Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Why 4:1--16:21; Why 10:8-11
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 10:8-11 - -- Bagian ini terpengaruh oleh cerita tentang panggilan nabi Yehezkiel, Yeh 2:8-3:3; bdk Yer 15:16. Bagian ini membaharui dan memerincikan tugas panggila...
Bagian ini terpengaruh oleh cerita tentang panggilan nabi Yehezkiel, Yeh 2:8-3:3; bdk Yer 15:16. Bagian ini membaharui dan memerincikan tugas panggilan Yohanes, Wah 1:1-2,9-20.
Ref. Silang FULL -> Why 10:11
Ref. Silang FULL: Why 10:11 - harus bernubuat // dan raja · harus bernubuat: Yeh 37:4,9
· dan raja: Dan 3:4; Wahy 13:7; Wahy 13:7
· harus bernubuat: Yeh 37:4,9
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Why 10:11; Why 10:11; Why 10:11; Why 8:7--11:19; Why 10:11; Why 6:1--20:3; Why 4:1--22:21
10:11 kaum dan bangsa dan bahasa dan raja
10:11 kaum dan bangsa dan bahasa dan raja
Hagelberg: Why 10:11 - -- 10:11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi mengenai400 banyak kaum dan bangsa401 dan bahasa dan raja."
Dengan perkataan ini, maka pa...
10:11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi mengenai400 banyak kaum dan bangsa401 dan bahasa dan raja."
Dengan perkataan ini, maka panggilan Yohanes sebagai nabi Allah menjadi sangat jelas. Dia harus makan gulungan kitab kecil itu. Dia harus bernubuat tentang banyak kaum dan bangsa dan bahasa dan raja.
Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
Sudah diamati bahwa dalam tambahan yang ada di pasal 7 rupanya ada unsur kesaksian dan kesyahidan. Sementara dalam tambahan yang ada di pasal 10 ada unsur pelayanan pemberitaan seorang nabi, serta kepahitannya. Dalam tambahan ini juga ada unsur kesaksian dan kesyahidan.
Hagelberg: Why 8:7--11:19 - -- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. H...
2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. Hubungan tersebut diuraikan dalam pembahasan nas masing-masing.
a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
Sama seperti keempat segel yang pertama menjadi satu kelompok, demikian juga keempat sangkakala yang pertama menjadi satu kelompok.357
Hukuman-hukuman ini penuh dengan hal yang aneh. Rincian-rinciannya sebaiknya ditafsirkan secara harfiah asal arti harfiah itu masuk akal. Misalnya, dalam 8:10 ada sebuah "bintang besar" yang menimpa bumi. Tidak mungkin ini ditafsirkan secara harfiah, karena bintang beribu-ribu kali lebih besar dari bumi ini. Hal ini merupakan suatu kiasan yang menggambarkan peristiwa yang sangat dahsyat.
Hagelberg: Why 10:11 - -- 10:11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi mengenai400 banyak kaum dan bangsa401 dan bahasa dan raja."
Dengan perkataan ini, maka pa...
10:11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi mengenai400 banyak kaum dan bangsa401 dan bahasa dan raja."
Dengan perkataan ini, maka panggilan Yohanes sebagai nabi Allah menjadi sangat jelas. Dia harus makan gulungan kitab kecil itu. Dia harus bernubuat tentang banyak kaum dan bangsa dan bahasa dan raja.
Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
Sudah diamati bahwa dalam tambahan yang ada di pasal 7 rupanya ada unsur kesaksian dan kesyahidan. Sementara dalam tambahan yang ada di pasal 10 ada unsur pelayanan pemberitaan seorang nabi, serta kepahitannya. Dalam tambahan ini juga ada unsur kesaksian dan kesyahidan.
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 10:8-11
Matthew Henry: Why 10:8-11 - Perintah untuk Bernubuat Perintah untuk Bernubuat (10:8-11)
I. Sebuah perintah yang tegas diberikan kepada Rasul Yohanes,
1. Yaitu, pergilah, ambillah ...
Perintah untuk Bernubuat (10:8-11)
- I. Sebuah perintah yang tegas diberikan kepada Rasul Yohanes,
- 1. Yaitu, pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka itu dari tangan si malaikat yang kuat itu.
- 2. Supaya ia memakan buku itu. Sebelum ia memberitakan apa yang telah ia temukan itu, ia harus lebih mencerna lagi seluruh nubuat-nubuat itu.
- II. Penggambaran tentang apa rasa buku kecil itu. Pada awalnya, di dalam mulutmu ia akan terasa manis. Namun, ketika buku nubuat ini lebih dicerna lagi oleh Rasul Yohanes, isinya akan terasa pahit. Ini adalah perkara-perkara yang sungguh mengerikan dan menakutkan, sehingga sangat tidak menyenangkan untuk dilihat.
- III. Rasul Yohanes melakukan tugas yang diberikan kepadanya (ay.10): ia merasakan apa yang dikatakan kepadanya mengenai rasa dari buku itu.
- IV. Kitab nubuat ini tidak diberikan kepada Rasul Yohanes hanya untuk sekadar memuaskan rasa ingin tahunya, tetapi untuk disampaikan olehnya kepada dunia. Dia diperintahkan untuk bersiap-siap melakukan tugas perutusan lain lagi, untuk menyampaikan semua penyataan pikiran dan kehendak Allah kepada dunia, dan semua itu harus dibacakan dan ditulis dalam banyak bahasa.
SH: Why 10:1-11 - Kitab Terbuka Lagi, ... (Selasa, 5 November 2002) Kitab Terbuka Lagi, ...
Setelah enam malapetaka yang merupakan pembalasan sekaligus
peringatan terhadap umat manusia, tampillah malaikat dalam s...
Kitab Terbuka Lagi, ...
Setelah enam malapetaka yang merupakan pembalasan sekaligus peringatan terhadap umat manusia, tampillah malaikat dalam sosok raksasa yang merepresentasikan pemberlakuan kekudusan, keadilan, belas kasihan dan kesetiaan perjanjian serta pimpinan Allah atas umat-Nya. Sifat dan sikap Allah tersebut berlaku universal dan tersimpul dalam firman-Nya, yakni Injil (gulungan kitab yang terbuka). Seruan pemberlakuan karakter Allah di seluruh muka bumi itu dahsyat dan mengundang gema mengenai masa depan yang akan dicapai melalui pemberlakuan karakter Allah secara universal. Namun demikian, ketika Yohanes sang pelihat bermaksud menuliskan hal tersebut, ia dilarang (ayat 4). Dengan demikian, gambaran tentang masa depan belum saatnya dikemukakan.Meskipun begitu, suatu kepastian dikemukakan bahwa masa toleransi Ilahi atas respons umat manusia yang terus-menerus menolak Allah dan Kristus-Nya serta memusuhi umat-Nya tidak akan berlaku selamanya. Saat murka dan penghukuman terakhir akan tiba dan tidak akan ditunda, meskipun untuk itu pemberontakan manusia harus terlebih dulu mencapai puncaknya.
Menjelang kedatangan saat yang paling menentukan itu, si pelihat menerima titah untuk menyampaikan Firman Allah kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa. Perlambangannya adalah memakan gulungan kitab tersebut, yang terasa manis di mulut namun pahit di perut. Maksudnya, keindahan firman Allah, yakni Injil itu, sebanding pula dengan konsekuensi yang dituntut bagi para pemberita dan orang-orang yang setia padanya. Injil seperti kata Paulus, "adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (Rom. 1:16), tetapi juga, karena kesaksiannya yang tuntas tentang Kristus dan karya-Nya, menuntut kesetiaan yang total yang tidak jarang harus dibayar dengan kepahitan penderitaan.
Renungkan:
Di tengah dunia yang sarat dengan kebobrokan moral dan
perlawanan terhadap Kerajaan Allah, ternyata Allah terus
berkarya menyatakan karakter-Nya. Bersama dengan itu, tersedia
jugalah hukuman setimpal bagi keberdosaan umat manusia yang
enggan bertobat.
SH: Why 10:1-11 - Tugas kenabian (Senin, 15 Agustus 2005) Tugas kenabian
Yohanes melihat kemenangan dan kedaulatan Kristus. Banyak persamaan antara malaikat yang Yohanes lihat ini dengan penampakan Kristus d...
Tugas kenabian
Yohanes melihat kemenangan dan kedaulatan Kristus. Banyak persamaan antara malaikat yang Yohanes lihat ini dengan penampakan Kristus di pasal 5 juga pasal 1 dan 2. Semua ciri Kristus ada pada malaikat ini: kuat, berselubungkan awan (bdk. Dan. 7:13), pelangi di atas kepala, wajah seperti matahari, dan kaki bagaikan tiang api. Ia memegang gulungan kitab yang tidak lagi tertutup (Why. 5). Ia berdiri di atas laut dan darat yang melambangkan pemerintahan dan penghakiman Kristus atas seisi ciptaan. Suaranya seperti singa yang mengaum (ayat 5:5; bdk. Am. 1:2). Bedanya gulungan kitab dalam pasal ini kecil ukurannya, mengisyaratkan kitab ini adalah intisari kitab di Wahyu pasal 5.
Tujuh guruh itu masih dalam rangkaian tujuh tulah Allah untuk dunia ini. Tujuh meterai, sangkakala, dan bokor dibukakan, tetapi tujuh guruh itu harus dirahasiakan. Penampakan Allah yang sangat dahsyat terdengar sebagai guruh (Yoh. 12:28-29). Yohanes diminta untuk tidak mencatat suara tujuh guruh itu (Why. 10:7), namun hal itu segera akan terjadi. Maksudnya ialah bagaimana murka Allah itu terjadi tak dapat manusia ketahui sekarang, namun itu pasti terjadi.
Kitab yang dibuka oleh Singa Yehuda itu, kini dibawa malaikat itu turun ke bumi (ayat 1). Kitab yang berisi keselamatan dan hukuman Allah itu kini harus dimakan oleh Yohanes. Nabi sejati harus menerima firman bagi dirinya dulu, baru ia beritakan (Yeh. 2:8-3:3). Dampaknya, sang nabi merasakan manis dan pahitnya firman. Manisnya firman bagi orang yang taat dan manisnya Injil bagi orang yang merespons; juga pahitnya konsekuensi negatif firman dari orang yang menolak taat, harus dirasakan oleh sang nabi. Kita pun harus memiliki visi jelas tentang Kristus dalam segala derita dan kemenangan-Nya, menaati perintah Allah dengan segala konsekuensinya, dan menghayati segenap firman dalam hidup agar kita boleh menjalankan tugas kenabian kini.
Responsku: __________________________________________________________________________________________
SH: Why 10:1-11 - Tidak ada penundaan (Jumat, 28 Desember 2012) Tidak ada penundaan
Bernubuat bagi banyak bangsa, kaum, bahasa, dan raja (11) adalah tugas yang harus dilakukan oleh Yohanes setelah menyaksikan semu...
Tidak ada penundaan
Bernubuat bagi banyak bangsa, kaum, bahasa, dan raja (11) adalah tugas yang harus dilakukan oleh Yohanes setelah menyaksikan semua peristiwa menjelang ditiupnya sangkakala yang ketujuh. Sebelum tugas itu dilakukan, Yohanes diminta untuk memakan sebuah gulungan kitab yang diberikan oleh malaikat, yang akan terasa manis di mulut, tetapi terasa pahit di perut (8-9). Yehezkiel pun pernah mendapat perintah serupa sebelum ia diperintahkan untuk menyampaikan perkataan Tuhan kepada bangsa Israel (Yeh. 3:3). Perintah ini seolah memberikan gambaran bahwa Yohanes dapat memberitakan firman Tuhan hanya bila ia mengambil gulungan kitab itu. Dengan kata lain, orang harus menerima firman terlebih dahulu di dalam hatinya dan menjadikannya bagian hidup, sebagai prasyarat sebelum ia memberitakan firman.
Walau disebutkan bahwa gulungan kitab itu kecil, yang membawanya adalah malaikat yang kuat (1). Dan meski kecil memberikan kesan seolah tak berarti, isi kitab itu begitu penting untuk disampaikan. Bukan hanya kepada kalangan masyarakat umum saja, tetapi juga kepada raja sebagai pemimpin negara, pengambil keputusan tertinggi dan yang memberikan pengaruh besar bagi bangsa yang dia pimpin.
Akan tetapi, tidak semua yang dinyatakan kepada Yohanes akan dinyatakan kepada manusia, sebab ada juga yang tetap menjadi rahasia Allah (4). Namun ada juga rahasia yang sudah diberitakan Allah kepada hamba-hamba-Nya sebelumnya (7), yang kemudian akan dinyatakan kepada semua orang, yaitu rahasia tentang peristiwa yang akan terjadi sesudah sangkakala ketujuh ditiup.
Sering disebutkan bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali, tetapi untuk mempersiapkan penghakimanNya Tuhan sudah memberikan cukup banyak kesempatan bagi manusia untuk bertobat, yaitu sampai ditiupnya sangkakala keenam. Namun kesempatan itu memang akan ada akhirnya, dan pada saat itu tidak akan ada penundaan (6). Maka bagi kita yang telah sering mendengar peringatan Allah, jangan abaikan. Datang kepada-Nya adalah jalan terbaik.
SH: Why 10:1-11 - Penglihatan yang Mewarnai Kehidupan (Senin, 26 September 2022) Penglihatan yang Mewarnai Kehidupan
Penglihatan Yohanes tentang gulungan kitab mirip dengan yang dialami Yehezkiel (lih. Yeh. 3:1-3); gulungan kitab ...
Penglihatan yang Mewarnai Kehidupan
Penglihatan Yohanes tentang gulungan kitab mirip dengan yang dialami Yehezkiel (lih. Yeh. 3:1-3); gulungan kitab itu dimakan dan manis rasanya di mulut (9). Penglihatan itu menggambarkan peran Yohanes yang menerima penglihatan Tuhan dan memberitakannya, sama seperti tradisi nabi-nabi PL. Pesan Tuhan itu ada dalam diri seorang nabi, dan keluar dari mulutnya (11).
Penglihatan yang dibawa Yohanes menyediakan visi untuk menghadapi penderitaan yang dialami umat Kristen mula-mula. Yohanes melihat suatu peperangan kosmis di balik semua penderitaan itu, dan bahwa naga besar dan pelacur Babel (Why. 12, 13, 17), yang melambangkan kejahatan Imperium Romawi, akan dihancurkan pada akhirnya.
Memang dalam masa hidup Yohanes sendiri, Kekaisaran Romawi terus hidup dan berjaya. Namun, nyatanya pada hari ini banyak orang Kristen terus menghidupi visi Yohanes dan mengambil bagian dalam kesaksian hidup umat yang sudah ditebus oleh Anak Domba, sementara jejak politik Kekaisaran Romawi sudah jadi reruntuhan puing-puing sejarah atau artefak museum.
Memang Yohanes menyingkapkan penglihatan yang menembus realitas kehidupan sehari-hari. Yohanes meyakini adanya peperangan kosmis rohani yang sebenarnya selalu terjadi di latar belakang. Dengan cara ini Yohanes mengajukan pertanyaan: siapakah sebenarnya pemenang dan penguasa dalam hidup ini?
Dari perspektif dunia, jelas si naga besar sudah menghancurkan para martir (saksi). Kekuasaan politik dan militer yang dipamerkan dan disembah oleh dunia sanggup membangkitkan kekaguman. Fakta bahwa naga besar dapat membunuh para martir tanpa ancaman hukuman pun, seolah-olah menjadi bukti final kedahsyatan monster yang bagai Tuhan itu. Bahkan, orang Kristen pun mungkin terpikat dengan sudut pandang ini.
Namun, Yohanes menyajikan perspektif surgawi yang berbeda. Menjadi setia dan menjadi korban si monster bukanlah kekalahan, melainkan kemenangan melawan delusi propaganda si jahat. [IHM]
Utley -> Why 10:8-11
Utley: Why 10:8-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 10:8-118 Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 10:8-11
8 Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu." 9 Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu." 10 Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya. 11 Maka ia berkata kepadaku: "Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."
Wahy 10:8 "Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku" Ada banyak spekulasi tentang identifikasi pembicara. Beberapa telah menegaskan bahwa itu adalah Allah, atau Kristus, atau Roh Kudus, atau salah satu malaikat kuat.
Dalam ay. 11 suara tersebut PLURAL, mungkin merujuk kepada Allah Tritunggal. Bentuk jamak yang digunakan untuk Tuhan dalam PL (nama Elohim dan "kami" dari Kej 1:26; 3:22; 7:11; Yes 6:8) telah dijelaskan dalam beberapa cara.
- 1. bentuk gramatikal disebut "bentuk jamak Yang Maha Agung" dimana jamak mengintensifkan konsep atau istilah
- 2. YHWH berbicara secara kolektif di dewan malaikat (lih. 1Raj 22:19; Ayub 1:6; 2:1; Yer 23:18; Dan 7:10)
- 3. bentuk yang baru jadi dari konsep Allah Tritunggal atau Trinitas (lih.Mazm 110:1; Za 2:8) Lihat Topik Khusus: Nama-nama Tuhan di Wahy 4:8.
Wahy 10:9 "'Ambillah dan makanlah dia'" Ini merupakan acuan kepada Yeh 2:08-3:14 atau Yer 15:16-17. Ini melambangkan yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan Allah. Kitab kecil melambangkan pesan Allah yang berisi jaminan bagi orang percaya (madu, lih. Mazm 19:10-11; 119:103) dan penghakiman orang-orang yang tidak percaya (kepahitan). Gulungan kitab ini tidak sama dengan yang dibuka Yesus dalam pasal Wahy 6. Hal ini mengacu pada pesan dari malaikat Mahakuasa (lih.ay. 7-11).
Wahy 10:11 "Maka ia berkata kepadaku" Malaikat yang kuat atau Allah Tritunggal adalah menegaskan Yohanes sebagai pencatat kenabian dan juru bicara.
□ "Banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja" Istilah ini digunakan untuk orang-orang yang tidak percaya (lih.Wahy 11:9; 13:7-8; 14:6; 17:15) dan orang percaya (yaitu, sebelum Hari Penghakiman lih.7: 9; Wahy 15:4 dan setelah hari Penghakiman Lih. Wahy 21:24,26; 22:2). Ayat ini bisa merujuk ke memberitakan Injil (lih.Wahy 10:11; 14:6) untuk semua bangsa (lih.Mat 24:14; Mr 13:10) atau prediksi dari penghakiman temporal lebih lanjut, yaitu murka Allah.
TFTWMS -> Why 10:2-11; Why 10:11
TFTWMS: Why 10:2-11 - Mengagumi Keuniversalan Pesan Itu MENGAGUMI KEUNIVERSALAN PESAN ITU (Wahyu 10:2, 3, 5, 8, 11)
Pentingnya pesan itu selanjutnya ditekankan di dalam rincian selanjutnya: Utusan sorgawi ...
MENGAGUMI KEUNIVERSALAN PESAN ITU (Wahyu 10:2, 3, 5, 8, 11)
Pentingnya pesan itu selanjutnya ditekankan di dalam rincian selanjutnya: Utusan sorgawi itu "menginjakkan kaki kanannya di atas laut13dan kaki kirinya di atas bumi" (ay 2b). Rincian ini disebut tiga kali di dalam teks kita (ay 2, 5, 8), menyiratkan adanya makna khusus.
Postur malaikat itu adalah postur pahlawan penakluk. Fakta bahwa ia menginjakkan kakinya di darat dan laut menunjukkan otoritas atas keduanya. Hal itu lebih lanjut menunjukkan bahwa pesan yang ia bawa bersifat universal dalam cakupannya. Kesimpulan itu diperkuat oleh fakta bahwa malaikat itu berseru keras (ay 3) dengan suara yang akan disampaikan ke seluruh ciptaan. (Bandingkan ayat 3 dengan 5:2, 3.) Hal itu diperkuat lebih lanjut oleh kata-kata penutupan pasal itu, yang menekankan bahwa pemberitahuan Yohanes itu melibatkan "banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja" (ay 11)—suatu daftar yang digunakan di tempat lain di kitab Wahyu untuk mengacukan setiap orang di mana saja (lihat 7:9; 11:9; 17:15).
Wahyu Allah tentang pelbagai rencana dan tujuan-Nya itu bukanlah untuk sedikit orang pilihan saja. Itu untuk "seluruh dunia" (Markus 16:15), untuk "semua bangsa" (Matius 28:19), untuk "semua manusia" (1 Timotius 2:4; Titus 2:11)—termasuk Anda dan saya!
TFTWMS: Why 10:11 - Tanggung Jawabnya TANGGUNG JAWABNYA (Wahyu 10:11)
Yohanes diberitahu untuk makan kitab kecil itu bukan hanya untuk memuaskan rasa laparnya atau menyediakan dia kudapan...
TANGGUNG JAWABNYA (Wahyu 10:11)
Yohanes diberitahu untuk makan kitab kecil itu bukan hanya untuk memuaskan rasa laparnya atau menyediakan dia kudapan sore hari. Sebaliknya, memakan kitab itu untuk mempersiapkan dirinya bagi pelayanan lebih lanjut (bandingkan 10:9-11 dengan Yehezkiel 3:1, 4). Begitu rasul itu telah memakan kitab itu, ia diberitahu,7"Engkau harus bernubuat lagi kepada [tentang; NASB8] banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja"9(ay. 11). Yohanes telah mencapai pertengahan jalan dalam perwahyuan itu, tetapi lebih banyak hal akan muncul. Bagian terakhir kitab itu punya banyak hal untuk dikatakan tentang "banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja."
Mengapakah Yohanes diberitahu bahwa ia "harus bernubuat lagi"?10(Huruf miring oleh saya.) Mungkin itu untuk mendorong dia menyelesaikan tugas menulis kitab Wahyu. Saya bahkan tidak bisa membayangkan ketegangannya jam demi jam dalam di dalam perwahyuan tertentu yang mengerikan. Mungkin dorongan itu lebih bersifat umum. Dalam keadaan terisolasi di Patmos, rasul itu mungkin berpikir bahwa tahun-tahun pengabdiannya sudah berakhir. Ia perlu tahu bahwa bahkan setelah ia menyelesaikan kitab Wahyu, akan ada pekerjaan untuk ia lakukan. Pada akhirnya, ia akan dibebaskan dari Patmos dan bisa melanjutkan kembali kegiatannya.11
Apapun kemungkinan alasan bagi instruksi kepada Yohanes ini, tugas yang menanti dia di depan bukanlah bersifat pilihan. Kata "harus" di ayat 11 diterjemahkan dari dei, yang menunjukkan "suatu keharusan moral." Ia harus "bernubuat lagi … [tentang] banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja." Rasul itu tidak diberitahu bahwa pelayanannya akan membuat dia bahagia atau membuat dia "merasa puas," tetapi itu perlu. Syukur kepada Allah atas orang-orang seperti Yohanes yang telah bersedia memberitakan Firman itu tanpa peduli apa pun resikonya!
Tugas di ayat 11 ditujukan kepada Yohanes, tetapi penerapannya dapat diterapkan ke atas setiap orang Kristen. Tuhan telah menempatkan pada diri kita masing-masing kewajiban moral untuk membawa Firman Allah kepada semua orang (Matius 28:19; Markus 16:15; Lukas 24:47). Pasal 10 menantang kita masing-masing untuk menghargai Firman, memanfaatkan Firman, dan kemudian membagi Firman itu dengan orang lain.
Seseorang pernah berkata bahwa ada dua hari penting di dalam kehidupan manusia: yang pertama, hari ia dilahirkan, dan yang kedua, hari ia mempelajari alasan ia dilahirkan.12Alkitab mengajarkan bahwa tujuan utama keberadaan kita adalah untuk memuliakan Allah (Matius 5:16; 1 Korintus 6:20; 1 Petrus 2:12; 4:16)—dan salah satu cara penting kita melakukan itu adalah dengan memberitahu orang lain tentang Firman-Nya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KEBODOHAN KARENA MENGABAIKAN PERINTAH ALLAH
WAHYU 9:20-21 & 11:14, 15
G. Saint Helens menyemburkan awan gelap ratusan meter ke langit biru Washi...
KEBODOHAN KARENA MENGABAIKAN PERINTAH ALLAH
G. Saint Helens menyemburkan awan gelap ratusan meter ke langit biru Washington. Berdasarkan bukti saintifik, gunung berapi itu jelas akan segera meletus. "Peringatan!" dikumandangkan dari pengeras suara di mobil-mobil dan helikopter-helikopter patroli, dari tanda-tanda peringatan bertenaga baterai di setiap persimpangan jalan utama, oleh para penyiar radio dan televisi, oleh para operator radio gelombang pendek dan CB. Desa-desa di tepi Danau, kamp-kamp wisata, dan jalur-jalur hiking kosong ketika orang-orang lari menyelamatkan nyawa mereka.
Harry, meskipun telah diperingatkan, menolak untuk mengungsi. Harry adalah penjaga sebuah penginapan wisata di Spirit Lake, delapan kilometer sebelah utara G. Saint Helens. Petugas Rangers telah memperingatkan dia, para tetangga menghimbau dia untuk mengungsi bersama mereka, dan adik perempuan Harry dipanggil untuk menyadarkan orang tua yang keras kepala itu—tapi Harry mengabaikan mereka. Ia menyeringai terhadap televisi nasional dan berkata, "Tidak ada yang tahu lebih banyak tentang gunung ini selain aku, dan gunung ini tidak berani meletus di atas aku."
Pada tanggal 18 Mei 1980, ketika gas yang mendidih di bawah permukaan gunung menyembul dan menjembol tanah, Harry malah memasak telur dan daging, memberi makan enam belas kucingnya dengan sisa-sisa makanan, dan mulai menanam bunga petunias di sekeliling batas halaman rumputnya yang baru dipangkas. Pada jam 8:31, gunung itu meletus.
Gunung berapi ini meletus dengan kekuatan lima ratus kali lebih besar dari bom nuklir yang meratakan Hiroshima. Jutaan ton batu remuk dan berubah menjadi awan yang menjulang ke langit setinggi 16 kilometer. Gelombang kejut, yang merambat lebih cepat daripada kecepatan suara, meratakan segala sesuatu pada radius 240 kilometer persegi. Dinding lumpur dan abu setinggi 17 meter mengalir menuruni punggung gunung itu.
Di sudut Washington di mana Harry pernah tinggal, para penyanyi balad sekarang bernyanyi tentang kisah Harry, orang tua keras kepala yang menolak untuk mengindahkan pelbagai peringatan.1
Untuk beberapa pelajaran yang lalu, kita telah membahas peringatan dari sangkakala Allah kepada orang berdosa: Ketika empat sangkakala pertama berbunyi, Allah menggunakan pelbagai bencana alam untuk mengingatkan manusia tentang kerawanan situasi mereka. Ketika sangkakala kelima berbunyi, belalang-belalang jahat menyiksa manusia dengan siksaan yang ditimbulkan oleh dosa. Sangkakala keenam menghasilkan "penunggang kuda dari neraka" yang mencoba menyadarkan orang-orang berdosa. Sedih untuk dikatakan, respon mereka adalah seperti respon si Harry tua. Pada umumnya, orang-orang mengabaikan peringatan yang mereka terima:
Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian (9:20, 21).
Selama saya mempelajari tujuh sangkakala itu, 2 Petrus 3:9, 10 terlintas di pikiran:
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
Ayat-ayat ini mengajarkan beberapa kebenaran penting: (1) Tuhan menunda kedatangan-Nya—karena Ia tidak ingin manusia binasa. (2) Keinginan Tuhan adalah orang berdosa seharusnya bertobat, karena hanya melalui pertobatan mereka dapat kembali kepada Dia. (3) Pada titik tertentu, kesabaran Tuhan akan habis, dan hari Tuhan akan datang. Lalu orang-orang yang mengabaikan peringatan-Nya itu akan merasakan kekuatan penuh murka-Nya. Masing-masing tema ini telah dikembangkan dalam nas-nas tentang tujuh sangkakala.
Dalam pelajaran ini, kita akan menyelesaikan pelajaran kita tentang sangkakala keenam (9:20, 21)—dan mengantisipasi yang ketujuh (11:14, 15).
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 9:20-21; 11:14-15)
Dengan melihat kembali enam sangkakala pertama dan melihat ke depan kepada sangkakala ketujuh, kita banyak mempe...
KESIMPULAN (Wahyu 9:20-21; 11:14-15)
Dengan melihat kembali enam sangkakala pertama dan melihat ke depan kepada sangkakala ketujuh, kita banyak mempelajari pelajaran penting:
(1) Dosa itu mengerikan.
(2) Dosa itu menghancurkan segala sesuatu yang ia sentuh.
(3) Dosa itu penghinaan terhadap Allah.
(4) Allah itu penuh rahmat dan sabar terhadap kita ketika kita berdosa.
(5) Jika kita ingin mendapat manfaat dari rahmat Allah, kita harus bertobat.
(6) Pertobatan sejati akan mengubah diri kita luar-dalam.
(7) Waktu adalah singkat dan tidak pasti. Jika kita ingin bertobat, kita harus melakukannya sekarang juga!
Kebenaran utama yang saya ingin Anda ingat tentang sangkakala-sangkakala itu adalah bahwa "sangkakala-sangkakala itu memberi peringatan": Allah sedang mencoba memperingatkan kita melalui pelbagai bencana alam, melalui hal-hal mengerikan yang menimpa orang berdosa, dan melalui efek mengerikan yang dosa timbulkan pada orang lain. Dalam khayalan saya, saya mendengar seseorang berseru keras di dalam penghakiman, "Tuhan, kenapa Engkau tidak memperingatkan aku?" dan saya mendengar jawaban sedih Tuhan: "Aku sudah lakukan! Ingkatkah engkau kepada tornado yang memporak-porandakan banyak rumah di daerahmu? Tidakkah engkau ingat bahwa engkau tidak bisa tidur setelah berbohong? Tidakkah engkau ingat melihat adegan kecelakaan dengan tubuh-tubuh yang rusak? Aku mencoba memperingatkan engkau dari waktu ke waktu! Namun engkau tidak mendengarkan!"
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya berkhotbah di gereja Kristus Village di Greater Oklahoma City, seorang non-Kristen yang memakai alat bantu dengar sering hadir ketika saya berkhotbah. Tidak peduli betapa penuh semangat saya menghimbau, Ia tetap pada pendiriannya. Kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah ia mematikan alat bantu dengarnya ketika saya naik mimbar. Saya tidak kenal orang itu, tapi saya tahu bahwa hari ini banyak orang menutup telinga mereka terhadap peringatan Tuhan (Matius 13:15). Tidak penting apakah Anda mengabaikan saya atau tidak, tapi saya mohon, jangan mengabaikan Allah! Jangan seperti Harry tua, yang mengabaikan pelbagai peringatan. Jika Anda perlu berpaling kepada Tuhan, lakukanlah sekarang juga!28
PERTANYAAN untuk Ulasan & DiSKUSI
- 1. Pernahkah Anda mengabaikan peringatan dan harus menanggung akibatnya?
- 2. Allah ingin pelbagai akibat mengerikan dari dosa menimbulkan pertobatan— tapi bisakah begitu? (Lihat 9:20, 21.) Bagaimana dengan sekarang ini? Dosa masih menimbulkan pelbagai akibat yang mengerikan, tapi apakah hal ini mempengaruhi sebagian besar orang?
- 3. Apakah penyembahan berhala masih menjadi masalah sekarang ini?
- 4. Diskusikanlah empat dosa yang disebut di dalam ayat 21. Apakah dosa-dosa ini masih lazim terjadi sekarang ini?
- 5. Suatu hari nanti, akankah Allah memutuskan bahwa tidak ada alasan untuk berusaha terus membawa kembali manusia kepada Dia? Apa yang akan terjadi kemudian? Bagaimanakah Anda dan saya bisa mempersiapkan diri untuk Hari Penghakiman?
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kisah tentang Harry ini disadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Book...
Catatan Akhir:
- 1 Kisah tentang Harry ini disadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), xi, xii.
- 2 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 123.
- 3 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 124.
- 4 Lihat artikel tambahan "Bertobatlah-Jika Tidak!"
- 5 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: Abingdon Press, 1935), 143-44.
- 6 Alkitab KJV menulis "menyembah setan-setan," tapi hanya ada satu setan. Istilah yang lebih tepat adalah "roh-roh jahat." Di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ibadah orang kafir dianggap menyembah roh-roh jahat (Ulangan 32:17; Mazmur 106:37; 1 Korintus 10:20). Ajaran palsu dianggap sebagai "ajaran roh-roh jahat" (1 Timotius 4:1).
- 7 Gambaran serupa tentang berhala ditemukan di seluruh Alkitab. Lihat Ulangan 4:28; Mazmur 115:4-8; 135:15-18; Yesaya 44:12-20; Yeremia 1:16; Mikha 5:13; Kisah 7:41.
- 8 Martin Kiddle, The Revelation of St. John, The Moffatt New Testament Commentary Series (New York: Harper & Brothers Publishers, 1940), 165.
- 9 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 216.
- 10 Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a WAR Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing Co., 1995), 180.
- 11 David Roper, "The Day Christ Came (Again)" and Other Sermons (Dallas: Christian Publishing Co., 1964), 65.
- 12 Saya meminta peserta kelas di Judsonia untuk membuat daftar tentang hal-hal yang kadang-kadang manusia utamakan di dalam hidup mereka ketimbang Tuhan. Mereka datang dengan daftar yang mengesankan.
- 13 Kata Yunani yang diterjemahkan "percabulan" adalah porneia, kata untuk percabulan (lihat KJV). Dalam konteks ini, kata tersebut mengacu kepada dosa seksual secara umum. Alkitab NIV menulis "kemesuman seksual."
- 14 Dosa-dosa ini adalah khas dosa-dosa di zaman Yohanes dan tetap umum di zaman kita. Dosa-dosa khusus ini sering dikelompokkan bersama di dalam Kitab Suci (lihat Yeremia 7:9; Hosea 4:2; Galatia 5:19-21).
- 15 Kita tidak lagi diikat oleh Sepuluh Perintah Allah seperti itu, tapi sembilan dari sepuluh perintah itu diulang di Perjanjian Baru, termasuk yang mengecam dosa yang tercantum di ayat 21 (lihat Roma 13:9). (Satu perintah di dalam Sepuluh Perintah yang tidak diulang di dalam Perjanjian Baru adalah nomor empat: "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.")
- 16 Larangan ini juga melidungi pernikahan dan rumah tangga.
- 17 Kata Yunani ini muncul tiga kali di Perjanjian Baru: di sini, di Wahyu 18:23, dan di Galatia 5:20. Alkitab KJV menerjemahkan kata itu sebagai "tenung" di Galatia 5:20, tetapi NKJV menulis "sihir" Alkitab NIV menulis "seni magis" di Wahyu 9:21, tetapi "mantra gaib" di Wahyu 18:3. Mungkin ada beberapa nilai tertentu dalam mencatat perbedaan antara "sulap" dan "sihir": Pesulap ("ahli magis") tidak berpura-pura melakukan trik mereka dengan bantuan kekuatan mistik gaib tertentu; "seni magis" mereka sedikit lebih [sulit] dari teka-teki sehingga para penonton mereka senang mencoba untuk mencari tahu rahasianya.
- 18 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohelngerger III with James A. Swanson (Minneapolis, Minn.: Bethany House Publishers, 1984), 1064-65.
- 19 Ibid., 1065.
- 20 "Peyote" adalah nama umum sebuah kaktus tak berduri yang ditemukan di AS barat daya dan utara Meksiko. Pohon ini mengandung alkaloid mescaline, yang dapat menimbulkan halusinasi yang ditandai dengan warna-warna
- 21 Native American Church adalah lembaga keagamaan yang terdiri dari beberapa Indian Amerika dari beberapa suku, terutama di barat daya Amerika. Gereja ini menggabungkan beberapa ajaran agama Kristen dengan penggunaan "sakramen" dari ramuan peyote.
- 22 Anda mungkin ingin menggunakan contoh-contoh yang dikenal baik oleh para siswa Anda.
- 23 Lihat "Repent" dalam daftar kata di halaman 54 dalam edisi "Acts, 1" dari Truth for Today (May 1995).
- 24 M. Robert Mulholland, Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 199.
- 25 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 102.
- 26 Tujuh cawan itu masih akan datang (pasal 15 dan 16), tetapi penekanan dalam cawan-cawan itu akan berupa tentang hukuman, bukan tentang peringatan.
- 27 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 44. Tenney mengilustrasikan maksudnya dengan mengacu kepada dunia sebelum air bah, Sodom dan Gomora, Babel, dan Yerusalem.
- 28 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, jelaskanlah bagaimana orang non-Kristen datang kepada Allah dan bagaimana orang Kristen yang bersalah datang lagi kepada Allah. Lihat kesimpulan dari pelajaran "Seruan Bangun Oleh Allah" dan "Sifat Dosa Yang Menghancurkan Diri."
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Kitab Kecil Berisi Pesan Besar
WAHYU 10:1-8, 11
Dua pelajaran kita sebelumnya berkisar pada sangkakala keenam. Seraya kita memulai pasal 10, kita me...
Kitab Kecil Berisi Pesan Besar
Dua pelajaran kita sebelumnya berkisar pada sangkakala keenam. Seraya kita memulai pasal 10, kita menantikan ledakan dari sangkakala yang terakhir. Sebaliknya, kisah itu diinterupsi oleh hampir dua pasal yang berisi pelbagai penglihatan lainnya. Sangkakala terakhir tidak ditiup sampai 11:15.
Kita memiliki jenis interupsi yang sama antara pembukaan meterai keenam (6:12-17) dan pembukaan meterai ketujuh (8:1-5). Di antara dua meterai itu, kita memiliki pemeteraian 144.000 jiwa (7:1-8) dan penglihatan tentang bala tentara yang tak terhitung jumlahnya di hadapan takhta itu (7:9-17).
Namun begitu, interupsi meterai itu berbeda dari interupsi sangkakala: Jeda di antara kedua meterai itu terutama dirancang untuk menghibur gereja, sedangkan jeda di antara sangkakala dimaksudkan untuk menantang gereja. Jeda sebelumnya di dalam kisah itu menjawab pertanyaan "Apakah yang akan menimpa gereja ketika pelbagai masalah ini datang?" sementara jeda sekarang ini membahas pertanyaan "Apakah yang gereja harus lakukan selama masa-masa bermasalah ini?"
Izinkan saya segera mengatakan bahwa meskipun saya menggunakan kata-kata seperti "interupsi," "jeda," dan "henti," Saya tidak sedang mengusulkan bahwa 10:1— 11:14 tidaklah penting atau bahwa Yohanes menyimpang dari tujuan kitab Wahyu. Dalam baris-baris pembukaan kitab Wahyu, satu berkat khusus diucapkan kepada orang yang mendengarkan dan "menuruti" pesan kitab ini (1:3). Tanpa bagian seperti 10:1-11:14 ini, kita akan bingung untuk mengetahui dengan persis apa yang harus kita "turuti." Perubahan arah yang jelas ini adalah salah satu bagian kitab Wahyu yang lebih berharga. Mereka menempatkan umat Kristen di tengah-tengah aksi itu dan memberitahu kita peran kita di dalam rencana besar Allah.
Tiga tantangan khusus dilontarkan di 10:1-11:14. Yang pertama ditemukan di pasal 10, yang berfokus pada pesan Allah dan bagaimana pesan itu harus diterima. Dalam pelajaran ini, kita akan berkonsentrasi pada perlunya menghargai pesan itu. Pelajaran selanjutnya akan berupa memanfaatkan pesan itu.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Yang Manis Dan Yang Pahit
WAHYU 10:1-4, 8-11
Ketika gereja menghadapi saat-saat penuh bahaya, apakah yang harus ia lakukan? Bersembunyi? Menunggu, d...
Yang Manis Dan Yang Pahit
Ketika gereja menghadapi saat-saat penuh bahaya, apakah yang harus ia lakukan? Bersembunyi? Menunggu, dengan gemetaran, campur tangan Allah? Melunakkan pemberitannya sehingga tidak akan menyinggung siapa saja? Wahyu 10 dan 11 menyatakan bahwa di saat-saat sulit, gereja harus bersikap berani, tak gentar, bahkan berterus terang. Dalam urutan yang dramatis tentang dua saksi di pasal 11, kita akan menemukan suatu tantangan bagi gereja untuk memberitakan Firman tanpa menghiraukan akibatnya.
Bagaimanakah gereja dapat menghadapi tantangan sulit seperti itu? Pasal 10 menekankan bahwa kita bisa menghadapai itu dengan terlebih dahulu menghargai Firman dan kemudian memanfaatkannya. Pelajaran kita sebelumnya adalah tentang penghargaan, pelajaran ini akan menekankan pemanfaatan.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 10:1-8, 11)
Bila ada hal lain apa saja untuk dikatakan tentang kitab kecil itu, kitab itu adalah pesan dari Allah dan dengan demiki...
KESIMPULAN (Wahyu 10:1-8, 11)
Bila ada hal lain apa saja untuk dikatakan tentang kitab kecil itu, kitab itu adalah pesan dari Allah dan dengan demikian setiap kata-katanya memiliki karakteristik yang keluar dari mulut-Nya: Pesan ini sangat mengagumkan, universal, terkendali, dan tidak berubah. Oleh karena itu, Yohanes harus menghargai, mengagumi, menerima, dan mengakui pesan itu—sebagaimana kita harus merespon pesan Allah untuk zaman kini, Alkitab.
Hari ini dunia terlibat di dalam pencarian gila terhadap apa yang disebut "kebenaran," dengan tidak menyadari bahwa kebenaran sejati haruslah ditemukan di dalam satu Kitab lama yang sering disingkirkan. Seorang penyair mengatakan, Demi kebenaran kita menggeledah dunia; kita sisihkan Yang baik, yang murni, yang indah, Dari batu berukir dan gulungan kitab bertulis Dan semua bunga lama dari kebun jiwa; Dan, para pencari terbaik yang penat, Dengan berbeban kita pulang dari pencarian kita, Untuk menemukan bahwa semua yang orang bijak katakan Terdapat di dalam Kitab yang ibu kita baca.37
Apakah kita menghargai Alkitab? Apakah kita mengagumi Alkitab? Apakah kita menerima Alkitab? Apakah kita mengakuinya sebagai pandu hidup kita? Jika ya, kita akan menuruti semua ajarannya.38
PERTANYAAN untuk Ulasan & DiSKUSI
- 1. Sebuah "interupsi" terjadi di antara meterai keenam dan meterai ketujuh. Sekarang, ada "interupsi" di antara sangkakala keenam dan sangkakala ketujuh. Apakah perbedaan antara kedua "interupsi" itu?
- 2. Nilai apakah yang dimiliki kedua "interupsi" itu untuk kita?
- 3. Sebelum Anda mulai mempelajari kitab Wahyu, bagaimanakah Anda membayangkan malaikat? Mengapa?
- 4. Gambarkanlah sosok malaikat kuat pasal 10. Kesan keseluruhan apakah yang gambaran itu tinggalkan di dalam pikiran Anda?
- 5. Menurut Anda apakah kitab kecil itu?
- 6. Mengapa Anda pikir Yohanes tidak diizinkan menuliskan pesan dari tujuh guruh itu?
- 7. Diskusikanlah arti kata "penundaan" di ayat 6.
- 8. Diskusikanlah arti ungkapan "rahasia Allah" di ayat 7.
Catatan untuk guru & pengkhotbah Pelajaran in dan yang berikutnya dapat digabungkan menjadi satu pelajaran dengan dua poin utama: (1) Menghargai Pesan; (2) Memanfaatkan Pesan. Cara lain untuk membagi pasal itu akan berupa (1) karakter pesan (2) tuntutan pesan.
John Risse, dalam satu khotbah berjudul "Gereja Para Nabi Dan Para Martir" yang tidak diterbitkan, meliput pasal 10 dari sudut pandang malaikat: (1) gambaran malaikat (ay. 1-4), (2) pernyataan malaikat (ay. 5-7), (3) arahan malaikat (ay. 8-11).
Pasal 10 mempesona banyak penulis. Berikut ini adalah judul-judul yang memungkinkan yang saya temukan untuk pelbagai pelajaran tentang nas itu: "Firman Yang Kekal,"39"Rahasia Yang Terungkap,"40"Rahasia Rahmat,"41"Injil Penebusan,"42dan "Malaikat Pelangi."43Pelbagai judul lain yang bisa tercakup adalah "Malaikat Besar Dan Kitab Kecil" dan "Kitab Kecil Dibuka."
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 10:1-4, 8-11)
Tantangan untuk memberitakan Firman akan menjadi pesan utama pasal berikutnya. Sebelum kita dapat memenuhi tantangan ...
KESIMPULAN (Wahyu 10:1-4, 8-11)
Tantangan untuk memberitakan Firman akan menjadi pesan utama pasal berikutnya. Sebelum kita dapat memenuhi tantangan itu, Firman itu harus berarti segalanya bagi kita. Berapa banyakkah waktu yang telah kita luangkan untuk memanfaatkan Firman itu sehingga kita dapat membagi Firman itu dengan orang lain? Pasal 10 menyatakan bahwa jika gereja harus bertahan hidup di masa-masa sulit, orang Kristen harus terlebih dahulu merapat lebih dekat kepada Kitab itu!13
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Tinjaulah kembali tujuh ayat pertama pasal 10.
- 2. Dalam arti apakah kita dapat "makan" sebuah kitab? Apa sajakah yang terlibat dalam "makan" Firman Allah?
- 3. Dalam arti apakah pesan Allah itu "manis"? Dalam arti apakah pesan itu "pahit"?
- 4. Apakah kita harus memakan yang "pahit" bersama dengan yang "manis"?
- 5. Apakah yang diberitahukan kepada Yohanes untuk dilakukan setelah ia makan kitab itu? Apakah kita telah diberi tugas yang sama?
Catatan untuk guru & pengkhotbah Judul-judul lain yang memungkinkN untuk pelajaran ini mencakup "Pesan Yang Pahit Manis," "Sukacita dan Dukacita Menjadi Utusan Allah," dan "Tugas Yang Tak Pernah Selesai."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alkitab KJV menulis "perkasa." Semua malaikat adalah perkasa, atau kuat (lihat Mazmur 103:20), tetapi tampaknya ada bebe...
Catatan Akhir:
- 1 Alkitab KJV menulis "perkasa." Semua malaikat adalah perkasa, atau kuat (lihat Mazmur 103:20), tetapi tampaknya ada beberapa malaikat yang lebih kuat daripada yang lainnya. (Artinya, beberapa malaikat memiliki kekuatan dan kuasa yang lebih besar daripada yang lainnya.)
- 2 Peter Paul Rubens (1577-1640) adalah pelukis Flemish paling terkenal pada zamannya. Banyak lukisannya yang lebih terkenal memiliki tema keagamaan.
- 3 Eugene H. Peterson, Reversed Thunder (San Francisco: HarperCollins Publishers, 1988), 104.
- 4 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 100.
- 5 Beberapa orang berpendapat bahwa malaikat itu adalah Yesus sendiri, tetapi ini tidak mungkin: (1) Yesus tidak pernah disebut malaikat di tempat lain di dalam kitab ini. (2) Kata "lain" diterjemahkan dari kata Yunani yang artinya "lain dari jenis yang sama." (3) Sulit untuk memahami bahwa Tuhan yang dimuliakan akan bersumpah seperti yang dilakukan malaikat itu di dalam ayat 6. Pelbagai upaya lainnya telah dibuat untuk mengidentifikasi malaikat itu sebagai malaikat khusus tertentu (Gabriel, misalnya) atau bahkan manusia tertentu di dalam sejarah. Sejauh menyangkut teks itu, ini hanyalah "sosok malaikat kuat yang lain [yang tidak disebut namanya]" yang dipanggil untuk melayani Tuhan.
- 6 Pernyataan ini mencakup juga kata ganti yang mengacu kepada kitab kecil itu.
- 7 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 134.
- 8 Kemungkinan besar ini bukan kitab pasal 5yang dimeteraikan: (1) Kitab di pasal 5 tampaknya berukuran normal, sementara kitab ini disebut "tipis" atau "kecil" (dalam bahasa Inggris, kita akan menyebutnya "booklet"). (2) Keadaan kitab di pasal 5 sudah dimeteraikan; kitab ini adalam keadaan terbuka-dan keterangan kata kerja yang digunakan menunjukkan bahwa kitab itu mulai terbuka dan akan tetap terbuka.
- 9 Alkitab KJV menulis "menyatakan."
- 10 Kata "memberitakan" diterjemahkan dari bentuk kata kerja euangelion, kata untuk "kabar baik" atau "injil." Lihat catatan pinggir Alkitab NASB.
- 11 Saya cenderung kepada pandangan bahwa kitab kecil itu berisi pasal 12 hingga seterusnya. Kitab kecil itu membuat Yohanes memenuhi syarat untuk berkhotbah kepada "raja-raja" (10:11), dan pasal 17 banyak mengatakan tentang raja-raja.
- 12 Itu mungkin hanya berisi pesan sederhana yang mirip dengan pesan di 10:11. Karena Yohanes tahu apa yang terlibat dalam berbicara untuk Tuhan (termasuk konsekuensi membela Dia), maka tantangan untuk melanjutkan pemberitaan itu akan menjadi pesan yang pahit manis.
- 13 Ketika Anda menggambarkan adegan ini untuk pendengar Anda, Anda bisa menggambarkan bagaimana laut kemungkinan mendidih ketika kaki yang bagaikan tiang api itu menumpu di atasnya.
- 14 Beberapa kebenaran tidak bisa kita pahami bahkan jika disampaikan kepada kita (Yesaya 55:8, 9).
- 15 Lihat Yeremia 25:30; Yoel 3:16; Amos 3:8; Hosea 11:10.
- 16 "Tujuh guruh" adalah terjemahan harfiah dari teks itu.
- 17 Ini memberi kita petunjuk tentang prosedur yang diikuti selama perwahyuan itu. Rupanya, bahkan saat Yohanes mengalami penglihatan itu, ia menuliskan apa yang ia lihat dan dengar.
- 18 Sebelumnya, kita telah menekankan tiga tujuan suatu meterai: (1) untuk memverifikasi kepemilikan, (2) untuk menjamin keaslian, dan (3) untuk melindungi isi. (Lihat catatan tentang 5:1 dan catatan tentang 7:3.) Di dalam literatur apokaliptik, meterai terkadang memiliki tujuan tambahan: untuk menyembunyikan isi. (Bandingkan Daniel 12:4 dengan Wahyu 22:10.) "Meteraikanlah" di 10:4 berarti sama dengan perintah "jangan ditulis" (mustahil untuk secara harfiah "memeteraikan" sesuatu yang belum dituliskan pada kertas).
- 19 Suatu perbandingan mungkin bisa ditarik dengan orang (Paul?) yang tidak diizinkan untuk memberitahukan apa yang ia lihat ketika diangkat ke Firdaus (2 Korintus 12:4).
- 20 Banyak komentator mencatat bahwa di alam guruh sering menandakan akan adanya badai, dan bahwa di dalam Alkitab guruh adalah simbol keangkeran, kekuasaan, dan penghakiman (misalnya, lihat Wahyu 4:5; 6:1; 8:5; 11:19; 14:2; 16:18; 19:6). Mereka menyimpulkan bahwa pesan dari tujuh guruh itu ada hubungannya dengan penambahan penghakiman Allah ke atas orang-orang fasik. Banyak juga yang melihat adanya hubungan dengan Mazmur 29 yang para Rabi sebut "Mazmur Tujuh Guruh." Di Mazmur itu, guruh disebut suara Allah dan disebut sebanyak tujuh kali. Di dalam Kitab Suci, suara Allah sering diperbandingkan dengan suara guruh (seperti di dalam Ayub 26:14; 37:5; Yohanes 12:28, 29).
- 21 Pada titik ini, para komentator menjadi sangat kreatif. Pelbagai alasan yang memungkikan merentang dari "Allah memutuskan untuk tidak lagi memberikan peringatan kepada orang fasik" hingga "pikiran kita hanya bisa menampung sebanyak itu."
- 22 Morris, 135.
- 23 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 150.
- 24 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 225.
- 25 Adegan pada bagian pertama Wahyu 10 adalah sama dengan penglihatan terakhir dalam Daniel (Daniel 12). Anda mungkin ingin membandingkan dua penglihatan itu, dengan mencatat cara-‐‑cara di mana mereka itu sama dan bagaimana mereka itu berbeda.
- 26 Beberapa orang menolak untuk meletakkan tangan mereka di atas Alkitab ketika sumpah resmi dilakukan, tetapi bersedia untuk mengangkat tangan mereka ke langit. Tampaknya mereka tidak sadar bahwa kedua sikap itu pada dasarnya menandakan hal yang sama.
- 27 Gambaran Allah itu berhubungan langsung dengan sumpah yang dibuat: Karena Allah adalah kekal dan Pencipta segala sesuatu, Ia mengendalikan segalanya-dan dapat mendatangkan hasil atas apa yang telah Ia janjikan.
- 28 Alkitab tidak mendukung sumpah sembarangan yang manusia lakukan di zaman Alkitab (Matius 5:34, 36; Yakobus 5:12); jika kita adalah orang yang menepati janji, maka kita tidak perlu menyela perkataan kita dengan acuan-‐‑acuan yang tidak sopan kepada hal-‐‑hal yang ilahiyat. Di sisi lain, Alkitab mengizinkan sumpah sipil (Bilangan 5:19; Nehemia 5:12; Matius 26:63, 64) dan bahkan janji-‐‑janji (ikrar) yang tulus yang dibuat di hadapan Tuhan (Kisah 18:18; Ibrani 6:16). Kata apa saja harus dipikirkan dengan hati-‐‑hati sebelum diucapkan-dan, sekali diucapkan, kata itu harus ditepati (Bilangan 30:2).
- 29 Chronos adalah kata yang darinya kita mendapatkan kata "kronologi."
- 30 "Waktu" hanyalah sebuah cara yang nyaman untuk mengatakan tentang urutan kejadian dalam kehidupan. Karena di dalam kekekalan pasti akan ada urutan peristiwa, maka mungkin tidak sepenuhnya tepat untuk mengatakan "tidak akan ada waktu lagi."
- 31 Untuk nas lain di mana bentuk chronos diterjemahkan "penundaan," lihat Ibrani 10:37 (Alkitab KJV menulis "berlambat-lambat").
- 32 Lihat Matius 13:11; Lukas 8:10; 1 Korintus 4:1; Efesus 6:19; Kolose 4:3.
- 33 Kadang-kadang di dalam Perjanjian Baru, kata "rahasia" memiliki arti ini (lihat 1 Korintus 13:2; 14:2). Namun begitu, ketika digunakan dalam "pengertian teknis" didalam Perjanjian Baru, "rahasia" mengacu kepada apa yang dulunya tersembunyi tapi sekarang terungkap. Bahkan di dalam Kitab Wahyu, ketika kata "rahasia" digunakan, biasanya diikuti oleh suatu penjelasan (1:20; 17:5, 7).
- 34 Implikasi kata "rahasia" adalah bahwa manusia tidak punya cara untuk bisa memahami kebenaran tertentu jika Allah menganggap tidak tepat untuk mengungkapkan kebenaran itu.
- 35 Penekanannya mungkin pada nabi-nabi Yahudi, tetapi ada juga nabi Kristen di abad pertama (Kisah 13:1; 15:32; 21:10; 1 Korintus 12:28; 29; 14:29, 32; Efesus 2:20; 3:5; 4:11). Kata "nabi" mengacu kepada seorang jurubicara Allah yang terilham.
- 36 Wilcock, 101.
- 37 John Greenleaf Whittier, in Miriam (quoted in David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations [St. Louis: Concordia Publishing House, 1988], 23-24).
- 38 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, jelaskanlah bagaimana orang non-Kristen bisa datang kepada Allah dan bagaimana orang Kristen yang berdosa kembali kepada Dia. Lihat kesimpulan pelajaran "Seruan Bangun Oleh Allah" dan "Sifat Dosa Yang Merusak Diri."
- 39 Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 48.
- 40 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 51.
- 41 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers Publishers, 1961), 149.
- 42 Ibid., 149.
- 43 R. C. H. Lenski, Interpretation of St. John's Revelation (Columbus, Ohio: Wartburg Press, 1951), 310.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Rupanya, dalam penglihatan itu, Yohanes sekarang berada "di bumi" bukan "di sorga" (4:1). Dalam suatu pengliha...
Catatan Akhir:
- 1 Rupanya, dalam penglihatan itu, Yohanes sekarang berada "di bumi" bukan "di sorga" (4:1). Dalam suatu penglihatan, Yohanes bisa berada di kedua tempat itu tanpa secara fisik dipindahkan ke tempat mana saja.
- 2 Francis Bacon, Of Studies, quoted in John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, gen. ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown and Co., 1992), 160. Bacon (1561-1626) adalah seorang penulis prosa, pengacara, negarawan, dan filsuf Inggris. Kita bisa menambahkan pernyataannya itu: "Dan beberapa harus dihindari seperti racun."
- 3 Bacalah Yehezkiel 2:8 sampai 3:14 dan bandingkanlah nas itu dengan Wahyu 10.
- 4 M. Robert Mulholland, Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, 1990), 201.
- 5 Kami masih menggunakan ungkapan serupa di Amerika Serikat: Kami membahasakan berita buruk sebagai "pil pahit yang harus ditelan."
- 6 H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 63.
- 7 Teks itu berbunyi "Dan mereka berkata kepadaku." Kita tidak yakin siapakah "mereka" itu-mungkin malaikat ditambah Suara itu, atau mungkin Allah dan Anak Domba itu. Para sarjana bahasa Yunani mengatakan bahwa ungkapan itu bisa semata berarti "Itu dikatakan kepadaku."
- 8 Arti kata depan Yunani yang diterjemahkan "tentang" merupakan topik bagi banyak diskusi. Kata itu adalah epi, arti dasarnya adalah "pada." Beberapa orang bersikeras bahwa kata itu harus diterjemahkan "sebelum" (lihat Alkitab KJV), tetapi kasus obyek yang mengikuti kata depan ini menunjukkan bahwa kemungkinan artinya adalah "pada, tentang, mengenai." Alkitab NKJV menulis "tentang."
- 9 Seperti disebutkan sebelumnya di dalam pelajaran itu, daftar ini digunakan di tempat lain di kitab Wahyu untuk mengacukan"semua orang di segala tempat" (lihat 7:9; 11:9; 17:15). Sebuah variasi penting terlihat di sini: Kata "raja" digunakan sebagai pengganti kata "suku." Ini mungkin disebabkan oleh acuan kepada raja-raja pada paruh kedua Kitab Wahyu (lihat pasal 17).
- 10 Beberapa orang beranggapan bahwa kata-kata itu sama-sama ditujukan kepada para pembaca Yohanes dan juga Yohanes, untuk meyakinkan mereka bahwa rasul itu telah ditugaskan oleh Allah untuk melakukan penulisan kitab Wahyu.
- 11 Spekulasi yang cukup banyak muncul mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh Yohanes setelah ia dibebaskan dari Patmos. Beberapa orang percaya bahwa ia memiliki sekolah untuk penginjil muda di Efesus. Beberapa percaya bahwa ia mengembara. Sebuah tradisi (tak terilham) yang kuat mengatakan bahwa tahun-tahun terakhirnya dihabiskan di Efesus, tapi di luar itu kita hanya bisa menerka mengenai pekerjaan yang ia lakukan kemudian.
- 12 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 106.
- 13 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, cara yang baik untuk mengundang orang-orang untuk menaati injil adalah dengan membahas tentang apa yang "manis" mengenai menerima injil dan apa yang "pahit" mengenai menolak injil. Markus 16:15, 16 tidak hanya berbicara tentang keselamatan, tetapi juga berbicara tentang penghukuman. Roma 6:23 berbicara tentang karunia Allah, tetapi itu juga berbicara tentang upah dosa. Doronglah orang-orang untuk "memaksimalkan yang manis dan meminimalkan yang pahit" dengan menaati Tuhan.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi