Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 2:11
Full Life: Why 2:11 - KEMATIAN YANG KEDUA.
Nas : Wahy 2:11
Hal ini menunjuk kepada hukuman yang kekal dan lautan api (bd.
Wahy 20:6,14; 21:8). Hanya para pemenang yang setia dapat lolos
...
Nas : Wahy 2:11
Hal ini menunjuk kepada hukuman yang kekal dan lautan api (bd. Wahy 20:6,14; 21:8). Hanya para pemenang yang setia dapat lolos
(lihat cat. --> Wahy 2:7).
[atau ref. Wahy 2:7]
Jerusalem -> Why 2:1--3:22
Jerusalem: Why 2:1--3:22 - -- Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau anc...
Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau ancaman, yang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Ajaran yang termaktub dalam surat-surat ini sangat padat, khususnya ajaran mengenai Yesus Kristus. Surat-surat itu juga memberi informasi tentang hidup Kristen di kawasan Asia-Kecil sekitar th 90.
Ref. Silang FULL -> Why 2:11
Ref. Silang FULL: Why 2:11 - ia mendengarkan // yang kedua · ia mendengarkan: Wahy 2:7; Wahy 2:7
· yang kedua: Wahy 20:6,14; 21:8
· ia mendengarkan: Wahy 2:7; [Lihat FULL. Wahy 2:7]
· yang kedua: Wahy 20:6,14; 21:8
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 2:10-11 - -- 7. Janji (2:10b,11b)
2:10b ...dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Tidak kebetulan jika kalimat ini dimulai dengan kata mengenai mau...
7. Janji (2:10b,11b)
2:10b ...dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Tidak kebetulan jika kalimat ini dimulai dengan kata mengenai maut: "Hendaklah engkau setia sampai mati...." Sama seperti jemaat Smirna yang dianggap miskin oleh dunia tetapi dikatakan kaya oleh Tuhan, demikian Tuhan berkata bahwa jikalau mereka setia sampai mati, Dia akan mengaruniakan mahkota kehidupan. Di Kota Smirna sering diadakan pertandingan olahraga, dan para pemenang akan mendapat mahkota yang fana. Tetapi pemenang dalam Tuhan memperoleh mahkota yang tidak fana. Pengertian yang paling sederhana dan mudah diterima adalah bahwa mahkota kehidupan ini disediakan khusus untuk orang percaya yang "setia sampai mati". Tuhan tidak menjanjikan hadiah ini kepada orang percaya yang mundur dalam penderitaan. Dia menjanjikan keselamatan kekal bagi setiap orang yang percaya, tetapi mahkota ini dikhususkan kepada orang percaya yang setia sampai mati.
Mahkota kehidupan itu juga dijanjikan dalam Surat Yakobus 1:12 yang berbunyi, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." Baik Firman Allah maupun pengalaman manusia bersaksi bahwa ada orang percaya yang tidak "bertahan dalam pencobaan", ataupun mengasihi Allah. Mahkota kehidupan merupakan hadiah yang diperuntukkan bagi orang percaya yang bertahan, yang setia, yang melakukan pekerjaan Kristus sampai kesudahannya.
2:11b Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.
Kematian yang kedua adalah neraka, menurut pasal 20:14 dan 21:8. Janji mengenai kematian yang kedua ini agak aneh, karena kita sudah percaya, bahwa setiap orang yang percaya dalam Kristus pasti tidak akan menderita kematian yang kedua, jadi mengapa Tuhan Yesus menjanjikan hal ini? Sebenarnya ada maksud lain dari Tuhan, yaitu kita yang setia akan memperoleh bukan hanya perlindungan dari kematian yang kedua, tetapi juga kebahagiaan yang kekal. Ini semacam gaya bahasa di dalam bahasa Yunani. Dalam sastra Yunani, besarnya sesuatu seringkali ditekankan dengan berkata bahwa hal itu tidak kecil! Juga, mungkin mereka akan menderita kematian yang pertama, tetapi mereka sama sekali tidak akan menderita apa-apa dari kematian yang kedua. Malah, mereka akan memperoleh kebahagiaan yang indah dan kekal.
Selain unsur kiasan ini, ada juga unsur tata bahasa yang menerangkan kalimat ini. Kata tidak di sini memakai dua kata yang masing-masing berarti "tidak".176 Kalau dua-duanya dipakai, akibat dari pengandaian yang dikemukakan, sama sekali tidak mungkin terjadi. Jadi, anak kalimat ini dapat diterjemahkan "ia sama sekali tidak mungkin menderita oleh kematian yang kedua". Malah, lebih jauh, dia akan memperoleh mahkota kehidupan. Setiap orang percaya akan aman dari kematian yang kedua, tetapi orang percaya yang setia sampai mati jauh lebih aman lagi, karena mereka dikaruniai mahkota kehidupan!
Jemaat Smirna, yang setia dalam kesusahan, diberitahu bahwa mereka akan menderita penganiayaan. Kemakmuran di dunia ini tidak dijanjikan kepada mereka. Mereka diminta supaya bertahan dalam penderitaan. Tuhan Yesus menjanjikan pahala yang indah, yaitu mahkota kehidupan, asal mereka setia dalam penganiayaan itu.
B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
Hagelberg: Why 2:1--3:22 - -- II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincia...
II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincian yang sulit dimengerti dari penglihatan tentang Tuhan Yesus dalam pasal satu. Juga perintah-perintah yang harus kita turuti untuk mengalami kebahagiaan yang disebutkan dalam pasal 1:3, terdapat dalam bagian ini. Kalau kita mau menerima berkat yang diucapkan di dalam pasal 1:3, maka kita perlu membaca bagian ini dan menaati perintah-perintah yang ada di dalamnya.
Isi bagian ini:
Bagian ini terdiri dari tujuh surat kepada tujuh jemaat. Setiap jemaat adalah sebuah gereja setempat yang harfiah. Oleh karena jemaat-jemaat sepanjang zaman ini mempunyai ciri-ciri yang diuraikan dalam pasal dua dan tiga, maka dapat dikatakan bahwa ketujuh jemaat itu juga mewakili setiap jemaat. Jadi, walaupun sesuatu ditulis untuk jemaat di Efesus, tetapi hal itu juga berlaku bagi kita "yang bertelinga". Wahyu 2:7 berbunyi, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Jadi, semua ini dikatakan kepada jemaat-jemaat Kristus, dan bukan kepada satu jemaat saja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa surat-surat ini milik kita juga.
Ketujuh Kota di Asia Kecil
Bentuk bagian ini:
Ketujuh surat disusun menurut suatu pola yang mempunyai tujuh bagian, yaitu:
1. Alamat Surat
2. Sifat Kristus
3. Pujian untuk Jemaat
4. Kritikan
5. Tuntutan
6. Ancaman
7. Janji
Ada perkecualian: jemaat di Laodikia tidak dipuji, dan jemaat di Smirna tidak dikritik.
Morris137 mengamati bahwa jemaat pertama dan jemaat ketujuh berada dalam keadaan yang amat parah, jemaat kedua dan keenam berada dalam keadaan yang sangat baik, dan keadaan jemaat yang ketiga, keempat, dan kelima sedang-sedang saja.
Beberapa penafsir berkata bahwa setiap jemaat melambangkan suatu masa dalam sejarah gereja. Misalnya jemaat di Efesus, yang ajarannya mantap, melambangkan gereja yang mula-mula, pada masa rasul-rasul. Menurut pola penafsiran itu, mungkin jemaat di Sardis (yang "dikatakan hidup, padahal engkau mati") melambangkan gereja pada zaman Reformasi. Penulis menolak tafsiran tersebut, berdasarkan atas lima alasan berikut. Pertama, sebenarnya tafsiran tersebut tidak berdasarkan pengamatan yang teliti. Alasannya karena sejarah gereja tidak begitu sesuai dengan jalannya dua pasal ini. Kedua, kita perlu mengerti bahwa ada jemaat seperti setiap ketujuh jemaat ini pada setiap generasi sejak kitab ini ditulis. Ketiga, tafsiran tersebut cenderung menarik perhatian kita dari penerapan nas ini dalam pribadi kita masing-masing dan dalam jemaat kita masing-masing. Keempat, tampaknya urutan kota yang ada dalam nas ini disamakan bukan dengan sejarah gereja tetapi dengan letaknya kota-kota ini di jalan raya di wilayah itu. Kelima, tidak ada satu petunjuk pun dalam nas ini yang dapat dipakai sebagai alasan atau bukti untuk menafsirkan secara alegoris (lambang).
Oleh karena setiap "surat" ini dimulai dengan kata "Inilah Firman dari Dia...",138 kata yang juga dipakai sebagai kata pengantar pada nubuatan dalam Perjanjian Lama (LXX),139 maka beberapa penafsir140 menegaskan bahwa apa yang kita sebut "surat" sebaiknya disebut "nubuatan". Menurut mereka, khas nubuatan ketujuh surat perlu ditegaskan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 2:8-11
Matthew Henry: Why 2:8-11 - Surat kepada Jemaat di Smirna Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
I. Kata pendahuluan atau kepala surat di dalam dua bagian.
1. Kepala surat yang pertama...
Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- I. Kata pendahuluan atau kepala surat di dalam dua bagian.
- 1. Kepala surat yang pertama: kepada malaikat jemaat di Smirna.
- 2. Pernyataan. Yesus Kristus adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Sedikit saja waktu yang diberikan kepada kita di dunia ini, tetapi Penebus kita adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Ia telah mati dan hidup kembali. Ia telah mati, dan mati untuk dosa-dosa kita. Ia kini hidup, dan Ia senantiasa hidup untuk menjadi Pengantara bagi kita.
- II. Pokok bahasan surat ini.
- 1. Perubahan yang sudah mereka capai dalam kehidupan rohani mereka. Namun engkau kaya. Sebagian orang yang miskin secara lahiriah, kaya secara batiniah, kaya dalam iman dan pekerjaan-pekerjaan baik. Apabila ada kelimpahan rohani, kemiskinan lahiriah dapat ditanggung dengan lebih baik.
- 2. Penderitaan-penderitaan mereka: Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu. Yesus Kristus memberi perhatian secara khusus terhadap semua kesusahan mereka.
- 3. Ia tahu kefasikan dan kepalsuan musuh-musuh mereka: Aku tahu fitnah mereka (KJV: hujatan mereka – pen.), yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian. Yaitu, mereka yang mengaku-ngaku sebagai satu-satunya umat kesayangan yang mengikat perjanjian dengan Allah, padahal sebenarnya mereka adalah jemaah Iblis. Sebab jemaah-jemaah Iblis yang dengan menyatakan diri sebagai jemaat Allah atau Israel milik Allah sama saja dengan menghujat.
- 4. Ia sudah mengetahui ujian-ujian yang akan menimpa umat-Nya.
- (1) Ia jauh-jauh hari mengingatkan mereka akan ujian-ujian yang akan datang (ay. 10). Mereka telah dibuat miskin oleh kesusahan-kesusahan mereka sebelumnya. Sekarang mereka harus dipenjara.
- (2) Kristus jauh-jauh hari mempersenjatai mereka melawan kesusahan-kesusahan yang sedang mendatangi mereka,
- [1] Dengan nasihat-Nya: Jangan takut terhadap hal-hal ini. Ini bukan sekadar kata perintah, melainkan kata yang akan betul-betul terwujud.
- [2] Dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana penderitaan-penderitaan mereka akan diringankan dan dibatasi. Penderitaan-penderitaan itu tidak akan menimpa semua orang. Penderitaan-penderitaan itu akan menimpa sebagian saja dari mereka, tidak semua. Penderitaan-penderitaan itu tidak untuk selama-lamanya, tetapi hanya untuk waktu yang singkat: Sepuluh hari. Tujuannya untuk menguji mereka, bukan untuk menghancurkan mereka.
- [3] Dengan menawarkan imbalan yang mulia bagi kesetiaan mereka: Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Ia sudah berkata bahwa Ia sanggup melakukannya. Dan Ia sudah berjanji bahwa Ia akan melakukannya. Sesuainya imbalan itu. Mahkota, untuk memberikan imbalan atas kemiskinan mereka, kesetiaan mereka, dan perjuangan mereka. Mahkota kehidupan, untuk memberikan imbalan kepada orang-orang yang setia bahkan sampai mati.
- III. Penutup pesan ini. Sebuah panggilan supaya semua orang memperhatikan. Merupakan kepentingan seluruh penduduk dunia untuk mencermati cara-cara Allah menghadapi umat-Nya sendiri. Sebuah janji yang penuh rahmat kepada orang-orang Kristen yang menjadi penakluk (ay. 11). Bukan saja ada kematian yang pertama, tetapi juga ada kematian yang kedua. Kematian yang kedua ini tak terperikan, lebih buruk daripada kematian yang pertama. Kematian yang kedua ini adalah kematian kekal. Dari kematian ini Kristus akan menyelamatkan semua hamba-Nya yang setia. Kematian yang pertama tidak akan menyakiti mereka, dan kematian yang kedua tidak akan berkuasa atas mereka.
SH: Why 2:8-11 - Miskin tetapi kaya (Kamis, 24 Oktober 2002) Miskin tetapi kaya
Tuhan, Raja Gereja senantias memedulikan umat-Nya. Jemaat yang tinggal di kota indah dan makmur macam Smirna ternyata bukan hanya ...
Miskin tetapi kaya
Tuhan, Raja Gereja senantias memedulikan umat-Nya. Jemaat yang tinggal di kota indah dan makmur macam Smirna ternyata bukan hanya miskin secata material, tetapi juga bertubi-tubi didera aniaya. Karena imannya, Jemaat Smirna juga terkena fitnah, dan akibatnya, beberapa orang warga jemaatnya harus mendekam di penjara. Sungguh, suatu jemaat di bawah salib! Namun, sekali lagi, Tuhan memedulikan umat-Nya: “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu.” (ayat 9). Ia memahami keadaan mereka yang serba sukar. Namun, Ia juga tahu persis bahwa di balik kondisi yang menyedihkan itu, jemaat Smirna memiliki sesuatu yang sangat berharga, yakni kekayaan rohani. Kekayaan rohani berupa kesetiaan yang tabah-takwa memikul fitnah dan aniaya, pendeknya ketidakadilan karena Kristus.
Tuhan, Raja Gereja menyatakan diri sebagai “Yang Awak dab Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali”(ayat 8). Dengan itu Kristus menyatakan bahwa Ia kekal dan kekekalan-Nya itu diperuntukkan bagi umat-Nya. Tidak kalah menariknya pula bahwa Ia yang kekal juga mengalami kematian dan kemudahan dibangkitkan. Maksudnya, Kristus mengisyaratkan bahwa pergumulan jemaat Smirna ada dalam kawasan pemerintahan-Nya atas sejarah umat manusia. Sebagaimana Ia pernah mati namun kemudian bangkit, jemaat Smirna yang berada di bawah banyang-bayang maut akan tetap terpelihara karena kasih dan kuasa Tuhannya. Di satu sisi dingkapkan-Nya solidaritas. Ia pernah mengalami apa yang mungkin akan mereka alami pula. Namun, di sisi lain terungkap pula keagungan yang menghiburkan dan membangkitkan pengharapan: Ia kekal bagi mereka, pemerintahan-Nya kekal, dan mereka yang setia sampai mati akan berbagian di dalam pemerintahan kekal itu (ayat 10). Masa siksa aniaya itu akan berakhir menurut penentuan-Nya, dan Raja Gereja minta supaya orang-orang percaya di jemaat Smirna tetap setia sampai akhir demi beroleh mahkota kehidupan. Teraniaya di dunia, tapi mulia bersama-sama Tuhannya. Kematian kedua, yakni hukuman kekal, tidak akan menimpa mereka.
SH: Why 2:8-11 - Alfa dan Omega (Selasa, 16 Desember 2003) Alfa dan Omega
Kemungkinan jemaat Smirna didirikan oleh Paulus selama
perjalanannya yang ketiga, tahun 53-56 (Kis. 19:10). Jemaat di
Smirna...
Alfa dan Omega
Kemungkinan jemaat Smirna didirikan oleh Paulus selama perjalanannya yang ketiga, tahun 53-56 (Kis. 19:10). Jemaat di Smirna adalah jemaat yang menderita. Penderitaan yang meliputi beberapa hal: [1] menderita kemiskinan dan dikucilkan dari kehidupan masyarakat umumnya. Ini terjadi karena orang Kristen di kota ini menolak untuk menyembah Kaisar di kuil; [2] korban fitnah. Orang Kristen yang tidak menyembah Kaisar difitnah dan dipojokkan oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang melanggar peraturan. Firman Tuhan menyebut orang-orang Yahudi ini sebagai “jemaah Iblis”, karena pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan Iblis yang mendakwa dan menuduh orang-orang percaya; [3] menderita di penjara. Penjara adalah suatu hukuman yang biasanya berakhir dengan penderitaan yang keempat yaitu kematian. Istilah kesusahan selama sepuluh hari di sini menunjuk kepada periode yang penuh dan tertentu, namun singkat. Polikarpus adalah seorang teladan yang telah menjadi martir akibat kesetiaannya kepada Kristus. Di kota Smirna keputusan untuk menjadi pengikut Kristus sungguh-sungguh merupakan pengorbanan yang nyata, suatu kehidupan yang berisiko.
Namun, di tengah-tengah penderitaan ini Yesus Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Yang Awal dan Yang Akhir. Dia bahkan mengetahui segala sesuatu yang dialami jemaat-Nya, dan itu berada di bawah kuasa-Nya (ayat 10). Dia adalah Penguasa kekal, yang sesungguhnya, jauh lebih tinggi daripada Kaisar. Dia telah mati tetapi hidup kembali, dan telah mengalami penderitaan sampai batas kematian namun berkuasa mengalahkan kuasa kematian.
Renungkan: Hal terindah yang harus kita syukuri adalah bahwa melalui penderitaan itu kemurnian iman kita diuji dan dinyatakan. Bahkan kepada mereka yang setia kepada-Nya sampai batas ajal, akan dikaruniakan mahkota kehidupan. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk berani menderita bagi-Nya.
SH: Why 2:8-11 - Setia sampai mati (Kamis, 15 Desember 2011) Setia sampai mati
Dibandingkan dengan kota-kota lainnya, Smirna dikenal sebagi kota yang memiliki kesetiaan dan loyalitas tinggi kepada pemerintahan ...
Setia sampai mati
Dibandingkan dengan kota-kota lainnya, Smirna dikenal sebagi kota yang memiliki kesetiaan dan loyalitas tinggi kepada pemerintahan Romawi. Pemerintah maupun penduduknya kebanyakan sangat loyal kepada kaisar. Sebaliknya, orang-orang Kristen yang berada di kota itu mengalami kesulitan secara ekonomi dan berbagai macam penderitaan dari pemerintah Romawi. Hal itu terjadi karena mereka menolak menaruh kesetiaan dan loyalitas kepada Kaisar. Mereka hanya mau tunduk kepada Yesus sebagai Tuhan. Mereka juga mengalami penderitaan dari para pemuka agama Yahudi (9) yaitu mereka yang mengaku sebagai keturunan Abraham, tetapi oleh karena ketidak-percayaan mereka kepada Kristus, maka Yesus menyebut mereka sebagai jemaah Iblis (9b, bdk. Yoh. 8:33-34).
Pertama-tama Yesus meyakinkan orang-orang percaya di Smirna bahwa Dia tahu segala penderitaan yang mereka alami (9). Dia dapat merasakan penderitaan mereka karena Dia sendiri telah pernah menderita, disalibkan, dan mati. Namun Dia bangkit, hidup, dan menang (8). Hanya Dialah yang dapat merasakan penderitaan orang percaya dan yang dapat memberikan kekuatan di dalam melewati penderitaan itu (bdk. Ibr. 2:15-18; 4:15). Dia berkata, "Jangan takut terhadap apa yang harus kamu derita!" (10).
Yesus memuji jemaat Smirna untuk kekayaan rohani yang mereka miliki di tengah-tengah kemiskinan dan penderitaan. Oleh anugerah-Nya, mereka kaya secara rohani di dalam Kristus (bdk. Ef. 1:3). Tuhan menganggap mereka layak untuk menderita bagi-Nya (bdk. 1Ptr. 3:14-17; 4:13-14). Kekayaan rohani ini menyanggupkan mereka bertahan di tengah-tengah penderitaan.
Yesus berkata, "Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Seperti Yesus sendiri setia sampai mati di atas kayu salib (bdk. Flp. 2:8), demikianlah Dia mendorong orang percaya untuk setia sampai mati. Marilah kita terus melayani Tuhan dengan setia sambil mengarahkan mata kita tertuju kepada Dia (bdk. Ibr. 12:2).
SH: Why 2:8-11 - Berita Buruk untukmu (Minggu, 11 September 2022) Berita Buruk untukmu
Sementara jemaat di Efesus menerima pujian dan teguran, jemaat di Smirna tidak mendapatkan keduanya. Yang ada adalah pengakuan a...
Berita Buruk untukmu
Sementara jemaat di Efesus menerima pujian dan teguran, jemaat di Smirna tidak mendapatkan keduanya. Yang ada adalah pengakuan akan kesusahan dan kemiskinan mereka, juga fitnah yang mereka terima (9).
Pengakuan itu bisa saja diterima sebagai apresiasi, yang ditambahi dengan penghiburan: "Jangan takut ..." (10). Namun, ternyata penghiburan itu tidak serta-merta menghentikan kesusahan dan penderitaan mereka. Justru kata-kata berikutnya membawa kabar buruk bagi mereka, yaitu akan adanya penderitaan. Akan ada dari mereka yang dipenjarakan. Mereka akan dicobai dan mengalami kesusahan selama sepuluh tahun (10). Tetapi, ada janji pasti di balik penderitaan itu, yakni mahkota kehidupan bagi yang setia sampai mati (11).
Isi surat kepada jemaat di Smirna ini bisa saja dianggap mengecewakan. Umumnya, orang yang menderita mengharapkan berita kelepasan dari derita itu. Sayangnya, mereka justru mendapat berita buruk, yaitu penderitaan lebih lanjut yang akan mereka alami. Betapa mengecewakan! Namun, apakah demikian?
Surat yang diterima oleh jemaat di Smirna ini bisa dipandang sebagai berita buruk yang mematahkan semangat dan iman. Namun, pada saat yang sama, berita buruk itu bisa diterima sebagai peringatan antisipatif. Ketika tahu bahwa penderitaan dan kesusahan mereka masih akan berlangsung sepuluh tahun lagi, mereka akan menyiapkan diri untuk menghadapinya. Mereka akan bisa menentukan langkah dan cara hidup yang tepat.
Demikian pula dalam hidup kita, kadang kala kita menerima berita buruk. Kalau bisa memilih, tentu kita ingin hanya menerima berita baik. Pada kenyataannya, berita buruk pun menjadi bagian dari hidup kita. Lalu, bagaimana semestinya kita bersikap ketika menerima berita buruk? Apakah kita akan menyikapi dengan kekecewaan yang membuat semangat hidup kita patah? Ataukah, kita bisa menerima berita buruk itu sebagai ajakan untuk melakukan langkah-langkah antisipatif ke depan? Baik buruknya sebuah kabar tidak hanya bergantung pada isinya, melainkan pada respons kita terhadap kabar itu. [KRS]
Utley -> Why 2:8-11
Utley: Why 2:8-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 2:8-118 Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 2:8-11
8 Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: 9 Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya-- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. 10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. 11 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."
Wahy 2:8 "Yang Awal dan yang Akhir" Ini adalah salah satu gelar berulang bagi Yesus ditemukan dalam Wahy 1:17; 22:13. Awalnya disebut YHWH (lih.Yes 41:4; 44:6; 48:12). Sinonim dengan ungkapan "Aku adalah Alfa dan Omega" (lih.Wahy 1:8; 21:6) dan "yang awal dan yang akhir" (lih.Wahy 21:6; 22:13). Lihat lebih lengkap catatan di Wahy 1:8.
□ "yang telah mati dan hidup kembali" ini mungkin tamparan bagi sifat pemujaan Cybele, dewi ibu. Banyak agama-agama kesuburan kuno dunia berdasarkan pandangan pada personifikasi siklus alam, kematian musim dingin, dan kelahiran kembali musim semi. Dalam konteks ini berkaitan secara teologis di Wahy 1:18; 5:6, di mana Yesus adalah anak domba yang tersembelih tetapi sekarang hidup. Ini menekankan kematian dan kebangkitan Yesus-sebagai penebus sekali untuk selama-lamanya (lih. Ibr 7:27; 9:12,28; 10:10)
Wahy 2:9 "Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu" Ini adalah dua kata Yunani yang sangat kuat. Keduanya signifikan karena kota Smirna sangat makmur. Fakta bahwa jemaat miskin tampaknya menyiratkan penganiayaan ekonomi. Secara teologis signifikan bahwa dalam kitab Wahyu-orang-orang percaya menderita "kesengsaraan" dari orang-orang kafir dan yang jahat tetapi orang-orang yang tidak percaya menderita "murka Allah." Lihat catatan lengkap di Wahy 7:14. Orang-orang percaya selalu dilindungi (dimeteraikan, lihat Topik Khusus di Wahy 7:2) dari penghakiman Ilahi.
□ "(namun engkau kaya)" Orang-orang percaya tidak bisa menilai kedudukan mereka dalam Kristus oleh standar duniawi (lih.Mat 6:33).
- NASB, NKJV "penghujatan"
- NRSV, NJB "fitnah"
- TEV "perkataan yang jahat untuk menentangmu"
Secara harfiah adalah istilah penghujatan, yang memiliki konotasi PL "difitnah" dan biasanya digunakan dalam kaitannya dengan serangan verbal pada YHWH (lih.Im 24:13-23). Dua kali dalam Perjanjian Lama istilah "diberkati" (barak) digunakan dalam arti menghujat (lih.saya Kgs Wahy 21:10,13).. Dalam konteks ini agamawan Yahudi mengklaim mengenal Tuhan ("memberkati Tuhan "), padahal tidak.
□ "yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian" Sebuah frase sangat mirip digunakan dalam Wahy 3:9, jelas bahwa mereka adalah Yahudi ras yang mengklaim dirinya sebagai umat Allah, tetapi sebenarnya tidak (lih. Yoh 8:44; Rom 2:28-29; Gal 3:29; 6:16). Dari Kisah para rasul dan Galatia kita tahu bahwa orang Yahudi menyebabkan oposisi besar bagi pemberitaan Injil (lih. Kis 13:50; 14:2,5,19; 17:5). Wahy 2:13 menunjukkan bahwa hal ini mengacu pada kultus pemujaan kaisar lokal disebut Concilia yang menuntut orang Kristen menyebut Kaisar sebagai "Tuhan" dan membakar dupa kepadanya sekali setahun.
□ "jemaah Iblis" Yohanes melihat dunia dalam kontras yang tajam, Tuhan versus Setan. Setan sering disebutkan dalam kitab (lih.Wahy 2:9,13; 3:9; 12:9,10; 20:2,7). Dia memfitnah orang-orang percaya dan memberikan energi kepada penganiaya mereka. Konflik atau dualisme dalam alam rohani ini mencirikan literatur apokaliptik. Ada pertempuran untuk mengontrol hati dan pikiran anak-anak Adam
Wahy 2:10 "Jangan takut" Ini adalah PRESENT MIDDLE atau PASSIVE (deponent) IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang berarti untuk menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Para jemaat ini ketakutan. Penganiayaan adalah tanda keselamatan mereka dan berkat-berkat Allah (lih.Mat 5:10-12).
□ "Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara" Di belakang pemimpin manusia yang jahat mengintai kekuatan pribadi supranatural yang jahat.
Istilah setan adalah sebutan PL dan deskripsi dari kerub yang berjaga-jaga (lih. Yeh 28:12-16). tugas yang diberikan Allah kepadanya - adalah untuk menyediakan memberontak, alternatif egois untuk umat manusia dan menuduh mereka sehingga mereka menyerah kepada pencobaan (lih. Kej 3; Ayub 1; 2; Za 3). Ada perkembangan kejahatan dalam PL. Setan diciptakan sebagai seorang hamba dan berkembang menjadi musuh (lih. An Old Testament Theology oleh AB Davidson hal 300-306).
Suatu asumsi bahwa bahasa yang sangat figuratif dari Yes 14, yang secara langsung merujuk kepada kesombongan Raja Babel, dan Yeh 28, yang secara langsung merujuk kepada Raja Tirus yang sombong, akhirnya mengidentifikasi kesombongan rohani dan kejatuhan Setan. Bahasa Yeh 28 diambil dari sebuah gambaran Taman Eden. Sulit untuk menerima penjelasan dari seorang manusia historis, raja penyembahan berhala dalam hal malaikat diambil dari Eden (lih. Kej 3). Namun, Yehezkiel melakukan hal yang sama dengan Raja Mesir dalam pasal Kej 31. Dia digambarkan sebagai pohon besar di taman Eden.
Semua orang percaya menantikan informasi lebih lanjut, terutama tentang asal-usul Allah, malaikat, si jahat, dll. Kita harus berhati-hati untuk mengubah metafora, deskripsi kenabian ke dalam teologi dogmatis. Banyak teologi modern berasal dari naskah figuratif terisolasi dicampur dengan penulisan modern, baik teologis dan literal (Dante dan Milton).
Dalam PB ia disebut setan (lih. Wahy 12:9,12; 20:2,10), yang merupakan gabungan bahasa Yunani yang berarti istilah "dibuang" "untuk memfitnah" atau "membawa tuduhan terhadap". Sekali lagi hal ini mencerminkan tugasnya untuk menuduh dan mencobai. Istilah-istilah ini sinonim dalam Wahyu (lih.Wahy 12:9; 20:2). Lihat Topik Khusus: kejahtan pribadi di Wahy 12:9.
□ "supaya kamu dicobai" Istilah ini digunakan dalam dua pengertian: (1) Orang percaya dicobai untuk menunjukkan iman yang benar dan bertumbuh kuat (lih.Wahy 2:10, Kis 14:27, Rom 5:3-4; 8:17-19, Ibr 5:8. Yak 1:2-4; 1Pet 4:12-19) dan (2) orang-orang tidak percaya dicobai untuk menunjukkan ketidakpercayaan mereka dan penghakiman yang pantasm(lih.Wahy 3:10). Dalam Wahyu pencobaan orang Kristen disebut "kesengsaraan", sementara orang-orang tidak percaya dikenakan "murka Allah."
Ada dua istilah Yunani yang diterjemahkan "ujian" "pencobaan" atau "dicobai". Yang satu memiliki konotasi "untuk diuji dengan pandangan ke arah kehancuran" (peirasmos, peirasmo). Istilah lain (dokimos, dokimazo) digunakan dengan konotasi "diuji dengan maksud untuk persetujuan" Setan mencobai untuk menghancurkan; Allah menguji untuk memperkuat (lih. 1Tes 2:4; 1Pet 1:7; Kej 22:1; Kel 16:4; 20:20; Ul 8:2,16; 13:3; Hak 2:22; 2Taw 32:31). Lihat Topik Khusus di Wahy 2:2.
□ "Sepuluh hari" Ada banyak spekulasi tentang kata "sepuluh hari":
- 1. beberapa orang mengatakan bahwa itu disebut secara harfiah periode sepuluh hari penganiayaan di kota Smirna pada masa Yohanes
- 2. yang lain mengatakan bahwa karena sepuluh adalah angka penyelesaian, itu hanya berarti angka lengkap hari penganiayaan
- 3. beberapa orang mengatakan bahwa itu disebut suatu periode penganiayaan yang tidak ditentukan
Kabar baiknya adalah bahwa ada batasnya. penganiayaan akan berakhir!
Namun, dalam satu kitab apokaliptik, tidak pernah yakin jika angka tersebut digunakan secara kiasan atau secara harfiah. Jika angka ini sering digunakan dalam literatur apokaliptik PL dan antar-alkitabiah dengan makna simbolis maka mungkin itu adalah kiasan. Angka-angka simbolis yang paling sering digunakan adalah 3, 4, 6, 7, 10, 12 dan kelipatannya.
□ "setia sampai mati" Ini adalah PRESENT MIDDLE atau PASSIVE (deponent) IMPERATIVE yang menekankan kebutuhan orang percaya untuk bertekun dalam iman, bahkan jika itu berarti kematian fisik (lih.Mat 2:13; 12:11; 10:22; 24:13; Luk 12:4; Gal 6:9). Beberapa orang percaya dibunuh. Ini adalah paradoks kedaulatan Allah dan pengalaman kita dalam dunia yang telah jatuh.
□ "dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan" Ini adalah mahkota kemenangan yang disebut "Stephanos" (lih. 1Kor 9:25). Itu adalah upah bagi martir Kristen. Kita belajar dari Eusebius Ecclesiastical History, 1Kor 4:15, bahwa ada banyak martir, termasuk Uskup Polikarpus dari Smirna. Ada juga mahkota lainnya (upah) yang disebutkan dalam Perjanjian Baru (lih. 2Tim 4:8; Yak 1:12; 1Pet 5:4; Wahy 3:11).
Yohanes menggunakan istilah ini untuk kehidupan, zo_, untuk merujuk kepada hidup yang kekal, hidup kebangkitan (lih. Yoh 1:4; 3:15,36; 4:14,36; 5:24,26,29,39,40; 6:27,33,35,40,47,48,51,53,54,63,68; 8:12; 10:10,28; 11:25; 12:25,50; 14:6; 17:2,3; 20:31; Wahy 2:7,10; 3:5; 13:8; 17:08; 20:12,15; 21:6,27; 22:1,2,14,17,19) Hidup sejati adalah jauh lebih dari keberadaan fisik!
Wahy 2:11 "Barangsiapa menang" Ini juga merupakan peringatan berulang untuk kesetiaan (lih.Wahy 2:7,17,26; 3:5,12,21; 21:7).
□ "ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua" ini merupakan DOUBLE NEGATIVE CONSTRUCTION dengan AORIST PASSIVE SUBJUNCTIVE yang menunjukkan kepedulian utama Tuhan untuk orang-orang yang martir (lih.Wahy 12:11). "Kematian kedua" disebut neraka atau pemisahan kekal dari persekutuan dengan Allah (lih.Wahy 20:6,14; 21:8).
□ "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan" Ini adalah peringatan berulang atas perhatian dan penegasan rohani (lih.Wahy 2:7,11,17,29; 3:6,13,22; 13:9).
Topik Teologia -> Why 2:11
Topik Teologia: Why 2:11 - -- Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
Sarana Pertumbuha...
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Eskatologi
- Surga
TFTWMS -> Why 2:11
TFTWMS: Why 2:11 - Penghiburan PENGHIBURAN (Wahyu 2:11)
Surat itu ditutup dengan pesan penghiburan (ay. 11). Yesus tidak menyurati orang Kristen di Smirna sekedar untuk memberitahu...
PENGHIBURAN (Wahyu 2:11)
Surat itu ditutup dengan pesan penghiburan (ay. 11). Yesus tidak menyurati orang Kristen di Smirna sekedar untuk memberitahu mereka bahwa masalah sedang menghadang. Sebaliknya, Ia ingin menghibur dan menguatkan mereka sehingga mereka bisa menang atas terhadap apa yang menanti mereka di depan.
Yesus telah memberi mereka banyak kenyamanan. Ia menekankan bahwa Ia adalah Pribadi yang punya kuasa atas kematian (2:8). Ia, pada dasarnya, mengatakan "Aku tahu dan mengerti masalah yang engkau miliki" (lihat 2:9). Ia menekankan bahwa penderitaan mereka memiliki pelbagai batasan (2:10a).
Salah satu janji khusus yang Ia telah berikan kepada mereka adalah bahwa jika mereka bersedia "setia sampai mati," Ia akan memberi mereka "mahkota kehidupan" (2:10b).23Kata Yunani yang diterjemahkan "mahkota" adalah stephanos. Kata lain untuk "mahkota," kata yang darinya kita mendapatkan kata diadem, mengacu kepada mahkota kerajaan, mahkota pemerintahan. Sebalinya, stephanos mengacu kepada mahkota kemenangan. Istilah itu digunakan untuk menggambarkan karangan bunga di kepala para pemenang di dalam permainan olahraga.24Di dalam janji Yesus, mahkota itu berisi kehidupan—kehidupan kekal. Para imam kafir mungkin saja telah diberi mahkota yang musnah dengan cepatnya, tetapi orang Kristen yang setia akan diberi mahkota kekal yang tidak akan pernah pudar!
Di dalam ayat 11 Yesus memuncakkan kata-kata penghiburan-Nya dengan janji ini: "Barangsiapa menang, ia tidak akan25menderita apa-apa oleh kematian yang kedua" (ay. 11b, lihat 20:6). Istilah "kematian yang kedua" menunjuk ke depan kepada akhir kitab Wahyu. Setelah Yohanes menggambarkan Penghakiman, ia mencatat, "Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu" (20:14, 15; lihat 21:8).
"Kematian yang kedua" adalah keterpisahan kekal dari Allah di dalam neraka!26
Orang Kristen di Smirna harus jangan bersusah hati jika mereka harus mati karena iman mereka, karena Yesus bisa dan akan membangkitkan mereka. Kematian yang mereka harus kuatirkan adalah kematian yang kedua (lihat Lukas 12:4, 5). Jika mereka tetap setia, mereka "tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua" (ay. 11b)!
Kita belum pernah merasa takut terhadap nyawa kita karena iman kita tidak dapat sepenuhnya memahami arti perkataan Yesus kepada umat Kristen di Smirna itu. Pada hari-hari penuh gejolak menyusul tulisan di kitab Wahyu ini, kata-kata ini merupakan sumber kekuatan mereka. Untuk menekankan betapa praktisnya surat-surat ini kala itu (dan kini), saya ingin berbagi kisah singkat tentang apa yang umat Kristen pada umumnya harus jalani dan secara khusus apa yang salah seorang dari pemimpin mereka, Polikarpus, harus hadapi.
Eusebius, sejarawan gereja mula-mula, menggambarkan bagaimana umat Kristen di Smirna diperlakukan:
Lautan Api (20:14, 15; 21:8)
… orang-orang yang berdiri berkeliling itu dilanda perasaan takjub, saat melihat tubuh mereka [orang Kristen] itu dicabik-cabik dengan cambuk, yang mendera pembuluh darah mereka, sehingga sekarang daging yang tersembunyi di bagian tubuh yang paling dalam … terlihat jelas. Kemudian mereka dibaringkan di atas [hamparan] kulit kerang laut, dan pada ujung-ujung tombak yang tajam di tanah, dan setelah melewati segala macam hukuman dan siksaan, akhirnya dilemparkan sebagai makanan binatang buas.27
Selama masa ini, umat Kristen itu mencoba menyembunyikan Polikarpus yang tua, tetapi seorang anak laki-laki yang dipukuli memberitahukan di mana orang tua itu berada. Ketika mereka menjemput Polikarpus, ia menjamu mereka yang datang untuk menangkap dia, dan sementara mereka berpesta, ia berdoa. Mereka akhirnya mengawal dia ke stadion di mana orang banyak yang haus darah—termasuk orang-orang Yahudi—berhimpun.
Gubernur itu mendesak dia untuk menyangkal Kristus, katanya "Bersumpahlah demi kejeniusan Kaisar … dan aku akan membebaskan engkau. Cacilah Kristus." Polikarpus menjawab, "Delapan puluh enam tahun aku melayani Dia, dan Ia tidak pernah berbuat salah kepadaku; dan sekarang bagaimana bisa aku menghujat Rajaku yang telah menyelamatkanku?"
Ketika gubernur itu berusaha menakut-nakuti dia dengan ancaman binatang buas dan api, orang tua itu menjawab, "Tuan mengancam dengan api yang membakar untuk sesaat dan akan segera padam, sebab Tuan sama sekali tidak tahu tentang penghakiman yang akan datang, dan api hukuman kekal yang disediakan untuk orang fasik. Tapi mengapa Tuan berlambat-lambat? Lakukanlah apa yang Tuan inginkan."
Orang banyak yang berteriak-teriak, yang dipimpin oleh orang-orang Yahudi, segera menyebar untuk mencari kayu untuk membakar orang tua Kristen itu. Ketika tumpukan kayu bakar untuk penguburan itu sudah siap, mereka mulai memaku Polikarpus pada tiang itu, tetapi ia berkata, "… Ia yang memberiku kekuatan untuk menanggung api, akan juga memberiku kekuatan … untuk tetap tak bergerak di atas tumpukan [kayu bakar] itu." Ia menangkupkan kedua tangannya di belakang punggungnya, memeluk tiang itu, dan berdoa. Setelah "amin," para algojo menyalakan api. Polikarpus mati dengan jaminan bahwa ia tidak akan "menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."28
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Gereja Miskin Yang Kaya
WAHYU 2:8-11
Ketika kita melakukan pratinjau surat-surat kepada tujuh gereja itu, kita melihat bahwa, sebagai peraturan, sur...
Gereja Miskin Yang Kaya
Ketika kita melakukan pratinjau surat-surat kepada tujuh gereja itu, kita melihat bahwa, sebagai peraturan, surat-surat itu memiliki tujuh pembagian: (1) salam, (2) gambaran tentang Yesus, (3) pujian untuk gereja secara keseluruhan, (4) kecaman untuk gereja secara keseluruhan, (5) peringatan dan ancaman, (6) nasihat, dan (7) janji. Kita hanya baru tiba pada surat kedua, tapi kita sudah memiliki pengecualian: Surat kepada jemaat di Smirna tidak memiliki kecaman dan karena itu tidak berisi peringatan atau ancaman. Ada satu jemaat lain yang tidak menerima penghukuman: gereja di Filadelfia.
Ini tidak berarti bahwa dua gereja itu sempurna. Sebuah jemaat terdiri dari banyak manusia—dan tidak ada manusia yang sempurna (Roma 3:23, Yakobus 3:2; 1 Yohanes 1:8). Namun begitu, tidak adanya kecaman memang berarti bahwa sebagian besar (jika tidak semua) anggota itu bersikap serius terhadap agama Kristen mereka dan bahwa, secara keseluruhan, mereka berusaha keras untuk menyukakan Allah. Dengan menggunakan terminologi dari 1 Yohanes 1:7, dua jemaat ini dipenuhi dengan orang Kristen yang "hidup dalam terang."
Saya merasakan hal itu menakjubkan. Saya bangga terhadap jemaat di Judsonia, Arkansas, di mana saya melayani dan beribadah. Angka persentase anggota kami yang berusaha keras untuk melakukan kehendak Allah adalah tinggi—mungkin setinggi angka persentase jemaat mana saja yang pernah terkait dengan saya. Namun demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa 100 persen anggota kami berdedikasi melakukan hal itu.1Hal ini membuat saya bertanya, "Hal apa sajakah yang dimiliki oleh gereja di Smirna dan di Filadelfia yang tidak dimiliki oleh jemaat-jemaat lainnya?"
Bandingkanlah dua surat itu kepada gereja di Smirna (2:8-11) dan Filadelfia (3:7-13), dengan tetap mengingat pertanyaan ini: Kesamaan apakah yang dimiliki oleh jemaat di Smirna dan Filadelfia, yang mengakibatkan tidak satu pun dari mereka dicela oleh Tuhan? Jawaban bagi pertanyaan itu akan berada pada inti salah satu pelajaran yang lebih penting di dalam presentasi ini.
Surat kepada jemaat di Smirna adalah yang terpendek dari tujuh surat itu, tetapi surat itu dikemas dengan beberapa pesan yang paling kuat dan efektif.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 2:8-11)
Sekali lagi, Yesus ingin kita membuat penerapan pribadi. Ia melanjutkan perkataan-Nya, "Siapa bertelinga, hendaklah ia...
KESIMPULAN (Wahyu 2:8-11)
Sekali lagi, Yesus ingin kita membuat penerapan pribadi. Ia melanjutkan perkataan-Nya, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat" (2:11a). Henry Ward Beecher pernah mengatakan bahwa "gereja-gereja negeri itu semuanya ditaburi dengan para pendosa tua berkepala botak yang rambutnya rontok oleh gesekan terus menerus dari khotbah yang tak terhitung jumlahnya yang ditujukan kepada mereka, tetapi terpenental dan mengenai orang yang duduk di bangku belakang ."29
Setiap jemaat perlu membuat penerapan pribadi. Para pemimpin gereja harus memiliki sasaran yang mendorong setiap anggota untuk berkomitmen bagi kepentingan Kristus. Selanjutnya, setiap individu perlu membuat penerapan pribadi. Masing-masing dari kita perlu menanyakan pertanyaan seperti ini: "Apakah saya benar-benar setia kepada Tuhan"; "Akankah saya rela mati demi iman saya?"; "Jika saya harus mati hari ini, akankah saya menerima mahkota kehidupan?" Surat kepada gereja di Smirna menekankan bahwa masing-masing dari kita bisa kaya dalam hal-hal yang benar-benar penting. Jika Anda ingin memiliki kekayaan yang tidak bisa diambil dunia, tekadkanlah sekarang juga untuk melayani Yesus!30
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Apakah Anda terkejut bahwa dua dari tujuh jemaat itu tidak mendapat celaan? Jika Yesus menulis surat kepada jemaat di mana Anda melayani dan beribadah, akankah surat itu mengandung teguran tertentu?
- 2. Apakah yang kita ketahui tentang gereja di Smirna? Menurut catatan mula-mula, siapakah salah satu pemimpin di sana?
- 3. Apakah arti kata "kesusahan"? Cantumkanlah beberapa cara yang kita semua bisa "dihimpit" oleh kehidupan.
- 4. Apakah Anda berpikir bahwa orang miskin sering lebih terbuka terhadap injil daripada orang kaya? Mengapa?
- 5. Mengapa pelajaran ini berjudul "Gereja Miskin Yang Kaya"? Dalam pengertian apakah umat Kristen di Smirna itu kaya? Jika Anda seorang Kristen, apakah Anda merasa kaya?
- 6. Kebanyakan dari kita akan setuju bahwa kita butuh uang untuk kebutuhan hidup. Namun begitu, masih benarkah bahwa uang tidak dapat membeli hal yang paling penting?
- 7. Siapakah mereka yang mengatakan mereka adalah orang Yahudi tetapi bukan Yahudi? Apakah orang Yahudi lahiriah, fisikiah masih menjadi umat khusus Allah?
- 8. Apakah "jemaah Iblis" itu? Apakah setan kadang-kadang bekerja melalui orang-orang yang agamis?
- 9. Apa arti kata "penghujatan"? Pernahkah nama Anda dihujat karena Anda seorang Kristen?
- 10. Menurut pelajaran ini, apakah arti penganiayaan yang akan berlangsung (hanya) "sepuluh hari"?
- 11. Apakah arti sepenuhnya "setia sampai mati"? Bahkan jika kita tidak harus menghadapi mati martir, apakah masih penting untuk setia sampai hari kita mati?
- 12. Kesamaan apakah yang dimiliki oleh gereja-gereja di Smirna dan Filadelfia? Bagaimanakah hal ini mengakibatkan mereka tidak menerima celaan? Efek apakah yang umumnya penganiayaan miliki terhadap gereja?
- 13. Apakah Paulus memberitahu kita untuk berdoa bagi penganiayaan? Di dalam 1 Timotius 2:1-3, hal apakah yang ia suruh kita doakan? Ketika penganiayaan datang, seperti apakah sikap kita seharusnya?
- 14. Jika kita tidak menyadari sama sekali sedang dianiaya, menunjukkan apakah hal ini, menurut 2 Timotius 3:12?
- 15. Apa itu kematian yang kedua? Lalu, apa itu "kematian yang pertama"?
Mengapa kita harus lebih takut kepada kematian yang kedua daripada kematian yang pertama?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Saya menggunakan judul "Gereja Yang Miskin Tetapi Kaya" untuk membedakan gereja ini dengan jemaat di Laodikia ("Gereja Yang Kaya Tetapi Miskin"). Banyak pengkhotbah yang memilih untuk menekankan penderitaan orang Kristen di Smirna, menggunakan pelajaran yang berjudul "Penderitaan Orang-Orang Kudus," "Ketika Penderitaan Menimpa," "Bersiaplah Untuk Menderita," atau "Gereja Di Bawah Tanda Kematian."
Pelbagai pelajaran yang bisa dbuat di sekitar tema penderitaan adalah: (1) "Nilai Penderitaan," (2) "Belajar Cara Menderita" Di bawah judul kedua, topik-topik ini (semua dari ayat 9) bisa dibahas: "Bagaimana Mengatasi Penderitaan," "Bagaimana Mengatasi Kemiskinan," dan "Bagaimana Mengatasi Fitnah. "
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 ini tidak dimaksudkan sebagai pernyataan menghakimi, tetapi sebagai hasil laporan (Matius 7:16).
2 Lihat peta di halaman 18 di d...
Catatan Akhir:
- 1 ini tidak dimaksudkan sebagai pernyataan menghakimi, tetapi sebagai hasil laporan (Matius 7:16).
- 2 Lihat peta di halaman 18 di dalam edisi ini.
- 3 Kota ini masih memiliki populasi Yahudi yang cukup banyak di zaman kini.
- 4 Kota-kota di situs-situs dari beberapa tujuh kota itu masih ada, tetapi hanya Smirna / Izmir yang tetap sebagai kota penting.
- 5 Patung-patung dari agora itu disimpan di museum arkeologi di Izmir.
- 6 Para penulis zaman kini suka menyebut Polikarpus sebagai "uskup Smirna"; tetapi di abad-abad awal gereja, jemaat-jemaat diawasi oleh suatu badan penatua, yang juga disebut uskup atau pastor (Kisah 20:17, 28). Polikarpus mungkin saja salah seorang penatua gereja di Smirna.
- 7 Di dalam Alkitab KJV, tubuh setiap surat itu dimulai dengan kata-kata "Aku tahu segala pekerjaanmu." Di dalam teks Yunani, kata-kata ini ditemukan di awal tubuh beberapa surat, tetapi tidak di dalam semua surat.
- 8 Kata Yunani yang diterjemahkan "kemiskinan" tidak mengacu kepada "hampir tidak punya apa-apa," tapi berarti "tidak punya apa-apa" bahkan untuk kebutuhan hidup.
- 9 Harta orang Kristen sering disita. Bahkan ketika mereka diizinkan untuk menyimpan harta milik mereka, mereka umumnya tidak diperbolehkan untuk melakukan jual-beli di pasar.
- 10 Lihat Matius 5:10-12.
- 11 Lihat Yakobus 2:5.
- 12 "Iblis," salah satu nama dari setan, yang artinya "orang yang memfitnah." Mereka yang memfitnah orang Kristen di zaman Yohanes sedang dimanipulasi oleh pemfitnah asli.
- 13 Sebagian besar kaum premilenialis mengajarkan bahwa orang Yahudi, fisikiah, lahiriah masih menjadi umat khusus Allah, dalam artian tertentu, dan bahwa Allah terus memberi mereka perlakuan istimewa. Di dalam Perjanjian Baru, tidak ada penekanan yang diberikan tentang menjadi keturunan lahiriah Abraham. Sebaliknya, kepedulian khusus Allah adalah terhadap Israel rohani: orang-orang yang telah menempatkan diri mereka ke dalam rencana dan maksud Allah dengan menaati injil. (Lihat Galatia 3:26-29.) Allah mengasihi orang-orang Yahudi sebagaimana Ia mengasihi semua orang, tetapi Ia tidak menyelamatkan mereka dengan cara yang berbeda dari cara Ia menyelamatkan orang lain di zaman kini (Kisah 10:34, 35); mereka harus percaya kepada Yesus dan menaati Dia (Yohanes 8:21; Matius 7:13, 14).
- 14 Yesus pernah berbicara tentang orang Yahudi yang mengaku sebagai keturunan Abraham, tetapi yang sesungguhnya keturunan rohani setan (Yohanes 8:39-47).
- 15 Iblis dapat muncul sebagai "malaikat terang" (2 Korintus 11:14). Ia memiliki sendiri sinagoga dan gerejanya, para nabinya dan para pengkhotbahnya. Ia bisa mengutip dari Kitab Suci ketika kutipan itu mendukung maksudnya (Matius 4:6). Oleh karena itu, kita harus selalu menguji "roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia" (1 Yohanes 4:1).
- 16 Alkitab NIV menulis kata "fitnah."
- 17 Hal yang berharga dapat ditemukan di dalam penderitaan. Baca Yakobus 1:2-4 dan 1 Petrus 1:6-9.
- 18 Lihat bagan berjudul "Bilangan Simbolis Yang Digunakan Di Dalam Kitab Wahyu" pada halaman 50 di edisi "Wahyu, 1" oleh Truth for Today.
- 19 Penafsiran simbolik atas "sepuluh hari" disarankan karena (1) kemungkinan tidak ada penganiayaan apapun yang akan berlangsung sepuluh hari harfiah, (2) kemungkinan tidak ada penganiayaan apapun yang akan berlangsung hanya sepuluh hari saja, dan (3) kita harus menafsirkan angka di dalam kitab Wahyu sebagai simbolik kecuali kita diberi alasan khusus untuk mengartikan mereka secara harfiah. Pertanyaan tentang apakah "sepuluh hari" itu mengacu kepada jangka waktu tertentu atau panjang waktu yang umum tidaklah mempengaruhi pesan 2:10. (Satu pandangan lain tentang "sepuluh hari" bisa disinggung di sini: gagasan bahwa ini melambangkan sepuluh periode penganiayaan. Di dalam konteks itu tidak ada sama sekali yang membenarkan penafsiran ini.)
- 20 Eugene H. Peterson, The Message: New Testament With Psalms and Proverbs (Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995), 611.
- 21 Setiap kali saya membaca kata-kata ini, saya membandingkan penderitaan yang dialami orang Kristen mula-mula dengan ketidaknyamanan kecil yang kadang-kadang saya alami-dan saya malu terhadap keluhan saya itu.
- 22 Dikutip dari Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 571.
- 23 Nas lain yang membuat pernyataan yang hampir sama adalah Yakobus 1:12. Lihat 1 Korintus 9:25; 2 Timotius 4:8; 1 Petrus 5:4.
- 24 Mahkota stephanos digunakan juga di dalam situasi lain untuk menghormati mereka yang menerimanya.
- 25 Di dalam teks aslinya, negatif ganda digunakan, menggandakan kekuatan kata "tidak," seolah-olah kata "tidak" itu ditekankan atau diberi huruf besar. Yesus, pada dasarnya, sedang mengatakan, "Ia yang menang akan hampir pasti tidak terluka.…"
- 26 Kematian dapat didefinisikan sebagai "pemisahan": Kematian jasmani adalah pemisahan roh dari tubuh (Yakobus 2:26). Kematian rohani adalah pemisahan manusia dari Allah oleh karena dosa (Yesaya 59:1, 2). Kematian yang kedua adalah pemisahan kekal dari Allah (2 Tesalonika 1:9).
- 27 Eusebius Ecclesiastical History 3. 15.
- 28 Ibid.
- 29 Dikutip dari William Barclay, Letters to the Seven Churches (Filadelfia: Westminster Press, 1957), 28.
- 30 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, doronglah orang Kristen yang tidak setia untuk dipulihkan (Galatia 6:1; Kisah 8:22; Yakobus 5:16) dan orang non-Kristen yang berdosa untuk dibaptis (Markus 16:15, 16). (Pendosa non-Kristen adalah pendosa yang belum pernah berada di dalam hubungan perjanjian dengan Allah [lihat Efesus 2:12, 19]-dengan kata lain, orang yang belum pernah menjadi orang Kristen.)
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
WAHYU 2-3
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru ada...
Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru adalah surat yang ditulis kepada gereja-gereja dan individu-individu. Semuanya itu adalah ungkapan kasih dan kepedulian Tuhan bagi umatNya. Beberapa surat terakhir yang Ia tulis ditemukan di dalam kitab yang kita sedang pelajari: Kitab Wahyu.1Di dalam pasal 2 dan 3, kita menemukan tujuh surat dari Yesus untuk jemaat-jemaat di Asia Kecil.2
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa surat-surat itu disertakan di dalam kitab itu. Setelah kita melihat kemuliaan Yesus di pasal 1, kita siap untuk sorga yang megah di pasal 4 dan 5. Sebaliknya, di dalam pasal 2 dan 3 kita membaca tentang kesalahan gereja-gereja. Beberapa orang berpendapat bahwa surat-surat itu ditambahkan belakangan kepada kitab itu, tapi bukti naskah menunjukkan bahwa surat-surat itu adalah bagian dari kitab Wahyu dari awalnya.
Mengapakah surat-surat itu disertakan? Nilai apakah yang mereka miliki untuk umat Kristen di abad pertama, dan nilai apakah yang mereka miliki sekarang ini? Di dalam pelajaran ini, kita ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan lainnya, seraya kita mempersiapkan diri untuk melihat tujuh surat itu secara rinci.
TUJUANNYA DIJELASKAN
Surat-surat ini menyelesaikan beberapa tujuan. Pertama, mereka membantu kitab itu menjadi praktis. Tanpa surat-surat itu, tantangan di 1:3 untuk "mendengarkan" dan "memperhatikan" hal-hal tertulis itu akan memiliki arti yang jauh kurang menantang, karena pasal 2 dan 3 berisi lebih banyak perintah langsung dibandingkan sisa isi kitab itu digabungkan.
Kedua, surat-surat itu menyediakan transisi dari penglihatan tentang Tuhan yang dimuliakan dengan penglihatan di dalam pasal 4 sampai 22. Pesan Yesus kepada gereja-gereja itu memiliki fokus tiga arah:
Surat-Surat (Pasal 2; 3)
Kondisi Zaman Itu, Penglihatan Tentang Kristus (Pasal 1), Sisa Kitab Wahyu (Pasal 4-22)
(1) Pesan itu melihat ke belakang kepada pasal 1. Di awal setiap surat itu, kita memiliki gambaran tentang Kristus, dan umumnya ini diambil dari penglihatan pembukaan.3(2) Pesan itu melihat ke sekeliling kepada kondisi di zaman Yohanes. Di inti setiap surat itu, kita akan mendapatkan perasaan terhadap zaman itu, karena Yesus menyinggung tantangan unik setiap jemaat. (3) Pesan itu melihat ke depan kepada pasal 4 sampai 22. Kesimpulan dari surat-surat itu janji-janji yang mengantisipasi pelbagai tema di dalam sisa isi kitab itu.4Misalnya, surat kepada gereja di Efesus memiliki janji tentang makan dari pohon kehidupan (2:7), dan kita akan membaca tentang pohon kehidupan di pasal terakhir (22:2). "Yang menang" di jemaat Sardis dijanjikan bahwa mereka akan "dikenakan pakaian putih" (3:5); di pasal 7 kita akan membaca tentang "kumpulan besar orang banyak" berdiri penuh kemenangan "di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih" (ay. 9).
Yang paling penting, surat-surat ini sangat penting bagi penggenapan keseluruhan tujuan Kristus di dalam kitab itu: Ia ingin menyemangati orang Kristen yang tertindas dan mempersiapkan mereka bagi penganiayaan yang bahkan lebih besar; Ia ingin meyakinkan mereka bahwa, pada akhirnya, kebaikan akan menang. Sebelum Ia bisa melakukan itu, satu pertanyaan harus dijawab: Apakah mereka siap menghadapi badai yang mendekat? Tuhan tidak bisa memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.5Sebelum Tuhan dapat menyemangati gereja-gereja itu, Ia harus memeriksa mereka. Barulah kemudian Ia dapat menegaskan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka.
Karena itu, tujuan utama surat-surat itu adalah mempersiapkan jemaat-jemaat itu bagi konflik yang menanti di depan mereka. Sebelum kita selesai mempelajari surat-surat ini, kita akan melihat bahwa surat-surat itu dapat juga membantu kita untuk lebih siap menghadapi pertempuran rohani yang kita hadapi.
POLANYA DIUNGKAPKAN
Tidak sulit untuk mendeteksi pola di dalam surat-surat itu: Semua dimulai dengan cara yang sama, kata-kata yang sama tentang mendengarkan selalu digunakan hampir di bagian akhir, dan semua surat itu memiliki janji bagi mereka "yang menang." Namun begitu, cakupan penuh pola ini mungkin tidak langsung jelas. Untuk membantu Anda membandingkan surat-surat itu, tabel di bagian bawah halaman ini telah disediakan bagi Anda untuk diisi. Periksalah tabel itu dengan hati-hati, tuliskanlah di ruang yang sesuai pasal dan ayat di mana setiap unsur ditemukan.
Dengan beberapa pengecualian, setiap surat itu memiliki tujuh unsur: (1) salam atau ucapan, (2) gambaran tentang Yesus, (3) pujian untuk jemaat itu secara keseluruhan, (4) kecaman untuk jemaat itu secara keseluruhan, (5) peringatan dan ancaman, (6) nasihat, dan (7) janji.6
Salam itu pada dasarnya sama di setiap surat ("tuliskanlah kepada malaikat jemaat di [kota tertentu]"), dan begitu juga dengan nasihat itu ("Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat").Seperti kita telah lihat, dua dari unsur-unsur itu terkait dengan sisa isi kitab itu: Dalam sebagian besar surat-surat itu, gambaran tentang Yesus diambil dari penglihatan di pasal 1, dan janji-janji itu diperluas di pelbagai bagian belakangan kitab itu. Dengan demikian variasi utama di dalam surat-surat itu muncul di bagian (3), (4), dan (5). Pada tabel itu, secara khusus perhatikanlah bahwa dua dari gereja-gereja itu tidak memiliki pujian, sementara dua dari gereja-gereja itu tidak mendapat kecaman—dan karena itu tidak mendapat peringatan. Sebagaimana akan kita lihat, pelbagai perbedaan ini adalah penting.
Ada satu karakteristik lagi yang harus ditunjukkan tentang formatnya: Di dalam tiga surat yang pertama, dorongan diberikan sebelum janji, sementara di empat surat yang terakhir janji diberikan sebelum dorongan. Seperti yang telah kita singgung sebelumnya, daftar yang berisi tujuh hal di dalam kitab Wahyu sering dibentuk dari kelompok tiga dan empat (atau empat dan tiga). Kitab Wahyu bukanlah kekacauan pelbagai adegan yang tidak terkait seperti yang dipercayai oleh beberapa orang; tidak ada yang bersifat serampangan tentang hal itu.
Jika Anda ingin mendapat manfaat maksimal dari pelajaran kita tentang tujuh surat itu, Anda harus lebih dulu melengkapi tabel itu dengan mengisikan acuan Kitab Suci yang sesuai. Untuk membantu Anda memulainya, perhatikanlah acuan-acuan setelah judul utama pelajaran berikutnya, "Gereja Yang Hatinya Bermasalah." Acuan-acuan inilah yang Anda harus tuliskan di kotak-kotak kosong pada kolom "Efesus". Ketika Anda menyalin ayat-ayat itu, amatilah perbedaan dalam urutannya: Pujian kepada gereja Efesus dimulai di ayat 2 dan 3, tapi selesai di ayat 6. Anda akan menemukan beberapa variasi kecil seperti ini dari waktu ke waktu di dalam surat-surat itu.
Setelah Anda mengisi kotak-kotak di bawah "Efesus," kemungkinan besar Anda akan dapat mengisi sendiri sisa tabel itu. Jika Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut, lihatlah pelajaran tentang Tiatira ("Gereja Dimana Izebel Adalah Anggotanya"). Saya juga mempertahankan pembagian tujuh-bagian dalam pelajaran itu untuk membantu Anda mendapatkan format itu dalam pikiran.
POIN-POIN DITELITI
Dengan mengisi sendiri tabel itu, Anda akan mendapatkan nuansa keseluruhan surat-surat itu sebelum kita mempelajarinya secara terperinci. (Anda dapat memeriksa jawaban Anda itu dengan kunci jawaban yang diberikan di dalam edisi ini.) Jangan kehilangan penglihatan tentang Yesus yang berjalan di antara gereja-gereja, memeriksa mereka, dan mempersiapkan mereka untuk cobaan di depan. Pelajaran apakah yang Anda kira mereka butuhkan? Harold Hazelip membuat saran ini:
Setiap surat memiliki catatan yang berbeda—satu kata yang menyentuh atau ungkapan yang menantang yang meringkas keseluruhan pesannya. Jika kita menggabungkan pelbagai catatan yang berbeda itu, kita akan memiliki gambaran tujuh poin yang baik tentang apa yang Kristus inginkan di gerejanya sekarang ini.7
Hazelip kemudian mengusulkan kata-kata kunci untuk masing-masing gereja itu: Gereja di Efesus perlu kembali kepada kasihnya yang semula (2:4); gereja di Smirna harus siap-siap menderita (2:10); jemaat di Pergamus perlu mendukung kebenaran (2:14, 15); gereja di Tiatira butuh kekudusan yang lebih besar (2:20); gereja di Sardis masih kurang dalam kemurnian (3:1); gereja di Filadelfia didesak untuk mengambil keuntungan dari pelbagai peluang untuk penginjilan (3:8a); dan gereja di Laodikia dikecam karena kurangnya dedikasi (3:15).8Hazelip menyimpulkan, "Jika kita bisa menggabungkan tujuh karakteristik ini di dalam satu jemaat—kasih, penderitaan, kebenaran, kekudusan, kemurnian, penginjilan dan dedikasi—kita akan memiliki satu komunitas umat Allah yang ideal."9
Seraya kita menelusuri surat-surat itu, saya rasa Anda akan terkesan dengan ajaran praktis untuk gereja zaman kini. Kita butuh pelajaran-pelajaran yang ditemukan di dalam surat-surat kepada tujuh jemaat di Asia itu.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama a...
KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama atau mungkin tidak, tetapi masalah itu tetap saja mencobai jiwa kita. Yesus ingin umat Kristen mula-mula itu siap untuk menghadapi badai kehidupan; dengan demikian Ia memeriksa mereka supaya Ia bisa mengembangkan kekuatan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka. Ingatlah: Tuhan tidak dapat memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.
Tuhan juga ingin kita siap terhadap apa pun yang mungkin datang. Persiapan masih tergantung pada tiga faktor: penilaian yang jujur tentang kekuatan dan kelemahan kita, pengembangan kekuatan kita, dan perbaikan kelemahan kita. Anda mungkin ingin menemukan seseorang yang Anda hormati dan percayai untuk membantu Anda melakukan evaluasi diri. Kemudian, mendedikasikan diri Anda untuk membangun kekuatan Anda dan memperbaiki pelbagai kekurangan.
Masing-masing dari kita perlu menanyakan dirinya sendiri: "Siapkah saya bagi pertempuran hidup?"; "Apakah yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan diri bagi pertempuran itu?"; "Apakah saya bersedia melakukan apa pun yang diperlukan?"10Tuhan memberkati Anda dalam tantangan itu!
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Menurut bukti naskah, apakah tujuh surat itu selalu menjadi bagian Kitab Wahyu?
- 2. Menurut pelajaran ini, tiga tujuan apakah yang tujuh surat itu miliki? Dapatkah Anda memikirkan tujuan lain apa saja? Apakah tujuan utamanya?
- 3. Pelajaran itu menyiratkan bahwa surat-surat itu "memiliki fokus tiga-arah." Apakah artinya?
- 4. Pelajaran itu menyiratkan bahwa Yesus ingin menegaskan kekuatan gereja-gereja itu, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka. Diskusikanlah bagaimana hal ini dibandingkan dengan apa yang Tuhan katakan kita harus lakukan untuk orang lain (2 Timotius 4:2).
- 5. Apa sajakah tujuh unsur di dalam surat-surat itu?
- 6. Bisakah Anda mengisi tabel itu? Jika mungkin, bandingkanlah tabel Anda dengan tabel yang diisi orang lain.
- 7. Kata-kata kunci apakah yang Harold Hazelip sarankan untuk merangkum situasi dari masing-masing tujuh jemaat itu?
- 8. Sudahkah Anda meluangkan waktu untuk memeriksa diri guna menemukan kekuatan dan kelemahan Anda? Apakah Anda butuh bantuan dalam evaluasi ini?
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
2 Di dalam pelajaran "T...
Catatan Akhir:
- 1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
- 2 Di dalam pelajaran "Tujuh Fakta Yang Anda Harus Ketahui Tentang Kitab Wahyu," saya menekankan bahwa kitab Wahyu aslinya ditujukan kepada "tujuh gereja yang ada pada waktu itu." Izinkan saya menekankan kembali bahwa tujuh gereja ini adalah jemaat sungguhan yang ada di zaman Yohanes dan tidak mewakili "tujuh" zaman gereja. "
- 3 Kita melihat satu pengecualian untuk ini: Surat kepada gereja di Laodikia hanya meminjam ungkapan dari pasal 1 (1:5; 3:14).
- 4 Kaitan beberapa janji terhadap isi kitab Wahyu lainnya adalah jelas; pelbagai kaitan yang lain adalah kurang jelas. Sebagian besar kaitan itu akan ditunjukkan saat kita mempelajari setiap surat itu.
- 5 Sebagai contoh, lihat Yosua 7:1-26.
- 6 Tujuh unsur ini elemen dapat dijudulkan lagi sehingga semua judul berawal dengan huruf yang sama. Misalnya: The Commission [Tugas] ("Kepada malaikat .…."), The Character [Karakter] (gambaran tentang Yesus), The Commendation [Pujian], The Condemnation [Kecaman], The Correction [Perbaikan] (peringatan), The Call [Panggilan] ("mendengarkan apa yang Roh katakan"). Dalam pengalaman saya, unsur-unsur itu lebih mudah diingat ketika semuanya tidak dimulai dengan huruf yang sama.
- 7 Harold Hazelip, The Lord Reigns: A Survey of the Book of Revelation (Abilene, Tex.: Herald of Truth, n.d.), 5.
- 8 Ibid., 5, 6 (pelbagai acuan ditambahkan).
- 9 Ibid., 6.
- 10 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, mereka yang bukan orang Kristen harus diberitahu bahwa mereka perlu terlebih dahulu mengungkapkan iman mereka kepada Yesus dengan dibaptiskan (Kisah 2:36-38).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi