kaum sebangsa, bukan sebagai sasterawan melainkan sebagai pengchotbah. Njata djuga, bahwa susunan kitabnja tidak begitu baik dan teratur. Tidak terdapatlah bagian jang sedjadjar tapi dengan perbedaan ketjil (3,16b-21 = 33,7-9;18,25-29 = 33,17-20;11,16-21 = 36,16-18;1,3-28 = 10,1-22). Orang berkesan, bahwa bagian2 itu aselina satu dan sama djua tapi dalam tradisi mendapat bentuk jang sedikit berbeda, bahkan agak berbeda djuga, oleh sebab jang aseli disadur oleh siapapun djua. Ada djuga bagian jang memutuskan djalan pikiran, seperti misalnja 3,16b-21 jang diselipkan kedalam kesatuan aseli, sehingga 3,22 meneruskan 3,16b. Djuga 2,1-3,9 kiranja dimaksudkan kedalam penglihatan kereta Jahwe ditepi sungai Kebar. Lagi 11,1-21 memutuskan djalan pikiran dari 10-22 jang diteruskan 11-22. Demikianpun 4-10-11 aseli kiranja bersambung dengan 4,16-17 sehingga 4,12-15 tidak ada pada tempatnja disitu. ada djuga bagian2 jang memberikan kesan, bawha kemudian ditambahkan enatah oleh nabi itu sendiri entah oleh orang lain, misalnja: 6,8-10;16,30-34;22,23-31;40,38- 43;41,15b-26 dll. Maka itu harus dikatakan,bahwa kitab Jeheskiel tidak dengan sekaligus sadja dikarang oleh Jeheskiel sendiri. Sebagaimana halnja dengan kitab nabi2 lain, kitab Jeheskielpun merupakan suatu kumpulna nubuat2 jang aselinja setjara lisan (mungkin djuga salah satu bagian dengan tulisan sadja) dibawakan oleh nabi itu. Baru kemudian dikumpulkan dan disusun dalam satu kitab.
Maka itu dengan sendirinja muntjul pertanjaan ini: Siapa penjusun kitab itu dan adakah kitab itu, sekurang2nja isinja berasal dari tokoh kenabian jang bernama Jeheskiel dan jang bekerdja pada kaum buangan Israil di Babel? Memang ada ahli2 jang sama sekali menjangkal, bahwa seorang nabi dari pembuangan adalah asal-usul kitab ini. Kata ahli2 itu: Kitab Jeheskiel adalah karangan agak belakangan jang hanja ditaruh dalam mulut seorang tokoh kenabian dari pembuangan, jang sesungguhnja buah chajal belaka. Kitab Jeheskeil dikatakan berasal dari Jeheskiel seperti misalnja kitab Kebidjaksanaan atau Madah Agung berasal dari radja Sulaiman. Tetapi pendapat itu pasti djauh melewati batas dan berakar dalam prasangka tertentu. Tidak ada alasan sjah untuk memungkiri, bahwa Jeheskiel sungguh seorang nabi sedjati dari djaman pembuangan. Analysa kitabnja tjukup membuktikan bahwa bagian besar sungguh berasal dari orang jang satu dan sama, jang hidup dan bekerdja sebagai nabi waktu pembuangan. Antara lain bukti terdapat djuga bahasa jang dipakai dalam kitab ini. Bahasa Hibrani sangat dipengaruhi bahasa Babel. Gedjala itu lebih baik diterangkan, djikalau nabi sungguh hidup di Babel. Kitab Jeheskiel djuga berulang kali menjindir peristiwa2 jang terdjadi pada djaman itu di Palestina dan diluar Palestina. Seseorang jang hidup dan mengarang didjaman kemudian tak mungkin menulis begini. Maka dari itu kebanjakan ahli mempertahankan berita dari kitab itu sendiri, jakni: umumnja kitab itu berasal dari seorang nabi jang bernama Jeheskiel.
Akan tetapi hal itu belum berarti, bahwa segala sesuatu jang terdapat dalam kitab itu berasal dari orang jang satu dan sama itu djua. Diatas ini sudah ditundjukan beberapa jang kiranja berasal dari tangan lain dan tidak dari Jeheskiel sendiri. Hal jang sedemikian itu terdjadi pada pelbagai kitab Perdjandjian Lama jang dalam sedjarahnja mengalami perobahan dan saduran ketjil- besar dan djuga tambahan2 diselipkan kedalam naskah jang aseli. Itupun tidak mengurangi harga Kitab Sutji, oleh sebab djuga bagian2 itu dikarang dan dimasukkan kedalam Kitab Sutji atas dorongan Allah sendiri. Maka itu tidak ada keberatan untuk menerima tambahan2 pada kitab Jeheskiel jang aseli, asal dibuktikan setjukupnja. Lalu pemeriksaan isi dan bahasa kitab menjatakan dua hal jakni: Bagian terbesar dari satu orang sadja; tapi djuga ada bagian2 ketjil jang pasti dikarang orang lain atau jang keaseliannja boleh diragukan.
Ada beberapa ahli jang menerima, bahwa Jeheskiel sendiri menjusun, kitabnja. Sekalipun seluruh kitab itu tentu sadja tidak dikarang dengan sekaligus, namun menurut ahli2 tersebut nabi itu sediri kemudian mengumpulkan nubuat2 jang pernah diutjapkan dan berita tentang perbuatan beribarat jang pernah dilakukannja. Mungkin sekali ia mentjatat dahulu nubuat danberita itu tersendiri dan bahan jang dengan demikian tersedia kemudian disusunnja dalam satu kumpulan besar, jakni kitab Jeheskiel. Bahkan ada hli jang menjangka mereka sanggup menundjukkan tanggannja kitab selesai. Dalam 1,1 terdapat tanggal: "dalam tahun ketigapuluh". Sudah barang tentu tangal itu suatu teka-teki, akan tetapi menurut ahli2 tersebut tanggal itu menundjukkan ke tahun ketigapuluh pembuangan radja Jojakim, sehingga mendjadi tahun 586 seb. Mas.,maksud tjatatan itu ialah: dalam tahun itu kitab Jeheskiel selesai disusun dan diterbitkan dan itupun oleh nabi itu sendiri. Memang boleh diterima, menurut ahli2 itu, bahwa kemudian kitab jang sudah selesai itu masih disadur sedikit dan disana sini ditambahi oleh orang lain, tapi umumnja kitab itu disusun dan diterbitkan oleh nabi Jeheskiel sendiri.
Adapun pendapat tersebut sukar dipertahankan djika kitab Jeheskiel dipeladjari. Susunan kitab disana-sini agak katjau dan kekatjauan itu sukar dipahami, seandainja nabi sendiri menggubah kitabnja. Diatas ini beberapa tjontoh sudah disadjikan dan boleh ditambahkan lagi misalnja: Nubuat tentang Edom (pas 35) lebih pada tempatnja diantara nubuat2 tentang bangsa2 kafir dalam pasal 25. Lagu tentang Tyrus djalannja oleh daftar pedagang (27,9-24). 3,22-27 kiranja harus dihubungkandengan24,24-27 dan 33,21-22. Dipasal 3 pasti tidak pada tempatnja, oleh sebab sukar diterima, bahwa nabi baru sadja menerima tugasnja, lalu segera dilarang untuk berbitjara. 34,23-24 merupakan bagian tersendiri dan memutuskan djalan pikiran: 34,22 diteruskan 34,25. Demikianpun 12,12-15 merupakan tambahan pada 12,8-11. Bagian2 lain lagi dari kitab Jeheskiel memberikan kesan kekatjauan.
Mungkin kedjadian kitab Jeheskiel kira2 sebagai berikut. Jeheskiel sendiri mengutjapkan nubuat2nja, mentjeritakan penglihatan2 danperbuatan2nja. Lalu ditjatat oleh Jeheskiel sendiri. Kemudian tjatatan2 itu dikumpulkan oleh tjanterik2 nabi. Lebih terdahulu muntjul beberapa kumpulan ketjil, misalnja sebuah kumpulan berita tentang penglihatan2 dan ekstase nabi; kumpulan perbuatan2 beribarat; sebuah kumpulan nubuat2nja tentang bangsa kafir dan kumpulan lain perihal kebinasaan Jerusjalem dan lagi sekumpulan berkenaan dengan pemulihan umat Allah. Mungkin sekali bahwa Jeheskiel sendiri kadang2 menambahkan tjatatan2nja ataupun menjadurnja sedikit, tapi rupa2nja ia sendiri tidak ikut mengumpulkan tjatatan2nja mendjadi kumpulan2 ketjil. Kesemuanja,baik kumpulan2 ketjil itu maupun seluruhnja merupakan hasil usaha murid2 Jeheskiel.
Kapan kitab lalu selesai dalam bentuknja sekarang sukar sekali untuk ditetapkan. Sudah barang tentu kitab seluruhnja digubah sesudah tahun 571 seb. Mas. (nubuat terachir jang diberi bertanggal), tapi selandjutnja tidak ada banjak kepastian lagi. tapi tentu sadja kelirulah orang jang berpendapat, bahwa kitab Jeheskiel baru dikarang pada djaman Parsi (440-400) atau pada djaman Iskandar Agung (330- 300) atau bahkan sesudah tahuan 262. Orang2 jang berpegang pada anggapan itu memang tidak menerima, bahwa kitab Jeheskiel bagaimanapun djua berasal dari seorang nabi jang bekerdja dipembuangan dan jang bernama Jeheskiel. Dengan tjukup pasti boleh dikatakan, bahwa kitab Jeheskiel seesai disusun sebelum pembuangan berachir (538). Sebab dalam seluruh kitab itu tidak ad sindiran sedikitpun, bahwa orang2 Israil sudah pulang ketanah-airnja. Itu memang sukar dipahami, andaikata si (para) penjusun tahu, bahwa nubuat2 Jeheskiel terpenuhi. Maka itu boleh diambil kesimpulan, bahwa kitab Jeheskiel disusun dari bahan jang sudah ada dan jang bagian besar berasal dari nabi itu sendiri antara tahun 571 dan 538, sekalipun boleh diterima, bahwa kemudian masih diselipkan tambahan chususnja dalam pasal 40-48.
Adapun adjaran kitab Jeheskiel umumnja sama dengan adjaran nabi2 lain, tapi ada perbedaan djuga. Gagasan Jeheskiel ad sifat danseginja sendiri. Allah Jeheskiel adalah Allah jang mahamulia, jang mahabesar. Manusia harus berbakti dan mengabdi kepada Allah jang mahasutji itu. Kerahiman, belaskasihan, tjintakasih Allah pada Jeheskiel tidak amat penting. Allah jang marah (5,13;7,14), jang tjemburu (15,13) dan jang menghukum dosa manusia, lebih ditekan. Allah jang mahatinggi dan jang mengatasi segala sesuatu bertindak dan berlaku bukanlah karena manusia, melainkan demi untuk diriNja sendiri, karena namaNja jang kudus (20,9.14.22;36,22), baik apabila Ia berbelaskasihan maupun bila Ia menghukum, meskipun Ia tidak menginginkan kematian si pendosa (18,23.33;33,11). Manusia jang ketji memang harus mentaati Allah jang mahabesar itu dan kepatuhan itu sangat ditekankan oleh Jeheskiel (5,13;2,5;5,16;11,20;20,40). Tapi manusia jang mentjari Jahwe, jang pertjaja padaNja, jang berlindung dibawah naungan sajap2Nja, apabila jang mentjintai Allah, manusia itu hampir tidak dikenal oleh Jeheskiel. Sekalipun orang melewati batas dengan berkata, bahwa Jeheskiel merupakan bapak paham Jahudi kemudian hari, sebagaimana jang terdapat didjaman Kristen, namun sedikit benar djuga anggapan itu. Jeheskiel sungguh seorang perintis bagi tanggapan Jahudi tentang Allah jang mahatinggi dan mahabesar, jang boleh dan harus diabdi oleh manusia hamba dan budakNja. Kemesraan dalam hubungan manusia dengan Allahnja sudah hilang. Dan itupun tidak terdapat pada nabi Jeheskiel.
Nabi Jeheskiel, seperti nabi2 lain, menekan dosa2 Israil jang tidak berdjawab kepada Allah sesuai dengan pilihannja. Tapi Jeheskiel sangat sekali menitikberatkan kedjahatan Israil itu. Sedangkan nabi2 lain, seperti Jeremia, Jesaja dan Hosea masih memperhatikan kemungkinan untuk bertobat, sehingga hukuman dosa masih dapat ditjegahkan, maka Jeheskiel djarang sekali memperhatikan kemungkinan itu (18,30-32;16,61-63,33,11). Ia tidak mengadjak Jerusjalem, agar ia bertobat, melainkan ia menubuatkan hanja hukuman jang tak terhindarkan lagi (6,1-7;7,1-5;9,10;23,14). Pertobatan masing2 orang sadjalah jang menarik perhatian nabi ini (18,21-28;3,19-21). Memang ia menelah djuga keselamatan dimasa depan dan mendjandjikannja atas nama Jahwe dan, seperti halnja dengan nabi2 lain, iapun membuatkan keselamatan itu hanja untuk "sisa" bangsanja (6,9;9,4). Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa keselamatan itu bukan hanja hasil belaskasihan Jahwe, tetapi bersandarkan pertobatan umat Jahwe. Allah menjelamatkan Israil demi tjemburunNja (36,2.5.6). Israil dan Jahwe memang suatu kesatuan. Israil adalah umatNja dan Jahwe adalah Allah Israil (34,30;20,5;27,24). Dahulu demikian adanja dan demikianpun halnja kelak. Itulah dasarnja maka Jahwe memulangkan Israil (36,8;37,16-32), sisa Israil dari pembuangan. Ia akan mentjutjikan umatNja (37,23.27), memberinja hati dan roh jang baru (36,26;37,14;39,29). Tapi kesemuanja itu demi untuk Allah sendiri dan kekudusan Jahwe (20,44;36,21-23.32;39,21.25).
Jahwe memang Allah Israil, tapi Iapun berkuasa atas bangsa2 lain, tetangga Israil, bahkan Mesir tidak terluput dari kuasaNja (25-32). Sekalipun Bait Allah di Jerusjelam kediamanNja jang sutji, namun Ia tidak terikat pada tempat itu atau pada tempat manapun djua. Penglihatan jang didapati si nabi tentang kereta tachta Jahwe maksudnja ialah: menjatakan, bahwa Allah dapat bergerak, bahwa Iapun hadir di Babel dan lebih berkuasa daripada dewata disitu. Dalam seluruh kitabnja penglihatan itu berulang kali kembali (1,4-28;3,25;8-10;43,k2-4;21,22- 25), sehingga gagasan jang dirumuskan olehnja penting sekali bagi Jeheskiel. Jahwe jang tidak terikat itu memang menghibur bagi kaum buangan, jang umumnja berpendapat, bahwa Jahwe hanja hadir dan berkuasa di Jerusjalem sadja. tapi nabi itu sama sekali lain pendapatnja. Jahwe tidak terikat pada Jerusjalem dan Ia bahkan meninggalkan kota sutji itu akan hukuman dosa umatNja (11,22-25).
Berkenaan dengan adjaran susila Jeheskiel membawa suatu gagasan jang baru betul di Israil. Umumnja berlangsung "asa solidarita", artinja: kesatuan jang penting: ialah bukan orang masing2, melainkan kollektivita sadja. Keluarga, marga, suku, bangsa itulah jang diperhatikan. Maka dari itu masing2 orang dihukum dan digandjari dalam kollektivita sadja. Apabila bangsa pada umumnja berdoa, maka seluruh bangsa dihukum, termasuk jang baik; apabila bangsaumumnja setia, semua lalu diselamatkan, djuga jang djahat. Asas itu sesungguhnja sudah pernah ditentang (Ul.24,16;II Rdj. 14,6) dan Jeremiapun membantahi (Jr. 12,1;31,29-30). Akan tetapi sampai dalam kitab Jeheskiel sendiri terdapat asa solidarita itu (21,3-5). Namun demikian dalam penglihatan tentang Jerusjalem jang akan musnah (pas.8-11) hanja orang djahat sadja dihukum dan jang baik diberi bertanda, agar mereka selamat dari kebinasan kota. Lalu Jeheskiel mengembangkan adjarannja jang djelas sekali; tak pernah sedjelas itu diulang lagi dalam Perdjadjian Lama: Masing2 orng diperlakukan sekedar perbuatannja sendiri (18;33,1-20). Adjaran itu sukar dipertahankan selama pandangan orang terbatas pada dunia fana ini, sebagaimana masih halnja dengan Jeheskiel sendiri. Kebenaran adjaran itu menuntut dunia baka, tempat asas itu se-utuh2nja akan dikenakan. Adjaran Jeheskiel mendjadi pangkalan untuk perkembangan kedjurusan itu. Tapi baru dikemudian hari (kitab Daniel, II Makabe) akan dirumuskan, hingga diambil alih serta disempurnakan oleh Perdjadjian Baru.
Kebanjakan nubuat Jeheskiel perihal keselamatan umat Jahwe dimasa depan sungguhpun menganai pemulihan sesudah pembuangan, namun pandangan nabi melajang lebih djauh djuga sampai keachir djaman. Tokoh jang aneh dari pasal 38-39, jakni Gog, tentu seorang jang memegang peranannja diachir djaman. Nubuat2 lainpun demikian sifatnja, sehingga tidak terlaksana se-penuh2 nja dimasa sesudah pembuangan itu. Chususnja "Gembala" Israil jang baru (34,23-24) bukan radja politik lagi, melainkan seorang gembala jang menggembalakan umat Jahwe jang sutji dengan keadilan dan kelurusan. Mungkin gembala itu bukan al-Masih, sebagaimana jang ditelah oleh misalnja nabi Jejasa,jaitu seorang jang membawa keselamatan terachir sebagai utusan jahwe. Sabeb menurut Jeheskiel Jahwe sendirilah jang mewudjudkan keselamatan umatNja,lalu mengangkat sebagai wakilNja gembala jang baik itu. Namun demikian Jesus dengan menggambarkan dirinja sebagai Gembala sedjati pasti bersandar pada gagasan Jeheskiel. Gembala jang dinubuatkan oleh nabi itu terlaksana maupun diatas oleh Gembala jang muntjul dalam Indjil Johanes itu (Jh. 10).
Jeheskiel dalam nubuat2nja itu merumuskan kepertjajaan seluruh perdjandjian Lama akan keselamatan dimasa depan, walaupun ia belum tahu dengan terang2an bagaimana keselamatan itu sifatnja dan pelaksananja. Dalam lukisannja tentang masa depan Jeheskiel terikat pada pikirannja sendiri, sehingga dilukiskan seteru gagasan2 Perdjanjian Lama: Tanah Sutji dengan Bait Allah ditengahnja; dan situ Allah memberkati umatNja dan membuat tanah itu subur sekali dan lagi mengangkat wakilNja untuk memerintahkan umatNja (40-48).Tapi gambaran Jeheskiel itu memberikan lowongan untuk sesuatu jang djauh melebihi gambaran kepertjajaan dan pengharapan itu. Dengan demikian Jeheskiel sungguh2 menjiapkan Perdjandjian Baru dengan Radja-gembala jang mengalahkan segenap harapan dulu.
Ende: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat
sedjumlah tulisan kenabian, jak...
PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.
Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.
Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.
Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.
Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.
Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut
"nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani
tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang
bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni
dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau).
Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24)
Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah
(1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2
"nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai
hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik
nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah
orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota
kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang
ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang
(1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat
(2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (
Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.
Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji
pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para
ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di
djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4).
Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8).
Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang
kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke
depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang
berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20).
Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu.
Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji,
seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona
(2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu
(Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (
Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.
Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut
"nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan
itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah
"nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang
dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi
untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh
Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan
kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran
fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2
itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2
dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula.
Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan
melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja.
Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak)
ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (
Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.
Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).
Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu,
mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil.
Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja
pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri
kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14).
Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi
Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa
(2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama
jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah
tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun
menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (
Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan
sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji.
Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja
tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb.
Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja
dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian
dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada
orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang
membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja
lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama
diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan
"nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja
boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu
bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang
menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa
diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1)
Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan
panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang
diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6;
Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.
Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.
Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.
Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.
Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.
Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.
Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.
Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).
Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.
Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja
mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13),
jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (
Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun
dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para
penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen.
Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat
tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64;
Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.
Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.
Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.
Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) Apakah "Raja Tirus" Mengacu Kepada Iblis? (Yehezkiel 28:11-19)
Tak dapat disangkal, Yehezkiel 28:11-19 dipenuhi dengan bahasa yang unik.
B...
Apakah "Raja Tirus" Mengacu Kepada Iblis? (Yehezkiel 28:11-19)
Tak dapat disangkal, Yehezkiel 28:11-19 dipenuhi dengan bahasa yang unik.
Beberapa mengatakan bahwa nas itu adalah acuan kepada Iblis. Mereka mengemukakan persamaan berikut ini antara kalimat pada bagian ini dan apa yang terjadi kepada Iblis:
• Ia dibuat "sempurna" sebagai salah satu kekuatan malaikat yang diciptaka (ay. 12).
• Menjadi saksi penciptaan jenius oleh Allah, ia penuh hikmat (ay. 12).
• Ia, bersama dengan bala tentara malaikat lainnya, hadir di Eden (ay. 13).
• Ia adalah "kerub" (ay. 14).
• Seperti halnya bala tentara langit lainnya, ia menetap di "gunung Allah" (ay. 14).
• Ia jatuh karena kesombongan—karena percaya bahwa ia setara dengan Allah baik dalam hikmat dan kekuatan (ay. 17).
• Ia akan menghadapi azabnya dengan api penghakiman (ay. 18; lihat Wahyu 19:20).
Ada beberapa masalah dalam mengaitkan gambaran ini kepada manusia mana saja. Selanjutnya, tidak ada raja Tirus yang dikenal (bahkan Ethbaal II pun tidak) yang cocok dengann gambaran ini.
Pertimbangkanlah argumen berikut ini untuk mengatakan nas itu adalah acuan kepada Iblis:
Kejatuhan Iblis yang bersejarah, yang tidak secara langsung dijelaskan di dalam Alkitab tetapi disinggung dalam beberapa nas, menyediakan latar belakang terminologi dan kiasan untuk teks ini, sama seperti yang dilakukan untuk Yesaya 14. Kejatuhannya dari sorga, kelihatannya, jauh sebelum dimulainya waktu akan menyediakan model kejatuhan raja Tirus, seperti yang juga dialami raja Babel.
Tetapi supaya sesuai dengan konsep eskatologi yang mapan, di mana baik waktu dekat maupun masa depan yang jauh disatukan dalam satu sudut pandang, jatuhnya raja Tirus itu hanya akan berupa petunjuk kecil tentang seperti apakah jatuhnya Iblis di akhir zaman nanti.
Raja Tirus itu diperbandingkan dengan Si Jahat itu sendiri, yang pernah berada di Taman Eden, Taman Allah. Tapi sosok yang mulia ini menjadi rusak dan kehilangan posisinya di sorga. Demikian pula, raja Tirus akan segera kehilangan posisinya karena alasan yang sama: ia meninggikan dirinya di atas Allah. Dengan demikian gambaran itu tampaknya bergeser bolak-balik dari raja Tirus kepada Iblis itu sendiri, tapi ketidakstabilan bahasa itu dapat dilihat di tempat lain ketika penggenapan yang akan segera terjadi atas banyak nubuatan tidak mencakup totalitas bahasa seperti yang penggenapan final lakukan.
Dengan demikian, dalang di belakang musuh-musuh Allah tidak selalu dikenali, tetapi di sini dengan jelas dalangnya adalah setan itu sendiri. Ia adalah pihak yang pada akhirnya harus menderita penghakiman yang menyala-nyala, dengan demikian membuat ngeri bangsa-bangsa yang mengenal dia, sama seperti bangsa Tirus akan menderita penghakiman yang menyala-nyala dari Allah sebelum Allah menangani sponsor mereka.1
Meskipun poin-poin ini sangat menarik sekali, namun klaim bahwa nas ini adalah acuan kepada Iblis dapat ditolak berdasarkan alasan berikut:
1) Di dalam teks itu tidak ada sama sekali petunjuk bahwa acuan kepada Iblis sedang dibuat.
2) Teks itu menyatakan siapakah tokoh yang dilambangkan itu: raja Tirus. Mengusulkan sesuatu di luar ini adalah berkeliaran di luar dukungan teks.
3) Bagian lain yang secara jelas menunjuk kepada Iblis tidak mendukung ide-ide yang sedang disajikan di sini.
4) Setiap gambaran yang diberikan di sini dapat diterapkan kepada visi keagungan yang bersifat khayalan dan harga diri raja Tirus.
5) Terlalu banyak poin yang dibuat dari dalam teks ini tidak dapat diterapkan kepada Iblis: (a) "gunung Allah" tidak di mana saja digunakan untuk merujuk kepada sorga di dalam Alkitab. (b) Tidak ada nas Alkitab menggambarkan Iblis atau malaikat mana saja sebagai salah satu kerub.2(c) Penghakiman yang digambarkan di ayat 16b sampai 19 tidak sesuai dengan penghakiman yang akan diberikan kepada Iblis.
Gleason Archer mengatakan, Mengenai hubungan dengan Iblis, tampaknya tidak akan ada bukti yang kokoh di dalam teks itu bahwa Raja Neraka disinggung secara tidak langsung melalui raja Tirus. Hampir tidak ada satu ayat pun yang dapat ditemukan yang dapat diterapkan hanya kepada Setan ketimbang kepada manusia penguasa kota itu sendiri. Tentu saja teori yang dikemukakan oleh beberapa penulis bahwa pasal ini berisi kilas balik tentang karir pribadi Iblis sebelum pemberontakannya dan pengusirannya dari sorga adalah dugaan yang tidak berdasar. Semua bahasa hiperbolik yang digunakan di dalam ayat-ayat yang dibahas di atas bisa paling baik dipahami sebagai khayalan diri yang meninabobokan para jutawan Tirus dan para pemimpin mereka yang mencintai uang, yang konsep sorganya tidak naik lebih tinggi daripada harta mereka yang berupa batu rubi dan emas, dan yang tolok ukur kebajikannya berupa kekayaan materi.3
Pandangan bahwa nas ini mengajarkan lebih banyak tentang hati Iblis dan alasan kejatuhannya haruslah ditolak. Nas itu menetapkan satu poin yang mendasar: Semua dosa pada akhirnya bisa ditelusuri kembali kepada Iblis. Raja Tirus dan rakyatnya dikuasai oleh godaan Iblis dan tidak diragukan lagi akan ikut merasakan penghakiman yang ia akan terima.4
TFTWMS: Yehezkiel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Walter C. Kaiser, Jr., Peter H. Davids, F. F. Bruce, and Manfred T. Brauch, Hard Sayings of the Bible (Downers Grove, Ill.: InterV...
Catatan Akhir:
- 1 Walter C. Kaiser, Jr., Peter H. Davids, F. F. Bruce, and Manfred T. Brauch, Hard Sayings of the Bible (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1996), 316.
- 2 "Menganggap batu itu sebagai pakaian Iblis di Taman Eden dan bahwa Iblis itu adalah kerub penjaga Eden akan murni sebuah hipotesis tanpa dasar eksegetis di tempat lain di dalam Kitab Suci. Faktanya, baik Mikhael maupun Gabriel tidak digambarkan sebagai kerub, dan orang bisa menduga Iblis berada pada tingkatan yang sama dengan kedua malaikat ini sebelum kejatuhannya" (Ralph H. Alexander, Notes on Ezekiel, The Expositor's Bible Commentary, ed. Frank E. Gaebelein [CD-ROM] [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002]).
- 3 Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1982), 279-80.
- 4 "Oleh karena itu, dapatlah disimpulkan bahwa raja Tirus itu paling baik dipahami sebagai manusia harfiah yang seangkatan dengan raja kota itu pada zaman Yehezkiel. Setiap karakteristik yang diberikan tentang dirinya di dalam ayat-ayat ini dapat dijelaskan dalam terang konteks budaya dan agama pada zaman itu. Sebaliknya, identifikasi raja itu sebagai Iblis pada sebagian besarnya harus dilakukan berdasarkan dugaan sebelumnya bawah gambaran di sini mengacu kepada Iblis. Sebagian besar gambaran ini-jika mereka benar berkaitan dengan Iblis-tidak diungkapkan di tempat lain mana saja di dalam Kitab Suci. Dalam terang alur logis konteks itu dan penjelasan karakter raja itu yang diberikan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang digambarkan di sini adalah seorang raja manusia" (Alexander).
Pengarang: Denny Petrillo
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) yehezkiel 28 ~ komentari
Penghakiman Atas Pemimpin Tirus & Sidon
Pasal 28 mengakhiri tiga pasal berkas yang didedikasikan untuk Tirus. Mengapa...
yehezkiel 28 ~ komentari
Penghakiman Atas Pemimpin Tirus & Sidon
Pasal 28 mengakhiri tiga pasal berkas yang didedikasikan untuk Tirus. Mengapakah Allah menghakimi kota ini dengan sangat kerasnya? Pada akhirnya, yang harus disalahkan adalah kepemimpinan Tirus yang bobrok: rajanya. Melalui kepemimpinannya, Tirus menjadi benar-benar terfokus pada kekayaan—obsesi yang menjabarkan siapa Tirus sebenarnya sebagai suatu bangsa dan kota.1Arogansi raja itu terlihat dalam pengakuannya yang sombong sebagai Allah. Oleh karena itu Tuhan mengutus Yehezkiel untuk menyampaikan teguran pedas dalam bentuk acuan yang terang-terangan. Namun begitu, teguran itu tidak hanya untuk dia. Ia melambangkan keseluruhan rakyat Tirus. Pandangan yang rakyat ini miliki terhadap diri mereka sendiri adalah jarang tandingannya di tempat lain di Perjanjian Lama. Mereka menganggap diri mereka sebagai sangat jauh lebih unggul daripada orang lain mana saja. Mereka unggul di semua bidang, dari kekayaan hingga kebijaksanaan. Benteng pulau mereka tak bisa ditembus. Ke tengah-tengah kesombongan inilah nabi Allah datang, menyampaikan kabar buruk: Tirus akan jatuh (bersama dengan Sidon saudaranya), tidak pernah bangkit kembali. Ketika itu terjadi, Tirus dan dunia akan mengakui Allah yang sejati: "Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku menjatuhkan hukuman atasnya"(ay. 22).
TFTWMS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) KESOMBONGAN& KEHANCURAN(Yehezkiel 28)
Kesombongan mendahului kejatuhan. Dosa pemimpin Tirus adalah kesombongan. Ia punya pandangan yang membusung...
KESOMBONGAN& KEHANCURAN(Yehezkiel 28)
Kesombongan mendahului kejatuhan. Dosa pemimpin Tirus adalah kesombongan. Ia punya pandangan yang membusungkan dirinya sendiri, sehingga Allah menjatuhkan dia. Kita, juga, menghadapi bahaya membusungkan dada karena kesombongan. Kita perlu belajar kerendahan hati (1 Petrus 5:6).
Mereka yang melakukan dosa materialisme ditelan oleh kesombongan. Akhirnya, baik materialisme maupun kesombongan dikaitkan dengan Iblis.
Raja Tirus dan rakyatnya diberi berkat yang berkelimpahan—kekayaan yang tak terhitung, kemakmuran yang tak tertandingi. Namun begitu, mereka menggunakan karunia-karunia itu untuk kesenangan hedonistik mereka sendiri bukan untuk kemuliaan Allah. Allah telah memperkaya kita hari ini. Kita akan bertanggung jawab atas apa yang telah kita lakukan dengan pelbagai karunia-Nya. "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?" (Lihat Hagai 1:4).
Denny Petrillo
APAKAH YANG MENYELAMATKAN? (PASAL28)
Di pasal 28 para pemimpin kota Tirus yang hebat berada di bawah penghakiman Allah. Kita bisa belajar dari vonis penghakiman mereka.
Kita melihat bahwa kecantikan tidak menyelamatkan. Kecantikan dan kemegahan luar biasa Tirus membuat kota itu "sempurna," seperti Taman Eden (ay. 12). Rakyat itu bermegah dalam kecantikannya; namun begitu, kecantikan itu tidak mencegah mereka untuk dihancurkan. Mereka akan diturunkan ke lobang kubur (ay. 8).
Kita melihat bahwa hikmat tidak menyelamatkan. Mereka mengira lebih bijaksana daripada Daniel. Allah menjadikan mereka apa adanya mereka, tetapi mereka tidak mengakui itu (ay. 14). Hikmat mereka tidak membebaskan mereka.
Kita melihat bahwa kekayaan tidak menyelamatkan. Mereka telah memperoleh banyak kekayaan, perak, dan emas (ay. 11, 12). Harta mereka membuat hati mereka sombong dan percaya diri, tetapi uang mereka tidak bisa menyelamatkan mereka.
Kita melihat bahwa reputasi tidak menyelamatkan. Mereka dikenal di dunia kuno sebagai salah satu kota paling hebat, tapi kehebatan itu tidak berguna.
Hanya ketundukan kepada Firman Allah yang bisa menyelamatkan. Ketaatan membawa kita kepada Allah, dan Allah menyelamatkan kita. Rakyat Tirus menyerahkan diri mereka kepada kesombongan, kekerasan, dan dosa. Allah pada akhirnya menghakimi mereka.
TFTWMS: Yehezkiel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "Nilai-nilai rohani tidak punya tempat di pikiran penduduknya; peninggian diri dan kemandirian menjadi hal utama. Arogansi da...
Catatan Akhir:
- 1 "Nilai-nilai rohani tidak punya tempat di pikiran penduduknya; peninggian diri dan kemandirian menjadi hal utama. Arogansi dan demoralisasi seperti itu pastilah mengarah kepada kehancuran" (S. Fisch, "Ezekiel," in Soncino Books of the Bible [London: Soncino Press, 1950], 188).
- 2 Raja Tirus mungkin saja menganggap dirinya sebagai El, ilah utama dari kumpulan ilah Kanaan. Pemikiran orang Timur Dekat kuno memandang raja sebagai perwujudan ilah-(ilah). (John Gray, "Canaanite Kingship in Theory and Practice," Vetus Testamentum 2 [1952]: 193-200.)
- 3 Lihat "Apakah 'Raja Tirus' Kiasan Untuk Iblis?" di halaman 370.
- 4 "Meterai kesempurnaan" adalah "frase yang maknanya diragukan. Kata benda tochnith (paling akurat) tampaknya mirip dengan tochen dan mathkoneth, "pengukuran." Jika diterjemahkan, 'engkau adalah orang yang memeteraikan pengukuran,' artinya adalah: ia sempurna dalam bentuk fisik" (Fisch, 191). Kata 'sempurna' tidak menyiratkan 'kesempurnaan tanpa dosa.' Kata itu digunakan untuk menunjukkan bahwa orang itu tidak bersalah atau tidak bercacat dalam sifat tertentu. Hal ini kemudian berarti bahwa raja Tirus adalah seorang raja yang baik terhadap siapa saja yang tidak melontarkan keberatan sejak saat penobatannya sampai kesombongan menguasi dia dan ia berdosa" (Ralph H. Alexander, Notes on Ezekiel, The Expositor's Bible Commentary, ed. Frank E. Gaebelein [CD-ROM] [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002]).
- 5 "Mungkin ungkapan ini belakangan menyiratkan bahwa raja Tirus berada di dalam wilayah para ilah kafir karena ia sendiri mengaku sebagai ilah dan mungkin kerub penjaga ilah Melkart. "Jika posisi yang belakangan tentang arti frase 'gunung kudus Allah' diterima, maka orang harus menjelaskan makna berjalan 'di tengah batu-batu bercahaya.' Ritual membakar sosok ilah telah ditemukan pada mangkuk dari Sidon dan dicatat dalam pemujaan Melkart di Tirus.… Kebangkitan Melkart dirayakan dengan 'membakar patungnya,' yang darinya ia kemudian akan direvitalisasi melalui api dan bau korban bakaran. Sekali lagi, sesuai dengan latar belakang agama-budaya Fenisia yang dengannya nas itu sangat terkait erat dengan pengakuan raja itu sebagai ilah, mungkin penjelasan tentang berjalan di antara batu-batu yang bercahaya adalah acuan kepada peninggian diri raja itu yang mengaku sebagai ilah Mekart-bahkan hingga pada pengakuan kebangkitannya setelah dibakar api"(Alexander).
- 6 Frase ini terbuka untuk ditafsirkan. "Acuan itu tidak jelas. Rashi menjelaskan kata Ibrani mikdashëcha (tempat kudusmu) sebagai 'kekudusan-Mu'; sedangkan Kimchi, dengan mengutip Amos 7:13, tempat kudus raja itu, mengartikan kata itu 'istana' pada dua nas itu. Ini, bagaimanapun, adalah meragukan. Istilah ini [mungkin] terkait dengan taman Allah dan gunung kudus Allah yang telah digunakan dalam gambaran Tirus. Ia pernah layak disebut 'tempat-tempat kudusmu' yang di atasnya raja itu menguasai, tetapi melalui kemerosotan moral judul itu tidak bisa lagi diterapkan dan kota itu akan dihancurkan" (Fisch, 193).
- 7 John B. Taylor, Ezekiel: An Introduction and Commentary, Tyndale Old Testament Commentaries, ed. D. J. Wiseman (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1969), 197.
- 8 "Akhirnya, dengan pandangan ke depan yang melampaui pengasingan kepada hari-hari kepulangan, Yehezkiel meramalkan pertemuan bersama orang-orang buangan yang tersebar dan tempat tinggal mereka yang aman di negeri mereka sendiri sekali lagi. Tindakan Allah ini akan menjadi cara-Nya sendiri dalam memperlihatkan kekudusan-Nya di dalam dan melalui umat-Nya di hadapan bangsa-bangsa dunia. Umat yang kudus adalah saluran yang melalui siapa Allah yang Kudus mengungkapkan diri-Nya. Penghakiman orang Israel tidak disinggung: yang mungkin telah dianggap sebagai hal masa lalu. Bangsa-bangsa yang kepada siapa ramalan-ramalan ini diucapkan akan dihakimi, dan Israel akan menetap dengan aman dalam kemakmuran pertanian yang sederhana" (Ibid., 197-98).
Pengarang: Denny Petrillo
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) YEHEZKIEL
PENGANTAR
Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun
sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi.
YEHEZKIEL
PENGANTAR
Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi. Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem. Buku Yehezkiel dibagi dalam empat bagian yang penting yaitu:
- (1) Peringatan kepada umat Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka dan bahwa Yerusalem akan jatuh dan hancur.
- (2) Pesan dari TUHAN bahwa Ia akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas dan menyesatkan umat-Nya.
- (3) Penghiburan bagi Israel setelah jatuhnya Yerusalem, dan janji tentang masa depan yang cerah.
- (4) Gambaran Yehezkiel tentang Rumah TUHAN dan bangsa yang diperbaharui.
Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Rumah TUHAN dan pentingnya hidup menurut kehendak TUHAN.
Isi
- Yehezkiel dipanggil menjadi nabi
Yeh 1:1-3:27 - Pesan-pesan tentang hukuman bagi Yerusalem
Yeh 4:1-24:27 - Penghakiman Allah terhadap bangsa-bangsa
Yeh 25:1-32:32 - Janji Allah kepada umat-Nya
Yeh 33:1-37:28 - Pesan tentang hukuman bagi Gog
Yeh 38:1-39:29 - Penglihatan tentang Rumah TUHAN dan tanah Israel di kemudian hari
Yeh 40:1-48:35
Ajaran: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yehezkiel, anggota jemaat dapat mengerti dan
yakin bahwa Allah yang memilih bangsa Israel sebagai umat pilih
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yehezkiel, anggota jemaat dapat mengerti dan yakin bahwa Allah yang memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya, adalah Allah yang dikenal dalam Tuhan Yesus Kristus, yaitu Allah Yang Mahakuasa dan yang mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan seseorang.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yehezkiel.
Isi Kitab: Kitab Yehezkiel terdiri dari 48 pasal. Isi Kitab ini merupakan pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa Israel dan bangsa- bangsa lain.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yehezkiel
Pasal 1-3 (Yeh 1:1-3:27).
Allah memanggil Yehezkiel menjadi hambanya
- Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada Yehezkie (pasal 1; Yeh 1-28).
- Allah memberikan tugas kepada Yehezkiel dalam melayani-Ny (pasal 2-3; Yeh 2:1-3:27).
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 2:1-7. Apakah tugas Yehezkiel? Dan orang-orang macam apakah yang ia layani?
Pasal 4-24 (Yeh 4:1-24:27).
Pemberitaan tentang penghukuman yang akan dialami oleh bangsa Israel
- Perumpamaan-perumpamaan tentang penghukuman yang aka dialami bangsa Israel (pasal 3-7; Yeh 3:1-7:27).
- Pemberitaan tentang penglihatan Yehezkiel atas dos bangsa Israel (pasal 8-11; Yeh 8:1-11:25).
- Pemberitaan tentang penghakiman yang akan dialami bangs Israel (pasal 12-19; Yeh 12:1-19:14).
- Gambaran tentang dosa-dosa daripada bangsa Israe (pasal 20-24; Yeh 20:1-24:27).
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 24:1-11. Apakah sebabnya penghukuman akan dialami oleh orang-orang Israel?
Pasal 25-32 (Yeh 25:1-32:32).
Pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa-bangsa
Pendalaman
Sebab-sebab bangsa-bangsa lain dihukum: Amon Yeh 25:1-3. Moab Yeh 25:8. Edom Yeh 25:12. Filistin Yeh 25:15. Tirus Yeh 26:1-2. Sidon Yeh 28:20-22. Mesir dan Firaun Yeh 29:1-3.
Pasal 33-39 (Yeh 33:1-39:29).
Pemberitaan akan pembaharuan yang akan diterima bangsa Israel setelah penghakiman
Pendalaman
Bacalah pasal Yeh 36:1-10. Apakah pendapat saudara tentang ayat 9 (Yeh 36:9)?
Pasal 40-48 (Yeh 40:1-48:35).
Pemberitaan tentang keadaan masa depan dari zaman baru
- Pemberitahuan tentang ukuran dari pada Bait Alla (pasal 40-42; Yeh 40:1-42:20).
- Petunjuk-petunjuk dalam ibada (pasal 43-46; Yeh 43:1-46:24).
- Pemberitahuan tentang keadaan dan pembagian tana (pasal 47-48; Yeh 47:1-48:35).
Pendalaman
Bacalah pasal 48:35; Yeh 48:35. Siapakah yang akan memerintah secara langsung dalam zaman baru itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Panggilan atas Yehezkiel untuk menjadi pemberita Firman Allah, mengajarkan bahwa Allah juga memanggil setiap orang percaya untuk bersaksi tentang Kristus.
Tuntutan Allah terhadap tanggung jawab Yehezkiel dalam pemberitaannya, mengajarkan juga bahwa Allah menuntut pertanggungjawaban setiap orang Kristen dalam hal memberitakan Injil.
Pemberitaan tentang keadaan masa depan bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain telah digenapi, membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Firman Allah itu benar.
Apabila kehidupan di dalam zaman yang baru penuh dengan persekutuan, maka sudah selayaknyalah setiap orang percaya untuk memulai hidup dengan penuh persekutuan di dunia ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Yehezkiel?
- Apakah isi Kitab Yehezkiel?
- Untuk apakah Yehezkiel dipanggil Allah?
- Pelajaran apakah yang saudara terima setelah mempelajar Kitab Yehezkiel?
Intisari: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) Laporan seorang penjaga
LATAR BELAKANGDalam tahun 597 SM raja Babel, Nebukadnezar mengangkut raja Yoyakim ke Babel bersama dengan sepuluh ribu pendud
Laporan seorang penjaga
LATAR BELAKANG
Dalam tahun 597 SM raja Babel, Nebukadnezar mengangkut raja Yoyakim ke Babel bersama dengan sepuluh ribu penduduk utama bangsa Israel. Pemerintahan boneka yang ditinggalkannya di Yerusalem memberontak, dan dalam tahun 587 SM Nebukadnezar menghancurkan seluruh kota dan mengangkut lebih banyak penduduk ke pembuangan.
PENULIS
Diperkirakan bahwa kitab Yehezkiel disusun oleh beberapa pengarang atau ditulis lama sesudah pengarangnya meninggal, tetapi pemakaian kata ganti orang pertama, waktu yang tepat, data pribadi yang diberikan secara rinci, dan gaya penulisan yang sama dalam keseluruhan kitab merupakan indikasi kuat bahwa Yehezkiel sendiri yang memastikan bahwa semua nubuatannya ditulis dan menjelang akhir hidupnya ia menyusunnya dengan cermaat ke dalam bentuk buku. Yehezkiel dibesarkan di Yehuda dan boleh jadi pada masa remajanya ia dipengaruhi oleh pembaruan raja Yosia dan nubuatan Yeremia. Dia seorang imam yang dibuang ke Babel pada tahun 597 SM, kemungkinan bersama-sama dengan raja Yoyakim, dan tulisannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keimamannya. Dalam pembuangan ia bermukim di Tel-Abib di tepi sungai Kedar. Lima tahun kemudian, pada waktu ia berumur tiga puluh tahun, ia mendapat penglihatan dari Tuhan dan dipanggil menjadi nabi. Dia mungkin saja mempunyai kedudukan penting (Yeh 8:1; 14:1), walaupun kebanyakan orang menolak peringatannya (Yeh 3:25), atau tidak menganggapnya denganserius (Yeh 33:30-32).
ISI KITAB
Dalam kitab Yehezkiel, kita dapat membaca kisah kehidupan nabi itu dan nubuat-nubuatnya yang mencakup kurun waktu mulai dari tahun 597 sampai 570 SM. Kitab Yehezkiel terbagi dalam empat bagian penting. Pasal Yeh 1-24 khususnya berisi nubuatan yang diberikan sebelum tahun 587 SM pada waktu Yehezkiel memperhadapkan umat dengan dosa mereka, serta menunjukkan bahwa kejatuhan Yerusalem tidak dapat dihindari dan merupakan dosa yang sepatutnya mereka terima. Pasal Yeh 25:1-32:32 merupakan nubuatan tentang penghakiman terhadap bangsa- bangsa yang ada di sekeliling Yerusalem. Pasal Yeh 33:1-39:29 ditulis setelah kejatuhan Yerusalem dan Yehezkiel mendorong orang-orang buangan untuk bertobat dari dosa-dosa lama mereka, dan menjadi anggota masyarakat baru yang menyerahkan diri untuk melayani Tuhan. Bagian akhir berisi harapan tentang kembalinya bangsa Israel dari pembuatan sampai padda akhir zaman, dan berisi penglihatan Yehezkiel tentang Yerusalem baru. Kita akan lebih banyak belajar dari kitab Yehezkiel jika kita melihatnya sebagai pesan kepada suatu bangsa yang istimewa, yang sungguh-sungguh memerlukan pertolongan dalam suatu keadaan yang nyata.
Pesan
1. Sifat AllahRakyat yang berada dalam pembuangan mungkin saja tergoda untuk meragukan kuasa Tuhan. Yehezkiel sangat ingin memberitakan kebesaran Tuhan dalam situasi yang jelas sangat tidak menguntungkan sekalipun.
o Allah itu penuh kemuliaan dan mengagumkan. Yeh 1:25-28; 3:23
o Allah itu kudus. Yeh 5:11; 36:23
o Allah berkuasa di mana-mana. Yeh 3:12-27; 5:5
o Allah berkuasa atas segala bangsa. Yeh 25:1-32:32
o Allah itu adil. Yeh 18:25; 33:20
o Allah memimpin dan menunjukkan jalan bagi umat-Nya. Yeh 2:2; 11:1,5
o Allah bertindak agar umat-Nya mengenal Dia. Yeh 6:7, 14; 20:38
o Allah memelihara umat-Nya seperti seorang gembala yang baik. Yeh 34:11-16
o Allah memberikan hidup baru. Yeh 36:25-32
2. Bahaya dosa
Pesan Yehezkiel mengenai kematian dan hukuman kelihatannya keras dan tidak berperasaan apabila kita berpikir tentang rakyat yang sedang menderita di pembuangan, tetapi hal itu penting untuk membuat mereka mengerti bahwa pembuangan itu merupakan hukuman. Dengan maksud untuk mempermalukan mereka sampai mereka bertobat, Yehezkiel menganggap mereka busuk sampai ke akar-akarnya.
o Mereka telah mempermalukan nama Allah. Yeh 20:9; 36:20
o Mereka telah mencemarkan rumah Allah. Yeh 5:11; 23:38
o Mereka pemuja berhala. Yeh 20:7,18; 22:4
o Mereka mengambil bagian dalam upacara mengurbankan anak-anak. Yeh 20:26,31
o Mereka mengabaikan hukum. Yeh 44:6-8
o Mereka menekan orang miskin. Yeh 22:7,12
3. Pentingnya penghakiman
Oleh karena Allah itu adil, maka Israel harus dihukum. Hanya karena kesabaran Tuhan yang besar saja Dia masih dapat mentoleransi bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Tuhan terhadap bangsa Israel akhirnya habis juga.
o Penghakiman tidak dapat dihapuskan. Yeh 12:22,27
o Penghakiman tidak dapat dihindari. Yeh 7:4-27; 22:14
o Penghakiman tidak datang "nanti", tetapi "sekarang". Yeh 9:10; 24:14
4. Janji kehidupan baru
Tuhan masih rindu untuk menyelamatkan bangsa Israel. Penghakiman dan pembuangan berarti bahwa dosa mereka dihukum dan sekarang akan ada berita pengampunan. Semua orang ditantang untuk bertobat dan dengan iman bergabung ke dalam komunitas umat Tuhan yang:
o Terbentuk dari orang-orang yang hatinya telah diubahkan oleh Tuhan. Yeh 36:25-27
o Diberi hidup oleh Roh Allah. Yeh 37:5
o Tidak terpecah-belah. Yeh 37:15-17
o Mempunyai perjanjian kekal dengan Allah. Yeh 14:11; 37:23
o Dipimpin oleh Raja Mesias keturunan Daud. Yeh 37:24-28
o Membawa hidup baru kepada dunia. Yeh 47:1-12
Penerapan
Yehezkiel banyak berbicara mengenai kegagalan para penguasa Israel untuk bertindak sebagai wakil Tuhan, dan bangsa Israel gagal untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Namun demikian, ia juga menunjukkan cara bagaimana menjalani kehidupan.
1. Ciri-ciri manusia yang sudah diperbaruio Dia dipimpin oleh Tuhan
o Hatinya ditujukan kepada Tuhan
o Tujuan hidupnya untuk memuliakan Tuhan
o Dia dengan penuh sukacita menerima kehendak Tuhan
o Dia dikenal oleh kesucian hatinya dan ketaatannya kepada Tuhan
o Dia hidup dengan perasaan aman, karena tahu Tuhan memeliharanya
o Dia menunjukkan keprihatinannya terhadap sesama
2. Ciri-ciri seorang pemimpin yang baik
o Dia taat kepada Tuhan dalam segala hal
o Dia berpaling kepada Tuhan untuk memperoleh kekuatan
o Dia tekun menjalankan tugasnya
o Dia mengerti orang yang dipimpinnya
o Dia mengambil keputusan berdasarkan keadilan
o Dia tidak takut untuk berbicara
Tema-tema Kunci
1. Kebesaran Allah
Bangsa Israel berpikir bahwa kebesaran Israel adalah sama dengan kebesaran Allah, sehingga Allah tidak akan membiarkan Israel dihancurkan. Pendapat ini salah; Israel sendiri telah mencemarkan nama Allah. Demi untuk kemuliaan-Nya sendiri Allah bertindak, pertama-tama menghukum dan kemudian menyelamatkan. Bacalah Yeh 20:40-44; 28:25,26; 36:16-23; 38:17-23; 39:7,8,25-29. Dengan cara bagaimana orang Kristen dewasa ini mencemarkan nama Allah?
2. Allah memelihara
Allah terus memelihara bangsa Israel, bahkan pada waktu Dia harus menghukum mereka sekalipun. Bacalah: Yeh 11:17; 16:60-63; 28:24-26; 34:11-31; 37:25-27. Bandingkan gambaran Allah sebagai gembala Israel yang terdapat pada pasal Yeh 34, dengan pengajaran mengenai Gembala Agung dalam Yohanes 10:7-18.
3. Tanggung jawab
Setiap orang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah. Bukan keluarga atau keadaan yang akhirnya harus dipersalahkan tentang apa yang terjadi pada seseorang. Ia sendiri yang harus memilih untuk melayani Allah dan terus melayani atau tidak. Baca Yeh 18:1-32; 33:7-20.
4. Penjaga
Yehezkiel menerima panggilan sebagai seorang penjaga atau "pengawas" dengan penuh kesungguhan dan ia memperingatkan bangsanya bahwa penghakiman Allah sudah dekat, dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berbalik serta menerima jalan keselamatan yang Allah sediakan. Carilah ayat-ayat: Yeh 3:12-21; 33:1-9. Dari ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lainnya, buatlah daftar mengenai tanggung jawab yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya di dunia.
Garis Besar Intisari: Yehezkiel (Pendahuluan Kitab) [1] PANGGILAN YEHEZKIEL Yeh 1:1-3:27
Yeh 1:1-3Waktu terjadinya
Yeh 1:4-24Penglihatan mengenai makhluk hidup
Yeh 1:25-28Kemuliaan Tuhan
Yeh 2:1-3
[1] PANGGILAN YEHEZKIEL Yeh 1:1-3:27
Yeh 1:1-3 | Waktu terjadinya |
Yeh 1:4-24 | Penglihatan mengenai makhluk hidup |
Yeh 1:25-28 | Kemuliaan Tuhan |
Yeh 2:1-3:15 | Yehezkiel menerima pengutusan |
Yeh 3:16-27 | Ia harus memberi peringatan kepada bangsa Israel |
[2] NUBUATAN MENGENAI PENGHAKIMAN ATAS YERUSALEM Yeh 4:1-12:28
Yeh 4:1-5:17 | Gambaran mengenai pengepungan terhadap Yerusalem |
Yeh 6:1-14 | Nubuatan tentang gunung-gunung Israel |
Yeh 7:1-27 | Kehancuran telah tiba |
Yeh 8:1-9:11 | Pemujaan berhala di Rumah Allah |
Yeh 10:1-22 | Hukuman terhadap pemimpin-pemimpin Israel |
Yeh 11:16-25 | Bangsa Israel yang sudah diperbarui akan kembali |
Yeh 12:1-28 | Gambaran mengenai pembuangan |
[3] DOSA-DOSA ISRAEL DAN YERUSALEM Yeh 13:1-24:27
Yeh 13:1-23 | Nabi-nabi palsu akan dihukum |
Yeh 14:1-11 | Pemuja berhala akan dihukum |
Yeh 14:12-23 | Penghakiman tidak dapat dihindarkan |
Yeh 15:1-8 | Yerusalem seperti kebun anggur yang tak berguna |
Yeh 16:1-63 | Yerusalem sebagai pelacur |
Yeh 17:1-24 | Perumpamaan tentang dua ekor elang dan kebun anggur |
Yeh 18:1-32 | Tanggung jawab pribadi terhadap dosa |
Yeh 19:1-14 | Ratapan untuk dua pangeran Israel |
Yeh 20:1-29 | Masa lalu Israel yang penuh pemberontakan |
Yeh 20:30-44 | Penghakiman dan pemulihan Tuhan |
Yeh 20:45-21:32 | Penghakiman dengan api dan pedang |
Yeh 22:1-31 | Yerusalem sudah berdosa besar |
Yeh 23:1-49 | Israel dan Yehuda merupakan dua kakak beradik yang berdosa |
Yeh 24:1-14 | Yerusalem bagaikan periuk berkarat |
Yeh 24:15-27 | Istri Yehezkiel meninggal |
[4] NUBUATAN TENTANG HUKUMAN BAGI BANGSA-BANGSA Yeh 25:1-32:32
Yeh 25:1-7 | Terhadap Amon |
Yeh 25:8-11 | Terhadap Moab |
Yeh 25:12-14 | Terhadap Edom |
Yeh 25:15-17 | Terhadap bangsa Filistin |
Yeh 26:1-28:19 | Terhadap Tirus |
Yeh 28:20-26 | Terhadap Sidon |
Yeh 29:1-32:32 | Terhadap Mesir |
[5] NUBUATAN TENTANG HARI DEPAN Yeh 33:1-39:29
Yeh 33:1-20 | Yehezkiel, si penjaga |
Yeh 33:21-33 | Penjelasan tentang jatuhnya Yerusalem |
Yeh 34:1-31 | Gembala yang baik menggantikan gembala yang buruk |
Yeh 35:1-15 | Pengkhianatan Edom akan dibalas |
Yeh 36:1-14 | Hidup baru bagi tulang-tulang yang kering |
Yeh 37:15-28 | Bangsa yang dibangkitkan dengan raja yang baru |
Yeh 38:1-39:20 | Nubuatan tentang Gog |
Yeh 39:21-29 | Rencana Tuhan untuk bangsa Israel |
[6] GAMBARAN MENGENAI YERUSALEM BARU Yeh 40:1-48:35
Yeh 40:1-42:20 | Rumah Tuhan yang baru |
Yeh 43:1-12 | Kemuliaan Tuhan kembali ke rumah-Nya |
Yeh 43:13-46:24 | Pengaturan ibadah |
Yeh 47:1-12 | Sungai yang memberi hidup |
Yeh 47:13-48:35 | Pembagian tanah di antara suku-suku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi