Teks -- Yohanes 18:12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 18:12 - -- 18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Dalam ayat ini men...
18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Dalam ayat ini menjadi sangat jelas bahwa baik Roma (pasukan prajurit serta perwiranya) maupun Yerusalem (penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu) diwakili dalam kejahatan ini.
Mereka tidak menangkap Petrus, tetapi Yohanes tidak menjelaskan mengapa dia yang melukai Malkhus dibiarkan. Dari Lukas 22:50 kita mengerti bahwa telingga itu disembuhkan, sehingga Petrus tidak ditangkap.
Hagelberg: Yoh 18:12-14 - -- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
Peranan "Imam Besar" dalam pasal ini dapat membingungkan orang yang tidak mengerti latar belakang sejarah zaman i...
2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
Peranan "Imam Besar" dalam pasal ini dapat membingungkan orang yang tidak mengerti latar belakang sejarah zaman itu. Dari tahun 6 sampai 15 M. Hanas adalah Imam Besar di Yerusalem. Pada tahun 15 M. Valerius Gratus (yang menjabat sebagai gubernur Yudea sebelum Pontius Pilatus) menarik Hanas, padahal menurut Perjanjian Lama Imam Besar menjabat sampai mati. Namun Hanas tetap mempunyai kuasa dan wewenang yang sangat besar oleh karena dua hal. Pertama, pada umumnya orang-orang Yahudi tidak mau menerima tindakan Valerius Gratus, karena melawan Firman Allah, dan karena mereka dendam terhadap Roma yang campur tangan dalam urusan mereka, lebih-lebih urusan agama. Kedua, Hanas mempunyai wewenang yang sangat besar, karena lima anaknya dan juga satu menantu lelaki diangkat oleh pemerintah Roma sebagai Imam Besar, dan mereka tunduk kepada kuasa ayah mereka. Keluarga Hanas mempunyai "monopoli" atas jabatan Imam Besar dari tahun 17-41 M. Oleh karena itu, pada waktu yang dikisahkan dalam nas ini, ada dua orang yang dianggap Imam Besar. Dari segi tatanan hukum Roma, Kayafas adalah Imam Besar, tetapi dari segi pendapat banyak orang Yahudi, dan dari segi wibawa, Hanas adalah Imam Besar.
Dengan latar belakang itu, beberapa hal menjadi lebih jelas dalam nas ini. Injil Matius, Markus, dan Lukas tidak menceritakan Hanas, mereka hanya menceritakan pertemuan dengan Kayafas, yang adalah Imam Besar menurut tatanan hukum Roma. Yohanes menulis kepada orang-orang Yahudi, yang tidak menjadi bingung mengenai adanya dua Imam Besar. Hanas adalah Imam Besar yang disebutkan dalam ayat 19. Kayafas menantikan keputusan bapak mertuanya sebelum dia menyampaikan keputusan yang resmi kepada Pilatus.1221
Hagelberg: Yoh 18:12 - -- 18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Dalam ayat ini men...
18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Dalam ayat ini menjadi sangat jelas bahwa baik Roma (pasukan prajurit serta perwiranya) maupun Yerusalem (penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu) diwakili dalam kejahatan ini.
Mereka tidak menangkap Petrus, tetapi Yohanes tidak menjelaskan mengapa dia yang melukai Malkhus dibiarkan. Dari Lukas 22:50 kita mengerti bahwa telingga itu disembuhkan, sehingga Petrus tidak ditangkap.
E. Pemeriksaan, Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
Hagelberg: Yoh 13:1--20:31 - -- IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah b...
IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah berakhir. Dia meninggalkan orang banyak, dan Dia memperhatikan murid-murid-Nya. Tema kematian-Nya semakin jelas dalam perkataan-Nya kepada mereka.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 18:1-12
Matthew Henry: Yoh 18:1-12 - Penangkapan Kristus
Sampai sekarang, penulis Injil ini tidak banyak mencatat tentang riwayat Kristus. Ia sekadar mencatat apa yang dibutuhkan untuk memperkenalkan pem...
- Sampai sekarang, penulis Injil ini tidak banyak mencatat tentang riwayat Kristus. Ia sekadar mencatat apa yang dibutuhkan untuk memperkenalkan pembicaraan-pembicaraan-Nya. Namun, kini saat kematian Yesus sudah semakin dekat, ia menjadi begitu terperinci dalam menggambarkan keadaan yang berkaitan dengan kesengsaraan-Nya. Bahkan menggambarkan pula beberapa hal yang diabaikan penulis-penulis Injil yang lain, terutama perkataan-perkataan-Nya. Betapa para pengikut-Nya sama sekali tidak merasa malu akan salib-Nya dan tidak berusaha menyembunyikannya. Bahkan, melalui perkataan dan tulisan, mereka giat mempermaklumkannya dan sangat bersukacita karenanya. Pasal ini menceritakan:
- I. Bagaimana Kristus ditangkap di taman dan menyerahkan diri sebagai seorang tawanan (ay. 1-12).
- II. Bagaimana Ia diperlakukan dengan kasar dan kejam di istana Imam Besar, dan bagaimana Petrus, yang saat itu, menyangkali Dia (ay. 13-27).
- III. Bagaimana Ia didakwa di hadapan Pilatus dan diperiksa olehnya, lalu bersama Barabas dijadikan pilihan untuk dibebaskan guna menyukakan hati orang banyak, dan ternyata Ia tidak dipilih (ay. 28-40).
Penangkapan Kristus (18:1-12)
- Sekarang tibalah saatnya Sang Pemimpin keselamatan kita, yang dibuat sempurna melalui berbagai penderitaan, harus menghadapi musuh. Di sini kita membaca saat Dia memasuki pengalaman tersebut. Hari pembalasan ada di dalam hati-Nya dan tahun segala orang tebusan-Nya pun telah sampai, dan tangan-Nya sendiri yang mengerjakan keselamatan itu, sebab Ia tidak mempunyai banyak waktu lagi. Baiklah kita menyimpang ke sana dan melihat penglihatan yang hebat ini.
- I. Bak pahlawan yang gagah perkasa, Yesus Tuhan kita menjadi yang pertama maju ke medan perang (ay. 1-2). Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, setelah Ia menyampaikan pengajaran-Nya, menaikkan doa, dan dengan demikian mengakhiri kesaksian-Nya, Ia tidak mau membuang-buang waktu. Sebaliknya, Ia segera bergegas keluar dari rumah itu, ke luar kota. Ia berjalan di bawah terang cahaya bulan, karena hari raya Paskah selalu dirayakan pada saat bulan purnama. Ia pergi bersama-sama dengan murid-murid-Nya (bersebelas, karena Yudas justru sedang dipekerjakan oleh orang lain). Dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron, yang mengalir di antara Yerusalem dan Bukit Zaitun. Di situ ada suatu taman, bukan milik-Nya, tetapi milik beberapa sahabat-Nya yang mengizinkan Dia menggunakan taman itu dengan bebas.
- Perhatikanlah:
- . Bahwa Yesus Tuhan kita memasuki berbagai penderitaan-Nya setelah Ia mengatakan semuanya itu, sama seperti yang telah dicatat oleh Matius, setelah Ia menyelesaikan segala pengajaran-Nya (Mat. 26:1).
- Di sini hal ini berarti:
- (1) Bahwa Yesus Tuhan kita mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab-Nya. Tugas seorang imam adalah mengajar, berdoa, dan mempersembahkan korban. Setelah Kristus mengajar dan berdoa, Ia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penghapus dosa. Kristus telah menyampaikan semua yang harus Ia sampaikan sebagai seorang Nabi, dan sekarang Ia mengarahkan diri-Nya untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang Imam, yaitu menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah. Dan, setelah melewati semuanya ini, Ia memasuki jabatan Rajani.
- (2) Bahwa sesudah mempersiapkan murid-murid-Nya dengan pengajaran-Nya untuk menghadapi saat pencobaan ini, dan mempersiapkan diri-Nya sendiri dengan doa untuk menghadapinya, dengan gagah berani Ia pergi menyongsong semua penderitaan itu. Ia memasuki kancah pertempuran setelah mengenakan persenjataan selengkapnya, bukan sebelumnya. Hendaknya orang-orang yang menderita karena kehendak Allah, karena alasan yang baik, dengan hati nurani yang baik, dan mempunyai panggilan yang jelas tentang penderitaan itu, menghibur diri mereka dengan hal ini, bahwa Kristus tidak akan membiarkan mereka memasuki peperangan apa pun tanpa terlebih dahulu melengkapi mereka dengan semua hal yang diperlukan guna menghadapi peperangan itu. Jika kita menerima pengajaran dan penghiburan Kristus serta ambil bagian dalam tindak pengantaraan-Nya, maka dengan kebulatan hati yang tak tergoyahkan kita akan berani melewati berbagai kesukaran terhebat sekalipun dalam menjalani kewajiban ibadah kita.
- . Bahwa Ia keluar bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas tahu di rumah mana Ia tinggal di kota itu, dan sebenarnya bisa saja Ia tetap tinggal di sana dan menghadapi penderitaan-Nya.
- Akan tetapi:
- (1) Kristus mau melakukan apa yang hendak Ia lakukan dan Ia tidak akan mengubah cara kerja-Nya. Ia harus memilih untuk menyongsong salib atau kehilangan kesempatan itu ketika saatnya telah tiba. Telah menjadi kebiasaan-Nya bila sedang berada di Yerusalem untuk beristirahat pada malam hari di Bukit Zaitun, setelah bekerja sepanjang hari bagi orang banyak. Di sanalah markas-Nya, di pinggiran kota, karena mereka tidak akan menyediakan tempat bagi-Nya di dalam istana-istana di jantung kota. Inilah kebiasaan-Nya. Ia tidak dapat dipaksa mengubah cara kerja-Nya hanya karena Ia telah mengetahui sebelumnya tentang penderitaan-Nya ini. Sebaliknya, sama seperti yang dilakukan Daniel, Ia tetap berdoa serta memuji Allah-nya, seperti yang biasa dilakukannya (Dan. 6:11).
- (2) Ia tidak ingin timbul keributan di antara rakyat, seperti yang diinginkan oleh musuh-musuh-Nya. Karena cara berbantah dan berteriak bukanlah kebiasaan-Nya. Seandainya Ia ditangkap di tengah kota dan karena itu timbul huru-hara besar di sana, mungkin banyak yang terluka dan akan terjadi pertumpahan darah. Karena itulah Ia menyingkir ke luar kota. Perhatikanlah, bila kita terlibat dalam suatu masalah, janganlah sampai melibatkan orang lain juga. Bukanlah cela bagi para pengikut Kristus untuk mengalah. Orang-orang yang mencari kehormatan manusia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka. Tetapi orang yang menyadari betapa berharganya kehidupan mereka bagi Kristus, tidak akan membiarkan setetes darah pun tertumpah, dan melalui pertimbangan akal sehat, tidak perlu berbuat nekad.
- (3) Ia hendak memberikan contoh bagi kita pada awal kesengsaraan-Nya, seperti yang juga dilakukan-Nya pada akhir penderitaan-Nya, untuk menarik diri dari dunia ini. Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya (Ibr. 13:13). Kita harus mengesampingkan dan meninggalkan semua hiruk pikuk, kekhawatiran, dan hiburan dari kota-kota, bahkan dari kota-kota suci sekalipun, jika kita ingin memikul salib kita dengan penuh sukacita dan memelihara persekutuan kita dengan Allah.
- . Bahwa Ia pergi ke seberang sungai Kidron. Ia harus menyeberangi sungai ini untuk pergi ke Bukit Zaitun. Perhatian tentang hal ini menunjukkan adanya sesuatu yang penting di dalamnya, yaitu:
- (1) Nubuat Daud tentang Sang Mesias (Mzm. 110:7), bahwa Ia akan minum dari sungai di tepi jalan, yaitu sungai penderitaan di tengah perjalanan menuju kemuliaan-Nya dan keselamatan kita. Hal ini dilambangkan oleh sungai Kidron, sungai yang hitam, yang dinamakan demikian karena kegelapan yang meliputi lembah tempat sungai itu mengalir atau karena warna air sungai yang tercemar oleh limbah dari kota itu. Air sungai seperti itulah yang diminum Kristus ketika menempuh perjalanan untuk menebus kita, dan oleh sebab itu Ia mengangkat kepala, kepala-Nya sendiri dan juga kepala kita.
- (2) Teladan Daud sebagai lambang Sang Mesias. Dalam pelariannya dari Absalom, perhatian khusus diberikan pada penyeberangan Daud melintasi sungai Kidron dan pendakiannya menuju Bukit Zaitun sambil menangis. Seluruh rakyat yang bersama-sama dengannya juga turut menangis (2Sam. 15:23, 30). Anak Daud, yang diusir keluar oleh orang-orang Yahudi yang menentang-Nya, yang tidak suka Ia menjadi raja mereka (dan Yudas, seperti Ahitofel, juga bersekongkol melawan Dia), menyeberangi sungai itu dalam keadaan hina dina, didampingi sekawanan peratap yang benar-benar berkabung. Raja-raja Yehuda yang saleh telah membakar dan menghancurkan berhala-berhala yang mereka temukan di Lembah Kidron, seperti Asa (2Taw. 15:16), Hizkia (2Taw. 30:14), dan Yosia (2Raj. 23:4, 6). Ke dalam lembah itulah semua yang sangat buruk dan rusak dibuang. Kristus, yang sekarang dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dapat menghapuskan dan menanggung dosa kita, memulai kesengsaraan-Nya di tepi sungai yang sama. Bukit Zaitun, tempat Kristus memulai penderitaan-Nya, terletak di sisi timur Yerusalem, sedangkan Bukit Golgota, tempat Ia mengakhiri penderitaan-Nya, terletak di sisi Barat. Ke tempat-tempat inilah Ia mengarahkan pandangan-Nya, karena banyak orang akan datang dari Timur dan Barat.
- . Bahwa Ia masuk ke sebuah taman. Keadaan ini hanya diperhatikan oleh penulis Injil ini, yaitu bahwa penderitaan Kristus dimulai di sebuah taman. Di taman Eden-lah dosa dimulai. Di sanalah kutuk itu dinyatakan, dan di sana jugalah Juruselamat itu dijanjikan. Oleh karena itu, di dalam sebuah taman, keturunan yang dijanjikan itu memulai pertempuran melawan si ular tua itu. Kristus juga dikuburkan di sebuah taman.
- (1) Marilah kita, ketika berjalan di taman kita masing-masing, mengambil kesempatan untuk merenungkan penderitaan Kristus di sebuah taman. Oleh semua penderitaan-Nya itulah kita beroleh kesenangan di dalam taman-taman kita. Oleh penderitaan-Nya itulah kutuk terhadap tanah ini dihapuskan demi kepentingan umat manusia.
- (2) Ketika kita sedang berada di tengah-tengah kekayaan dan kenikmatan, kita harus tetap berjaga-jaga akan datangnya kesukaran, karena taman-taman sukacita kita terletak di dalam lembah air mata.
- . Bahwa Ia pergi bersama murid-murid-Nya,
- (1) Karena Ia sudah terbiasa mengajak mereka bersama-sama bila Ia mengundurkan diri untuk berdoa.
- (2) Mereka harus menjadi saksi atas semua penderitaan-Nya, dan atas kesabaran-Nya dalam menanggung penderitaan itu. Dengan begitu mereka dapat memiliki keyakinan yang lebih teguh dan kasih yang lebih besar ketika memberitakan penderitaan-Nya kepada dunia ini (Luk. 24:48). Selain itu, semuanya ini juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi penderitaan.
- (3) Ia akan membawa mereka ke dalam bahaya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka lemah, meskipun mereka telah mengucapkan janji setia kepada-Nya. Adakalanya Kristus membawa umat-Nya ke dalam berbagai kesulitan supaya Ia dapat lebih lagi mempermuliakan diri-Nya melalui pembebasan mereka.
- . Bahwa Yudas, si pengkhianat, mengetahui tempat itu. Ia mengenal tempat itu sebagai tempat di mana Kristus biasa mengundurkan diri dari orang banyak. Mungkin juga melalui beberapa perkataan Kristus, ia tahu bahwa Kristus bermaksud ke sana pada malam itu, karena Ia menginginkan tempat menyendiri yang lebih baik. Taman yang sunyi merupakan tempat yang tepat untuk merenung dan berdoa. Lagi pula, setelah merayakan Paskah, itulah saat yang tepat untuk menyendiri guna melakukan ibadah pribadi. Dengan demikian kita dapat mendoakan segala kesan yang tertanam dalam hati kita dan membaharui janji-janji kita, serta meneguhkannya. Pengetahuan Yudas akan tempat itu sengaja disebutkan di sini,
- (1) Untuk memperparah lagi dosa Yudas, bahwa ia mau juga menyerahkan Gurunya, meskipun memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Terlebih lagi, bahwa dia mau memanfaatkan hubungan akrabnya dengan Kristus sebagai peluang untuk menyerahkan Dia. Akal sehat akan mengecam perbuatan rendah demikian. Dengan demikian agama kudus Kristus telah terluka di rumah sahabat-sahabat-Nya sendiri, karena memang tidak mungkin agama itu dilukai di tempat lain selain di tempatnya sendiri. Orang murtad tidak akan menjadi begitu najis, seandainya dia bukan seorang percaya. Orang tidak akan begitu mempermalukan Kitab Suci dan ketetapan Tuhan, seandainya ia belum pernah mengenalnya.
- (2) Untuk mengagungkan kasih Kristus. Meskipun tahu di mana si pengkhianat itu akan mencari-Nya, Ia justru pergi ke sana agar dapat ditemukan orang itu, karena sekarang Ia tahu bahwa saatnya telah tiba. Dengan demikian Ia menunjukkan bahwa Ia bersedia menderita dan mati untuk kita. Apa yang Ia lakukan bukanlah karena paksaan, melainkan dengan persetujuan-Nya. Meskipun sebagai manusia Ia berkata, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, namun sebagai Sang Pengantara, Ia berkata, "Sungguh, Aku datang, Aku datang dengan kehendak yang baik." Hari telah larut malam (mungkin sekitar pukul delapan atau sembilan malam) ketika Kristus pergi ke taman itu, karena melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya, bukan saja menjadi makanan dan minuman-Nya, tetapi juga jam istirahat dan tidur-Nya. Ketika orang lain pergi tidur, Ia pergi berdoa, pergi untuk menderita.
- II. Setelah Yesus, yang memimpin kita kepada keselamatan, masuk di medan laga, musuh segera tiba di tempat itu dan menyerang-Nya (ay. 3). Yudas dan orang-orangnya datang ke sana. Mereka diperintahkan oleh imam-imam kepala, khususnya mereka yang termasuk golongan Farisi, yang menjadi musuh besar Kristus. Penulis Injil ini tidak menyinggung kejadian kesengsaraan Kristus, sebab ketiga penulis lainnya telah menuturkannya secara lengkap. Ia langsung bertutur tentang Yudas dan orang banyak yang menyertai dia saat menangkap Kristus. Amatilah di sini,
- . Orang-orang yang dipakai dalam tindakan ini -- Sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala, datang bersama Yudas.
- (1) Banyak orang dikerahkan di sini untuk melawan Kristus -- sepasukan prajurit, speira -- satu divisi, sepasukan prajurit Romawi, yang diperkirakan berjumlah lima ratus orang, sementara ada juga yang menduga sampai seribu orang. Sahabat-sahabat Kristus hanya sedikit jumlahnya, sedangkan musuh-Nya banyak. Oleh karena itu, janganlah kita turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan janganlah takut kepada orang banyak yang merancangkan kejahatan terhadap kita, jika Allah di pihak kita.
- (2) Yang datang di sini adalah campuran orang banyak, yakni orang-orang bukan-Yahudi para prajurit Romawi, satuan khusus pengawal yang ditempatkan di menara Antonia untuk mengendalikan kota, dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala, hypēretas. Baik pelayan-pelayan rumah mereka maupun penjaga-penjaga istana adalah orang-orang Yahudi. Sebenarnya kedua golongan ini saling berseteru, namun di sini mereka bersatu untuk melawan Kristus, yang datang untuk memperdamaikan keduanya, dalam satu tubuh, dengan Allah.
- (3) Orang banyak ini adalah orang-orang suruhan, bukan huru hara rakyat. Sama sekali bukan massa, karena mereka ini menerima perintah dari imam-imam kepala. Imam-imam kepala inilah yang telah melaporkan Yesus kepada wali negeri dan mengatakan bahwa Yesus orang yang sangat berbahaya. Kemungkinannya mereka mendapat jaminan dari wali negeri untuk menangkap Dia, sebab mereka takut kepada orang banyak. Lihatlah, seperti apa musuh-musuh yang dihadapi dan akan dihadapi Kristus dan Injil itu. Mereka tampak banyak dan kuat, dan karena itu sangat menggetarkan. Kekuasaan pemuka agama dan negara bergabung menjadi satu melawan Kristus dan Injil (Mzm.2:1-2). Kristus berkata bahwa hal seperti itu akan terjadi (Mat. 10:18), dan ternyata memang terjadi.
- (4) Semua ada di bawah petunjuk Yudas. Dialah yang menerima sepasukan prajurit ini. Mungkin ia memang memintanya, sambil menegaskan perlunya mengerahkan pasukan yang kuat. Ia begitu ingin mendapat kehormatan menjadi kepala pasukan dalam penyergapan ini, karena ia begitu tamak akan upah perbuatan-perbuatan jahat. Ia membayangkan betapa senangnya beralih kedudukan dari barisan belakang dua belas orang hina dan sekarang berada di barisan terdepan sebagai pemimpin ratusan orang menakutkan ini. Belum pernah ia menjadi tokoh seperti ini, dan mungkin ia berjanji kepada diri sendiri, bahwa ini tidak boleh yang terakhir. Ia harus dihadiahi pangkat kapten atau yang lebih tinggi lagi jika berhasil baik dalam upaya ini.
- . Persiapan yang mereka lakukan untuk melancarkan serangan ini. Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
- (1) Meskipun mereka bisa memanfaatkan terang dari cahaya bulan, mereka masih merasa memerlukan berbagai cahaya tambahan ini, untuk berjaga-jaga seandainya Kristus bersembunyi. Adam yang kedua, tidak seperti Adam yang pertama, tidak akan menyembunyikan diri di antara pohon-pohonan dalam taman karena rasa takut ataupun malu. Alangkah bodohnya mencari Sang Surya dengan menyalakan sebatang lilin.
- (2) Jika Ia melawan, mereka dapat menggunakan senjata-senjata mereka. Senjata perjuangan-Nya adalah senjata rohani, dan dengan senjata-senjata inilah Ia sering mengalahkan mereka serta membuat mereka bungkam. Karena itulah mereka sekarang berpaling dengan mengandalkan senjata-senjata lain, yaitu pedang dan pentung.
- III. Yesus Tuhan kita memukul mundur serangan pertama musuh dengan gilang-gemilang (ay. 4-6). Amatilah di sini,
- . Cara Ia menyambut mereka dengan luar biasa lembut dan tenangnya.
- (1) Ia menyapa mereka dengan pertanyaan yang sangat lembut dan ramah (ay. 4). Karena Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, Ia sama sekali tidak terkejut melihat tanda bahaya ini. Ia melangkah maju ke depan untuk menemui mereka. Seolah-olah Ia sama sekali tidak merasa terganggu. Dengan lembut Ia bertanya, "Siapakah yang kamu cari? Ada apa? Apa arti semua keributan di malam yang larut ini?"
- Lihatlah di sini:
- [1] Kristus telah mengetahui penderitaan-Nya terlebih dahulu. Ia tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, karena Ia telah berikrar untuk menanggung semuanya itu. Jika kita tidak memiliki kekuatan seperti yang dimiliki Kristus untuk menanggung apa yang telah kita ketahui, janganlah ingin tahu tentang apa yang akan datang menimpa kita, karena itu hanya akan membuat kita terus berpikir mengenai kepedihan kita. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Namun, memang baik juga bagi kita untuk berjaga-jaga menghadapi penderitaan, supaya apabila penderitaan itu datang, kita dapat berkata, "Ini hanyalah penderitaan yang telah kami perkirakan, biaya yang telah kami anggarkan sebelumnya."
- [2] Kesiapsediaan Kristus menghadapi penderitaan-Nya. Ia tidak melarikan diri dari penderitaan itu. Sebaliknya, Ia justru pergi menyongsongnya, mengulurkan tangan untuk meraih cawan pahit itu. Ketika orang banyak dengan paksa ingin memahkotai dan mengangkat-Nya sebagai raja di Galilea, Ia mengundurkan diri dan bersembunyi (6:15). Tetapi, ketika mereka datang untuk memaksa-Nya menuju salib, Ia malah menyerahkan diri, karena Ia memang datang ke dunia ini untuk menderita dan pergi untuk memerintah di kehidupan yang akan datang. Ini tidak berarti bahwa kita boleh menerjunkan diri begitu saja ke dalam kesulitan tanpa tujuan jelas, karena kita tidak tahu kapan saat kita tiba. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menderita ketika memang sudah tidak ada jalan lagi untuk menghindarinya, yang bukan diakibatkan oleh dosa. Bilamana hal seperti ini terjadi, biarlah hal ini tidak membuat kita gentar, karena semua ini tidak dapat menyakiti kita.
- (2) Ia menjawab mereka dengan sangat tenang dan lembut ketika mereka memberi tahu siapa yang mereka cari (ay. 5). Mereka menjawab, Yesus dari Nazaret. Dan Ia berkata, Akulah Dia.
- [1] Tampaknya, ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Sangatlah mungkin bahwa banyak orang dari antara para prajurit Romawi ini, setidaknya para penjaga Bait Allah, telah sering melihat Dia, meskipun hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka belaka. Lagi pula, pastilah bahwa Yudas sudah sangat mengenal Dia. Namun, tidak seorang pun dari mereka yang bisa mengakui dan berkata, Engkaulah orang yang kami cari. Dengan demikian Ia menunjukkan kebodohan mereka dalam hal membawa-bawa lentera dan suluh, karena Ia sanggup membuat mereka tidak mengenali-Nya ketika melihat Dia. Dalam hal ini, Ia juga menunjukkan kepada kita, betapa mudahnya Ia mengacaukan rencana musuh-musuh-Nya dan membuat mereka hilang akal ketika sedang berusaha berbuat kejahatan.
- [2] Dalam pencarian mereka, mereka menyebut Dia Yesus dari Nazaret, satu-satunya julukan yang mereka kenal tentang diri-Nya, atau mungkin juga itulah yang diperintahkan kepada mereka. Nama ini adalah nama untuk merendahkan Dia, untuk mengaburkan bukti keberadaan-Nya sebagai Mesias. Dengan sebutan ini, tampaklah bahwa mereka tidak mengenal Dia, tidak tahu dari mana asal-Nya. Karena jika mereka sungguh-sungguh mengenal Dia, mereka tentunya tidak akan menganiaya Dia.
- [3] Ia menjawab mereka dengan jujur: Akulah Dia. Ia tidak mengambil keuntungan dari kebutaan mereka, seperti yang dilakukan Elisa terhadap orang-orang Aram dengan berkata, Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya. Sebaliknya, Ia malah menjadikan kesempatan tersebut sebagai peluang guna menunjukkan kesediaan-Nya untuk menderita. Meskipun mereka menyebut Dia Yesus dari Nazaret, Ia memberi jawab juga pada nama itu, karena Ia memandang rendah penghinaan itu. Ia bisa saja berkata, Aku bukan Dia, karena Ia adalah Yesus dari Betlehem. Namun, Ia sama sekali tidak mau bersilat lidah seperti itu. Dengan ini Ia mengajar kita untuk mengakui Dia, berapa pun harga yang harus kita bayar. Kita tidak boleh merasa malu karena Dia atau perkataan-Nya, bahkan sebaliknya dalam masa-masa sulit pun kita harus tetap mengakui Kristus yang disalibkan dan berjuang seperti laki-laki di bawah panji-panji-Nya. Akulah Dia, Egō eimi -- Akulah Dia, adalah nama yang mulia dari Allah yang Kudus (Kel. 3:14), dan kehormatan nama itulah yang dipertaruhkan dengan semestinya oleh Yesus Yang Terberkati itu.
- [4] Perhatian khusus, dalam kalimat tambahan, dicatatkan di sini bahwa Yudas berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ia yang biasa berdiri bersama orang-orang yang mengikuti Kristus, sekarang berdiri bersama mereka yang melawan Dia. Hal ini menggambarkan adanya kemurtadan. Ia seorang yang bermuka dua, suka mengubah pendiriannya. Ia telah menggiring dirinya sendiri bersama mereka yang telah menawan hatinya, dan bersama mereka jugalah ia akan menerima nasibnya pada hari penghakiman. Hal ini disebutkan di sini,
- Pertama, untuk menunjukkan kekurangajaran Yudas. Tentunya orang akan bertanya-tanya, dari mana ia memperoleh keyakinan untuk berhadapan dengan Gurunya sekarang, dan sama sekali tidak merasa malu dan tidak mengenal nodanya. Iblis telah memberikan dahi perempuan sundal di dalam hatinya.
- Kedua, untuk menunjukkan bahwa secara khusus Yudaslah yang dibidik oleh kuasa yang menyertai perkataan Akulah Dia, untuk menggagalkan upaya penyerang-penyerang itu. Ini seperti sebuah anak panah yang ditujukan langsung ke hati nurani si pengkhianat dan yang menembus dengan cepat. Karena kedatangan Kristus dan suara-Nya akan terdengar lebih mengerikan bagi orang-orang yang murtad dan para pengkhianat daripada bagi orang-orang berdosa dari tingkatan lainnya.
- . Lihatlah betapa Ia membuat mereka merasa ngeri dan memaksa mereka mundur (ay. 6): Mundurlah mereka, dan seperti orang tersambar petir, mereka jatuh ke tanah. Tampaknya, mereka tidak jatuh tertelungkup, seperti orang merendahkan diri dan menyerah di hadapan-Nya, tetapi terpelanting ke belakang. Jadi Kristus dinyatakan sebagai lebih daripada manusia biasa, bahkan ketika Ia diinjak-injak seperti seekor ulat dan bukan orang. Perkataan ini, "Akulah Dia," telah memulihkan dan membangkitkan kembali semangat murid-murid-Nya (Mat. 14:27). Tetapi, perkataan yang sama justru memukul jatuh musuh-musuh-Nya. Melalui hal ini Ia menunjukkan dengan jelas,
- (1) Betapa Ia mampu melakukan apa saja terhadap mereka.
- Ketika Ia menjatuhkan mereka, bisa saja Ia memukul mereka sampai mati. Ketika Ia menjatuhkan mereka ke tanah dengan perkataan-Nya, bisa saja Ia memerintahkan ke neraka, dan mengirim ke sana, seperti Korah dan semua orang yang ada padanya. Tetapi Ia tidak mau berbuat seperti itu,
- [1] Karena saat penderitaan-Nya telah tiba, dan Ia tidak akan mengabaikannya. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa nyawa-Nya tidak akan dapat dirampas dengan paksa dari-Nya, tetapi Ia menyerahkan nyawa-Nya sendiri, seperti yang telah Ia katakan.
- [2] Karena Ia ingin memberi contoh tentang kesabaran-Nya dalam menghadapi kejahatan manusia. Ia hendak memberi contoh tentang kasih-Nya yang penuh dengan rasa belas kasihan bagi musuh-musuh-Nya. Dengan menghantam mereka jatuh, dan tidak lebih dari itu, Ia memanggil dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat. Tetapi hati mereka tetap degil, dan semuanya sia-sia saja.
- (2) Apa yang pada akhirnya akan Ia lakukan terhadap semua musuh-Nya yang kepala batu. Bahwa mereka yang tidak bertobat untuk memuliakan Dia, akan lari, dan jatuh di hadapan-Nya. Sekarang ayat Kitab Suci dalam Mazmur 21:13 telah digenapi, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dan juga dalam Mazmur 20:9. Kebenaran ini akan terus digenapi, dengan nafas mulut-Nya, Ia akan memusnahkan si pendurhaka (2Tes. 2:8; Why. 19:21). Quid judicaturus faciet, qui judicandus hoc facit? -- Bagaimana jadinya nanti bila Ia datang untuk menghakimi, karena ketika datang untuk dihakimi saja Ia sudah melakukan hal-hal seperti ini -- Augustinus.
- IV. Setelah memukul mundur musuh-musuh-Nya, Ia memberi perlindungan bagi sahabat-sahabat-Nya. Dan hal ini juga dilakukan-Nya dengan Firman-Nya (ay. 7-9). Dalam kejadian tersebut kita dapat mengamati,
- . Bagaimana Ia terus menghadapi kemarahan mereka (ay. 7).
- Mereka tidak terbaring lama di tempat mereka jatuh, tetapi bangkit kembali, dengan izin ilahi. Hanya di dunia yang lain sajalah hukuman Allah bersifat kekal. Saat mereka jatuh, orang mungkin menduga bahwa Kristus akan melarikan diri, dan ketika mereka bangkit kembali, orang menduga bahwa mereka akan membatalkan pencarian mereka. Namun, kita masih mendapati,
- (1) Mereka masih tetap saja bernafsu untuk menangkap Dia seperti pada awalnya. Masih dalam keadaan agak bingung dan kacau mereka menjadi sadar. Mereka tidak dapat membayangkan apa yang telah menjatuhkan mereka, mengapa mereka tidak dapat tetap teguh berdiri. Mereka lebih mengaitkan kejadian itu dengan sesuatu yang lain, bukan dengan kuasa Kristus. Perhatikanlah, ada banyak hati sangat mengeras di dalam dosa sampai tidak ada lagi yang bisa mengurangi dan menundukkan kekerasan hati itu.
- (2) Ia tetap bersedia untuk ditangkap seperti semula. Ketika mereka jatuh di hadapan-Nya, Ia tidak mengolok-olok mereka, tetapi memandang mereka sebagai orang-orang yang kebingungan, dan menanyakan pertanyaan yang sama, "Siapakah yang kamu cari?" Dan mereka memberikan jawaban yang sama, "Yesus dari Nazaret." Ketika mengulangi pertanyaan itu, tampaknya Ia berusaha lebih mendekati hati nurani mereka: "Tahukah kamu siapa yang kamu cari? Tidak sadarkah kamu bahwa kamu sedang melakukan kekeliruan, dan mengapa kamu mau saja ikut melibatkan diri? Tidakkah kamu merasa cukup dengan kejadian tadi, dan masih mau mencoba masalah lain lagi? Pernahkah orang yang tetap mengeraskan hati melawan Allah akan tetap berhasil?" Dengan memberikan jawaban yang sama, mereka menunjukkan ketegaran hati mereka dalam jalan mereka yang sesat. Mereka masih saja menyebut Dia Yesus dari Nazaret, dengan rasa hina seperti sebelumnya. Dan Yudas juga tetap sama lalimnya seperti mereka. Sebab itu, baiklah kita waspada dengan langkah-langkah kecil kita di jalan yang berdosa, supaya jangan ada di antara kita yang menjadi tegar hati karena tipu daya dosa.
- . Bagaimana Ia berusaha melindungi murid-murid-Nya dari amarah mereka. Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk melindungi para pengikut-Nya. Ketika memperlihatkan keberanian-Nya dengan menunjuk diri-Nya sendiri, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia, Ia menunjukkan bahwa Ia peduli dengan murid-murid-Nya, biarkanlah mereka ini pergi." Ia berkata demikian sebagai sebuah perintah kepada orang-orang yang hendak menangkap Dia itu, bukan untuk minta persetujuan mereka. Karena mereka berada di bawah belas kasihan-Nya, bukan Dia yang berada di bawah mereka. Ia menyuruh mereka sebagai orang yang berkuasa: "Biarkanlah mereka ini pergi, kamu dalam masalah jika berurusan dengan mereka." Perkataan ini memperberat dosa murid-murid yang meninggalkan Dia, khususnya Petrus yang menyangkal Dia, karena meskipun Kristus telah memberikan mereka jalan ini, atau jaminan perlindungan, mereka tidak memiliki cukup iman dan keberanian untuk mengandalkan janji-Nya ini, dan malah menempuh cara yang rendah dan mengasihani diri untuk mencari keselamatan sendiri. Ketika Kristus berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bermaksud:
- (1) Untuk menunjukkan kepedulian-Nya bahwa Ia sungguh mengasihi murid-murid-Nya. Ketika Ia membuka diri untuk menghadapi bahaya, Ia memaafkan mereka karena mereka belum cukup layak untuk menderita. Iman mereka masih lemah, semangat mereka rendah, begitu juga halnya dengan jiwa mereka. Nyawa mereka sangat berharga untuk dikorbankan dalam penderitaan sekarang ini. Anggur yang baru tidak boleh disimpan dalam kantong kulit yang tua. Dan, selain itu, masih ada pekerjaan lain yang harus mereka kerjakan. Mereka harus pergi menjalani jalan mereka, sebab mereka harus pergi ke seluruh dunia, untuk memberitakan Injil. Janganlah musnahkan mereka, sebab masih ada berkat di dalam mereka. Nah, dengan ini,
- [1] Kristus membesarkan hati kita untuk tetap mengikut Dia. Karena, meskipun Ia mengizinkan banyak penderitaan, Ia mempertimbangkan seperti apa kita ini. Ia akan menetapkan saat penderitaan kita dengan bijaksana, menyesuaikannya dengan kekuatan kita, dan akan menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan, baik untuk keluar dari penderitaan itu, maupun untuk melewati penderitaan itu.
- [2] Ia memberi kita teladan yang baik bagaimana kita harus mengasihi saudara-saudara kita dan memedulikan kesejahteraan mereka juga. Kita tidak boleh memikirkan kenyamanan dan keamanan kita sendiri, tetapi memikirkan kepentingan orang lain juga, dan malah dalam beberapa hal, kita harus lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan kita sendiri. Ada kasih yang dipenuhi kemurahan hati dan jiwa kepahlawanan, yang memberi kita kemampuan untuk menyerahkan nyawa bagi saudara-saudara kita (1Yoh. 3:16).
- (2) Yesus ingin memberikan contoh tentang apa yang Dia kerjakan sebagai Pengantara. Ketika Ia menyerahkan diri-Nya untuk menderita dan mati, maksudnya adalah supaya kita dapat membebaskan diri. Ia menjadi antipsychos kita -- orang yang menderita menggantikan kita. Ketika berkata, Sungguh, Aku datang, Ia juga berkata, biarkanlah mereka ini pergi. Sama seperti domba jantan yang dipersembahkan sebagai pengganti Ishak.
- . Sekarang, dengan ini Ia menegaskan perkataan yang telah disampaikan-Nya belum lama ini (17:12), Mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, tidak ada seorang pun yang binasa. Khususnya, dengan menggenapi perkataan ini, Kristus memberikan jaminan bahwa perkataan-Nya itu juga akan digenapi sepenuhnya, bukan hanya untuk mereka yang pada saat itu bersama Dia, tetapi juga untuk semua orang yang percaya kepada-Nya melalui Firman yang mereka beritakan. Meskipun pemeliharaan Kristus atas mereka khususnya dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap jiwa mereka dari dosa dan kemurtadan, di sini hal itu diartikan juga sebagai perlindungan terhadap kehidupan jasmani mereka, sebab tubuh juga menjadi bagian dari tanggung jawab dan perhatian Kristus. Ia akan membangkitkan tubuh itu pada akhir zaman, dan karena itu Ia juga akan memelihara tubuh itu sendiri bersama jiwa dan roh (1Tes. 5:23; 2Tim. 4:17-18). Kristus akan memelihara kehidupan jasmani untuk maksud pelayanan yang telah direncanakan baginya. Tubuh diberikan kepada-Nya untuk digunakan oleh-Nya, dan Ia tidak akan kehilangan pelayanan dari tubuh itu, tetapi akan ditinggikan di dalamnya, baik melalui kehidupan maupun kematian. Tubuh jasmani akan tetap hidup selama masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Saksi-saksi Kristus tidak akan mati sampai semuanya telah memberi kesaksian mereka. Tetapi ini belumlah semuanya, perlindungan kepada para murid itu lebih cenderung bersifat perlindungan rohani. Sekarang mereka begitu lemah dalam iman dan keteguhan hati, sehingga kalau mereka turut menderita pada saat itu, besar kemungkinan mereka akan mempermalukan diri sendiri dan Guru mereka, dan beberapa dari mereka, setidaknya yang terlemah, mungkin akan hilang. Oleh karena itu, supaya jangan sampai kehilangan seorang pun, Ia tidak mau membiarkan mereka menghadapi bahaya. Keamanan dan perlindungan bagi orang-orang kudus bukan hanya bergantung pada anugerah ilahi yang menyesuaikan tingkat kekuatan dari pencobaan itu, tetapi pada pemeliharaan ilahi dalam menyesuaikan pencobaan itu dengan tingkat kekuatan mereka.
- V. Setelah memberikan perlindungan bagi murid-Nya, Ia menegur dengan keras tindakan gegabah atau kesembronoan salah seorang murid-Nya dan melarang para pengikut-Nya untuk melakukan kekerasan, seperti halnya Ia sendiri juga menolak kekerasan yang dilakukan para penganiaya-Nya (ay. 10-11). Dalam ayat-ayat tersebut kita temukan,
- . Tindakan sembrono yang dilakukan Petrus. Ia memiliki sebilah pedang. Tampaknya, tidak mungkin sebagai seorang laki-laki pemberani ia membawa-bawa pedang ke mana-mana, tetapi memang di antara mereka ada dua bilah pedang (Luk. 22:38). Dan Petrus yang dipercaya untuk menyandang salah satunya, sekarang menghunusnya. Ia mengira bahwa sekaranglah saat untuk menggunakannya, dan ia menetakkannya kepada hamba Imam Besar, yaitu orang yang mungkin berada di barisan paling depan. Boleh jadi orang inilah yang ditujunya. Ia hendak memenggal kepala orang itu, tetapi luput, dan hanya memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu pun dicatat, untuk lebih menambah kepastian kebenaran kisah ini. Namanya Malkhus, atau Malukh (Neh. 10:4).
- (1) Di sini kita harus mengakui niat baik Petrus. Ia memiliki semangat yang tulus untuk Gurunya, meskipun sekarang ia ternyata salah arah. Belum lama ia berjanji hendak mempertaruhkan nyawanya untuk Kristus, dan sekarang ia ingin menepatinya. Mungkin ia merasa gusar melihat Yudas memimpin rombongan ini. Kerendahan budi Yudas ini membangkitkan keberanian Petrus, dan karena itu saya yakin ketika menghunus pedang, ia mungkin sungguh menginginkan kepala si pengkhianat itu.
- (2) Namun, kita juga harus mengakui kelakuan Petrus yang jahat. Meskipun niat baiknya memang dapat dijadikan alasan, hal itu tidak dapat membenarkan dirinya.
- [1] Ia tidak menerima perintah dari Gurunya atas apa yang Ia lakukan. Para prajurit Kristus harus selalu siap menunggu perintah, dan bukan mendahuluinya. Sebelum menyongsong penderitaan, terlebih dahulu mereka harus mengenal penderitaan itu dengan jelas, supaya alasan dan panggilan mereka untuk menderita juga jelas.
- [2] Ia melanggar tugas yang hanya boleh dilakukan Kristus dan melawan kuasa-kuasa yang ada. Sesuatu yang tidak pernah disetujui Kristus, bahkan sesuatu yang sangat dilarang-Nya (Mat. 5:39), Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.
- [3] Ia menentang penderitaan Gurunya. Meskipun ia telah melanggarnya satu kali, ia masih juga mengulanginya. Sebelum itu ia pernah berkata, Guru, kasihanilah diri-Mu sendiri, kiranya Allah menjauhkan hal itu dari-Mu, walaupun Kristus telah berkata kepadanya bahwa Ia harus dan akan menderita, dan bahwa saat-Nya sekarang telah tiba. Dengan demikian, meskipun tampaknya ia berjuang untuk Kristus, sebenarnya ia justru sedang melawan Dia.
- [4] Ia merusak persetujuan penyerahan bersyarat yang baru saja dibuat Gurunya dengan musuh. Ketika Ia berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bukan hanya bermaksud untuk mencari keselamatan bagi mereka, tetapi juga supaya mereka bertindak baik-baik, supaya mereka pergi dengan damai. Petrus mendengar perkataan ini, namun tidak mau terikat dengannya. Kadang-kadang kita bersalah akibat dosa kepengecutan kita, yaitu tidak tampil ketika dipanggil untuk itu. Demikian juga, kita kadang-kadang bersalah akibat dosa keberanian kita, yaitu tidak mau mundur ketika disuruh untuk mundur.
- [5] Dengan bodoh ia membahayakan diri sendiri dan murid-murid lainnya terhadap amukan orang-orang yang dipenuhi amarah ini. Seandainya ia berhasil memancung kepala Malkhus dan bukan cuma memutuskan telinganya saja, kita dapat menduga apa yang bakal terjadi. Para prajurit pasti akan menyerang semua murid dan mencincang mereka, dan menuduh Kristus tidak lebih baik daripada Barabas. Demikianlah banyak orang yang berbuat salah dengan melakukan tindakan bunuh diri karena semangat membela diri.
- [6] Sesudah kejadian ini, Petrus begitu cepat bertindak sebagai pengecut (dengan menyangkali Gurunya), hingga kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa dia tidak akan bertindak seperti ini seandainya menyaksikan Gurunya merobohkan mereka ke tanah, dan selanjutnya ia dapat membereskan mereka. Namun, ketika ia melihat Gurunya menyerahkan Diri, keberaniannya pun runtuh. Padahal, seorang pahlawan Kristen yang sejati akan tetap tampil membela perkara Kristus. Bukan hanya ketika berada di atas angin, tetapi juga ketika keadaan menjadi tidak menguntungkan. Ia akan tetap berada di pihak yang benar, meskipun pihak itu bukan pihak yang menguntungkan.
- (3) Kita harus mengakui campur tangan pemeliharaan Allah dalam mengarahkan serangan pedang Petrus (sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban yang tewas, tetapi hanya memutus telinga Malkhus. Sekadar meninggalkan bekas dan tidak membunuhnya). Pemeliharaan Allah ini juga memberi kesempatan kepada Kristus untuk menunjukkan kuasa dan kebaikan-Nya dalam menyembuhkan orang yang terluka (Luk. 22:51). Demikianlah, bahaya akibat mengabaikan teguran Kristus terbukti berubah menjadi kesempatan yang berakibat lebih baik bagi kemuliaan-Nya, bahkan di antara musuh-musuh-Nya.
- . Peringatan yang diberikan Sang Guru kepada Petrus (ay. 11): Sarungkan pedangmu itu. Peringatan ini berupa teguran yang lembut, karena Ia tahu bahwa semangat Petrus yang berlebihanlah yang mendorongnya melakukan tindakan yang tidak bijaksana. Kristus tidak memperbesar masalah ini. Ia hanya meminta supaya Petrus jangan berbuat seperti itu lagi. Banyak orang berpikir bahwa kepedihan dan kesedihan yang mereka alami tentunya dapat dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan mereka yang penuh amarah dan kesembronoan. Namun, di sini Kristus memberi contoh kepada kita semua tentang kesabaran dan kelembutan di tengah penderitaan. Petrus harus menyarungkan pedangnya, karena pedang Roh-lah yang seharusnya ia gunakan -- bukan senjata perjuangan yang duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah. Saat Kristus menjatuhkan para penyerang dengan sepatah kata, Ia menunjukkan kepada Petrus bagaimana seharusnya ia mempersenjatai diri dengan firman Allah yang hidup dan kuat, dan yang lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. Dan tidak lama setelah peristiwa ini, dengan pedang Roh ini Petrus membuat Ananias dan Safira rebah dan putus nyawa di hadapannya.
- . Alasan yang mendasari teguran ini: bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku? Matius menunjuk pada alasan lain yang diberikan Kristus atas teguran ini, namun Yohanes menekankan alasan ini, yang diabaikan Petrus. Dengan alasan ini Kristus memberikan kepada kita,
- (1) Sebuah bukti lengkap tentang penyerahan-Nya pada kehendak Bapa-Nya. Dari semua kekeliruan yang dilakukan Petrus, tampaknya tidak ada yang dapat membuat-Nya menjadi begitu marah seperti upaya Petrus untuk membuat Ia menghindari penderitaan-Nya saat ini, ketika saat-Nya sudah tiba: "Apa, Petrus, apakah engkau hendak menjadi batu sandungan antara Aku dan cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku untuk diminum? Enyahlah Iblis." Jika Kristus telah ditentukan untuk menderita dan mati, betapa lancangnya Petrus menentang hal itu dengan perkataan atau perbuatan: bukankah Aku harus minum dari cawan itu? Cara Tuhan mengungkapkan teguran ini menunjukkan ketetapan hati-Nya yang begitu mantap, dan bahwa sekali-kali Ia tidak akan menerima pikiran yang bertentangan dengan ini. Ia bersedia minum dari cawan ini, meskipun itu cawan yang pahit, yang berisi campuran tanaman pahit dan empedu, piala yang isinya memusingkan, cawan berdarah, cangkir yang berisi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:22). Ia minum isi cawan itu, supaya dapat memberikan cawan keselamatan, piala penghiburan, dan cawan berkat ke dalam tangan kita. Oleh karena itu, Ia bersedia meminumnya, karena Bapa-Nya telah menyerahkan cawan itu kepada-Nya. Jika Bapa-Nya menghendaki demikian, itu demi sesuatu yang terbaik, dan terjadilah seperti itu.
- (2) Sebuah teladan yang baik bagi kita untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan diri kita. Kita harus berjanji kepada Kristus untuk turut mengambil bagian dalam cawan yang diminum-Nya (Mat. 20:23), dan mendorong diri untuk melaksanakannya.
- [1] Itu hanyalah sebuah cawan, masalah yang tergolong kecil, jadi terjadilah apa yang harus terjadi. Ini bukanlah soal sebesar laut, Laut Merah, atau Laut Mati, karena hal ini bukanlah neraka. Cawan itu sangatlah ringan, hanya untuk sekejap saja.
- [2] Itu adalah cawan yang diberikan kepada kita. Penderitaan merupakan karunia.
- [3] Cawan itu diberikan oleh seorang Bapa, yang memiliki kuasa sebagai seorang Bapa, yang tidak akan berbuat salah kepada kita. Ia adalah Bapa yang penuh kasih sayang, yang tidak bermaksud menyakiti kita.
- VI. Setelah menyelaraskan diri sepenuhnya dengan kehendak Allah, Ia pun menyerah dengan tenang, dan Ia menyerahkan diri laksana seorang tahanan. Bukan karena Ia tidak mampu meloloskan diri, tetapi karena Ia memang tidak ingin melakukannya. Orang mungkin mengira bahwa penyembuhan telinga Malkhus seharusnya membuat hati para penyerang itu menjadi lunak, namun tidak ada yang dapat menundukkan hati mereka. Maledictus furor, quem nec majestast miraculi nec pietas beneficii confringere potuit -- Angkara murka yang amat sangat sungguh tidak dapat diredakan oleh kehebatan mujizat ataupun didamaikan oleh kelembutan kebaikan -- Anselmus [theolog, filsuf, dan Uskup Canterbury abad kesebelas -- ed.].
- Amatilah di sini:
- . Bagaimana mereka menangkap Dia: Mereka menangkap Yesus.
- Hanya sedikit orang yang dapat menyentuh Dia, namun hal ini dituduhkan kepada mereka semua, karena mereka semua ikut membantu dan bersekongkol melakukan penangkapan ini. Dalam sebuah pengkhianatan tidak ada yang berperan sebagai pemain pembantu, semuanya adalah pemain utama. Sekarang Kitab Suci digenapi, banyak lembu jantan mengerumuni aku (Mzm. 22:13), mereka mengelilingi aku seperti lebah (Mzm. 118:12). Nafas hidup kami tertangkap dalam pelubang mereka (Rat. 4:20). Telah begitu sering mereka mengalami kekecewaan dalam upaya menangkap Dia, jadi kita dapat membayangkan, betapa lebih ganasnya mereka menyerang Dia ketika sekarang Dia ada dalam tangan mereka.
- . Bagaimana mereka berupaya mencegah agar Ia tidak mungkin bisa melarikan diri: Mereka membelenggu Dia. Bagian penderitaan-Nya ini hanya diperhatikan oleh penulis Injil ini, bahwa segera setelah ditangkap, Ia diikat. Kedua lengannya diikat dengan kencang dan dibelenggu. Tradisi mencatat peristiwa ini sebagai berikut, "Mereka mengikat Dia dengan begitu kencang dan kejam, sehingga darah mulai menetes keluar dari ujung-ujung jari-Nya. Setelah mengikat kedua lengan-Nya ke belakang, mereka mengalungkan sebuah rantai besi di leher-Nya. Dengan rantai itulah mereka menyeret Dia ke sana kemari." Lihat buku Harm., karangan Gerhard, pasal 5.
- (1) Perlakuan ini menunjukkan dendam kesumat para penyiksa-Nya. Mereka mengikat Dia,
- [1] Supaya mereka dapat menyiksa Dia, membuat-Nya kesakitan, seperti yang pernah dilakukan terhadap Simson untuk membuatnya lebih menderita.
- [2] Supaya mereka dapat merendahkan Dia dan mempermalukan-Nya. Budak-budak diikat, begitu juga Kristus, meskipun sesungguhnya Ia dilahirkan sebagai orang merdeka.
- [3] Supaya mereka dapat mencegah Dia melarikan diri. Yudas telah memerintahkan agar mereka mengikat-Nya erat-erat. Lihatlah betapa bodohnya mereka karena berpikir bisa membelenggu kuasa yang baru saja menunjukkan kemahakuasaannya.
- [4] Mereka mengikat Dia seperti orang yang telah dijatuhi hukuman, karena mereka sudah bulat hati untuk menghukum Dia sampai mati. Mereka sudah bertekad untuk menghukum Dia supaya mati seperti orang bebal dengan tangan yang dirantai (2Sam. 3:33-34). Kristus telah mengikat hati nurani para penyiksa-Nya dengan kuasa firman-Nya yang telah menyakitkan hati mereka. Karena itu, untuk membalas dendam, mereka mengenakan semua ikatan ini kepada-Nya.
- (2) Keadaan Kristus yang sedang terikat merupakan hal yang sangat besar maknanya. Seperti dalam hal-hal lainnya, di dalam hal ini pun ada suatu misteri:
- [1] Sebelum mereka mengikat-Nya, Ia telah mengikat diri-Nya sendiri dengan pekerjaan dan jabatan-Nya sebagai seorang Pengantara. Ia telah terikat pada tanduk-tanduk mezbah dengan tali-tali kasih-Nya sendiri kepada manusia dan kewajiban kepada Bapa-Nya, jika tidak tali-tali mereka tidak akan dapat menahan-Nya.
- [2] Kita dijerat oleh tali kejahatan kita sendiri (Ams. 5:22, TL), dengan kuk segala pelanggaran kita (Rat. 1:14). Rasa bersalah merupakan ikatan pada jiwa. Dengannya kita terikat dengan penghukuman Allah. Kecemaran merupakan ikatan pada jiwa. Dengannya kita terikat di bawah kuasa Iblis. Kristus telah membebaskan kita dari ikatan itu dengan jalan menjadi dosa karena kita. Ia sendiri menyerahkan diri-Nya untuk diikat bagi kita. Jika tidak, kaki dan tangan kita sudah diikat dan dirantai dalam kegelapan untuk ditahan di sana. Kepada ikatan-ikatan-Nya kita berutang kebebasan kita. Pemenjaraan-Nya adalah kelepasan kita. Dengan demikian Sang Anak telah memerdekakan kita.
- [3] Semua perlambang dan nubuat dari Perjanjian Lama telah digenapi di sini. Ishak diikat supaya ia dapat dikorbankan. Yusuf diikat dan besi-besi telah menghunjam jiwanya, supaya ia dapat dilepaskan dari penjara untuk memerintah (Mzm. 105:18 dan seterusnya). Simson diikat supaya ia dapat membunuh orang Filistin lebih banyak pada saat kematiannya daripada yang dilakukannya semasa hidupnya. Dan Sang Mesias telah dinubuatkan akan menjadi seorang tahanan (Yes. 53:8).
- [4] Kristus diikat supaya Ia dapat mengikat kita pada kewajiban dan ketaatan. Ikatan-Nya bagi kita adalah ikatan kewajiban atas kita, yang dengannya kita akan senantiasa merasa wajib untuk mengasihi dan melayani Dia. Salam Rasul Paulus kepada sahabat-sahabatnya merupakan salam Kristus bagi kita semua: "Ingatlah akan belengguku (Kol. 4:18), ingatlah belenggu-belenggu itu sebagai ikatan kita dengan Dia, bahwa Ia telah membebaskan kita dari semua dosa, dan bahwa kita semua punya kewajiban karenanya."
- [5] Ikatan Kristus bagi kita dirancang untuk membuat ikatan kita kepada-Nya menjadi ringan, supaya setiap saat bila kita dipanggil untuk menderita bagi Dia, kita dimampukan untuk menguduskan dan membuat belenggu itu terasa manis, serta mendatangkan kehormatan pada belenggu itu. Hal inilah yang memampukan Paulus dan Silas menyanyikan puji-pujian di dalam ikatan belenggu dan pasungan mereka. Begitu juga, Ignatius [bapa gereja dari Antiokhia abad pertama -- pen.] demi Kristus mampu menyebut belenggunya sebagai mutiara-mutiara rohani (di dalam buku Epist. ad Ephes).
SH: Yoh 18:12-27 - Masuk ke dalam rencana Allah (Selasa, 26 Maret 2002) Masuk ke dalam rencana Allah
Yohanes tidak saja melukiskan bagaimana Yesus berangsur-angsur
mengalami penderitaan dan penghinaan. Ia juga menega...
Masuk ke dalam rencana Allah
Yohanes tidak saja melukiskan bagaimana Yesus berangsur-angsur mengalami penderitaan dan penghinaan. Ia juga menegaskan bahwa semua yang Yesus alami terjadi sesuai dengan kehendak Allah di surga demi tergenapinya rencana-Nya di bumi ini. Dalam bagian ini, Yesus dibawa menghadap pengadilan dua imam besar: Kayafas yang merekayasa untuk membunuh Yesus dan Hanas mertuanya (ayat 12-13). Kemungkinan besar mereka berkumpul di tempat yang sama dan dalam kesempatan berturutan Yesus dibawa menghadap kedua orang itu. Dengan menegaskan nasihat Kayafas, Yohanes tidak saja mengemukakan kegelapan hati pemimpin agama waktu itu, tetapi juga bahwa secara tidak langsung Kayafas telah menubuatkan prinsip penggantian yang Yesus kerjakan melalui kematian-Nya (ayat 14). Yang jahat dalam maksud manusia telah menjadi sumber keselamatan dari Allah bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.
Tanpa maksud membanding-banding, Yohanes melukiskan kisah penyangkalan Petrus. Sang murid yang tak mau disebut namanya dan yang tampaknya lebih banyak diam dibandingkan Petrus justru adalah yang memiliki keberanian untuk mengikuti Yesus sampai ruang dalam proses persidangan (ayat 15). Sementara Petrus, yang rupanya menghindari ruang persidangan itu supaya tidak berjumpa dengan para pengawal atau pembesar yang mungkin bisa menjeratnya pada penyangkalan, justru terjerat ke dalam rentetan penyangkalan hanya oleh pertanyaan seorang anak perempuan. Suatu pelajaran penting dapat kita petik dari kisah ini. Jika ingin berani dan setia mengikuti Yesus, kita tidak boleh mengikut Yesus sambil mengambil jarak. Ikutilah Dia dengan sepenuh hati dan sedekat mungkin. Kelak kita akan mengerti bahwa mengambil risiko menderita bersamanya adalah jalan terbaik agar iman dan kesetiaan kita teruji dan mendewasa.
Renungkan: Dalam sejarah gereja dikenal moto: darah martir membuka jalan bagi peluasan misi Injil. Akhir-akhir ini banyak Kristen dan Gereja di Indonesia yang menderita aniaya. Bagaimana sebaiknya pola pikir kita? Memikirkan bagaimana mencari perlindungan dan keamanan? Atau melihat keajaiban Allah yang memurnikan iman kita dan membuka jalan bagi penggenapan rencana-Nya lebih luas melalui semua peristiwa itu?
SH: Yoh 18:12-27 - Sama saja dengan Petrus (Selasa, 18 Maret 2008) Sama saja dengan Petrus
Suatu kontras sedang dipaparkan Yohanes dalam kisah ini, meski
kisahnya sama: Yesus dikonfrontir Hanas dan Petrus dikonf...
Sama saja dengan Petrus
Suatu kontras sedang dipaparkan Yohanes dalam kisah ini, meski kisahnya sama: Yesus dikonfrontir Hanas dan Petrus dikonfrontir beberapa orang di halaman istana Imam Besar (ayat 15).
Ketika menghadapi pertanyaan dari Imam Besar mengenai murid-murid-Nya, Yesus tidak memberi jawaban. Ia melindungi murid-murid-Nya (ayat 19). Dalam perikop sebelumnya, kita melihat bagaimana Yesus menghadapi orang-orang yang akan menangkap Dia. Tanpa rasa takut. Walau sedang menghadapi momen yang membahayakan hidup-Nya, Yesus tidak melakukan apapun yang membahayakan murid-murid-Nya. Ia berusaha agar penangkapan-Nya tidak berisiko terhadap keselamatan murid-murid-Nya (ayat 8-9). Namun bagaimana sikap sang murid sendiri terhadap Gurunya?
Ketika Yesus berdiri tegak menghadapi para penanya dan tidak menyangkal satu hal pun, Petrus gemetar ketakutan di depan orang-orang yang menanyai dia. Ia menyangkal semua hal yang disebutkan orang-orang itu. Petrus yang beberapa waktu sebelumnya berkata bahwa ia akan mati bagi Yesus (Yoh. 13:37), saat itu menyangkal hubungannya dengan Dia (ayat 17, 25-26). Ia takut akan akibat yang terjadi bila orang mengetahui kedekatannya dengan Yesus. Terpisah dari Yesus, Petrus menghadapi pencobaan dan tidak dapat bertahan. Sebagai murid, seharusnya Petrus bersaksi tentang Yesus, Gurunya.
Banyak orang mencemooh Petrus karena penyangkalannya. Namun mari kita mengingat-ingat, kita yang menyandang sebutan pengikut Kristus juga sering menyangkal Dia di hadapan orang lain. Mungkin tidak secara langsung, tetapi seberapa sering kita hanya tutup mulut ketika seharusnya menyuarakan kebenaran-Nya? Berapa banyak kesempatan, saat kita harus bersaksi tentang iman kita pada Kristus, tetapi kita memilih untuk diam? Sesungguhnya kita tidak berbeda dari Petrus. Karena itu, marilah kita belajar setia, belajar untuk tidak mengompromikan iman, belajar untuk tidak menjual iman karena kepentingan dan ambisi pribadi.
SH: Yoh 18:12-27 - Tetap setia atau menyangkal Tuhan? (Senin, 14 April 2014) Tetap setia atau menyangkal Tuhan?
Dalam perikop ini, penulis memaparkan dua adegan yang berbeda, tetapi dijalin menjadi satu. Satu berlatar di dalam...
Tetap setia atau menyangkal Tuhan?
Dalam perikop ini, penulis memaparkan dua adegan yang berbeda, tetapi dijalin menjadi satu. Satu berlatar di dalam gedung dan yang lain di luar gedung.
Dalam adegan pertama, para prajurit menangkap dan membawa Yesus menghadap mantan Imam Besar, yang adalah mertua Kayafas. Dialah Hanas, yang secara tidak langsung pernah menubuatkan kematian Yesus (14). Hanas menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan ajaran-Nya. Menyangkut ajaran-Nya, Yesus mengatakan bahwa ajaran-Nya secara terbuka telah disampaikan di hadapan publik. Hanas dapat menanyai para pendengar-Nya mengenai kebenaran ajaran-Nya itu. Namun, Hanas tidak melakukannya. Ia malah membiarkan Yesus diperlakukan secara kasar oleh seorang penjaga. Menyangkut murid-murid-Nya, Yesus memilih diam karena melindungi mereka.
Namun, bagaimana dengan Petrus dalam adegan kedua? Petrus menyangkal Yesus, Gurunya, dan berbohong demi keselamatan diri sendiri. Padahal ia pernah sesumbar, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak" (Mat. 26:33) dan "Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu" (Yoh. 13:37). Paling sedikit ada tiga penyebab kegagalan Petrus. Pertama, ia membawa diri ke dalam pencobaan yang tidak dapat dia hadapi yaitu di tempat musuh Yesus, padahal Yesus telah meminta murid-murid-Nya untuk pergi (Yoh. 18:8). Kedua, ia tidak berjaga-jaga di dalam doa. Ia terlalu mengandalkan kekuatan sendiri daripada mengandalkan Allah sehingga gagal dalam ujian iman. Ketiga, ia takut menghadapi konsekuensi bahwa ikut Yesus kadang harus menderita. Ia menyangka bahwa mengikut Yesus itu mudah dan akan mendapatkan posisi yang tinggi dalam Kerajaan Allah. Maka ketika menyaksikan Yesus ditangkap, ia tidak siap mengalami nasib yang sama.
Mengikut Tuhan memang tidak mudah, dan kadang harus pikul salib. Namun, ingatlah akan pengurbanan Kristus yang telah dinyatakan di kayu salib. Hal ini harus mendorong kita untuk tetap setia mengikuti Dia sampai akhir hidup kita.
SH: Yoh 18:12-27 - Berbicara dengan Bijaksana (Senin, 29 Maret 2021) Berbicara dengan Bijaksana
Ada ungkapan yang berbunyi "mulutmu harimaumu". Ungkapan itu ingin menunjukkan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita...
Berbicara dengan Bijaksana
Ada ungkapan yang berbunyi "mulutmu harimaumu". Ungkapan itu ingin menunjukkan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki kekuatan, seperti harimau yang kuat. Kata-kata kita bisa menyerang orang lain atau berbalik menyerang diri kita sendiri; bahkan membuat orang sedih, terluka, dan putus asa. Kata-kata juga bisa menentukan hidup mati seseorang. Salah bicara pada saat yang tidak tepat, bisa jadi jabatan, atau bahkan nyawa, melayang.
Oleh karena itu, orang harus sangat berhati-hati dengan kata-kata yang diucapkannya. Perkataan yang bijaksana akan sangat bermanfaat, dan pada saat yang sama dapat menunjukkan kualitas atau karakter seseorang.
Dalam perikop ini, kita melihat perbedaan antara Yesus dan Petrus dalam berkata-kata. Di depan Hanas, Yesus berkata-kata dengan diplomatis. Dia tidak menyangkal atau mengiyakan, tetapi mengajak lawan bicaranya untuk melihat kebenaran yang ada, yang sebenarnya telah nyata di hadapan mereka (19-23). Yesus tidak merasa takut sebab Dia tidak melakukan kesalahan. Dia juga tidak merasa takut terhadap konsekuensi atas perbuatan-Nya. Namun, Dia tidak mau terjebak dalam perdebatan dengan seseorang yang sudah jelas dan pasti menolak diri-Nya. Yesus berbicara dengan bijaksana.
Sementara itu, Petrus dipenuhi ketakutan sehingga berkata-kata dengan kurang bijaksana. Demi melindungi diri dan kepentingannya sendiri, Petrus menyangkal Yesus (17, 25-27). Tentu Petrus takut kalau orang tahu bahwa dia adalah murid Yesus. Bisa jadi dia harus turut dalam penghakiman dan penghukuman yang diterima oleh Yesus. Dalam ketakutan, Petrus tidak berpikir mengenai kesetiaan atau pengakuan. Dia hanya berpikir untuk melindungi dirinya sendiri.
Marilah kita berkata-kata dengan bijaksana! Dengan perkataan yang bijaksana, kita tidak dapat dipersalahkan dan juga tidak akan menyakiti orang lain. Tentu saja, untuk bisa berkata-kata dengan bijaksana, kita harus hidup lurus dan bersih seperti Yesus, sehingga tidak sibuk melindungi kepentingan diri sendiri saja. [KRS]
SH: Yoh 18:1-27 - Pemimpin sejati (Rabu, 31 Maret 1999) Pemimpin sejati
Kristus bukan tipe pemimpin yang egois, karena di saat yang
mengancam diri-Nya, Ia tidak berusaha menyelamatkan diri-Nya
se...
Pemimpin sejati
Kristus bukan tipe pemimpin yang egois, karena di saat yang mengancam diri-Nya, Ia tidak berusaha menyelamatkan diri-Nya sendiri. Justru di saat seperti itu, Kristus malah memperkenalkan diri, menampilkan diri ke depan untuk melindungi murid-murid-Nya (ay. 8). "Kalau Aku yang kamu cari, biarlah mereka pergi". Inilah salah satu bentuk kepribadian agung yang dimiliki Yesus. Ia mengorbankan diri-Nya demi keselamatan orang lain. Adakah kita menemukan pemimpin-pemimpin seperti Yesus di tengah-tengah bangsa dan gereja kita? Atau paling tidak pernahkah kita menemukan jiwa dan semangat Yesus di tengah-tengah bangsa dan gereja saat ini?
Membela Kristus dengan pedang. Demi menunjukkan bahwa para murid tidak menerima begitu saja perlakuan orang-orang kepada Yesus, sebuah pedang diayunkan Petrus, sebagai bakti kepada Yesus. Demi menunjukkan kepada orang-orang, bahwa walaupun kecil dan lemah, para pengikut Kristus tidak pasrah tetapi berbuat sesuatu. Sebuah bukti, bahwa murid-murid Yesus bukanlah penonton yang tak memiliki kekuatan apa-apa, melihat Gurunya ditangkap dan diseret orang. Namun untuk semua itu Tuhan Yesus mengatakan: "sarungkanlah pedangmu!"
Renungkan: Yesus Kristus tidak pernah menginginkan kita membela kebenaran dengan kekerasan.
SH: Yoh 18:1-14 - Yesus menyerahkan diri (Senin, 10 April 2006) Yesus menyerahkan diri
Pada perikop ini, Yohanes menceritakan penangkapan Yesus, proses
pengadilan yang mencapai puncaknya pada penjatuhan hukuman...
Yesus menyerahkan diri
Pada perikop ini, Yohanes menceritakan penangkapan Yesus, proses pengadilan yang mencapai puncaknya pada penjatuhan hukuman mati bagi Yesus dan pelaksanaan hukuman mati Yesus untuk menunjukkan bahwa Ia bukan dikalahkan oleh para musuh-Nya. Sebaliknya, dalam setiap peristiwa itu Yesuslah yang memegang kendali. Berdasarkan kedaulatan-Nya sendiri dan atas kehendak Bapa, Yesus menyerahkandiri-Nya sendiri ke tangan para musuh-Nya.
Yohanes menegaskan bahwa Yesus mengetahui semua peristiwa yang akan terjadi atas diri-Nya (ayat 4). Ia sengaja datang ke taman itu bersama para murid-Nya untuk berdoa. Ia tahu Yudas akan berkhianat dengan menyerahkan-Nya kepada para imam kepala (ayat 2-3). Sebenarnya ketenangan dan kewibawaan-Nya menggetarkan dan melumpuhkan para musuh-Nya yang datang untuk meringkus-Nya (ayat 6). Padahal para musuh-Nya membawa pengawal Bait Allah bahkan menyertakan prajurit Romawi yang bersenjata lengkap (ayat 3).
Yesus tetap memegang kendali saat Ia ditangkap dalam taman itu. Ia masih melindungi Petrus dari kesalahan fatal yang dilakukannya dan membebaskannya dari kesulitan akibat perbuatannya (ayat 9-11). Demi melaksanakan kehendak Bapa maka Yesus membiarkan diri-Nya tertangkap (ayat 12).
Pada hakikatnya, tiada kuasa apa pun baik kuasa dunia ini maupun kuasa gelap yang sanggup menjamah Anak Allah. Yesus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap karena Ia tahu dengan pasti bahwa itulah jalan salib yang Allah Bapa inginkan untuk Ia jalani. Hanya dengan cara itulah keselamatan dapat menjadi bagian hidup kita, orang yang percaya kepada-Nya. Kita patut menjaga diri dari tindakan bodoh seperti yang dilakukan Petrus, yang mencoba menyelamatkan Yesus dengan caranya sendiri. Sebaliknya, kita harus siap memikul salib kita masing-masing agar kehendak Tuhan terjadi.
Responsku: _________________________________________________
SH: Yoh 18:1-38 - Baca Gali Alkitab 7 (Selasa, 15 April 2014) Baca Gali Alkitab 7
Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 me...
Baca Gali Alkitab 7
1. Mengapa Yudas mengetahui tempat di mana ia dapat menemui Yesus? (3)
2. Apa yang dikatakan ayat 4 mengenai Yesus Kristus
3. Menurut Anda, mengapakah Petrus memutus telinga hamba Imam Besar (10)?
4. Cawan apakah yang harus diminum Yesus (11)?
5. Apa yang dikatakan ayat 22 dan 28 mengenai pemuka Yahudi?
6. Apa yang dikatakan ayat 39-40 mengenai permintaan orang Yahudi terhadap Pilatus?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa penahanan itu berlangsung di taman saat malam hari dan bukan ketika Yesus berada di Bait Allah saat siang hari?
2. Menurut Anda, bagaimana perasaan murid-murid saat prajurit dan penjaga-penjaga bait Allah datang ke taman itu?
3. Dari ayat 4, 8, dan 11, apa yang kita pelajari tentang Yesus?
4. Dari ayat 10 dan 17, apa yang kita pelajari tentang Petrus?
5. Mengapa orang Yahudi membawa Yesus kepada Pilatus, yang merupakan perwakilan pemerintah Roma? (28-31)
6. Apa yang kita pelajari tentang kerajaan Yesus dari ayat 36-37?
Apa respons Anda?
1. Bagaimanakah keputusan Yesus untuk meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Nya, menolong kita untuk taat kepada Allah?
2. Dalam hal-hal apa saja Anda sedang bergumul dengan masalah ketaatan?
Pokok Doa:
Agar umat Tuhan belajar ketaatan sepenuhnya dari Yesus, meski banyak rintangan yang harus dihadapi.
Utley -> Yoh 18:12-14
Utley: Yoh 18:12-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:12-1412 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan mem...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 18:12-14
12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. 13 Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; 14 dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa."
Yoh 18:12 " membelenggu Dia" Ini tidak mengisyaratkan bahwa mereka secara khusus takut kepada Yesus, namun sepertinya ini merupakan suatu prosedur normal (lih. v 24).
Yoh 18:13 "membawa-Nya mula-mula kepada Hanas" Ada banyak diskusi tentang urut-urutan pengadilan dihadapan Hanas dan kayafas ini. Ayat Yoh 18:24 tampaknya merupakan catatan kaki dalam Yohanes, tetapi hal ini merupakan bagian integral dari catatan Sinoptik mengenai pengadilan Yesus (lih. Mat 26:57; Mr 14:53).
Dalam Perjanjian Lama jabatan imamat tinggi adalah untuk seumur hidup dan tinggal di garis keturunan Harun. Namun, orang Romawi telah mengubah jabatan ini menjadi bobot politik, yang dibeli oleh sebuah keluarga Lewi. Imam besar mengontrol dan mengoperasikan perdagangan di halaman Balai Perempuan. Pembersihan Bait Suci oleh Yesus membuat keluarga-keluarga ini marah.
Menurut Flavius Josephus, Hanas adalah Imam Besar dari 6-14 M. Ia diangkat oleh Kirenius, gubernur Syria dan diturunkan oleh Valerius Gratus. Kerabatnya (5 putra Mr 1 cucu) menggantikannya. Kayafas (18-36 M), menantunya (lih. Yoh 18:13), menjadi penggantinya. Hanas adalah kekuatan nyata dalam jabatannya. Yohanes menggambarkan dirinya sebagai orang pertama kepada siapa Yesus dibawa (lih. Yoh 18:13,19-22).
Yoh 18:14 "Kayafas" Perhatian utama Yohanes pada Kayafas adalah bahwa ia telah secara tak sengaja menubuatkan kematian Yesus (lih. Yoh 11:50). Ia adalah menantu Hanas dan Imam Besar dari tahun 18-36 M. Lihat catatan pada Yoh 11:49.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi