Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Ptr 5:6
Ende -> 1Ptr 5:6
Ende: 1Ptr 5:6 - Tundukkanlah.... Orang kristen hendaknja taat dengan rendah hati kepada
perintah-perintah Allah. Dan djika tiba waktunja, kerendahan hati itu akan
dibalas oleh Tuhan.
Orang kristen hendaknja taat dengan rendah hati kepada perintah-perintah Allah. Dan djika tiba waktunja, kerendahan hati itu akan dibalas oleh Tuhan.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 5:6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 5:5-7
Matthew Henry: 1Ptr 5:5-7 - Nasihat untuk Merendahkan Hati Nasihat untuk Merendahkan Hati (5:5-7)
Setelah menetapkan dan menerangkan kewajiban para pendeta atau gembala dan para pemimpin rohani jemaat, kini...
Nasihat untuk Merendahkan Hati (5:5-7)
- Setelah menetapkan dan menerangkan kewajiban para pendeta atau gembala dan para pemimpin rohani jemaat, kini Rasul Petrus memberi petunjuk kepada kawanan domba,
- I. Bagaimana harus bertingkah laku, baik terhadap para pelayan mereka maupun terhadap satu sama lain. Dia menyebut mereka orang-orang muda, sebab pada umumnya mereka berusia lebih muda daripada para pendeta mereka yang lanjut usia, dan untuk menegaskan di benak mereka mengenai posisi mereka yang lebih rendah, sebab istilah “paling muda” dipakai oleh Juruselamat kita untuk mengartikan seorang bawahan (Luk. 22:26). Dia menasihati orang-orang yang muda dan bawahan untuk tunduk kepada orang-orang yang tua, untuk menghormati pribadi mereka dengan selayaknya, serta taat pada peringatan, teguran, dan wewenang mereka yang menyuruh dan memerintahkan apa yang diharuskan oleh firman Allah (Ibr. 13:17). Mengenai satu sama lain, aturannya ialah bahwa mereka semua harus merendahkan diri seorang terhadap yang lain, hingga bersedia menerima teguran dan nasihat satu sama lainnya, dan siap untuk bertolong-tolonganlah menanggung beban, dan melaksanakan seluruh kewajiban persahabatan dan kasih satu sama lain. Orang perorangan harus tunduk pada pengarahan keseluruhan masyarakat (Ef. 5:21; Yak. 5:16). Kewajiban untuk tunduk pada atasan, baik berdasarkan usia maupun jabatan, dan merendahkan diri seorang terhadap yang lain, berkebalikan dengan sifat manusia yang congkak dan mengutamakan kepentingan sendiri, dinasihatkannya kepada mereka supaya diselubungi dengan kerendahan hati (KJV). “Biarlah pikir an, tindakan, penampilan, dan keseluruhan pribadimu, dihiasi dengan kerendahan hati, sebagai kebiasaan terindah yang dapat kalian kenakan. Ini akan menjadikan kepatuhan dan kewajiban menjadi mudah dan menyenangkan. Tetapi, jika engkau membangkang dan congkak, Allah akan menempatkan diri-Nya untuk menentang dan menghancurkanmu, sebab Dia menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Perhatikanlah,
- 1. Kerendahan hati merupakan sarana terbaik untuk mempertahankan damai sejahtera dan ketertiban di dalam seluruh jemaat dan masyarakat Kristen, sedangkan kecongkakan merupakan gangguan terbesar terhadap kedua hal itu, dan menyebabkan sebagian besar perselisihan dan keretakan di dalam jemaat.
- 2. Ada pertentangan dua arah antara Allah dan orang-orang congkak, begitulah arti kata aslinya. Mereka menentang Dia, dan Dia mencemooh mereka. Dia menentang orang yang congkak, sebab mereka seperti Iblis, musuh bagi-Nya dan bagi kerajaan-Nya di antara manusia (Ams. 3:34).
- 3. Saat Allah memberi kasih karunia untuk merendahkan hati, Dia juga akan memberikan lebih banyak lagi kasih karunia, hikmat, iman, kekudusan, dan kerendahan hati. Oleh karena itu Rasul Petrus menambahkan: Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (ay. 6). “Karena Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati, rendahkanlah dirimu, bukan hanya terhadap satu sama lain saja, tetapi juga di hadapan Allah yang Mahabesar, yang penghakiman-Nya akan datang ke atas dunia ini dan harus dimulai di rumah Allah sendiri (4:17). Tangan-Nya dahsyat dan dapat dengan mudahnya merendahkanmu jika engkau congkak, atau meninggikanmu jika engkau rendah hati. Dan hal itu pasti akan terjadi, jika tidak di kehidupan sekarang ini, bila dianggap-Nya terbaik bagimu, atau pada hari penghakiman nanti.” Ketahuilah,
- (1) Pertimbangan mengenai tangan mahakuasa Allah harus membuat kita rendah hati dan tunduk pada-Nya dalam segala hal yang diizinkan-Nya menimpa kita.
- (2) Merendahkan diri kita terhadap Allah di bawah tangan-Nya merupakan jalan selanjutnya supaya dibebaskan dan ditinggikan. Kesabaran di bawah teguran-Nya, dan penyerahan diri dalam kehendak-Nya, pertobatan, doa, dan pengharapan dalam belas kasihan-Nya, akan mendatangkan pertolongan dan pelepasan dari-Nya pada waktunya (Yak. 4:7, 10).
- II. Rasul Petrus tahu bahwa orang-orang Kristen ini sekarang berada dalam situasi yang amat berat, jadi dengan tepat ia bisa menduga bahwa apa yang sudah dinubuatkannya dulu mengenai kesukaran yang akan melanda mereka, bisa memicu kekhawatiran dan rasa takut yang besar di dalam diri mereka mengenai datangnya kesukaran-kesukaran ini, dan apa akibatnya bagi diri mereka, keluarga mereka, dan jemaat Allah. Maklum bahwa kekhawatiran ini akan menjadi beban yang berat dan cobaan yang menyakitkan, dia pun memberikan mereka nasihat terbaik, dan melandasinya dengan alasan kuat. Nasihatnya ialah supaya menyerahkan segala kekhawatiran mereka, atau seluruh kekhawatiran mengenai diri mereka, kepada Allah. “Serahkanlah kekhawatiranmu yang sangat menyakitkan dan meresahkan itu, yang melukai jiwamu dan menyayat hatimu, ke dalam pemeliharaan Allah yang berhikmat dan penuh kasih karunia. Percayalah kepada-Nya dengan pikiran tenang yang teguh, sebab Ia yang memelihara kamu. Dia bersedia melepaskan kekhawatiranmu dan menanggungnya sendiri. Dia akan meluputkanmu dari apa yang engkau takutkan, atau mendukungmu melaluinya. Dia akan mengatur seluruh peristiwa bagimu sehingga engkau diyakinkan mengenai kasih dan kelembutan-Nya sebagai Bapa. Dan semuanya akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mencelakai, melainkan mendatangkan kebaikan untukmu” (Mat. 6:25; Mzm. 84:12; Rm. 8:28). Ketahuilah,
- 1. Orang-orang Kristen yang terbaik justru cenderung bersusah payah di bawah kekhawatiran dan keresahan yang berlebihan. Rasul Petrus menyebutnya, segala kekhawatiranmu, menegaskan bahwa kekhawatiran orang-orang Kristen itu beragam dan tidak hanya satu saja: kekhawatiran pribadi, kekhawatiran keluarga, kekhawatiran mengenai masa kini, kekhawatiran mengenai masa depan, kekhawatiran diri sendiri, kekhawatiran mengenai orang lain, dan juga mengenai jemaat.
- 2. Bahkan kekhawatiran orang baik pun amat memberatkan, dan sering kali sangat berdosa. Saat kekhawatiran itu muncul dari ketidakpercayaan dan keraguan, saat kekhawatiran itu menyiksa dan meresahkan pikiran, membuat kita tidak layak bagi tugas-tugas kita dan menghalangi pelayanan penuh sukacita kita bagi Allah, maka kekhawatiran itu amatlah jahat.
- 3. Penawar terbaik untuk menghadapi kekhawatiran yang berlebihan ialah dengan menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan segala peristiwa kepada pengaturan yang penuh hikmat dan penuh kasih karunia. Kepercayaan teguh terhadap ketulusan kehendak dan hikmat ilahi menenangkan roh manusia. Kami menyerah dan berkata: “Jadilah kehendak Tuhan!” (Kis. 21:14).
SH: 1Ptr 5:1-14 - Gaya kepemimpinan Kristiani (Minggu, 18 Juli 1999) Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma
yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saa...
Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saat itu, mendorong Petrus menuliskan nasihat khusus untuk para penatua dan orang muda (anggota jemaat). Petrus yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rasul di awal suratnya (1:1), dalam bagian ini menyebut dirinya sebagai teman penatua dari jemaat. Penyamaan status ini untuk menekankan pada penatua jemaat agar serius dan bertanggungjawab penuh dalam menggembalakan jemaat di setiap kota/daerah, seperti yang telah dilakukannya.
Pemimpin sebagai "gembala". Petrus menekankan model kepemimpinan yang harus dimiliki oleh para penatua. Meneladani Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, begitulah para penatua menjalankan tugas pelayanannya dan menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpinnya. Petrus sendiri sebagai seorang saksi penderitaan Kristus menegaskan bahwa kepemimpinan bukan penggunaan kekuasaan kepada yang dipimpin dengan kecongkakan atau untuk mencari keuntungan sendiri. Kepemimpinan tidak pula untuk memaksa. Akan tetapi, pemimpin memimpin dengan merendahkan diri dan melayani serta penundukan diri, dan menempatkan diri sebagai "gembala".
Jemaat sebagai "kawanan gembalaan". Penundukan diri adalah tema yang diulang-ulang oleh Petrus dalam surat ini. Petrus mengutip dari kitab Amsal sebagai peringatan tentang sikap dan tindakan Tuhan kepada orang yang meninggikan diri. Kutipan ini mengingatkan bagaimana hubungan timbal balik yang harus ada dalam jemaat: antara penatua dan anggota jemaat. Keduanya harus menundukkan diri dulu di bawah otoritas Tuhan, maka sikap saling menghargai, menghormati, dan melayani akan mewarnai kehidupan jemaat.
Siap sedia. Jemaat yang sedang merantau di dunia ini tidak sedang berekreasi atau santai, tetapi sedang dalam arena peperangan. Berbagai cara dipakai iblis untuk menghancurkan. Baik penatua maupun jemaat harus melawan si iblis, menyerahkan kekuatiran dan berharap kepada Tuhan.
SH: 1Ptr 5:1-7 - Tugas penatua gereja (Senin, 25 Oktober 2004) Tugas penatua gereja
Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering
menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai
...
Tugas penatua gereja
Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai berbagai fasilitas yang menarik dan menjanjikan keuntungan materi. Namun, apakah rebutan ini berlaku bagi jabatan penatua di gereja? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jawabannya ya bila sang penatua salah mengartikan makna jabatan penatua itu. Sebaliknya tidak bila ia memahami arti jabatan penatua. Oleh karena itu, mari kita mempelajari tulisan Petrus dalam nas ini.
Jabatan sebagai penatua berarti ia melakukan pengawasan dalam kegiatan gereja, memberikan perintah untuk kepentingan jemaat dan menjadi teladan bagi jemaat dalam hidup kudus. Gereja mula-mula menggangap jabatan penatua adalah posisi yang agung, sehingga mereka memberikan penghargaan kepada penatua yang dianggap bijaksana dan dilanjutkan oleh beberapa gereja pada masa kini. Dengan demikian, seorang penatua memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Tuhan dan jemaat, dan diharapkan menjadi contoh yang baik. Petrus memberikan nasihat tentang dua ciri khas penatua yang bijaksana (ayat 1), sbb.: Pertama, mereka menyadari bahwa yang "digembalakan" adalah "domba-domba" milik Tuhan dan bukan milik mereka sendiri sehingga mereka melakukan tugasnya dengan sukarela dan bukan karena terpaksa (ayat 2b). Kedua, mereka harus memfokuskan diri kepada apa yang bisa mereka berikan kepada jemaat dan bukan mencari keuntungan diri sendiri (ayat 3). Itulah sebabnya, penatua harus menjadi teladan bagi para pemimpin Kristen lainnya, menunjukkan wewenang yang didasarkan atas pelayanan kepada Tuhan dan bukan karena keinginan untuk berkuasa. Penghargaan penatua dalam kesetiaan pelayanannya ini dinyatakan kelak oleh Yesus Kristus (ayat 4).
Jika Tuhan dan jemaat memercayakan jabatan kepemimpinan di gereja bagi Anda, itu berarti kesempatan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dan orang percaya.
Renungkan: Jadilah pemimpin yang menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.
SH: 1Ptr 5:1-11 - Pemimpin ideal (Rabu, 30 November 2011) Pemimpin ideal
Kalau kita ditanya, "Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?", tentu jawabannya akan bermacam-macam. Namun menurut opini umum, pemimpi...
Pemimpin ideal
Kalau kita ditanya, "Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?", tentu jawabannya akan bermacam-macam. Namun menurut opini umum, pemimpin ideal itu bermoral baik dan tidak mementingkan diri sendiri. Ia juga tulus hati, ramah, bukan pemarah, tidak melakukan kekerasan, sabar, bertanggung jawab, dan tidak bertentangan dengan kebenaran.
Dalam firman Tuhan, berbagai kriteria di atas dirangkum di dalam diri seorang pemimpin yang disebut gembala. Rasul Petrus adalah satu dari 12 murid Yesus. Ia adalah satu dari tiga orang yang menyaksikan Kristus dimuliakan (Mrk. 9:1-13; 2Ptr. 1:16-18). Dalam kehidupan sehari-hari, ia sering kali berperan sebagai juru bicara para rasul. Petrus juga menyaksikan peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan mencatat pula bahwa Petruslah yang berkhotbah di hari Pentakosta dan menjadi soko guru jemaat di Yerusalem. Namun ketika ia menulis surat kepada para pemimpin, ia menyebut dirinya sebagai teman penatua (1). Itu artinya dia tidak lebih berkuasa dibandingkan mereka. Ia mengingatkan para penatua atau pemimpin agar menjadi gembala bagi kawan domba Allah. Dalam ayat 2-5, Petrus memaparkan karakteristik seorang pemimpin/gembala yang baik. Karakteristik pemimpin rohani yang baik antara lain: menyadari bahwa mereka sedang menggembalakan kawanan domba Allah dan bukan miliknya sendiri, melakukannya karena dorongan yang kuat untuk melayani dan bukan karena upah, fokus pada apa yang dapat diberikan dan bukan pada apa yang akan mereka dapatkan, serta memimpin dengan memberi teladan, bukan memerintah.
Setiap orang percaya sesungguhnya menjadi seorang pemimpin bagi sesamanya di dalam konteks yang berbeda. Oleh sebab itu apa pun bentuk peraturan yang kita buat, hendaklah kepemimpinan kita senantiasa sejalan dengan kriteria di atas. Jangan sampai kepemimpinan yang kita jalankan tidak menjadi berkat dan tidak membangun mereka yang kita pimpin. Mari menjadi pemimpin yang memiliki kriteria Kristus.
SH: 1Ptr 5:1-11 - Jangan Main Perintah! (Senin, 20 Agustus 2018) Jangan Main Perintah!
Jangan dengan terpaksa dan mencari keuntungan diri, melainkan dengan sukarela dan pengabdian diri (2). Begitulah perintah Petru...
Jangan Main Perintah!
Jangan dengan terpaksa dan mencari keuntungan diri, melainkan dengan sukarela dan pengabdian diri (2). Begitulah perintah Petrus untuk penatua gembala jemaat.
Penatua dalam jemaat Petrus belum menjadi suatu jabatan resmi di gereja. Mereka adalah orang-orang yang dianggap dapat memimpin jemaat karena umurnya lebih senior dan sudah lama menjadi orang Kristen. Di tengah tekanan sosial yang tidak bersahabat terhadap gereja, kepemimpinan yang berkualitas sangat dibutuhkan jemaat. Dalam bagian ini Petrus menunjukkan semangat kepemimpinan kolegial (sederajat) dengan menyapa sebagai sesama teman penatua (1), bukan sebagai rasul seperti sebelumnya (1Pet. 1:1).
Nasihat Petrus kepada para penatua sangat jelas, yaitu "Janganlah kamu main perintah, melainkan jadilah teladan" (3). Artinya, penatua tak boleh memimpin dengan tangan besi. Mereka harus mampu memberikan inspirasi dan menjadi teladan bagi jemaatnya. Dengan kerendahan hati, rasa hormat dari kaum muda dapat diperoleh (5-6). Kerendahan hati dan kebergantungan kepada Allah dapat menolong jemaat melawan serangan Si Iblis yang berkeliling seperti singa yang mengaum-ngaum (8).
Menjadi pemimpin jemaat pada zaman yang sulit memiliki beban yang tidak mudah. Pemimpin bisa menjadi sasaran kekerasan tersendiri ketika jemaat memang sudah menghadapi banyak serangan dari masyarakat setempat. Dalam situasi demikian, yang dibutuhkan adalah figur pemimpin yang mendahulukan kepentingan jemaat daripada kepentingan dirinya. Ignatius dari Antiokhia dan Polycarpus (abad ke-2) merupakan contoh para pemimpin gereja mula-mula yang disiksa dan dibunuh.
Pemimpin jemaat masa kini menghadapi tantangan yang berbeda. Namun, jika kita dengan rendah hati berserah kepada Tuhan, maka Dia akan menguatkan dan melengkapi kita untuk melayani umat-Nya.
Doa: Ajar kami merendahkan diri di bawah tangan-Mu yang kuat dan biarlah belas kasih-Mu menolong kami melayani jemaat-Mu. [IM]
Utley -> 1Ptr 5:6-11
Utley: 1Ptr 5:6-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:6-116 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. 7 Serah...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:6-11
6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. 7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. 10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. 11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
1Pet 5:6 "dirimu rendah hati" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE. Ini merupakan karakteristik dari Yesus (lih. Mat 11:29) yang menjadi suatu standar bagi para pengikut-Nya (lih. Yak 4:10).
□ "tangan Tuhan yang kuat" Ini adalah sebuah frase antropomorfis (lih. Yak 4:6,10) yang berbicara tentang pemeliharaan, penyediaan, dan kasih setia Tuhan, bahkan di tengah-tengah penganiayaan. Ia adalah "tangan yang tak terlihat," seperti di Esther!
□ "supaya kamu ditinggikan-Nya" Ini mencerminkan kata-kata Yesus dalam Mat 23:12 dan nasehat Yakobus dalam Yak 4:6. YHWH secara teratur digambarkan sebagai melawan kesombongan dan meninggikan yang rendah (lih. Ayub 5:11; Mazm 138:6; Ams 3:34; Yeh 17:24; 21:26).
- NASB "pada waktu yang tepat"
- NKJV, NRSV,
- NJB "pada waktunya"
- TEV "pada masanya sendiri"
Dalam konteks, ini memenuhi dua tujuan teologis: (1) saat ini pembaca sedang mengalami penganiayaan, bukannya peninggian dan (2) waktu peninggiannya adalah pada Kedatangan yang Kedua. Kewaspadaan, kerendahan hati, dan kurangnya kecemasan sangat penting dalam menghadapi penganiayaan yang diilhami setan.
1Pet 5:7 "Serahkanlah segala kecemasan Anda pada-Nya" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE dan mungkin merupakan sebuah singgungan terhadap Mazm 55:22 dalam Septuaginta. Ini adalah suatu ungkapan tentang secara mental menempatkan keprihatinan seseorang pada Kristus (lih. Mat 6:25). Ia menanggungnya bagi kita bahkan di tengah-tengah penganiayaan dan penderitaan. Dia menanggung dosa kita dan sekarang Ia menanggung kecemasan dan ketakutan kita!
Orang percaya bisa melakukan hal ini karena kita tahu bahwa Ia mempedulikan kita. Kita tahu hal ini dari: 1. Kematian-Nya (lih. 1Pet 2:22-24; 3:18)
- 1. Syafaat-Nya (lih. 1Yoh 2:1-2)
- 2. Penggembalaan-Nya (lih. 1Pet 2:25; 5:4)
1Pet 5:8 "Sadarlah dan berjaga-jagalah!" Ini adalah AORIST ACTIVE IMPERATIVES. Orang-orang percaya harus membuat pilihan yang menentukan untuk sadar secara mental (lih. Mat 24:42; 25:13; 26:41, Mr 13:35,37; 14:38, Kis 20:31; 1Kor 16:13; Kol 4:2; 1Tes 5:6,10; Wahy 3:2-3; 16:15). Petrus telah menekankan hal ini (yaitu, sadar dan waspada) sebelumnya (lih. 1Pet 1:13; 4:7). Kewaspadaan dan pemikiran yang tepat dapat mengatasi kecemasan dan godaan.
□ "Lawanmu, si iblis" Istilah "lawan" mencerminkan sebutan Ibrani untuk setan (digunakan 36 kali dalam PB), yang berarti musuh. Sebutan "setan" (digunakan 37 kali dalam PB) merupakan majemuk Yunani "melemparkan ke seberang" yang berarti melontarkan umpatan. Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum" Metafora binatang untuk Iblis ini kemungkinan berasal dari PL.
- 1. simbol dari musuh yang kuat (lih. Mazm 7:2; 10:2; 17:12; 22:13,21; 2Tim 4:17)
- 2. salah satu cara Tuhan untuk menghakimi umat-Nya (lih. 2Raj 17:25; Yes 15:9; Yer 50:17)
□ "mencari orang yang dapat ditelannya" Tujuan akhir setan terungkap—kehancuran dan kematian. Dia adalah musuh dari semua yang baik, saleh, dan benar.
1Pet 5:9 "lawanlah dia" Ini adalah satu lagi AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Dalam Yesus, orang percaya memiliki kekuatan untuk melawan kejahatan dan si jahat! Dalam Yak 4:7 peringatan yang sama ini dikaitkan dengan Setan yang melarikan diri, tapi di sini hal ini terkait dengan penderitaan dan penganiayaan yang sedang berlangsung. Kemenangan atas iblis bukanlah ti adanya penderitaan!
□ "dalam iman yang teguh" Orang percaya harus bertekun dalam iman mereka (lih. Kol 2:5). Kesejahteraan dan kesehatan tidak selalu menjadi tanda-tanda berkat Allah (lih. Ayb, Mazm 73). Orang percaya harus menjalankan iman mereka dalam setiap dan semua keadaan. Berkelanjutan sangatlah penting (lih. Kis 14:22; Rom 8:17).
□ "tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" Petrus menggunakan pengalaman umum orang percaya yang tersebar di seluruh Kekaisaran Romawi sebagai dorongan untuk orang percaya yang teraniaya ini. Pengalaman mereka bukan hal yang aneh, tapi normatif.
1Pet 5:10 "sesudah kamu menderita seketika lamanya" Ini menunjuk pada kehidupan ini (lih. 1Pet 1:6).
□ "Allah, sumber segala kasih karunia" Harapan dari semua orang percaya adalah karakter, yang mapan dan tidak berubah dari Allah yang penuh kasih, murah hati, dan penyayang. Walaupun kita hidup di dunia yang jatuh yang penuh dengan kejahatan dan pemberontakan, ketika kita percaya kepadaNya tidak ada yang dapat memisahkan kita dari-Nya (lih. Rom 8:31-39).
NIDOTTE, vol. 2, hal 78-79, memiliki sebuah daftar yang indah mengenai frasa GENITIVE yang digunakan untuk menggambarkan Allah.
- 1. Allah sumber damai – Rom 15:33; 16:20, 1Kor 14:33; 1Tes 5:23; Fili 4:9; Ibr 13:20
- 2. Allah yang penuh kasih – Luk 1:78
- 3. Allah sumber segala penghiburan – Rom 12:1; 2Kor 1:3
- 4. Allah segala rahmat – 1Pet 5:10,12
- 5. Allah sumber kasih – 1Kor 13:11
- 6. bukan Allah sumber kebingungan – 1Kor 14:33
□ "yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal" Ini adalah satu lagi penekanan pada identifikasi kita dengan Kristus. Kita diidentifikasikan dengan Dia sekarang dalam kematian-Nya (lih. Rom 6:4) dan penderitaan-Nya (lih. Rom 8:17), tetapi juga kebangkitan dan kemuliaan-Nya (lih. 2Kor 4:17; 2Tim 2:10). Kemuliaan kekal ini dari pengalaman hanya datang pada saat kematian fisik atau Kedatangan Kedua!
□ "akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu" Tujuan Allah bagi semua orang percaya adalah keserupaan dengan Kristus melalui penderitaan dan perjuangan (lih. 1Pet 4:13; Rom 8:17; 2Kor 1:5,7; Fili 3:19; 2Tim 2:12; Ibr 2:10; 5:8). Namun Ia sendiri lah yang menyediakan semua yang diperlukan. Di sini sekali lagi adalah konsep perjanjian paradoksal. Allah melakukan bagian-Nya dan kita harus melakukan bagian kita!
1Pet 5:11 "Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya!" ini menyatakan kembali 1Pet 4:11, kecuali di sini tidak memiliki KATA KERJA. Begitu banyaknya tema I Petrus (seperti I Yohanes) adalah seperti pola dalam permadani atau melodi dalam musik yang berulang dengan sedikit variasi. Tuhan mengatur segala sesuatu (lih. Rom 11:36).
TFTWMS -> 1Ptr 5:5-8
TFTWMS: 1Ptr 5:5-8 - Mengenakan Kerendahan Hati MENGENAKAN KERENDAHAN HATI (1 Petrus 5:5-8)
5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, ren...
MENGENAKAN KERENDAHAN HATI (1 Petrus 5:5-8)
5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." 6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. 7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Agar para penatua bisa memimpin, harus ada orang yang bersedia dipimpin. Gereja adalah kerajaan yang berisi orang-orang yang sejalan, yang berdedikasi kepada Allah dan prinsip-prinsip yang Allah letakkan di hadapan mereka. Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan. Jika benar bahwa kesombongan dan keangkuhan adalah penting bagi kerangka pikiran yang anti-Allah,6maka kerendahan hati dan ketundukan merupakan prasyarat bagi kerangka pikiran yang Allah restui. Ketundukan bisa bergesekan. Untuk tunduk orang harus bersedia, setidaknya kadang-kadang, menyerahkan pendapatnya kepada orang lain. Petrus sudah menulis tentang ketundukan kepada pemerintah (2:13-17), ketundukan hamba kepada tuan (2:18-20), dan ketundukan istri kepada suami (3:1-7). Di sini, ia mendesak orang-orang yang lebih muda untuk tunduk kepada orang yang lebih tua. Bagi orang Kristen, ketundukan adalah diserahkan, bukan paksaan. Ini merupakan akibat alami karena berdiri di hadapan Allah dalam kerendahan hati. Itu adalah pengakuan bahwa hidup adalah sebuah misteri, bahwa kita tidak punya kendali atas kelahiran, kematian, atau banyak hal lain lagi. Itu adalah penga-kuan bahwa Allah memegang kendali.
Ayat 5. Karena salah satu istilah untuk menamakan para pemimpin dalam gereja adalah "penatua," maka wajar bagi Petrus untuk mengarahkan nasihatnya kepada ketundukan orang-orang muda. Implikasi ayat-ayat ini adalah bahwa kepemimpinan dalam gereja harus dilakukan oleh kaum laki-laki. Karena laki-laki yang lebih tua harus memimpin, maka nasihat untuk ketundukan dalam hal pemerintahan gereja diarahkan kepada kaum laki-laki yang lebih muda. Dalam budaya Barat moderen di mana kaum perempuan lebih aktif dalam kemasyarakatan, ekonomi, dan kehidupan gereja, panggilan yang sama untuk tunduk berlaku juga ke atas mereka.
Patut dicatat bahwa Petrus tidak mengenalkan dirinya kepada "para pemuda" (ne/oß, neos) tetapi kepada "kaum laki-laki yang lebih muda" (new/teroß, neōteros). Mungkin rasul itu menggunakan comparative adjective karena tahu bahwa istilahnya itu tidak sepenuhnya paralel. "Lebih muda" berkaitan dengan usia kronologis, tapi "penatua" berkaitan dengan suatu jabatan dalam gereja.7Bisa timbul sedikit keraguan lagi bahwa tunduk kepada orang-orang yang tua, mengacu kepada jabatan dalam gereja, bukan kepada orang tua dalam pengertian umum. Petrus meminta orang-orang Kristen yang bukan "penatua" untuk tunduk kepada keputusan para pemimpin mereka, untuk mendukung mereka dalam pelbagai pilihan yang mungkin mereka buat, menghormati pekerjaan mereka, dan memanjatkan doa kepada Allah atas nama mereka.
Bagi mereka yang mungkin menganggap ketundukan sebagai merendahkan, atau yang mungkin menganggap pendapat mereka sendiri lebih hebat daripada pendapat para penatua mereka yang ditetapkan, Petrus mengingatkan mereka bahwa kerendahan hati adalah kebajikan. Dan kamu semua, [riaslah] dirimu [dengan kerendahan hati] seorang terhadap yang lain. Rasul Petrus menempatkan ketundukan kepada para penatua di bawah payung kerangka pikiran yang lebih luas yang seharusnya menjadi ciri semua orang percaya dalam hubungan mereka. Kata yang diterjemahkan "[riaslah] dirimu" (e˙gkombo/omai, enkomboomai) adalah kata yang jarang, hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.
Kata itu mengacu secara khusus kepada jubah yang mungkin dibebatkan pada diri seseorang, seperti baju atau celemek. Kata itu mengingatkan bahwa Yesus tidak hanya mengajarkan kerendahan hati; Ia menunjukkan hal itu. Ketika Ia dan murid-murid berada di ruang atas pada malam sebelum Ia disalibkan, Yesus menanggalkan pakaian luar-Nya, mengambil baskom air, dan membasuh kaki Dua Belas murid. Ia mengakhirnya dengan berkata, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yohanes 13:14, 15). Kehidupan Yesus merupakan komentari bagi nasihat Petrus, "[riaslah] dirimu [dengan kerendahan hati] seorang terhadap yang lain."
Seperti yang ia telah lakukan pada beberapa kesempatan lain dalam surat ini (1:24, 25; 2:6-8; 3:10-12), Petrus mendukung dan memperkuat peringatannya dengan kutipan dari Kitab Suci. Yang ini dari Amsal 3:34 (LXX): Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Yakobus mengutip nas yang sama (Yakobus 4:6), salah satu dari banyak poin kontak yang menarik antara surat pertama Petrus dan surat dari saudara Tuhan. Kutipan dari Amsal menyiratkan bahwa "sombong" adalah kebalikan dari "rendah hati." Namun begitu, dalam penggunaan kontemporer "sombong/bangga" kadang-kadang mengacu kepada kepuasan dalam pekerjaan yang dilakukan dengan baik, atau rasa harga diri. Terjemahan "Allah menentang orang yang sombong, tetapi memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah" sejalan dengan pengertian perintah Petrus itu. Orang yang "rendah hati" berarti orang yang bersedia "untuk tunduk" kepada orang yang lebih tua, tetapi kutipan itu, membawa ketundukan kepada tingkatan yang lain. Sudah menjadi karakteristik umat Allah bahwa mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri tetapi melihat kepada kebutuhan orang lain. "Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!" (Roma 12:16).
Ayat 6. Mungkin ada pepatah di gereja-gereja yang Petrus sapa yang bunyinya seperti ini: Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Jika kata-kata ini merupakan pepatah, maka hal itu akan menjelaskan mengapa Yakobus menggunakan ungkapan yang sama (Yakobus 4:10). Kesediaan seseorang untuk merendahkan dirinya ada hubungannya dengan kesediaannya untuk tunduk. Ketundukan pada tingkatan apa saja (pemerintahan sipil, rumah tangga, atau gereja) punya pengaruh pada kesediaan seseorang untuk tunduk kepada Allah. Tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa akar pemberontakan manusia terhadap Allah sejak awal sudah berupa keengganan untuk rendah hati "di bawah tangan Allah yang kuat." Alan M. Stibbs benar ketika ia mengulas bahwa nas itu menyiratkan bahwa Allah meminta lebih dari umat-Nya ketimbang hanya bersifat pasif, ketaatan yang menggerutu. Allah menginginkan partisipasi aktif dari umat-Nya, kepercayaan mereka yang penuh semangat, iman mereka.8Alternatifnya adalah meninggikan diri sendiri di hadapan Allah dan menghadapi penghakiman-Nya.
Walau mungkin terlihat bertentangan, namun jalan menuju kemuliaan adalah melalui ketundukan. Pengalaman bersama umat manusia berisi kesaksian terhadap prinsip ini: "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal" (Yohanes 12:25.). Orang yang mencurahkan tenaganya untuk kesenangannya sendiri yang fana kehilangan semua kebaikan yang ditawarkan oleh kehidupan. Peninggian diri sendiri tidak pernah berhasil. Daud tidak pernah lebih saleh daripada ketika ia berdiri di atas musuhnya yang sedang tidur dan berkata, pada dasarnya, "Allah telah memilih dia. Terserah Allah apakah Ia akan meninggikan atau merendah dia. Aku tidak akan mengangkat tangan-Ku untuk melawan orang yang diurapi Allah" (lihat 1 Samuel 26:9-11). Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang yang pergi ke pesta dan mencari tempat yang paling terhormat yang bisa ia temukan. Di akhir perumpamaan-Nya itu Ia menggunakan kata-kata seperti perkataan Petrus: "Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Lukas 14:11).
Ayat 7. Kebalikan dari peninggian diri, cara bagaimana merendahkan diri sendiri, adalah dengan [menyerahkan] segala kekuatiran [seseorang] kepada-Nya. Terjemahan Alkitab KJV "serahkanlah segala kekuatiranmu [Ing.: care] kepada-Nya," adalah sedikit menyesatkan. Dalam bahasa Inggris moderen "care" adalah apa yang orang tawarkan kepada orang lain. Merawat adalah hal yang baik. Kata yang Petrus gunakan di sini berarti "kecemasan" (me÷rimna, merimna), bukan sesuatu yang baik. Kecenderungan untuk cemas, khawatir, yang ditekan oleh ketidakpastian hidup dibangun ke dalam kondisi manusia. Itu merupakan "reaksi alami manusia terhadap kemiskinan, kelaparan dan pelbagai kesulitan lain yang menimpa dia dalam kehidupan sehari-hari. Karena ditindas oleh beban yang diletakkan di atas dirinya, orang membayangkan dirinya diserahkan kepada nasib yang di hadapannya ia berdiri tanpa daya."9Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa mereka tidak diserahkan kepada nasib atau kebetulan. Allah mengendalikan dunia; kita bisa menyerahkan semua masalah kita kepada Dia.
Petrus tampaknya bergantung pada Mazmur 55:22 untuk kata-katanya, meski itu bukan kutipan langsung: "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." Beberapa mazmur menawarkan nasihat yang menarik yang memperkuat undangan Petrus, misalnya, "TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan" (Mazmur 145:18). Meski kata-katanya tidak sama tepat, namun sentimen dari Matius 6:25-34 adalah mirip: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Bagi Petrus maupun bagi Yesus, "Kecemasan merupakan sindiran halus bahwa Allah tidak mampu atau tidak bersedia memperhatikan kesejahteraan kita."10
Ada alasan bagus mengapa umat Allah bisa dengan percaya diri menyerahkan kecemasan mereka kepada Dia. Rasul itu meyakinkan para pembacanya dengan mengatakan, Ia yang memelihara kamu. Apakah seseorang menghadapi penganiayaan karena memakai nama Kristus, seperti yang dilakukan oleh para pembaca pertama Petrus, atau keuangannya goyah, atau penyakit dan kematian—apapun masalah yang mungkin menimpa orang Kristen, ia bisa memikulnya dengan keyakinan bahwa Allah peduli terhadap dia. Allah yang diungkapkan melalui Yesus Kristus adalah Bapa yang sifatnya pribadi bagi umat-Nya. Ia bukan penguasa yang tak bertanggung jawab yang menciptakan bumi dan kemudian meninggalkannya begitu saja. Ia hidup dalam kehidupan umat-Nya. Pemeliharaan-Nya yang menyediakan selalu bekerja. "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia" (1 Yohanes 4:16). Karya apokrifa yang disebut Hikmat Salomo menyajikan pemikiran yang sama: "Juga tidak ada ilah apa saja selain engkau, yang memelihara semua manusia."11
Ayat 8. Nasihat yang umum dalam Kitab Suci adalah bahwa orang percaya sungguh-sungguh menanggung sendiri, tanggung jawab mereka, dan nasib mereka. Sadarlah dan berjaga-jagalah! tulis Petrus. Dalam bahasa Yunani kata "sadar" (nh/fw, nēphō) secara harfiah berarti, seperti juga dalam bahasa Indonesia, jangan mabuk. Namun begitu, kata itu sering digunakan dalam arti stabil dan terkendali, dan akhirnya menjadi serius dan bijaksana. "Sadar dan berjaga-jaga" tidak sama dengan suram, murung, tidak pernah tersenyum, tidak menemukan kebahagiaan dalam hidup. Apa yang kata itu maksudkan adalah bahwa kehidupan manusia berarti sesuatu. Kehidupan, bagaimanapun, adalah urusan yang serius.
Suara-suara pagan, dari dunia kuno dan moderen, mengurangi keberadaan manusia hingga ke titik bahwa nyawa manusia kurang penting. Banyak orang di dunia Yunani-Romawi yang politeistik beranggapan bahwa segala sesuatu diatur oleh nasib. Kematian berarti pelenyapan atau penurunan kepada alam Hades yang kelam. Guru Stoik bercerita tentang anjing yang diikat di belakang sebuah gerobak. Ketika pemiliknya memutuskan untuk mengendarai gerobaknya ke kota tetangga, anjing itu memutuskan tidak mau pergi. Gerobak itu menarik dia, membanting-banting dia di atas batu, dengan berdarah-darah dan memar-memar, tiba di tempat tujuan. Kaum Stoik mengatakan, pada dasarnya, "Anda lihat, anjing itu berakhir di tempat yang sama apakah ia berlari-lari mengikuti gerobak itu atau menolak tidak mau berlari. Seperti anjing, hidup Anda akan berakhir di tempat tujuan apa saja yang telah ditetapkan oleh nasib. Itu hanya tergantung pada bagaimana Anda ingin tiba di sana. Berlari-lari mengikuti gerobak. Jangan membuat keributan, dan kehidupan akan menjadi lebih baik. Jangan terlalu serius memikirkan pilihan Anda sendiri. Jangan terlalu banyak percaya terhadap apa saja. Apa yang Anda lakukan atau imani tidaklah penting. " Bila dibandingkan dengan dunia kuno, penekanannya telah bergeser di zaman moderen ini. Yang mengatur tidak lagi terlalu ditekankan pada nasib tetapi pada kebetulan. Sains adalah dewa bagi banyak orang yang mempertahankan bahwa kehidupan manusia adalah produk dari proses evolusi, dan tidak lebih lagi. Sosok manusia dibedakan dari makhluk lainnya karena memiliki ibu jari yang saling berlawanan dan korteks otaknya lebih berbelit, sebagaimana kecoa berbeda karena memiliki cangkang keras dan enam kaki. Keduanya adalah organisme di antara pelbagai organisme lainnya. Kehidupan bagi kecoa tidak lebih serius daripada kehidupan bagi manusia. Orang mati, dan generasi berikutnya muncul untuk menggantikan dia. Sebaliknya, Petrus berkata, "Sadarlah." Pengertiannya adalah, "Engkau adalah makhluk Allah. Apa yang engkau imani dan lakukan adalah penting. "
Ketika orang menganggap kehidupan secara serius, ketika ia "sadar," berikutnya adalah bahwa ia juga harus berjaga-jagalah. Berjaga-jaga adalah penting karena lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ini adalah satu-satunya acuan dalam 1 Petrus kepada "setan." Kata "Iblis "tidak muncul dalam surat itu. Petrus tampaknya sedang memperingatkan tentang suatu pribadi, yang menentang Allah dan manusia. Kata "setan" (dia¿boloß, diabolos) berarti "pemfitnah." Kadang-kadang kata itu digunakan dalam Perjanjian Baru dengan arti yang umum (2 Timotius 3:3; Titus 2:3). Artinya kira-kira sama dengan kata Ibrani /f**?)* (satan), "musuh" atau "penuduh." Dalam 1 Petrus, setan adalah musuh. Apapun yang ia cari untuk manusia adalah untuk mencelakakan mereka. Ia memakan jiwa, menimbulkan kehancuran kekal. Bahwa setan harus dibandingkan dengan singa adalah menarik karena Yesus juga adalah "Singa dari suku Yehuda" (Wahyu 5:5).
Sulit memahami peranan setan dalam pencobaan pribadi dan dosa. Yakobus mengatakan bahwa pencobaan berarti digerakkan oleh keinginan sendiri (Yakobus 1:14). Yohanes mengatakan bahwa dosa adalah pelanggaran hukum (1 Yohanes 3:4), yang menyiratkan bahwa orang memilih untuk berbuat dosa.
Memang menggoda untuk mengambil pelbagai acuan kepada Iblis dan setan di dalam Alkitab sebagai personifikasi tarikan dosa. Nas-nas seperti ini membuat sulit untuk melakukan hal itu. Beberapa orang ingin mengabaikan setan sebagai konsep mitologi yang muncul di tengah-tengah kaum Yahudi selama periode Babilonia. Itu juga, punya kesulitannya sendiri. Apa yang orang Kristen dapat katakan tentang setan adalah terbatas. Ia muncul sebagai pribadi yang bertekad untuk menghina Allah dengan mencobai ciptaan Allah untuk menyangkal Dia dalam pekataan dan perbuatan.
Sebanyak inilah yang pasti: Setan bukanlah ilah yang jahat, yang setara dan sama kekalnya dengan Sang Pencipta. Kekuasaannya tunduk kepada Allah. Pada hari lawatan, ketika Tuhan datang kembali, ia akan dikalahkan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) CARA MEMILIKI AKHIR YANG MENYENANGKAN (1 Petrus 5:6-14)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Saya suka akhir yang menyenangkan. Saya suka buku-buku dan filem-file...
CARA MEMILIKI AKHIR YANG MENYENANGKAN (1 Petrus 5:6-14)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Saya suka akhir yang menyenangkan. Saya suka buku-buku dan filem-filem yang berakhir menyenangkan. Saya tidak suka filem-filem yang dianggap sebagai "realistis" namun akhir bagi setiap orang adalah menyedihkan. Saya melihat cukup "kenyataan" semacam itu setiap hari.
Petrus juga peduli tentang "akhir yang menyenangkan." Ia ingin orang-orang yang ia surati dalam suratnya yang pertama mengalami akhir yang menyenangkan. Harapan itu tampaknya suram, karena mereka sedang dianiaya, dan penganiayaan yang lebih besar menanti di depan. Bagaimanakah mereka bisa keluar dari itu dengan sukses? Surat Petrus dikhususkan untuk membantu mereka melewati pengalaman itu tanpa cedera.
Bayangkanlah dia ketika ia menyelesaikan suratnya. Ia sudah banyak bicara tentang bagaimana mereka harus hidup, apa yang harus mereka lakukan. Akhirnya, ia menanya dirinya sendiri: "Pada akhirnya, apakah yang bisa saya katakan di sini, di akhir surat ini, yang akan bisa menolong mereka? Adakah hal-hal yang belum saya sebutkan? Hal apa lagikah yang harus saya tambahkan? Hal apakah yang perlu saya tekankan?" Dengan itu, ia menulis kata-kata 5:6-14.
Petrus mengatakan orang-orang Kristen ini perlu melakukan empat hal untuk memiliki akhir yang menyenangkan. Melakukan empat hal yang sama akan membantu kita mengakhiri kisah hidup kita sendiri dengan menyenangkan. Apa sajakah keempat hal itu?
RENDAHKANLAH DIRIMU DI HADAPAN ALLAH
Rendah hati adalah sama dengan tunduk, menerima orang lain sebagai yang lebih besar, bertaat. Orang yang sanggat sombong ingin melakukan caranya sendiri, "melakukan kemauannya sendiri," dan tidak mau mendengarkan arahan orang lain. Kerendahan hati akan menuntun orang untuk menerima kehendak Allah dalam iman dan ketaatan.
Alasan bagi kerendahan hati diberikan di sini; itu karena tangan Allah adalah perkasa! Allah lebih besar daripada kita. Ia membuat dunia; Ia membuat kita; Ia memiliki kita. Ia punya hak untuk mengarahkan hidup kita; Ia tahu apa yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, mari kita merendahkan diri di hadapan Dia.
Bagi para pembaca mula-mula ini mungkin berarti mereka harus menerima keadaan mereka yang penuh tantangan saat itu sebagai sesuai dengan kehendak Allah. Mereka bisa dengan sangat mudah mempertanyakan kehendak Allah dan menggerutu menentang Dia karena membolehkan diri mereka dianiaya secara tidak adil dan tidak sah. Sebaliknya, mereka harus menerima kehendak Allah bahkan dalam keadaan yang merugikan mereka. Mengapa? "Supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (5:6). Pertama adalah penderitaan dan penganiayaan, lalu peninggian! Sama seperti peninggian Yesus terjadi setelah penyerahan dan penderitaan-Nya (lihat Filipi 2), begitu juga dengan keadaan mereka.
Merendahkan diri kita di hadapan Allah berarti kita harus menerima kehendak Allah untuk hidup kita. Kita mungkin tidak menyukai apa yang sedang menimpa diri kita sama seperti para pembaca pertama juga tidak suka dianiaya. Kita tidak suka sakit, berduka, kehilangan pekerjaan kita, mengalami masalah keuangan. Namun dalam cara tertentu, sampai batas tertentu, kita harus rela menerima apa yang terjadi sebagai kehendak Allah—setidaknya sejauh kita tidak memberontak terhadap Dia.
Nenek saya suka mengatakan, setiap kali ia terkejut atau merasa heran, "Allah tahu!" Ketika saya masih remaja, saya mulai bergulat dengan ayah saya di ruang tamu kami. Nenek masuk, bertolak pinggang, dan sosoknya yang seberat 46 kilogram terlihat gusar. "Ya, Allah tahu, D. H.," katanya kepada ayah saya. "Jika kamu mau bergulat dengan seseorang, setidaknya kamu bisa bergulat dengan seseorang yang seukuran dengan dirimu." (Tentu saja, saya hampir sebesar ayah saya pada waktu itu.) Saya duga Nenek menyebut nama Allah dengan sembarangan atau sia-sia. Tetapi jika kita mengambil apa yang ia suka katakan itu dan menambahkan satu kata, saya pikir kita akan memiliki pernyataan teologis yang kita semua perlu pegang sebagai bagian dari filosofi hidup kita. "Allah tahu." Ya, memang. Tapi lebih daripada itu: Allah tahu yang terbaik! Allah tahu apa yang terbaik untuk hidup saya, untuk tujuan-Nya, untuk dunia. Saya perlu mempercayai itu. Saya harus percaya bahwa apapun yang terjadi pada diri saya, entah bagaimana, entah dengan cara apa, Allah tahu yang terbaik. Dan kemudian saya harus menerima kehendak-Nya bagi saya.
Selain itu, merendahkan diri kita di hadapan Allah berarti kita perlu menerima hak Allah untuk membuat aturan bagi kita. Kita mungkin cenderung untuk mempertanyakan beberapa perintah Allah (misalnya, perintah untuk dibaptis agar diselamatkan atau perintah untuk jangan meninggalkan perhimpunan bersama kita). Tetapi jika kita rendah hati kita akan mengakui bahwa tanggung jawab Allah adalah membuat aturan, dan tanggung jawab kita, tidak mempertanyakan, tetapi mentaatinya. Dan kita akan taat!
SERAHKANLAH SEGALA KEKUATIRANMU KEPADA ALLAH
Para pembaca abad pertama khawatir. Penganiayaan dan penderitaan cukup membuat khawatir setiap orang. Apakah yang harus mereka lakukan? Petrus berkata, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, karena Ia yang memelihara kamu" (5:7).
Kita juga dikepung oleh pelbagai kesulitan—masalah keuangan, masalah keluarga, masalah pribadi, masalah gereja, masalah yang terkait dengan pekerjaan. Apakah yang harus kita lakukan terhadap masalah kita itu? "… serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, karena Ia yang memelihara kamu. "
Pikirkanlah ini: Inilah diri kita, sedang memikul beban berat kita. Dan di sana adalah Bapa kita, Pribadi yang mampu dan bersedia memikul beban kita untuk kita. Tapi kita menolak untuk menyerahkan beban itu kepada Dia.
Pernah seorang ayah memberi anak kecilnya pekerjaan yang sulit dilakukan. Anak itu mencoba dan mencoba tapi tidak bisa melakukannya. Akhirnya, ia datang kepada ayahnya dan mengaku, "Ayah, aku tidak bisa melakukannya." Sang ayah menjawab, "Sudahkah kamu mencoba segalanya untuk menyelesaikannya?" Anak itu berkata, "Ya, Ayah, aku telah mencoba segalanya." "Yakinkah kamu bahwa kamu telah mencoba segalanya?" tanyanya lagi. "Ya, Ayah, aku telah mencoba semua yang saya tahu untuk melakukannya, dan aku tidak bisa," jawab anak itu. "Tidak, kamu belum melakukannya, Nak; kamu belum mencoba segalanya, karena kamu belum mencoba meminta ayah untuk membantu," kata ayah kepada dia. Setelah itu, sang ayah membantu anak itu, dan pekerjaan selesai. Kita mungkin merasa sudah mencoba segalanya ketika kita belum mencoba apa yang paling penting—meminta Bapa sorgawi kita untuk membantu! Mari kita melakukan yang terbaik, melakukan semua yang kita bisa, untuk menyelesaikan tugas-tugas kita. Tapi di luar itu, mari kita letakkan itu di tangan Allah!
Mengapa harus rendah hati? Karena tangan Tuhan adalah perkasa! Mengapa menyerahkan masalah kita ke dalam tangan Tuhan? Karena Allah memelihara kita! Karena kita memiliki Bapa sorgawi yang penuh kasih, penuh belas kasihan, peduli yang ingin membantu! Bahkan, jika kita mencoba untuk memikul sendiri semua beban kita, itu mungkin menunjukkan bahwa kita tidak percaya bahwa Allah memelihara kita.
SADARLAH DAN BERJAGA-JAGALAH
Perhatikanlah 5: 8: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Hal ini menunjukkan bahwa kita harus berpikiran serius, hati-hati, waspada. Mengapa? Oleh karena musuh kita, iblis. Iblis, menurut Alkitab, adalah nyata dan kuat. Di sini kita mengetahui bahwa ia selalu berusaha menggoda orang untuk berbuat dosa, sehingga ia bisa membawa mereka ke dalam neraka bersama dia.
Apakah yang kemungkinan iblis lakukan dalam konteks teks surat ini? Iblis selalu menggunakan persoalan manusia untuk mencoba membuat manusia menolak Allah. Di sini ia mungkin akan memberikan saran "Anda sedang dianiaya karena iman Anda. Tidakkah Anda pikir sudah waktunya Anda meninggalkan iman Anda? Dan mengapa Anda tetap saja percaya kepada Allah, ketika Allah menghukum Anda— orang benar—dengan penganiayaan dan membiarkan para penganiaya Anda hidup makmur?"
Iblis menggoda penulis Mazmur 73 seperti itu. Pemazmur menulis:
Sesungguhnya Allah itu baik [bagi Israel] … Bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, Nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, Kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik (ay. 1-3).
Ia melanjutkan menggambarkan kemakmuran orang fasik dalam ayat 4 sampai 14. Para pembaca Petrus tentunya tergoda untuk bertanya, "Apa gunanya menjadi orang baik? Kami menderita, dan mereka yang melakukan kejahatan hidup makmur."
Apakah solusi bagi masalah pemazmur itu? Kita membaca tentang itu dalam ayat 15 sampai 20. Pemazmur itu akhirnya mengerti bahwa, meski orang fasik mungkin terlihat hidup makmur, pada akhirnya mereka akan dihukum! Dan orang-orang fasik sekarang ini, meski mereka mungkin hidup makmur saat ini, pada akhirnya akan dihukum oleh Allah.
Lalu bagaimanakah orang Kristen seharus bertindak ketika kita dicobai oleh iblis untuk meninggalkan Allah karena kita menderita? Seperti yang dilakukan pemazmur, yang berkata,
Ketika hatiku merasa pahit Dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, Aku dungu dan tidak mengerti, Seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, Dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, Gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (ay. 21-26).
Jika itu adalah sikap kita, iblis tidak akan pernah berhasil dalam usahanya untuk membuat kita berpaling dari Allah oleh karena pelbagai masalah yang kita hadapi.
MELAWAN IBLIS
Ia berkata, "Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9).
Apakah artinya melawan iblis? Di sini yang Petrus maksudkan mungkin adalah tidak membiarkan iblis berhasil ketika ia menggoda Anda untuk menyerah. Berdiri teguh dalam iman! Petrus berkata lagi, dengan kata-kata yang sedikit berbeda, dalam 5:12: "Aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!"
Mengapa berdiri "teguh dalam iman Anda"? Karena "pengalaman penderitaan yang sama sedang ditanggung "di seluruh dunia. Ini berarti bahwa para pembaca surat kiriman ini tidak sendirian dalam keadaan mereka itu. Hal itu akan sudah menjadi pengetahuan yang menghibur. Itu juga berarti bahwa orang lain telah menyediakan, kemungkinan besar, teladan daya tahan untuk mereka ikuti, dan mereka pada gilirannya dapat mendorong orang lain dengan keteguhan mereka.
Seberapa pentingkah bagi orang-orang Kristen ini untuk tetap setia! Ingatlah gambaran cara orang-orang Kristen ini difitnah dan dianiaya di abad pertama? Akankah sulit bagi Anda untuk setia jika harus mengorbankan pekerjaan Anda, kebebasan Anda, atau bahkan nyawa Anda? Hal itu akan sama sulitnya bagi orang-orang Kristen waktu itu untuk tetap setia. Namun demikian, kesetiaan adalah persis apa yang Allah harapkan dari mereka dan apa yang Allah harapkan dari Anda. Apapun biayanya, Tuhan ingin Anda tetap "teguh dalam iman Anda." Seberapa kuatkah iman Anda? Cara Anda bertindak pada hari-hari yang cerah tidak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, cara Anda bertindak pada hari-hari yang suram dan kelabu, "ketika keadaan menjadi sulit," itulah yang memberitahu kita seberapa kuat iman Anda!
Jadi Anda memiliki masalah? Lawanlah Iblis; berdirilah dengan teguh dan jangan goyah! Apapun provokasinya, apapun penganiayaannya, apapun godaannya—jangan pernah menyerah! Berdiri teguh dalam iman.
KESIMPULAN
Inilah hal yang perlu Anda lakukan untuk "memiliki akhir yang menyenangkan": Rendahkah diri Anda di hadapan Allah. Serahkanlah semua kekhawatiran Anda kepada Allah. Sadarlah dan berjaga-jaga. Lawanlah Iblis dengan berdiri teguh dalam iman Anda. Jika Anda melakukan semua ini, akan seperti apakah hasilnya? "Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya" (5:10). Akan ada pertolongan dalam kehidupan ini dan kemuliaan kekal di akhirat nanti! Siapakah yang bisa meminta akhir yang lebih menyenangkan daripada yang ini?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 5:1-11
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 2)
Pada titik ini dalam surat itu, Petrus kembali kep...
1 Petrus 5:1-11
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 2)
Pada titik ini dalam surat itu, Petrus kembali kepada arahan yang telah dimulai di 2:13. Dari 2:13 sampai 3:7 Paulus mengingatkan umat Kristen untuk tunduk kepada pemerintah, hamba harus tunduk kepada tuan, dan istri harus tunduk kepada suami. Dalam pasal 5, ia melanjutkan pola instruksi itu dengan mendesak kaum muda untuk tunduk kepada orang yang lebih tua. Ada pengertian di mana dorongan saat ini memiliki lebih banyak kesamaan dengan petunjuk untuk istri/suami (3:1-7) dibandingkan dengan dua dorongan lainnya. Setelah mendorong kaum istri harus tunduk kepada suami mereka, Petrus menyampaikan beberapa instruksi kepada kaum suami. Ia tidak menyampaikan instruksi yang berkaitan dengan pemerintah atau pemilik budak. Dalam nas ini, rasul itu menyampaikan instruksi bagi para penatua sebelum ia mendesak kaum muda untuk tunduk. Selanjutnya, dalam kasus ini ia memberikan instruksi yang jauh lebih banyak kepada para penatua dibandingkan yang ia lakukan kepada kaum muda yang harus tunduk kepada mereka. Tampaknya, tuntutan bahwa para penatua harus memenuhi secara benar tanggung jawab mereka sebagai penatua membutuhkan perhatian. Ketundukan pada sisi kaum muda tampaknya didasarkan pada perilaku para penatua yang bisa diterima.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Untuk pertimbangan lebih lanjut tentang penunjukan yang tepat dan pekerjaan para penatua, lihat Everett Ferguson, The Church of Ch...
Catatan Akhir:
- 1 Untuk pertimbangan lebih lanjut tentang penunjukan yang tepat dan pekerjaan para penatua, lihat Everett Ferguson, The Church of Christ: A Biblical Ecclesiology for Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996), 295-98, 310-27.
- 2 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 198-99.
- 3 Kata Inggris "bishop" adalah kekeliruan dari kata Yunani episkopos . Di antara petunjuk yang menuntun para penerjemah Alkitab KJV adalah bahwa mereka harus menggunakan kata-kata yang umum digunakan di gereja-gereja. Karena para pejabat yang bertanggung jawab atas gereja disebut "bishop" di Gereja Inggris, maka kata itu digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani itu.
- 4 Bentuk majemuk kata itu ( klhronomi/a, klēronomia) diterjemahkan "warisan" dalam 1 Petrus 1:4 dan di tempat lain.
- 5 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 286.
- 6 C. S. Lewis, Mere Christianity (New York: Macmillan Co., 1961), 94.
- 7 Bahasa Yunani memiliki dua kata sifat yang paralel, "yang lebih muda" dan "yang lebih tua." Kata sifat itu berbentuk jamak maskulin, maka para penerjemah menambahkan kata "laki-laki" setelah kata yang lebih muda supaya masuk akal, tetapi dalam kasus "yang lebih tua" kata tambahan itu tidak diperlukan.
- 8 Alan M. Stibbs and Andrew F. Walls, The First Epistle General of Peter, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 170.
- 9 J. Goetzmann, "Care, Anxiety," in The New International Dictionary of New Testament Theology, ed. Colin Brown (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1976), 1:277.
- 10 R. E. Enlow, "Anxiety," in Evangelical Dictionary of Biblical Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996), 28.
- 11 Wisdom of Solomon 12:13 (NRSV).
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 335.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi