Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Gal 6:16
Full Life: Gal 6:16 - ISRAEL MILIK ALLAH.
Nas : Gal 6:16
Istilah ini menunjuk kepada segenap umat Allah di bawah perjanjian
yang baru, yaitu orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi. Semua yan...
Nas : Gal 6:16
Istilah ini menunjuk kepada segenap umat Allah di bawah perjanjian yang baru, yaitu orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi. Semua yang melalui "salib Tuhan kita Yesus Kristus" disalibkan bagi dunia (ayat Gal 6:14) dan "menjadi ciptaan baru" (ayat Gal 6:15) adalah "Israel milik Allah" yang sejati (bd. Rom 2:28-29; 9:7-8; Ef 2:14-22; Fili 3:3; 1Pet 2:9).
Jerusalem -> Gal 6:16
Jerusalem: Gal 6:16 - Israel milik Allah Ialah umat Kristen yang menjadi ahli waris janji-janji Allah, bdk Gal 3:6-9,29; 4:21-31; Rom 9:6-8; dan diperlawankan dengan "Israel menurut daging", ...
Ialah umat Kristen yang menjadi ahli waris janji-janji Allah, bdk Gal 3:6-9,29; 4:21-31; Rom 9:6-8; dan diperlawankan dengan "Israel menurut daging", 1Ko 10:18.
Ende -> Gal 6:16
Ende: Gal 6:16 - Kaum Israel milik Allah kaum Israel sedjati, keturunan Abraham berdasarkan
djandji, jaitu berdasarkan kepertjajaan.
kaum Israel sedjati, keturunan Abraham berdasarkan djandji, jaitu berdasarkan kepertjajaan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Gal 6:11-18
Matthew Henry: Gal 6:11-18 - Ciri-ciri Guru-guru yang Menggoda; Keberhasilan Salib Kristus; Berkat Kerasulan Ciri-ciri Guru-guru yang Menggoda; Keberhasilan Salib Kristus; Berkat Kerasulan (6:11-18)
Setelah panjang lebar menguraikan ajaran Injil, dan berus...
Ciri-ciri Guru-guru yang Menggoda; Keberhasilan Salib Kristus; Berkat Kerasulan (6:11-18)
- Setelah panjang lebar menguraikan ajaran Injil, dan berusaha meyakinkan orang-orang Kristen ini untuk berperilaku sesuai ajaran itu, Rasul Paulus di sini tampak bermaksud mengakhiri surat ini. Ini terutama ketika ia memberi tahu mereka bahwa, sebagai tanda khusus dari penghormatannya terhadap mereka, ia menulis surat panjang ini dengan tangannya sendiri, dan tidak memakai orang lain sebagai juru tulisnya, dengan hanya menuliskan namanya di surat itu, seperti yang biasa dilakukannya dalam surat-surat lain. Tetapi demikianlah kasih sayangnya kepada mereka, demikianlah kepeduliannya untuk memulihkan mereka dari kesan-kesan buruk yang ditinggalkan oleh guru-guru palsu pada mereka, sehingga ia tidak bisa pamit sebelum menggambarkan sekali lagi kepada mereka tabiat yang sebenarnya dari guru-guru itu, dan gambaran tentang sikap dan perilakunya sendiri yang bertentangan. Dengan membandingkan itu bersama-sama, mereka diharapkan bisa dengan mudah melihat betapa tidak beralasan bagi mereka untuk meninggalkan ajaran yang sudah diajarkannya kepada mereka dan mengikuti ajaran guru-guru palsu itu.
- I. Ia menggambarkan kepada mereka tabiat yang sebenarnya dari guru-guru yang giat menggoda mereka itu, dengan memberikan sejumlah contoh khusus, seperti,
- 1. Mereka adalah orang-orang yang secara lahiriah suka menonjolkan diri (ay. 12). Mereka sangat bersemangat melakukan hal-hal lahiriah dari agama. Mereka menjadi yang terdepan dalam menjalankan, dan menyuruh orang lain untuk menjalankan, upacara-upacara agama, walaupun pada saat yang sama mereka hanya sedikit atau sama sekali tidak peduli dengan kesalehan yang sesungguhnya. Sebab, seperti yang dikatakan Rasul Paulus tentang mereka di ayat berikutnya, mereka sendiri tidak memelihara hukum Taurat. Tidak ada yang lebih diinginkan oleh hati yang sombong, angkuh, dan bersifat kedagingan selain memamerkan hal-hal lahiriah, dan mereka puas menjalankan perintah agama sejauh itu membantu mereka mempertahankan pamer itu. Tetapi sering kali orang-orang yang paling ingin memamerkan agama, paling sedikit memahami hakikatnya.
- 2. Mereka adalah orang-orang yang takut menderita, sebab mereka menyuruh orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. Mereka melakukan itu bukan karena mereka memperhatikan hukum Taurat, melainkan demi kepentingan diri mereka sendiri. Mereka hanya ingin tidur aman dan menyelamatkan barang-barang duniawi mereka, tak peduli bila hal itu akan membuat karam kapal iman dan hati nurani mereka. Apa yang terutama mereka inginkan adalah menyenangkan hati orang-orang Yahudi, dan menjaga nama baik mereka di antara orang-orang itu, dan dengan demikian mencegah masalah seperti yang biasanya dialami Paulus dan orang lain yang setia mengakui ajaran Kristus. Dan,
- 3. Tabiat lainnya adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang hanya mementingkan golongan, dan tidak mempunyai semangat untuk menjalankan hukum Taurat lebih jauh daripada yang bisa memenuhi maksud-maksud mereka yang bersifat kedagingan dan mementingkan diri. Sebab mereka ingin supaya orang-orang Kristen ini disunat, agar mereka dapat bermegah atas keadaan lahiriah orang-orang itu (ay. 13), agar mereka bisa berkata bahwa mereka berhasil membuat orang-orang itu berpihak pada mereka, dan membuat mereka pindah agama, yang tandanya ada pada tubuh mereka. Dengan demikian, walaupun mengaku-ngaku memajukan agama, mereka sebenarnya adalah musuh-musuhnya yang terbesar. Sebab, tidak ada hal lain yang lebih merusak kepentingan agama selain semangat untuk memihak suatu kalangan atau membentuk suatu golongan.
- II. Pada sisi lain, Rasul Paulus memberitahukan kepada kita sikap dan perilakunya sendiri. Dia juga menyatakan pengakuan iman, harapan, dan sukacitanya sendiri. Khususnya,
- 1. Bahwa ia terutama bermegah di dalam salib Kristus: Aku sekali-kali tidak mau bermegah, katanya, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus (ay. 14). Yang dimaksudkan dengan salib Kristus di sini adalah penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib, atau ajaran keselamatan oleh Juruselamat yang disalibkan. Inilah yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi dan dianggap bodoh oleh orang-orang Yunani. Guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi sendiri, walaupun sudah memeluk Kekristenan, begitu malu dengan salib Kristus, sampai-sampai untuk menuruti orang-orang Yahudi, dan untuk menghindari penganiayaan dari orang-orang itu, mereka mencampuradukkan pelaksanaan hukum Musa dengan iman kepada Kristus sebagai hal yang penting untuk memperoleh keselamatan. Tetapi Paulus mempunyai pendapat yang sangat berbeda tentangnya. Ia sama sekali tidak tersandung oleh salib Kristus, atau malu dengannya, atau takut mengakuinya, tetapi justru bermegah di dalamnya. Bahkan, ia tidak mau bermegah dalam hal lain, dan dengan perasaan yang sangat jijik menolak menempatkan apa saja untuk bersaing melawan salib Kristus sebagai sesuatu yang dihargainya. Aku sekali-kali tidak mau, dst. Ini merupakan dasar dari segala pengharapannya sebagai orang Kristen. Ini adalah ajaran yang, sebagai seorang rasul, bertekad untuk diberitakannya. Dan, apa pun ujian yang mungkin menimpanya karena kesetiaannya yang teguh terhadap ajaran itu, ia tidak saja siap untuk berserah padanya, tetapi juga untuk bersukacita di dalamnya. Perhatikanlah, salib Kristus adalah kemuliaan utama dari orang Kristen yang baik, dan ada alasan yang sangat kuat mengapa kita harus bermegah di dalamnya, sebab kepadanya kita berutang segala sukacita dan pengharapan kita.
- 2. Bahwa ia mati terhadap dunia. Oleh Kristus, atau oleh salib Kristus, dunia telah disalibkan baginya dan ia bagi dunia. Ia sudah mengalami kekuatan dan kuasa dari salib itu dalam menjauhkannya dari dunia, dan ini merupakan salah satu alasan kuat mengapa ia bermegah di dalamnya. Guru-guru palsu itu adalah orang-orang yang bersikap duniawi, yang terutama mereka pedulikan adalah kepentingan-kepentingan duniawi mereka, dan karena itu mereka menyesuaikan agama mereka dengan kepentingan-kepentingan itu. Tetapi Paulus adalah seorang yang berjiwa lain. Sebagaimana dunia tidak berbaik hati terhadap dia, demikian pula ia tidak terlalu peduli dengan dunia. Ia sudah mengatasi baik senyuman maupun kernyit dahi dunia, dan merasa tak acuh terhadapnya seperti orang yang sudah mati dan keluar dari dunia. Ini adalah sikap pikiran yang harus berusaha diperoleh semua orang Kristen. Dan cara terbaik untuk memperolehnya adalah dengan mengenal baik salib Kristus. Semakin tinggi penghormatan kita terhadap-Nya, semakin rendah pendapat kita tentang dunia. Dan semakin sering kita merenungkan penderitaan-penderitaan yang dialami oleh Juruselamat kita yang terkasih dari dunia, semakin kecil kemungkinan kita untuk mencintai dunia.
- 3. Bahwa Rasul Paulus tidak menekankan agamanya pada satu atau lain sisi dari pihak-pihak yang berseteru, melainkan pada Kekristenan yang sehat (ay. 15). Pada waktu itu, ada perpecahan yang tidak menyenangkan di antara orang-orang Kristen. Bersunat atau tidak bersunat menjadi nama yang dengannya mereka saling membedakan diri. Sebab (2:9, 12) orang-orang Kristen keturunan Yahudi disebut orang-orang bersunat, dan saudara-saudara yang bersunat. Guru-guru palsu sangat gigih membela sunat. Bahkan, mereka sedemikian gigihnya sehingga menggambarkan sunat sebagai hal yang penting untuk memperoleh keselamatan, dan karena itu mereka berbuat semampu mungkin untuk membuat orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi untuk tunduk pada ketentuan sunat. Dalam hal ini mereka memperlakukan masalah sunat lebih jauh daripada orang lain. Sebab, walaupun para rasul membolehkan sunat di kalangan keturunan Yahudi yang bertobat, namun mereka sama sekali tidak mau memaksakannya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Tetapi apa persisnya yang begitu ditekankan oleh guru-guru itu, Paulus sangat sedikit menceritakannya. Memang sangatlah penting bagi kepentingan Kekristenan bahwa sunat tidak boleh dipaksakan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang bertobat, dan karena itu hal ini dilawannya habis-habisan. Tetapi kalau sekadar masalah bersunat atau tidak bersunat, entah orang-orang yang sudah memeluk agama Kristen itu keturunan Yahudi atau bukan, dan apakah mereka mendukung atau menentang penerusan kebiasaan sunat, supaya mereka tidak menempatkan agama hanya pada masalah sunat, ini masalah yang dianggap kurang penting oleh Paulus. Sebab ia tahu betul bahwa di dalam Yesus Kristus, yaitu dalam pandangan-Nya, atau di zaman anugerah, bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya dalam kaitannya dengan perkenanan Allah, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Di sini ia mengajar kita apa yang merupakan hakikat dari agama yang sejati dan apa yang bukan. Hakikat agama tidak terletak pada bersunat atau tidak bersunat, menjadi anggota gereja ini atau itu. Hakikat agama terletak pada hal bahwa kita menjadi ciptaan baru. Bukan dengan memiliki nama baru, atau menampilkan wajah baru, melainkan pada bagaimana akal budi kita diperbaharui dan Kristus terbentuk dalam diri kita. Inilah yang paling diperhitungkan oleh Allah, dan demikian juga oleh Rasul Paulus. Jika kita membandingkan pernyataan ini dengan beberapa pernyataan lain, kita dapat melihat lebih penuh apa yang membuat kita berkenan pada Allah, dan karena itu apa yang terutama harus kita pedulikan. Di sini kita diberi tahu bahwa hal yang dimaksud itu adalah menjadi ciptaan baru, dan dalam pasal 5:6, bahwa itu adalah iman yang bekerja oleh kasih, dan dalam 19, bahwa itu adalah mentaati hukum-hukum Allah. Dari semuanya ini tampak bahwa dengan perubahan akal budi dan hatilah kita dicondongkan dan dimampukan untuk percaya pada Tuhan Yesus dan hidup mengabdi kepada Allah. Dan bahwa apabila agama yang batiniah, yang hidup, dan yang praktis ini tidak ada, maka pengakuan-pengakuan lahiriah atau nama-nama khusus apa pun tidak akan bisa membela kita, atau cukup membuat kita baik di mata-Nya. Seandainya orang-orang Kristen dengan semestinya berkeinginan untuk mengalami hal ini dalam diri mereka sendiri, dan mengusahakannya dalam diri orang lain, kalaupun itu tidak membuat mereka mengesampingkan nama-nama mereka yang istimewa, setidak-tidaknya itu akan membuat mereka tidak lagi begitu menekankannya sebagaimana yang begitu sering mereka lakukan. Perhatikanlah, orang-orang Kristen harus berusaha memperhatikan dengan saksama apa yang telah Allah tekankan dalam agama mereka, yaitu pada hal-hal yang bisa membuat kita berkenan pada-Nya. Demikianlah yang kita lihat dilakukan oleh Rasul Paulus. Kita berhikmat dan memenuhi kepentingan kita sendiri jika kita mengikuti teladannya dalam hal ini. Setelah Rasul Paulus menunjukkan apa yang terutama harus dipertimbangkan dalam agama, dan apa yang teramat ditekankannya, yaitu bukan nama atau pengakuan yang kosong, melainkan perubahan yang utuh dan menyelamatkan, dalam ayat 16 ia mengucapkan berkat atas semua orang yang hidup menurut patokan ini: Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah. Patokan yang dibicarakannya di sini adalah, secara lebih umum, bisa berarti firman Allah secara keseluruhan, yang merupakan patokan lengkap dan sempurna dari iman dan hidup. Atau ajaran Injil, atau jalan pembenaran dan keselamatan, yang sudah dipaparkannya dalam surat ini, yaitu oleh iman di dalam Kristus tanpa pelaksanaan hukum Taurat. Atau patokan itu juga bisa dipandang sebagai merujuk lebih langsung pada ciptaan baru, yang baru saja dia bicarakan sebelumnya. Berkat-berkat yang diinginkannya untuk mereka yang hidup sesuai patokan ini, atau supaya mereka memperoleh harapan dan pandangan baru (sebab berkat itu bisa dipandang sebagai doa atau janji), adalah damai sejahtera dan rahmat, yaitu damai sejahtera dengan Allah dan hati nurani, dan semua penghiburan dalam hidup ini sejauh yang mereka perlukan, dan rahmat, atau bagian dalam kasih dan perkenanan Allah yang cuma-cuma di dalam Kristus, yang merupakan sumber dari semua berkat lain. Ada suatu dasar yang diletakkan dalam diri mereka yang mengerjakan perubahan yang penuh rahmat ini. Dan selama mereka berperilaku seperti ciptaan baru, dan mengatur hidup serta harapan mereka sesuai patokan Injil, mereka boleh yakin sepenuhnya akan mendapatkan damai sejahtera dan rahmat itu. Semuanya ini, katanya, akan menjadi bagian dari seluruh Israel milik Allah. Yang dimaksudkannya di sini adalah semua orang Kristen yang tulus, entah berasal dari keturunan Yahudi atau bukan, semua yang merupakan orang-orang Israel sejati, yang walaupun bukan keturunan asli, menjadi keturunan Abraham secara rohani. Mereka ini, sebagai ahli waris dari iman Abraham, juga menjadi ahli waris bersama-sama dengan dia dari janji yang sama, dan karenanya berhak memperoleh damai sejahtera dan rahmat yang dibicarakan di sini. Orang-orang Yahudi dan guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi ingin membatasi berkat-berkat ini hanya pada orang-orang yang bersunat dan memelihara hukum Musa. Sebaliknya, Rasul Paulus menyatakan bahwa itu semua menjadi milik semua orang yang hidup sesuai dengan patokan Injil, atau mereka yang menjadi ciptaan baru, bahkan seluruh Israel milik Allah. Di sini tersirat bahwa yang merupakan umat Israel sejati milik Allah hanyalah mereka yang hidup menurut patokan ini, dan bukan menurut sunat, yang bersikukuh mereka tekankan. Dan karena itu, inilah jalan yang benar untuk memperoleh damai sejahtera dan rahmat. Perhatikanlah,
- (1) Orang-orang Kristen yang sejati adalah mereka yang hidup menurut patokan. Bukan patokan yang mereka buat sendiri, melainkan yang sudah ditentukan Allah sendiri untuk mereka.
- (2) Bahkan mereka yang hidup menurut patokan ini pun masih memerlukan rahmat Allah. Tetapi,
- (3) Semua orang yang dengan tulus berusaha hidup menurut patokan ini boleh yakin bahwa damai sejahtera dan rahmat akan turun atas mereka. Inilah jalan terbaik untuk memperoleh damai sejahtera dengan Allah, dengan diri kita sendiri, dan dengan orang lain. Dan dalam hal ini, sebagaimana kita boleh yakin akan mendapat perkenanan Allah di kehidupan ini, demikian pula kita boleh yakin akan mendapat rahmat-Nya di kehidupan nanti.
- 4. Bahwa Rasul Paulus dengan riang hati sudah menderita penganiayaan demi Kristus dan Kekristenan (ay. 17). Karena salib Kristus, atau ajaran keselamatan oleh Juruselamat yang disalibkan, adalah apa yang terutama dimegahkannya, maka ia rela menghadapi segala bahaya daripada harus mengkhianati kebenaran ini, atau membiarkannya dirusakkan. Guru-guru palsu takut akan penganiayaan, dan ini merupakan alasan kuat mengapa mereka bersemangat membela sunat, seperti yang kita lihat dalam ayat 12. Tetapi hal penganiayaan ini sama sekali tidak dipedulikan Paulus. Ia tidak goyah oleh penderitaan apa saja yang menimpanya, tidak pula ia menghiraukan nyawanya sedikit pun, asal saja ia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadanya untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:24). Ia sudah banyak menderita demi membela kepentingan Kristus, sebab pada tubuhnya ada tanda-tanda milik Yesus, yaitu bekas-bekas luka yang melekat padanya dari musuh-musuh yang menganiaya, karena kesetiaannya yang tak goyah terhadap Kristus, dan ajaran Injil yang sudah diterimanya dari Dia. Sebagaimana tampak dari sini bahwa ia yakin betul akan kebenaran dan pentingnya ajaran Kristus, dan bahwa ia sama sekali tidak membela sunat, seperti yang secara keliru dibicarakan orang-orang tentang dia, demikian pula dalam hal ini, dengan kehangatan dan kegigihan yang pantas, sesuai dengan wewenangnya sebagai rasul dan apa yang sedang dipikirkannya secara mendalam, ia menegaskan supaya mulai sekarang jangan ada orang yang menyusahkannya. Yaitu, dengan menentang ajaran atau wewenangnya, atau dengan segala macam fitnah dan celaan seperti yang sudah dialamatkan kepadanya. Sebagaimana, berdasarkan apa yang sudah dikatakan dan yang sudah dideritanya, semua fitnah dan celaan itu tampak betul-betul tidak adil dan menyakitkan, demikian pula sangat tidak berakallah mereka yang sudah menyebarkan atau mempercayainya. Perhatikanlah,
- (1) Wajar saja untuk beranggapan bahwa jika orang rela menderita demi membela suatu kebenaran, maka ia sepenuhnya yakin akan kebenaran itu.
- (2) Sangat tidak adil menuduh orang lain melakukan hal-hal yang bertentangan bukan hanya dengan apa yang mereka akui, melainkan juga dengan apa yang sudah mereka derita.
- III. Setelah menyelesaikan apa yang berniat ditulisnya untuk menginsafkan dan memulihkan jemaat-jemaat di Galatia, Rasul Paulus menutup surat ini dengan berkat kerasulannya (ay. 18). Ia menyebut mereka sebagai saudara-saudaranya. Dalam hal ini ia menunjukkan kerendahan hatinya yang besar, dan kasih sayangnya terhadap mereka, kendati dengan perlakuan buruk yang sudah diterimanya dari mereka. Dan ia berpamitan dari mereka dengan mengucapkan doa yang sangat sungguh-sungguh dan penuh perasaan ini, yaitu agar kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh mereka. Ini adalah salam perpisahan yang biasa diucapkan Rasul Paulus, seperti yang kita lihat dalam 20, 24 dan 23. Dan dalam hal ini ia berdoa supaya mereka menikmati perkenanan Kristus, baik dalam dampak-dampaknya secara khusus maupun dalam bukti-buktinya yang terlihat. Ia berdoa supaya mereka menerima dari Dia segala kasih karunia yang perlu untuk membimbing mereka di jalan mereka, untuk menguatkan mereka dalam pekerjaan mereka, untuk memantapkan mereka dalam hidup Kristen mereka, dan untuk mendorong serta menghibur mereka di bawah segala cobaan hidup dan dalam menghadapi kematian itu sendiri. Tepatlah bila ini disebut sebagai kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya yang menebus bagi kita kasih karunia itu dan yang ditunjuk untuk membagi-bagikannya. Dan walaupun jemaat-jemaat ini sudah berbuat cukup untuk membuat mereka kehilangan kasih karunia itu, dengan membiarkan diri tertawan oleh pendapat dan perbuatan yang sangat tidak menghormati Kristus, dan yang juga berbahaya bagi mereka, namun dari kepeduliannya yang besar terhadap mereka, dan karena tahu betapa pentingnya hal itu bagi mereka, ia menginginkan kasih karunia itu dengan sungguh-sungguh untuk mereka. Bahkan, ia ingin supaya kasih karunia itu menyertai roh mereka, supaya mereka bisa terus-menerus mengalami pengaruhnya di dalam jiwa mereka, yang akan mencondongkan dan memampukan mereka untuk bertindak dengan tulus dan lurus di dalam beragama. Tak ada lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia selain kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus. Kasih karunia ini dimohonkan oleh Rasul Paulus untuk orang-orang Kristen ini, dan dalam hal ini ia menunjukkan kepada kita apa yang terutama harus menjadi kepedulian kita untuk kita peroleh. Dan, untuk mendorong jemaat Galatia itu, dan kita juga, agar mengharapkannya, ia menambahkan kata Amin.
SH: Gal 6:11-18 - Mana yang penting: iman atau tanda? (Minggu, 19 Juni 2005) Mana yang penting: iman atau tanda?
Kekristenan sering dihubungkan dengan hal-hal yang lahiriah,
seperti salib, lilin, buku Alkitab, atau hal-ha...
Mana yang penting: iman atau tanda?
Kekristenan sering dihubungkan dengan hal-hal yang lahiriah,
seperti salib, lilin, buku Alkitab, atau hal-hal yang formal
seremonial seperti sakramen baptisan dan sakramen perjamuan
kudus. Hal-hal itu memang penting sejauh berfungsi sebagai
sarana dan bukan menjadi inti iman. Bila hal-hal tersebut
mendapatkan penekanan yang berlebihan maka bisa berakibat
hal-hal yang lebih mendasar, seperti iman, terabaikan.
Pada bagian akhir suratnya, Paulus menyimpulkan bahwa orang-orang
yang memaksa jemaat Galatia untuk disunat adalah orang-orang
yang memegahkan hal-hal lahiriah sebagai tanda kesalehan. Pada
hakikatnya orang sedemikian sebenarnya mengingkari iman Kristen
sejati (ayat 12). Mereka adalah orang-orang munafik yang
menuntut orang lain menaati ajaran mereka sementara mereka
sendiri menghindar semua beban berat itu (ayat 13; bandingkan
dengan teguran Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi di
Ketika kekristenan hanya berhenti sebatas tanda lahiriah maka ada begitu banyak kerugian yang akan dialami oleh orang Kristen. Imannya akan mandek bahkan dalam bahaya mati karena tidak lagi menjadi dasar hidup kekristenannya. Yang muncul adalah sejenis kemunafikan. Dari luar kelihatan saleh, tetapi di dalam imannya keropos. Bagaimana mungkin kekristenan seperti itu bisa bertahan menghadapi badai pencobaan? Semudah orang menyembunyikan kalung salib agar tidak ketahuan sebagai orang Kristen, segampang itulah orang menyangkali Tuhannya kalau kualitas kekristenannya hanya sebatas "kulit".
Renungkan: Iman sejati akan mewujud dalam kesaksian hidup yang memberkati orang lain.
SH: Gal 6:11-18 - Ciptaan baru (Sabtu, 3 September 2011) Ciptaan baru
Membaca perikop ini kita lihat bahwa orang Kristen bukan terdiri dari satu ragam saja. Ada tipe orang Kristen yang senang cari nama, ada...
Ciptaan baru
Membaca perikop ini kita lihat bahwa orang Kristen bukan terdiri dari satu ragam saja. Ada tipe orang Kristen yang senang cari nama, ada yang ingin menghindar dari konsekuensi sebagai pengikut Kristus, dan ada juga yang rela menanggung sengsara karena Kristus dan sedia melayani orang lain.
Yang pertama adalah tipe seperti orang Kristen Yahudi. Mereka memaksa orang Kristen Galatia untuk disunat (11-12). Mereka seolah ingin menyatakan bahwa keselamatan di dalam Kristus baru lengkap bila orang Galatia telah disunat. Ini kesalahan besar dan Paulus geram karenanya. Kekristenan jelas bicara tentang apa yang Allah lakukan bagi manusia dan bukan apa yang manusia kerjakan bagi Allah. Kekristenan bicara soal kasih karunia dan bukan ketaatan melakukan Taurat, karena untuk beroleh pembenaran dari Allah, orang hanya perlu percaya Kristus. Lagi pula orang yang mengagung-agungkan Taurat biasanya juga bukan orang yang taat total pada Taurat (13). Kita tentu masih ingat kemunafikan ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka hanya bisa menyuruh orang taat atau menghukum yang tidak taat, tetapi tindakan mereka sendiri nol besar! Selain itu Paulus tahu maksud mereka yang terselubung karena pertambahan orang yang disunat seolah prestasi bagi mereka (13). Lalu ada hal lain yang tidak kalah penting. Rupanya sunat dijadikan tanda untuk menghindar dari penganiayaan sebagai konsekuensi iman mereka. Orang-orang Kristen Yahudi memilih berpijak di atas doktrin yang keliru daripada dianiaya karena iman kepada Kristus.
Yang kedua adalah tipe seperti Paulus, ia lebih memilih menerima stigmata (tanda lahiriah oleh penganiayaan karena salib Tuhan Yesus) daripada tanda sunat.
Tipe yang manakah kita? Yang senang mendorong orang lain untuk melakukan kebenaran padahal kita sendiri tidak melakukannya? Yang senang menambah-nambahi kebenaran dengan berbagai tradisi dan pemikiran sendiri? Atau yang berani menyuarakan kebenaran meski berseberangan dengan orang lain? Kiranya kita bukan hanya menjadi pendengar firman saja, tetapi menjadi pelaku juga.
SH: Gal 6:11-18 - Kerohanian yang Sejati (Jumat, 20 September 2019) Kerohanian yang Sejati
Kesalehan dan kualitas kerohanian seseorang tidak dilihat dari penampilan luarnya. Praktik keagamaan yang dijalani dengan keta...
Kerohanian yang Sejati
Kesalehan dan kualitas kerohanian seseorang tidak dilihat dari penampilan luarnya. Praktik keagamaan yang dijalani dengan ketat tidak otomatis membuat seseorang lebih suci. Hanya penghayatan dan ketaatan pada firman Allah yang bisa mengubah seseorang. Pendeknya, proses perubahan terjadi dari dalam dan tampak ke luar melalui tindakan.
Fenomena seperti inilah yang terjadi di jemaat Galatia. Rupa-rupanya, orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen memaksa mereka untuk tetap melakukan hukum Taurat, yaitu sunat. Mereka beranggapan bahwa menjadi Kristen tidak cukup hanya dengan percaya kepada Kristus, tetapi harus juga melaksanakan Hukum Taurat.
Paulus memberi penjelasan pada bagian akhir suratnya kepada jemaat Galatia. Bagi Paulus, alasan mereka yang menekankan sunat dan Hukum Taurat hanya karena takut dianiaya (12). Bahkan, ada yang melakukan semua itu supaya mereka dianggap lebih saleh daripada yang lain. Padahal, semua itu sia-sia.
Pada dasarnya, sunat sudah tidak mempunyai arti lagi karena satu-satunya hal yang penting adalah menjadi ciptaan baru dalam Kristus (15). Paulus ingin mengatakan bahwa percuma jemaat tampak rohani dari luar, tetapi nilai dan cara hidupnya jauh dari Tuhan. Sebaliknya ketika menjadi ciptaan baru, mereka berubah dari dalam dan berbuah ke luar. Itulah kerohanian yang sejati.
Hari ini kita banyak melihat orang berpenampilan rohani, namun kehidupannya mengecewakan. Hal ini tentu tidak mengherankan karena bertumbuh secara rohani tidak semudah mengubah penampilan kita menjadi lebih alim. Kita menjadi dewasa dalam kerohanian ketika mengalami perubahan dari dalam. Seiring dengan hal itu, penampilan luar kita akan mengikuti sebagai buahnya. Sebab itu, kita jangan hanya fokus pada penampilan lahiriah, tetapi utamakanlah menjadi ciptaan baru yang mengenal Tuhan, taat pada firman-Nya, dan mengasihi-Nya. Dengan begitu, usaha kita tidak akan sia-sia.
Doa: Tuhan, tolong kami menjadi ciptaan yang baru dengan hidup seturut firman-Mu. [ST]
Utley -> Gal 6:11-16
Utley: Gal 6:11-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 6:11-1611 Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri. 12 Mereka yang secara lah...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 6:11-16
11 Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri. 12 Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. 13 Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. 14 Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. 15 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. 16 Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.
Gal 6:11 "Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Paulus mendiktekan surat-suratnya kepada seorang juru tulis (lih. Rom 16:22). Beberapa melihat kata-kata akhir ini dalam tulisan tangan Paulus sendiri sebagai cara Paulus untuk memverifikasi kebenaran surat-suratnya, dalam terang 2Tes 2:2. Kita mengetahui dari beberapa surat-surat Paulus bahwa ia menuliskan kalimat penutup dengan tangannya sendiri (lih. 1Kor 16:21; Kol 4:18; 2Tes 3:17 dan Fil ay 19). Berhubung saya percaya bahwa duri dalam daging Paulus adalah Ophthalmia Oriental, ini merupakan suatu bukti tambahan akan keperluannya untuk menulis, tidak dalam tulisan yang kecil dan singkat dari seorang juru tulis, tetapi dengan corat-coret tangan seseorang yang buta sebagian.
- NASB "Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri"
- NKJV "Sebanyak keinginan untuk secara lahiriah suka menonjolkan diri"
- NRSV "orang-orang inilah yang secara lahiriah ingin menonjolkan diri"
- TEV "Mereka yang ingin pamer dan membual tentang hal-hal eksternal"
- NJB "Ini hanya kepentingan diri sendiri"
Kaum Yudais lebih peduli dengan aspek-aspek luar dari agama (lih. Kol 2:16-23), mereka menginginkan pertunjukan keagamaan (lih. Gal 4:17)! Meyakinkan orang Galatia untuk disunat akan menjadi sebuah "bulu di topi mereka (=kehormatan)" (lih. ay. Gal 6:13c). Guru-guru palsu menginginkan penegasan diri dengan mengorbankan orang- orang beriman Galatia.
Untuk "daging" lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
□ "merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat" Ayat Gal 6:12-16 adalah ringkasan dari seluruh surat yang berfokus pada penekanan yang tidak tepat dari guru-guru palsu pada usaha manusia sebagai sarana untuk keselamatan atau untuk menjadi dewasa sepenuhnya. Ini adalah bahaya berulang dalam gereja modern sebagaimana orang percaya menuntut layanan, antusiasme, ritual, kehadiran, pengetahuan Alkitab, doa, atau teknik pemuridan yang baik sebagai sarana untuk menjadi lengkap dalam Kristus. Kebenaran besar dari Paulus adalah bahwa orang percaya adalah lengkap dalam status keberadaan mereka dengan Tuhan ketika mereka telah mempercayai Yesus Kristus dengan iman. Dalam terang penerimaan penuh, baru ini, orang percaya kemudian harus menundukkan diri mereka dalam rasa syukur kepada Allah dan pelayanan kepada orang lain (yaitu, Yak 2:14-26).
□ "hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus" Ini bisa merujuk pada
- 1. Penganiayaan Yahudi (lih. Kis 13:45,50; 14:2,5,19); Kaum Yudais oleh penekanan mereka pada Hukum Musa tidak akan ditolak sekeras pengajaran Paulus tentang kasih karunia dalam Kristus saja
- 2. Penganiayaan Romawi karena Kekristenan bukanlah agama yang diakui sah secara hukum sebagaimana Yudaisme
Sinagoga melembagakan rumus kutukan mereka, yang merupakan suatu cara kerabian untuk memaksa orang Kristen keluar dari rumah ibadat karena mereka tidak akan dan tidak bisa mengatakan "Yesus adalah terkutuk" (lih. Yoh 9:22,35; 12:42 & Yoh 16:2).
Gal 6:13 "Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat." Subyek dari kalimat ini adalah rancu, yang bisa berupa: (1) guru-guru palsu atau (2) petobat-petobat yang agresif dalam gereja-gereja di Galatia. Orang-orang yang berpendapat sunat sebagai cara yang benar dengan Allah bahkan tidak bisa menjaga seluruh Hukum itu sendiri (lih. Rom 2:17-29). Jika anda melanggar hukum satu kali (setelah usia tanggung jawab moral), dalam satu cara, maka Yak 2:10 (dan Gal 5:3) adalah sebuah kebenaran yang harus diperhitungkan!
Gal 6:14 "Tetapi aku sekali-kali tidak mau" Lihat catatan pada Gal 2:17.
□ "bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus" Paulus, dari semua orang, tahu apa artinya ditebus dari kehidupan, semangat yang tidak layak, meskipun itu mungkin (lih. Fili 3:2-16). Pemegahan manusia dikecualikan ketika jasa manusia dikecualikan (lih. Yer 9:23-26; Rom 3:27-28; 1Kor 1:26-31). Lihat Topik Khusus: Bermegah pada Gal 6:4.
□ "sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" Ini adalah kelanjutan metafora di sepanjang Galatia yang berbicara tentang kematian orang percaya terhadap Hukum dan kehidupan mereka bagi Allah dalam Kristus. Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE, yang menekankan suatu status yang terus menerus yang diapai oleh pelaku dari luar, yang di sini, adalah Roh. Metafora ini digunakan dalam Gal 2:19; 5:24, dan di sini untuk mengungkapkan bagaimana semua hal menjadi baru ketika orang percaya mengidentifikasi diri dengan kematian Kristus di kayu salib. Mereka sekarang bebas dari hukum dalam rangka untuk hidup bagi Allah (lih. Rom 6:10-11,12-23).
Untuk "dunia" lihat Topik Khusus: "Kosmos" pada Gal 4:3.
Gal 6:15 "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru" Paulus telah menyebutkan bahwa sunat bukanlah masalahnya (lih. Gal 5:6; Rom 2:28-29; 1Kor 7:18-19). Permasalahannya adalah keselamatan, jika orang percaya mencoba untuk membuat diri mereka bisa diterima oleh Allah dengan usaha manusia, baik orang kafir maupun Yahudi, mereka benar-benar terputus dari karunia-yang benar-benar gratis dari Allah dalam Yesus Kristus. Ada dua cara yang saling meniadakan untuk menjadi benar dengan Allah.
- 1. Injil gratis dari Kristus melalui pertobatan dan iman
- 2. upaya manusia
Paulus menyatakan kembali bahwa sunat bukanlah masalah sebenarnya (tidak juga hukum makanan, lih. 1Kor 8; 10:23-26), tetapi bagaimana seseorang mengejar yang staus keberadaan yang benar dengan Allah dengan memenuhi hukum secara sempurna.
Beberapa naskah kuno Yunani awal menambahkan "di dalam Kristus Yesus" setelah "Sebab" (MSS א , A, C, D, F, G, dan kebanyakan naskah berhuruf kecil dan berbagai versi (lih. NKJV). Namun demikian, versi bahasa Inggris yang paling modern meninggalkannya karena itu tidak ada dalam MSS P40 dan B. UBS4 memberikan peringkat pengecualian ini sebagai "A" (pasti). Ini mungkin adalah asimilasi juru tulis dari Gal 5:6.
□ "tetapi menjadi ciptaan baru" Ini adalah Perjanjian Baru; orang beriman adalah manusia baru di dalam Yesus Kristus! Semua hal-hal lama sudah berlalu dan segala sesuatunya adalah baru (lih. Rom 6:4; 8:19-22; 2Kor 5:17; Ef 2:15; 4:24; Kol 3:10).
Gal 6:16 "Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka" Ini kemungkinan adalah sebuah kutipan lepas dari Mazm 124:5.
Dari kata Yunani "aturan" (kanoni) kata bahasa Inggris "kanon" berasal. Ini adalah sebuah istilah konstruksi yang digunakan untuk sebuah buluh pengukur. Hal ini digunakan di sini untuk merujuk pada Injil (kuk Yesus, lih. Gal 6:2). Perhatikan orang percaya harus berjalan di dalamnya, tidak hanya menegaskannya (lih. Yak 1:22).
□ "Israel milik Allah" Secara signifikan Paulus menyebut Gereja "Israel milik Allah." Dalam tulisannya ia telah menekankan bahwa benih sejati Abraham tidaklah oleh keturunan ras tetapi oleh keturunan iman (lih. Gal 3:7,9,29; Rom 2:28-29; 9:6; Fili 3:3). Injil adalah tentang Yesus, bukan kebangsaan Israel! Orang-orang percaya dalam Kristus adalah "umat Allah" yang sejati!
Topik Teologia -> Gal 6:16
Topik Teologia: Gal 6:16 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
Orang Percaya sebagai Israe...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Israel Baru
- Keselamatan
- Pembenaran
- Sarana Pembenaran
- Pembenaran adalah Bukan dari Usaha Manusia
- Pembenaran adalah Bukan dari Sunat
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Nama-nama Untuk Orang Kristen
- Orang Kristen Disebut Israel
- Gereja
- Israel Milik Allah
- Sunat Perlu untuk Keselamatan
TFTWMS -> Gal 6:12-16
TFTWMS: Gal 6:12-16 - Bersunat Atau Tidak Bersunat Tidak Ada Artinya! "Bersunat Atau Tidak Bersunat Tidak Ada Artinya!" (Galatia 6:12-16)
12 Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang be...
"Bersunat Atau Tidak Bersunat Tidak Ada Artinya!" (Galatia 6:12-16)
12 Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. 13 Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. 14 Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. 15 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. 16 Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.
Ayat 12. Sebelum mengakhiri suratnya, Paulus mengembalikan perhatiannya kepada ancaman guru-guru Yudaisme: Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat. Ia sedang bicara tentang orang Kristen Yahudi—orang-orang Yahudi yang telah menerima Yesus sebagai Mesias namun masih berkeras untuk menyunat orang Kristen bukan Yahudi.
Dalam dunia Yunani-Romawi, penekanan yang besar diberikan di atas kehormatan versus kehinaan. Bukannya merasa hina, guru-guru Yudaisme itu malah ingin "menonjolkan diri" (eujproswpe÷w, euprosōpeō). Kata itu hanya muncul di sini di dalam Perjanjian Baru, dan kata itu sangat jarang ditulis dalam literatur Yunani.23Ini adalah kombinasi dari kata-kata "baik" (eu, eu) dan "wajah" (pro÷swpon, prosōpon), sebagaimana penekanan istilah itu adalah pada tampilan luar. Istilah "daging" (sa÷rx, sarx) tampaknya digunakan secara harfiah di sini; karena kata itu diikuti dengan istilah "sunat." Sikap guru-guru Yudaisme itu yang "secara lahiriah suka menonjolkan diri" memiliki kaitan dengan penyunatan orang Kristen bukan Yahudi. Kata kerja "memaksa" (ajnagka÷zw, anankazō) diulang dari 2:3 dan 2:14; ayat-ayat ini juga berhubungan dengan desakan agar orang-orang bukan Yahudi mengadopsi sunat dan praktik-praktik lain orang Yahudi.
Bagaimanakah sunat lahiriah ini dapat sangat berarti bagi orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias? Bagaimanakah mereka masih dapat bertahan dalam operasi kecil ini sampai-sampai mereka tidak mau makan bersama saudara bukan Yahudi yang tidak bersunat (lihat 2:11-21)? Bagaimanapun, bangsa-bangsa lain ini telah dibaptiskan ke dalam Kristus dan telah menerima "karunia Roh Kudus" yang sama yang juga dianugerahkan kepada orang-orang Yahudi yang telah merespons dengan taat kepada khotbah Petrus pada hari Pentakosta.24
Pertanyaan-pertanyaan ini umumnya dijawab oleh kalimat berikutnya: hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. Namun begitu, penjelasan ini tidak menentukan identitas orang-orang yang menjadi ancaman bagi guru-guru Yudaisme itu. Kemungkinan besar, para penganiaya ini adalah orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Orang-orang seperti itu pernah meng-ancam nyawa Paulus tidak hanya di Yerusalem, tetapi juga di wilayah Galatia (Kisah 9:28-30; 13:44-52; 14:1-7, 19, 20). Mereka membenci pesan Paulus bahwa orang bukan Yahudi dapat berkenan di hadapan Allah melalui kematian Kristus tanpa disunat (lihat komentar tentang 5:11).
Dalam kasus sekarang, ancaman itu mungkin berasal dari orang-orang Yahudi yang bersemangat di Yerusalem yang tidak percaya kepada Yesus. Guru-guru Yudaisme itu mungkin saja berpikir bahwa jika mereka dapat meyakinkan orang-orang Kristen bukan Yahudi di Galatia untuk disunat, maka hal itu dapat melindungi gereja Yerusalem dan jemaat Yahudi lainnya di Yudea untuk tidak dianiaya oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya karena mereka bergaul dengan orang-orang bukan Yahudi yang tidak disunat.25Guru-guru Yahudi itu dapat melaporkan kepada pihak berwenang di Yerusalem bahwa mereka sebenarnya sedang menghasilkan banyak mualaf Yudaisme. Dengan cara ini, mereka mencoba meminimalkan dampak "salib Kristus."
Kemungkinan lain, meski tidak terlepas dari kemungkinan sebelumnya, adalah bahwa para penganiaya yang tersembunyi itu adalah orang-orang Yahudi yang tidak percaya yang tinggal di provinsi Galatia. Guru-guru Yudaisme itu mungkin ingin mempertahankan persekutuan mereka secara baik dengan sinagoga dan gereja. Jika mereka dapat meyakinkan saudara-saudara mereka yang bukan Yahudi untuk disunat, persekutuan mereka dengan orang-orang itu (yang awalnya ditetapkan melalui "salib Kristus") akan lebih dapat diterima oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Dengan cara ini, guru-guru Yudaisme dapat mempertahankan yang terbaik dari kedua dunia itu—warisan kaya mereka dalam Yudaisme dan iman mereka kepada Kristus yang baru ditemukan.
Ayat 13. Paulus menunjukkan kesia-siaan posisi guru-guru Yudaisme itu ketika ia menyatakan bahwa mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Perjanjian yang kepadanya Israel sebagai suatu umat mewajibkan dirinya di Sinai menuntut ketaatan penuh (Kel. 19:5-8; lihat Gal. 5:3), namun mereka tidak pernah taat sepenuhnya. Hal yang sama berlaku bagi umat Kristen Yahudi di abad pertama; mereka juga tidak secara sempurna menjalankan hukum Taurat.
Guru-guru Yudaisme itu berkeras dalam sunat bukan karena mereka ingin orang-orang bukan Yahudi itu mematuhi hukum Taurat sepenuhnya; sebaliknya, teks itu mengatakan mereka melakukan itu untuk bermegah dalam daging (NASB) (lihat komentar tentang 6:12). Standar kedagingan ini bertentangan dengan pikiran Roh. Guru-guru Yudaisme itu sedang melakukan kerusakan besar terhadap gereja-gereja di Galatia: Mereka sedang mempengaruhi orang-orang bukan Yahudi yang ditebus oleh darah salib untuk mengorbankan penebusan yang berharga itu guna mencari keamanan dalam tradisi leluhur mereka. Melakukan sunat bagi orang Kristen bukan Yahudi adalah sama dengan melepaskan pertolongan Tuhan dan keselamatan yang telah Ia beli di kayu salib! Paulus sebelumnya telah memperingatkan mereka, "Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" (5:2). Meski guru-guru Yudaisme itu mungkin tidak menyadari implikasi penuh dari tindakan mereka itu, namun sikap mereka itu adalah duniawi dan egois—seperti yang tersirat dalam ungkapan "bermegah atas keadaanmu yang lahiriah." Ayat 14. Berbeda dengan guru-guru Yudaisme, yang bermegah dalam daging, Paulus menegaskan, Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus. Ironi dari pernyataannya itu adalah bahwa salib dan penyaliban tidak disinggung dalam kalangan berpendidikan di dunia Yunani-Romawi. Salib adalah simbol penghinaan, penderitaan, dan kematian; penyaliban dicadangkan untuk para budak dan para penjahat paling kejam. Cicero pernah mengatakan bahwa "kata 'salib' itu sendiri harus dijauhkan tidak hanya dari warga negara Romawi tapi [juga] dari pikirannya, matanya dan telinganya."26Meski salib Yesus adalah "batu sandungan" bagi orang-orang Yahudi dan "kebodohan" bagi orang-orang bukan Yahudi, namun salib satu-satunya hal yang Paulus patut banggakan. Baginya, salib adalah "kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1 Kor. 1:23, 24).
Kata-kata terakhir Paulus dalam surat ini mengenai salib adalah luar biasa: sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia (lihat komentar tentang 2:20). Kata-kata ini dapat digunakan untuk meringkas seluruh kehidupan dan juga kematian rasul itu. Dalam teks Yunani, frasa yang diterjemahkan "olehnya" adalah di' ou∞ (di' hou). Kata ganti orang relatif "nya" (hou) dapat juga diterjemahkan sebagai "siapa." Dalam hal ini, yang mendahului kata itu adalah "Kristus." Pemahaman ini didukung oleh Alkitab NJB: "… Tuhan kita Yesus Kristus, melalui siapa dunia telah disalibkan bagiku." J. B. Lightfoot menulis bahwa kata ganti orang itu mungkin mengacu kepada "salib." Ia membayangkan Paulus sedang mengatakan, "'Salib Kristus adalah alat penyalibanku sebagaimana juga penyaliban-Nya; karena aku disalibkan dengan Dia' [2:20]." Lightfoot juga menulis bahwa jika kata ganti orang relatif itu mengacu kepada Kristus, maka kita mengharapkan konstruksi bahasa Yunani yang berbeda, seperti ejn w (en hō, "dalam siapa") atau su«n w (sun hō, "dengan siapa").27
Ayat 15. Ketika Paulus mengakhiri pembahasannya tentang guru-guru Yudaisme itu, ia menulis, Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Bagi beberapa orang, pernyataan ini tampaknya berlebihan. Namun begitu, dalam satu kata, "sunat" merupakan gangguan khusus yang menimbulkan begitu banyak masalah di dalam gereja-gereja di Galatia. Sunat memecahbelah para murid dan hampir menghancurkan sikap saling mengasihi dari saudara-saudara di sana. Oleh karena itu, rasul itu percaya bahwa sunat perlu sekalil lagi disebut untuk terakhir kalinya. Sebelumnya dalam surat itu, ia telah menulis, Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih (5:2-6).
Tidak ada yang salah dengan sunat itu sendiri. Paulus sendiri pernah menyunat Timotius muda oleh karena situasi keluarganya; ibunya adalah orang Yahudi, dan ayahnya adalah orang Yunani (Kisah 16:1-3). Seperti dalam kasus lain, karena Paulus membawa Timotius ke dalam tim misinya, ia hanya ingin menjadi "segalanya bagi semua orang," sehingga ia dapat "menyelamatkan semuanya" (1 Kor. 9:19-22). Ia tidak ingin melukai perasaan orang Yahudi atau bukan Yahudi.28
Kita tidak memiliki catatan tentang Paulus melarang orang Yahudi untuk bersunat. Namun begitu, ia telah memberitahu gereja Galatia bahwa jika mereka bersunat untuk "mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat" (5:4), maka Kristus akan "tidak sama sekali berguna" bagi mereka (5:2), mereka akan diwajibkan untuk "melakukan seluruh hukum Taurat" (5:3), mereka akan " lepas dari Kristus," dan mereka akan "hidup di luar kasih karunia" (5:4).
Pesan Paulus itu tidak dapat salah. Mustahil untuk hidup di bawah dua perjanjian, terutama dua perjanjian yang sepenuhnya saling bertentangan dalam mendefinisikan kebenaran di pemandangan Allah. Sunat jasmani adalah tanda perjanjian pertama, yang merupakan perjanjian hukum yang tidak seorang pun dapat laksanakan. Kenyataannya, itu adalah sebuah hukum yang membuat semua orang dihukum. Perjanjian baru adalah perjanjian kasih karunia melalui iman (pi/stiß, pistis) yang pada akhirnya bersandar pada kesetiaan Kristus. Paulus dengan berani menyatakan, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (2:19, 20).
Penekanan utama Paulus dalam Galatia 5 dan 6 adalah tentang hidup dalam Roh yang menetap—orang Kristen sebagai "ciptaan baru." Transformasi radikal terjadi pada seseorang ketika ia melepaskan kedaulatannya yang lama, yang berasal dari diri sendiri dan dengan rendah hati berlutut (sebenarnya hatinya) kepada Ketuhanan Yesus Kristus (lihat Flp. 2:9-11). Orang percaya yang menyesali dosanya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus dan secara rohani disunat saat ia dilahirkan kembali "dari air dan Roh" (Yoh. 3:5).29Paulus menyurati orang-orang Kristen di Kolose bahwa mereka telah "menerima Kristus Yesus, Tuhan." Mereka telah "disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa." Sunat hati ini terjadi ketika mereka "dengan Dia … dikuburkan dalam baptisan" (Kol. 2:6, 11-13). Selain itu, Paulus memberitahu orang-orang Kristen di Roma bahwa ketika mereka "dibaptis dalam Kristus" dan "dalam kematian-Nya," mereka juga dibangkitkan untuk "hidup dalam hidup yang baru" (Rom. 6:3, 4). "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru," tulisnya (2 Kor. 5:17).
Siapa saja dari kita yang telah mengalami proses ini telah menjadi bagian dari "Israel milik Allah" yang baru, gereja (6:16). Kita dapat bersukacita dalam janji Allah tentang pada akhirnya masuk ke dalam kerajaan sorgawi, yang mulia, yang tentangnya Petrus menulis: "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran" (2 Pet. 3:13) .
Ayat 16. Berkat Paulus berupa damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah adalah bukan pikiran yang timbul kemudian yang serampangan, tidak patut. Sebaliknya, acuan kepada "damai sejahtera dan rahmat" sengaja digunakan untuk mencerminkan ucapan pembuka, di mana rasul itu menginginkan "kasih karunia … damai sejahtera" atas para pembaca Galatianya (1:3).
Ketika Paulus mengacu kepada "semua orang, yang memberi dirinya [hidupnya; NASB] dipimpin oleh patokan ini," ia tidak sedang bicara tentang mengikuti aturan itu sendiri, namun sebaliknya tentang bagaimana orang Kristen harus hidup. Kata Yunani untuk "hidup," stoice/w (stoicheō), digunakan dalam Perjanjian Baru untuk bagaimana orang hidup atau menjalankan kehidupannya. Sebenarnya, Paulus telah menggunakan kata itu seperti ini dalam pasal sebelumnya: "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (5:25). Sinonim peripate÷w (peripateō) muncul dalam pasal sebelumnya: "Maksudku ialah: hiduplah [peripateō] oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (5:16).
Apakah yang Paulus maksudkan dengan kata "patokan" atau aturan? Kata Yunani untuk "patokan" (kanw÷n, kanōn) awalnya menandakan sebuah "tongkat pengukur," tapi akhirnya itu menunjukkan "aturan perilaku" atau "standar penghakiman."30"Aturan" atau "standar" apakah yang dengannya Paulus ingin gereja Galatia hidup? Beberapa orang berpikir bahwa "aturan ini" adalah pernyataan dalam ayat sebelumnya: "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya" (6:15). Yang lainnya akan menyertakan rincian tambahan dari konteksnya yang langsung. Oleh karena itu, "aturan ini" dapat diringkas dengan cara berikut ini: Orang harus percaya kepada pengorbanan Yesus di kayu salib, yang membuat ciptaan baru memungkinkan terjadi, dan menyadari bahwa sunat jasmani adalah tidak relevan dalam kaitannya dengan keselamatan (6:12-15). Mereka yang mengikuti standar ini "dipimpin oleh Roh" dan "tidak berada di bawah hukum Taurat" (5:18).
Siapakah yang ada dalam pikiran Paulus ketika ia menawarkan berkat atas Israel milik Allah? Beberapa komentator tidak jelas dalam jawaban mereka atas pertanyaan ini. Ketidaktepatan mereka itu disebabkan sebagian fakta bahwa, dalam mengucapkan berkatnya, rasul itu menggabungkan bersama dua gambaran dengan kata sambung kai (kai), yang biasanya diterjemahkan "dan." Alkitab NASB berbunyi, "Mereka yang akan hidup dengan aturan ini, damai sejahtera dan rahmat ada di atas mereka, dan di atas Israel milik Allah" (huruf miring ditambahkan).31Memahami teks itu dengan cara ini, banyak yang beranggapan bahwa Paulus sedang mengacu kepada dua kelompok yang terpisah, bukan satu kelompok.
Namun begitu, kata sambung kai dapat berfungsi dalam banyak cara lain selain sebagai penghubung sederhana. Dalam kasus sekarang ini, kita berhadapan dengan apa yang ahli tata bahasa sebut "kai penjelas makna" atau "kai yang menerangkan." Ini sekedar berarti "yaitu," sehingga kata atau kalimat yang muncul setelah kata sambung itu berfungsi untuk menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya.32Para penerjemah Alkitab NIV1984 melakukan dengan baik dalam menerjemahkan 6:16, "Damai sejahtera dan rahmat bagi semua orang yang mengikuti aturan ini, bahkan kepada Israel milik Allah."33Begitu penggunaan kai ini dipahami, hal itu menjelaskan bahwa acuan Paulus adalah kepada gereja, Israel rohani milik Allah. "Israel milik Allah" terdiri dari semua orang yang dilahirkan dari air dan Roh—apakah Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan. Semua ini "milik Kristus" dan "keturunan Abraham, dan berhak menerima janji Allah" (3:26-29).
Setelah membahas kasus untuk menafsirkan kai sebagai "dan," R. Alan Cole berpendapat bahwa "Israel milik Allah" harus dipahami sebagai gereja. Ia mencatat bahwa jika kai diterjemahkan "dan" bukan "bahkan," maka Paulus sedang mengakui adanya dua kelompok yang berbeda yang hidup bersama dalam Kerajaan Allah—mereka yang "hidup dengan aturan ini" (prinsipnya ditetapkan dalam 6:15) dan mereka yang tidak ("Israel"Perjanjian Lama). Ini tidak dapat benar, karena mereka yang menolak untuk mengikuti prinsip 6:15 secara otomatis mengeluarkan diri mereka dari Israel rohani, penerima "damai dan rahmat"-Nya. Cole kemudian menjelaskan bahwa, meski orang-orang Kristen Yahudi memiliki tempat di dalam Kerajaan Allah di samping orang Kristen bukan Yahudi, namun tidak ada tempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak percaya (baik Yahudi atau bukan Yahudi). Selanjutnya, guru-guru Yudaisme itu telah mengeluarkan diri mereka dari Israel rohani, karena mereka tidak mengikuti prinsip yang ditetapkan dalam 6:15 (lihat Flp. 3:2, 3).34
Penafsiran bahwa "Israel milik Allah" sama dengan gereja menjangkau ke belakang hingga setidaknya kepada abad kedua Masehi. Justin Martyr, dalam dialognya dengan seorang Yahudi yang tidak percaya, menulis bahwa "Israel rohani yang sejati" terdiri dari "kami yang telah dituntun kepada Allah melalui Kristus yang disalibkan ini."35
Mengomentari surat Galatia pada abad keempat, John Chrysostom membuat usulan yang sama: "Bagi mereka yang mengejar hal-hal ini [hal-hal baru tentang kasih karunia dalam Kristus] akan menikmati damai sejahtera dan persahabatan, dan yang dapat secara benar disebut dengan nama 'Israel.'"36
Dengan mengacukan gereja sebagai "Israel milik Allah," Paulus menunjukkan tujuan Allah dalam menciptakan sebuah bangsa baru melalui Kristus.37Konsep ini sesuai dengan nubuat Yesus yang diucapkan kepada para pemimpin Yahudi: "Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu" (Mat. 21:43). Dalam cara yang mirip dengan cara Paulus, penulis Perjanjian Baru lainnya menggambarkan gereja tersebut dalam istilah yang sebelumnya telah diterapkan kepada Israel. Sebagai contoh, Petrus memberitahu orang-orang Kristen, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (1 Pet. 2:9a). Gambaran ini dipinjam dari Keluaran 19:6, di mana Allah menetapkan perjanjian lama dengan Israel melalui Musa di Gunung Sinai.
Petrus menyapa para pembacanya sebagai "orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia" (1 Pet. 1:1; huruf miring ditambahkan). Selain itu, Yakobus mengacukan para pendengar Yahudi sebagai "kedua belas suku di perantauan" (Yak. 1:1; huruf miring ditambahkan). Kata Yunani yang diterjemahkan "tersebar" dan "perantauan" (diaspora÷, diaspora) digunakan untuk orang-orang Yahudi yang hidup di luar Palestina. Kata itu muncul satu kali dengan makna ini dalam Perjanjian Baru dalam ungkapan "mereka yang tinggal di perantauan, di antara orang Yunani" (Yoh. 7:35).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Galilah: Galatia (Garis Besar)
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F....
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F.F. The Epistle to the Galatians: a commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans Pub. Co. 1982.
De Witt Burton, Ernest. The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971.
Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984.
Cole, R. Alan. Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983.
Dana H.E. & Mantey J.R. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Literatur SAAT. Malang. 2008, 2014.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Gathercole, Simon, J. Galatians, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987.
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Metzger, Bruce M. A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994.
Moo, Douglas. Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Robertson, A. T. Word Pictures in the New Testament. Nashville, TN: Broadman Press. 1933.
Shelley, Bruce. Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008.
Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.
Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996.
Wenham, J W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1993
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah-Istilah Tata Bahasa
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.395 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tense
Tense menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aorist = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan case (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tense, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aorist Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aorist Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aorist Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994. Jilid. 30, Hal. 77–78
2 Douglas Moo, Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013. Pendahuluan.
3 Moo. Kindle Lokasi 517-521.
4 Moo. Kindle Lokasi 1072-1076.
5 R. Alan Cole, Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983. Hal. 29.
6 Cole, Hal. 29.
7 George, Hal. 80.
8 Aorist Aktif Partisip.
9 A. T. Robertson, Word Pictures of the New Testament, ESword. Gal 1:1.
10 Spiros Zodhiates, Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993. Lihat kata nekros.
11 George. Hal. 85.
12 Nubuatan-nubuatan tersebut sangat mirip dengan istilah-istilah yang Paulus gunakan di sini, kalau LXX, PL terjemahan Bahasa Yunani, dilihat.
13 Lihat penjelasan di apendiks.
14 Aorist Medium Subjunktif.
15 Mounce, Lokasi Kindle 2019.
16 Bruce, Hal. 80.
17 Present Aktif Indikatif.
18 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000. Lihat kata metatithemi.
19 Present Medium Indikatif.
20 Moo, Kindle lokasi. 2209.
21 Aorist Aktif Partisip.
22 George. Hal. 94-95.
23 Present Aktif.
24 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata tarasso.
25 Ibid. Lihat kata metastrefo.
26 George. Penjelasan pada Gal 1:7
27 H.E. Dana & J.R. Mantey. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957. Lihat kata alla di halaman 240.
28 Present Medium Subjunktif.
29 Present Aktif Imperatif.
30 Present Medium Indikatif.
31 Cole. Hal. 44.
32 Present Aktif Indikatif.
33 Imperfek Aktif Indikatif dan Imperfek Medium Indikatif.
34 Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996. Hal 695.
35 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata gnorizo.
36 Present Aktif Indikatif.
37 Present Aktif Indikatif.
38 Ibid. Lihat kata apokalypsis.
39 Aorist Aktif Indikatif.
40 Ibid, N. F. Lihat kata anastrofe.
41 Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976. Hal. 19.
42 Imperfek Aktif Indikatif.
43 Imperfek Aktif Indikatif.
44 Imperfek Aktif Indikatif.
45 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Hal. 185–186.
46 Ibid, N. F. Lihat kata perissoteros.
47 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata aforizo.
48 Aorist Aktif Partisip.
49 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. kata eudokeo
50 Moo. Kindle Lokasi 2934-2935.
51 Present Medium Subjunktif.
52 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata euthos.
53 Ibid. Lihat kata prosanatithemi.
54 MacArthur, Hal 1651
55 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata historeo.
56 Yohanes 5:2, 19:13, 19:17, 19:20, dan 20:16
57 Present Aktif Indikatif
58 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata idou.
59 Bruce, Hal. 102.
60 Imperfek Aktif Indikatif.
61 Imperfek Aktif Indikatif.
62 Imperfek Aktif Indikatif.
63 Gathercole, Simon, J. ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. P2246.
64 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata anatithemi.
65 Ibid. Lihat kata dokeo.
66 Present Aktif Subjunktif.
67 Aorist Aktif Indikatif.
68 Aorist Pasif Infinitif.
69 Robertson, lihat penjelasan di Gal 2:4.
70 Aorist Aktif Indikatif.
71 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata diameno
72 Perfek Pasif Indikatif.
73 Lihat penjelasan di Apendiks.
74 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata apostole.
75 Ibid. Kata stylos.
76 Gathercole. P2247.
77 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata anthistemi.
78 Ibid. Kata kataginosko.
79 Lihat di Apendiks
80 Bruce, Hal. 129.
81 Perfek Pasif Partisip
82 Imperfek Aktif Indikatif
83 Imperfek Aktif Indikatif
84 Moo. Kindle Lokasi 3920.
85 Imperfek Aktif Indikatif
86 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata orthopodeo.
87 Moo, Kindle lokasi,4117.
88 Present Aktif
89 Di versi NIV (Bahasa Inggris) bagian ini ada dalam tanda kutip.
90 Moo. Kindle Lokasi 4266.
91 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata oida.
92 Perfek Aktif Partisip
93 George. Jil. 30, hal. 190.
94 Moo. Kindle Lokasi 4532.
95 Perfek Pasif Indikatif
96 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata atheteo.
97 Ibid. Lihat kata dorean.
98 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anoetos.
99 Ibid. Lihat kata baskaino.
100 Perfek Pasif Partisip
101 Ibid. Lihat kata prografo.
102 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
103 Aorist Aktif Indikatif
104 Moo, Kindle lokasi 4953
105 Lihat instrumental use of the Dative Case di The Elements of New Testament Greek, J. W. Wenham, Cambridge University Press, Cambridge. 1993, Hal. 46.
106 Present Medium Indikatif
107 George. Jil. 30, Hal. 213.
108 Moo. Kindle Lokasi 5011.
109 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata epikhoregio.
110 Present, Aktif Partisip
111 1 Makabe 2: 45-64 – Diterjemahkan oleh penulis
112 Lihat: Moo. Kindle Lokasi 5110. George. Jil. 30, Hal. 217–218.
113 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata logizomai.
114 Present Aktif Imperatif
115 Bruce, Hal. 155.
116 Moo. Kindle Lokasi 5212.
117 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata proeidon.
118 Present Aktif Indikatif
119 Moo, Kindle lokasi 5374.
120 Bruce Shelley, Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008. Hal. 32.
121 Present Pasif Indikatif
122 George. Hal. 230.
123 Ibid. Hal. 235.
124 Present Aktif Indikatif
125 Present Aktif Indikatif
126 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata emmeno.
127 Present Aktif Indikatif
128 Present Pasif Indikatif
129 Datif
130 George, Hal. 234.
131 George. Hal. 238
132 Cole. Hal. 99.
133 Cole. Hal. 99.
134 Lihat penjelasan di Apendiks.
135 George. Hal. 244.
136 Moo. Kindle Lokasi 6176.
137 George. Hal. 244.
138 Bruce. Hal. 170
139 Moo. Kindle Lokasi 6198.
140 George. Hal. 248.
141 Perfek Pasif Partisip
142 Terdapat di MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987. Halaman 85. Ada yang mengatakan bahwa Paulus hanya mengutip dari LXX yang agak keliru di ayat ini, tetapi tidak usah kita menyimpulkan begitu, karena penjelasan dari pengulangan perjanjian cukup masuk akal.
143 Lihat di situs: creation.com Maaf, ada dalam bahasa Inggris saja.
144 Present Aktif Indikatif
145 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akuroo dan katargeo.
146 Aoris Aktif Infinitif
147 Ibid. Lihat kata kleronomia.
148 Perfek Medium Indikatif
149 Lihat penjelasan di Apendiks
150 Moo. Kindle Lokasi 6221.
151 Moo. Kindle Lokasi 6372.
152 Cole. Hal. 105.
153 Dari Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal. 76.
154 Moo. Kindle Lokasi 6551.
155 Bruce, F. F. Hal. 180
156 Cole. Hal. 106.
157 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata sugkleio.
158 Aoris Pasif Subjunktif.
159 Ibid. Lihat kata froreo.
160 Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985. Hal. 754.
161 Moo. Kindle Lokasi 6590.
162 NKJV, NAS, NIV
163 Penjelasan ini terdapat dari Pdt. Mike Riccardi MDiv, Th.M, dari Grace Community Church, C.A. Sangat membantu!
164 George. Hal. 267.
165 Hina + Subjunktif.
166 Cole. Hal. 108.
167 Bruce, F. F. Hal. 183–184.
168 Ibid. Hal. 183–184
169 Aoris Medium Indikatif
170 Bruce, F. F. Hal. 187.
171 Present Aktif Indikatif
172 Terjemahan PL dalam bahasa Yunani
173 Bruce, F. F. Hal. 189.
174 Present Aktif Indikatif
175 Bruce, F. F. Hal. 192.
176 Moo. Kindle Lokasi 7004.
177 Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.Edisi 2, Jil. 3, hal. 383)
178 Bruce, F. F. Hal. 192.
179 Bruce, F. F. Hal. 192.
180 Ibid. Hal. 192.
181 Moo. Kindle Lokasi 7113.
182 Perifrastik Pluperfek – Menyangkut cara tidak langsung bicara mengenai sesuatu yang sudah berlalu.
183 Ayat ini disebut protoevangelium oleh para ahli Alkitab, yang berarti ‘Injil Pertama’.
184 George. Hal. 302.
185 Bruce, F. F. Hal. 197
186 Moo. Kindle Lokasi 7275.
187 https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus
188 Present Aktif Indikatif
189 Moo. Kindle Lokasi 7313.
190 Bruce, F. F. Hal. 199.
191 Ernest De Witt Burton, The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971. Hal. 224.
192 Moo. Kindle Lokasi 7356.
193 Perfek Pasif Partisip
194 Aoris Aktif Indikatif
195 Moo. Kindle Lokasi 7456.
196 Bruce, F. F. Hal. 202.
197 George. Hal. 313.
198 Aoris Aktif Partisip
199 Aoris Pasif Partisip
200 Present Aktif Indikatif
201 Present Aktif Infinitif dan Present Aktif Indikatif
202 Mounce, Kindle Lokasi 7552-7553.
203 Present Medium Indikatif
204 Present Pasif Indikatif
205 Moo. Kindle Lokasi 7560.
206 Ibid. Kindle Lokasi 7560.
207 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata deomai.
208 Present Medium Imperatif
209 Gathercole. Hal. 2252.
210 Perfek Aktif Indikatif
211 Bruce, F. F. Hal. 209.
212 George. Hal. 324.
213 Moo. Kindle Lokasi 7679.
214 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata makarismos.
215 Ernest De Witt Burton. Hal. 245.
216 Perfek Aktif Indikatif
217 Bruce, F. F. Hal. 211.
218 Ibid. Hal. 211.
219 Bruce, Moo dan Burton, antara lain, semua rasa begitu maknanya.
220 Ada naskah-naskah yang menggunakan kata teknia, yang berarti anak kecil, tetapi tekna dianggap asli karena dipakai secara lebih luas dan juga karena lebih sesuai dengan kebiasaan Paulus.
221 Ernest De Witt Burton, Hal. 248.
222 Moo. Kindle Lokasi 7804.
223 Imperfek Aktif Indikatif
224 Moo. Kindle Lokasi 7822.
225 Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984. Jil. 19, Hal. 23.
226 Robertson. Lihat penjelasan di 4:24.
227 Ernest De Witt Burton, Hal. 256.
228 Present Aktif Imperatif
229 Present Aktif Partisip
230 Moo. Kindle Lokasi 7976.
231 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akouo.
232 Bruce, F. F. Hal. 220.
233 Present Aktif Indikatif
234 Moo. Kindle Lokasi 8264.
235 Aoris Pasif Imperatif
236 Present Aktif Partisip
237 Aoris Aktif Imperatif
238 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eremos.
239 Moo. Kindle Lokasi 8264.
240 Moo. Kindle Lokasi 8344.
241 Robertson. Lihat penjelasan di 4:29.
242 Cole, Hal. 185.
243 Aoris Aktif Imperatif
244 Moo. Kindle Lokasi 8594.
245 Present Aktif Imperatif
246 Present Pasif Imperatif
247 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata enekho.
248 Bruce, F. F. Hal. 226.
249 Moo. Kindle Lokasi 8594.
250 Ean (Kalau) + Subjunktif (disunat). Lihat: Black, D. A. It’s still Greek To Me, Baker, Grand Rapids, 1998. Hal. 145.
251 Future Aktif Indikatif
252 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata martyromai.
253 Present Pasif Partisip
254 Wallace, Hal. 344.
255 Ibid, Hal. 535.
256 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata katargeo.
257 Aoris Pasif Indikatif
258 Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Buku 1. Literatur SAAT. 2008, 2014. Malang. “Jaminan Kekal," Hal. 385-386.
259 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata apekdekhomai.
260 Moo. Kindle Lokasi 8771.
261 Cole, Hal. 193.
262 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata iskhyo.
263 Ibid. Lihat kata energeo.
264 Ibid. Lihat kata trekho.
265 Imperfek Aktif Indikatif
266 Bruce, Hal. 234.
267 Aoris Aktif Indikatif
268 Moo. Kindle Lokasi 8925.
269 Present Pasif Infinitif
270 Present Aktif Partisip
271 Perfek Aktif Indikatif
272 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata tarasso.
273 Future Aktif Indikatif
274 Moo. Kindle Lokasi 9036.
275 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anastatoo.
276 Ibid. Lihat kata apokopto.
277 Moo. Kindle Lokasi 9048.
278 Moo. Kindle Lokasi 9144.
279 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aforme.
280 Present Aktif Imperatif
281 Silva, Hal. 790.
282 Bruce, F. F. Hal. 241.
283 Future Aktif Indikatif
284 Present Aktif Indikatif
285 Bruce, F. F. Hal. 242.
286 Present Aktif Imperatif
287 Kata ini bersifat Aoris Pasif Subjunktif, tetapi supaya lebih mudah dimengerti, bentuk aktif dipakai. Lihat juga TB, yang memakai bentuk aktif.
288 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata analoo.
289 Moo. Kindle Lokasi 9435.
290 Kasus Datif menyangkut obyek tidak langsung dan biasanya membawa arti kepada/oleh/melalui. Lihat Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge Press, Cambridge, 1965. Hal. 9.
291 Wallace. Hal. 162, 165-166.
292 Aoris Aktif Subjunktif
293 Wallace. 1996. Hal. 468-469.
294 Present Aktif Indikatif
295 Present Medium Indikatif
296 Present Aktif Subjunktif
297 Present Pasif Indikatif
298 Moo. Kindle Lokasi 9564.
299 Ibid. Kindle Lokasi 9574.
300 Dikutip langsung dari Moo, hal. 9555.
301 Bruce, F. F. Hal. 247.
302 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
303 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aselgeia.
304 Ibid. Lihat kata farmakeia.
305 Moo. Kindle Lokasi 9625.
306 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
307 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata hairesis.
308 Moo. Kindle Lokasi 9637.
309 Bruce, F. F. Hal. 250.
310 Present Aktif Indikatif
311 Aoris Aktif Indikatif
312 Present Aktif Partisip
313 Future Aktif Indikatif
314 Moo. Kindle Lokasi 9707.
315 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 139.
316 Moo. Kindle Lokasi 9707.
317 Moo. Kindle Lokasi 9740.
318 Silva, Hal. 210.
319 Moo. Kindle Lokasi 9740.
320 Silva, Hal. 210.
321 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 140.
322 Ibid. Hal 140.
323 Bruce, F. F. Hal. 254.
324 Ibid. Hal. 254.
325 Moo. Kindle Lokasi 9792.
326 Aoris Aktif Indikatif
327 Cole, Hal. 223.
328 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994. Hal. 529.
329 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata pathema.
330 Cole, Hal. 223.
331 Moo. Kindle Lokasi 9908.
332 Present Aktif Subjunktif – Bentuk ini sering digunakan sebagai perintah, secara khusus dimana orang mau berkata marilah kita. Lihat penjelasan Hortatory Subjunctive di Wallace, Hal. 464-465.
333 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata kenodoksos.
334 Ibid. Lihat kata prokaleo.
335 Moo. Kindle Lokasi 9964.
336 Artinya begitu kalau artikel tidak dipakai. Lihat penjelasan di Apendiks.
337 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata prolambano.
338 Ibid. Lihat kata katartizo.
339 Present Aktif Imperatif
340 Moo. Kindle Lokasi 10005.
341 Present Aktif Partisip
342 Moo. Kindle Lokasi 10014.
343 Present Aktif Imperatif
344 Future Aktif Indikatif
345 MacArthur, Hal. 1799
346 Present Aktif Indikatif
347 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 148.
348 Present Aktif Indikatif
349 Present Aktif Imperatif
350 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eis.
351 Moo. Kindle Lokasi 10164.
352 Ibid. Kindle Lokasi 10164.
353 Bruce, F. F. Hal. 263.
354 Present Pasif Partisip
355 Present Aktif Partisip
356 Present Pasif Imperatif
357 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 151.
358 Moo. Kindle Lokasi 10252.
359 George, Hal. 423.
360 Future Aktif Indikatif
361 Present Aktif Subjunktif
362 Moo. Kindle Lokasi 10262.
363 Present Aktif Partisip
364 Future Aktif Indikatif
365 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata egkakeo.
366 Present Aktif Subjunktif
367 Wallace. Hal. 632-633.
368 Cole, Hal. 231.
369 Present Medium Subjunktif – Seperti kita lihat di atas, tetapi suara medium, yang menekankan peran pelaku.
370 Aoris Aktif Imperatif
371 Bruce, F. F. Hal. 268.
372 Moo. Kindle Lokasi 10458.
373 Ibid, Kindle Lokasi 10407.
374 Bruce, Hal. 261
375 Moo, Kindle Lokasi 10476.
376 Bruce, Hal. 268.
377 Moo, Kindle Lokasi 10494.
378 Present Pasif Subjunktif
379 Present Pasif Partisip
380 Ibid, Kindle lokasi 10528.
381 Present Aktif Indikatif
382 Bruce, Hal. 270.
383 Present Medium Infinitif
384 Ibid, Hal. 271.
385 Gathercole. Hal. 2256.
386 Perfek Pasif Indikatif
387 Kata eimi (adalah) yang sifatnya Present Aktif Indikatif, tetapi sulit diterjemahkan.
388 Kata canon dalam bahasa Inggris, dipakai untuk menjelaskan prinsip-prinsip/cara-cara di mana kitab-kitab suci dikumpulkan di dalam Alkitab.
389 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 158.
390 Future Aktif Indikatif
391 Bruce, Hal. 275.
392 Moo, Kindle Lokasi 10769.
393 Ibid, Kindle Lokasi 10788.
394 Ibid, Kindle Lokasi 10796. Lihat juga Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal
395 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbit...
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbitkan oleh:
Nulisbuku
www.nulisbuku.com
Penyunting: Michael J. Wewengkang S.Th; MAPC
Desain Sampul: Nulisbuku
Soli Deo Gloria!
Pendahuluan Umum
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu orang dalam mempersiapkan pelajaran/khotbah ataupun dalam usaha penerjemahan Firman Tuhan. Tidak dimaksudkan untuk dibacakan saja kepada jemaat, karena bahan ini adalah bahan penelitian, bukan sebuah pelajaran/khotbah.
Terjemahan Alkitab yang dipakai dalam seri Galilah ini, adalah terjemahan literal yang dibuat langsung dari versi bahasa Yunani Nestle Aland. Tujuannya bukan untuk mengganti versi-versi Bahasa Indonesia, ataupun untuk mengutamakan terjemahan literal. Terjemahan literal ini dimaksudkan untuk membantu orang melihat ciri-ciri khas bahasa Yunani, supaya lebih mudah diteliti.
Kalau kita ingin menangani ayat apa saja dari Firman Tuhan dengan baik, harus ada lima macam sudut pandang yang dipikirkan:
- Konteks di dalam Alkitab
- Konteks Sejarah
- Konteks di dalam Penulisan
- Pengertian Arti kata dan Tata Bahasa
- Penerapan Praktis
Konteks dalam Alkitab menyangkut peran ayat yang diteliti di dalam keseluruhan dari wahyu Allah. Jadi sebelum orang menyimpulkan sesuatu, penafsirannya harus dicek dengan bagian-bagian lain di Alkitab yang terkait dengan topik itu. Di buku pedoman ini akan sering dibaca referensi silang, supaya saudara dapat mengerti dan menerapkan dengan baik setiap bagian yang diteliti. Harap saudara mencari lebih banyak referensi.
Kalau kita ingin mengerti dengan benar apa yang dimaksudkan penulis, kita harus mengerti Konteks Sejarah. Langkah ini adalah melakukan penelitian pada budaya setempat, penanggalan kitab, dan peristiwa sejarah yang mungkin berdampak, juga apa yang diketahui mengenai penulis dan tokoh-tokoh di dalam kitab tersebut. Di buku pedoman ini, sering akan ada referensi pada sejarah dan budaya.
Sering kali, salah paham terjadi apabila orang hanya mendengar sebagian dari perkataan orang dan tidak mendengar keseluruhan dari wacananya. Hal ini bukan hanya mengakibatkan banyak salah paham, tetapi bahkan doktrin yang keliru.
Dalam hal penafsiran Firman Tuhan. Setiap ayat di Alkitab harus dimengerti menurut Konteks di dalam Penulisan. Sebelum bagian Firman Tuhan diteliti di buku ini, selalu akan ada garis besar, tema dan sub tema, hal ini untuk menjaga supaya tidak mungkin lari dari konteks.
Pengertian Arti Kata dan Tata Bahasa juga sangat penting. Setiap bahasa mempunyai tata bahasa, muatan kata dan kiasan-kiasan yang cukup unik dan indah. Jadi kalau kita ingin menerjemahkan ataupun mengerti suatu ayat, kita perlu mengerti struktur dan maksud dari bahasa sumber itu. Oleh karena itu, bahan ini menjelaskan muatan kata, arti kiasan dan juga secara sederhana menjelaskan tata bahasa. Kalau orang mau belajar lebih dalam mengenai tata bahasa Yunani, ada bagian Apendiks di belakang yang menyediakan penjelasan.
Allah tidak hanya menghendaki gerejanya mengerti Firmannya, Dia ingin supaya Firman itu mengubahkan kita. Oleh karena itu pengajaran Firman Tuhan harus ada Penerapan Praktis yang mengalir dengan alami dan tepat dari bagian yang dipelajari. Penerapan-penerapan di pedoman ini ditandai dengan lambang panah. Ini tidak dimaksudkan menjadi keharusan, melainkan usulan saja dan dorongan untuk saudara memikirkan penerapannya bagi jemaat.
Galilah!
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Fi...
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Firman Tuhan karena dia sangat terkenal. Ada satu penulis dari abad yang kedua yang menulis apa yang pernah dia dengar mengenai rasul ini:
Dia adalah orang yang cukup kecil badanya, yang kepalanya botak dan kakinya bengkok. Dia kuat secara fisik, alis matanya bertemu di tengah dan hidungnya bengkok. Dia penuh keramahan, yaitu, satu saat dia kelihatan seperti manusia, tetapi saat lain tampil seperti malaikat.1
Kata Galatia mempunyai dua arti pada waktu Paulus menulis suratnya, yaitu provinsi Galatia dan etnis Galatia. Kemungkinan besar yang dimaksudkan Paulus di surat ini adalah Provinsi Galatia, yang dia kunjungi dua kali dalam Perjalanan Misi pertamanya. Gereja-gereja yang ditanam di sana termasuk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:14-50), Ikonium (Kis 13:51-14:7), Listra (Kis 14:8-19) dan Derbe (Kis 14:20-21). Memang masuk akal melihat beberapa gereja ini karena surat Galatia adalah surat satu-satunya di mana Paulus berkata bahwa dia menulis kepada beberapa gereja di satu provinsi.(Gal 1:2)2 Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Paulus menanam gereja di bagian Galatia etnis yang terletak agak ke utara.
Kemungkinan besar Paulus menulis surat ini sebelum Sidang Besar yang diadakan di Yerusalem (Kis 15), karena kalau orang Galatia mengalami tekanan dari partai sunat dan Paulus ditugaskan membawa surat hasil Sidang, mengapa surat itu tidak dikutip sedikitpun dalam surat ini? Itu sebabnya lebih baik kita simpulkan bahwa Paulus menulis sesudah dia pulang dari Perjalanan Misi yang pertama sebelum dia diutus ke Yerusalem. (48 Masehi)3 Kalau begitu, sangat masuk akal juga mengapa dia katakan bahwa mereka “begitu lekas berbalik” karena pengaruh dari partai sunat – Memang cepat!
Tema dari surat Galatia adalah keselamatan yang diperoleh hanya melalui iman saja, bukan hasil perbuatan baik. Kita harus mengingat bahwa penjangkauan di antara orang non-Yahudi masih cukup baru bagi gereja mula-mula ini. Jadi tentu saja ada proses di mana gereja yang dari mulanya mengalir dari agama Yahudi, harus membahas peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Oleh ilham Allah, kesimpulan yang Paulus tulis adalah, Hukum Taurat tidak menyelamatkan, atau tidak membenarkan. Fungsinya Hukum Taurat adalah untuk menyoroti dosa. Sebenarnya fungsinya sama di Perjanjian Lama, tetapi orang yang berdosa pada masa tersebut, boleh membawa korban ke bait Allah untuk dipersembahkan menebus dosa mereka. Jadi pada masa Perjanjian Lama pun, terlihat bahwa iman yang menyelamatkan. Masalanya adalah dengan Kristus memberi diri menjadi Korban Penebusan satu kali untuk selama-lamanya, sistem pengorbanan di Bait Allah menjadi usang, sehingga Allah tidak lagi menerima korban tebusan. Jadi kalau orang berusaha kembali kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama sebagai dasar pembenaran, maka mereka hanya menemukan Hukum Taurat tanpa sistem pengorbanan, sehingga hanya menjadi nyata bahwa mereka orang berdosa dan tidak ada jalan keselamatan.4 (Ibr 8:6-13) Sebagai penerapan dari tema besar ini, dari Gal 5 Paulus mulai bicara mengenai kebebasan kita di dalam Kristus dan pelayanan Roh Kudus di dalam orang percaya, menurut pengertian yang terdapat di nubuatan-nubuatan yang sangat jelas mengenai Perjanjian Baru, yaitu Yeremia 31:31-34 dan Yehezkiel 36:25-27, yang menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang menjadi kekuatan dan dorongan di dalam diri orang percaya, sehingga dia hidup berkenan kepada Allah. Dari segi gaya, surat ini sering disebut sebagai draf daripada surat Roma, karena begitu mirip isinya.5
Ada yang menganggap bahwa Paulus bertentangan dengan Yakobus di surat ini, tetapi kalau menggali lebih dalam mengenai hubungan mereka dan maksud penulisan, ternyata mereka teman, yang sangat setuju mengenai jalan keselamatan. Di Gal 1:19 kita lihat bahwa Paulus mengenal Yakobus, lalu di Gal 2:9-10 Paulus memberi kesempatan untuk para sokoguru jemaat memberi masukan pada Injil yang dia sampaikan. Tentu kalau Yakobus tidak setuju mengenai keselamatan oleh iman saja, dia pasti protes. Tetapi yang kita lihat di sana adalah persetujuan, persekutuan, bahkan pengutusan dan tambahan yang mereka usulkan hanya menyangkut pelayanan kepada orang miskin saja. Ada salah paham mengenai Gal 2:12, seolah-olah Yakobus mengutus orang untuk memata-matai kebebasan orang percaya di Antiokhia, tetapi bukan itu yang dicatat di sana. Petrus hanya mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika kabar ini sampai di telinga partai sunat di Yerusalem, yang juga berselisih pendapat dengan Petrus waktu dia kembali dari pelayanannya kepada Kornelius. (Kis 11:2-3) Kita juga lihat di surat hasil Sidang Yerusalem, yang menurut ahli-ahli bahasa, ditulis oleh Yakobus, berbunyi begini:
Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami,yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. (Kis 15:24)
Kita juga perlu memperhatikan bahwa maksud Paulus dengan menggunakan kata dibenarkan (dikaioo), berbeda daripada Yakobus, yang menulis sebelumnya. Pada waktu itu, kata tersebut paling sering membawa pengertian dibukti benar, tetapi Paulus menggunakannya menurut pengertian yang lain, di mana itu boleh berarti dibuat benar. Jadi ketika Paulus menggunakan kata ini di surat Galatia, maksudnya adalah orang berdosa dibuat benar dengan cara percaya saja dalam Kristus. Tetapi Yakobus berkata bahwa Abraham, 30 tahun sesudah dia dibuat benar,(Kej 15:6, Rom 4:1-5) dibukti sebagai orang benar ketika dia siap mengorbankan Ishak. (Kej 22, Yak 2:21-23) Jadi sebenarnya tidak ada pertentangan sedikitpun antara mereka, dalam hal pembenaran. Sama juga kalau kita meneliti pikiran mereka mengenai peran dari Hukum Taurat. Kalau Paulus bicara mengenai peran Hukum, itu berkaitan dengan keselamatan, di mana Hukum tersebut tidak menjadi jalan keselamatan, melainkan menyatakan dosa sehingga orang berseru kepada Sang Penebus. Kalau Yakobus bicara mengenai Hukum Taurat, itu menyangkut orang yang sudah percaya, di mana Hukum tersebut menyatakan dosa yang masih ada pada mereka supaya mereka bisa mengaku dan mengalami perubahan, dan dengan demikian itu boleh disebut sebagai “Hukum yang Memerdekakan”. (Yak 1:25, 2:12) Kalau kita memperhatikan perkataan Paulus di 2 Tim 3:16, ternyata dia setuju juga. Yang sangat indah di surat ini adalah kita melihat hati dan pengalaman Paulus, dicatat langsung oleh dia dalam Gal 1 dan 2, yang memperkaya wawasan kita mengenai rasul ini.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Peraturan? (Galatia 6:16)
Sebuah fenomena menyedihkan dari abad dua puluh satu adalah bahwa banyak anak muda, bahkan para mahasiswa yang mendaftar di...
Peraturan? (Galatia 6:16)
Sebuah fenomena menyedihkan dari abad dua puluh satu adalah bahwa banyak anak muda, bahkan para mahasiswa yang mendaftar di perguruan tinggi dan universitas Kristen, tidak suka mendengarkan apa saja yang berkaitan dengan aturan/patokan. Meski Paulus membantah bahwa orang Kristen terikat oleh hukum Musa, namun ia masih memberi perintah dan nasihat bahwa kita harus tunduk di bawah perjanjian baru. Dalam 6:16, rasul yang terilham itu sebenarnya menggunakan istilah "patokan" seperti yang berlaku atas bayi yang baru lahir, para warga negara yang ditahbiskan yang membentuk gereja, "Israel milik Allah."
Ketika Paulus bicara tentang "dipimpin oleh patokan ini," ia tidak sedang menggurui kita seolah-olah kita adalah anak-anak. Tuhan Yesus, dalam menugaskan para rasul-Nya untuk menginjili dunia dan memuridkan bangsa-bangsa, memasukkan kata-kata "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat. 28:20a). Selain itu, kata-kata ini didahului oleh pernyataan-Nya yang khidmat "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, … (Mat. 28:18, 19).
Di dalam Alkitab, Paulus menjelaskan serangkaian kejahatan dengan merangkai bersama sejumlah kutipan Perjanjian Lama dalam Roma 3:9-18. Dengan hanya sedikit perbaikan, Roma 1:18-32 akan menyerupai apa yang dapat kita temukan sehari-hari di banyak surat kabar sekarang ini.
Aturan untuk perilaku yang baik dituntut dari para warga dalam setiap masyarakat atau organisasi yang beradab. Manusia—bahkan orang Kristen—butuh aturan. Kecuali kita sepenuhnya diarahkan dalam jenis perilaku yang mencirikan kehidupan dalam Roh, maka kita mungkin tidak akan pernah mencapai tataran kehidupan rohani atau menjadi jenis orang yang ingin sekali dicipta ulang oleh Pencipta kita. Aturan tidak dimaksudkan untuk menahan atau membelenggu kita. Sebaliknya, aturan memberi kita kebebasan dari hawa nafsu yang merusak dan keinginan yang sesat, kebebasan dari beban dosa yang menindas yang membebani jiwa kita.
Dalam satu pengertian, "ciptaan baru" yang Paulus bicarakan adalah jauh lebih unggul daripada kondisi nenek moyang kita di Eden, meski ada sesuatu yang indah dalam keadaan asli mereka yang tidak bersalah. Dalam keadaan mereka yang seperti anak-anak itu, mereka hampir tidak dapat membayangkan pelbagai akibat yang membinasakan yang akan terjadi dari ketidaktaatan mereka. Karena tidak pernah mencicipi dosa, mereka tidak dapat memahami konsep bersalah, kasih karunia, dan penebusan.
Ya, bahkan di taman firdaus ada aturan—aturan yang diberikan oleh Pengatur alam semesta. Dalam ketidakbersalahan relatif mereka, laki-laki dan perempuan pertama itu tidak menaati Allah, yang telah secara jelas memperingatkan mereka: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej. 2:16b, 17).
"Israel Milik Allah" (Galatia 6:16)
Acuan kepada "Israel milik Allah" dalam 6:16 meminta klarifikasi oleh karena kesalahpahaman yang populer. Banyak orang dalam dunia Kristen saat ini percaya bahwa Allah entah bagaimana masih berkewajiban untuk menepati janji-Nya kepada umat Perjanjian Lama-Nya atas dasar keadaan mereka sebagai keturunan lahiriah Abraham. Para penganut ajaran ini berusaha untuk menemukan cara-cara alternatif untuk menerapkan kalimat "Israel menurut daging"60melampaui apa yang diungkapkan di dalam Perjanjian Baru.
Paulus membuat jelas bahwa status fisik orang Yahudi bersunat tidak membuat dirinya benar di hadapan Allah. Dalam 6:15, ia menulis, "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru." "Ciptaan baru" ini hanya dimungkinkan oleh pengorbanan Yesus Kristus (6:14), yang harus diterima oleh iman yang taat (3:9-14, 23-29; 5:2-7; Kisah 15:1-11).
Mereka yang mengklaim bahwa mereka bagian dari "Israel milik Allah" karena mereka adalah keturunan lahiriah Abraham adalah salah (6:16). "Aturan" yang menentukan siapakah orang Israel sejati di mata Allah—yang bagi mereka Paulus menghendaki damai sejahtera dan rahmat—adalah orang yang menjadi "ciptaan baru" dalam Kristus. Mereka yang telah "dibaptis dalam Kristus" dan dibangkitkan untuk "hidup dalam hidup yang baru" (Rom. 6:3, 4) harus hidup menurut Roh (Gal. 5:25). Jika orang "dipimpin oleh Roh," ia "tidak berada di bawah hukum Taurat" (5:18).
Kanon (Galatia 6:16)
Meski "kanon" tidak dibahas dalam Galatia, namun kata Yunani yang terkait muncul dalam 6:16. "Pokok/Aturan (NASB)" diterjemahkan dari kanw÷n (kanōn), sebuah kata Semit pinjaman yang berkaitan dengan kata Ibrani hnq (qaneh, "tongkat" atau "buluh"). Buluh kadang-kadang digunakan sebagai tongkat pengukur. Oleh karena itu, dalam bahasa Yunani, kata kanōn mengasumsikan gagasan tentang "standar" atau "norma." Selama abad-abad awal Kristen, istilah itu pertama kali diterapkan "kepada doktrin normatif dan isi etika iman Kristen." Namun begitu, pada abad keempat, kata itu akhirnya menunjuk kepada daftar buku yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru. "Ini adalah … pengertian yang mendominasi saat ini: 'kanon' akhirnya mengacu kepada koleksi dokumen terbatas yang merupakan Kitab Suci yang berkuasa."61
Mengenai tanggal pasti pembentukan kanon Perjanjian Lama, beberapa pendapat bervariasi dari sekitar 400 S. M. hingga 200 M. D. A. Carson, Douglas J. Moo, dan Leon Morris mengatakan bahwa sekarang diakui bahwa tanggal apa saja yang lebih belakangan daripada abad pertama S. M. bertentangan dengan bukti. Para penulis ini menolak klaim bahwa Marcion si sesat menerbitkan daftar pertama kitab-kitab kanon Perjanjian Baru dari agama Kristen ortodoks sekitar pertengahan abad kedua Masehi:
Surat-surat Paulus sudah beredar dalam bentuk yang sudah terkumpul, dan kemungkinan juga empat injil kanon. Yang lebih penting, gagasan tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, tentunya sudah terbentuk mapan pada bagian pertama abad kedua, mengisyaratkan adanya semacam batasan kanonik cepat atau lambat.62
Yesus sendiri tidak meninggalkan tulisan apa pun yang diwariskan kepada kita. Namun begitu, Ia berjanji bahwa Roh Kudus akan mengingatkan murid-murid-Nya tentang apa yang Ia telah ajarkan kepada mereka selama pelayanan-Nya dan membimbing mereka "ke dalam seluruh kebenaran" (Yoh. 14:26; 16:12, 13). Janji ini diberikan hanya untuk Dua Belas rasul, yang kakinya telah Ia basuh (Yoh. 13:1-10); karena bagian injil Yohanes itu berisi konteks ceramah tanpa putus kepada Dua Belas rasul itu (Yoh. 13-17). Oleh karena itu, Yesus memulai proklamasi injil-Nya secara pribadi (Kisah 1:1) dan selanjutnya menyerahkan wahyu dan penerapan berikutnya kepada para rasul yang telah Ia pilih untuk tujuan ini (Ibr. 2:3, 4). Para rasul, bersama dengan para penulis terilham lainnya, mencatat pesan Perjanjian Baru yang berfungsi sebagai dasar yang berkuasa bagi iman Kristen kita sekarang ini (lihat Efe. 2:20; 3:5).
Mengenai kanon Perjanjian Lama, dua ayat Perjanjian Baru menggambarkan bahwa Yesus menyetujui seluruh isi tulisan Perjanjian Lama. Yang pertama adalah Lukas 24:44, yang melibatkan penampilan pasca-kebangkitan Kristus kepada murid-murid-Nya.
Pada kesempatan itu, Ia berkata, "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Dengan mengutip tiga bagian Perjanjian Lama itu, Yesus sedang mengajarkan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya menggenapi seluruh Alkitab Ibrani. Dalam konteks ini, "Mazmur" mewakili "tulisan-tulisan," karena kitab itu yang memulai bagian ini. Selain itu, nubuat tentang Kristus lebih banyak ditemukan dalam Mazmur daripada dalam kitab-kitab lain di antara tulisan-tulisan itu.
Teks kedua yang menunjukkan bahwa Yesus mendukung seluruh Perjanjian Lama adalah Matius 23:29-36. Teks itu melaporkan bagaimana Ia mengekspos kesalahan para pemimpin Yahudi atas perbuatan jahat mereka terhadap nabi-nabi Allah. Dosa ini telah dilanggengkan selama sejarah Israel yang berabad-abad. Meski buta terhadap kejahatan leluhur mereka, orang-orang ini tidak lebih baik daripada nenek moyang mereka. Dalam konteks ini, Yesus mengatakan kepada para pemimpin ini, Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah (Mat. 23:34, 35).
Kematian Habel dilaporkan dalam kitab pertama kanon Ibrani (Kej. 4:8), sedangkan kematian Zakharia ditemukan pada bagian akhir (2 Taw. 24:20, 21). (Kedua Tawarikh adalah yang terakhir dalam urutan kitab-kitab dalam Alkitab Ibrani.) Oleh karena itu, Yesus secara tidak langsung memberikan cap persetujuan-Nya atas seluruh kanon Perjanjian Lama, dari awal sampai akhir. Matius 23:29-36 juga mengantisipasi penulisan Perjanjian Baru, yang akan selesai pada masa hidup para murid itu (abad pertama). Yesus berkata bahwa Ia mengutus "nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat." Sama seperti para pemimpin Israel telah menganiaya nabi-nabi yang menulis Perjanjian Lama, begitu juga timbalan mereka di abad pertama akan menganiaya para rasul dan nabi yang akan menulis Perjanjian Baru.
Seluruh masalah tentang bagaimana tepatnya kanon itu—baik Perjanjian Lama dan Baru—akhirnya diakui sebagai bentuk Kitab Suci yang pasti, berkuasa adalah bukan salah satu bidang paling sederhana dari kajian Alkitab. Meski begitu, bukti itu menunjukkan bahwa kanon Perjanjian Lama itu sudah terwujud sebelum zaman Kristus.
Selanjutnya, kanon Perjanjian Baru sepenuhnya ditetapkan pada akhir abad keempat Masehi. Sebagian besar dari dua puluh tujuh kitab itu, bagaimanapun, secara luas diterima sebagai Kitab Suci yang terilham jauh sebelum waktu itu. Sebagian besar kitab-kitab ini tercantum dalam Fragmen Muratori, yang mungkin bertanggal di akhir abad kedua.63Daftar lengkap kitab-kitab itu (meski beberapa dari mereka disengketakan) ditemukan dalam tulisan-tulisan Eusebius sejarawan gereja, yang bertanggal di awal abad keempat.64Kanon dua puluh tujuh kitab tercantum dalam Surat Perayaan Athanasius yang ketiga puluh sembilan (367 M.).65Kanon ini diakui dalam Konsili Hippo (393 M.) dan diulang di Konsili Ketiga di Kartago (397 M.).66
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) PASAL 6
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Pembahasan Paulus tentang hidup orang Kristen dalam 5:2-6:10 berakhir dengan perintah untuk menjadi orang ya...
PASAL 6
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Pembahasan Paulus tentang hidup orang Kristen dalam 5:2-6:10 berakhir dengan perintah untuk menjadi orang yang berguna bagi orang Kristen lainnya (6:1-10). Dengan tangannya sendiri, rasul itu mengakhiri suratnya dengan pernyataan terakhirnya, mendorong orang-orang Kristen Galatia untuk setia kepada Tuhan (6:11-18).
TFTWMS: Galatia (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Saksi-saksi tekstual bagi Yohanes 7:53-8:11, naskah-naskah Yunani di mana itu ditemukan, umumnya tidak dianggap sebagai yang tertu...
Catatan Akhir:
- 1 Saksi-saksi tekstual bagi Yohanes 7:53-8:11, naskah-naskah Yunani di mana itu ditemukan, umumnya tidak dianggap sebagai yang tertua dan terbaik. Bagaimanapun, nas ini ditemukan dalam beberapa naskah Latin dan Siria yang tertua. Itu juga muncul di hampirdi semua terjemahan bahasa Inggris kita saat ini.
- 2 Kenneth L. Boles, Galatians & Ephesians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1993), 160.
- 3 Robert L. Johnson, The Letter of Paul to the Galatians, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 166.
- 4 Lihat Rom. 15:1; 1 Kor. 8:13; 2 Kor. 11:28, 29; Gal. 6:1.
- 5 Lihat Rom. 12:3; 1 Kor. 8:2; 2 Kor. 10:12, 18.
- 6 Johnson, 167.
- 7 Xenophon Memorabilia 3.13.6.
- 8 Paulus tidak menerima dukungan keuangan dari masyarakat setempat saat ia berkhotbah di kota tertentu (1 Kor. 9:18). Ia ingin memberi contoh kerja keras dengan tangannya sendiri untuk mereka tiru (Kisah 20:33-35; 1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:7-9), dan untuk menghindari pelbagai kecaman palsu bahwa ia hanya seorang pembicara sewaan. Ketika pelbagai pertimbangan ini tidak dipertanyakan, Ia menerima dukungan dari jemaat-jemaat di kota-kota lain (2 Kor. 11:7-9; Fil. 4:10-20).
- 9 Lihat 1 Kor. 3:18; Efe. 5:6; 2 Tes. 2:3; 1 Yoh. 3:7.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 660.
- 11 Ben Witherington III, Grace in Galatia: A Commentary on St Paul's Letter to the Galatians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 431.
- 12 Richard N. Longenecker, Galatians, Word Biblical Commentary, vol. 41 (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1990), 280-81.
- 13 Bauer, 272. Definisi lain yang mungkin adalah "ketakutan di hadapan kesulitan yang besar." (Lihat Luk. 18:1; 2 Kor. 4:1, 16; Efe. 3:13; 2 Tes. 3:13.)
- 14 Ibid., 694.
- 15 Bentuk leksikal kata kerja ini adalah gra÷fw (graphō), yang berarti "menulis."
- 16 Penggunaan ini dapat dibandingkan dengan awal sebuah surat dengan kata "Yang kekasih." Banyak dari kita saat ini menggunakan gaya sapaan ini, bahkan ketika menulis kepada orang-orang yang tidak kita kenal secara pribadi.
- 17 Meski tidak jelas dalam NASB, Tertius menggunakan sebuah aorist epistolary dalam Roma 16:22 seperti yang Paulus lakukan dalam Galatia 6:11. Perbedaan utamanya adalah bahwa Tertius menggunakan bentuk partisip ketimbang kata kerja indikatif.
- 18 "Huruf-huruf besar" Paulus oleh berbagai pakar telah dikaitkan dengan "tangan[nya] yang seorang buruh" "kegagalan penglihatan[nya]," atau keinginan untuk "menekankan maksudnya" (Boles, 168).
- 19 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2nd ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 121.
- 20 Dikenal sebagai "Silas" dalam Kisah Para Rasul 15:22-18:5, "Silwanus" mungkin menjabat sebagai juru tulis Paulus untuk surat Tesalonika (lihat 1 Tes. 1:1; 2 Tes. 1:1). Ia mungkin orang yang sama yang menjabat sebagai juru tulis Petrus dalam 1 Petrus 5:12.
- 21 Lihat 1 Kor. 16:21; Kol. 4:18; Filem. 19. Tulisan tangan Paulus sendiri dalam Filemon 19 melayani dua tujuan: Itu memvalidasi surat itu dan berfungsi sebagai tanda tangannya pada surat kesanggupan (untuk mengkompensasi Filemon atas kerugian yang disebabkan oleh Onesimus).
- 22 Leon Morris, The Epistles of Paul to the Thessalonians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1956), 151.
- 23 Bauer, 411.
- 24 Lihat Kisah 2:38, 39; Rom. 2:28, 29; 9:6-8; Kol. 2:11-14.
- 25 F. F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 269.
- 26 Cicero In Defense of Rabirus 5.16.
- 27 J. B. Lightfoot, The Epistle of St. Paul to the Galatians, Classic Commentary Library (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1957), 223. Bruce juga berpendapat bahwa di sini "salib itu" kemungkinan besar mendahului kata ganti orang. (Bruce, Galatians, 271.)
- 28 Lihat Rom. 14; 15; 1 Kor. 8:1-13; 10:31-33.
- 29 "Air" dalam Yohanes 3:5 adalah memang air, dan tidak ada cara yang logis untuk membuat itu berarti apa saja kecuali air. Baptisan Alkitabiah adalah sebuah "penguburan" di dalam air (Rom. 6:4; Kol. 2:11, 12). Ini jelas cara baptisan Tuhan sendiri, cara pekerjaan persiapan Yohanes Pembaptis, dan cara dari banyak contoh baptisan Amanat Agung yang ditemukan dalam Kisah Para Rasul. Kita bergetar terhadap mereka yang memberitakan injil Kristus sekarang ini dan tetap diam tentang hal ini atau mencari interpretasi yang sangat imajinatif yang dirancang untuk meluputkan diri apa yang para rasul Yesus ajarkan dan praktikkan.
- 30 Lihat Penerapan: Kanon dalam pelajaran ini.
- 31 Seperti NASB, banyak versi lain bahasa Inggris menerjemahkan kai khusus ini sebagai "dan" dalam 6:16 (KJV; ASV; NKJV; NAB; NJB; NEB; GNT; NRSV; CJB; ESV).
- 32 Bauer, 495; F. Blass and A. Debrunner, A Greek Grammar of the New Testament and Other Early Christian Literature, trans. and rev. Robert W. Funk (Chicago: University of Chicago Press, 1961), 228 (no. 442.9).
- 33 Ungkapan itu dapat juga diterjemahkan sebagai "yaitu, Israel milik Allah" atau "yaitu Israel milik Allah." Versi-versi lainnya tiba pada arti yang sama dengan menghilangkan kata sambung itu (RSV; REB; CEV; NLT).
- 34 R. Alan Cole, The Epistle of Paul to the Galatians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 183-84.
- 35 Justin Martyr Dialogue with Trypho 11.
- 36 John Chrysostom Commentary on Galatians 6.15, 16.
- 37 Acuan lain yang memungkinkan untuk gereja sebagai "Israel" ditemukan dalam Roma 11:26, meski penafsiran nas ini adalah sulit.
- 38 Longenecker, 300.
- 39 Tampaknya, para budak yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi tidak dicap. Namun begitu, mereka yang rela untuk memilih menjadi budak untuk hidup "telinganya ditandai" dengan menusuk satu telinganya dengan alat tusuk (Kel. 21:5, 6; Ula. 15:16, 17).
- 40 Sikap "kehalusan" (prautēs), yang juga diterjemahkan "lemah lembut" atau "kerendahan hati," diperlukan bagi mereka yang menangani masalah yang begitu sensitif dan serius seperti disiplin gereja. Seperti disebutkan sebelumnya, kata Yunani untuk "memulihkan" (katartizō) pada dasarnya berarti "meletakkan dengan cara yang benar," untuk "memperbaiki" apa yang pecah atau sobek, seperti ketika Yakobus dan Yohanes sedang "memperbaiki jala mereka" setelah memancing (Mat. 4:21). Penerapan rohaninya muncul dalam 1 Korintus 1:10 dan 1 Tesalonika 3:10, di mana itu mengacu kepada hubungan dalam gereja yang butuh "perbaikan" sehingga umat Tuhan dapat berfungsi dengan baik dan mencapai misi mereka di dunia. Sama seperti jala tidak akan mengumpulkan ikan jika robek, gereja juga tidak akan dapat memenuhi agenda ilahi tentang "menjala" manusia jika persekutuannya itu dikoyak oleh perpecahan dan semangat golongan (lihat Mat. 5:14-16; Yoh. 13:34, 35).
- 41 Mengenai disiplin gereja dan penarikan diri dari persekutuan, lihat 1 Kor. 5:5, 11; 2 Tes. 3:6, 13-15; Tit. 3:9-11; 2 Yoh. 9, 10.
- 42 Alkitab NASB, serta banyak versi lain, menerjemahkan kedua frasa ini dengan artikel kata sandang pasti "itu," meski itu tidak ada dalam teks Yunani.
- 43 Henry George Liddell and Robert Scott, A Greek-English Lexicon, 9th ed., rev. and aug. with supplement, rev. Henry Stuart Jones and Roderick Jackenzie (Oxford: Clarendon Press, 1968), 570.
- 44 W. Gutbrod, " e¡nnomoß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:1087.
- 45 Lihat Mat. 22:36-40; Yoh. 13:34, 35; Rom. 13:8-10; Yak. 2:8, 12.
- 46 Lihat Mat. 16:27; 25:31-46; 2 Kor. 5:10; Efe. 6:5-9; Why. 20:11-13; 22:12.
- 47 W. Gutbrod, " ajnomi÷a," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:1086.
- 48 Lihat Mat. 7:12; 22:36-40; Rom. 13:8-10.
- 49 Lihat Kisah 2:44-47; 4:32-37; 6:1-6.
- 50 Fred A. Fillmore, "Sowing the Seed of the Kingdom," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 51 Knowles Shaw, "Bringing in the Sheaves," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 52 Lihat Gal. 1:6-10; Rom. 16:17; 1 Tim. 6:3-5; 2 Yoh. 10.
- 53 Lihat Rom. 14:1-15:7; 1 Kor. 8:1-13; 10:23-33.
- 54 Lihat Kisah 24:17; Rom. 15:25-28; 1 Kor. 16:1, 2; 2 Kor. 8; 9.
- 55 Lihat Yes. 22:22; Mat. 16:18, 19; Kisah 2:14, 37-41.
- 56 Lihat Ula. 10:12-16; 30:4-6; Yer. 9:25, 26; Fil. 3:2, 3; Kol. 2:11-14.
- 57 Meski Gereja Ortodoks Yunani memahami baptisan secara benar sebagai pembenaman saja, namun para anggotanya sering membaptis orang yang salah (anak-anak bayi yang tidak berdosa dan tidak dapat untuk percaya).
- 58 Lihat Rom. 6:1-8; Gal. 3:26-29; Kol. 2:9-13.
- 59 Lihat Kisah 2:21, 37-41; 22:16; 1 Kor. 6:11; Ibr. 10:19-23.
- 60 Ungkapan ini muncul dalam teks Yunani 1 Korintus 10:18. Gagasan ini juga ditemukan dalam Galatia 4:23, 29.
- 61 D. A. Carson, Douglas J. Moo, and Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1992), 487.
- 62 Ibid., 492.
- 63 F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1988), 158-61.
- 64 Eusebius Ecclesiastical History 3.3.
- 65 Athanasius Letter 39.5.
- 66 Bruce, Canon, 232-33.
Pengarang: Jack McKinney
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi