Teks -- 1 Samuel 13:2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: 1Sam 13:1--14:52 - -- Bab 13-14 Seolah-olah akan menyajikan sejarah raja Saul. ada kata pendahuluan, 1Sa 13:1, dan ada kata penutup, 1Sa 14:47-52. Tetapi pada kenyataannya ...
Bab 13-14 Seolah-olah akan menyajikan sejarah raja Saul. ada kata pendahuluan, 1Sa 13:1, dan ada kata penutup, 1Sa 14:47-52. Tetapi pada kenyataannya kedua bab ini hanya mengisahkan pembunuhan atas pasukan pendudukan (atau gubernur?) orang Filistin, balasan dari pihak orang Filistin dan pertempuran di Mikhmas yang hanya berlangsung satu hari saja. Bab 15-31 masih juga berbicara tentang masa pemerintahan raja Saul. Adapun bab 13 ini adalah majemuk juga. 1Sa 13:16-18 dan 1Sa 23 termasuk ke dalam ceritera kuno yang diteruskan dalam bab 14. 1Sa 13:7-15 berasal dari zaman kemudian. Selanjutnya penolakan Saul itu tidak tersinggung lagi. Rupanya ia mendahulukan isi bab 15.
Jerusalem: 1Sam 13:2 - Gibea Benyamin Mungkin ini harus diperbaiki menjadi Geba Benyamin (bdk 1Sa 15 Yunani). Memang dalam bab 13-14 ada kesulitan khusus bahwa dalam naskah Ibrani tertulis...
Mungkin ini harus diperbaiki menjadi Geba Benyamin (bdk 1Sa 15 Yunani). Memang dalam bab 13-14 ada kesulitan khusus bahwa dalam naskah Ibrani tertulis Gibea (Benyamin), sedangkan dalam terjemahan-terjemahan kuno terus terbaca: Geba (Benyamin). Rupanya Geba Benyamin lebih sesuai dengan keadaan setempat dan dengan nas-nas lain yang sejalan
Ref. Silang FULL -> 1Sam 13:2
Ref. Silang FULL: 1Sam 13:2 - dua ribu // di Mikhmas // di Gibea · dua ribu: 1Sam 13:15
· di Mikhmas: 1Sam 13:5,11,23; Neh 11:31; Yes 10:28
· di Gibea: Hak 19:14; Hak 19:14
· dua ribu: 1Sam 13:15
· di Mikhmas: 1Sam 13:5,11,23; Neh 11:31; Yes 10:28
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 13:1-7
Matthew Henry: 1Sam 13:1-7 - Orang Filistin Berperang Melawan Israel
Orang-orang Israel yang menginginkan seorang raja seperti semua bangsa lain berkhayal bahwa, ketika mereka memilikinya, mereka akan terlihat sangat...
- Orang-orang Israel yang menginginkan seorang raja seperti semua bangsa lain berkhayal bahwa, ketika mereka memilikinya, mereka akan terlihat sangat besar dan hebat. Tetapi dalam pasal ini kita mendapati hal itu malah terbukti sebaliknya. Selama Samuel bergabung dalam tugas dengan Saul, semuanya berjalan dengan baik (11:7). Akan tetapi, karena sekarang Saul mulai memerintah sendiri, semuanya mengalami kemerosotan, dan perkataan Samuel mulai tergenapi: “Kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu.” Sebab tidak pernah pemerintahan Israel melangkah lebih jauh menuju kehancuran daripada dalam pasal ini.
- I. Saul tampak di sini sebagai raja yang sangat bodoh.
- 1. Hilang akal dalam rancangan-rancangannya (ay. 1-3).
- 2. Diserang oleh negeri-negeri tetangganya (ay. 4-5).
- 3. Ditinggalkan oleh prajurit-prajuritnya (ay. 6-7).
- 4. Gelisah jiwanya, dan mempersembahkan korban dalam kebingungan (ay. 8-10).
- 5. Ditegur oleh Samuel (ay. 11-13).
- 6. Ditolak oleh Allah sebagai raja (ay. 14).
- II. Rakyat mulai menjadi sangat sengsara.
- Semuanya ini mereka dapatkan karena mereka sudah menyingkirkan pemerintahan Allah, dan membuat diri mereka menjadi seperti bangsa-bangsa lain. Segala kemuliaan mereka meninggalkan mereka.
Orang Filistin Berperang Melawan Israel (13:1-7)
- Kita tidak diberi tahu dalam hal apa bangsa Israel berlaku salah kepada Allah, sehingga mereka kehilangan hadirat-Nya dan membuat tangan-Nya berbalik melawan mereka, seperti yang sudah diancamkan Samuel (12:15). Tetapi tidak diragukan lagi bahwa mereka meninggalkan Allah, sebab kalau tidak, Ia tidak akan meninggalkan mereka, seperti yang tampak di sini. Sebab,
- I. Saul sangat lemah dan tidak cakap dalam memerintah, dan tidak mengatur urusan-urusannya dengan bijaksana. Saul adalah anak yang berumur satu tahun, demikianlah kata-kata yang pertama dalam bahasa aslinya, sebuah ungkapan yang dalam pandangan kita menandakan tanggal pemerintahannya, tetapi biasanya itu menandakan tanggal kelahiran seseorang. Oleh karena itu sebagian penafsir memahaminya secara kiasan, yang maksudnya ia sama polos dan baiknya seperti anak yang berumur satu tahun. Demikian pula dalam terjemahan bahasa Aram: ia tanpa kesalahan, seperti seorang anak yang berumur satu tahun. Akan tetapi, jika kita memahaminya secara kiasan, pernyataan itu bisa juga menyiratkan bahwa ia tidak tahu apa-apa dan tidak bijak, dan tidak layak untuk mengurus pekerjaan sama seperti seorang anak yang berumur satu tahun. Dan rincian-rincian peristiwa selanjutnya membuat pengertian ini lebih sesuai dengan tabiat Saul daripada pengertian sebelumnya. Tetapi kita lebih memahaminya, seperti yang diartikan dalam terjemahan kita sendiri (KJV), Saul memerintah selama satu tahun, dan tidak ada suatu hal besar yang terjadi. Itu adalah tahun tanpa tindakan. Tetapi pada tahunnya yang kedua ia melakukan hal-hal berikut ini:
- 1. Saul memilih sekelompok tiga ribu laki-laki, yang darinya ia sendiri memerintah dua ribu orang, dan Yonatan anaknya memerintah seribu orang (ay. 2). Selebihnya dari rakyat itu dibubarkannya ke kemah mereka masing-masing. Jika Saul meniatkan orang-orang ini hanya sebagai penjaga dirinya dan para pengiring kehormatannya, maka tidaklah bijak untuk mempunyai begitu banyak orang. Dan jika ia meniatkan mereka sebagai tentara tetap, karena menyadari adanya bahaya dari orang Filistin, maka tidak bijak juga untuk mempunyai begitu sedikit orang. Dan mungkin keyakinan yang ditaruhnya pada sejumlah orang pilihan ini, dan dibubarkannya orang-orang selebihnya dari pasukan yang pemberani itu, yang dengannya ia belum lama ini mengalahkan bani Amon (11:8-11), dipandang sebagai penghinaan terhadap kerajaan. Hal itu juga menimbulkan kejijikan dalam diri semua orang, dan merupakan alasan mengapa hanya begitu sedikit orang yang datang memenuhi panggilannya ketika ia membutuhkan mereka. Raja yang hanya mengandalkan kelompok tertentu, melemahkan kepentingannya dalam seluruh rakyat.
- 2. Saul memerintahkan Yonatan anaknya untuk mengejutkan dan menghancurkan pasukan pendudukan orang Filistin yang ada di dekatnya di Geba (ay. 3). Saya berharap tidak ada alasan untuk menduga bahwa ini merupakan suatu pelanggaran atau pengingkaran terhadap beberapa kesepakatan dengan orang Filistin, dan bahwa itu dilakukan secara curang atau khianat. Alasan saya menduganya adalah karena dikatakan bahwa, karena berbuat demikian, orang Israel dibenci. Atau, sesuai kata yang dipakai, orang Israel benar-benar berbau busuk bagi orang Filistin (ay. 4), sebagai orang-orang yang tidak mempunyai kejujuran yang selazimnya, dan yang perkataannya tidak dapat dipegang. Jika memang demikian, maka kita akan menyalahkan, bukan Yonatan yang melakukannya, melainkan Saul, raja dan ayahnya, yang memerintahkan dia untuk melakukannya, dan mungkin membuat dia tidak mengetahui kebenaran dari perkara ini. Tidak ada yang membuat nama Israel dibenci oleh orang-orang luar selain penipuan dan ketidakjujuran dari orang-orang yang disebut dengan nama yang terpuji itu. Jika orang-orang yang mengaku beragama berbuat curang dan memperdaya, mengingkari kata-kata mereka dan mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka, maka agama menjadi jelek karenanya, dan dibenci oleh orang Filistin. Siapa lagi yang dapat dipercaya kalau bukan orang Israel, yang, seperti diharapkan, dalam dirinya tidak ada kepalsuan?
- 3. Setelah Saul membuat geram orang-orang Filistin seperti itu, pada saat itulah ia mulai mengerahkan pasukan-pasukan. Tetapi seandainya ia bertindak dengan bijak, ia pasti sudah melakukan itu sebelumnya. Ketika orang Filistin mempunyai pasukan besar yang siap untuk menggempur Saul, untuk membalaskan kejahatan yang telah dilakukannya kepada mereka, pada saat itulah ia menyuruh meniup sangkakala di seluruh negeri, di antara orang-orang yang tak acuh, kalau bukan tidak puas, sambil berkata, biarlah orang Ibrani mendengarnya (ay. 3). Dan dengan begitu, orang-orang sebanyak yang dianggap layak, datang kepada Saul dan mengikutinya ke Gilgal (ay. 4). Tetapi sekarang sebagian besar rakyat, dapat kita duga, mundur. Entah karena tidak menyukai cara Saul memerintah atau takut pada kekuatan orang Filistin. Seandainya Saul memanggil mereka lebih awal, mereka pasti akan siap sedia untuk menuruti perintahnya, seperti yang mereka lakukan ketika ia maju melawan bani Amon. Kita sering kali mendapati bahwa sesudah kejadian barulah kita sadar bahwa kita bisa saja berbuat jauh lebih baik dan mencegah banyak kesusahan.
- II. Tidak pernah orang Filistin menunjukkan diri dalam sebuah gerombolan yang begitu mengerikan seperti sekarang, setelah Saul menyulut amarah mereka. Kita dapat menduga bahwa mereka mendapatkan banyak bantuan dari sekutu-sekutu mereka. Sebab (ay. 5), selain enam ribu kuda, yang pada masa itu merupakan gerombolan yang besar, ketika kuda tidak begitu banyak digunakan dalam perang seperti sekarang, mereka juga mempunyai sejumlah besar kereta, tiga puluh ribu semuanya. Sebagian besar darinya, dapat kita duga, adalah pengangkut barang-barang bawaan dari tentara yang begitu besar, dan bukan kereta perang. Tetapi pasukan pejalan kaki mereka sebanyak pasir di tepi laut, begitu cemburunya mereka akan kehormatan bangsa mereka, dan begitu geramnya mereka akan kekejian orang Israel yang telah menghancurkan pasukan pendudukan mereka. Seandainya Saul meminta nasihat dari Allah sebelum ia menyulut amarah orang Filistin, maka bisa jadi ia dan bangsanya dapat menghadapi ancaman ini dengan lebih baik. Inilah masalah yang sekarang mereka datangkan atas diri mereka sendiri karena kebodohan mereka.
- III. Tidak pernah bangsa Israel begitu lemah hati, begitu pengecut, begitu sangat penakut, seperti sekarang. Sejumlah besar orang, ada kemungkinan, datang kepada Saul untuk mengikutinya ke Gilgal. Akan tetapi, setelah mendengar jumlah dan persiapan orang Filistin, nyali mereka menjadi ciut. Menurut sebagian penafsir, ini terjadi karena mereka tidak mendapati Samuel di sana bersama Saul. Orang-orang yang, pada beberapa waktu lalu, merasa bosan dengan Samuel, dan menginginkan seorang raja, sekarang tidak begitu bersukacita dengan raja mereka, kecuali mereka melihatnya dituntun oleh Samuel. Cepat atau lambat, manusia akan dibuat melihat bahwa Allah dan para nabi-Nya adalah sahabat-sahabat terbaik mereka. Karena sekarang mereka melihat bahwa orang Filistin sedang berperang melawan mereka, dan Samuel tidak datang untuk membantu mereka, maka mereka tidak tahu harus berbuat apa. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan. Dan,
- 1. Sebagian orang lari bersembunyi. Daripada menyerbu untuk menyongsong kematian di antara orang-orang Filistin, mereka lebih memilih mengubur diri hidup-hidup dalam gua-gua dan semak belukar (ay. 6). Lihatlah perbuatan apa yang dikerjakan oleh dosa. Dosa menghadapkan manusia pada bahaya, dan kemudian merampas keberanian mereka dan membuat mereka berkecil hati. Satu orang saja, dengan iman, dapat berkata, aku tidak takut kepada sepuluh ribu orang (Mzm. 3:7). Tetapi di sini beribu-ribu orang Israel yang sudah merosot jiwanya menjadi gemetar ketika gerombolan besar orang Filistin datang mendekat. Rasa bersalah membuat orang menjadi pengecut.
- 2. Sebagian yang lain melarikan diri (ay. 7): Mereka menyeberangi arungan sungai Yordan menuju tanah Gilead, sejauh-jauhnya dari bahaya, dan ke suatu tempat di mana mereka belum lama ini menang atas bani Amon. Di mana mereka sudah menang, di situ mereka berharap mendapat tempat bernaung.
- 3. Orang-orang yang tinggal bersama Saul mengikutinya dengan gemetar, hanya menunggu untuk dilenyapkan. Tangan dan hati mereka menjadi sangat lemah, karena ditinggal oleh begitu banyak orang dari pasukan-pasukan mereka. Dan mungkin Saul sendiri, meskipun mempunyai kehormatan yang begitu besar hingga tetap bertahan, tidak lagi punya sisa keberanian untuk menyemangati para prajuritnya yang gemetar.
SH: 1Sam 13:1-22 - Sabar dan taat. (Jumat, 5 Desember 1997) Sabar dan taat.
Dua kata itu sangat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Sabar dan taat adalah pangkal keberuntungan. Tidak sabar dan ti...
Sabar dan taat.
Dua kata itu sangat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Sabar dan taat adalah pangkal keberuntungan. Tidak sabar dan tidak taat adalah sumber berbagai kegagalan dan kemalangan. Belum lagi lama Saul menjadi raja, ia sudah gagal untuk sabar dan taat. Samuel sudah mengantisipasi hal tersebut dalam doa syafaatnya (ayat 12:23-25" context="true">12:23-25). Saul tidak sabar menantikan masa tujuh hari. (ayat 13:8-9" context="true">8-9). Ia tidak taat kepada aturan yang melarangnya melakukan tugas yang bukan wewenangnya. Pemimpin yang tidak tahu batas wewenangnya akan berkembang menjadi pemimpin yang membahayakan bukan mendatangkan sejahtera.
Keputusan Tuhan. Beranikah kita seperti Samuel, menegur pemimpin yang salah? Samuel dengan tegas menyebut Saul bodoh (ayat 13:13" context="true">13a). Lebih dari itu ia menyatakan keputusan Allah yang tegas. Kerajaan di bawah Saul tidak akan langgeng. Takhta itu adalah pemberian Allah, bukan milik Saul, bukan juga datang dari Israel. Tuhan Allah yang mengangkat pemimpin, akan mencopotnya juga jika tidak tunduk kepada-Nya.
Renungkan: Kepemimpinan dimulai dengan kesabaran dan ketaatan.
Doa: Dalam keterdesakan bagaimanapun, ajar kami berpegang teguh pada firman-Mu.
SH: 1Sam 13:1-22 - Taat mutlak (Selasa, 24 Juni 2008) Taat mutlak
Ketaatan pada Tuhan bersifat mutlak. Dialah Raja sejati yang
berdaulat penuh atas hidup umat manusia, baik ia rakyat biasa,
pem...
Taat mutlak
Ketaatan pada Tuhan bersifat mutlak. Dialah Raja sejati yang berdaulat penuh atas hidup umat manusia, baik ia rakyat biasa, pembesar, atau seorang raja sekalipun. Namun Saul, raja yang dipilih Tuhan, gagal untuk taat mutlak pada Tuhan.
Sebagai raja Israel yang sudah memerintah selama dua tahun (ayat 1), Saul memiliki kuasa, pasukan, serta umat Israel yang mendukung dia. Sayang ketika berada dalam keadaan yang terdesak oleh pasukan Filistin, Saul tidak sabar menung-gu Samuel untuk meminta pertolongan Tuhan. Ia memberanikan diri mengambil alih tugas Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, meski tahu bahwa tindakan yang ia lakukan adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Sebab di Gilgal, di tempat ia telah diangkat menjadi raja Israel di hadapan Tuhan, Samuel telah menyampaikan firman Tuhan agar rakyat maupun raja harus takut akan Tuhan, mendengar, dan tidak menentang firman Tuhan (ayat 1Sam. 12:20-25).
Alasan Saul tidak menaati firman Tuhan serupa dengan alasan yang sering kita pakai. Pertama, terdesak oleh keadaan karena pasukan Filistin menjepit mereka. Kita pun sering berkata bahwa kita terpaksa melanggar firman Tuhan karena kondisi mendesak kita, takut menghadapi kesulitan hidup, dsb. Kedua, tidak sabar menantikan jawaban atau pertolongan Tuhan. Seperti Saul tidak sabar menunggu Samuel, kita juga sering tak sabar menunggu jawaban Tuhan bila sedang menggumulkan sesuatu. Kita ingin secepat mungkin menyelesaikan masalah, tanpa peduli bila hal itu melanggar firman Tuhan.
Saul kemudian ditolak oleh Tuhan dan kerajaannya tidak kokoh (ayat 14). Bukan karena kalah berperang dengan Filistin, melainkan karena tidak taat kepada firman Tuhan. Maka kita harus belajar untuk taat mutlak kepada Tuhan, dengan tidak mencari-cari alasan. Kegagalan kita bukan terutama karena serangan iman dari luar, melainkan lebih sering karena sikap hati kita yang tidak sepenuhnya bersedia tunduk pada Tuhan.
SH: 1Sam 13:1-22 - Baca Gali Alkitab 2 (Senin, 12 Mei 2014) Baca Gali Alkitab 2
Apa saja yang Anda baca?
1. Bagaimana pembagian pasukan Israel antara Saul dan Yonatan (1-2)?
2. Pasukan siapa yang menang mela...
Baca Gali Alkitab 2
1. Bagaimana pembagian pasukan Israel antara Saul dan Yonatan (1-2)?
2. Pasukan siapa yang menang melawan pasukan Filistin (3)? Akan tetapi bagaimana Saul mengabarkan kemenangan itu kepada Israel (4)?
3. Apa yang terjadi dengan pasukan yang dipimpin oleh Saul (5-6)? Apa yang dilakukan Saul, yang seharusnya tidak dilakukan (8-12)?
4. Apa akibat yang harus ditanggung oleh Saul karena ‘kebodohan’nya itu (13-14)?
5. Bagaimana situasi peperangan itu kemudian (15-22)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Menurut Anda, apa kesalahan Saul dalam kapasitasnya sebagai seorang raja?
2. Kelompok manusia macam apa yang rentan dengan kesalahan seperti ini?
3. Karakter negatif apa yang biasa menyertai kesalahan seperti ini?
Apa respons Anda?
1. Pernahkah Anda melakukan kesalahan yang dilakukan Saul? Dalam kapasitas Anda sebagai apa? Kesalahan seperti apa itu?
2. Apa yang telah Anda lakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut?
3. Apa yang akan Anda lakukan untuk mencegah kesalahan serupa terulang?
Pokok Doa:
Agar para pemimpin menjaga diri dari godaan menyalah-gunakan wewenang untuk kepentingan diri/kelompok.
SH: 1Sam 13:1-22 - Ketika Tuhan menjadi nomor 2 (Senin, 12 Mei 2014) Ketika Tuhan menjadi nomor 2
Ketika dilantik menjadi raja, Saul masih muda. Pada perikop ini, Yonatan anaknya sudah dewasa. Banyak tahun telah berlal...
Ketika Tuhan menjadi nomor 2
Ketika dilantik menjadi raja, Saul masih muda. Pada perikop ini, Yonatan anaknya sudah dewasa. Banyak tahun telah berlalu sejak Saul mulai menjadi raja atas Israel. Saat itu, umat Israel meminta seorang raja untuk memerintah atas mereka agar mereka menjadi bangsa yang kuat. Raja harapan mereka itu akan menjadi hakim dan pemimpin perang bagi mereka. Ironisnya, dengan adanya Saul sebagai raja mereka malah menjadi kacau-balau dan tidak disiplin (6-7).
Dalam perikop ini nyata bahwa Saul memiliki prioritas berbeda dengan apa yang Tuhan kehendaki. Menjelang pertempuran melawan Filistin, Samuel berjanji akan datang dalam tujuh hari (8), tetapi ketika Samuel belum juga tiba, Saul tidak sabar sehingga lancang mempersembahkan kurban yang bukan tugasnya. Padahal Samuel datang pada waktunya, tepat sesuai janjinya (10). Ketidaksabaran dan ketidaktaatan inilah yang menyebabkan Tuhan mencabut janji-Nya atas kelanggengan dinasti Saul (14).
Dalam ayat 11-12, tampak bahwa Saul merasa dirinya begitu superior dan dibutuhkan oleh umat - dan mungkin juga oleh Tuhan - sehingga ia merasa dibutuhkan untuk melakukan fungsi sebagai imam yang seharusnya hanya boleh dijalankan oleh Samuel. Ia memberikan alasan seolah-olah ia tengah melakukan pengorbanan pribadi dengan mengambil alih fungsi Samuel yang belum hadir. Padahal sebenarnya ia tengah bertindak impulsif, tidak sabaran, dan melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan! Ia mencoba menjadi penguasa tunggal dengan memusatkan kekuasaan politis dan agama di tangannya sehingga ia tak lagi membutuhkan kehadiran Samuel sebagai imam.
Jelas bukan persembahan yang Tuhan inginkan, juga bukan ritual keagamaan yang Tuhan cari. Yang Tuhan kehendaki ialah ketaatan kepada-Nya. Saul hanya mementingkan kemenangan politis bagi dirinya dan juga kekuasaan serta kehormatan pribadi. Ia tidak lagi menempatkan Tuhan pada nomor satu dan ketika Tuhan tidak lagi di nomor satu, Ia juga tak akan bertahan lama di nomor dua. Di nomor berapakah Tuhan bagi Anda?
SH: 1Sam 13:1-22 - Melihat ke Atas (Kamis, 15 Agustus 2019) Melihat ke Atas
Ketika hidup menekan berat, pengharapan mulai goyah, apa yang harus dilakukan? Tetap taat dan percaya kepada Allah atau mengambil dan...
Melihat ke Atas
Ketika hidup menekan berat, pengharapan mulai goyah, apa yang harus dilakukan? Tetap taat dan percaya kepada Allah atau mengambil dan menjalankan keputusan sendiri tanpa menghiraukan Allah?
Suasana seperti inilah yang dialami Saul dan bangsa Israel dalam menghadapi bangsa Filistin. Jumlah pasukan Filistin dengan kekuatan yang luar biasa (5) dibandingkan dengan Israel (2) adalah tidak setara. Tidak heran jika Saul dan pasukannya mengalami ketakutan yang luar biasa (6-7). Samuel yang ditunggu-tunggu juga tak kunjung tiba di tempat (8). Oleh karena itu, Saul memutuskan untuk mengambil solusi sendiri dengan melakukan kurban bakaran tanpa Samuel (9). Setelah itu, Samuel tiba dan marah dengan apa yang telah dilakukan Saul karena ia tidak taat pada Allah (11, 13). Saul membuat alasan demi alasan untuk membenarkan tindakannya (11-12). Samuel pun memberitahukan kepada Saul konsekuensi tindakannya, yaitu kerajaanya tidak akan tetap karena Allah akan menggantinya dengan seseorang yang berkenan di hati-Nya untuk menjadi raja atas umat-Nya (14).
Kita mungkin merasa sulit untuk memahami konsekuensi yang harus ditanggung oleh Saul. Bukankah Samuel tidak kunjung tiba dan keadaan sudah sangat mendesak? Bukankah Saul sebagai seorang pemimpin harus mengambil keputusan? Hal hakiki yang terlupakan oleh Saul adalah melihat ke atas -senantiasa datang dan taat pada Allah dalam menghadapi apa pun. Melihat ke atas dan sabar menanti jawaban menjadi kegagalan Saul yang krusial.
Bukankah kita pun sering bertindak seperti Saul ketika diperhadapkan pada berbagai masalah kehidupan? Pengharapan kepada-Nya mulai memudar dan ketaatan mulai hilang. Kemudian kita menempuh jalan sendiri. Masihkah kita sanggup untuk melihat ke atas? Yakinlah bahwa Allah melihat dan mengetahui apa yang kita hadapi dan Ia tidak akan meninggalkan anak-anak-Nya. Ia akan segera bertindak.
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk selalu menaati-Mu setiap saat agar kami hidup diperkenan bagi-Mu [Rud]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran da...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.’ … Kata Samuel kepada Saul: ‘Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu’" (1Samuel 13:9-14).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 13-15.
Raja Saul merupakan salah satu teka-teki besar dalam Alkitab. Ia memiliki pelbagai sifat yang diperlukan untuk menjadi raja pertama Israel (1Samuel 11:14). Sebagai orang yang punya keberanian moral, ia sanggup menggerakkan dan memimpin rakyat. Selama pemerintah-annya, ia menghadapi sebagian besar musuh Israel dan membawa pasukannya kepada kemenangan (1Samuel 14:47, 48). Saul adalah orang yang mampu mengenali kemampuan orang lain. Ia mengumpulkan semua pahlawan dan orang gagah perkasa yang ada di sekeliling dia (1Samuel 14:52). Namun begitu, Saul juga punya kelemahan yang setara dengan kekuatannya. Saul kurang peduli atas perlakuannya terhadap orang lain. Iri hati dan dendam kadang-kadang menyebabkan dia kehilangan akal. Dulunya ia punya kepedulian yang besar atas pelbagai pendapat orang lain tentang dirinya. Namun seraya ia semakin tua, ia mengembangkan sikap yang menyimpang terhadap pelbagai prioritas dan nilai-nilai hidup. Selain kelemahan itu ia juga punya watak pemarah yang hampir tidak bisa dikendalikan, dan kita pun melihat orang yang awalnya sebagai raja yang baik tetapi akhirnya menjadi raja lalim yang selalu ketakutan.
Kehidupan Saul digambarkan dengan cerita binatang tikus yang menjadi singa: Seekor tikus suatu kali meyakinkan tukang sihir untuk mengubah dirinya menjadi seekor singa. Namun tindakan pertama singa baru itu adalah melarikan diri dari seekor kucing. Tukang sihir yang terkejut itu akhirnya mengubah dia lagi menjadi seekor tikus, katanya, "Engkau punya badan singa, tetapi berhati tikus."
Semua kelemahan Saul berpangkal pada satu kesalahan utama—hati yang degil dan suka memberontak. Saul tidak bersedia menundukkan hatinya kepada Allah. Satu kelemahan ini akhirnya membatalkan dia untuk menjadi raja dan mendatangkan bencana ke atas dia dan rumah tangganya. Hidup Saul merupakan bukti nyata tentang kedegilan egois yang bodoh dan pemberontakan melawan Allah.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN KETIDAKSABARAN
Kedegilan Saul terlihat dalam ketidaktaatannya di Gilgal (1Samuel 13). Hal ini kemungkinan terjadi pada tahun kedua pemerintahannya, awal dari masa-masanya yang sulit.
Ia mengawali pemerintahannya secara baik dengan mengalahkan bani Amon di Gibea. Untuk memperkuat negerinya, ia pernah berupaya membentuk pasukan siaga, sesuai dengan ramalam Samuel (1Samuel 8:11, 12). Ia memulainya dengan sepasukan kecil berjumlah tiga ribu orang dengan peralatan tempur yang tidak lazim. Hanya Saul dan Yonatan yang memiliki pedang dan tombak, sementara sisanya mempersenjatai diri mereka dengan kapak dan tongkat penghalau lembu. Namun begitu, umat Allah tetap memperoleh kemenangan.
Di Gilgal, pasukan ini menghadapi pasukan Filistin yang dipersenjatai secara lengkap. Israel masih hidup di Zaman Perunggu, sementara Filistin sudah melewati Zaman Besi. Filistin menyerbu Israel dengan tiga ribu kereta kuda, enam ribu pasukan berkuda, dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut. Menghadapi musuh seperti itu membuat hati orang Israel meleleh. Dengan mundur secara pengecut, mereka tercerai-berai dan bersembunyi ke gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi.
Saul sendiri tidak luput dari rasa takut ini. Berkemah di Gilgal, ia menunggu janji Samuel yang akan datang dalam tempo tujuh hari untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Allah. Namun begitu, Saul tidak sabar. Ia melihat pasukan yang melarikan diri telah mengurangi pasukan tiga ribunya menjadi tinggal sekitar enam ratus orang. Dalam tindakan yang tergesa-gesa, Saul tidak menunggu sampai akhir hari ketujuh. Atas kehendaknya sendiri, ia mempersembahkan sendiri korban bakaran. Begitu korban bakaran itu selesai dipersembahkan, Samuel muncul. Saul hanya bisa mengucapkan kata maaf dengan lirih atas tindakannya itu:
Karena aku melihat rakyat itu berserak-serakmeninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, … sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran (1Samuel 13:11, 12).
Di balik segala protes dan permintaan maafnya yang terdengar masuk akal itu, Saul secara keras ditegur atas kebodohannya itu. Sebagai akibat dari dosa Saul, Samuel memberitahu dia bahwa kerajaannya tidak akan bertahan lama. Ia tidak akan diizinkan untuk memulai suatu dinasti. Yonatan, anaknya, tidak akan pernah meneruskan jabatannya sebagai raja.
Beberapa orang boleh saja menganggap hukuman itu terlalu keras bagi ketidaksabaran yang hanya sesaat. Namun begitu, ketidaksabaran bukanlah dosa Saul. Ketidaksabaran merupakan akibat dari dosanya. Dosa Saul adalah kurangnya iman yang mendorong dia melanggar perintah langsung Samuel, yang juga merupakan perintah langsung Allah.
Orang tidak bisa menyangkal bahwa saat itu Saul tampaknya berada dalam situasi yang mustahil, namun begitu Saul melupakan satu kebenaran penting yang jelas sekali di dalam sejarah Israel. Di bawah keadaan seperti itu, iman kepada Allah merupakan satu-satunya harapan manusia. Saul gagal memahami bahwa Allah bersedia membela umat-Nya. Ia juga lupa bahwa Allah akan melakukan hal itu hanya jika Israel mau berserah kepada Dia dan menghormati perjanjian-Nya.
Saul mengabaikan hal itu sebab ia menaruh percaya pada dirinya sendiri. Akibat dari ketidakpercayaan itu, Saul akhirnya kehilangan kerajaannya—dan belakangan nyawanya juga.
Kita sering mendapatkan diri kita bersikap tidak sabar sama seperti Saul. Itu biasanya terjadi sebab kita memiliki jadwal waktu kita sendiri untuk pelbagai peristiwa, dan jadwal waktu kita itu tidak sejalan dengan jadwal waktu Allah. Seseorang berkata, "Allah tidak pernah terlambat, dan Ia juga jarang lebih awal." Ketidaksabaran kita bisa timbul dari upaya untuk mengendalikan hal yang tidak bisa dikendalikan.
Ketidaksabaran kita bisa diatasi ketika iman kita menerima dua kebenaran yang tidak bisa berubah. Pertama, Allah yang pegang kendali. Ia yang mengendalikan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, tetapi Ia hanya bisa mengendalikan hidup kita jika kita bersedia menyerah kepada Dia dan mencari kehendak-Nya di atas segala hal lainnya (Amsal 3:5, 6; 16:3; 2Tawarikh 16:9).
Kedua, jalan Allah tidak selalu jalan kita. Maksud dan rencana-Nya bisa jadi di atas maksud dan rencana kita. Allah berkata, "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9).
Kesediaan kita untuk menerima jadwal waktu dan maksud Allah melekat di dalam kesediaan kita untuk menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Dia.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN RASA TAKUT
Kitab Suci memperlihatkan suatu rasa takut Saul yang paling menyolok: ketakutan akan kehilangan kerajaan-Nya. Rasa takut itu mendorong dia untuk berusaha membunuh Daud, setidaknya dalam sepuluh kali kesempatan. Rasa takut Saul akhirnya membawa dia kepada suatu tindakan keji dimana ia mencari nasihat dari seorang juru tenung untuk mengetahui nasibnya.1
Rasa takut itu timbul dari kurangnya rasa percaya. Allah meminta kita untuk menyerahkan segenap diri—jiwa, roh, dan tubuh kita kepada Dia (Matius 22:37, 38; Roma 12:1, 2). Bidang apa saja dalam hidup kita yang gagal kita serahkan kepada Allah adalah pemberontakan yang melawan Dia. Paulus meminta jemaat Roma—dan kita—untuk menyerah penuh:
Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmukepadadosauntukdipakaisebagaisenjatakelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yangdahulumati,tetapiyangsekaranghidup.Danserahkanlah anggota-anggotatubuhmukepadaAllahuntukmenjadisenjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).
Bila kita keras kepala, kita akan selalu mengalami rasa takut. Kita akan merasa bersalah atas kekurangan kita untuk berkinerja secara sempurna. Pelbagai upaya untuk berbuat lebih baik hanya akan menunjukkan lebih banyak kesalahan dan kegagalan. Hati yang suka memberontak terperangkap dalam siklus ganas yang menimbulkan sinisisme, kemunafikan, dan putus asa.
Dalam hubungan kita dengan Kristus, kita bisa menemukan ketenangan yang akan membolehkan kita menerima rasa takut kita: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6).
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN PENALARAN YANG BODOH
Setelah ketidaktaatan Saul itu, Allah masih membolehkan dia memerintah dengan sukses selama lebih dua puluh lima tahun. Saul mampu mengokohkan kekuasaan-nya dan memimpin rakyatnya kepada lebih banyak kemenangan atas para musuhnya.
Satu musuh yang belum terkalahkan adalah suku nomad Amalek. Pada era Saul, toleransi Allah atas mereka berakhir. Akhirnya, Allah memerintahkan Saul untuk menghancurkan mereka semuanya (1Samuel 15:3).
Beberapa orang boleh jadi merasa terganggu atas perintah Allah untuk membunuh semua orang Amalek. Namun begitu, kita harus ingat satu fakta ini: Itu bukan keputusan Allah yang tiba-tiba, melainkan suatu tindakan keadilan, suatu hukuman yang adil atas dosa-dosa bangsa Amalek. Hukuman itu bukan hanya karena mereka telah mengganggu umat Allah selama bertahun-tahun (Keluara 17:8-14). Budaya dan pengaruh bangsa Amalek sangatlah bejad sehingga akan tetap menjadi godaan yang berkelanjutan bagi bangsa Israel kecuali mereka itu dilenyapkan. Hanya pelenyapan mereka sajalah yang akan membawa kedamaian ke atas negeri itu dan yang akan menghancurkan pengaruh bejad mereka.
Dengan ketrampilan militernya yang cakap, Saul menyiapkan suatu penyergapan dan membunuh semua musuh kecuali satu orang. Dengan mengabaikan perintah Allah secara terang-terangan, Saul menyelamatkan nyawa Agag, raja Amalek. Saul juga membolehkan para prajuritnya untuk tidak membunuh ternak, lembu, dan domba yang terbaik.
Pembangkangan Saul yang terang-terangan itu amat sangat mengecewakan Allah. Melalui Samuel Allah mengungkapkan dosa dan ketidaksenangan-Nya terhadap Saul. Samuel yang susah hati itu meratap semalam-malaman kepada Allah karena Saul.
Esok harinya Samuel keluar untuk mencegat bala tentara Saul yang menang perang. Ironisnya, mereka bertemu di Gilgal, tempat yang sama dimana Saul pernah mempersembahkan korban bakaran yang tidak pada waktunya dan kehilangan dinastinya.
Mungkin hati nurani Saul yang merasa bersalah mendorong dia untuk memulai pembicaraan dengan Samuel dengan menyatakan ketaatannya kepada Tuhan. "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN" (1Samuel 15:13).
Samuel menjawab dengan menunjukkan bukti pembangkangan Saul yang tidak bisa dibantah. Embikan domba dan uakan ternak membantah pernyataan kesetiaan Saul. Meskipun yang tidak membunuh binatang-binatang itu adalah bangsa itu, namun Allah tetap menganggap Saul yang bertanggung jawab. Allah sebelumnya telah memberitahu Samuel bahwa yang berdosa adalah Saul, bukan rakyatnya (1Samuel 15:11).
Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa Saul bertindak dengan cara memberontak seperti itu. Apakah ia tidak mengetahui sejarah bangsanya? Tidakkah ia tahu apa yang telah menimpa Akhan di bawah keadaan yang serupa? (Lihat Yosua 7:20-26.) Tidakkah ia sadar bahwa kedegilannya itu membawa bangsanya kepada dosa?
Hanya kuasa dosa saja yang bisa menjelaskan tindakan Saul. Dosa mempengaruhi kemampuan manusia untuk menalar. Yesaya berkata, "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat" (Yesaya 5:20a). Ketika bicara tentang bangsa non-Yahudi, Paulus berkata, "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh" (Roma 1:21, 22). Penalaran yang bodoh bukanlah dosa besarnya Saul. Dosanya muncul sebagai akibat dari pembangkangannya. Ketaatan selalu menjadi ujian iman yang paling mendasar dari Allah.
Kita harus jangan mengacaukan legalisme dengan ketaatan. Kegagalan legalisme terletak pada upayanya untuk menjabarkan hubungan manusia dengan Allah melalui seberapa baik manusia taat. Ketaatan sejati merupakan demonstrasi iman (Roma 1:5). Ketaatan sejati merupakan petunjuk tentang berapa besar kita memperca-yai Allah dengan melakukan apa yang sudah Ia jabarkan. Beberapa perintah Allah sangatlah sederhana sehingga perintah itu tidak bisa disalahpahami, begitu khususnya sehingga perintah itu harus ditaati secara tepat. Kegagalan untuk menaati perintah seperti yang Allah sudah perintahkan menunjukkan tidak adanya iman yang sempurna, dewasa (Yakobus 2:22).
Salah satu kegagalan terbesar manusia adalah tidak memahami bagaimana Allah memandang ketaatan. Samuel membuat cukup jelas hal itu kepada Saul:
Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-dombajantan.Sebabpendurhakaanadalahsamaseperti dosabertenungdankedegilanadalahsamasepertimenyembah berhala dan terafim .…(1Samuel 15:22, 23; huruf miring oleh saya).
Dalam pembangkangannya itu. Saul menunjukkan bahwa ia menganggap penilaiannya setara dengan penilaian Allah.
Kedegilan merupakan sikap yang kita semua harus kalahkan jika kita mau menyukakan Bapa sorgawi. Tanpa keraguan, kedegilan kita merupakan musuh terbesar kita. Kita harus menggunakan kekuatan apa saja yang diperlukan untuk menjinakkan sikap itu. Philip Keller pernah berkata,
Kita diminta untuk menghilangkan egoisme diri. Kita diberitahu untuk memakai kekerasan bila perlu untuk melenyapkan musuh kita yang paling buruk, diri sendiri. Sebagian besar dari kita, seperti Saul, pada dasarnya tidak mau melakukan hal ini. Kita menjadi kakitangan kepentingan kita, kitamemakaipelbagaitaktikyanghalusuntukmempertahankan identitas kita sendiri. Kita tidak akan bersikap kejam dalam tindakankitamendisiplinkandiri,dibawahAllah,untukmenaati Dia secara mutlak.2
Yesus pernah bicara tentang mengalahkan kehendak kita yang disamakan dengan memotong bagian tubuh yang bersalah atau mencungkil mata yang berdosa (Matius 5:29, 30). Tak peduli berapa pun biayanya, kedegilan kita haruslah dikalahkan.
Pada poin ini, kita bisa melihat perbedaan mendasar lainnya dalam diri Daud dan Saul. Beberapa orang pernah bertanya-tanya bagaimana Allah bisa memilih Daud atas Saul. Keduanya tidak sempurna, pernah berdosa secara menyedihkan. Perbedaan pada mereka adalah perbedaan yang membuat Daud menjadi "seorang yang berkenan di hati-Nya." Tidak seperti Saul, Daud selalu peduli untuk melakukan apa yang Allah perintahkan kepada dia. Kepedulian utamanya adalah kehendak Allah. Ketika Allah bicara, Daud menaatinya. Jika Daud gagal, ia bertobat. Ketaatan seperti itulah yang menjadi pembeda bagi Allah. Dan hal itu masih tetap berlaku.
KESIMPULAN
Saul banyak menderita di dalam kehidupan ini oleh sebab pemberontakannya, bukan hanya karena dua tindakannya yang terpisah. Dua kejadian itu semata-mata merupakan petunjuk tentang hati yang memberontak. Allah tidak bisa hidup, mengasihi, dan bekerja di dalam hati manusia yang tidak mau tunduk kepada Dia. Ketaatan yang tidak sepenuhnya merupakan pembangkangan yang sepenuhnya.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
2 Philip Keller, D...
Catatan Akhir:
- 1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
- 2 Philip Keller, David (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1985), 1:69.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi