Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Ptr 5:4
Jerusalem: 1Ptr 5:4 - Gembala Agung Yesus kerap kali dikatakan "gembala", 1Pe 2:25; Yoh 10:11+; Ibr 13:20. Tetapi gelar "Gembala Agung" (Kepala pada gembala) hanya terdapat di sini dalam...
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 5:4
Ref. Silang FULL: 1Ptr 5:4 - Gembala Agung // mahkota kemuliaan // dapat layu · Gembala Agung: Yoh 10:11; Yoh 10:11
· mahkota kemuliaan: 1Kor 9:25; 1Kor 9:25
· dapat layu: 1Pet 1:4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 5:1-4
Matthew Henry: 1Ptr 5:1-4 - Nasihat bagi Para Penatua
Di sini Rasul Petrus memberikan pengarahan-pengarahan istimewa, pertama-tama bagi para penatua, bagaimana mereka harus bertingkah laku terhadap ka...
- Di sini Rasul Petrus memberikan pengarahan-pengarahan istimewa, pertama-tama bagi para penatua, bagaimana mereka harus bertingkah laku terhadap kawanan gembalaan mereka (ay. 14). Lalu bagi orang-orang muda, supaya bersikap patuh dan rendah hati, dan supaya menyerahkan kekhawatiran mereka kepada Allah (ay. 5-7). Dia lalu menasihati semuanya supaya menguasai diri, berjaga-jaga terhadap godaan, dan teguh di dalam iman, sambil berdoa dengan sungguh-bagi mereka. Dengan begitu ia menutup suratnya dengan doksologi khidmat, salam terhadap satu sama lain, serta dengan berkat kerasulannya.
Nasihat bagi Para Penatua (5:1-4)
- Di sini kita bisa perhatikan,
- I. Orang-orang yang dinasihati dengan himbauan tersebut adalah para majelis, pendeta, dan para pembimbing rohani jemaat, para penatua berdasarkan jabatan dan bukan berdasarkan usia, para pelayan jemaat-jemaat yang ditulisinya dengan surat ini.
- II. Orang yang memberikan nasihat tersebut, yaitu Rasul Petrus: Aku menasihatkan. Dan untuk memperkuat nasihatnya ini, dia berkata kepada mereka bahwa dia adalah saudara sesama majelis atau rekan penatua mereka, dan dengan demikian tidak membebani mereka dengan apa pun selain dengan apa yang siap dilakukannya sendiri. Dia juga merupakan saksi penderitaan Kristus, dengan berada bersama dengan-Nya di taman, mengikuti-Nya ke istana Imam Besar, dan sangat mungkin ikut menonton-Nya menderita di kayu salib, dari kejauhan bersama-sama dengan kerumunan orang (Kis. 3:15). Ditambahkannya juga bahwa dia juga ambil bagian dalam kemuliaan yang sebagian telah dinyatakan dalam perubahan rupa Yesus (Mat. 17:1-3), dan akan menikmatinya sepenuhnya pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Ketahuilah,
- 1. Orang-orang yang pekerjaannya mengajari orang lain harus benar-benar mengindahkan tugas mereka sendiri, selain mengajari orang-orang mengenai tugas-tugas mereka.
- 2. Betapa berbedanya roh dan perilaku Petrus dari mereka yang mengaku-ngaku sebagai penerusnya! Dia tidak memerintah dan menguasai, melainkan menasihati. Dia tidak menyatakan diri memiliki kedaulatan atas seluruh pendeta dan jemaat, juga tidak berlagak sebagai pemimpin para rasul, pendeta Kristus, atau kepala jemaat, tetapi menilai dirinya sendiri sebagai seorang penatua. Semua rasul merupakan penatua, meskipun tidak semua penatua adalah rasul.
- 3. Menjadi saksi penderitaan Kristus merupakan kehormatan istimewa Petrus dan segelintir orang lainnya. Tetapi mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak merupakan hak istimewa seluruh orang Kristen sejati.
- III. Tugas pendeta atau gembala digambarkan, dan bagaimana tugas itu harus dilaksanakan. Tugas kependetaan atau penggembalaan bersifat rangkap tiga:
- 1. Menggembalakan kawanan domba, dengan mengabarkan kepada mereka firman Allah yang murni, dan memimpin mereka sesuai dengan arahan dan aturan yang ditetapkan firman Allah, yang keduanya tersirat dalam ungkapan ini, gembalakanlah kawanan domba.
- 2. Pendeta atau gembala jemaat harus mengawasi kawanan domba itu (KJV). Para penatua dinasihatkan untuk menunaikan jabatan gembala (seperti makna kata itu), dengan memelihara dan menjaga dengan hati-hati seluruh kawanan domba yang dipercayakan ke tangan mereka.
- 3. Mereka harus menjadi teladan bagi kawanan domba itu, dan menerapkan kekudusan, penyangkalan diri, mematikan keinginan dosa, dan seluruh kewajiban Kristen lainnya yang mereka kabarkan dan nasihatkan kepada jemaat. Tugas-tugas ini harus dilaksanakan, jangan dengan paksa, bukan karena kalian harus melakukannya, bukan dari keharusan dari pemerintah, atau paksaan karena rasa takut atau malu, tetapi dari pikiran yang rela yang senang mengerjakannya: jangan karena mau mencari keuntungan, atau penghasilan dan laba yang dihasilkan oleh kedudukanmu itu atau hak khusus yang diperoleh dari jabatan itu, tetapi dengan pengabdian diri, dengan memandang kawanan itu lebih bernilai daripada uang atau keuntungan, dengan tulus dan penuh sukacita berupaya melayani jemaat Allah. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, dengan menindas mereka dengan keharusan dan kekuatan paksaan, atau memberlakukan pikiran dan keinginan manusia yang tidak alkitabiah terhadap mereka, alih-alih tugas yang perlu saja (Mat. 20:25-26; 2Kor. 1:24). Ketahuilah,
- (1) Martabat tinggi jemaat Allah dan seluruh anggota sejatinya.
- Orang-orang Kristen yang malang, tercerai-berai dan teraniaya ini merupakan kawanan domba Allah. Manusia selebihnya di dunia ini adalah kawanan yang ganas. Orang-Orang Kristen tadi merupakan kawanan domba yang tertib, ditebus bagi Allah melalui Sang Gembala Agung, hidup dalam kasih dan persekutuan yang kudus satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kehendak Allah. Mereka juga dijunjung dengan sebutan sebagai pusaka atau jemaat Allah, bagian-Nya yang istimewa, dipilih dari antara segala bangsa sebagai umat-Nya, untuk menikmati kebaikan istimewa-Nya dan untuk melaksanakan pelayanan istimewa bagi-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kata itu tidak pernah dibatasi dalam arti para pelayan agama saja.
- (2) Gembala jemaat harus menganggap umat mereka sebagai kawanan domba Allah, sebagai pusaka Allah, dan memperlakukan mereka dengan selayaknya. Kawanan itu bukanlah milik mereka untuk diperintah seenaknya, melainkan merupakan umat Allah dan harus diperlakukan dengan kasih, kesabaran, dan kelemahlembutan, demi Dia yang memiliki mereka.
- (3) Para pelayan yang melaksanakan pekerjaan itu karena terdesak oleh kebutuhan atau tertarik untuk melakukan itu karena uang, tidak akan pernah bisa melakukan kewajiban mereka sebagaimana seharusnya, sebab mereka tidak melakukannya dengan sukarela dan dengan pengabdian diri.
- (4) Cara terbaik yang dapat dilakukan seorang pelayan untuk dapat dihormati oleh jemaatnya ialah dengan melaksanakan tugasnya sendiri di antara mereka dengan sebaik-baiknya, dan dengan terus-menerus menjadi contoh bagi mereka dalam segala hal yang baik.
- IV. Berlawanan dengan keuntungan atau uang kotor yang dijadikan banyak orang sebagai alasan utama mereka dalam menjalankan dan menunaikan jabatan penggembalaan, di sini Rasul Petrus membentangkan di depan mereka mahkota kemuliaan yang dirancangkan oleh Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, bagi seluruh pelayan-Nya yang setia. Ketahuilah,
- 1. Yesus Kristus adalah Gembala Agung seluruh kawanan domba dan pusaka Allah. Dia sudah menebus mereka dan kini memerintah atas mereka. Dia membela dan menyelamatkan mereka untuk selamanya. Dia juga merupakan Gembala Agung atas seluruh gembala di bawah-Nya. Mereka mendapatkan kewenangan dari-Nya, bertindak atas nama-Nya, dan pada akhirnya harus bertanggung jawab kepada-Nya.
- 2. Sang Gembala Agung ini akan datang untuk menghakimi seluruh pelayan dan gembala di bawah-Nya, untuk meminta pertanggungjawaban mereka, apakah mereka telah dengan setia menunaikan kewajiban mereka, baik di hadapan khalayak maupun secara pribadi, seturut dengan pengarahan-pengarahan sebelumnya.
- 3. Mereka yang didapati telah menunaikan tugas mereka akan mendapatkan sesuatu yang jauh melebihi keuntungan semen tara. Mereka akan menerima kemuliaan yang luhur dan kekal dari Sang Gembala Agung, yaitu mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
SH: 1Ptr 5:1-14 - Gaya kepemimpinan Kristiani (Minggu, 18 Juli 1999) Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma
yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saa...
Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saat itu, mendorong Petrus menuliskan nasihat khusus untuk para penatua dan orang muda (anggota jemaat). Petrus yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rasul di awal suratnya (1:1), dalam bagian ini menyebut dirinya sebagai teman penatua dari jemaat. Penyamaan status ini untuk menekankan pada penatua jemaat agar serius dan bertanggungjawab penuh dalam menggembalakan jemaat di setiap kota/daerah, seperti yang telah dilakukannya.
Pemimpin sebagai "gembala". Petrus menekankan model kepemimpinan yang harus dimiliki oleh para penatua. Meneladani Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, begitulah para penatua menjalankan tugas pelayanannya dan menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpinnya. Petrus sendiri sebagai seorang saksi penderitaan Kristus menegaskan bahwa kepemimpinan bukan penggunaan kekuasaan kepada yang dipimpin dengan kecongkakan atau untuk mencari keuntungan sendiri. Kepemimpinan tidak pula untuk memaksa. Akan tetapi, pemimpin memimpin dengan merendahkan diri dan melayani serta penundukan diri, dan menempatkan diri sebagai "gembala".
Jemaat sebagai "kawanan gembalaan". Penundukan diri adalah tema yang diulang-ulang oleh Petrus dalam surat ini. Petrus mengutip dari kitab Amsal sebagai peringatan tentang sikap dan tindakan Tuhan kepada orang yang meninggikan diri. Kutipan ini mengingatkan bagaimana hubungan timbal balik yang harus ada dalam jemaat: antara penatua dan anggota jemaat. Keduanya harus menundukkan diri dulu di bawah otoritas Tuhan, maka sikap saling menghargai, menghormati, dan melayani akan mewarnai kehidupan jemaat.
Siap sedia. Jemaat yang sedang merantau di dunia ini tidak sedang berekreasi atau santai, tetapi sedang dalam arena peperangan. Berbagai cara dipakai iblis untuk menghancurkan. Baik penatua maupun jemaat harus melawan si iblis, menyerahkan kekuatiran dan berharap kepada Tuhan.
SH: 1Ptr 5:1-7 - Tugas penatua gereja (Senin, 25 Oktober 2004) Tugas penatua gereja
Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering
menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai
...
Tugas penatua gereja
Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai berbagai fasilitas yang menarik dan menjanjikan keuntungan materi. Namun, apakah rebutan ini berlaku bagi jabatan penatua di gereja? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jawabannya ya bila sang penatua salah mengartikan makna jabatan penatua itu. Sebaliknya tidak bila ia memahami arti jabatan penatua. Oleh karena itu, mari kita mempelajari tulisan Petrus dalam nas ini.
Jabatan sebagai penatua berarti ia melakukan pengawasan dalam kegiatan gereja, memberikan perintah untuk kepentingan jemaat dan menjadi teladan bagi jemaat dalam hidup kudus. Gereja mula-mula menggangap jabatan penatua adalah posisi yang agung, sehingga mereka memberikan penghargaan kepada penatua yang dianggap bijaksana dan dilanjutkan oleh beberapa gereja pada masa kini. Dengan demikian, seorang penatua memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Tuhan dan jemaat, dan diharapkan menjadi contoh yang baik. Petrus memberikan nasihat tentang dua ciri khas penatua yang bijaksana (ayat 1), sbb.: Pertama, mereka menyadari bahwa yang "digembalakan" adalah "domba-domba" milik Tuhan dan bukan milik mereka sendiri sehingga mereka melakukan tugasnya dengan sukarela dan bukan karena terpaksa (ayat 2b). Kedua, mereka harus memfokuskan diri kepada apa yang bisa mereka berikan kepada jemaat dan bukan mencari keuntungan diri sendiri (ayat 3). Itulah sebabnya, penatua harus menjadi teladan bagi para pemimpin Kristen lainnya, menunjukkan wewenang yang didasarkan atas pelayanan kepada Tuhan dan bukan karena keinginan untuk berkuasa. Penghargaan penatua dalam kesetiaan pelayanannya ini dinyatakan kelak oleh Yesus Kristus (ayat 4).
Jika Tuhan dan jemaat memercayakan jabatan kepemimpinan di gereja bagi Anda, itu berarti kesempatan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dan orang percaya.
Renungkan: Jadilah pemimpin yang menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.
SH: 1Ptr 5:1-11 - Pemimpin ideal (Rabu, 30 November 2011) Pemimpin ideal
Kalau kita ditanya, "Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?", tentu jawabannya akan bermacam-macam. Namun menurut opini umum, pemimpi...
Pemimpin ideal
Kalau kita ditanya, "Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?", tentu jawabannya akan bermacam-macam. Namun menurut opini umum, pemimpin ideal itu bermoral baik dan tidak mementingkan diri sendiri. Ia juga tulus hati, ramah, bukan pemarah, tidak melakukan kekerasan, sabar, bertanggung jawab, dan tidak bertentangan dengan kebenaran.
Dalam firman Tuhan, berbagai kriteria di atas dirangkum di dalam diri seorang pemimpin yang disebut gembala. Rasul Petrus adalah satu dari 12 murid Yesus. Ia adalah satu dari tiga orang yang menyaksikan Kristus dimuliakan (Mrk. 9:1-13; 2Ptr. 1:16-18). Dalam kehidupan sehari-hari, ia sering kali berperan sebagai juru bicara para rasul. Petrus juga menyaksikan peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan mencatat pula bahwa Petruslah yang berkhotbah di hari Pentakosta dan menjadi soko guru jemaat di Yerusalem. Namun ketika ia menulis surat kepada para pemimpin, ia menyebut dirinya sebagai teman penatua (1). Itu artinya dia tidak lebih berkuasa dibandingkan mereka. Ia mengingatkan para penatua atau pemimpin agar menjadi gembala bagi kawan domba Allah. Dalam ayat 2-5, Petrus memaparkan karakteristik seorang pemimpin/gembala yang baik. Karakteristik pemimpin rohani yang baik antara lain: menyadari bahwa mereka sedang menggembalakan kawanan domba Allah dan bukan miliknya sendiri, melakukannya karena dorongan yang kuat untuk melayani dan bukan karena upah, fokus pada apa yang dapat diberikan dan bukan pada apa yang akan mereka dapatkan, serta memimpin dengan memberi teladan, bukan memerintah.
Setiap orang percaya sesungguhnya menjadi seorang pemimpin bagi sesamanya di dalam konteks yang berbeda. Oleh sebab itu apa pun bentuk peraturan yang kita buat, hendaklah kepemimpinan kita senantiasa sejalan dengan kriteria di atas. Jangan sampai kepemimpinan yang kita jalankan tidak menjadi berkat dan tidak membangun mereka yang kita pimpin. Mari menjadi pemimpin yang memiliki kriteria Kristus.
SH: 1Ptr 5:1-11 - Jangan Main Perintah! (Senin, 20 Agustus 2018) Jangan Main Perintah!
Jangan dengan terpaksa dan mencari keuntungan diri, melainkan dengan sukarela dan pengabdian diri (2). Begitulah perintah Petru...
Jangan Main Perintah!
Jangan dengan terpaksa dan mencari keuntungan diri, melainkan dengan sukarela dan pengabdian diri (2). Begitulah perintah Petrus untuk penatua gembala jemaat.
Penatua dalam jemaat Petrus belum menjadi suatu jabatan resmi di gereja. Mereka adalah orang-orang yang dianggap dapat memimpin jemaat karena umurnya lebih senior dan sudah lama menjadi orang Kristen. Di tengah tekanan sosial yang tidak bersahabat terhadap gereja, kepemimpinan yang berkualitas sangat dibutuhkan jemaat. Dalam bagian ini Petrus menunjukkan semangat kepemimpinan kolegial (sederajat) dengan menyapa sebagai sesama teman penatua (1), bukan sebagai rasul seperti sebelumnya (1Pet. 1:1).
Nasihat Petrus kepada para penatua sangat jelas, yaitu "Janganlah kamu main perintah, melainkan jadilah teladan" (3). Artinya, penatua tak boleh memimpin dengan tangan besi. Mereka harus mampu memberikan inspirasi dan menjadi teladan bagi jemaatnya. Dengan kerendahan hati, rasa hormat dari kaum muda dapat diperoleh (5-6). Kerendahan hati dan kebergantungan kepada Allah dapat menolong jemaat melawan serangan Si Iblis yang berkeliling seperti singa yang mengaum-ngaum (8).
Menjadi pemimpin jemaat pada zaman yang sulit memiliki beban yang tidak mudah. Pemimpin bisa menjadi sasaran kekerasan tersendiri ketika jemaat memang sudah menghadapi banyak serangan dari masyarakat setempat. Dalam situasi demikian, yang dibutuhkan adalah figur pemimpin yang mendahulukan kepentingan jemaat daripada kepentingan dirinya. Ignatius dari Antiokhia dan Polycarpus (abad ke-2) merupakan contoh para pemimpin gereja mula-mula yang disiksa dan dibunuh.
Pemimpin jemaat masa kini menghadapi tantangan yang berbeda. Namun, jika kita dengan rendah hati berserah kepada Tuhan, maka Dia akan menguatkan dan melengkapi kita untuk melayani umat-Nya.
Doa: Ajar kami merendahkan diri di bawah tangan-Mu yang kuat dan biarlah belas kasih-Mu menolong kami melayani jemaat-Mu. [IM]
Utley -> 1Ptr 5:1-5
Utley: 1Ptr 5:1-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:1-51 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga ak...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:1-5
1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. 2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. 3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. 4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. 5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "ALLAH MENENTANG ORANG YANG CONGKAK, TETAPI MENGASIHANI ORANG YANG RENDAH HATI."
1Pet 5:1 "penatua... teman penatua" Ada permainan di istilah penatua (presbuteros) dalam ay. 1,5. Istilah ini rupanya digunakan sebagai gelar kepemimpinan (lih. ay. 1Pet 5:1) dan penunjukan usia (lih. ay. 1Pet 5:5). Penggunaan istilah ini mengejutkan mengingat bahwa ini pada dasarnya merupakan sebutan untuk kepemimpinan suku Yahudi, sementara "uskup" atau "pengawas" (episcopos) adalah sebutan Negara-kota Yunani untuk kepemimpinan. I Petrus menggunakan istilah Yahudi untuk menyampaikan pesan pada orang percaya bukan Yahudi.
Petrus menyebut dirinya seorang "teman penatua," istilah presbuteros ditambah KATA DEPAN syn, yang menyiratkan "partisipasi bersama dengan." Petrus tidak menegaskan otoritas Kerasulannya (lih. 2Yoh 1 di mana ada Rasul lain yang menyebut dirinya sendiri "penatua"), tetapi menegur (yaitu, "Aku menasihati," sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE) para pemimpin setempat untuk bertindak dan hidup sesuai dengan terang
- 1. teladan Kristus
- 2. dekatnya kedatanganNya
Gereja-gereja mula-mula tidak memiliki posisi kepemimpinan yang dibayar, tetapi mengakui karunia Allah yang diberikan kepada pelayanan dan kepemimpinan dalam masing-masing gereja lokal. Penegasan akan kasih karunia ini harus diimbangi dengan penghormatan kultural untuk "usia-kebijaksanaan," terutama di kalangan komunitas Yahudi yang percaya. Oleh karena itu, Petrus membahas kedua jenis kepemimpinan ini.
Juga perhatikan bahwa "penatua" adalah JAMAK. Ini mungkin merujuk kepada (1) sejumlah pemimpin gereja rumah (lih. Kis 20:17) atau (2) karunia-karunia rohani yang berbeda di antara suatu dewan kepemimpinan (lih. Ef 4:11), yang secara jelas menyatakan bahwa pelayanan adalah milik semua orang percaya. Ini sejajar dengan konsep "suatu imamat rajani " (lih. 1Pet 2:5,9).
□ "saksi penderitaan Kristus" Ini merupakan penegasan dari ingatan saksi mata Petrus tentang kehidupan Yesus (lih. Kis 3:15; 10:39). Ini juga mungkin mencerminkan memori Petrus akan kata-kata Yesus dalam Kis 1:8. Istilah "penderitaan" merujuk pada penyaliban. Petrus sering menggunakan istilah penderitaan ini (lih. 1Pet 1:11; 2:19,20,21,23; 3:14,17,18; 4:1 [dua kali], 13,15,19; 5:1,10). Diskusi tentang penderitaan Yesus baik sebagai penebusan dan sebagai teladan orang-orang percaya untuk ditiru ini, membentuk tema utama dalam I Petrus.
□ "juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan" Ini bukan hanya sebuah referensi masa depan untuk Kedatangan Kedua (lih. 1Pet 1:5,7; 4:13; 5:4), tetapi mungkin sebuah referensi saksi mata ke belakang (kilas balik) kepada Transfigurasi (lih. Mat 17; Mr 9:2-8; 2Pet 1:16-18). Lihat Topik Khusus: Kemuliaan pada Mr 10:37.
1Pet 5:2 "gembala kawanan domba Allah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. "Gembala" adalah sebuah metafora PL bagi Allah (lih. Mazm 23:1; 100:3). Ini menjadi sebutan untuk pemimpin (lih. Yeh 34:7-10). Domba membutuhkan perawatan, perlindungan, dan perhatian yang terus-menerus. Yesus disebut sebagai "Gembala yang Baik"dalam Yoh 10 dan Ia memberitahu Petrus untuk menjadi pendeta/gembala untuk domba-Nya dalam Yoh 21.
Dalam PB ada beberapa gelar/sebutan bagi para pemimpin gereja lokal.
- 1. penatua
- 2. penilik atau uskup
- 3. gembala atau pendeta
Ini sepertinya untuk digunakan secara bergantian (lih. Kis 20:17,28 dan Tit 1:5,7).
- NASB "menjalankan fungsi pengawasan"
- NKJV "melayani sebagai pengawas"
- NRSV "menjalankan fungsi pengawasan tersebut"
- TEV -dihilangkan-
NJB -dihilangkan-
Beberapa naskah kuno Yunani (yaitu, P72, א 2, A, P, dan Vulgata) termasuk bentuk VERBAL (PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) dari "penilik" yang digunakan dalam kaitan dengan pekerjaan penatua. Beberapa naskah kuno menghilangkan PARTICIPLE nya (yaitu, א* dan B). Tidaklah pasti apakah pengabaian tersebut disengaja oleh ahli-ahli Taurat yang merasa tidak nyaman dengan pencampuran jabatan atau peranan penatua dan pengawas.
1Pet 5:2-3 Ini memulai serangkaian (lih. ay. 1Pet 5:2-3.) kualifikasi yang mengkontraskan bagi para pemimpin gereja.
Positif Negatif
- 1. sukarela tidak di bawah paksaan
- 2. dengan semangat bukan untuk keuntungan yang kotor
- 3. sebagai teladan tidak seolah-olah mau memerintah
Orang bertanya-tanya berapa banyak negatif ini mencerminkan kondisi sebenarnya dari kepemimpinan beberapa gereja rumah yang berkaitan dengan guru-guru palsu (lih. II Petrus).
□ "menurut kehendak Allah" Frasa ini ada dalam banyak naskah Yunani kuno (yaitu, P72, א, A2, dan P), tetapi dihilangkan dalam MSS B, K, dan L. Frasa ini hadir dalam kebanyakan Terjemahan Bahasa Inggris modern, tetapi tidak ada dalam KJV. Petrus sering menggunakan frase ini dalam I Petrus (lih. 1Pet 2:15; 3:17; 4:2,3,19). Oleh karena itu, mungkin asli.
□ teladan See Special Topic following.
1Pet 5:4 "Gembala Agung" Terminologi Petrus untuk Kristus sebagai Gembala (lih. 1Pet 2:25) mungkin berasal dari percakapan dengan Tuhan yang telah bangkit yang dicatat dalam Yoh 21:15-17. Di sini Petrus menyebut Kristus dengan istilah majemuk archi ditambah poimen, artinya gembala yang tinggi atau pertama (lih. Yoh 10:1-18). Dalam Ibr 13:20 Kristus digambarkan sebagai "Gembala yang Agung." Semua pemimpin lainnya ("penatua" atau "pengawas") adalah gembala-bawahan.
Ada kemungkinan bahwa Petrus menyinggung Yes 63:11, di mana Musa disebut "gembala."
□ "datang" Ini adalah satu lagi rujukan pada Kedatangan Kedua (lih. ay. 1Pet 5:1; 1:5,7; 4:13).
kemuliaan yang tidak dapat layu" Dalam konteks (yaitu, ay. 1-5) ini menunjuk pada "gembala-bawahan." Petrus mencampurkan suatu metafora atletik (lih. 1Kor 9:23) dengan metafora bunga. Mahkota kemuliaan yang tak dapat layu ini mungkin menunjuk pada warisan orang percaya yang dijaga oleh Allah dalam 1Pet 1:4. Hal ini sejajar dengan
- 1. "mahkota kebenaran" Paulus dalam 2Tim 4:8
- 2. "mahkota kehidupan" Yakobus dalam Yak 1:12
- 3. "mahkota kehidupan" Yesus dalam Wahy 2:10; 3:11
Ini adalah simbol dari kemenangan orang percaya dalam peperangan melawan dosa, diri sendiri, serta penderitaan yang mereka jalani dengan sabar dan setia demi Kristus.
1Pet 5:5 "kamu, hai orang-orang muda" Dalam masyarakat Yahudi seorang laki-laki dianggap muda sampai usia empat puluh tahun. Tidak pernah ada kesenjangan atau peperangan generasi dalam masyarakat orang percaya, tetapi saling menghormati (yaitu, "demikian juga" dari ay. 1Pet 5:5).
□ "tunduklah kepada orang-orang yang tua" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE yang menggambarkan cara kehidupan yang mapan. Konteks ini menyiratkan bahwa "penatua " dari ay. 1Pet 5:1 adalah sama dengan "orang tua" dari ay. 1Pet 5:5. Namun, "muda" harus mencerminkan usia yang kontras (lih. 1Tim 5:1, yang menunjuk pada orang yang lebih tua, sementara 1Tim 5:17 menunjuk pada pemimpin gereja). Lihat Topik Khusus: Penyerahan di 1Pet 2:13.
□ "dan kamu semua" Petrus bergerak dari peringatan kepada para pemimpin gereja dan orang lain dari jemaat kepada seluruh anggota gereja (lih. Ef 5:21). Sangatlah penting bahwa orang percaya memahami tanggung jawab pribadi mereka untuk perdamaian dan persatuan dalam persekutuan (lih. Ef 4:2-3).
□ "(kenakanlah)" Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE IMPERATIVE. Memasang dan melepas pakaian adalah ungkapan alkitabiah bagi gaya hidup etika orang percaya (lih. Ayub 29:14; Mazm 109:29; Yes 61:10; Ef 4:22,24,25,31). Mereka mengenakan karakteristik Allah dan menelanjangi diri dari setiap semangat bersaing.
Istilah Yunani untuk "pakaian" secara harfiah adalah "ikat pinggang." Ada kemungkinan bahwa Petrus merefleksikan tindakan Yesus di ruang loteng, yang dicatat dalam Yoh 13:2-11 (Yesus mengikat pinggangNya sendiri dengan celemek seorang budak dan mencuci para murid kaki). Petrus telah melihat kerendahan hati yang benar dan sekarang menyerukan orang percaya untuk meniru Kristus (lih. Fili 2:8; Yak 4:10).
□ "rendahkanlah dirimu" Ini adalah istilah majemuk dari "kerendahan hati" dan "pikiran." Lihat catatan pada 1Pet 3:8.
□ "seorang terhadap yang lain" Ini adalah penekanan pada komunitas (lih. 1Pet 3:9; Ef 5:21). Orang percaya diberikan (dan dierlengkapi, lih. 1Kor 12:07.) satu sama lain. Kitaberdiri atau jatuh bersama-sama!
□ "sebab: "ALLAH MENENTANG ORANG YANG CONGKAK, TETAPI MENGASIHANI ORANG YANG RENDAH HATI" Ini adalah kutipan dari Ams 3:34 (lih. Yak 4:6). Istilah "mengasihani" digunakan dalam pengertian PL yaitu "kemurahan hati."
Topik Teologia -> 1Ptr 5:4
Topik Teologia: 1Ptr 5:4 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Gembala Agung
1Pe 5:4
Keselamatan
Kebangkitan Kristus sebagai Pe...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Gembala Agung
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Makna Kebangkitan Kristus
- Imam Besar Orang-orang Percaya Sekarang adalah Yesus yang Bangkit
- Yesus adalah Seorang Gembala
TFTWMS -> 1Ptr 5:1-4
TFTWMS: 1Ptr 5:1-4 - Dorongan Kepada Para Penatua DORONGAN KEPADA PARA PENATUA (1 Petrus 5:1-4)
1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus...
DORONGAN KEPADA PARA PENATUA (1 Petrus 5:1-4)
1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. 2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. 3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. 4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Ayat 1. Kata yang diterjemahkan "penatua" (presbu/teroß, presbuteros) dapat mengacu secara umum kepada orang tua (Yohanes 8:9; Kisah 2:17; 1 Timotius 5:1), atau bisa juga kepada mereka yang ditunjuk untuk berfungsi dalam peran kepemimpinan yang resmi dalam gereja (Kisah 11:30; 14:23; 20:17; Titus 1:5; Yakobus 5:14). Konteks harus menentukan cara mana kata itu digunakan dalam suatu contoh. Ketika Petrus menulis, Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, dan dilanjutkan dengan mendesak para penatua ini untuk "menggembalakan kawanan domba," maka jelas bahwa di sini kata itu digunakan mengenai suatu jabatan kepemimpinan dalam gereja. Ini adalah orang yang sama yang menjadi sasaran himbauan Paulus dalam 1 Tesalonika 5:12, 13: "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka."
Orang menduduki jabatan "penatua" melalui penetapan (Kisah 14:23; Titus 1:5). Jelas terlihat, orang itu sudah tua atau ia masih muda. Tidak ada orang yang bisa diangkat menjadi orang tua. Namun begitu, ketika orang-orang yang menduduki jabatan itu disebut "penatua" yang tersirat adalah bahwa mereka harus menjadi laki-laki tua, terlepas dari bagaimana hal itu mungkin didefinisikan. Meski ada kelenturan mengenai siapakah orang "tua" itu, namun istilah itu tidak terlalu lentur. Tidak banyak orang akan menganggap orang berusia delapan belas atau tiga puluh tahun sebagai "orang tua." Ketika kaum laki-laki yang harus berfungsi sebagai pemimpin dalam gereja disebut "penatua" gereja, kesimpulannya adalah bahwa mereka harus menjadi laki-laki yang lebih tua.
Kata Inggris "priest [imam]" secara etimologi terikat dengan kata Yunani untuk "penatua," tetapi jelas bahwa dalam Perjanjian Baru orang-orang yang melayani sebagai penatua bukanlah imam seperti yang dipraktikkan oleh imam-imam dalam beberapa gereja saat ini. Selain itu, praktik moderen yang mengacukan kaum laki-laki muda sebagai "penatua" tidak memiliki dukungan Alkitab. Ketika beberapa laki-laki ditetapkan untuk menjabat sebagai penatua, usia bukanlah satu-satunya faktor, tetapi usia juga bukannya tidak relevan. Dalam penggunaan Perjanjian Baru, orang yang menjabat sebagai penatua harus cukup tua untuk membentuk reputasi bagi dirinya sendiri. Reputasinya itu harus mengesahkan integritas dan kebaikannya. Seorang penatua yang masih muda adalah sebuah kontradiksi. Bukan hanya dalam Yudaisme pelbagai komunitas mencari kaum laki-laki mereka yang lebih tua, kadang-kadang melayani dalam jabatan resmi, untuk bimbingan dan otoritas. Bangsa Romawi, pada periode Republik setidaknya, sebagian besar diatur oleh Senat. Kata "Senator" secara harfiah berarti "laki-laki tua." Kata Inggris "senile [Ind.: pikun]" berasal dari akar Latin yang sama. Bukan suatu kebetulan bahwa dalam Konstitusi Amerika Serikat, mereka yang melayani sebagai Senator memiliki persyaratan usia yang lebih tua daripada mereka yang melayani di DPR.
Tradisi bahwa laki-laki yang lebih tua menjadi pemimpin berakar sangat kuat dalam sejarah Israel. Ketika Boas ingin menyelesaikan masalah warisan, ia duduk di pintu gerbang kota ditemani oleh tua-tua kota (Rut 4:2), para pemimpin moral dan hukum yang dihormati. Yang berkumpul untuk meminta Samuel mengangkat seorang raja atas mereka adalah para pemimpin Israel (1 Samuel 8:4, 5). Adalah aman untuk mengatakan bahwa di Israel tua-tua sama dengan kepemimpinan. Dalam Injil dan dalam Kisah, tua-tua adalah pemimpin di antara kaum Yahudi (lihat, misalnya, Matius 15:2; 16:21; Markus 8:31). Para penatua yang berfungsi dalam gereja bertentang-an dengan latar belakang ini. Orang-orang itu adalah kaum laki-laki mereka yang lebih tua, lebih bijaksana, yang memiliki rasa hormat dari komunitas mereka. Dalam satu pengertian, penatua muncul dengan sendirinya. Ketika masyarakat berpaling kepada mereka untuk minta saran, mereka berfungsi sebagai penatua, dan kemudian menerima pengakuan resmi ketika mereka ditunjuk untuk melanjutkan pelayanan mereka.1 Dengan mempertimbangkan adanya nuansa Yahudi dalam surat Yakobus, tidaklah heran bahwa saudara Tuhan harus menyebut para pejabat ini "penatua" (Yakobus 5:14).
Ketika Petrus menasihati "penatua di antara kamu," ia menyapa kaum laki-laki tua yang telah diangkat untuk dan yang telah menerima tanggung jawab kepemimpinan dalam gereja. Dalam Perjanjian Baru, para penatua berfungsi di dalam kominitas yang menunjuk mereka. Ada para penatua yang melayani jemaat di Efesus (Kisah 20:17) dan para penatua yang melayani jemaat di Yerusalem (Kisah 11:30). Tidak ada indikasi para penatua menjalankan kepemimpinan atau otoritas apa saja di luar komunitas yang mereka layani. Tidak ada penatua umum. Pertimbangan itu menimbulkan pertanyaan. Ketika Petrus menyebut dirinya sebagai teman penatua, apakah itu menyiratkan bahwa ia menjabat sebagai seorang penatua untuk beberapa jemaat tertentu?
Mungkin, dalam kapasitasnya sebagai seorang rasul, komunitas yang Petrus layani mencakup lebih daripada satu jemaat. Di sisi lain, Petrus mungkin telah ditunjuk sebagai penatua untuk gereja di Yerusalem atau gereja di Roma. Mungkin dalam kapasitas itulah ia menyebut dirinya sebagai "teman penatua." Yang jelas adalah bahwa fungsi Petrus sebagai penatua di luar kebiasaan. Biasanya, para penatua menjalankan kepemimpinan dan pelayanan mereka dalam konteks komunitas itu, gereja tertentu yang menetapkan mereka.
Petrus bisa menyapa para penatua sebagai "sesama penatua," tetapi ia juga menyapa mereka sebagai orang yang kewenangan dan kepemimpinannya melampaui yang mereka miliki. Ia adalah seorang rasul, yang antara lain diminta menjadi saksi penderitaan Kristus. Dengan melimpahnya sejarah antara Petrus dan Yesus yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, maka aneh bahwa rasul itu tidak membuat acuan tentang hubungan pribadinya dengan Tuhan. Dalam 2 Petrus, ia melakukan hal itu (2 Petrus 1:14, 17), tetapi tidak dalam surat ini. Meski rasul itu tidak membuat acuan kepada peristiwa kehidupan Yesus, selain daripada penyaliban-Nya, namun ia mengacukan dirinya sebagai "saksi penderitaan" itu. Karena benar begitu, acuan itu menambahkan dukungan yang kuat kepada pengakuan yang dibuat dalam kata-kata pembukaan. Surat ini berasal dari tangan rasul yang kita kenal dari kitab-kitab Injil.
J. N. D. Kelly berpendapat (dengan mengedepankan Luther dan Calvin sebagai dukungan) bahwa dengan "saksi penderitaan Kristus," penulis itu memaksudkan bahwa ia sudah selalu berbagi dalam penderitaan Kristus. Ia adalah saksi dalam pengertian ambil bagian bersama Kristus dalam penderitaan.2Memang benar bahwa kalimat-kalimat yang segera muncul sebelum dan sesudah kalimat ini meminta perhatian kepada partisipasi penulis itu dalam pelbagai peristiwa dengan para pembacanya. Dalam kalimat ini, juga, Petrus mungkin mengingatkan para pembacanya bahwa ia dan mereka telah sama-sama berbagi—sama-sama menyaksikan—penderitaan Kristus dengan penderitaan yang mereka alami. Namun begitu, kata "saksi" (ma¿rtuß, martus) biasanya mengacu kepada pelbagai peristiwa yang orang telah alami yang disusul dengan kesaksian lisan tentang pelbagai peristiwa itu. Dalam surat ini rasul itu telah bersaksi tentang cara Kristus menderita (2:21-24). Lebih baik mengartikan kalimat itu sebagai bahwa penulis itu ingin para pembacanya mengetahui bahwa ia secara pribadi sudah melihat penderitaan Kristus.
Perkataan rasul itu berangkat dari yang sifatnya umum, kepada yang khusus, dan kembali lagi kepada yang umum. Sebagai seorang penatua, ia menyapa para penatua lainnya, tapi ia melakukannya secara khusus sebagai seorang saksi mata dan rasul (1:1). Yang paling penting, ia menyapa mereka sebagai sesama orang percaya, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Seperti para pembacanya, Petrus juga mengantisipasi kedatangan kembali Tuhan, penyataan kemuliaan-Nya, dan penghakiman yang akan datang. Rasul itu tidak memberikan nasihat sebagai orang yang tidak tahu apa-apa, ia juga tidak menasihati mereka yang sedang menderita sambil menikmati kenyamanan hidup. Ia adalah salah satu dari mereka. Ia adalah seorang rekan penatua, dan seperti mereka ia menyerahkan jiwanya kepada Pencipta yang setia.
Ayat 2. Dengan menggunakan terjemahan bahasa Inggris, kadang-kadang sulit untuk melihat kekerabatan kata-kata yang tampak jelas dalam bahasa Yunani. Sebagai contoh, kata kerja imperatif yang diterjemahkan gembala adalah dari poimai÷nw (poimainō). Kata benda "gembala," yang diterjemahkan "pastor" dalam Efesus 4:11 (NASB), adalah poimh/n (poimēn). Bertindak sebagai pastor adalah bertindak sebagai gembala. Orang bisa juga menerjemahkan pembukaan ayat ini sebagai "menjadi seorang pastor" atau "menjadi seorang gembala" bagi kawanan domba. Orang-orang yang Petrus desak untuk melakukan pekerjaan pastor, sudah ia sebut sebagai sesamanya penatua. Tidak hanya nas yang di hadapan kita, tapi juga di tempat lain dalam Perjanjian Baru, jelas terlihat bahwa "penatua" sama dengan "pastor." Pecampuran kata-kata yang sama terlihat dalam Kisah 20. Paulus memanggil para penatua jemaat di Efesus ke Miletus (Kisah 20:17). Di antara hal-hal lainnya, ia memperingatkan mereka "untuk menjaga" atau "menggembalakan" jemaat Allah (Kisah 20:28). Kata kerja Yunani "menggembalakan" yang sama dalam 1 Petrus 5:2 digunakan dalam Kisah 20:28.
Dari semua kata yang digunakan untuk menunjuk mereka yang berfungsi sebagai pemimpin rohani gereja ("penatua," "pastor," atau "bishop/uskup"), tidak ada yang lebih menarik dan lebih jelas daripada kata "pastor." Bagi kaum Israel, gembala yang menggembalakan domba-dombanya adalah legendaris. Daud, raja gembala, mengingatkan kembali ke zaman ketika umat Allah masih muda dan sedang berkembang. Mazmur 23 memandang Allah sebagai gembala Israel umat-Nya. Kidung Agung menggambarkan bahwa bahkan puisi cinta Israel dipengaruhi oleh gambaran gembala. Beberapa perumpamaan Yesus yang paling berkesan mendukung cerita rakyat yang sudah tumbuh selama berabad-abad. Gembala hidup bersama domba-dombanya dua puluh empat jam sehari. Ia tahu ketika ada yang hilang atau sakit. Ia melindungi dan merawat mereka. Mereka sekaligus menjadi mata pencaharian dan semangatnya.
Ketika model gembala dan domba-dombanya diwujudkan dalam kepemimpinan rohani gereja, para penatua akan mengetahui kebutuhan rohani, emosi, dan jasmani kawanan domba yang mereka pelihara. Mereka akan memimpin dan membimbing kawanan itu dalam kesalehan dan kebenaran. Mereka akan bersandar pada Yesus, Gembala Agung (5:4; 2:25), dan mereka akan menyontohkan kesalehan untuk setiap anggota gereja. Seorang gembala tidak punya waktu istirahat. Ia selalu ada, selalu memikirkan tugasnya, selalu melindungi dan menyembuhkan mereka. Ketika salah satu yang menjadi tanggung jawabnya itu lemah, gembala itu ada di sana untuk membalut luka-luka rohani. Sangat disayangkan bahwa para penatua terlalu sering menemukan teladan mereka dalam kerja sama badan direktur ketimbang dalam bidang di mana para gembala itu menuntun kawanan domba mereka.
Petrus pernah mengatakan sesuatu tentang mereka yang menjadi pemimpin rohani gereja dan bagaimana para pemimpin itu harus berfungsi dalam kata-kata "penatua" dan "gembala." Hanya setelah sifat-sifat ini terdapat dalam diri para penatua itu ia menambahkan lakukanlah pengawasan (NASB). Meski bentuk kata kerja itu secara teknis merupakan sebuah partisip dalam bahasa Yunani, namun secara tata bahasa memungkinkan (bahkan sangat mungkin) bahwa kata itu harus dipahami sebagai desakan, sejajar dengan "jadilah gembala." Dalam hal itu terjemahannya akan, berupa "Jadilah gembala bagi kawanan domba Allah yang ada di antara kamu dan lakukanlah pengawasan." Ungkapan "lakukanlah pengawasan" adalah bentuk partisip dari kata kerja Yunani, e˙piskope÷w (episkopeoō). Bentuk kata benda dari kata itu, yang digunakan dalam Kisah 20:28, 1 Timotius 3:2, dan di tempat lain adalah e˙pi÷skopoß (episkopos). Alkitab KJV menerjemahkan kata benda itu sebagai "bishop," tetapi Alkitab NASB dan NIV menerjemahkannya sebagai "penilik."3Filipi adalah satu-satunya surat Paulus di mana kata "penilik jemaat dan diaken" disebut dalam salam (Filipi 1:1).
Tiga kata ("penatua," "pastor," "penilik") digunakan untuk menunjuk orang-orang yang memimpin gereja Kristus. Ketiga kata itu melukiskan mosaik yang menarik. Kata "penilik" menyiratkan bahwa mereka yang memimpin gereja harus menjalankan wewenang. Wewenang mereka bukan berupa pedang atau senjata, melainkan kekuatan teladan spiritual dan moral mereka. Ada masa-masa dalam kehidupan gereja ketika keputusan sulit harus dibuat. Ketika masa-masa itu datang, para penilik gereja ditugaskan untuk membuat pilihan. Gereja harus menyemangati dan mendukung mereka. Paulus menulis, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka."(1 Tesalonika 5:12, 13).
Melayani sebagai seorang penatua dalam gereja butuh komitmen tenaga dan waktu yang banyak. Kadang-kadang itu merupakan pekerjaan tanpa pamrih. Para penatua kadang-kadang disokong secara finansial oleh gereja, tetapi biasanya tidak. Pekerjaan mereka adalah karena kasih. Mereka memikul tanggung jawab seperti yang mereka lakukan karena mereka ingin memuliakan Allah dan membangun umat-Nya. Mereka ingin menjadi mitra Tuhan dalam menyelamatkan jiwa-jiwa manusia. Ini bukan pekerjaan yang harus dilakukan dengan paksa[an]. Kaum laki-laki yang saleh harus melakukan pekerjaan itu tanpa terpaksa, antusias, dengan sukarela. Penulis kitab Ibrani berkata, "Mereka … melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah" (Ibrani 13:17). Ketika kaum laki-laki yang baik tidak mau menerima pelayanan kepenatuaan, mereka membiarkan pintu terbuka bagi mereka yang kurang berkualitas. Seringkali hasilnya bencana.
Meski di zaman moderen ini jarang terjadi para penatua disokong secara finansial oleh gereja, namun hal itu tampaknya lebih umum di zaman Perjanjian Baru. Paulus memberitahu Timotius bahwa seorang penatua harus "bukan hamba uang" (1 Timotius 3:3). Para diaken harus jangan "serakah" (1 Timotius 3:8), begitu juga dengan para penatua (Titus 1:7). Meski kata-kata ini hanya dapat berarti bahwa para penatua dan para diaken harus murah hati, namun ada beberapa alasan untuk menganggap Paulus menuliskan semua itu karena sudah biasa bagi para penatua, dan mungkin bagi para diaken juga, untuk digaji atas pekerjaan mereka. Paulus tidak mau para penatua yang melayani di gereja seolah-olah melakukan pekerjaan sambilan.
Petunjuk lebih lanjut bahwa Paulus mengharapkan para penatua menerima bantuan keuangan muncul belakangan dalam 1 Timotius. Paulus menasihati rekan kerjanya yang lebih muda untuk menggandakan kehormatan kepada penatua yang bekerja keras dalam berkhotbah dan mengajar. Ia menggunakan jenis bahasa yang sama yang ia pernah gunakan di Korintus di mana subyeknya adalah tentang menyokong para pengkhotbah. Rasul itu mengutip Ulangan 25:4, "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik," dan kemudian menambahkan, "seorang pekerja patut mendapat upahnya" (1 Timotius 5:18; lihat 1 Korintus 9:9, 14). Dalam 1 Korintus, yang ada dalam pikiran Paulus adalah pengkhotbah; dalam 1 Timotius, ia bicara tentang penatua. Dalam kedua kasus itu pekerja patut mendapat upahnya.
Seperti Paulus, Petrus tampaknya mengharapkan para penatua mendapat bantuan keuangan ketika mereka bekerja untuk Tuhan. Itu akan menjelaskan mengapa ia berkata bahwa penatua harus jangan melayani karena mau mencari keuntungan. Sebaliknya mereka harus melayani dengan pengabdian diri. Kita harus jangan menarik kesimpulan bahwa gereja harus menyokong para penatuanya secara finansial. Namun begitu, cukup jelas bahwa baik Paulus maupun Petrus menerima praktik itu tanpa mempertanyakan. Jika tidak maka tidak akan ada alasan bagi nasihat tentang jangan melayani demi keuntungan. Nasihat itu tepat karena sudah umum bagi para penatua untuk menerima bantuan finansial untuk pekerjaan mereka. Haruskah gereja moderen melakukan hal yang sama? Itu tergantung pada keadaan, sebagaimana tergantung pada keadaan ketika Paulus dan Petrus menulis. Jika ada pekerjaan penuh waktu untuk dilakukan, dan ada penatua yang ingin memikul tanggung jawab itu, ada preseden jelas yang Alkitabiah untuk menyokong dia. Dalam beberapa kasus seorang penginjil dapat juga melayani dalam kapasitas seorang penatua. Ketika ia memberikan upaya penuh waktu terhadap pekerjaan itu, baik sebagai penatua atau pengkhotbah, "pekerja [itu] patut mendapat upahnya."
Di zaman moderen, di Amerika Serikat pengkhotbah atau penatua (ketika penatua digaji) tidak berada di tingkat atas ketika menyangkut masalah gaji. Sebagian besar dari mereka sudah bisa mendapatkan upah yang jauh lebih baik dengan masalah memusingkan yang jauh lebih sedikit seandainya mereka dilatih dalam profesi lain. Mungkin itu adalah cara yang terbaik. Dalam Injil Yohanes, Yesus menceritakan kisah seorang gembala yang dibandingkan dengan orang upahan (Yohanes 10:11-15). Tidak ada tempat di dalam Kerajaan Allah bagi mereka yang bekerja hanya untuk upah. Pengkhotbah-pengkhotbah tua suka merasa tersinggung ketika orang bertanya tentang gaji mereka. Mereka akan segera mengungkapkan bahwa yang mereka terima adalah sokongan bukan gaji. "Jika seseorang bisa membayar saya untuk berkhotbah, maka mereka bisa membayar saya untuk tidak berkhotbah," kata mereka. Beberapa orang akan berpendapat bahwa perbedaan antara gaji dan sokongan adalah tipis. Mungkin, Paulus dan Petrus ingin memastikan bahwa gereja dilayani oleh orang-orang yang bekerja untuk hal-hal yang lebih penting daripada bayaran gaji di akhir pekan.
Ayat 3. Ketika wewenang diberikan kepada individu dalam jabatan politik, bisnis atau organisasi, atau gereja, ada potensi penyalahgunaan. Kepemimpinan adalah mustahil tanpa pendelegasian wewenang. Wewenang dapat dan kadang-kadang digunakan oleh individu untuk melayani kepentingan pribadi. Karena menyelesaikan sesuatu tanpa kepemimpinan yang bertanggung jawab terkadang sulit dan mustahil, maka gereja mempercayakan dirinya kepada orang-orang yang sudah diberi kedudukan untuk bertanggung jawab. Itulah sebabnya mengapa peringatan Petrus penting. Rasul itu mengatakan bahwa para penatua tidak berkuasa untuk berbuat seolah-olah … mau memerintah atas mereka.
Penatua bukan bos. Mereka memimpin keluarga rohani yang komitmen utamanya adalah kepada Tuhan yang telah menebus mereka (1 Korintus 6:20). Penatua tidak menggunakan kekuatan polisi seperti yang para pemimpin politik lakukan. Mereka harus jangan mengendalikan gereja dengan uang seolah-olah gereja itu kegiatan bisnis. Mereka memimpin berdasarkan kebajikan moral dan spiritual mereka yang bermartabat dan oleh wewenang kebaikan yang Yesus berikan kepada mereka. Menerima jabatan penatua bukan untuk menjadi tuan; itu untuk menjadi hamba. Ada kemungkinan bahwa Petrus memberi para penatua itu nasihat ini didasarkan pada apa yang ia telah dengar Tuhan berkata:
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (Markus 10:42, 43).
Baik Yesus maupun Petrus menggunakan kata Yunani yang sama yang diterje-mahkan "memerintah," katakurieu/w (katakurieuō).
Ada cukup banyak diskusi mengenai arti "yang dipercayakan kepadamu." Seperti apakah sifat "dipercayakan" yang telah diberikan kepada para penatua? Kesulitannya semakin jelas dengan mengingat bahwa kata "kepadamu" ditambahkan oleh para penerjemah Alkitab NASB, dan bentuk kata yang diterjemahkan "dipercayakan" adalah jamak, (tw◊n klh/rwn, tōn klērōn). Kata itu secara harfiah berarti "undian," seperti, misalnya, undian dilakukan ketika Matias dipilih menjadi rasul untuk menggantikan Yudas (Kisah 1:26). Kata itu digunakan secara kiasan dengan arti "bagian yang diberikan," mungkin mengenai warisan atau lingkup tanggung jawab tertentu yang diberikan.4Beberapa orang menyatakan bahwa kata itu menyiratkan bahwa, dalam suatu jemaat, para penatua membagi keanggotaan, masing-masing anggota bertanggung jawab untuk jumlah tertentu. Makna itu tidak mungkin, jika tidak ada alasan lain selain bahwa itu adalah penggunaan yang tidak dikenal di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Lebih mungkin, Petrus menganggap seluruh dunia sebagai lingkup gereja Allah (5:9). "Kepercayaan" yang diberikan kepada para penatua yang Petrus sapa "adalah bagian dari kawanan domba universal yang berada di bawah pemeliharaan beragam penatua, atau kelompok penatua."5
Alih-alih "mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepada [mereka]," para penatua harus membuktikan diri mereka menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Pada diri para pemimpin yang baik melekat sikap yang menunjukkan perilaku seorang Kristen yang patut sebelum mereka bicara tentang hal itu. Meski kata Yunani yang diterjemahkan "teladan" berbeda dalam 2:21, namun pokok pikirannya serupa. Para penatua, seperti semua orang Kristen, memiliki teladan dalam Kristus, tetapi karena mereka adalah pemimpin, mereka memiliki tanggung jawab khusus untuk menjadi teladan. Dalam kehidupan doa mereka, dalam pengetahuan Kitab Suci mereka, dalam kepedulian mereka terhadap yang sesat, dalam cara kesabaran dan panjang sabar mereka, dalam karakter murni mereka, penatua harus menjadi "contoh" (tu/poß, tupos) untuk pelbagai tugas yang dipercayakan kepada mereka. Paulus memberitahu jemaat Tesalonika bahwa ketika ia menolak untuk menuntut hak-haknya, ia melakukannya untuk menjadi teladan bagi gereja (2 Tesalonika 3:9). Bagi kepemimpinan Kristen, "wewenang/otoritas" bukan kata yang berlaku; kata yang berlaku adalah "melayani." Ini adalah yang ketiga dari serangkaian tiga frasa yang Petrus gunakan yang didasarkan pada pola "bukan ini … tapi ini." Penatua (1) harus jangan melayani karena paksaan tapi sukarela, (2) jangan melayani untuk keuntungan kotor tapi dengan penuh semangat, dan (3) jangan menjadi seperti tuan tetapi sebagai teladan.
Ayat 4. Petrus mengingatkan para penatua bahwa Kristus adalah teladan mereka. Meski mereka adalah gembala, namun Ia adalah Gembala Agung. Petrus sudah menyebut Yesus "Gembala dan Pemelihara jiwamu" (2:25). Para penatua menggembalakan kawanan domba, tetapi Yesus adalah Gembala atas para gembala. Penulis kitab Ibrani menggambarkan Yesus sebagai "Gembala Agung segala domba" (Ibrani 13:20).
Sebagaimana Yesus sudah dengan setia melaksanakan tanggung jawab-Nya dalam memimpin, merawat, dan memberi makan orang-orang yang mengikut Dia, Petrus mendesak para penatua untuk mengikuti teladan Kristus.
Karunia apapun yang seorang Kristen miliki, peluang apapun yang Allah buka untuk dia, ia bertanggung jawab atas cara ia menggunakan pelbagai berkat-Nya itu. Yesus berkata, "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut" (Lukas 12:48). Allah memberikan berkat dan tanggung jawab yang besar kepada para penatua. Para penatua diingatkan bahwa "Gembala Agung" akan mengupahi mereka ketika mereka melakukan tugas mereka dengan setia. Dari Dia mereka akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Dalam Perjanjian Baru ada dua kata yang diterjemahkan "mahkota." Yang paling umum, sejauh ini, adalah ste÷fanoß (stephanos). Arti utama kata itu adalah "karangan bunga kemenangan." Hampir semua kota yang berbahasa Yunani mendukung pelbagai permainan di mana atlit-atlit mereka sendiri bertanding melawan atlit-atlit dari kota-kota tetangga. Selain itu, bangsa Yunani merayakan apa yang mereka sebut pertandingan "Pan-Yunani," pertandingan untuk semua orang Yunani. Pertandingan Pan-Yunani yang paling tua adalah pertandingan yang diadakan di Olympia. Tidak ada juara kedua. Pemenang menerima karangan bunga yang terbuat dari tanaman hijau tradisional yang menjadi tanaman asli bagi daerah di mana pertandingan itu diadakan. Kata kedua yang diterjemahkan "mahkota" hanya digunakan dalam kitab Wahyu. Itu adalah dia¿dhma (diadēma). Kata ini lebih tepat berarti "mahkota penguasa." Kata itu menyiratkan kemewahan dan kekuasaan. Perbedaan antara dua kata itu tidak selalu bisa ditarik dengan jelas. Jadi dalam Wahyu 14:14, Yesus mengenakan mahkota emas (stephanos), tetapi dalam Wahyu 19:12, Ia memakai banyak mahkota (diadēma).
Mahkota duri yang dikenakan oleh Yesus adalah stephanos (Matius 27:29). Orang-orang itu mengejek Dia dengan membungkuk di hadapan-Nya dan menyatakan Dia sebagai "Raja orang Yahudi." Secara jelas "mahkota" dalam konteks itu dipahami sebagai mahkota penguasa. Sebenarnya, mahkota penguasa adalah diadēma, tetapi tidak sulit untuk melihat bagaimana kata-kata itu sudah bisa untuk saling dipertukarkan dalam beberapa konteks. Arti kata "mahkota," ketika subyeknya adalah upah sorgawi bagi orang-orang percaya, bukanlah kepentingan akademis semata. Upah yang orang Kristen harapkan memiliki banyak hal untuk dikatakan tentang nilai-nilai dan cita-cita kehidupan Kristen. Ada bedanya apakah kata itu berarti "karangan bunga" seperti yang diberikan dalam pertandingan atau "mahkota" seperti yang raja kenakan. Jika yang pertama yang dimaksudkan, maka "mahkota" bagi orang Kristen melam-bangkan kemenangan. Dalam Kristus orang percaya menang atas dosa dan maut. Jika kata itu berarti "diadem," mahkota penguasa, yang tersirat adalah bahwa orang Kristen menginginkan kekayaan dan kekuasaan di sorga.
Patut dicatat bahwa Petrus berkata "Gembala Agung" akan memberikan "mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." Tidak ada orang yang akan membayangkan sebuah diadem, mahkota penguasa, memudar. Mahkota yang terbuat dari emas dan permata yang berharga bisa saja ternoda atau kotor tetapi tidak akan pudar. Karangan bunga yang terbuat dari tanaman hijau, di sisi lain, akan cepat pudar. Seperti Petrus, Paulus bicara tentang upah sorgawi sebagai mahkota abadi (1 Korintus 9:25). Mahkota dari tanaman rapuh, cepat mengalami kerusakan. Ketika Petrus atau Paulus bicara tentang mahkota sebagai upah sorgawi bagi orang percaya, mereka berdua ingin menyampaikan pokok pikiran tentang kemenangan bukan pemerintahan. Jika orang Kristen tidak menginginkan kuasa untuk memerintah orang lain di dunia ini, mengapakah mereka harus ingin menjadi tuan di zaman yang akan datang? Gagasan tentang "mahkota" sebagai kemewahan dan kekuasaan telah merajut jalannya ke dalam pemikiran Kristen. Orang-orang percaya mencerminkannya dalam lagu-lagu mereka dan doa-doa mereka, tetapi mengetengahkan prinsip yang salah. Seperti apapun alam sorgawi itu jadinya, upah yang ditawarkan oleh Raja Damai hampir tidak dilambangkan dengan "tempat tinggal, jubah, dan mahkota." Upah itu dilambangkan dengan istirahat, kemenangan, dan pengabdian.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SEGALA HAL TENTANG PARA PENATUA (1 Petrus 5:1-5)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Judul pelajaran ini, "Segala Hal Tentang Penatua," adalah berlebih...
SEGALA HAL TENTANG PARA PENATUA (1 Petrus 5:1-5)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Judul pelajaran ini, "Segala Hal Tentang Penatua," adalah berlebihan. Kita tidak akan mempelajari segala hal yang ada untuk mengetahui tentang penatua. Tapi kita akan melihat salah satu nas Alkitab yang mengungkapkan beberapa hal tentang pekerjaan penatua dalam gereja Tuhan—1 Petrus 5:1-5. Hal apakah yang bisa kita pelajari dari Petrus tentang kepenatuaan?
PARA PENATUA MEMIMPIN GEREJA
Petrus adalah seorang penatua dan juga rasul. (Ketika ia bicara tentang dirinya sebagai saksi, ia mungkin sedang mengacukan jabatannya sebagai rasul.) Fakta bahwa ia menyapa orang-orang tertentu sebagai penatua jelas menunjukkan bahwa ada orang-orang dalam jabatan itu dalam gereja mula-mula. Bahwa mereka harus "Menggembalakan kawanan domba Allah" menunjukkan bahwa mereka adalah pemimpin dalam gereja itu. Karena Paulus dan Barnabas menetapkan para penatua di setiap gereja (Kisah 14:23) dan karena Paulus bicara tentang "para penilik jemaat dan diaken" dalam jemaat di Filipi (Filipi 1:1), maka kita memiliki bukti lebih lanjut bahwa pada abad pertama terdapat penatua-penatua di dalam gereja-gereja lokal.
LINGKUP YURISDIKSI PARA PENATUA HANYA SEJAUH JEMAAT LOCAL
Mereka diberitahu: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu" (ay. 2). Mereka tidak boleh menggembalakan kawanan domba yang menjadi tanggung jawab penatua-penatua lain. Oleh sebab itu, tanggung jawab mereka sebagai pemimpin hanya sejauh kawanan domba milik mereka sendiri, jemaat mereka sendiri. Para penatua jemaat di Filipi, misalnya, tidak bisa mengatur urusan jemaat di Efesus.
Salah satu konsekuensi dari kenyataan itu adalah bahwa setiap jemaat dari gereja Tuhan adalah otonom atau mengatur diri sendiri. Masing-masing memiliki para pemimpinya sendiri. Dengan demikian, tidak ada contoh Perjanjian Baru bagi organisasi yang sifanya nasional atau internasional—bagi adanya paus, konsili, konvensi, atau keuskupan.
PARA PENATUA JUGA DISEBUT "BISHOP" DAN "PASTOR"
Nas ini memberikan bukti tentang fakta itu. Perhatikan bahwa Petrus menyapa "penatua-penatua." Tapi perhatikanlah juga bahwa ia lalu berkata: "Gembalakanlah kawanan domba Allah" (ay. 2). Kata yang diterjemahkan "gembala" dalam Perjanjian Baru (dalam Efesus 4:11, misalnya) berarti "pastor." Oleh karena itu, para penatua harus menjadi pastor atau gembala.
Catatan kaki dalam Alkitab saya untuk ungkapan "kawanan domba Allah" berkata, "beberapa otoritas kuno lainnya menambahkan melakukan pengawasan." Faktanya, ungkapan itu terdapat juga dalam Alkitab KJV. Jika itu adalah bacaan yang benar, maka di sini kita mengetahui bahwa para penatua juga disebut "bishop," karena kata itu merupakan bentuk kata yang diterjemahkan "pengawas " atau "penilik" (seperti dalam Titus 1:7). Dengan begitu, tiga kata penatua, bishop, dan pastor semuanya mengacu kepada kelompok laki-laki yang sama, atau kepada "jabatan" atau pekerjaan yang sama. (Untuk bukti lebih lanjut tentang fakta ini, lihat Kisah 20:17, 28 dan Titus 1:5, 7.)
SEBUTAN UNTUK PARA PENATUA MENYIRATKAN SIFAT PEKERJAAN MEREKA
Tiga istilah itu masing-masing menyebutkan pelbagai aspek yang berbeda tentang pekerjaan mereka.
Mereka adalah penatua atau presbiter. Hal ini menyiratkan bahwa mereka adalah kaum laki-laki yang lebih tua, lebih berpengalaman. Jelasnya, mereka juga akan lebih tua di dalam gereja, oleh karena itu lebih berpengetahuan dalam iman. Mereka adalah laki-laki yang mampu membedakan doktrin yang benar dari doktrin yang palsu, yang mampu memberikan nasihat secara bijak, dan yang mampu mengajar orang lain. Mereka dapat memimpin orang lain karena mereka sendiri sudah melintasi jalan itu; mereka telah melintasi jalan itu dengan sukses.
Mereka adalah bishop atau penilik. Hal ini menyiratkan bahwa mereka adalah penjaga, administrator, pemimpin, pengawas gereja. Dengan demikian, mereka mampu dan bersedia untuk membimbing gereja, membuat keputusan, menerima tugas pengawasan untuk semua pekerjaan gereja, dan mendelegasikan tanggung jawab untuk beberapa pekerjaan tertentu, sambil masih bertanggung jawab untuk seluruh program itu. Sebagai administrator, mereka harus mampu memanfaatkan tenaga dan sumber daya gereja dengan cara yang seproduktif mungkin.
Mereka adalah pastor atau gembala. Hal ini menyiratkan minat pribadi mereka terhadap setiap anggota gereja. Mereka memimpin seperti gembala memimpin. Sebagai gembala yang baik, mereka mengenal kawanan domba itu dan peduli terhadap kawanan itu; mereka melakukan apa yang terbaik untuk kawanan itu. Mereka mencari domba individu ketika domba tersesat. Kawanan domba itu mengenal mereka karena mereka terus menerus bersama kawanan domba itu. Mereka memimpin melalui keterlibatan pribadi dalam kehidupan para anggota itu. Tanpa pemahaman ini, orang bisa saja mengira bahwa penatua adalah pemimpin yang berjarak, tak terlihat, yang memberi arahan melalui memo yang dikeluarkan dari kantor pusat di suatu tempat. Itu bukan cara gembala memimpin pada zaman Perjanjian Baru, dan itu bukan cara para penatua memimpin sekarang ini.
PARA PENATUA HARUS BERKERJA DENGAN CARA TERTENTU
Pekerjaan mereka terdiri dari mengawasi dan menggembalakan melalui hikmat, pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh melalui usia dan pertumbuhan rohani. Tapi bagaimanakah mereka harus melakukan pekerjaan itu? Petrus menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, bersama dengan hal-hal yang boleh dilakukan:
Mereka harus melakukan pekerjaan mereka "jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela" (5:2). Daripada menjabat sebagai penatua oleh karena mereka merasa dipaksa, mereka harus melayani oleh karena mereka ingin, oleh karena mereka merasa Allah telah memanggil mereka untuk pekerjaan itu. Orang yang bekerja karena ia harus bekerja tidak akan melakukan pekerjaan sebaik orang yang bekerja karena ia ingin bekerja.
Mereka harus melakukan pekerjaan mereka "jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri" (5:2). "Bukan mau mencari keuntungan" mengingatkan kita bahwa penatua bisa dibayar untuk melayani (1 Timotius 5:17). Namun begitu, bayaran—uang—harus jangan menjadi motif bagi pelayanan mereka. Motif mereka harus berupa keinginan untuk melayani, hasrat untuk membantu, kepedulian terhadap gereja Allah.
Mereka harus melakukan pekerjaan mereka bukan "seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu" (5:3). Mereka tidak boleh memimpin sebagai tuan atas pusaka milik Allah. Penatua bukanlah bos, diktator, atau tiran. Mereka tidak memimpin seperti sersan tentara, mandor pabrik, dan manajer kantor biasanya memimpin. Mereka tidak memimpin dengan mengatakan: "Ini adalah apa yang saya katakan; kalian harus melakukannya! Ini adalah kehendak saya. Patuhi!" Sebaliknya, mereka memimpin dengan menjadi teladan bagi kawanan domba itu! Mereka selalu berada di depan, menunjukkan jalan, menunjukkan bagaimana orang Kristen seharusnya hidup dan berbuat. Mereka mempengaruhi kawanan domba itu untuk berjalan di jalan yang benar melalui kekuatan kepribadian Kristen mereka, melalui kekuatan teladan Kristen mereka, dan bukan dengan kuasa jabatan mereka. Orang-orang Kristen lainnya mengikuti mereka karena mereka dengan senang hati mengikuti pemimpin yang menunjukkan jalan lewat kehidupan yang mereka perlihatkan.
GEREJA HARUS TUNDUK KEPADA PARA PENATUA
Hal ini tersirat dalam ungkapan "Hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua" (5:5). Kadang-kadang sulit untuk mengetahui apakah Perjanjian Baru sedang bicara tentang para penatua dalam pengertian "orang tua" semata atau dalam pengertian orang tua yang telah ditunjuk untuk memimpin gereja. Karena dalam konteks ini Petrus mengacu kepada mereka yang memimpin gereja, saya menganggap bahwa itulah arti dari "orang-orang yang lebih tua" dalam ayat 5. Jika demikian, "orang-orang muda" harus mengacu kepada orang-orang yang para penatua itu pimpin—dengan kata lain, gereja.
Dalam hal ini, gereja harus merespon jenis kepemimpinan yang dilakukan oleh para penatua itu dengan bersikap tunduk kepada para penatua, dengan mengikuti mereka secara sukarela. Mengapa? Karena Alkitab mengatakan begitu—baik di sini dan di tempat-tempat lain (lihat, misalnya, Ibrani 13:17). Karena orang-orang ini telah didudukkan dalam jabatan itu oleh Roh Kudus (Kisah 20:28), karena mereka melayani dalam jabatan atau pekerjaan yang ditetapkan oleh Allah. Karena mereka telah didudukkan dalam jabatan itu oleh gereja, karena mereka selalu dipilih atau diseleksi oleh seluruh anggota gereja. Anda memilih mereka karena Anda pikir mereka memenuhi syarat-syarat itu; Anda memilih mereka untuk memimpin Anda; oleh karena itu, Anda harus mengikuti kepemimpinan mereka. Karena mereka adalah jenis laki-laki seperti itu. Karena mereka memikirkan kepentingan Anda dan peduli terhadap Anda dan "berjaga-jaga atas jiwamu" (Ibrani 13:17). Segala sesuatu yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan Anda; jadi, pastinya Anda harus ingin melakukan apa yang mereka katakan, mengikut ke mana mereka memimpin.
PARA PENATUA HARUS PUNYA SIKAP RENDAH HATI TERHADAP ORANG YANG MEREKA PIMPIN
Petrus menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan: "Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain" (5: 5). Siapa sajakah "kamu semua" itu? Petrus telah bicara kepada para penatua: "Gembalakanlah kawanandomba Allah." Lalu ia telah bicara kepada kaum yang lebih muda: "tunduklah kepada orang-orang yang tua." Ia menyimpulkan: "Kamu semua"—baik kalian yang lebih tua dan kalian yang lebih muda—"rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain."
Sangat mudah untuk melihat bagaimana mereka yang lebih muda, yang harus tunduk kepada mereka yang lebih tua, harus rendah hati. Tapi bagaimana bisa para penatua—pemimpin atau gembala kawanan domba Allah—tunduk kepada, atau rendah hati terhadap, orang-orang yang mereka pimpin? Dengan menganggap diri mereka sebagai hamba kawanan domba itu. Para penatua melanjalankan jenis "kepemimpinan yang melayani." Mereka tidak melayani atas nama mereka sendiri; mereka melayani atas nama Tuhan, Gembala Agung; dan dengan melayani Dia mereka melayani gereja-Nya.
Pikirkanlah hal itu: Sebagai seorang penatua, Anda bisa memiliki salah satu dari tiga pandangan atas kepemimpinan Anda. Anda bisa memandang pekerjaan Anda sebagai jabatan kehormatan. Dalam hal ini, gereja wajib melayani Anda. Jelas, ini salah. Atau Anda bisa memandang pekerjaan Anda sebagai untuk memotivasi para anggota untuk melayani orang lain, dan mempersiapkan mereka untuk pelayanan yang lebih besar. Ini adalah gagasan Alkitab (lihat Efesus 4:11-16), tapi belum ideal. Yang ideal adalah Anda memandang pekerjaan Anda sebagai kesempatan untuk melayani gereja. Segala sesuatu yang Anda lakukan, setiap keputusan yang Anda buat, setiap program yang Anda mulai, Anda menanya diri sendiri, bukan "Akankah ini menguntungkan saya?" tapi "Akankah ini menguntungkan gereja?" Bagi Anda, tidak penting bagaimana Anda diperlakukan, atau apakah Anda dihormati. Yang lebih penting adalah apakah gereja secara keseluruhan, dan setiap anggota secara individu, tumbuh secara rohani.
PARA PENATUA AKAN MENERIMA UPAH LANGSUNG DARI TUHAN
Petrus berkata, "Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu" (5: 4). Ayat ini menarik oleh karena definisinya tentang peranan penatua. Penatua adalah gembala bawahan yang menggembalakan kawanan domba Tuhan. Ia itu semacam orang yang siap melayani, pelayan. Kawanan domba itu bukan miliknya; kawanan domba itu milik Tuhan. Suatu hari nanti Tuhan akan datang kembali dan meminta pertanggungan jawab para penatua atas kepelayanan mereka. Ketika itu terjadi, mereka yang telah melayani dengan baik "akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." Mungkin akan baik bagi para penatua untuk ingat bahwa jemaat mereka bukanlah kerajaan kecil milik mereka, wilayah kekuasaan mereka, yang ditangani dengan sewenang-wenang sesuai keinginan mereka; itu adalah kawanan domba milik Tuhan, dan mereka akan bertanggung jawab kepada Gembala Agung berkaitan dengan apa yang telah mereka lakukan bagi umat-Nya, domba-domba-Nya.
Jika sesuatu berjalan salah, para penatua disalahkan. Jika sesuatu berjalan benar— jika gereja tumbuh—apakah para penatua mendapat pujian? Biasanya tidak. Pengkhotbah yang mendapat pujian! Para pengkhotbah mendapat pujian; para penatua harus bergumul dengan pelbagai masalah! Tapi, syukur kepada Allah, suatu hari nanti para penatua yang setia akan mendapatkan upah mereka, tidak di sini di dunia ini tetapi di sorga, "mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." Para penatua mungkin atau mungkin juga tidak dibayar untuk pekerjaan yang mereka lakukan di dunia ini, tetapi mereka akan menerima upah "yang berlimpah" sesudah ini di sorga!
KESIMPULAN
Akhirnya, pertimbangkanlah latar belakang nas ini. Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang dianiaya atau kemungkinan besar dianiaya. Apakah yang dibutuhkan gereja untuk tetap setia dan kuat di masa penganiayaan dan penderitaan? Untuk satu hal, gereja butuh kepemimpinan yang baik!
Tidak setiap gereja harus menghadapi masalah penganiayaan dan penderitaan. Tapi setiap gereja harus menghadapi jenis masalah tertentu: guru-guru palsu, perselisihan sektarian, kemesuman, suam-suam kuku, perpecahan, kurangnya kasih, orang Kristen murtad, sikap apatis dunia. Hal apakah yang pertama dibutuhkan jika gereja harus menang atas segala masalah ini? Kepemimpinan yang baik!
Dengan kepemimpinan yang baik, gereja Tuhan dapat mengatasi kendala apapun, tetap tumbuh meski ada masalah apa saja! Kiranya ada kaum laki-laki yang berani dan bertekad baja, yang benar-benar menggembalakan kawanan domba, yang memimpin dengan teladan, yang memimpin dengan menjadi pelayan. Dan biarlah ada anggota yang menghormati dan dengan senang hati mengikuti orang-orang itu, dan gereja akan menjamur! Allah akan memberikan pertumbuhan! Gereja akan menang!
Mari kita berdoa, bekerja, dan hidup supaya Allah kiranya, benar-benar, memberi kita kaum laki-laki seperti itu!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 5:1-11
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 2)
Pada titik ini dalam surat itu, Petrus kembali kep...
1 Petrus 5:1-11
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 2)
Pada titik ini dalam surat itu, Petrus kembali kepada arahan yang telah dimulai di 2:13. Dari 2:13 sampai 3:7 Paulus mengingatkan umat Kristen untuk tunduk kepada pemerintah, hamba harus tunduk kepada tuan, dan istri harus tunduk kepada suami. Dalam pasal 5, ia melanjutkan pola instruksi itu dengan mendesak kaum muda untuk tunduk kepada orang yang lebih tua. Ada pengertian di mana dorongan saat ini memiliki lebih banyak kesamaan dengan petunjuk untuk istri/suami (3:1-7) dibandingkan dengan dua dorongan lainnya. Setelah mendorong kaum istri harus tunduk kepada suami mereka, Petrus menyampaikan beberapa instruksi kepada kaum suami. Ia tidak menyampaikan instruksi yang berkaitan dengan pemerintah atau pemilik budak. Dalam nas ini, rasul itu menyampaikan instruksi bagi para penatua sebelum ia mendesak kaum muda untuk tunduk. Selanjutnya, dalam kasus ini ia memberikan instruksi yang jauh lebih banyak kepada para penatua dibandingkan yang ia lakukan kepada kaum muda yang harus tunduk kepada mereka. Tampaknya, tuntutan bahwa para penatua harus memenuhi secara benar tanggung jawab mereka sebagai penatua membutuhkan perhatian. Ketundukan pada sisi kaum muda tampaknya didasarkan pada perilaku para penatua yang bisa diterima.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Untuk pertimbangan lebih lanjut tentang penunjukan yang tepat dan pekerjaan para penatua, lihat Everett Ferguson, The Church of Ch...
Catatan Akhir:
- 1 Untuk pertimbangan lebih lanjut tentang penunjukan yang tepat dan pekerjaan para penatua, lihat Everett Ferguson, The Church of Christ: A Biblical Ecclesiology for Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996), 295-98, 310-27.
- 2 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 198-99.
- 3 Kata Inggris "bishop" adalah kekeliruan dari kata Yunani episkopos . Di antara petunjuk yang menuntun para penerjemah Alkitab KJV adalah bahwa mereka harus menggunakan kata-kata yang umum digunakan di gereja-gereja. Karena para pejabat yang bertanggung jawab atas gereja disebut "bishop" di Gereja Inggris, maka kata itu digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani itu.
- 4 Bentuk majemuk kata itu ( klhronomi/a, klēronomia) diterjemahkan "warisan" dalam 1 Petrus 1:4 dan di tempat lain.
- 5 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 286.
- 6 C. S. Lewis, Mere Christianity (New York: Macmillan Co., 1961), 94.
- 7 Bahasa Yunani memiliki dua kata sifat yang paralel, "yang lebih muda" dan "yang lebih tua." Kata sifat itu berbentuk jamak maskulin, maka para penerjemah menambahkan kata "laki-laki" setelah kata yang lebih muda supaya masuk akal, tetapi dalam kasus "yang lebih tua" kata tambahan itu tidak diperlukan.
- 8 Alan M. Stibbs and Andrew F. Walls, The First Epistle General of Peter, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 170.
- 9 J. Goetzmann, "Care, Anxiety," in The New International Dictionary of New Testament Theology, ed. Colin Brown (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1976), 1:277.
- 10 R. E. Enlow, "Anxiety," in Evangelical Dictionary of Biblical Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996), 28.
- 11 Wisdom of Solomon 12:13 (NRSV).
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 335.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi