Teks -- 1 Petrus 5:14 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ende -> 1Ptr 5:14
Ende: 1Ptr 5:14 - Hendaklah... dengan kutjupan sutji Ini adalah suatu tanda bahwa
surat-surat dari rasul-rasul lazimnja dibatjakan pada upatjara-upatjara liturgi,
dimana umat beriman saling mengutjup, un...
Ini adalah suatu tanda bahwa surat-surat dari rasul-rasul lazimnja dibatjakan pada upatjara-upatjara liturgi, dimana umat beriman saling mengutjup, untuk membaharui semangat persatuan mereka didalam Kristus.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 5:14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 5:10-14
Matthew Henry: 1Ptr 5:10-14 - Doa Rasul Petrus Doa Rasul Petrus (5:10-14)
Kini kita telah tiba di penghujung surat ini, yang
I. Rasul Petrus mengawali dengan doa yang amat penting, di da...
Doa Rasul Petrus (5:10-14)
- Kini kita telah tiba di penghujung surat ini, yang
- I. Rasul Petrus mengawali dengan doa yang amat penting, di dalamnya dia menyebut Allah sebagai Allah, sumber segala kasih karunia, pencipta dan penyempurna setiap karunia dan tabiat sorgawi dengan mengakui, atas nama mereka, bahwa Allah sudah memanggil mereka untuk mengambil bagian dalam kemuliaan kekal itu, sebab sebagai milik-Nya, Dia sudah menjanjikan dan mengokohkan hal itu bagi mereka, melalui jasa dan pengantaraan Yesus Kristus. Perhatikanlah,
- 1. Apa yang didoakannya bagi mereka: bukan supaya mereka diluputkan dari penderitaan, tetapi supaya penderitaan mereka ringan dan sementara, dan, sesudah mereka menderita seketika lamanya, supaya Allah memulihkan mereka ke dalam keadaan yang kokoh dan damai, dan menyempurnakan pekerjaan-Nya di dalam mereka. Juga, supaya Dia meneguhkan mereka sehingga tidak goyah, baik dalam iman maupun dalam kewajiban, supaya Dia menguatkan mereka yang lemah, dan mengokohkan mereka di atas Kristus sebagai landasan, dengan begitu teguhnya sehingga persekutuan mereka dengan-Nya tidak terpisahkan dan kekal untuk selamanya. Ketahuilah,
- (1) Seluruh kasih karunia berasal dari Allah. Dialah yang mengekang, mengubah, menghiburkan, dan menyelamatkan manusia melalui kasih karunia-Nya.
- (2) Semua orang yang dipanggil untuk turut serta ke dalam keadaan penuh kasih karunia berarti dipanggil untuk turut mendapat bagian dalam kemuliaan dan kebahagiaan abadi.
- (3) Orang-orang yang dipanggil menjadi pewaris kehidupan kekal melalui Yesus Kristus harus menderita di dunia ini, tetapi penderitaan mereka hanya berlangsung sebentar saja.
- (4) Penyempurnaan, peneguhan, penguatan, dan pengokohan orang-orang benar dalam kasih karunia, juga ketabahan mereka di dalamnya, merupakan pekerjaan yang sungguh sulit, sehingga hanya Allah sumber segala kasih karunia sajalah yang dapat mengerjakannya. Karena itulah kita harus bersungguh-sungguh mencari-Nya melalui doa yang tidak putus-putus, dan bergantung pada janji-janji-Nya.
- 2. Doksologinya (ay. 11). Dari doksologi ini kita bisa belajar bahwa orang-orang yang sudah memperoleh kasih karunia dari Allah sumber segala kasih karunia harus dan akan melayangkan kemuliaan, kuasa, dan wewenang, kepada Dia untuk selama-lamanya.
- II. Rasul Petrus merangkum rancangan penulisan suratnya bagi mereka (ay. 12), yaitu,
- 1. Untuk membuktikan kebenaran, dan dalam artian yang lebih kuat untuk meyakinkan mereka, bahwa pengajaran mengenai keselamatan yang telah diterangkan olehnya dan telah diterima oleh mereka, adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah, yang telah dinubuatkan oleh para nabi dan dikumandangkan oleh Kristus.
- 2. Untuk menasihati mereka dengan sungguh-sungguh bahwa, sebagaimana mereka sudah menerima Injil, mereka harus terus berpegang teguh di dalamnya, betapapun liciknya para pencoba atau hebatnya penganiayaan para musuh.
- (1) Hal utama yang harus dituju para hamba Allah dalam jerih payah mereka ialah meyakinkan umat mereka mengenai kepastian dan keunggulan agama Kristen. Mengenai hal ini para rasul menasihati dan meyakinkan dengan segenap kemampuan mereka.
- (2) Keyakinan kuat bahwa kita berada di jalan yang benar menuju sorga akan merupakan alasan dan dorongan terbaik untuk tetap teguh dan bertekun di dalamnya.
- III. Dia menyanjung Silwanus, orang yang diutusnya untuk membawa surat singkat ini kepada mereka, sebagai saudara yang dapat dipercayai dan yang menyayangi mereka, dan berharap mereka pun menerima dia demikian, meskipun dia adalah pelayan Tuhan bagi kaum yang tidak bersunat. Perhatikanlah, penghargaan bagi para pelayan rohani cenderung amat tergantung pada keberhasilan pekerjaan mereka. Saat kita yakin bahwa mereka setia, kita akan lebih diberkati oleh pelayanan mereka. Prasangka yang mungkin dirasakan beberapa orang Yahudi ini terhadap Silwanus, karena dia melayani kaum bukan Yahudi, akan segera luruh saat mereka yakin bahwa dia adalah saudara yang dapat dipercayai.
- IV. Rasul Petrus menutup surat ini dengan salam dan berkat yang khidmat. Perhatikanlah,
- 1. Petrus, yang sedang berada di Babilon di Asyur, ketika dia menulis surat ini (dia ke sana sebagai rasul bagi kaum bersunat untuk mengunjungi jemaat itu, yang merupakan pusat penyebaran jemaat), mengirimkan salam dari jemaat itu kepada jemaat-jemaat lain yang menjadi tujuan penulisan suratnya (ay. 13). Ia memberi tahu mereka bahwa Allah telah memilih atau menetapkan orang-orang Kristen di Babilon dari antara dunia ini, untuk menjadi jemaat-Nya, dan untuk mengambil bagian dalam keselamatan kekal melalui Kristus Yesus, bersama-sama dengan mereka dan seluruh orang Kristen lainnya yang setia (1:2). Dalam salamnya ini dia juga secara khusus menyebut-nyebut Markus sang penginjil, yang pada saat itu ada bersama-sama dengannya dan merupakan anaknya dalam artian rohani, sebab melaluinyalah Markus memeluk Kekristenan. Perhatikanlah, seluruh jemaat Yesus Kristus harus memiliki kepedulian yang mendalam satu dengan yang lainnya. Mereka harus saling mengasihi dan saling mendoakan, dan siap membantu satu sama lain semampu mereka.
- 2. Dia menasihati mereka supaya memiliki rasa kasih yang mendalam dan kemurahan hati satu sama lain, dan mengungkapkannya dengan memberi cium yang kudus (ay. 4), sesuai dengan kebiasaan umum di zaman dan tempat itu. Dengan demikian ia menutup suratnya dengan berkat, yang dibatasinya hanya untuk orang-orang yang berada dalam Kristus Yesus, yang bersatu dengan-Nya melalui iman dan dengan menjadi anggota-anggota sejati dari tubuh rohani-Nya. Berkat yang diucapkan Rasul Petrus bagi mereka ialah damai sejahtera, yaitu segala sesuatu yang baik yang diperlukan, segala bentuk kesejahteraan. Lalu ditambahkannya kata amin, yang menandakan keinginannya yang mendalam dan pengharapannya yang teguh bahwa berkat damai sejahtera itu akan menjadi bagian semua orang yang setia.
SH: 1Ptr 5:8-14 - Anugerah Allah dalam penderitaan (Selasa, 26 Oktober 2004) Anugerah Allah dalam penderitaan
Seseorang yang sedang menderita biasanya merasa bahwa ia
sendirian, menganggap tidak ada seorang pun yang dapat...
Anugerah Allah dalam penderitaan
Seseorang yang sedang menderita biasanya merasa bahwa ia sendirian, menganggap tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Ia menjauhkan diri dari persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Kondisi seperti ini sangatlah berbahaya bagi hidup orang percaya karena ia merupakan "makanan empuk" bagi Iblis.
Ketika kita sedang mengalami penderitaan, itulah saatnya kita harus lebih waspada dan siaga terhadap serangan Iblis. Karena Iblis akan menyerang kita ibarat singa sedang mengincar dan siap menerkam serta memangsa kita ketika kita lengah (ayat 8). Bisa terbayangkan betapa bahayanya kondisi ini. Bila kondisi kita seperti demikian, maka hidup kita dapat diumpamakan seperti dalam sebuah pertandingan tinju yaitu kita atau Iblis yang kalah (ayat 9). Iblis menginginkan orang percaya yang sedang menderita menyangkali Tuhan, meragukan janji firman-Nya, dan tidak lagi menaati perintah Tuhan. Firman ini menegaskan bahwa peperangan rohani boleh dahsyat, iman boleh menerima serangan sengit, tetapi tidak ada alasan bagi kita untuk kalah. Kita dapat kuat dalam iman karena yang kita hadapi juga dihadapi oleh semua orang beriman (ayat 9b, bdk. 1Kor. 10:13). Kita boleh lemah, tetapi iman tidak boleh lemah, sebab iman tidak bertumpu pada sumber-sumber kodrati, tetapi pada Allah dalam Yesus Kristus (ayat 10-11,12b).
Petrus bukan sekadar menasihati kita untuk menjadikan anugerah Tuhan sebagai perisai tatkala penderitaan menghadang, tetapi ia juga menerapkannya. Hal ini dibuktikannya saat ia mati sebagai martir karena imannya tak tergoyahkan kepada Tuhan (menurut cerita tradisi di kalangan orang percaya zaman gereja mula-mula ia disalibkan dalam posisi tubuh terbalik). Sudahkah Anda menang atas penderitaan dengan iman yang tak goyah? Banyak kesaksian mengokohkan ajaran firman bahwa justru penderitaan bukan melemahkan, tetapi menguatkan dan memurnikan iman. Itu sebabnya Tuhan mengizinkan hal ini dalam pengalaman hidup anak-anak-Nya.
Renungkan: Tidak ada zona damai dan aman dalam dunia ini, kecuali dalam lindungan anugerah Tuhan.
SH: 1Ptr 5:12-14 - Berani menghadapi penderitaan (Kamis, 1 Desember 2011) Berani menghadapi penderitaan
Dalam penutup suratnya, Petrus menyebutkan nama Silwanus. Silwanus adalah seseorang yang dipilih untuk mengantarkan sur...
Berani menghadapi penderitaan
Dalam penutup suratnya, Petrus menyebutkan nama Silwanus. Silwanus adalah seseorang yang dipilih untuk mengantarkan surat keputusan sidang di Yerusalem kepada jemaat yang ada di Antiokia (Kis. 15:22). Berdasarkan catatan Kisah Para Rasul 15:40-18:11, Silwanus menyertai perjalanan misi Paulus yang kedua. Hal ini tercatat dalam salam pembuka surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika (1Tes. 1:1; 2Tes. 1:1). Dan bersama-sama dengan Timotius, Silwanus melayani di jemaat Korintus (2Kor. 1:19).
Melalui Silwanus inilah, Petrus mengirimkan suratnya sesaat sebelum pemerintahan Kaisar Nero yang kejam menyiksa setiap orang Kristen diseluruh daerah kekaisarannya. Dalam Yohahes 18:15-20, oleh karena ketakutannya akan penyiksaan dan kematian, Petrus menyangkali Yesus hingga tiga kali. Namun belajar dari pengalaman hidupnya, Petrus memberi penguatan kepada saudara seiman. Menghadapi penganiayaan yang terjadi, Petrus menasihati agar teguh berdiri di atas iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan catatan sejarah, Petrus pun mati sebagai martir Tuhan. Melalui Silwanus, jemaat diberitahu sebuah realitas bahwa setiap orang percaya mungkin saja mengalami penderitaan karena dunia ini dipimpin oleh orang-orang yang memusuhi Kristus.
Sebagai mana jemaat mula-mula berani menghadapi penderitaan, sudah sewajarnya pula jika kita pun berani menghadapi hal yang sama. Kita harus berani menghadapi tantangan dan kesulitan dengan penuh kesabaran, tahan menderita, dan penuh keberanian seperti teladan Petrus. Dan seperti Silwanus, kita perlu melatih diri untuk membawa kabar baik itu kepada siapa pun juga dengan segala risiko yang ada.
Tentu saja tidak mudah memiliki keberanian seperti yang dimiliki jemaat mula-mula dalam menghadapi ujian iman yang berupa penderitaan dan siksaan fisik. Tidak sedikit yang menemui kematian dengan cara yang mengenaskan. Namun bukan berarti kita tidak bisa memiliki keteguhan hati seperti yang mereka miliki. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan memintanya kepada Tuhan.
SH: 1Ptr 5:12-14 - Cium Kudus (Selasa, 21 Agustus 2018) Cium Kudus
Dalam budaya Yunani-Romawi kuno, ciuman adalah ekspresi cinta dan kasih sayang yang ditunjukkan kepada anggota keluarga atau teman dekat. ...
Cium Kudus
Dalam budaya Yunani-Romawi kuno, ciuman adalah ekspresi cinta dan kasih sayang yang ditunjukkan kepada anggota keluarga atau teman dekat. Ciuman juga dapat dipahami sebagai tanda penghormatan terhadap status seseorang yang lebih tinggi. Seperti yang tampak dari surat Paulus, komunitas Kristen juga mengadopsi "ciuman kudus" sebagai tanda cinta kasih (Rm. 16:16; 1Kor. 16:20; 2Kor. 13:12; 1Tes. 5:26).
Cinta kasih Petrus terhadap rekan sekerjanya juga tampak dari suratnya. Silwanus (kemungkinan disebut Silas dalam Kis. 15:22, 25-27) disebut Petrus sebagai "saudara yang dapat dipercayai." Dengan menyebut nama Silwanus di suratnya, Petrus mengusahakan agar Silwanus yang membawa suratnya dapat diterima dengan hangat oleh jemaat.
Sedangkan Markus (kemungkinan besar Yohanes Markus dalam Kis. 12 dan 15) disebut Petrus sebagai "anaknya". Ini adalah cara Petrus menunjukkan kasihnya kepada Markus yang kemungkinan adalah muridnya, sama seperti Paulus menyebut Timotius sebagai anaknya (1Kor. 4:17).
Petrus juga menyampaikan salam kasih dari kawan di Babilon (kemungkinan sebutan untuk Roma sebagai kota pusat peradaban). Ini menunjukkan bahwa persaudaraan dalam Kristus melampai batas wilayah. Cinta kasih dan uluran tangan melalui surat ini diharapkan Petrus untuk menguatkan jemaat agar mereka tetap berdiri teguh di tengah-tengah berbagai kesulitan yang dihadapi (12).
Ketika kehidupan orang Kristen memancarkan cinta kasih dalam interaksinya, maka Allah hadir dan kehadiran-Nya dapat dirasakan secara konkret oleh komunitas Kristen yang saling mengasihi. Dan ketika cinta kasih Tuhan ini meliputi jemaat yang melampaui wilayah dan denominasi, maka Allah akan memelihara umat-Nya melewati berbagai tantangan dan kesulitan zaman, seperti yang telah Allah lakukan terhadap jemaat Petrus.
Doa: Ajar kami Tuhan untuk saling mengasihi, bukan saja saat situasinya mudah, tetapi juga saat banyak perbedaan pendapat dan kesulitan. [IM]
SH: 1Ptr 5:1-14 - Gaya kepemimpinan Kristiani (Minggu, 18 Juli 1999) Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma
yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saa...
Gaya kepemimpinan Kristiani
Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saat itu, mendorong Petrus menuliskan nasihat khusus untuk para penatua dan orang muda (anggota jemaat). Petrus yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rasul di awal suratnya (1:1), dalam bagian ini menyebut dirinya sebagai teman penatua dari jemaat. Penyamaan status ini untuk menekankan pada penatua jemaat agar serius dan bertanggungjawab penuh dalam menggembalakan jemaat di setiap kota/daerah, seperti yang telah dilakukannya.
Pemimpin sebagai "gembala". Petrus menekankan model kepemimpinan yang harus dimiliki oleh para penatua. Meneladani Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, begitulah para penatua menjalankan tugas pelayanannya dan menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpinnya. Petrus sendiri sebagai seorang saksi penderitaan Kristus menegaskan bahwa kepemimpinan bukan penggunaan kekuasaan kepada yang dipimpin dengan kecongkakan atau untuk mencari keuntungan sendiri. Kepemimpinan tidak pula untuk memaksa. Akan tetapi, pemimpin memimpin dengan merendahkan diri dan melayani serta penundukan diri, dan menempatkan diri sebagai "gembala".
Jemaat sebagai "kawanan gembalaan". Penundukan diri adalah tema yang diulang-ulang oleh Petrus dalam surat ini. Petrus mengutip dari kitab Amsal sebagai peringatan tentang sikap dan tindakan Tuhan kepada orang yang meninggikan diri. Kutipan ini mengingatkan bagaimana hubungan timbal balik yang harus ada dalam jemaat: antara penatua dan anggota jemaat. Keduanya harus menundukkan diri dulu di bawah otoritas Tuhan, maka sikap saling menghargai, menghormati, dan melayani akan mewarnai kehidupan jemaat.
Siap sedia. Jemaat yang sedang merantau di dunia ini tidak sedang berekreasi atau santai, tetapi sedang dalam arena peperangan. Berbagai cara dipakai iblis untuk menghancurkan. Baik penatua maupun jemaat harus melawan si iblis, menyerahkan kekuatiran dan berharap kepada Tuhan.
Utley -> 1Ptr 5:12-14; 1Ptr 5:14
Utley: 1Ptr 5:12-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:12-14a12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan si...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:12-14a
12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar- benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya! 13 Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. 14 Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus.
1Pet 5:12 "Dengan perantaraan Silwanus" Ini adalah Silas di Kis 15:40. Orang ini adalah sumber Petrus, bersama dengan Yohanes Markus, akan teologia dan tulisan-tulisan Paulus. Tulisan-tulisan Petrus sangat mirip dengan Paulus dalam banyak hal.
Ada banyak spekulasi tentang hubungan frasa ini dengan kepengarangan I Petrus. Saya pikir tidak ada keraguan bahwa Petrus menggunakan seorang juru tulis, tapi apakah itu Silwanus? Sebuah artikel menarik dalam Jurnal Masyarakat Teologia Evanjelikal, Vol. 43 No 3, hal 417-432, yang berjudul "Silwanus Bukanlah Sekretaris Petrus" oleh E. Randolph Richards, telah meyakinkan saya bahwa frasa ini kemungkinan merujuk kepada Silwanus yang membawa surat ini kepada para pembacanya, yang tidak berarti menuliskannya untuk Petrus.
□ "kasih karunia yang benar-benar dari Allah" Menjelang tanggal tulisan-tulisan Petrus, pandangan-pandangan lain tentang Yesus telah berkembang. Petrus menegaskan bahwa hanya ada satu rahmat yang benar—yaitu injil. Petrus telah sering menekankan kasih karunia Allah dalam I Petrus (lih. 1Pet 1:10,13; 2:3; 3:7; 4:10; 5:5,10,12). Injil Yesus Kristus benar- benar mencerminkan hati YHWH. Ini disebut "benar" di sini karena hal ini telah menjadi pengalaman dalam kehidupan orang percaya yang menderita ini!
□ "berdirilah dengan teguh di dalamnya" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Hal ini signifikan dalam suatu masa penganiayaan. "Berdiri" berhubungan dengan "teguh dalam imanmu" dalam ay. 1Pet 5:9. Ini adalah sikap terhadap Allah, terhadap Kristus dan jauh dari dosa, diri, dan setan. Ini adalah istilah militer di Ef 6:11,13,14. Paulus menggunakannya dalam beberapa cara berbeda.
- 1. ringkasan Injil dalam 1Kor 15:1
- 2. penjelasan tentang "pembenaran oleh iman" di Rom 5:2
- 3. peringatan untuk bangsa-bangsa lain untuk menjaga iman di Rom 11:20
- 4. peringatan tentang kesombongan rohani dalam 1Kor 10:12
Orang percaya memiliki tanggung jawab perjanjian untuk berdiri teguh! Lihat Topik Khusus: Ketekunan di 1Pet 5:9.
1Pet 5:13 "kawanmu (dia)" Gereja sering dipersonifikasikan sebagai perempuan (lih. II Yoh) mungkin karena konsep PL YHWH sebagai suami dan Israel sebagai istri (lih. Hos 1; 2; 3). Gereja adalah mempelai Kristus (lih. Ef 5:21-31).
□ "Babilon" Ini mungkin merupakan rujukan yang samar kepada Roma (lih. Wahy 14:8; 17:5; 18:2,10; Sibylline Oracles 5:143,152; Barukh 9:1). Roma, di zaman Petrus, adalah simbol dari kekuatan-kekuatan dunia Perjanjian Lama (yaitu, Asyur, Babel, Persia). Itu adalah khas dari sistem dunia yang penuh kekuasaan, kesombongan, dan penyembahan berhala terpisah dari Allah (lih. Ef 2:2a). Petrus menulis dari sarang binatang itu sendiri. Gereja Tuhan didirikan di wilayah musuh.
□ "Markus" ini merujuk kepada Yohanes Markus. Gereja awal bertemu di rumah keluarganya di Yerusalem (lih. Kis 12:12). Ini juga situs dari tiga penampakan Tuhan pasca kebangkitan dan kedatangan Roh.
Yohanes Markus menemani Paulus dan Barnabas sepupunya (lih. Kol 4:10) di perjalanan penginjilan yang pertama (lih. Kis 12:25-13:13). Untuk beberapa alasan dia meninggalkan tim tersebut dan pulang ke rumah (lih. Kis 15:38). Barnabas ingin memasukkan dia di perjalanan penginjilan yang kedua, namun Paulus menolaknya (lih. Kis 15:36-41). Ini mengakibatkan perpisahan Paulus dan Barnabas. Barnabas membawa Yohanes Markus ke Siprus (Kis 15:39). Di kemudian hari, ketika Paulus berada di penjara, ia menyebutkan Yohanes Markus dalam cara yang positif (lih. Kol 4:10) dan masih di kemudian hari di pemenjaraan Paulus yang kedua di Roma, tepat sebelum kematiannya, ia menyebutkan Yohanes Markus kembali (lih. 2Tim 4:11).
Rupanya Yohanes Markus menjadi bagian dari tim penginjilan Petrus (lih. 1Pet 5:13). Eusebius Sej. Ger. 3:39:12 memberi kita catatan menarik tentang hubungan Yohanes Markus dengan Petrus.
"Dalam bukunya sendiri Papias memberi kita catatan perkataan Tuhan yang diperoleh dari Aristion atau belajar langsung dari penatua Yohanes. Setelah membawa hal ini menjadi perhatian para sarjana, saya sekarang harus menindaklanjuti laporan yang sudah dikutip dari dia dengan sepotong informasi yang ditetapkannya tentang Markus, penulis Injil:
Ini juga, yang selalu dikatakan penatua. Markus, yang telah mnjadi penterjemah dari Petrus, menuliskan dengan hati-hati, tetapi tidak secara berurutan, semua yang diingatnya dari perkataan dan perbuatan Tuhan. Karena ia tidak mendengar Tuhan atau menjadi salah satu pengikut-Nya, tetapi kemudian, seperti yang saya katakan, menjadi salah satu pengikut Petrus. Petrus sering menyesuaikan pengajarannya dengan acara yang ada, tanpa membuat susunan yang sistematis dari perkataan Tuhan, sehingga Markus cukup dibenarkan dalam menuliskan beberapa hal sejauh yang diingatnya. Karena ia hanya memiliki satu tujuan—untuk tidak melewatkan apapun yang didengarnya, dan tidak membuat pernyataan yang salah tentang hal itu "(hal. 152).
Dalam kutipan ini Papias menunjuk pada "penatua Yohanes," dalam Melawan Ajaran Sesat 5:33:4, Irenaeus mengatakan "dan hal-hal ini adalah suatu saksi secara tertulis oleh Papias, pendengar dari Yohanes, dan seorang sahabat dari Polikarpus." Ini menyiratkan bahwa Papias mendengarnya dari Rasul Yohanes. Yohanes Markus menuliskan kembali kenangan dan khotbah-khotbah Petrus tentang Yesus ke dalam sebuah Injil.
1Pet 5:14 "cium yang kudus" Ini adalah budaya khas dari pemberian salam di antara anggota keluarga. Pada awalnya hal ini diadopsi oleh keluarga Allah (lih. Rom 16:16; 1Kor 16:20; 2Kor 13:12; 1Tes 5:6). Menjelang abad keempat Masehi ciuman ini dibatasi pada jenis kelamin yang sama karena adanya pelanggaran di dalam gereja dan kesalahpahaman dari luar gereja. Tindakan persekutuan ritual ini merupakan bagian rutin dari Perjamuan Tuhan atau Perjamuan Kasih.
Utley: 1Ptr 5:14 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:14b14b Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus.
1Pet 5:14b Hanya mereka yang di dalam Kri...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 5:14b
14b Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus.
1Pet 5:14b Hanya mereka yang di dalam Kristus dapat memiliki damai (lih. Luk 2:14). Mereka yang memiliki damai Kristus biasanya tidak memiliki kedamaian di dunia (lih. Mat 10:34; Luk 12:49-53, Yoh 14:27).
Topik Teologia -> 1Ptr 5:14
Topik Teologia: 1Ptr 5:14 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Kristus
Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:3...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Kristus
- Mat 1:16 Mat 16:20 Mar 14:61 Luk 2:11 Luk 9:20 Luk 23:2 Luk 23:35,39 Yoh 1:41 Yoh 12:34 Kis 2:31,36 Kis 3:18 Kis 5:42 Rom 5:8 Rom 9:5 Rom 10:4 Rom 14:9 1Ko 1:23-24 1Ko 2:16 1Ko 3:23 1Ko 12:27 2Ko 2:17 Gal 3:13 Efe 5:21,23-25,29,32 Fili 1:21 Kol 3:15 File 1:6 Ibr 3:6 Ibr 9:15 1Pe 5:10,14 1Yo 5:1 Wah 11:15
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan dan Anak
- Kita Dikaruniai Berkat di Dalam Kristus
- Berkat Berupa Damai Kristus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
TFTWMS -> 1Ptr 5:12-14
TFTWMS: 1Ptr 5:12-14 - Kata Penutup Kata Penutup(1 Petrus 5:12-14)
12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singka...
Kata Penutup(1 Petrus 5:12-14)
12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya! 13 Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. 14 Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin.
Ayat 12. Kemungkinan, meski tidak pasti, Silwanus ini adalah sama dengan Silas dalam kitab Kisah. Dalam surat-suratnya, Paulus tidak menyebutkan Silas, tetapi mengacu kepada Silwanus di tiga tempat (2 Korintus 1:19; 1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1). Tentunya itu adalah teman perjalanan yang sama yang digambarkan dalam Kisah. Ketika para penerjemah Alkitab NIV memberikan kata "Silas," mereka menunjukkan bahwa mereka memahami itu sebagai orang yang sama.1Nama itu sendiri adalah nama Latin. Dalam mitologi Romawi, "Silwanus" adalah dewa tepi hutan. Ketika para petani Romawi membuka lahan dan menggusur hutan, mereka kadang-kadang akan mendirikan sebuah kuil kecil di tepi tanah yang dibajak untuk menghormati dewa itu, berharap mereka bisa meredakan amarahnya karena sudah melanggar batas wilayahnya. Bangsa Romawi memiliki provinsi yang disebut "Transylvania, "wilayah di luar hutan. Jika Silas, pendamping perjalanan Paulus, adalah sama dengan "Silwanus," maka menarik bahwa seorang Yahudi yang baik sudah diberi nama dewa Romawi oleh orang tuanya (Kisah 15:32). Namun begitu, kebiasaan moderen menggambarkan bahwa penamaan seperti itu tidak akan menjadi hujatan. Ketika seorang ibu menamakan anaknya Diana, ia mungkin tidak tertarik dengan dewi Romawi yang memakai nama itu. Ia bahkan mungkin tidak menyadari bahwa ada dewi seperti itu. Nama "Silwanus" mungkin saja diberikan secara naif oleh ibu Yahudi nabi itu sebagaimana nama Diana diberikan oleh seorang ibu moderen. Dengan kata lain, "Silwanus" adalah nama yang diberikan oleh seorang ayah non-Yahudi yang kawin dengan seorang perempuan Yahudi. Jika ibu nabi itu adalah orang Yahudi, maka Silwanus akan sudah menjadi orang Yahudi. Tidak ada alasan untuk menganggap "Silvanus" ini adalah orang lain selain Silas dari kitab Kisah hanya karena ia memiliki nama seorang dewa Romawi.
Wayne A. Grudem membuat alasan yang kuat bahwa preposisi dia (dia) berarti bahwa Silvanus adalah pembawa surat itu, bukan juru tulis yang menuliskan surat itu untuk Petrus. Ia mengacu kepada banyak contoh di mana penulis kuno menggunakan kata itu untuk menunjukkan pembawa sebuah surat.2Sulit untuk mengabaikan buktinya. Namun begitu, orang diharuskan menjelaskan gaya luar biasa bahasa Yunani surat itu. Grudem berpendapat bahwa mengabaikan Petrus sebagai nelayan terpencil yang akan sudah menerima sedikit pendidikan formal adalah suatu kesalahan.3Mungkin saja, tapi gaya bahasa Yunani dalam 2 Petrus jauh berbeda dengan surat ini. Apakah Petrus menulis sendiri kedua surat itu? Selanjutnya, meski Petrus dan rekan-rekan memancingnya mungkin saja adalah orang-orang yang cukup berada, namun hal itu tidak membantah bahwa mereka adalah orang terpelajar dalam persuratan. Kisah 4:13 menunjukkan mereka tidak seperti itu. Jika Silwanus bukan juru tulis Petrus yang menuliskan kata-kata surat ini, tampaknya orang lain yang melakukannya. Hampir tidak masuk akal untuk menyatakan bahwa "Silwanus" adalah penulis dan juga pembawa surat itu.
Rasul itu mengungkapkan tujuan ia menulis surat itu. Ia mengatakan bahwa itu adalah surat singkat dengan tujuan untuk menasihati dan bersaksi bahwa ini adalah kasih karunia sejati Allah (NASB). Menasihati adalah mendorong seseorang untuk terus teguh atau untuk memulai suatu tindakan tertentu. Nasihat Petrus dapat ditemukan di seluruh surat itu. Ia mendesak mereka kepada kekudusan (1:14, 15), penyerahan (2:13, 18; 3:1; 5:5), kerendahan hati (5:6), dan sejumlah etika dan perilaku lainnya yang terkait dengan iman.
Istilah kedua, "bersaksi," punya daya tertarik tersendiri. Itu adalah terjemahan dari kata majemuk e˙pimarture÷w (epimartureō), bagian dari keluarga kata yang sama yang diterjemahkan "saksi" dalam 5:1. Para saksi dapat bersaksi. Mungkin pilihan Petrus atas kata itu merupakan pengingat yang halus kepada para pembacanya bahwa selama ini ia telah bersama Tuhan dan bisa menawarkan kesaksian pribadi, kesaksian saksi mata tentang Dia. Tidak hanya di 5:1 tetapi juga dalam 2:23, 24, Petrus bisa bicara dengan para pembacanya sebagai orang yang telah berada di sana bersama Tuhan, yang telah mendengar Dia mengajar dan telah melihat Dia mati. Lebih daripada itu, ia adalah saksi tentang kuasa kebangkitan dari antara orang mati. Tidak hanya sebagai seorang saudara, tapi sebagai seorang saksi, Petrus bisa memberitahu para pembacanya, "Ini adalah kasih karunia sejati Allah." Dalam Yesus dari Nazaret, Allah telah menyatakan diri-Nya dalam segala kekayaan kasih karunia-Nya. Ia telah menunjukkan kasih-Nya yang kekal bagi suatu umat yang hanya memiliki dosa sebagai hutang mereka. Dalam Yesus, Ia tidak hanya meneguhkan pengampunan dan harapan untuk hidup kekal pada waktu penyataan kemuliaan-Nya, tetapi Ia telah menunjukkan kepada umatNya cara untuk menjalani kehidupan yang baik dan memuaskan. Bagi mereka yang percaya kepada Dia, Ia "sudah" memberikan kekayaan kerajaan-Nya untuk masa kini, dan Ia menyimpan untuk mereka yang setia kemuliaan kekal yang "belum" diberikan.
Rasul itu menambahkan nasihat terakhir bagi para pembacanya: berdirilah dengan teguh di dalamnya! "Kasih karunia sejati Allah" adalah yang di dalamnya Petrus mendorong orang Kristen untuk berdiri teguh! Pelbagai pencobaan dari kaum pagan, keputusasaan terhadap perilaku sesama orang percaya, dan iming -iming dosa dari dalam bisa dan memang menggoncang orang-orang percaya. Umat Kristen harus menggerakkan kemauan mereka sendiri untuk melawan dosa dan "berdiri teguh" dalam Kristus. Banyak sekali jiwa-jiwa yang telah mengenakan Kristus dalam baptisan, berbagi sukacita dan harapan hidup, dan kemudian melalui ketidaktertarikan atau keputusasaan kembali lagi kepada cara hidup lama yang darinya mereka pernah melarikan diri (2 Petrus 2:20).
Ayat 13. Petrus mengakhiri dengan sebuah ungkapan yang misterius. Diterjemahkan secara harfiah kalimat pembuka itu berbunyi, "Yang ada di Babilon memberi salam kamu." Kata "yang" (hJ, hē) adalah artikel Yunani yang mendahului kata benda feminin. Dalam beberapa konteks kata itu bisa berarti "Perempuan Babilon," tetapi tidak mungkin ada perempuan tertentu yang ada bersama Petrus yang sangat dikenal oleh para pembacanya sehingga ungkapan seperti itu akan sudah cukup untuk mengidentifikasi dirinya. Kata Yunani untuk "gereja" ((eΔkklhsi÷a, ekklēsia) adalah kata benda feminin, dan Paulus melambangkan gereja sebagai mempelai atau istri Kristus. Kebanyakan pakar Perjanjian Baru percaya bahwa Petrus sedang mengacukan gereja di Babilon. Namun begitu, Alkitab NASB mencoba untuk meninggalkan kemungkinan itu untuk penafsiran lain yang terbuka bagi para pembaca bahasa Inggris dengan terjemahan perempuan yang di Babilon. Para penerjemah Alkitab KJV lebih berani ketika mereka memberikan kalimat "Gereja yang ada di Babilon," meski mereka memberikan huruf miring kepada "gereja yang ada," yang menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak ada di dalam bahasa Yunani. Alkitab NRSV menulis "Adik gerejamu yang di Babilon."
Mungkin Petrus berkirim salam dari gereja di kota di mana ia berada. Setelah mengatakan itu, pembaca masih harus memutuskan apa yang dimaksud dengan "Babilon." Biasanya kata harus dipahami berdasarkan arti dasarnya. Kita menduga nama itu mengacu kepada kota Babilon harfiah sebagaimana kita menduga "Yerusalem" mengacu kepada kota dengan nama itu. Namun begitu, kata-kata terkadang digunakan secara kiasan—memiliki arti yang dilekatkan pada mereka yang melampaui arti harfiahnya. Hanya konteks yang dapat menentukan kapan sebuah kata digunakan sebagai kiasan atau secara harfiah. Ada beberapa alasan yang baik untuk menunjukkan bahwa Petrus menggunakan kata "Babilon" sebagai kiasan untuk Roma (lihat halaman 33-35 dalam edisi pertama seri ini).
Setelah kita memutuskan bahwa Petrus menggunakan bahasa kiasan, kita harus bertanya, "Apakah yang ia katakan tentang Roma ketika ia menyebut kota itu 'Babilon'?" Bagi siapa saja yang akrab dengan Babilon/Babel dalam Perjanjian Lama, nama itu akan sama dengan kehancuran umat Allah, bait Allah, dan kota Allah. Kepahitan orang Yahudi terhadap gurun Babilon telah membuat Yerusalem dilambangkan ketika pemazmur menulis, "Hai puteri Babel, yang suka melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas kepadamu perbuatan-perbuatan yang kaulakukan kepada kami! Berbahagialah orang yang menangkap dan memecahkan anak-anakmu pada bukit batu!" (Mazmur 137:8, 9). Tampaknya Petrus menganggap Roma, sebagaimana "Babilon" "sebagai sumber kehancuran bagi umat Allah.
Ada dua pertanyaan sejarah yang penting yang memunculkan identifikasi "Babilon" sebagai Roma. Pertama, apakah pejabat Roma entah bagaimana terlibat dalam pelbagai penganiayaan dan penderitaan yang dialami oleh para pembaca Petrus? Meski kaisar diragukan mengeluarkan perintah resmi, yang mencakup seluruh kerajaan untuk menentang agama Kristen di pertengahan 60an Masehi ketika Petrus menulis surat ini, namun bukan tak terbayangkan bahwa para pejabat Romawi di provinsi-provinsi itu telah berkontribusi terhadap dan mendukung pelbagai upaya lokal untuk membuat sengsara hidup orang-orang percaya. Pejabat Roma mungkin telah berkontribusi banyak terhadap penganiayaan yang dialami oleh para pembaca pertama Petrus daripada yang cenderung dipahami oleh pelbagai kajian moderen.
Pertanyaan kedua yang muncul dengan mengidentifikasi Roma sebagai "Babilon" melibatkan bagaimana orang Kristen cenderung melihat diri mereka dalam kaitannya dengan kekuasaan Romawi. Apakah yang mereka pikirkan tentang cara bangsa Romawi mengatur kerajaan itu? Apakah itu merupakan penerimaan yang aman, atau apakah ada arus bawah yang memandang Roma sebagai sumber kefasikan, kejahatan sensual? Dalam Perjanjian Lama, "Babilon" bukan hanya perusak umat Allah, kota itu juga merupakan simbol sensualitas dan penyembahan berhala. Jika umat Kristen memi-liki pandangan yang redup tentang Roma, dan jika pandangan mereka itu akhirnya dikenal luas di kalangan orang-orang yang membenci agama baru itu, kemungkinan itu akan menjadi faktor dalam upaya bangsa Romawi membasmi agama baru itu.
Semua ini secara khusus sangat menarik bila dikombinasikan dengan 2:13-17, di mana orang-orang percaya didorong untuk tunduk kepada para penguasa pemerintah. "Babilon" dari 5:13 masuk dalam lingkup "semua lembaga manusia" (2:13) bahkan jika kedua nas itu tidak dibandingkan secara tepat. Bagaimanakah seandainya Petrus berkata, "Tunduklah kepada Babilon karena Tuhan"? Ketika Petrus menyebut Roma sebagai "Babilon" ia mengungkapkan penilaian negatif yang ia bagi dengan para pembacanya tentang dampak moral kerajaan itu terhadap iman Kristen dan cita-cita Kristen. Selanjutnya, penilaian negatif itu kemungkinan merupakan faktor dalam respon Romawi terhadap iman Kristen dari hari-hari awal penyebarannya ke dalam dunia Romawi.
Petrus sudah memulai surat kiriman itu dengan memanggil para pembacanya "orang-orang yang dipilih." Di sini, di akhir surat itu, kata yang sama itu adalah tepat. Gereja di Babilon dipilih bersama dengan mereka (NASB). Petrus, seperti Paulus, menerapkan istilah yang dulunya diperuntukkan bagi bangsa Israel kepada Israel baru milik Allah. Persaudaraan orang percaya di seluruh dunia mengirim salam kepada satu sama lain kapan saja itu memungkinkan. Hambatan bahasa dan etnis diatasi oleh kepentingan bersama yang semua orang percaya miliki sehingga Allah bisa dipermuliakan di dunia.
Dari orang-orang yang menyertai Petrus, sungguh menarik bahwa ia memilih Markus yang juga berkirim "salam." Meski "Markus" adalah nama umum Romawi, ada sedikit keraguan bahwa Markus ini adalah penulis Injil yang menyandang namanya. Pada hari-hari awal, orang-orang Kristen di Yerusalem secara teratur berhimpun di rumah Maria, ibu Markus (Kisah 12:12). Markus pernah menemani Paulus dan Barnabas sepupunya (Kolose 4:10) pada bagian awal perjalanan misi pertama, tetapi berbalik sebelum selesai (Kisah 13:13). Pada periode hanya beberapa tahun sebelum kematian Paulus dan Petrus, sangat menarik untuk melihat Markus bekerja sebagai pelayan bagi kedua rasul itu (2 Timotius 4:11). Petrus dengan penuh kasih menyebut dia sebagai anakku.
Ayat 14. Pelbagai komunitas Kristen menyadari kata-kata ini yang diucapkan oleh Yesus: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35). Dunia pagan di sekitar mereka harus dikesankan dengan dukungan dan kasih sayang yang orang-orang percaya perlihatkan terhadap satu sama lain. Petrus menutup suratnya itu dengan mengatakan, Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Paulus beberapa kali menutup suratnya dengan nasihat yang sama (Roma 16:16; 1 Korintus 16:20; 2 Korintus 13:12; 1 Tesalonika 5:26).
Penafsiran Kitab Suci yang melibatkan pembaca moderen bukan hanya dalam memutuskan apa arti kata-kata dari dokumen kuno ini dalam latar belakang sejarah dan sastra asli mereka, tapi juga bagaimana orang menjembatani abad-abad itu dan menerapkan kata-kata itu kepada kehidupan moderen. Petrus dan Paulus memerintahkan para pembaca mereka untuk "saling bersalaman dengan cium kudus." Beberapa orang Kristen memahami ini sebagai persyaratan literal untuk kehidupan Kristen, meski perintahnya itu sama jelasnya dengan ""Bertobatlah dan … memberi dirimu dibaptis … untuk pengampunan dosamu" (Kisah 2:38). Sudah umum untuk mengabaikan perintah "cium kudus" dengan mengacu kepada kebiasaan sosial yang mengatur kehidupan komunitas dalam abad pertama. Banyak yang berpendapat bahwa kalaupun beberapa kebiasaan lain menjadi salam yang normal, seperti jabat tangan hangat, maka salam itu juga harus diganti dengan "cium kudus." Yang penting, berdasarkan penalaran, adalah salam hangat.
Penalaran itu masuk akal, tetapi menimbulkan masalah. Begitu prinsip itu dianut bahwa kebiasaan sosial yang berbeda dari praktik Kristen dalam Perjanjian Baru bisa diganti dengan perintah yang diberikan kepada mereka, seberapa jauhkah prinsip itu diterapkan? Pertanyaan ini sangat kompleks dan tidak dapat sepenuhnya dibahas di sini. Namun begitu, jelas terlihat bahwa tidak setiap perintah Alkitab dapat dibawa dan diterapkan tanpa kualifikasi kepada kehidupan Kristen moderen. Beberapa perintah dalam Alkitab bersifat universal dan tidak ada hubungannya dengan konteks sosial di mana perintah itu diberikan. Perintah lain terkait erat dengan budaya di mana perintah itu diberikan. Di bawah beberapa perintah terdapat prinsip yang menemukan ekspresinya dalam kebiasaan tertentu. Kebiasaan tertentu itu bisa saja berbeda. Jabat tangan atau "cium kudus" mungkin saja mengungkapkan penghargaan dan kasih sayang yang orang-orang percaya miliki kepada satu sama lain.
Kata-kata terakhir rasul Petrus merupakan berkat resmi. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus, tulisnya. Nilai tertinggi untuk Petrus dan para pembacanya adalah bahwa mereka harus berada "dalam Kristus." Berada "dalam Kristus" adalah sama dengan menjadi bagian dari komunitas umat-Nya; itu berarti menjadi anggota gereja-Nya. Itu berarti harus ditebus, supaya dosa orang itu dihapus oleh darah Anak Domba. Bagi mereka yang berbagi harapan dan imannya, Petrus mengharapkan adanya "damai sejahtera," kesejahteraan, kesehatan yang baik, dan keharmonisan dengan sesama. Mereka dan dia akan sanggup mengatasi gejolak apapun yang dunia berikan kepada mereka dan akan menemukan ketenangan pada waktu penyataan kemuliaan Kristus.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) CARA MEMILIKI AKHIR YANG MENYENANGKAN (1 Petrus 5:6-14)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Saya suka akhir yang menyenangkan. Saya suka buku-buku dan filem-file...
CARA MEMILIKI AKHIR YANG MENYENANGKAN (1 Petrus 5:6-14)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Saya suka akhir yang menyenangkan. Saya suka buku-buku dan filem-filem yang berakhir menyenangkan. Saya tidak suka filem-filem yang dianggap sebagai "realistis" namun akhir bagi setiap orang adalah menyedihkan. Saya melihat cukup "kenyataan" semacam itu setiap hari.
Petrus juga peduli tentang "akhir yang menyenangkan." Ia ingin orang-orang yang ia surati dalam suratnya yang pertama mengalami akhir yang menyenangkan. Harapan itu tampaknya suram, karena mereka sedang dianiaya, dan penganiayaan yang lebih besar menanti di depan. Bagaimanakah mereka bisa keluar dari itu dengan sukses? Surat Petrus dikhususkan untuk membantu mereka melewati pengalaman itu tanpa cedera.
Bayangkanlah dia ketika ia menyelesaikan suratnya. Ia sudah banyak bicara tentang bagaimana mereka harus hidup, apa yang harus mereka lakukan. Akhirnya, ia menanya dirinya sendiri: "Pada akhirnya, apakah yang bisa saya katakan di sini, di akhir surat ini, yang akan bisa menolong mereka? Adakah hal-hal yang belum saya sebutkan? Hal apa lagikah yang harus saya tambahkan? Hal apakah yang perlu saya tekankan?" Dengan itu, ia menulis kata-kata 5:6-14.
Petrus mengatakan orang-orang Kristen ini perlu melakukan empat hal untuk memiliki akhir yang menyenangkan. Melakukan empat hal yang sama akan membantu kita mengakhiri kisah hidup kita sendiri dengan menyenangkan. Apa sajakah keempat hal itu?
RENDAHKANLAH DIRIMU DI HADAPAN ALLAH
Rendah hati adalah sama dengan tunduk, menerima orang lain sebagai yang lebih besar, bertaat. Orang yang sanggat sombong ingin melakukan caranya sendiri, "melakukan kemauannya sendiri," dan tidak mau mendengarkan arahan orang lain. Kerendahan hati akan menuntun orang untuk menerima kehendak Allah dalam iman dan ketaatan.
Alasan bagi kerendahan hati diberikan di sini; itu karena tangan Allah adalah perkasa! Allah lebih besar daripada kita. Ia membuat dunia; Ia membuat kita; Ia memiliki kita. Ia punya hak untuk mengarahkan hidup kita; Ia tahu apa yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, mari kita merendahkan diri di hadapan Dia.
Bagi para pembaca mula-mula ini mungkin berarti mereka harus menerima keadaan mereka yang penuh tantangan saat itu sebagai sesuai dengan kehendak Allah. Mereka bisa dengan sangat mudah mempertanyakan kehendak Allah dan menggerutu menentang Dia karena membolehkan diri mereka dianiaya secara tidak adil dan tidak sah. Sebaliknya, mereka harus menerima kehendak Allah bahkan dalam keadaan yang merugikan mereka. Mengapa? "Supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (5:6). Pertama adalah penderitaan dan penganiayaan, lalu peninggian! Sama seperti peninggian Yesus terjadi setelah penyerahan dan penderitaan-Nya (lihat Filipi 2), begitu juga dengan keadaan mereka.
Merendahkan diri kita di hadapan Allah berarti kita harus menerima kehendak Allah untuk hidup kita. Kita mungkin tidak menyukai apa yang sedang menimpa diri kita sama seperti para pembaca pertama juga tidak suka dianiaya. Kita tidak suka sakit, berduka, kehilangan pekerjaan kita, mengalami masalah keuangan. Namun dalam cara tertentu, sampai batas tertentu, kita harus rela menerima apa yang terjadi sebagai kehendak Allah—setidaknya sejauh kita tidak memberontak terhadap Dia.
Nenek saya suka mengatakan, setiap kali ia terkejut atau merasa heran, "Allah tahu!" Ketika saya masih remaja, saya mulai bergulat dengan ayah saya di ruang tamu kami. Nenek masuk, bertolak pinggang, dan sosoknya yang seberat 46 kilogram terlihat gusar. "Ya, Allah tahu, D. H.," katanya kepada ayah saya. "Jika kamu mau bergulat dengan seseorang, setidaknya kamu bisa bergulat dengan seseorang yang seukuran dengan dirimu." (Tentu saja, saya hampir sebesar ayah saya pada waktu itu.) Saya duga Nenek menyebut nama Allah dengan sembarangan atau sia-sia. Tetapi jika kita mengambil apa yang ia suka katakan itu dan menambahkan satu kata, saya pikir kita akan memiliki pernyataan teologis yang kita semua perlu pegang sebagai bagian dari filosofi hidup kita. "Allah tahu." Ya, memang. Tapi lebih daripada itu: Allah tahu yang terbaik! Allah tahu apa yang terbaik untuk hidup saya, untuk tujuan-Nya, untuk dunia. Saya perlu mempercayai itu. Saya harus percaya bahwa apapun yang terjadi pada diri saya, entah bagaimana, entah dengan cara apa, Allah tahu yang terbaik. Dan kemudian saya harus menerima kehendak-Nya bagi saya.
Selain itu, merendahkan diri kita di hadapan Allah berarti kita perlu menerima hak Allah untuk membuat aturan bagi kita. Kita mungkin cenderung untuk mempertanyakan beberapa perintah Allah (misalnya, perintah untuk dibaptis agar diselamatkan atau perintah untuk jangan meninggalkan perhimpunan bersama kita). Tetapi jika kita rendah hati kita akan mengakui bahwa tanggung jawab Allah adalah membuat aturan, dan tanggung jawab kita, tidak mempertanyakan, tetapi mentaatinya. Dan kita akan taat!
SERAHKANLAH SEGALA KEKUATIRANMU KEPADA ALLAH
Para pembaca abad pertama khawatir. Penganiayaan dan penderitaan cukup membuat khawatir setiap orang. Apakah yang harus mereka lakukan? Petrus berkata, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, karena Ia yang memelihara kamu" (5:7).
Kita juga dikepung oleh pelbagai kesulitan—masalah keuangan, masalah keluarga, masalah pribadi, masalah gereja, masalah yang terkait dengan pekerjaan. Apakah yang harus kita lakukan terhadap masalah kita itu? "… serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, karena Ia yang memelihara kamu. "
Pikirkanlah ini: Inilah diri kita, sedang memikul beban berat kita. Dan di sana adalah Bapa kita, Pribadi yang mampu dan bersedia memikul beban kita untuk kita. Tapi kita menolak untuk menyerahkan beban itu kepada Dia.
Pernah seorang ayah memberi anak kecilnya pekerjaan yang sulit dilakukan. Anak itu mencoba dan mencoba tapi tidak bisa melakukannya. Akhirnya, ia datang kepada ayahnya dan mengaku, "Ayah, aku tidak bisa melakukannya." Sang ayah menjawab, "Sudahkah kamu mencoba segalanya untuk menyelesaikannya?" Anak itu berkata, "Ya, Ayah, aku telah mencoba segalanya." "Yakinkah kamu bahwa kamu telah mencoba segalanya?" tanyanya lagi. "Ya, Ayah, aku telah mencoba semua yang saya tahu untuk melakukannya, dan aku tidak bisa," jawab anak itu. "Tidak, kamu belum melakukannya, Nak; kamu belum mencoba segalanya, karena kamu belum mencoba meminta ayah untuk membantu," kata ayah kepada dia. Setelah itu, sang ayah membantu anak itu, dan pekerjaan selesai. Kita mungkin merasa sudah mencoba segalanya ketika kita belum mencoba apa yang paling penting—meminta Bapa sorgawi kita untuk membantu! Mari kita melakukan yang terbaik, melakukan semua yang kita bisa, untuk menyelesaikan tugas-tugas kita. Tapi di luar itu, mari kita letakkan itu di tangan Allah!
Mengapa harus rendah hati? Karena tangan Tuhan adalah perkasa! Mengapa menyerahkan masalah kita ke dalam tangan Tuhan? Karena Allah memelihara kita! Karena kita memiliki Bapa sorgawi yang penuh kasih, penuh belas kasihan, peduli yang ingin membantu! Bahkan, jika kita mencoba untuk memikul sendiri semua beban kita, itu mungkin menunjukkan bahwa kita tidak percaya bahwa Allah memelihara kita.
SADARLAH DAN BERJAGA-JAGALAH
Perhatikanlah 5: 8: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Hal ini menunjukkan bahwa kita harus berpikiran serius, hati-hati, waspada. Mengapa? Oleh karena musuh kita, iblis. Iblis, menurut Alkitab, adalah nyata dan kuat. Di sini kita mengetahui bahwa ia selalu berusaha menggoda orang untuk berbuat dosa, sehingga ia bisa membawa mereka ke dalam neraka bersama dia.
Apakah yang kemungkinan iblis lakukan dalam konteks teks surat ini? Iblis selalu menggunakan persoalan manusia untuk mencoba membuat manusia menolak Allah. Di sini ia mungkin akan memberikan saran "Anda sedang dianiaya karena iman Anda. Tidakkah Anda pikir sudah waktunya Anda meninggalkan iman Anda? Dan mengapa Anda tetap saja percaya kepada Allah, ketika Allah menghukum Anda— orang benar—dengan penganiayaan dan membiarkan para penganiaya Anda hidup makmur?"
Iblis menggoda penulis Mazmur 73 seperti itu. Pemazmur menulis:
Sesungguhnya Allah itu baik [bagi Israel] … Bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, Nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, Kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik (ay. 1-3).
Ia melanjutkan menggambarkan kemakmuran orang fasik dalam ayat 4 sampai 14. Para pembaca Petrus tentunya tergoda untuk bertanya, "Apa gunanya menjadi orang baik? Kami menderita, dan mereka yang melakukan kejahatan hidup makmur."
Apakah solusi bagi masalah pemazmur itu? Kita membaca tentang itu dalam ayat 15 sampai 20. Pemazmur itu akhirnya mengerti bahwa, meski orang fasik mungkin terlihat hidup makmur, pada akhirnya mereka akan dihukum! Dan orang-orang fasik sekarang ini, meski mereka mungkin hidup makmur saat ini, pada akhirnya akan dihukum oleh Allah.
Lalu bagaimanakah orang Kristen seharus bertindak ketika kita dicobai oleh iblis untuk meninggalkan Allah karena kita menderita? Seperti yang dilakukan pemazmur, yang berkata,
Ketika hatiku merasa pahit Dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, Aku dungu dan tidak mengerti, Seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, Dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, Gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (ay. 21-26).
Jika itu adalah sikap kita, iblis tidak akan pernah berhasil dalam usahanya untuk membuat kita berpaling dari Allah oleh karena pelbagai masalah yang kita hadapi.
MELAWAN IBLIS
Ia berkata, "Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9).
Apakah artinya melawan iblis? Di sini yang Petrus maksudkan mungkin adalah tidak membiarkan iblis berhasil ketika ia menggoda Anda untuk menyerah. Berdiri teguh dalam iman! Petrus berkata lagi, dengan kata-kata yang sedikit berbeda, dalam 5:12: "Aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!"
Mengapa berdiri "teguh dalam iman Anda"? Karena "pengalaman penderitaan yang sama sedang ditanggung "di seluruh dunia. Ini berarti bahwa para pembaca surat kiriman ini tidak sendirian dalam keadaan mereka itu. Hal itu akan sudah menjadi pengetahuan yang menghibur. Itu juga berarti bahwa orang lain telah menyediakan, kemungkinan besar, teladan daya tahan untuk mereka ikuti, dan mereka pada gilirannya dapat mendorong orang lain dengan keteguhan mereka.
Seberapa pentingkah bagi orang-orang Kristen ini untuk tetap setia! Ingatlah gambaran cara orang-orang Kristen ini difitnah dan dianiaya di abad pertama? Akankah sulit bagi Anda untuk setia jika harus mengorbankan pekerjaan Anda, kebebasan Anda, atau bahkan nyawa Anda? Hal itu akan sama sulitnya bagi orang-orang Kristen waktu itu untuk tetap setia. Namun demikian, kesetiaan adalah persis apa yang Allah harapkan dari mereka dan apa yang Allah harapkan dari Anda. Apapun biayanya, Tuhan ingin Anda tetap "teguh dalam iman Anda." Seberapa kuatkah iman Anda? Cara Anda bertindak pada hari-hari yang cerah tidak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, cara Anda bertindak pada hari-hari yang suram dan kelabu, "ketika keadaan menjadi sulit," itulah yang memberitahu kita seberapa kuat iman Anda!
Jadi Anda memiliki masalah? Lawanlah Iblis; berdirilah dengan teguh dan jangan goyah! Apapun provokasinya, apapun penganiayaannya, apapun godaannya—jangan pernah menyerah! Berdiri teguh dalam iman.
KESIMPULAN
Inilah hal yang perlu Anda lakukan untuk "memiliki akhir yang menyenangkan": Rendahkah diri Anda di hadapan Allah. Serahkanlah semua kekhawatiran Anda kepada Allah. Sadarlah dan berjaga-jaga. Lawanlah Iblis dengan berdiri teguh dalam iman Anda. Jika Anda melakukan semua ini, akan seperti apakah hasilnya? "Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya" (5:10). Akan ada pertolongan dalam kehidupan ini dan kemuliaan kekal di akhirat nanti! Siapakah yang bisa meminta akhir yang lebih menyenangkan daripada yang ini?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alkitab NIV mengadopsi praktik penggunaan hanya satu ejaan untuk nama tokoh-tokoh Alkitab kecuali ada alasan kontekstual tertentu ...
Catatan Akhir:
- 1 Alkitab NIV mengadopsi praktik penggunaan hanya satu ejaan untuk nama tokoh-tokoh Alkitab kecuali ada alasan kontekstual tertentu untuk mempertahankan sebuah perbedaan. Jadi nama-nama yang ditransliterasikan dari bahasa Ibrani dan yang diterjemahkan dari bahasa Yunani akan dieja sama. Selanjutnya, tokoh-tokoh yang memiliki berbagai nama, misalnya, Kefas, Petrus, Simon, akan sering diberikan satu nama sehingga para pembaca bahasa Inggris/Indonesia dapat mengidentifikasi mereka dengan mudah.
- 2 Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 23-24.
- 3 Ibid., 25-31.21
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi