Teks -- Matius 12:1 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 12:1
Full Life: Mat 12:1 - SABAT.
Nas : Mat 12:1
Hari Sabat mingguan (Yun. _sabbaton_, yang artinya perhentian)
adalah hari yang ketujuh dalam setiap minggu yang dipisahkan dari har...
Nas : Mat 12:1
Hari Sabat mingguan (Yun. _sabbaton_, yang artinya perhentian) adalah hari yang ketujuh dalam setiap minggu yang dipisahkan dari hari-hari yang lain oleh Taurat Musa sebagai hari untuk beristirahat dari semua pekerjaan yang biasa serta memberikan diri kita istirahat dan menyembah Allah (Kel 20:10; Ul 15:14;
lihat cat. --> Kel 20:8).
[atau ref. Kel 20:8]
Ada alasan-alasan yang kuat untuk percaya bahwa prinsip-prinsip hari Sabat tetap berlaku bagi orang Kristen dan kita juga harus mengkhususkan satu hari dalam tujuh hari sebagai hari perhentian dan penyembahan.
- 1) Konsep hari perhentian yang kudus sudah ditetapkan sebelum ada hukum
Yahudi: "Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya"
(lihat cat. --> Kej 2:3;
[atau ref. Kej 2:3]
bd. Kel 20:11). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sudah sejak penciptaan alam semesta ini Allah menetapkan satu hari khusus sebagai sumber berkat bagi semua orang dan bukan sekedar bangsa Yahudi. - 2) Yesus tidak pernah membatalkan prinsip hari perhentian, hanya penyalahgunaannya oleh para pemimpin Yahudi yang Ia kecam (ayat Mat 12:1-8; Luk 13:10-17; 14:1-6). Ia menyatakan bahwa hari perhentian itu ditetapkan Allah untuk kesejahteraan rohani dan jasmaniah manusia (Mr 2:27). Alkitab sama sekali tidak menyatakan bahwa prinsip ini telah ditiadakan.
- 3) Maksud rohani dari hari ketujuh sebagai hari perhentian ini
menguntungkan orang Kristen. Dalam PL hari perhentian ini dipergunakan
sebagai hari beristirahat dari semua pekerjaan dan untuk mempersembahkan
diri kepada Allah -- suatu waktu yang khusus untuk mengenal Allah,
menyembah Dia dan memusatkan diri baik secara pribadi maupun di depan
umum pada perkara Tuhan (Im 24:8; Bil 28:9). Dewasa ini hari Sabat
memberikan kita kesempatan untuk menyatakan kembali bahwa kepercayaan
dan sukacita kita adalah di dalam Tuhan dan bukan di dalam dunia,
kebiasaan yang mementingkan diri sendiri, harta atau kesenangan kita
(bd. Kel 20:10; 34:21; Yes 38:13). Kita dapat mempergunakan hari
perhentian ini untuk memperbaharui komitmen kita yang semula kepada
Kristus dan persatuan kita dengan orang percaya lain, serta menyatakan
bahwa seluruh kehidupan kita, bukan hanya sepertujuh, adalah milik Allah
(lih. Ibr 4:9-10).
- 4) Sebagaimana hari Sabat merupakan suatu tanda perjanjian bahwa bangsa Israel adalah umat Allah (Kel 31:16-17), demikian pula hari penyembahan Kristen (hari Minggu) dapat dilihat sebagai suatu tanda kepada dunia bahwa kita adalah milik Kristus dan bahwa Dia adalah Tuhan kita. Orang Kristen dalam PB mengkhususkan hari pertama setiap minggu untuk menyembah Allah dan untuk memperingati hari kebangkitan Kristus (Kis 20:7; 1Kor16:2).
- 5) Hari Sabat dikhususkan oleh Allah sebagai hari yang kudus (Kej 2:3; Kel 16:23; 20:11; 31:14; Yes 58:13). Oleh karena itu orang percaya diingatkan bahwa mereka sendiri merupakan umat yang dikhususkan oleh Allah untuk hidup kudus di tengah-tengah angkatan yang sudah sesat (bd. Kel 31:13; 1Pet 2:9).
- 6) Akhirnya, hari Sabat dapat dilihat sebagai janji Allah kepada orang percaya bahwa Ia melaksanakan kehendak-Nya bagi mereka dan bahwa Ia senantiasa bersedia untuk memenuhi segala kebutuhan orang percaya. Ia senantiasa terbuka terhadap seruan doa mereka dan dengan setia memperhatikan kepentingan mereka (bd. Kel 31:13; Yeh 20:12).
Ref. Silang FULL -> Mat 12:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 12:1-13
Matthew Henry: Mat 12:1-13 - Kristus Membela Murid-murid-Nya
Dalam pasal ini kita temukan,
I. Penjelasan Kristus terhadap perintah Allah yang keempat, yakni tentang hari Sabat, dan pembelaan-Nya terhadap...
- Dalam pasal ini kita temukan,
- I. Penjelasan Kristus terhadap perintah Allah yang keempat, yakni tentang hari Sabat, dan pembelaan-Nya terhadap perintah itu melawan gagasan-gagasan takhayul yang dikemukakan oleh guru-guru Yahudi. Ia menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan yang perlu dan belas kasihan harus dilakukan pada hari itu (ay. 1-13).
- II. Hikmat, kerendahan hati, dan penyangkalan diri Yesus Tuhan kita dalam mengadakan mujizat-mujizat-Nya (ay. 14-21).
- III. Jawaban Kristus terhadap berbagai celaan dan fitnah yang menghujat dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang berkata bahwa Ia dapat mengusir setan karena Ia bersekutu dengan Iblis (ay. 22-37).
- IV. Tanggapan Kristus terhadap permintaan yang menggoda dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menantang-Nya untuk menunjukkan kepada mereka suatu tanda dari langit (ay. 38-45).
- V. Penilaian Kristus tentang siapa sanak saudara-Nya (ay. 46-50).
Kristus Membela Murid-murid-Nya (12:1-13)
- Guru-guru Yahudi sudah banyak merusakkan perintah-perintah Allah dengan menafsirkannya secara lebih bebas daripada yang sebenarnya dimaksudkan. Ini suatu kesalahan mereka yang diungkapkan dan diluruskan oleh Kristus (ps. 5) dalam khotbah-Nya di bukit. Tetapi untuk perintah yang keempat ini, kesalahan yang mereka lakukan malah sebaliknya, mereka menafsirkan hukum ini justru terlalu ketat. Perhatikanlah, orang yang sudah rusak pikirannya biasanya mencari-cari jalan untuk menebus kehidupan moral mereka yang longgar dengan berapi-api dalam melakukan kegiatan ritual dan ibadah-ibadah agama yang sifatnya lahiriah saja. Tetapi terkutuklah mereka yang menambahkan ataupun yang mengurangkan perkataan-perkataan dari kitab ini (Why. 22:16, 19; Ams. 30:6).
- Nah, yang mau ditekankan oleh Yesus Tuhan kita di sini adalah bahwa segala perbuatan yang perlu dan tindakan belas kasihan itu diperbolehkan pada hari Sabat. Dan ini bertentangan dengan orang-orang Yahudi yang dalam banyak hal diajar untuk tidak melakukannya. Penjelasan Kristus yang sangat teliti terhadap perintah keempat ini menunjukkan bahwa perintah tersebut merupakan ibadah agama yang wajib dilaksanakan terus satu hari dari tujuh hari, sebagai hari Sabat yang kudus. Ia tidak akan menjelaskan secara terperinci suatu perintah yang sebentar lagi tidak akan berlaku. Karena itu, tidak ragu lagi, di sini Ia bermaksud menetapkan suatu hal yang akan dipakai oleh gereja-Nya sepanjang masa. Dengan demikian, ini mengajarkan kita bahwa hari Sabat Kristen kita, walaupun berada di bawah petunjuk perintah Allah yang keempat, tidak tunduk di bawah peraturan-peraturan para penatua Yahudi.
- Biasanya arti dari suatu hukum ditetapkan melalui penilaian-penilaian yang diberikan terhadap kasus-kasus yang nyata terjadi. Begitulah, dengan cara ini pula arti dari perintah keempat ini ditetapkan. Dalam perikop ini ada dua cerita yang dipadukan bersama-sama untuk memenuhi tujuan tersebut. Kedua cerita ini terjadi dalam jarak waktu yang berjauhan satu sama lainnya, dan sifatnya pun berbeda, tetapi keduanya dapat dipakai untuk tujuan tadi.
- I. Kristus, dengan membenarkan murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat, menunjukkan bahwa perbuatan yang perlu boleh dilakukan pada hari itu. Nah, perhatikanlah di sini:
- . Apa yang dilakukan oleh para murid itu. Mereka sedang mengikuti Guru mereka pada suatu hari Sabat berjalan di sepanjang ladang gandum. Kemungkinannya mereka mau ke rumah ibadat (ay. 9), sebab murid-murid Kristus tidak akan mondar-mandir tanpa tujuan pada hari itu. Jadi janganlah kita mencibir Guru kita bahwa Dia mempunyai cara hidup yang tidak teratur, tetapi anggaplah bahwa mereka begitu khusyuk melakukan ibadah Sabat sampai-sampai lupa sarapan. Karena telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk ibadah pagi, mereka tidak mempunyai waktu untuk sarapan lagi, sehingga mereka pergi tanpa makan, supaya tidak terlambat masuk rumah ibadat. Allah di dalam pemeliharaan-Nya sudah mengatur supaya mereka berjalan melalui ladang gandum, dan di sanalah mereka akan mendapatkan makanan. Perhatikanlah, Allah mempunyai banyak cara untuk menunjukkan pemeliharaan-Nya yang sesuai bagi umat-Nya pada saat mereka memerlukannya. Ia secara khusus akan memperhatikan mereka ketika mereka sedang pergi menuju rumah ibadat, seperti dulu Ia memperhatikan para peziarah yang sedang berjalan menuju Yerusalem untuk beribadah (Mzm. 84:7-8), dengan mengisi kolam dengan air hujan bagi mereka. Sewaktu kita sedang melakukan kewajiban kita, biarlah Allah sendiri yang menyediakan segala sesuatunya bagi kita, Yehovah Jireh -- Allah yang menyediakan. Ketika sudah berada di ladang gandum, mereka mulai memetik bulir gandum. Perintah Allah memperbolehkan perbuatan ini (Ul. 23:25), untuk mengajar orang agar mereka mau berbagi dengan sesama dan agar mereka jangan bersikeras mempertahankan milik mereka untuk suatu urusan yang sepele saja, yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Bulir gandum ini hanyalah secuil bekal yang tersedia bagi Kristus dan murid-murid-Nya, tetapi itulah yang terbaik yang mereka punya, dan mereka puas dengannya. Dulu ada seorang saleh di Inggris mengaku bahwa ia mempunyai dua mangkuk makanan untuk hari Sabat, yakni semangkuk susu panas dan semangkuk susu dingin, dan itu sudah sangat cukup untuk dia.
- . Pelanggaran apa yang murid-murid lakukan menurut pandangan orang-orang Farisi. Bulir gandum hanyalah sarapan kering, namun orang-orang Farisi tidak mau membiarkan mereka memakannya dengan tenang. Orang-orang Farisi tidak bertengkar dengan mereka karena mereka mengambil gandum milik orang lain (orang Farisi bukanlah pejuang-pejuang keadilan yang gigih). Orang-orang Farisi bertengkar dengan mereka karena mereka melakukannya pada hari Sabat, sebab memetik dan membersihkan bulir gandum dari tangkainya pada hari itu dengan jelas dilarang oleh tradisi nenek moyang mereka, karena perbuatan ini dianggap sebagai semacam kegiatan menuai.
- Perhatikanlah, bukanlah hal baru lagi jika perbuatan-perbuatan Kristus dan para murid-Nya yang paling tidak membahayakan dan tidak bersalah sekalipun dicap sebagai jahat dan dipandang haram. Terutama oleh mereka yang bersemangat untuk melakukan segala temuan dan peraturan yang mereka ciptakan sendiri. Orang-orang Farisi mengeluhkan mereka kepada Guru mereka karena mereka telah berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan menurut hukum mereka. Perhatikanlah, orang yang memandang sesuatu sebagai hal yang tidak diperbolehkan, sedangkan Allah sendiri tidak memandangnya demikian, tidak terhitung sebagai sahabat Kristus dan para murid-Nya.
- . Apa jawaban Kristus terhadap celaan orang-orang Farisi ini.
- Murid-murid tidak bisa berkata-kata banyak untuk membela diri mereka sendiri, terutama karena orang-orang yang berselisih dengan mereka tampaknya menjalankan perintah untuk menguduskan hari Sabat dengan demikian ketat, sehingga lebih aman untuk mengaku salah saja. Namun Kristus datang untuk membebaskan para pengikut-Nya, bukan hanya dari kebusukan-kebusukan orang Farisi, tetapi juga dari segala kewajiban yang tidak alkitabiah. Oleh karena itu, Ia mempunyai sesuatu untuk dikatakan bagi mereka dan Ia membenarkan apa yang mereka lakukan, meskipun perbuatan mereka itu merupakan suatu pelanggaran terhadap ketetapan hukum.
- (1) Ia membenarkan mereka dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa masa lalu, yang dipandang baik oleh orang-orang Farisi itu sendiri.
- [1] Ia mengajukan bukti dari cerita kuno tentang Raja Daud, yang karena keperluannya melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan (ay. 3-4). "Tidakkah kamu baca cerita (1Sam. 21:6) tentang Daud ketika ia makan roti sajian yang hanya boleh dimakan oleh imam-imam?" Roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-anaknya, dan mereka harus memakannya di tempat kudus (Im. 24:5-9), dan orang awam janganlah memakannya (Kel. 29:33). Meskipun demikian, sang imam memberikannya kepada Daud dan orang-orangnya. Walaupun tidak diungkapkan secara langsung bahwa ini hanyalah merupakan suatu pengecualian, namun hal pengecualian seperti ini tersirat di dalam ketetapan ritual pada contoh kejadian tersebut dan di dalam semua ketetapan ritual lain. Yang membuat Daud boleh memakan roti sajian itu bukanlah kehormatan yang dimilikinya, melainkan rasa laparnya (bdk. Uzia, yang dengan congkak memasuki bait TUHAN dan terkena penyakit kusta karenanya, meskipun ia seorang raja, 2Taw. 26:16, dst.). Orang terhormat tidak akan dituruti nafsunya, tetapi orang yang paling hina akan dipenuhi kekurangannya. Lapar adalah keinginan alami yang tidak dapat dimatikan, melainkan harus dipenuhi, dan tidak dapat ditunda-tunda oleh apa pun kecuali oleh makanan. Karena itulah kita berkata bahwa rasa lapar dapat menembus dinding-dinding batu. Nah, Tuhan itu untuk tubuh, dan Ia mengizinkan ketentuan yang dibuat-Nya sendiri untuk dikesampingkan dalam masa-masa kesusahan, apalagi tradisi-tradisi nenek moyang. Perhatikanlah, apa yang boleh dilakukan pada suatu kasus karena suatu keperluan mungkin tidak boleh dilakukan pada waktu-waktu lain. Ada hukum-hukum yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan masalah perlu tidaknya suatu perbuatan, namun yang sudah merupakan hukum dengan sendirinya. Orang janganlah mencela, tetapi tunjukkanlah belas kasihan, kalau seorang pencuri mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar (Ams. 6:30).
- [2] Ia memberikan bukti mengenai sebuah contoh sehari-hari dari para imam, yang juga bisa mereka baca dalam kitab Taurat, dan yang menurut kitab Taurat biasa dilakukan oleh para imam secara terus-menerus (ay. 5). Imam-imam di dalam Bait Allah banyak melakukan pekerjaan yang hina pada hari Sabat, seperti menyembelih, menguliti, dan membakar binatang-binatang persembahan, yang jika dilakukan orang biasa akan dianggap menajiskan hari Sabat. Namun hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap perintah keempat, karena ibadah dalam rumah ibadat mengharuskan dan membenarkannya. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan seperti itu halal pada hari Sabat karena memang diperlukan, bukan hanya untuk menunjang kehidupan, tetapi juga untuk ibadah hari itu, seperti misalnya membunyikan lonceng untuk mengumpulkan jemaat, melakukan perjalanan ke gereja, dan hal-hal semacamnya. Istirahat Sabat adalah untuk mendukung, bukan menghalangi, ibadah hari Sabat.
- (2) Ia membenarkan tindakan murid-murid-Nya dengan mengajukan tiga alasan yang kukuh.
- [1] Di sini ada yang melebihi Bait Allah (ay. 6). Jika ibadah dalam bait Allah membenarkan apa yang dilakukan para imam dalam melayani, maka ibadah terhadap Kristus akan terlebih lagi membenarkan murid-murid dalam apa yang mereka lakukan dalam mengikuti-Nya. Orang-orang Yahudi sangat memuja Bait Allah: tempat itu menguduskan emas di dalamnya. Stefanus dituduh karena menghina tempat kudus ini (Kis. 6:13); tetapi Kristus, walaupun berada di ladang gandum, melebihi bait Allah, karena di dalam Dia hadirat Allah itu tidak diam secara kiasan, tetapi seluruh kepenuhan ke-Allahan secara jasmaniah. Perhatikanlah, apa pun yang kita lakukan, jika kita melakukannya dalam nama Kristus dan untuk Dia, maka itu akan diterima oleh Allah dengan senang hati, betapapun hal itu dicela dan dicemooh oleh manusia.
- [2] Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan (ay. 7). Kewajiban-kewajiban upacara harus mengalah terhadap hukum moral, hukum alam, dan hukum kerajaan yang berlandaskan kasih. Juga, perlindungan diri harus lebih diutamakan daripada pelaksanaan ibadah-ibadah ritual. Perkataan ini dikutip dari Hosea 6:6. Perkataan tersebut juga digunakan sebelumnya (Mat. 9:13) untuk membenarkan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa manusia, yang di sini dipakai untuk membenarkan belas kasihan terhadap tubuh mereka. Istirahat Sabat diperintahkan untuk kebaikan manusia, demi kepentingan tubuh (Ul. 5:14). Jadi, tidak ada hukum yang akan ditafsirkan sehingga bertentangan dengan tujuan akhirnya sendiri. Seandainya kamu mengerti maksud firman ini, jika memang kamu tahu apa artinya mempunyai belas kasihan, maka kamu akan bersedih melihat orang-orang ini terpaksa melakukan hal ini untuk memuaskan rasa lapar mereka, dan bukannya mencela orang-orang yang tidak bersalah ini. Perhatikanlah,
- pertama, ketidaktahuan adalah penyebab mengapa kita dengan cepat dan tidak berperasaan mencela saudara-saudara kita.
- Kedua, tidaklah cukup bagi kita untuk mengenal Kitab Suci, kita juga harus berusaha mengerti maksudnya. Siapa yang membaca, harus mengerti.
- Ketiga, ketidaktahuan akan maksud Kitab Suci sangatlah memalukan, terutama bagi mereka yang memakai Kitab Suci untuk mengajar orang lain.
- [3] Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat (ay. 8).
- Hukum ini, dan juga hukum-hukum lainnya, diserahkan ke dalam tangan Kristus untuk diubah, dikuatkan, atau dihilangkan, sesuai dengan apa yang baik menurut-Nya. Melalui Anaklah Allah menciptakan dunia, dan oleh Dia-lah Allah menetapkan hari Sabat dan menguduskannya; oleh Dia-lah Allah memberikan Sepuluh Perintah di Gunung Sinai. Sebagai Pengantara, Dia dipercayakan untuk menetapkan perintah-perintah dan mengubahnya menurut apa yang dipikirkan-Nya baik; dan khususnya, sebagai Tuhan atas hari Sabat, Ia diberi wewenang untuk membuat perubahan seperti itu pada hari itu, dan menjadikannya sebagai hari Tuhan, hari Kristus Tuhan. Dan, jika Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat, maka pantaslah jika hari itu dan semua pekerjaan yang dilakukan di dalamnya dipersembahkan bagi-Nya. Dengan kuasa yang dimiliki-Nya ini, Kristus di sini menetapkan bahwa perbuatan-perbuatan yang diperlukan, yang memang benar-benar diperlukan dan tidak dibuat-buat, boleh dilakukan pada hari Sabat. Penjelasan terhadap hukum ini dengan jelas menunjukkan bahwa hal ini berlaku untuk selamanya. Exceptio firmat regulam -- pengecualian membenarkan peraturan.
- Setelah membungkamkan orang-orang Farisi seperti itu, dan membuat mereka bubar dari sana (ay. 9), Kristus pergi dan masuk ke rumah ibadat mereka, rumah ibadat orang-orang Farisi ini, yaitu tempat mereka bertugas, dan ke tempat yang sama juga Kristus sedang menuju ketika mereka memicu pertengkaran ini dengan-Nya. Perhatikanlah,
- pertama, kita harus berjaga-jaga jangan sampai sesuatu yang terjadi di tengah-tengah perjalanan kita untuk beribadah membuat kita tidak pantas untuk, atau mengalihkan perhatian kita dari, menjalankan ibadah-ibadah itu sendiri dengan benar. Marilah kita maju terus dalam melakukan kewajiban kita tanpa mengindahkan tipu muslihat Iblis, yang berusaha mengganggu ketenangan kita dan membuat kita gelisah melalui percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan melalui banyak cara lain.
- Kedua, janganlah kita, hanya karena pertengkaran dan persoalan pribadi, menarik diri dari ibadah-ibadah umum. Sekalipun orang-orang Farisi sudah mengecam Kristus dengan begitu kejinya, Dia tetap masuk ke rumah ibadat mereka. Iblis akan berhasil mencapai maksudnya jika, dengan menabur benih perselisihan di antara sesama saudara, ia dapat membuat mereka, atau siapa saja dari mereka, meninggalkan rumah ibadat dan persekutuan orang beriman.
- II. Kristus, dengan menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat, menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan yang didasarkan atas belas kasihan itu boleh dan pantas dilakukan pada hari itu. Perbuatan karena kebutuhan dilakukan oleh murid-murid, dan dibenarkan oleh-Nya, sementara perbuatan belas kasihan dilakukan oleh-Nya sendiri. Sebab perbuatan belas kasihan adalah perbuatan karena kebutuhan bagi-Nya; makanan dan minuman-Nya adalah berbuat baik. Aku harus memberitakan Injil, kata-Nya (Luk. 4:43). Kisah penyembuhan ini dicatat karena hari saat penyembuhan tersebut diadakan, yakni pada hari Sabat.
- Berikut ini kita melihat:
- . Penderitaan yang dirasakan oleh orang yang malang ini: sebelah tangannya mati sehingga ia sama sekali tidak dapat mencari penghidupan melalui bekerja dengan kedua tangannya. Jerome berkata bahwa dalam Injil Matius yang berbahasa Ibrani, yang digunakan oleh orang-orang Nazaret dan Ebion, ada sesuatu yang ditambahkan kepada cerita tentang orang yang mati sebelah tangannya ini, yaitu bahwa ia adalah seorang cæmentarius -- tukang batu, dan bahwa ia memohon kepada Kristus seperti ini, "Tuan, aku seorang tukang batu, dan mendapatkan penghasilan dari buah tanganku (manibus victum quæritans). Aku mohon kepada-Mu, ya Yesus, pulihkan aku untuk memakai tanganku, supaya aku tidak harus mengemis untuk mendapatkan makanan -- ne turpiter mendicem cibos." Orang yang malang ini sedang berada di rumah ibadat. Perhatikanlah, orang yang hanya bisa berbuat sedikit, atau yang hanya mempunyai sedikit untuk diperbuat bagi dunia, harus jauh lebih banyak berbuat bagi jiwa mereka; demikian juga orang kaya, orang yang sudah lanjut usia, dan orang yang lemah.
- . Pertanyaan yang penuh kebencian yang diajukan oleh orang-orang Farisi kepada Kristus setelah mereka melihat orang ini. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang?" Di sini kita tidak melihat adanya suatu permohonan dari orang yang malang ini kepada Kristus untuk disembuhkan, namun mereka mengamati bahwa Kristus mulai memperhatikannya, dan mereka tahu bahwa Kristus biasa didapati oleh orang yang tidak mencari-Nya. Karena itu, orang-orang Farisi, dengan kejahatan mereka, sudah menduga bahwa Kristus akan berbuat kebaikan, dan karena itu mereka mulai mempermasalahkan suatu perbuatan baik menjadi sebuah batu sandungan. Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat? Apakah tabib boleh menyembuhkan pada hari itu atau tidak, menjadi permasalahan yang diperdebatkan dalam kitab-kitab mereka. Namun bahwa nabi boleh menyembuhkan pada hari Sabat pasti merupakan suatu hal yang tidak usah dipertanyakan lagi, apalagi Dia, yang mengungkapkan kuasa dan kebaikan ilahi dalam segala perbuatan-Nya, dan yang menyatakan diri-Nya sebagai utusan Allah. Apakah orang boleh bertanya apakah boleh bagi Allah untuk menyembuhkan, untuk mengucapkan firman-Nya dan menyembuhkan? Benar bahwa Kristus pada saat itu dibuat ada di bawah hukum Taurat, dengan menyerahkan diri-Nya secara sukarela kepada hukum itu, namun Ia tidak pernah hidup di bawah peraturan-peraturan para penatua. Bolehkah menyembuhkan orang? Bertanya tentang boleh tidaknya suatu perbuatan dilakukan adalah hal yang sangat baik, dan tidak ada orang lain lagi yang lebih cocok untuk ditanyai selain Kristus sendiri. Tetapi di sini mereka bertanya bukan supaya mereka dapat diajar oleh-Nya, melainkan supaya mereka dapat menuduh Dia. Jika Dia sampai berkata bahwa menyembuhkan orang pada hari Sabat itu boleh, maka mereka akan menuduh-Nya menentang perintah keempat. Sampai sejauh itulah ketakhayulan yang dipegang oleh orang-orang Farisi mengenai hal beristirahat pada hari Sabat itu sampai-sampai mereka tidak memperbolehkan orang mengadakan pengobatan pada hari Sabat, kecuali untuk orang yang sedang dalam bahaya maut. Jika Dia sampai berkata bahwa itu tidak boleh, maka mereka akan menuduh-Nya pilih kasih, sebab Ia baru saja membenarkan murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari itu.
- . Cara Kristus menjawab pertanyaan ini, yaitu dengan menerapkan masalahnya kepada diri mereka sendiri, kepada pendapat dan kebiasaan yang mereka lakukan sendiri (ay. 11-12). Seandainya ada seekor domba (walaupun hanya satu ekor, dan kalaupun hilang kerugian yang diderita tidaklah terlalu besar) terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah mereka akan mengeluarkannya? Tentu saja mereka akan melakukannya, perintah keempat memperbolehkannya. Mereka harus melakukannya, sebab orang yang berbelas kasihan memperhatikan hidup hewannya. Lagi pula, untuk kebaikan mereka sendiri, mereka akan melakukannya, daripada kehilangan seekor domba. Apakah Kristus juga peduli terhadap domba? Ya, benar. Ia melindungi dan memelihara baik itu manusia maupun binatang. Tetapi dalam hal ini Ia mengemukakan hal domba untuk kepentingan kita (1Kor. 9:9-10), dan karena itu Ia mengajukan pembelaannya, "Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba?" Domba bukan hanya makhluk yang tidak berbahaya melainkan juga bermanfaat, dan dihargai serta diurusi sesuai dengan manfaatnya itu, namun manusia jauh lebih berharga daripada domba. Perhatikanlah, manusia, dalam hal keberadaannya, jauh lebih baik dan lebih berharga daripada hewan yang paling baik sekalipun. Manusia adalah ciptaan yang berakal, mampu mengenal, mengasihi, dan memuliakan Allah, dan karena itu lebih baik daripada domba. Oleh sebab itu, pengorbanan domba tidak akan dapat menebus dosa yang diperbuat oleh jiwa manusia. Namun kaum Farisi ini tidak berpikir tentang semuanya ini, sebaliknya mereka lebih memerhatikan bagaimana mereka dapat melatih, melindungi, dan menyediakan makanan bagi kuda-kuda atau anjing-anjing mereka daripada bagi umat Allah yang miskin, atau mungkin juga daripada anggota keluarga mereka sendiri.
- Dari sini, Kristus menyimpulkan suatu kebenaran, yang tampak sangat masuk akal dan sangat baik sifatnya bahkan pada waktu pertama kali kita mendengarnya, yaitu bahwa berbuat baik pada hari Sabat itu boleh. Mereka sebelumnya bertanya, "Bolehkah menyembuhkan orang?" Kristus membuktikan bahwa berbuat baik itu boleh, dan biarlah orang sendiri yang menilai apakah menyembuhkan orang, seperti yang dilakukan Kristus ini, berbuat baik atau bukan. Perhatikanlah, masih ada lebih banyak cara untuk berbuat baik pada hari Sabat selain melakukan kewajiban-kewajiban beribadah secara langsung kepada Allah. Menengok orang sakit, menghibur orang miskin, membantu orang yang tiba-tiba dilanda kesusahan, dan memberikan bantuan kepada mereka dengan segera, ini semua merupakan beberapa contoh berbuat baik, dan semuanya ini harus dilakukan atas dasar kasih dan kedermawanan, dengan kerendahan hati dan penyangkalan diri, dan dalam semangat sorgawi yang kudus. Ini adalah berbuat baik, dan perbuatan ini akan diterima (Kej. 4:7).
- . Penyembuhan Kristus atas orang itu, kendati Ia tahu bahwa orang-orang Farisi akan memandangnya sebagai pelanggaran hukum (ay. 13). Walaupun mereka tidak bisa menjawab bantahan-bantahan Kristus, mereka tetap bersikeras dalam prasangka dan permusuhan mereka terhadap-Nya. Tetapi Kristus terus melanjutkan pekerjaan-Nya tanpa mengindahkan mereka. Perhatikanlah, kewajiban tidak boleh dibiarkan tidak terlaksana, dan kesempatan-kesempatan untuk berbuat baik tidak boleh diabaikan begitu saja, hanya karena takut diserang. Nah, cara penyembuhan-Nya itu dapat dilihat dengan jelas. Ia berkata kepada orang itu, "Ulurkanlah tanganmu! Kerahkanlah seluruh tenagamu sedapat mungkin," dan orang itu pun berbuat demikian, maka pulihlah tangannya itu. Penyembuhan ini, seperti penyembuhan-penyembuhan lain yang diadakan Kristus, mempunyai arti rohani yang penting.
- (1) Secara alami, kedua tangan kita itu mati. Kita benar-benar tidak mampu melakukan apa pun yang baik dengan diri kita sendiri.
- (2) Kristus sendirilah, dengan kuasa anugerah-Nya, yang menyembuhkan kita. Ia menyembuhkan tangan yang terkulai dengan memberikan kehidupan kepada jiwa yang mati, dan mengerjakan di dalam diri kita baik kemauan maupun pekerjaan.
- (3) Untuk kesembuhan kita, Ia memerintahkan kita untuk mengulurkan tangan kita, mengembangkan kekuatan-kekuatan alami yang kita miliki, dan berbuat semampu kita. Ia menyuruh kita untuk mengulurkan kedua tangan kita di dalam doa kepada Allah, mengulurkan kedua tangan kita untuk berpegangan kepada Kristus dengan iman, dan mengulurkannya dengan usaha yang kudus. Nah, orang ini tidak dapat mengulurkan tangannya yang mati itu dengan kekuatannya sendiri, ia tidak lebih dari orang lumpuh yang tidak dapat bangun dan mengangkat tilamnya sendiri itu, atau Lazarus untuk keluar dari kuburnya sendiri. Namun Kristus memerintahkan orang itu untuk berbuat demikian. Perintah-perintah Allah kepada kita untuk melakukan suatu kewajiban yang tidak mampu kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri tidaklah lebih aneh atau tidak adil daripada perintah-Nya kepada orang ini untuk mengulurkan sebelah tangannya yang mati itu, karena bersamaan dengan perintah itu, ada suatu janji anugerah yang diberikan melalui perkataan itu. Berpalinglah kamu kepada teguran-Ku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu (Ams. 1:23). Orang binasa adalah orang yang keadaannya seperti orang ini tetapi tidak mau berusaha untuk mengulurkan tangannya supaya menjadi sembuh. Sebaliknya, siapa yang diselamatkan, ia tidak bisa berbangga diri, karena ia sama seperti orang ini, yang tidak menyembuhkan dirinya sendiri walaupun dia mengulurkan tangannya; jadi, ia berutang kepada kuasa dan anugerah Kristus seperti orang ini.
SH: Mat 12:1-15 - Hormati hari perhentian. (Rabu, 21 Januari 1998) Hormati hari perhentian.
Jika ditanyakan pada setiap orang, Apa saja yang mereka lakukan pada hari Minggu? kebanyakan akan menjawab, berkumpul bersam...
Hormati hari perhentian.
Jika ditanyakan pada setiap orang, Apa saja yang mereka lakukan pada hari Minggu? kebanyakan akan menjawab, berkumpul bersama keluarga. Apakah hanya itu? Kalangan Kristen meyakini bahwa pada hari Minggu semua ciptaan Allah dengan syukur melimpah menyembah dan menghormati Allah Sang Pencipta; menghayati lawatan Allah melalui firman-Nya, menikmati persekutuan dengan seluruh umat, menikmati kemeriahan pesta rohani dalam puji dan doa. Sejenak berhenti bekerja merupakan pengakuan iman, bahwa hidup kita bergantung penuh pada kemurahan Allah, bukan pada materi dan karier.
Sabat: menghidupkan, bukan mematikan. Jalinan kisah ini memaparkan prinsip salah tentang Sabat yang dianut orang Farisi dan ahli Taurat. Sabat yang menghidupkan diubah menjadi Sabat yang mematikan. Maknanya mereka putarbalikkan. Yesus mencela prinsip tersebut. Ia mengatakan bahwa pekerjaan mewujudkan kasih Allah pada hari Sabat adalah kudus dan menghidupkan.
Renungkan: Hari-hari bersama Tuhan bukanlah hari yang penuh penderitan, melainkan hari penuh kesukaan. Nikmati dan hayati persekutuan kudus itu bersama-Nya.
Doa: Ajar kami menghargai hidup dalam karunia-Mu.
SH: Mat 12:1-15 - Kasih dan peraturan (Rabu, 31 Januari 2001) Kasih dan peraturan
Dua insiden yang berhubungan
dengan hari Sabat menyebabkan konflik terbuka
antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Peristiwa
p...
Kasih dan peraturan
Dua insiden yang berhubungan dengan hari Sabat menyebabkan konflik terbuka antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Peristiwa pertama dipicu karena murid-murid Yesus yang lapar, memetik bulir gandum dan memakannya pada suatu hari Sabat. Menurut hukum Taurat, seorang yang bepergian diperbolehkan memetik tanaman yang ada di tepi jalan dan memakannya sambil berjalan. Orang Farisi keberatan karena tindakan itu dapat digolongkan sebagai memanen yang merupakan satu dari 39 pekerjaan yang dilarang pada hari Sabat. Yesus menjawab keberatan mereka dengan memaparkan fakta sejarah dan fakta yang mereka hadapi setiap harinya. Mengapa Daud tidak dihukum setelah memakan roti sajian yang tidak boleh dimakan (ayat 3-4)? Jika ada yang menjawab bahwa Daud adalah spesial, maka Yesus jauh lebih spesial dibandingkan Daud (ayat 6). Bagaimana tentang imam yang bekerja pada hari Sabat (ayat 5)? Apakah mereka tidak dihukum karena mereka juga spesial? Yesus jauh lebih spesial lagi (ayat 6).
Argumentasi Yesus mempunyai makna ganda. Pertama,
legalisme orang Farisi tidak berdasarkan firman
Tuhan. Hukum Taurat menyatakan bahwa Allah lebih
peduli kepada belas kasihan, bukannya persembahan.
Kedua, Allah membenarkan murid-murid Yesus (ayat
Renungkan: Disadari atau tidak, Kristen sering meneladani orang Farisi. Ketika di hadapan kita ada orang yang membutuhkan pertolongan, kita tidak segera digerakkan oleh belas kasihan. Namun kita lebih tergerak untuk mempertimbangan agama orang tersebut, dari denominasi mana, apakah mempunyai doktrin yang sama dengan kita atau tidak. Kita seharusnya lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan sesama kita, daripada berusaha memaksa sesama kita untuk hidup berdasarkan keyakinan kita.
SH: Mat 12:1-15 - Bukan aturan tetapi hati (Jumat, 28 Januari 2005) Bukan aturan tetapi hati
Dua peristiwa ini menunjuk kepada satu pesan penting tentang
inti aturan-aturan agama. Murid-murid Yesus, karena lapar
...
Bukan aturan tetapi hati
Dua peristiwa ini menunjuk kepada satu pesan penting tentang inti aturan-aturan agama. Murid-murid Yesus, karena lapar memetik bulir gandum (ayat 1). Perbuatan demikian tidak salah (Ul. 23:25). Yang membuat orang Farisi berang bukan tindakan tersebut melainkan waktu tindakan itu dilakukan. Murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat. Murid Yesus tidak melanggar hukum Allah, hanya melanggar hukum agama yang dibentuk orang Farisi. Respons Yesus menunjuk kepada dua peristiwa dalam PL.
Pertama, tindakan Daud (ayat 3-4). Ketika lapar, Daud dan rombongannya mengambil roti sajian Bait Allah. 12 roti sajian itu diletakkan di atas meja di dalam tempat kudus, hanya boleh dimakan oleh imam di tempat kudus karena roti itu kudus. Roti sajian itu diminta Daud dari imam Ahimelekh (ayat 1Sam. 21:1-6). Itu sebenarnya tidak boleh namun kebutuhan manusia lebih penting dari ritual agama (ayat 7, Hos. 6:6). Kedua, tindakan imam-imam (ayat 5). Aturan dalam Bilangan 28:9, mengatur pekerjaan yang harus para imam lakukan pada hari Sabat. Namun, mereka tidak dianggap bersalah walau melanggar Sabat. Dari kedua peristiwa ini Yesus menegaskan bahwa inti dari peraturan adalah mengutamakan hidup.
Selanjutnya (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat. Perbuatan itu tidak melanggar hukum Allah, tetapi melanggar aturan orang Farisi. Orang Farisi membenarkan orang menolong domba yang jatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tetapi tidak memperbolehkan menolong manusia. Bagi Farisi domba lebih penting ketimbang manusia, ritual lebih utama dari belas kasihan. Sebaliknya, bagi Yesus manusia lebih utama dari domba dan ritual agama. Sikap Yesus ini memperlihatkan bahwa Allah menghendaki belas kasihan ketimbang ritual agama.
Renungkan: Apakah kita beragama sebatas ritual? Apakah kasih kita kepada Tuhan dan sesama terhambat atau justru bertumbuh melaluinya?
SH: Mat 12:1-21 - Hukum untuk umat (Selasa, 2 Februari 2010) Hukum untuk umat
Orang Farisi punya daftar hukum yang dibuat berdasarkan aturan yang
tertulis dalam Kitab Suci. Hukum itu dianggap sama derajatn...
Hukum untuk umat
Orang Farisi punya daftar hukum yang dibuat berdasarkan aturan yang tertulis dalam Kitab Suci. Hukum itu dianggap sama derajatnya dengan Kitab Suci. Salah satunya adalah hukum Sabat. Orang dilarang bekerja pada hari Sabat.
Murid-murid Yesus dituduh melanggar Sabat karena bekerja (ayat 1-8).
Padahal mereka hanya memetik gandum dan memakannya! Menjawab
tuduhan itu, Yesus menceritakan kisah Daud saat melarikan diri
dari Saul (1Sam. 21:1-6). Waktu la-par, Daud ke Rumah Allah dan
menerima roti kudus dari imam Ahimelekh (bdk. Kel. 25:30;
Kisah kedua adalah para imam. Mereka bekerja, melayani umat, justru pada hari Sabat. Salahkah mereka? Allah yang menyuruh mereka! Salahkah Allahkah? Tentu tidak. Ia punya maksud tersendiri. Pernyataan Yesus bahwa Dia Tuhan atas Sabat menyatakan bahwa Dia punya otoritas atas Sabat.
Lalu Yesus menyembuhkan orang yang sebelah tangannya lumpuh pada hari Sabat itu juga. Agar orang Farisi paham, Yesus membandingkan dengan kisah domba yang jatuh ke lubang pada hari Sabat. Salahkah orang bila menolong domba itu? Dengan kisah itu, Yesus ingin mengajarkan bahwa makna Sabat bukan sekadar berhenti dari semua aktivitas melainkan bagaimana melakukan kehendak Allah di hari itu. Jika Sabat dirancang sebagai hari kudus, hari untuk beristirahat dan dipulihkan, hari perayaan kasih karunia Allah, bukankah memberi makan mereka yang lapar dan menyembuhkan orang yang sakit sesuai juga dengan makna Sabat?
Sebab itu mari kita bijak melihat maksud Allah dalam tiap hukum-Nya. Ingatlah bahwa Ia merancang hukum untuk kesejahteraan umat dan bukan sebaliknya. Maka jangan hanya bersikap keras dan menghakimi orang yang melakukan kesalahan. Melainkan bersikaplah seperti Yesus yang melayani dengan lemah lembut (ayat 19) dan penuh belas kasihan (ayat 20).
SH: Mat 12:1-15 - Mengisi sabat dengan kasih (Selasa, 29 Januari 2013) Mengisi sabat dengan kasih
Orang Farisi mempersoalkan murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum pada hari Sabat. Para murid dituduh melanggar perat...
Mengisi sabat dengan kasih
Orang Farisi mempersoalkan murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum pada hari Sabat. Para murid dituduh melanggar peraturan Sabat. Jawaban Yesus membongkar pemahaman keliru akan prinsip Sabat. Prinsip Sabat adalah aturan Sabat yang tertuang dalam Taurat Musa. Sedangkan peraturan Sabat di atas adalah buatan manusia. Peristiwa Daud memakan roti sajian yang diperuntukkan para imam (Im. 24:9), dan tindakan imam yang bekerja justru pada hari Sabat merupakan contoh penerapan prinsip Sabat yang benar. Kalau untuk yang kedua orang Farisi tidak mempersalahkan, seharusnya demikian juga untuk yang pertama. Bagi Yesus keduanya sesuai prinsip Sabat yang dibuat untuk kepentingan manusia.
Pertentangan kedua terjadi di sinagoge. Yesus bertemu dengan seorang yang mati sebelah tangannya. Orang Farisi memakai kesempatan itu untuk mempersalahkan (= menuduh di muka pengadilan) Yesus (10). Mereka bertanya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Jawaban Yesus akan mereka pakai untuk mendakwa-Nya di hadapan Mahkamah Agama.
Yesus menjawab dengan sebuah contoh tentang domba yang jatuh di lobang pada hari Sabat (11). Manusia lebih berharga dari pada domba; jika domba saja boleh ditolong pada hari Sabat, apalagi manusia. Sayang, tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus itu tidak menggugah hati orang Farisi untuk memahami ajaran Yesus yang menekankan kasih. Mereka sudah membeku dalam aturan-aturan Sabat yang mereka buat sendiri. Mereka malah melanggar prinsip Sabat karena bermufakat untuk membunuh Yesus (14).
Sabat memang berarti "perhentian" bagi segala aktivitas pekerjaan. Tujuannya adalah agar manusia beristirahat dan menikmati belas kasih Allah. Maka, berbuat baik atau menolong sesama manusia pada hari Sabat bukan hanya benar melainkan baik! Sabat merupakan kasih karunia Tuhan, maka justru pada saat Sabat itulah belas kasih Tuhan harus dinyatakan kepada sesama, bukan malah menabur kedengkian seperti yang dilakukan orang Farisi.
SH: Mat 12:1-21 - Beristirahat dari Berbuat Baik? (Kamis, 2 Februari 2017) Beristirahat dari Berbuat Baik?
Tampaknya orang-orang Farisi sangat ingin tahu segala hal yang dilakukan oleh Yesus. Saat Yesus berjalan bersama muri...
Beristirahat dari Berbuat Baik?
Tampaknya orang-orang Farisi sangat ingin tahu segala hal yang dilakukan oleh Yesus. Saat Yesus berjalan bersama murid-murid-Nya, mereka ada. Saat Yesus masuk ke rumah ibadat, mereka ada. Mereka bertanya dan mencobai demi mencari kesalahan Yesus. Masalah hari Sabat dan pelbagai peraturannya menjadi alat mereka untuk menjebak Yesus. Namun, Yesus memperlihatkan bahwa ada yang lebih penting daripada peraturan, yaitu: kemanusiaan yang terwujud melalui perbuatan baik.
Bolehkah seseorang berhenti melakukan perbuatan baik? Yesus menegaskan bahwa tidak ada batasan untuk melakukan kebaikan, walau peraturan agama Israel saat itu tampaknya membatasi. Contohnya, ketika seseorang sedang sakit, mengapa harus menunggu keesokan hari untuk menyembuhkannya? Pada dasarnya, peraturan dibuat untuk menjaga ketertiban sosial, namun tidak membuat manusia menjadi robot.
Demikian halnya dengan hari Sabat. Sabat dibuat agar manusia dapat beristirahat dari kerja kerasnya, supaya para budak serta binatang dapat beristirahat dari pekerjaannya, dan untuk mencegah terjadinya gila kerja (workaholic) dan eksploitasi tanpa batas. Namun, bukan berarti Sabat juga bermakna berhenti dari melakukan kebaikan. Sebab berbuat baik tak kenal istirahat.
Lalu bagaimana jika kondisi kita sedang lemah sehingga tidak bisa berbuat baik? Sungguhkah ada kondisi yang membuat seseorang tidak mampu melakukan kebaikan? Sekalipun tak memiliki uang, perbuatan baik bisa dilakukan di mana saja tanpa uang. Sekalipun tubuh terbaring tidak berdaya dan tak dapat menggerakkan satu bagian tubuh pun, seseorang dapat berdoa serta senyum bagi orang lain, dan menaikkan pujian bagi Allah.
Berbuat baik tak mengenal kata istirahat dan batas. Marilah berkaca dan melihat tindakan hidup kita setiap hari. Jangan meremehkan doa sebagai perbuatan baik yang bisa kita lakukan setiap saat. Jangan biarkan kemanusiaan kita dan sesama hilang karena keengganan untuk berbuat baik. [THIE]
SH: Mat 12:1-15 - Kasih Adalah Inti dari Taurat (Kamis, 21 Januari 2021) Kasih Adalah Inti dari Taurat
Taurat sering dianggap seperti hukum kejam yang memberikan sanksi bagi orang yang melanggarnya, sedangkan Injil adalah ...
Kasih Adalah Inti dari Taurat
Taurat sering dianggap seperti hukum kejam yang memberikan sanksi bagi orang yang melanggarnya, sedangkan Injil adalah hukum kasih yang mengasihi dan mengampuni kesalahan atau pelanggaran terhadap Taurat. Padahal, arti kata Taurat adalah tuntunan atau bimbingan; ini sangat berbeda dari persepsi orang Kristen pada umumnya.
Jika tidak berhati-hati, bagian perikop ini juga bisa dibaca dengan perspektif yang keliru. Orang Farisi menuduh Yesus melanggar hukum hari Sabat yang ada di dalam Taurat (2). Mereka mempraktikkan secara legal; ini berfokus pada peraturan dan akibatnya penghukuman jika tidak ditaati. Karena itu, mereka memprotes perbuatan murid Yesus (1). Ini adalah tafsiran mereka tentang tata cara mempraktikkan ibadah pada saat Sabat. Mereka menganggap bahwa tafsiran dan praktik merekalah yang paling benar dan harus diikuti semua orang.
Pandangan ini membuat mereka buta dan tidak dapat melihat apa yang dilakukan para murid. Hal ini ternyata tercatat di dalam Alkitab (3-4). Murid-murid Yesus jelas tidak melanggar aturan mengenai Sabat. Hari Sabat itu dikhususkan sebagai anugerah dari Allah bagi umat-Nya di dalam kasih. Ketaatan yang dimaksudkan adalah di dalam kasih (7). Karena Yesus, tuan atas Sabat adalah kasih, murid-murid pun menerapkan kasih.
Allah tidak menghendaki kita menjadi legalis dan formalis yang miskin kasih seperti orang Farisi. Allah menghendaki agar kita mempraktikkan firman-Nya dengan kasih yang melimpah. Allah adalah kasih dan telah melimpahkan kasih-Nya kepada umat-Nya. Melalui firman-Nya, Ia ingin agar manusia bisa menerima dan merasakan kasih-Nya.
Di tengah dunia yang mengagungkan kebebasan, tidaklah mudah melihat Taurat sebagai kasih. Setiap kali melakukan firman-Nya, kita bisa mulai memikirkan tentang kasih seperti apakah yang ingin dinyatakan melalui perilaku kita? Mari kita memohon agar Allah memampukan kita untuk menerima dan melakukan firman-Nya dengan sungguh-sungguh dalam hidup sehari-hari. [JHN]
TFTWMS -> Mat 12:1-8
TFTWMS: Mat 12:1-8 - Penodaan Lewat Penuaian? PENODAAN LEWAT PENUAIAN? (Matius 12:1-8)
1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bu...
PENODAAN LEWAT PENUAIAN? (Matius 12:1-8)
1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. 2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." 3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? 6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. 7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Ayat 1. Pada waktu itu adalah ungkapan terbatas yang digunakan oleh Matius untuk merajut bersama kisah itu (11:25; 14:1). Yesus, bersama dengan murid-murid-Nya, sedang melakukan perjalanan melalui ladang gandum pada hari Sabat. Pada abad pertama ladang-ladang di Palestina ini tidak dipagari. Sebaliknya, ladang-ladang itu dipisahkan oleh jalan sempit, dan batas-batas mereka ditandai dengan batu (Ula. 19:14; 27:17; Ayub 24:2; Ams. 22:28; 23:10). Selagi mereka sedang berjalan, murid-murid itu karena lapar, memetik bulir gandum dan memakannya. Mereka tidak melanggar hukum Taurat ketika mereka melakukan hal itu. Ulangan 23:25 mengatakan, "Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu." Murid-murid itu tidak menuai, mereka sekedar menghilangkan rasa lapar mereka.
Ayat 2. Mengapakah orang-orang Farisi menuduh murid-murid itu melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat? Hukum Taurat melarang bekerja pada hari Sabat (Kel. 20:10; 34:21; Ima. 23:3; Ula. 5:12-15), tetapi hanya sedikit rincian yang diberikan. Menyalakan api untuk memasak tidak dibolehkan (Kel. 16:22-30; 35:3), mengumpulkan kayu bakar (Bil. 15:32-36), memikul beban (Yer. 17:21, 22), atau melakukan transaksi bisnis apa pun (Neh. 10:31; 13:15, 19).
Tradisi rabi, bagaimanapun, telah berubah menjadi sangat rinci. Peraturan-peraturan manusia ini, dilestarikan dalam Mishnah, menghukum tiga puluh sembilan tindakan khusus—termasuk menuai, merontokkan, menampi, dan menggiling bulir-bulir gandum.2Tindakan murid-murid itu memetik bulir-bulir gandum dipandang sebagai menuai oleh orang-orang Farisi. Menggisar gandum dengan kedua tangan mereka (Luk. 6:2) ditafsirkan sebagai tindakan merontokkan, dan membuang sekam dipandang sebagai tindakan menampi. Mungkin mereka menggiling gandum itu di tangan mereka sebelum memakannya, yang juga dianggap sebagai pelanggaran.
Mengapakah orang-orang Farisi berada di ladang gandum pada hari Sabat? Pastinya mereka berada di sana untuk mencari cara mendakwa Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka menanyai Yesus tentang apa yang murid-murid itu sedang lakukan karena seorang rabi bertanggung jawab atas perilaku murid-muridnya. Fakta bahwa Yesus merestui perilaku mereka dibuktikan oleh penjelasan-Nya tentang mereka sebagai "tidak bersalah" (12:7).
Ayat 3, 4. Yesus tidak menegur murid-murid-Nya karena memetik bulir-bulir gandum dan memakannya. Ia membela mereka dengan dua contoh Perjanjian Lama, dengan memperkenalkan keduanya dengan pertanyaan "Tidakkah kamu baca …?" Yesus secara efektif menggunakan strategi perlawanan ini dengan pertanyaan dan naik banding kepada Kitab Suci pada beberapa kesempatan (12:3, 5; 19:4, 21:16, 42; 22:31), suatu praktik umum dalam argumentasi rabi.3Sudah tentu orang-orang Farisi itu akan sudah merasakan pertanyaan khusus ini memalukan mereka.
Contoh pertama Yesus adalah tenatng Daud, yang sangat mereka kagumi. Ia mengingatkan mereka tentang kejadian ketika Daud sedang melarikan diri dari murka Raja Saul (1 Sam. 21:1-6). Daud pergi ke Nob, ke rumah Allah—yaitu, ke kemah di mana tabut perjanjian disimpan. Ia disambut oleh seorang imam bernama Ahimelekh, yang adalah anak Ahitub, imam besar di Nob pada waktu itu (1 Sam. 22:11).
Melalui tipu-daya, Daud meyakinkan imam itu bahwa ia sedang melakukan misi rahasia untuk Raja Saul. Ia kemudian meminta roti karena ia dan mereka yang mengikutinya lapar. Ahimelekh memberi Daud dan anak buahnya roti kudus, "roti sajian" (Kel. 25:30; 35:13; 39:36), yang berada di meja dalam kemah suci. Roti ini seharusnya dimakan hanya oleh para imam (Ima. 24:5-9). Di atas meja khusus yang telah disiapkan untuk "roti sajian" (Kel. 25:23-30), ada dua belas roti yang diletakkan dalam dua baris yang masing-masing baris terdiri enam roti. Roti-roti ini mewakili dua belas suku Israel dan melambangkan persekutuan konstan mereka dengan Allah. Israel dikuduskan untuk Allah, dan dengan cara yang sama roti-roti ini juga dikuduskan untuk para imam (Ima. 24:5-9). Roti-roti itu dipanggang setiap hari Jumat. Ketika roti-roti yang lama diganti dengan yang baru setiap hari Sabat, imam-imam memakan roti yang lama itu (1 Sam. 21:6).
Maksud ilustrasi ini bersifat ganda. Pertama, Daud telah benar-benar melanggar hukum Taurat, sementara murid-murid Tuhan hanya melanggar tradisi agama buatan manusia. Orang-orang Farisi itu tidak menyalahkan Daud atas pelanggarannya terhadap hukum Taurat, tetapi mereka menyalahkan murid-murid Yesus karena melanggar tradisi mereka. Kedua, dalam pikiran Yesus, manusia seharusnya lebih diutamakan daripada hukum: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk. 2:27).
Ayat 5. Contoh kedua yang Yesus gunakan berkaitan dengan apa yang para imam lakukan pada hari Sabat selama berabad-abad. Meski hukum Taurat melarang bekerja pada hari Sabat, namun para imam melakukan berbagai pekerjaan pada hari itu, termasuk membakar dupa, membersihkan lampu, mengganti roti kudus, dan mempersembahkan dua macam korban (Kel. 30:7, 8; Ima. 24:5-8; Bil 28:9, 10). Semua ini tidak dianggap sebagai pelanggaran Sabat oleh orang-orang Farisi, karena tugas-tugas tersebut juga dibutuhkan oleh hukum Taurat.4Karena para imam melaksanakan pelayanan bait suci, mereka tidak bersalah dalam hal ini dan tidak melanggar hari Sabat.
Dalam kalimat melanggar hari Sabat, kata "melanggar" (bebhlo÷w, bebēloō) lebih baik diterjemahkan sebagai "menodai" (NIV). Yesus sedang mengatakan bahwa tugas keimamatan menuntut adanya kelenturan atas peraturan normal hari Sabat.
Ayat 6. Yesus lalu menyatakan, "Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah." Douglas R. A. Hare berpendapat bahwa argumen Yesus itu dapat dinyatakan dengan cara ini: "Jika bait suci lebih utama daripada hari Sabat, betapa akan lebihnya sesuatu yang lebih besar daripada bait suci itu mengungguli hari Sabat."5
Penjelasan-Nya itu tidak sepenuhnya menjawab setiap pertanyaan tentang apa yang Yesus maksudkan dengan "yang melebihi (meivzo/n, meizon; sebuah kata sifat netral).
Pengidentifikasian "yang melebihi" itu sebagai Yesus didukung oleh fakta bahwa 12:41, 42—di mana kata sifat netral yang berbeda digunakan—menarik sebuah perbedaan yang mencakup orang-orang Perjanjian Lama (lihat Yoh 4:12; 5:46; 8:53). Selanjutnya, pribadi Yesus merupakan perbedaan yang cocok bagi bait suci itu karena kepenuhan Allah berdiam di dalam Dia (Kol. 2:9; lihat Yoh. 2:18-22).
Pengidentifikasian lain yang memungkinkan untuk sesuatu "yang melebihi" itu mencakup otoritas Yesus, pesan-Nya, dan kedatangan kerajaan itu. J. W. Mc Garvey berpendapat bahwa pelayanan murid-murid itu adalah sesuatu "yang melebihi":
Ini adalah pelayanan yang mereka berikan kepada Yesus—pelayanan yang kadang-kadang mencegah cara biasa dalam menyediakan makanan. Adalah kewajiban mereka untuk melayani Dia yang melebihi bait suci; yaitu, melebihi kewajiban pelayanan bait suci yang para imam lakukan. Lalu, jika, para imam bisa dibenarkan, betapa lebihnya murid-murid itu [dibenarkan dalam apa yang mereka lakukan].6
Ayat 7 Sekali lagi, Yesus mengutip dari nabi Hosea untuk menggambarkan pentingnya kemurahan hati: "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah" (Hos. 6:6; lihat komentar tentang 9:13). Mempersembahkan korban pada hari Sabat adalah sesuatu yang para imam lakukan di bawah hukum Taurat, tetapi menunjukkan kebaikan insani yang hangat adalah jauh lebih penting daripada kewajiban mereka. Jika orang-orang Farisi itu memahami kata-kata Hosea, mereka tidak akan sudah menyalahkan murid-murid Tuhan yang disebut tidak bersalah. Sebaliknya, mereka akan memiliki belas kasihan kepada murid-murid itu.
Ayat 8. Pembelaan utama Yesus bagi tindakan murid-murid-Nya adalah bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Dalam membuat pernyataan ini, Yesus menyatakan otoritas ilahi-Nya. Keilahian-Nya memberi Dia hak untuk menafsirkan hukum Sabat (berbeda dengan orang-orang Farisi) dan bahkan untuk menyisihkannya jika Ia mau. Pelbagai karya Yesus sebelumnya telah menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat dan bahwa Ia dapat menilai dan mengatur pelaksanaan hari Sabat yang sesuai.7
Yesus menghormati Sabat dengan secara teratur masuk ke sinagoga pada hari itu (Luk. 4:16-27). Satu-satunya pelanggaran yang bisa dituduhkan kepada Dia adalah tindakan kemurahan hati-Nya yang Ia ulurkan kepada orang lain pada hari Sabat (12:9-14; Luk. 13:10-17; 14:1-6; Yoh. 5:1-9; 7:23; 9:1-7, 14). Murid-murid Tuhan itu benar dalam menempatkan pengabdian dan pelayanan mereka kepada Dia di atas pelbagai tradisi buatan manusia. Sebaliknya, orang-orang Farisi itu salah dalam mengecam murid-murid itu. Dengan melakukan hal itu, mereka tidak menghormati Tuhan hari Sabat.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 12:1-14
Pertanyaan Tentang Hari Sabat
Tema penolakan yang diperkenalkan di pasal 11 berlanjut dalam pasal ini. Matius menggu...
Matius: KUASA SANG RAJA 12:1-14
Pertanyaan Tentang Hari Sabat
Tema penolakan yang diperkenalkan di pasal 11 berlanjut dalam pasal ini. Matius menggunakan beberapa contoh sikap permusuhan untuk menggambarkan perlawanan ini kepada Yesus. Dengan nada negatif ini, Matius juga menyiapkan para pembacanya untuk perumpamaan penghakiman (pasal 13).
Tiga kontroversi dengan orang-orang Farisi (12:1-14, 22-37, 38-45) membentuk sebagian besar gambaran Matius tentang permusuhan itu. Pentingnya pertikaian ini ditegaskan oleh satu selingan (12:15-21) dan satu epilog (12:46-50).1Orang-orang Farisi adalah "orang bijak dan orang pandai" yang dari mereka hikmat Allah disembunyikan (11:25). Tradisi mereka, kuk yang sulit dan beban yang berat, terlihat sangat beda dengan ajaran Yesus, yang menawarkan kuk yang mudah dan beban yang ringan (11:30).
Kebencian yang meningkat dari lembaga agama terhadap Yesus berpusat pada pelanggaran-Nya terhadap tradisi Sabat (lihat Yoh. 5:1-18). Ia tidak pernah melanggar ajaran sebenarnya hukum Taurat tentang hari Sabat, tetapi Ia memang menentang tradisi lisan yang telah ditetapkan oleh guru-guru Yahudi selama bertahun-tahun. Dalam upaya untuk tidak melanggar hukum Taurat, mereka memperumit pernyataan sederhana "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat" (Kel. 20:8). Mereka mengubah hari Sabat menjadi beban. Yesus dan murid-murid-Nya melanggar tradisi ini yang menyebabkan mereka ditantang.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) "Ingatlah harI Sabat" (Matius 12:1-14)
Perayaan hari Sabat adalah bagian dari Hukum Perjanjian Lama yang sudah dihapuskan (Efe. 2:13-16; Ko...
"Ingatlah harI Sabat" (Matius 12:1-14)
Perayaan hari Sabat adalah bagian dari Hukum Perjanjian Lama yang sudah dihapuskan (Efe. 2:13-16; Kol. 2:14). Orang Kristen tidak diwajibkan melaksanakan bagian mana saja dari hukum Taurat itu, termasuk peraturan hari Sabat. Perintah keempat adalah satu-satunya perintah dari Sepuluh Perintah yang tidak dimasukkan ke dalam hukum Kristus (Kel. 20:8). Beberapa orang mengatakan hari Minggu sebagai "Sabat Kristen," tetapi tidak ada hal seperti itu. Hari Sabat adalah hari ketujuh dalam minggu itu, yaitu, Sabtu (Kel. 20:8-11). Hari ibadah bagi umat Kristen adalah hari Minggu, hari pertama dalam minggu itu (Kisah 20:7; 1 Kor. 16:2), yang kemudian disebut Hari Tuhan (Wahyu 1:10). Fakta bahwa umat Kristen mula-mula memiliki hari dan waktu khusus serta pelbagai kegiatan tertentu untuk ibadah dibuktikan oleh pelbagai tulisan sejarah.13
Hari pertama dalam minggu itu menjadi hari ibadah bagi umat Kristen karena hari itu adalah hari Yesus bangkit dari kubur (28:1-6; Luk. 24:1-6; Yoh. 20:1-9). Sejauh yang kita tahu, setiap penampilan Yesus setelah kebangkitan-Nya yang dicatat berhubungan dengan hari tertentu yang terjadi pada hari pertama dalam minggu itu. Minggu adalah hari ketika umat Kristen berhimpun bersama untuk berdoa, menyanyikan pujian kepada Allah, mendengarkan pesan dari Firman Tuhan, memberikan uang persembahan mereka, dan mengambil Perjamuan Tuhan.
Perjanjian Baru mengajarkan orang Kristen untuk berhimpun pada Hari Tuhan, baik melalui teladan rasuli dan oleh perintah langsung. Jika kita harus mengambil bagian Perjamuan Tuhan pada hari pertama setiap minggu, seperti kebiasaan gereja mula-mula (Kisah 20:7; 1 Kor. 11:20-34; 16:2), maka kita wajib hadir. Penulis kitab Ibrani menulis untuk mendorong umat Kristen Yahudi agar tidak "menjauhkan diri dari pertemuan bersama, seperti biasa dilakukan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling mendorong—dan semakin giat melakukannya seraya engkau melihat Hari itu mendekat" (Ibr. 10:25, NIV). Karena umat Kristen mula-mula berhimpun pada hari pertama dalam minggu itu—fakta yang diteguhkan oleh Perjanjian Baru dan pelbagai catatan lain dari sejarah—maka perhimpunan yang disebut dalam kitab Ibrani itu adalah jelas perhimpunan ini. Penulis terilham itu tidak ingin para pembacanya meninggalkan praktik perhimpunan dengan gereja pada Hari Tuhan.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 130.
2 Mishnah Shabbath 7.2.
3 David Hill, Th...
Catatan Akhir:
- 1 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 130.
- 2 Mishnah Shabbath 7.2.
- 3 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 210.
- 4 "Mempersembahkan korban menggantikan hari Sabat" (Talmud Shabbath 132b).
- 5 Hare, 132.
- 6 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 104.
- 7 Ibid., 105.
- 8 Lihat Talmud Shabbath 128b; Baba Metzia 32b. Gulungan Laut Mati menunjukkan bahwa komunitas Qumran adalah lebih ketat: "Tidak boleh ada orang yang akan membantu binatang untuk melahirkan pada hari Sabat. Dan jika binatang itu harus jatuh ke dalam sumur atau lobang, ia tidak boleh mengangkat keluar binatang itu pada hari Sabat.… Namun jika ada orang yang jatuh ke dalam air atau api, biarlah orang itu ditarik keluar dengan bantuan tangga atau tali atau alat (semacam itu)" (Damascus Rule 11.13, 14, 16, 17).
- 9 "Setiap keraguan apa saja yang membahayakan kehidupan [boleh] mengesampingkan larangan Sabat" (Mishnah Yoma 8.6).
- 10 Mishnah Shabbath 18.3.
- 11 Sebagai contoh, tidak dibenarkan mengobati tungkai yang patah pada hari Sabat. (Mishnah Shabbath 22.6.)
- 12 Ibid., 18.3-19.5.49
- 13 Pliny Letters 10.96; Justin Martyr Apology 1.67; Clement of Alexandria Miscellanies 6.14; The Instructor 3.11.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi