Teks -- Hakim-hakim 20:41 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Hak 17:1--21:25 - -- Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada ki...
Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada kitab Hakim oleh karena mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman sebelum masa para raja. Mungkin bab-bab ini ditambahkan pada kitab Hakim sesudah masa pembuangan.
Jerusalem: Hak 19:1--21:25 - -- Seorang penyusun di masa sesudah pembuangan menggabungkan dalam bab 19-21 dua tradisi yang jelas tampil dalam bab 20-21. Tradisi yang satu bersangkuta...
Seorang penyusun di masa sesudah pembuangan menggabungkan dalam bab 19-21 dua tradisi yang jelas tampil dalam bab 20-21. Tradisi yang satu bersangkutan dengan tempat kudus di Mizpa dan yang lain dengan tempat kudus di Betel. Penggabungan itu menjelaskan mengapa ada dua ceritera mengenai orang Benyamin yang dikalahkan dan tentang Gibea yang direbut (bdk misalnya Hak 20:30-32 dan Hak 20:36-44+), dan kedua sarana untuk menjamin kelanjutan suku Benyamin, Hak 21:1-12,15-23.
Jerusalem: Hak 20:14-48 - -- Baik dalam jalannya peristiwa maupun dalam gaya bahasanya ceritera mengenai pertempuran di Gibea serupa dengan ceritera tentang perebutan kota Ai, Yos...
Baik dalam jalannya peristiwa maupun dalam gaya bahasanya ceritera mengenai pertempuran di Gibea serupa dengan ceritera tentang perebutan kota Ai, Yos 7-8. Rupanya bukan ceritera Yosua yang mempengaruhi ceritera Hakim, tetapi sebaliknya: pertempuran di Ai serta ceriteranya diciptakan berdasarkan ceritera mengenai pertempuran di Gibea, yang sungguh-sungguh terjadi, bdk Yos 7:2+.
Jerusalem: Hak 20:29-48 - -- Dalam bagian ini dengan kurang lancar tercampur dua tradisi yang satu mengenai Mizpa, yang lain berkenan dengan Betel. Karena itu jalannya ceritera ku...
Dalam bagian ini dengan kurang lancar tercampur dua tradisi yang satu mengenai Mizpa, yang lain berkenan dengan Betel. Karena itu jalannya ceritera kurang lancar.
Ende -> Hak 19:1--21:25; Hak 20:36-41
Ende: Hak 19:1--21:25 - -- Kalau fasal 17-18(Hak 17-18) menjatakan merosotnja hidup keigamaan di
Israil, maka kisah jang kedua ini menggambarkan keruntuhan tatasusila bangsa
ter...
Kalau fasal 17-18(Hak 17-18) menjatakan merosotnja hidup keigamaan di Israil, maka kisah jang kedua ini menggambarkan keruntuhan tatasusila bangsa terpilih. Dengan tjaranja sendiri tjerita inipun menandaskan adjaran umum kitab Hakim2. Bila bangsa terpilih murtad dari Jahwe pasti dihukum pula; bila lalu bertobat, Jahwe berbelas-kasihan dan Ia tak pernah lupa akan umatNja. Pokok inilah jang mau dikemukakan dan si pengarang tidak memberikan pernilaian mengenai segala sesuatu jang diperbuat suku2 jang masih primitip ini. Pada umumnja seluruh kedjadian itu dinilai dengan keluhan ini: Tidak ada radja di Israil sehingga setiap orang memperbuat apa sadja (Hak 19:21-25). Dalam kisahnja nampak djuga persatuan Israil jang asasi dalam agamanja, sehingga semua suku ber-sama2 bertindak untuk menghapus kedjahatan dari tengah2 bangsa. Karenanja merekapun tidak membiarkan satu suku ditumpas sama sekali.
Ende: Hak 20:36-41 - -- Karena kesemuanja itu agak sukar untuk dimengerti, maka beberapa ahli
berpendapat, bahwa disini (mulai Hak 20:36b) dipakai suatu tradisi
lain, jang me...
Karena kesemuanja itu agak sukar untuk dimengerti, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa disini (mulai Hak 20:36b) dipakai suatu tradisi lain, jang menandaskan peranan suatu pengadangan, sedangkan Hak 20:29-36a mengemukakan seluruh tentara sebagai pemenang. Dalam anggapan ini Hak 20:36a diteruskan ajat 42(Hak 20:42).
Ref. Silang FULL -> Hak 20:41
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 20:26-48
Matthew Henry: Hak 20:26-48 - Kekalahan Bani Benyamin Kekalahan Bani Benyamin (20:26-48)
Dalam perikop ini kita mendapati cerita lengkap tentang kemenangan tuntas yang diperoleh orang-orang Israel atas...
Kekalahan Bani Benyamin (20:26-48)
- Dalam perikop ini kita mendapati cerita lengkap tentang kemenangan tuntas yang diperoleh orang-orang Israel atas bani Benyamin dalam pertempuran ketiga. Perkara yang benar itu menang juga pada akhirnya, ketika orang-orang yang menanganinya memperbaiki apa yang salah. Sebab, ketika perkara yang baik kalah, itu terjadi karena penanganan yang tidak baik. Amatilah bagaimana kemenangan itu diperoleh pada waktu itu, dan bagaimana kemenangan itu dikejar.
- I. Bagaimana kemenangan itu diperoleh. Ada dua hal yang terlalu diandalkan orang Israel dalam dua pertempuran sebelumnya, yaitu kebenaran perkara mereka dan keunggulan jumlah mereka. Memang benar bahwa ada kebenaran dan juga kekuatan di pihak mereka, yang merupakan dua keuntungan besar. Akan tetapi, mereka terlalu bergantung pada kedua hal itu, dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka tunaikan sekarang pada kali ketiga ini, setelah menyadari kesalahan mereka.
- 1. Mereka sebelumnya begitu yakin akan kebenaran perkara mereka, hingga menganggap tidak perlu datang kepada Allah untuk memohon penyertaan dan berkat-Nya. Mereka yakin betul begitu saja bahwa Allah pastilah akan memberkati mereka, bahkan, mungkin mereka menyimpulkan bahwa Allah berutang perkenanan-Nya kepada mereka, dan tidak dapat menahan perkenanan itu atas dasar keadilan, sebab untuk membela kebajikanlah mereka maju dan mengangkat senjata. Akan tetapi, karena Allah telah menunjukkan kepada mereka bahwa Ia tidak memiliki kewajiban apa pun untuk membuat usaha mereka berhasil, bahwa Ia tidak membutuhkan mereka ataupun terikat kepada mereka, bahwa mereka lebih berutang budi kepada-Nya atas kehormatan yang mereka terima dengan menjadi para penegak keadilan-Nya daripada Dia berutang budi kepada mereka atas pelayanan mereka, maka sekarang mereka dengan rendah hati memohonkan keberhasilan. Sebelumnya mereka hanya meminta petunjuk dari Allah, siapakah yang harus lebih dahulu maju? Dan, apakah kami harus maju? Tetapi sekarang mereka memohonkan perkenanan-Nya, berpuasa dan berdoa, dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan (ay. 26), untuk mengadakan pendamaian bagi dosa dan memberikan pengakuan akan kebergantungan mereka kepada Allah, dan sebagai ungkapan akan kesungguhan permohonan mereka kepada-Nya. Kita tidak dapat mengharapkan penyertaan Allah, kecuali kita mencarinya dengan cara yang telah ditetapkan-Nya. Ketika mereka berada dalam suasana hati ini, dan mencari Tuhan seperti itu, pada saat itulah Ia tidak hanya memerintahkan mereka untuk maju melawan bani Benyamin untuk ketiga kalinya, tetapi juga memberi mereka janji kemenangan: Besok Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu (ay. 28).
- 2. Mereka sebelumnya begitu yakin akan besarnya kekuatan mereka, hingga mereka menganggap tidak perlu menggunakan keahlian apa pun, menempatkan penghadang-penghadang apa pun, atau membuat siasat. Mereka tidak ragu sedikit pun akan menaklukkan musuh semata-mata dengan tangan yang kuat. Namun sekarang mereka sadar, bahwa mereka harus menggunakan cara cerdas, seolah-olah yang sedang dihadapi adalah musuh yang lebih besar jumlahnya. Maka dari itu, mereka menempatkan penghadang-penghadang (ay. 29), dan memang berhasil, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka di belakang kota Ai (Yos. 8). Siasat-siasat semacam itu besar kemungkinan akan berhasil setelah sebelumnya mengalami kekalahan, yang membuat pihak musuh bergembira, dan membuat gerakan mundur yang pura-pura mereka lakukan tidak begitu dicurigai. Pengaturan siasat ini digambarkan secara panjang lebar di sini. Jaminan keberhasilan yang telah diberikan Allah kepada mereka dalam peperangan hari ini bukannya membuat mereka lalai dan gegabah, tetapi justru membuat semua kepala dan tangan bekerja untuk mewujudkan apa yang telah dijanjikan Allah.
- (1) Cermatilah cara yang mereka pakai. Sekumpulan tentara Israel menghadap kota Gibea, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, bergerak maju menuju pintu gerbang (ay. 30). Bani Benyamin, yang bala tentaranya sekarang bermarkas di Gibea, menyerbu mereka, dan menyerang mereka dengan gagah berani. Para pengepung dari pihak Israel pun mundur, lari tunggang-langgang, seolah-olah hati mereka menjadi tawar ketika melihat bani Benyamin. Tindakan ini dipercayai begitu saja oleh bani Benyamin, yang dengan bangga membayangkan, bahwa dengan keberhasilan sebelumnya, mereka telah menjadi orang-orang yang sangat menakutkan. Pasukan Israel mengalami kehilangan dalam pelarian pura-pura ini, yaitu sekitar tiga puluh orang dibinasakan di barisan belakang mereka (ay. 31, 39). Akan tetapi, ketika semua orang Benyamin dipancing keluar dari kota, para penghadang Israel pun menyerbu kota itu (ay. 37), memberikan isyarat kepada kumpulan tentara Israel (ay. 38, 40), yang segera berbalik menyerang bani Benyamin (ay. 41). Dan, sepertinya, kumpulan besar lain dari pihak Israel yang ditempatkan di Baal-Tamar menyerang bani Benyamin pada saat yang sama (ay. 33). Dengan begitu, bani Benyamin benar-benar terkepung, sehingga mereka menjadi kalang kabut sejadi-jadinya. Rasa bersalah sekarang membuat mereka kecil hati, dan semakin tinggi harapan mereka terangkat, semakin menyakitkan rasa malu ini. Pada awalnya pertempuran itu dahsyat (ay. 34), bani Benyamin berperang dengan ganas. Akan tetapi, ketika tersadar betapa mereka sudah masuk perangkap, mereka berpikir bahwa sepasang kaki, seperti kita berkata, sama nilainya dengan dua pasang tangan, dan mereka pun kabur sedapat-dapatnya ke arah padang gurun (ay. 42). Tetapi itu sia-sia saja: pertempuran itu tidak dapat dihindari mereka. Dan, untuk melengkapi kesusahan mereka, orang-orang dari kota-kota Israel, yang menunggu untuk melihat bagaimana akhir pertempuran itu, bergabung bersama orang-orang yang mengejar mereka, dan membantu membinasakan mereka. Setiap tangan ikut melawan mereka.
- (2) Cermatilah dalam cerita ini,
- [1] Bahwa bani Benyamin, pada awal pertempuran, yakin bahwa hari itu akan menjadi milik mereka: Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita (ay. 32, 39). Adakalanya Allah membiarkan orang-orang fasik terangkat dalam keberhasilan dan harapan, supaya kejatuhan mereka bisa menjadi lebih sakit. Lihatlah betapa singkatnya kegembiraan mereka, dan sorak-sorak kemenangan mereka hanyalah sesaat. Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri, kecuali ia mempunyai alasan untuk bermegah di dalam Allah.
- [2] Malapetaka ada di dekat mereka, namun mereka tidak mengetahuinya (ay. 34). Tetapi mereka melihat (ay. 41), setelah terlambat untuk mencegahnya, bahwa malapetaka datang meinimpa mereka. Malapetaka apa yang sewaktu-waktu ada di dekat kita, tidak dapat kita ketahui, tetapi semakin kita tidak takut akan malapetaka itu, semakin berat malapetaka itu menimpa kita. Para pendosa tidak mau diinsafkan untuk melihat malapetaka yang ada di dekat mereka, tetapi sungguh mengerikan ketika malapetaka itu datang dan tidak ada jalan untuk luput! (1Tes. 5:3).
- [3] Meskipun orang-orang Israel melakukan bagian mereka dengan sangat baik dalam pertempuran ini, namun kemenangan itu dipandang berasal dari Allah (ay. 35): TUHAN membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel. Pertempuran itu adalah pertempuran-Nya, dan begitu pula dengan keberhasilannya.
- [4] Mereka menginjak-injak suku Benyamin dengan mudahnya ketika Allah berperang melawan mereka (ay. 43, KJV). Mudah saja untuk menginjak-injak orang-orang yang menjadikan Allah sebagai musuh mereka (Lih. Mal. 4:3).
- II. Bagaimana kemenangan itu direbut dan hukuman dijatuhkan ke atas para pendosa melalui perang ini.
- 1. Gibea itu sendiri, sarang kemesuman itu, dihancurkan pertama-tama. Para penghadang yang memasuki kota secara mengejutkan itu bergerak maju, yaitu, berpencar ke sejumlah penjuru kota, yang dapat mereka lakukan dengan mudah, karena sekarang semua prajurit Benyamin telah keluar untuk menyerang dan meninggalkan kota itu tanpa pertahanan. Para penghadang itu memukul semua yang mereka temui, bahkan perempuan dan anak-anak, dengan mata pedang (ay. 37), dan membakar kota itu (ay. 40). Dosa membawa kehancuran atas kota-kota.
- 2. Pasukan Benyamin yang bertempur di medan perang kalah telak dan dibinasakan: delapan belas ribu orang gagah perkasa terkapar mati di tempat (ay. 44).
- 3. Orang-orang Benyamin yang melarikan diri dari medan perang dikejar, dan dipukul mati dalam pelarian mereka, semuanya berjumlah 7.000 orang (ay. 45). Tidak ada gunanya coba-coba kabur dari pembalasan ilahi. Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, dan malapetaka itu akan menyusul mereka.
- 4. Bahkan orang-orang Benyamin yang tinggal di rumah tidak luput dari kehancuran itu. Orang Israel membiarkan pedang mereka makan terus-menerus, tanpa mempertimbangkan bahwa kepahitan datang pada akhirnya, seperti yang diserukan Abner lama sesudahnya, ketika ia menjadi kepala pasukan bani Benyamin, mungkin dengan pandangan yang tertuju tepat pada cerita ini (2Sam. 2:25-26). Mereka menumpas dengan pedang segala yang bernafas, dan membakar segala kota (ay. 48). Dengan begitu, dari semua suku Benyamin, sepanjang yang bisa disaksikan, tidak tersisa orang yang hidup kecuali 600 orang yang berlindung di bukit batu Rimon, dan tinggal di sana selama empat bulan (ay. 47). Nah,
- (1) Sulit untuk membenarkan tindak kekerasan ini, karena dilakukan oleh Israel. Seluruh suku Benyamin memang bersalah, tetapi haruskah karena itu mereka diperlakukan seperti orang Kanaan yang dikhususkan untuk ditumpas? Alasan bahwa itu dilakukan dalam panasnya perang, bahwa ini adalah cara memburu kemenangan yang sudah biasa dilakukan pedang Israel, bahwa orang-orang Israel luar biasa geram terhadap bani Benyamin atas pembantaian yang telah mereka lakukan di antara orang Israel dalam dua pertempuran sebelumnya, semuanya hanyalah alasan saja untuk membenarkan kejamnya pelaksanaan hukuman mati ini. Memang benar mereka telah bersumpah bahwa siapa saja yang tidak maju ke Mizpa harus dihukum mati (21:5). Akan tetapi, kalaupun itu adalah sumpah yang dapat dibenarkan, sumpah itu hanya berlaku untuk para prajurit, rakyat selebihnya tidak seharusnya diharapkan untuk maju. Namun demikian,
- (2) Mudah untuk membenarkan ada tangan Allah di dalamnya. Suku Benyamin telah berdosa terhadap-Nya, dan Allah telah mengancam bahwa, jika mereka melupakan-Nya, mereka akan binasa seperti bangsa-bangsa yang ada di hadapan mereka (Ul. 8:20), yang semuanya dibinasakan dengan cara ini.
- (3) Mudah juga untuk memandang hal ini sebagai peringatan terhadap permulaan-permulaan dosa: Permulaan dosa itu seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum mulai, sebab kita tidak tahu apa yang akan menjadi kesudahannya. Kebinasaan kekal jiwa-jiwa akan lebih buruk, dan lebih menakutkan daripada semua kehancuran yang menimpa satu suku ini. Perkara Gibea ini dibicarakan dua kali oleh nabi Hosea sebagai awal dari kebobrokan Israel dan merupakan contoh dari segala kebobrokan yang ditiru sesudahnya (Hos. 9:9): Busuk sangat perbuatan mereka seperti pada hari-hari Gibea. Dan sejak hari Gibea engkau telah berdosa (Hos. 10:9). Dan ditambahkan (KJV), bahwa perang melawan orang-orang curang di Gebea tidak juga, yaitu, pada awalnya, membuat mereka takut.
SH: Hak 20:18-48 - Dahulukan Allah! (Jumat, 6 Juni 2008) Dahulukan Allah!
Pencarian akan kehendak Allah rupanya masih dianggap penting oleh
Israel. Mereka ingin tahu bagaimana strategi Allah agar merek...
Dahulukan Allah!
Pencarian akan kehendak Allah rupanya masih dianggap penting oleh Israel. Mereka ingin tahu bagaimana strategi Allah agar mereka dapat memenangkan peperangan itu (ayat 18).
Sampai dua kali, Allah mengizinkan suku Benyamin memenangkan peperangan (ayat 21, 25). Puluhan ribu orang Israel tewas dalam kekalahan itu. Padahal Israel sudah berperang sesuai perkataan Allah. Apakah Allah ingkar janji? Mengapa Ia berbalik kepada suku Benyamin? Namun bukan demikian. Kekalahan Israel bukan karena Allah berkenan atas Benyamin, melainkan karena Dia sedang mendisiplin Israel sebab mereka tidak bergantung sepenuhnya pada pimpinan Allah. Mereka hanya meminta berkat-Nya agar mereka menang. Dengan mengurangi jumlah tentara, Allah ingin mengajar mereka bahwa jumlah tentara bukanlah jaminan kemenangan. Mereka harus percaya kepada Allah, meski terlihat mustahil. Pimpinan Allah melibatkan juga tindakan disiplin kepada umat yang tidak bergantung pada Dia, sama seperti hukuman bagi yang memberontak. Dan memang, dua kali kekalahan membuat Israel sungguh-sungguh bertelut di hadapan Allah. Mereka menangis, berpuasa, dan mempersembahkan korban kepada Allah (ayat 26). Kali ini, Allah bukan hanya memberi restunya (band. ay. 18, 23). Ia menjamin kemenangan Israel (ayat 28). Maka sebelas suku Israel menggunakan strategi Yosua saat menaklukkan kota Ai (Yos. 8).
Terlalu percaya diri karena kemenangan yang diperoleh dua kali berturut-turut, membuat Suku Benyamin mudah terpancing dan masuk jebakan yang disiapkan oleh Israel. Maka Gibea berhasil direbut dan seluruh penduduknya dibunuh. Tiga kali peperangan menyisakan 600 orang Benyamin. Harga yang sangat mahal, yang harus mereka tanggung karena menolak mematuhi Hukum Allah. Itulah akibat bila kasih kepada sesama mengalahkan kasih kepada Allah, dan loyalitas kepada saudara mengalahkan loyalitas kepada Allah. Ingatlah bahwa hukum yang terutama dan yang pertama ialah, "Kasihilah Tuhan Allahmu ..." (Mat. 22:37-38).
SH: Hak 20:29-48 - Bukan sekadar kemarahan. (Sabtu, 8 November 1997) Bukan sekadar kemarahan.
Suku-suku Israel memerangi suku Benyamin bukan sekadar bermodalkan kemarahan. Mereka maju melawan suku Benyamin dengan strat...
Bukan sekadar kemarahan.
Suku-suku Israel memerangi suku Benyamin bukan sekadar bermodalkan kemarahan. Mereka maju melawan suku Benyamin dengan strategi yang matang. Mula-mula mereka memancing Benyamin untuk keluar kota (ayat 31). Kemudian mereka berbuat seolah mereka kalah (ayat 33). Karena lengah dan karena merasa sudah menang, Benyamin menjadi tidak siaga, akhirnya terpencar dan terpukul kalah. Tetapi kekalahan Benyamin bukan saja disebabkan oleh strategi perang suku-suku Israel tetapi karena Tuhan menghukum mereka (ayat 35).
Mengalahkan dunia ini. Bila perang secara fisik memerlukan strategi dan keandalan kekuatan yang tinggi, lebih lagi perang rohani. Tentu saja kita tidak dipanggil untuk memusnahkan orang yang melakukan kejahatan. Kita dipanggil untuk mengalahkan kecenderungan jahat dalam diri kita sendiri, baru melalui kehidupan yang benar kita mempersempit ruang gerak dan pengaruh kejahatan dalam dunia sekitar kita. Namun perang moral dan spiritual itu sangat berbahaya. Itu sebabnya kita harus dikuduskan oleh Roh Allah dan memanfaatkan semua kekuatan rohani yang telah Allah sediakan.
Renungkan: Perang rohani sekecil apapun tak dapat kita menangkan tanpa Tuhan.
SH: Hak 20:29-48 - Betapa kelamnya natur manusia (Jumat, 27 September 2013) Betapa kelamnya natur manusia
Bagian yang kita baca hari ini mengisahkan salah satu adegan perang saudara paling berdarah dalam sejarah Israel. Benya...
Betapa kelamnya natur manusia
Bagian yang kita baca hari ini mengisahkan salah satu adegan perang saudara paling berdarah dalam sejarah Israel. Benyamin akhirnya bisa dikalahkan dengan taktik cerdik Israel. Puluhan ribu nyawa lagi melayang dalam perang saudara ini. Bani Lewi pernah terlibat dalam peperangan semacam ini ketika Harun membuat orang Israel menyembah anak lembu emas (Kel. 32:25-28), tetapi penghancuran yang menyeluruh kali ini mengingatkan kita pada peperangan Yosua menghadapi penduduk Kanaan: bahkan "hewan dan segala sesuatu yang terdapat" di kediaman Benyamin (48) juga turut dihancurkan, seolah mereka bangsa yang tidak mengenal Allah Israel.
Pada masa kekacauan sosial seperti ini, ibadah kepada Tuhan seringkali bersifat superfisial, sulit menarik garis yang tegas sejauh mana bangsa Israel terdorong oleh motivasi untuk menegakkan kekudusan Tuhan dan sejauh mana amarah mereka terbakar nafsu dan gejolak massa. Mungkin sekali kita menyaksikan kombinasi dari keduanya. Jelas ada motivasi untuk menegur penduduk Gibea Benyamin atas dosa yang mereka lakukan, tetapi setelah mereka berhasil memukul kalah suku Benyamin, mulai ayat 26 kita tidak lagi menemukan rujukan kepada Tuhan dan bagaimana kehendak-Nya dicari dalam menuntaskan peperangan ini.
Ini bukan orang-orang yang tidak pernah melihat karya besar Allah! Mereka angkatan cucunya Musa dan Harun; sebagian lahir di padang gurun, kebanyakan adalah saksi hidup bagaimana Tuhan memimpin mereka masuk ke tanah perjanjian. Kita sekali lagi diingatkan betapa kelam natur manusia dan tak pernah terpuaskannya kerongkongan hawa nafsu kita, menyedot sekeliling kita pada kehancuran. Perikop ini adalah bukti atas apa yang kelak dituliskan Rasul Paulus dalam Roma 3:9-20. Natur dosa itu begitu kuat, sehingga kalau bukan Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan kita dari cengkeraman maut; jangankan menggapai keselamatan, bahkan keluar dari cengkeraman maut pun tidak akan terbersit dalam hati kita. Syukur kepada Allah, Kristus menebus kita dari natur dan hidup yang kelam!
SH: Hak 20:1-48 - Berani Mengakui Kesalahan (Sabtu, 22 Agustus 2020) Berani Mengakui Kesalahan
Berani mengakui kesalahan merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Terkadang, kita tidak sadar telah melakukan sebu...
Berani Mengakui Kesalahan
Berani mengakui kesalahan merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Terkadang, kita tidak sadar telah melakukan sebuah kesalahan. Akibatnya, kita mengotot sehingga merugikan banyak orang karena kesalahan tersebut.
Nas yang kita baca hari ini menunjukkan perang saudara antara orang Israel dengan orang Benyamin. Bisa dikatakan penyebabnya adalah adanya dua pihak yang telah melakukan kesalahan, namun mereka tidak menyadarinya. Kesalahan pertama adalah orang Lewi yang memotong jenazah gundiknya menjadi 12 bagian dan mengirimkannya kepada tiap suku Israel. Orang Lewi ini tidak melaporkan kejadian yang sesungguhnya. Pasalnya, ia sendiri yang menyerahkannya untuk dipakai banyak orang. Kesalahan kedua datang dari orang Benyamin. Mereka tidak mau mengakui bahwa ada orang-orang dursila dari sukunya yang telah berbuat kejahatan (13).
Mengakui kesalahan adalah sebuah keberanian besar. Andaikan orang Lewi itu berani mengatakan kebenaran dan orang Benyamin juga mau mengakui kesalahan, perang saudara ini tidak akan terjadi. Akibat dari kesalahan ini, banyak sekali orang yang terbunuh dari kedua belah pihak. Cara hidup orang-orang pada masa itu sudah begitu bobrok dan tidak lagi melibatkan Tuhan. Dampaknya, semua orang merasa diri sebagai orang yang benar.
Bagaimana kita hari ini? Bagaimana reaksi kita saat melakukan kesalahan? Apakah kita mau mengakuinya? Pengakuan itu adalah bentuk penerimaan bahwa kita adalah manusia lemah dan sering melakukan kesalahan. Selain itu, kita juga harus terus bersandar dan bertanya kepada Allah mengenai kehidupan kita. Sebab, Allah adalah sumber dan standar kebenaran. Jadi, untuk mengetahui salah atau benarnya tindakan, kita harus berkaca pada Sang Sumber Kebenaran melalui firman-Nya.
Dengan sujud menyembah kepada-Nya, mari kita memohon bimbingan Tuhan agar terus mengarahkan hidup kepada firman-Mu sebagai sumber kebenaran-Nya. Cara hidup yang bobrok tidak perlu ditiru. Kita mesti jujur. [YLM]
Baca Gali Alkitab 8
Masalah-masalah yang Simson hadapi disebabkan oleh kesenangan hidup yang dia utamakan. Hubungan dengan wanita kembali memicu munculnya masalah. Padahal dia adalah nazir Allah yang seharusnya menyingkirkan semua itu.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang menjadi pangkal permasalahan Simson yang berkepanjangan? (1-4)
2. Seberapa kaya Delila setelah ia berhasil mengungkap rahasia Simson? (5)
3. Apa alasan Simson, sehingga ia tidak menjawab Delila sampai tiga kali? (6-13)
4. Apa strategi Delila dalam mengungkap rahasia kekuatan Simson? (14-16)
5. Setelah Simson membongkar rahasianya, apa hal terburuk yang terjadi pada Simson? (17-22)
Apa pesan yang Anda dapat?
1. Gaza adalah daerah Filistin (1). Mengapa Simson berada di sana? Apa yang dapat Anda pelajari dalam kaitannya dengan dosa?
2. Apakah Simson tahu konsekuensi pelanggaran terhadap panggilan kenaziran? Jika tahu, mengapa ia terus-menerus melakukan kesalahan?
3. Menurut Anda, apa yang Simson harapkan setelah ia membuka rahasia kekuatannya kepada Delila?
Apa respons Anda?
1. Kelemahan moral apa dalam diri Anda yang perlu disucikan dan dibasmi oleh Tuhan?
Pokok Doa:
Agar anak-anak dan hamba-hamba Tuhan menghargai kesucian dalam hubungan antara pria dan wanita.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) PANDANGLAH KEPADA YESUS UNTUK MEMPEROLEH HARAPAN
SUDAHKAH SEJAUH INI?
(HAKIM-HAKIM 19-21)
"Benar-benar menggoncang pikiran. Setiap hari Anda be...
PANDANGLAH KEPADA YESUS UNTUK MEMPEROLEH HARAPAN
SUDAHKAH SEJAUH INI?
(HAKIM-HAKIM 19-21)
"Benar-benar menggoncang pikiran. Setiap hari Anda berpikir bahwa Anda sudah melihat hal paling buruk yang akan pernah terjadi di sini dan sesuatu seperti ini terjadi."1 Kutipan itu merupakan perkataan jaksa penuntut Chicago, Kay Hanlon, menyusul pembunuhan Eric Morris, seorang anak laki-laki berusia lima tahun yang didorong jatuh sampai mati dari jendela lantai empat belas di suatu proyek perumahan di Chicago. Dua tersangka, berusia sepuluh dan sebelas tahun, dituduh melakukan pembunuhan itu. Kelihatannya kedua anak laki-laki yang "lebih tua" itu menyuruh Eric untuk mencuri gula-gula buat mereka, dan ketika ia menolak, mereka melempar dia ke luar jendela. Kakak Erik, Derrick, berusaha menyelamatkan dia dan bahkan berusaha keras untuk menangkap dan menarik dia ke tempat yang aman. Lalu, dalam tindakan yang sangat tidak dapat dibayangkan dari keseluruhan peristiwa yang tidak terbayangkan juga, salah satu dari pembunuh itu menghantam tangan Derrick, memaksa dia untuk melepaskan pegangannya pada Erik dan menyebabkan adiknya itu jatuh menemui ajal dari lantai empat belas. Sekali lagi, hati kita pedih dan roh kita mengeluh ketika kita mendapatkan diri kita digoncang oleh kejahatan di dunia ini yang tanpa perasaan. Setiap kali kita mengira telah melihat kejahatan yang paling buruk, kita menyiapkan diri kita bagi kejutan brutal dimana berita buruk bisa bertambah buruk lagi. Jika Anda mengira sudah "melihat semuanya" di dalam kitab Hakim-Hakim, saya segan untuk menyela berita ini untuk Anda, tetapi masalah ini bahkan bertambah buruk!
ORANG LEWI DAN GUNDIKNYA
Sewaktu saya baru masuk di sebuah perguruan tinggi Kristen, saya mempunyai seorang profesor tamu dari Inggris yang mengajar "Survei Perjanjian Lama" di kelas saya. Karena ia berniat untuk mengajarkan kepada kami isi seluruh 39 kitab pertama dalam Alkitab kita, maka ia membimbing kami dari halaman lepas halaman yang berisi pelbagai cerita dan peraturan. Tidak ada yang dilewatkan sampai kami tiba pada pasal 19 Hakim-Hakim. Saya masih ingat raut tidak nyaman di wajahnya pada hari ia memberitahu kami bahwa tiga pasal terakhir harus jangan dibahas dalam kelompok yang berisi pria dan wanita, jadi tiga pasal itu akan dilewati saja di dalam kelas kami itu. (Sudah tentu, artinya ini merupakan satu bagian yang dibaca oleh setiap orang di dalam kelas!) Saya tidak sejalan dengan pendapat guru saya itu bahwa materi itu tidak pantas untuk dibahas di depan umum, tetapi saya mengerti sepenuhnya mengapa ia punya perasaan seperti itu.
Kisah terakhir Hakim-Hakim dalam teks itu ditempatkan pada bagian akhir bukan karena kisah itu terjadinya lebih belakangan daripada kisah-kisah lainnya; kisah itu tentunya ditempatkan di situ oleh sebab kisah itu merupakan kisah yang paling kotor, menjijikkan, suatu demonstrasi memuakkan dari ketidaksetiaan Israel yang sejauh ini telah kita jumpai! Abimelekh sangat jahat, dan Simson punya moral seperti anjing, namun drama akhir dalam Kitab Hakim-Hakim melibatkan kemerosotan moral seluruh bangsa Israel!
Kisahnya berawal dengan seorang Lewi dari Efraim yang mengambil seorang gundik dari Betlehem di Yehuda. Status gundik itu hampir seperti seorang isteri, namun kemungkinan besar dengan hak-hak yang jauh agak berkurang. Suatu saat, ia marah kepada suaminya dan melarikan diri, pulang ke rumah ayahnya. Empat bulan kemudian, orang Lewi itu membawa pelayannya dan dua keledai lalu berangkat ke Betlehem untuk mengambil kembali gundiknya. Pada titik ini akan menarik untuk mengetahui norma-norma masyarakat dan hukum zaman itu dan apa yang orang Lewi itu harus lakukan untuk membuat perempuan muda itu mau pulang lagi bersama dia. Dalam banyak masyarakat, bahkan di zaman kini, para keluarga dari pasangan yang kawin akan tetap sangat terlibat di dalam perkawinan itu untuk memastikan bahwa keduanya diperlakukan secara adil dan keduanya tetap setia kepada komitmen mereka. Salah satu akibat menyedihkan dari tingginya mobilitas dan kemandirian yang sangat kuat di dalam masyarakat Amerika adalah bahwa pasangan yang punya masalah perkawinan terlalu sering mendapatkan diri mereka tanpa penolong, menghadapi sendiri persoalan mereka.
Sewaktu kami menetap di Kenya, saya punya seorang teman yang kawin dengan mengikuti cara Afrika yang khas dengan membayar kepada keluarga isterinya harga mempelai perempuannya itu berupa beberapa ekor kambing, seekor sapi, dan sejumlah uang untuk mendapatkan hak mengawini dia. Karena belakangan teman saya itu terbukti bukan seorang suami yang baik sebab mengabaikan tanggung jawabnya serta menghambur-hamburkan uangnya untuk minum bir, maka isterinya itu pulang ke rumah orang tuanya. Ketika ia datang untuk meminta kembali isterinya itu, ia diberitahu oleh kepala kampung bahwa karena ia telah memperlakukan isterinya dengan buruk maka jelas sekali emas kawin yang dahulu ia berikan itu belumlah cukup.
Akibatnya, mereka menuntut teman saya itu untuk membayar lagi dengan tambahan binatang dan uang kepada bapak mertuanya sebelum ia boleh membawa pulang isterinya itu.
Dalam masyarakat yang sangat berbeda, tetapi dengan efek yang sangat serupa, ayah saya mengatakan sesuatu kepada calon isteri saya beberapa saat sebelum kami menikah untuk memberitahu dia bahwa keluarganya yang baru, pihak keluarga saya, akan berbuat semampu mungkin untuk memastikan dia diperlakukan dengan baik. Dengan memberi dia hadiah sebuah rol jepitan kayu yang berat (sebagai lelucon—saya kira), ayah saya memberitahu dia di hadapan saya, "Saya tahu jenis anak seperti apakah Bruce itu, tetapi saya belum tahu akan menjadi suami seperti apakah ia nantinya. Ann, jika ia pernah menjatuhkan tangan ke atasmu dengan marah, beritahukan saya!" Awalnya saya merasa tersinggung. Betapa teganya ayah meragukan saya seperti itu? Tentu saja, saya belum pernah memberi dia alasan apa saja untuk mengatakan hal seperti itu! Sekarang, setelah mempunyai dua anak perempuan, saya melihat hal itu dalam terang yang berbeda. Saya berdoa semoga suatu hari nanti anak-anak perempuan saya akan memiliki ayah mertua yang akan memberitahu mereka hal yang sama. Jika mereka tidak mendengarnya dari para mertua mereka, saya pastikan mereka akan mendengar hal itu dari saya!
Apapun rincian perundingan antara orang Lewi dan ayah mertuanya itu, hubungan itu akhirnya bisa dipulihkan dan orang Lewi itu bersiap untuk pulang ke rumahnya. Gundik orang Lewi itu selama ini kelihatannya merupakan pihak yang bungkam dalam segala kejadian tersebut. Kita akan sia-sia saja untuk mencari apa saja yang ia ucapkan di dalam keseluruhan kisah itu! Setelah lima hari "makan dan minum," orang Lewi itu, pelayannya, dan dua keledainya, bersama gundiknya memulai perjalanan pulang mereka ke Efraim. Karena mereka secara tidak bijaksana berangkat saat menjelang sore, maka mereka terpaksa menginap dalam salah satu kota yang mereka lalui. Si pelayan ingin berhenti di Yebus (yang belakangan menjadi Yerusalem), tetapi orang Lewi itu menolak gagasan itu, katanya, "Kita tidak akan singgah di kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita akan berjalan terus sampai ke Gibea .…" (19:12). Mereka melanjutkan ke Gibea di wilayah Benyamin, dimana mereka tiba setelah senja, duduk di lapangan, dan menunggu seseorang untuk mengajak mereka menginap.
Seorang tua yang tinggal di kota itu melihat mereka ketika sore itu ia pulang ke rumah dari bekerja di ladangnya. Karena menyadari bahaya yang mereka hadapi jika mereka bermalam di lapangan itu, ia lalu mengundang mereka masuk ke dalam rumahnya, dimana ia memberi mereka makan dan merawat keledai mereka. Lalu mimpi buruk tiba. Orang-orang dursila dari kota itu mengepung rumah itu dan mulai menggedor-gedor pintunya sambil berteriak, "Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia" (19:22). Kekerasan homoseksual di dalam kisah ini menunjukkan betapa Israel pada waktu itu mengalami kemerosotan moral. Karena hal ini telah menjadi masalah kontroversial di dalam masyarakat Amerika moderen, maka saya ingin berhenti sejenak dari kisah orang Lewi ini untuk membahas masalah ini dahulu.
HOMOSEKSUALITAS YANG TIDAK BEGITU MERIAH
Selama dua tahun saya memimpin sebuah kelompok pendukung bagi para siswa perguruan tinggi yang mempunyai masalah dalam berhubungan dengan homoseksualitas di dalam kehidupan seseorang yang akrab dengan mereka. Bagi sebagian orang, orang itu adalah sahabat karib; bagi yang lainnya, orang itu adalah ayah atau saudara laki-laki mereka. Rapat mingguan kami memang hebat, meskipun kadang-kadang ada pengalaman yang menyakitkan. Sejalan dengan berlalunya waktu, kelompok itu bahkan menarik beberapa orang yang memiliki persoalan homoseksualitas di dalam diri mereka sendiri. Mereka menemukan program ini penuh kasih, penuh pengertian, dan membesarkan hati, meskipun yang lainnya berdiri dengan teguhnya menentang prilaku homoseksual. Karena pengalaman itu saya lalu mengenal beberapa orang yang sedang bergumul melawan daya tarik terhadap orang yang berkelamin sama. Saya punya kasih dan kesabaran yang besar terhadap semua saudara dan saudari saya yang sedang berusaha menjalani kehidupan yang murni dan yang memberitahu saya, "Aku berdoa setiap malam sebelum tidur semoga aku bangun sebagai orang yang heteroseksual." Saya percaya perasaan dan prilaku homoseksual sama sekali berbeda. Saya percaya semua orang homoseksual layak menerima kasih kita, sebab Allah mengasihi mereka. Homoseksual memberi gereja salah satu tantangan kita yang terbesar dalam "mengasihi orang berdosa dan membenci dosa." Pada satu sisi kita harus menghindari comberan kebencian yang mematikan dan kompromi moral pada sisi lainnya. Baik cara hidupnya maupun pelampiasan kebencian terhadap orang homo harus secara agresif ditentang oleh komunitas Kristen.
Dengan latar belakang kasih, kesabaran, dan pengampunan, haruslah ditekankan bahwa prilaku homoseksual merupakan penyimpangan sifat dari manusia yang diciptakan oleh Allah dan merupakan tanda kebejatan moral. Ketika Paulus menggambarkan kejahatan dunia orang kafir, ia memakai prilaku homoseksual sebagai indikator utama. Ia menulis tentang orang-orang yang telah menolak Allah dan mengabaikan kebenaran, katanya,
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka (Roma 1:26, 27).
Gambaran seperti itu bukanlah konsep teologis; itu merupakan gambaran akurat tentang prilaku homoseksual. Itu bukanlah "gaya hidup alternatif"; itu merupakan cara hidup yang menyimpang, merusak, dan seringkali brutal!2 Mengenai rincian kisah ini, perasaan saya tidak jauh berbeda dengan perasaan profesor Perjanjian Lama saya itu: Anda bisa membacanya sendiri di dalam rumah Anda sendiri.
Namun begitu, kebebasan moral komunitas homoseksual perlu diketahui oleh kelompok orang yang tampaknya siap untuk menganut prilaku homoseksual sebagai masalah pilihan pribadi semata-mata. Dalam sebuah tulisan yang sangat baik yang ditulis dalam Christianity Today, Stanton L. Jones menulis,
…homoseksualitas kaum laki-laki cenderung secara kuat terkait dengan persundalan: Kajian Ball dan Weinberg yang terkenal itu (Homosexualities) menyiratkan bahwa sekitar sepertiga dari kaum homo pernah memiliki lebih dari 1.000 pasangan seksual di sepanjang hidup mereka. Hanya sedikit orang homo yang terikat dalam hubungan jangka panjang. Ball dan Weinberg menemukan bahwa kurang dari 10 persen kaum homo ada dalam hubungan seperti itu. Mereka yang ada dalam hubungan yang stabil tidak punya kecenderungan untuk bersifat monogamis secara seksual. McWhirter dan Mattison (Pasangan Homo) menemukan bahwa 100 pasangan stabil laki-laki yang mereka kaji memiliki 0 persen sifat seksual monogamis setelah mereka hidup bersama selama lima tahun.3
KEMBALI KEPADA KISAH TADI
Ketika orang-orang durjana kota itu terus-menerus menggedor-gedor pintu itu dan menuntut tamu pria itu diberikan kepada mereka supaya mereka bisa "pakai dia," maka tuan rumah itu pergi ke luar dan berusaha tawar-menawar dengan gerombolan orang itu. Dalam prilaku keramah-tamahan orang Timur yang mengejutkan dan memuakkan saya itu, tuan rumah itu menawarkan anak gadisnya dan gundik orang Lewi itu kepada mereka untuk pesta-pora mereka asalkan mereka mau meninggalkan orang Lewi itu sendirian. Ketika mereka menolak untuk pergi, orang Lewi itu menangkap gundiknya dan memberikan dia kepada gerombolan orang durjana yang gila seks itu.
…kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman itu mereka mempermainkannya, sampai pagi.Barulah pada waktu fajar menyingsing mereka melepaskan perempuan itu. Menjelang pagi perempuan itu datang kembali, tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang itu, tempat tuannya bermalam, dan ia tergeletak di sana sampai fajar (Hak 19:25, 26).
Esok harinya, orang Lewi itu, orang yang paling pengecut dan menjijikkan dari semua tokoh Alkitab, ke luar rumah itu dan menemukan gundiknya tergeletak di depan pintu. Karena awalnya tidak menyadari bahwa gundiknya itu sudah mati, tanpa perasaan ia membentak, "Bangunlah, marilah kita pergi" (19:28). Ketika ia tahu dia sudah mati, ia lalu meletakkan mayat itu di atas keledainya dan meneruskan perjalanannya ke rumah.
Kisah ini sudah buruk sekali, namun masih bertambah buruk lagi. Ketika orang Lewi itu tiba di rumahnya, ia lalu membawa masuk tubuh gundiknya itu dan memotongnya menjadi dua belas potong, lalu setiap potongnya dikirim ke masing-masing daerah orang Israel. Respon orang Israel terdengarnya hampir menyerupai respon kita ketika kita mendengar anak berusia lima tahun dilempar ke luar jendela sebuah apartemen sehingga mati:
Dan setiap orang yang melihatnya,berkata: "Hal yang demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat,sejak orang Israel berangkat ke luar dari tanah Mesir sampai sekarang. Perhatikanlah itu,pertimbangkanlah, lalu berbicaralah!" (19:30).
Dalam bahasa kita di zaman kini, mereka itu meratap, "Sudahkah sejauh ini?"
Dua pasal sisanya mengisahkan akibat dari pemerkosaan/ pembunuhan/pemotongan tubuh gundik orang Lewi itu. Kaum Israel lainnya lalu bangkit memerangi suku Benyamin, di tempat mana kekejian itu telah terjadi. Suku Benyamin yang sombong menolak untuk menyerahkan orang-orang yang bersalah melakukan kebiadaban tersebut, sehingga perang saudara pecah di negeri itu. Suku Benyamin yang sangat kalah dalam jumlah (26.000 melawan 400.000) berperang dengan gagah berani tetapi akhirnya dapat dikalahkan, dan hanya 600 laki-laki yang tersisa dari keseluruhan suku itu! Ketika kemarahan kaum Israel yang lainnya sudah mereda dan bisa berpikir jernih, mereka sadar bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang mengerikan.
Karena penuh penyesalan, mereka lalu mulai mencarikan isteri bagi orang Benyamin yang masih hidup itu. Dalam proses "memperbaiki" keadaan itu, mereka semata-mata hanya melipatgandakan kematian dan kejahatan di negeri itu. Isi keseluruhan Kitab Hakim-Hakim yang menjijikkan itu berakhir dalam pengulangan yang sudah familiar yang terjadi empat kali dalam lima pasal terakhir: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (21:25).
JANGAN ADA LAGI!
Manusia memiliki kepandaian khusus yang aneh dalam menyesuaikan diri dengan keadaan mereka dan, tidak lama kemudian, menerima keadaan mereka itu sebagai "normal." Di Amerika sekarang ini, kami telah menerima keberadaan kunci gembok di pintu rumah kami, polisi di sekolah kami, dan kamera video pengintai di garasi parkir kami sebagai hal yang "normal." Secara relatif kehidupan berjalan terus sampai, pada suatu saat, terjadilah sesuatu yang membangunkan kita dari ketidaksadaran diri kita dan membuat jiwa kita menjerit, "Jangan ada lagi! Ini harus dihentikan!"
Keadaan orang Lewi yang mengenaskan itu dan kisah tragis tentang gundiknya itu membuat orang Israel menyerukan hal yang sama. Seorang penulis pernah menulis bahwa episode terakhir dari Hakim-Hakim ini mengetengahkan, "titik moral paling rendah di dalam kisah bangsa Israel pada masa itu."4Impian bangsa Israel sudah berantakan. Teokrasi sudah mati, namun kegagalan itu bukan akibat dari serbuan bangsa asing atau keruntuhan ekonomi.
Sebaliknya, ketidaksetiaan dari bangsa yang degil dan plinplan itu telah membuktikan bahwa gagasan "satu bangsa di bawah Allah" tidak berjalan. Israel membutuhkan seorang raja. Dalam terang ini, Hakim-Hakim menggelar panggung bagi Saul,5Daud, dan Salomo dengan memperlihatkan bahwa seorang raja yang buruk pemerintahannya bahkan masih lebih baik daripada kekacauan sosial yang menyeluruh yang pernah melanda negeri itu.
KESIMPULAN
Implikasi dari semua ini bagi masyarakat Amerika adalah menakutkan. Sudahkah tiba saatnya dimana kita akan dengan senang hati menukar kebebasan kita dengan keamanan? Charles Colson pernah memperingatkan tentang akibat mengerikan dari kekacauan di dalam era kita ini. Ketika menulis tentang kebutuhan mendesak untuk membangun hati nurani di dalam masyarakat Amerika di zaman kini, ia menyatakan,
Tugas ini sangat mendesak. Jika kita tidak belajar untuk membangunhatinurani—jikakebenaranterus-meneruskalah— maka tirani tentunya akan menang. Untuk mengakhiri peperangan semua melawan semua, negaralah yang akan menghunus kekuatan pedang terhadap setiap warganegara. Dan yang paling menyedihkan adalah bahwa hal itu akan muncul sebagai kelegaan yang disambut baik.6
Akankah kita berakhir di tempat yang Colson telah ramalkan, atau akankah kita berpaling kepada Allah dalam pertobatan sejati sebelum terlalu terlambat?
Gagasan bahwa kekacauan zaman kini bisa jadi membuat kita mencari seorang raja bukanlah berita yang sama sekali buruk. Kenyataannya, kekacauan itu bisa menjadi tanda yang sangat penuh harapan di negeri kita. Ketika sesuatu menjadi cukup buruk, manusia mulai mencari seorang pembebas. Beberapa tahun yang lalu, Francis Fukuyama mencuatkan sesuatu yang sangat menggemparkan di dalam lingkup kepakaran dengan sebuah artikel yang berjudul "Akhir Sejarah?"7Di situ ia menyatakan bahwa kita mungkin telah mencapai titik akhir dari "evolusi ideologi manusia" dengan munculnya "demokrasi bebas ala Barat sebagai bentuk akhir pemerintahan manusia."8Bahkan seandainya kita hidup di "akhir sejarah," secara menyakitkan kita masih menyadari akan adanya pelbagai keterbatasan masyarakat kita. Tidak ada pemerintah yang bisa "memperbaiki" apa yang salah dengan ras manusia. Kebenaran tersebut tidak bisa disangkal:
Tidak ada pemerintah yang bisa membuat rakyat sejahtera. Tidak ada ekonomi yang bisa menciptakan kasih di hati manusia. Tidak ada presiden yang bisa memberikan makna kehidupan. Tidak ada partai politik yang bisa membuat keluarga menjadi kuat. Tidak ada kemakmuran yang bisa menjawab pertanyaan tentang maut.
Kita ditinggalkan dengan kesadaran bahwa kita memerlukan sesuatu yang lebih, sesuatu yang lain. Kita memerlukan seorang raja! Krisis saat ini bisa, dan bagi banyak orang akan, membuka pintu untuk berita baik tentang Yesus, Raja atas Segala Raja dan Tuhan atas Segala Tuhan. Ia saja yang bisa menyelamatkan jiwa kita, menyelamatkan keluarga kita, menyelamatkan kota kita, dan menyelamatkan bangsa kita. Sebagaimana Ia pernah mengarungi dunia yang penuh luka-luka dan kebencian, kemerosotan moral dan kematian, dengan membawa kasih, harapan, penghiburan, dan keselamatan hampir dua ribu tahun yang lalu, maka di zaman kini Ia juga bisa menghadirkan jenis penyembuhan yang sama bagi negeri yang terluka. Di akhir Hakim-Hakim, bangsa Israel ditinggalkan hanya untuk pulang ke rumah (21:24) dan bertanya-tanya, "Akan kemanakah arah dunia ini?" Anda dan saya ada dalam situasi yang berbeda. Kita tahu jawabannya. Kita sudah memiliki Raja kita! Berita baik ada di negeri tersebut! Kita bisa saja berdukacita atas kekejaman dan kejahatan di dalam dunia kita, tetapi kita tidak akan "berdukacita, seperti orang lain yang tidak memiliki pengharapan" (1Tesalonika 4:13). Ini bukan waktunya bagi kita untuk merasa gelisah. Ini bukan saatnya untuk berputusasa. Kita tahu "kemana arah dunia ini." Filipi 2:10, 11 memberitahu kita bahwa akan tiba harinya ketika "setiap lutut [akan] bertekuk lutut, segala yang ada di langit, dan yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah [akan] mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa" (NASB).
"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah"(Ibrani 12:2).
Bersama dengan Raja yang bisa menertibkan kekacauan kita, kita bisa mengarah ke atas—sekalipun dunia sedang dalam kemerosotan moral!
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "2 admit pushing boy, 5, 14 floors to his death," Arkansas Democrat-Gazette (15 October 1994): 3A.
2 Steve Farrar, Po...
Catatan Akhir:
- 1 "2 admit pushing boy, 5, 14 floors to his death," Arkansas Democrat-Gazette (15 October 1994): 3A.
- 2 Steve Farrar, Point Man (Portland, Ore.: Multnomah, 1990), 124-25. F. LaGard Smith, Sodom’s Second Coming (Eugene, Ore.: Harvest House Publishers, 1993), 101-15.
- 3 Stanton L. Jones, "The Loving Opposition," Christianity Today (19 July 1993): 23.
- 4 E. John Hamlin, Judges: At Risk In the Promised Land (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.,1990), 159.
- 5 Ironi dari kisah ini adalah bahwa raja pertama Israel akan datang tidak hanya dari suku Benyamin, tetapi juga dari kota Gibea.
- 6 Charles Colson, "Begging for Tyranny," Christianity Today (7 March 1994): 80.
- 7 Francis Fukuyama, "The End of History?" The National Interest (Summer 1989): 3-18.
- 8 Ibid., 4.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi