Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 15:19
Jerusalem -> Mat 15:10-20
Jerusalem: Mat 15:10-20 - -- Dengan alasan ketahiran tangan yang dipersoalkan orang Farisi, Mat 15:2, Yesus membahas soal yang lebih umum, yaitu: masalah barang makanan tertentu y...
Dengan alasan ketahiran tangan yang dipersoalkan orang Farisi, Mat 15:2, Yesus membahas soal yang lebih umum, yaitu: masalah barang makanan tertentu yang menurut hukum Taurat, Ima 11, tidak halal karena najis. Yesus mengajar bahwa kemurnian akhlak harus diutamakan dari kenajisan menurut hukum, sebab hanya kemurnian akhlak yang benar-benar penting, Kis 10:9-16,28; Rom 14:14 dst.
Ref. Silang FULL -> Mat 15:19
· dan hujat: Gal 5:19-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 15:10-20
Matthew Henry: Mat 15:10-20 - Apa yang Menajiskan Orang Apa yang Menajiskan Orang (15:10-20)
Setelah membuktikan bahwa murid-murid, yang makan dengan tangan yang tidak dibasuh, tidak bisa dipersalahkan t...
Apa yang Menajiskan Orang (15:10-20)
- Setelah membuktikan bahwa murid-murid, yang makan dengan tangan yang tidak dibasuh, tidak bisa dipersalahkan telah melanggar adat istiadat dan perintah nenek moyang, Kristus di sini menunjukkan bahwa mereka juga tidak bisa dipersalahkan telah berbuat suatu hal yang jahat sifatnya. Dalam bagian pertama dari perkataan-Nya Ia menjungkirbalikkan kewenangan aturan nenek moyang, dan dalam perkataan-Nya di sini Ia memberikan alasannya.
- Perhatikanlah:
- I. Pengantar yang khidmat untuk perkataan-Nya ini (ay. 10), Yesus memanggil orang banyak. Orang banyak itu menjauh saat Kristus berbicara dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mungkin orang-orang yang sombong itu menyuruh mereka untuk menjauh sebab mereka tidak mau orang banyak itu mendengar pembicaraan mereka dengan Kristus. Kristus menuruti kemauan mereka untuk berbicara secara pribadi. Namun demikian, Kristus juga memperhatikan orang banyak, dan Ia segera membubarkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kemudian mengundang orang banyak, rakyat jelata, untuk mendengarkan-Nya. Demikianlah Injil diberitakan kepada orang-orang miskin, dan hal-hal yang bodoh dan hina dari dunia ini dipilih oleh Kristus. Yesus yang rendah hati merangkul orang banyak yang dipandang hina oleh orang-orang Farisi, dan dengan cara ini Ia sengaja mempermalukan orang-orang Farisi itu. Ia berbalik dari mereka sebab mereka keras hati dan tidak mau diajar, dan berbalik kepada orang banyak, yang walaupun lemah, namun rendah hati dan mau diajar. Kepada orang banyak itu Ia berkata, "Dengar dan camkanlah!" Perhatikanlah, apa yang kita dengar dari mulut Kristus harus berusaha kita camkan dan kita mengerti dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya para cendekiawan, melainkan juga bahkan orang banyak, orang biasa, harus menggunakan segenap akal budi mereka untuk mengerti perkataan-perkataan Kristus. Oleh karena itu, Ia memanggil mereka untuk mencamkan apa yang hendak disampaikan-Nya, karena pelajaran yang akan diajarkan-Nya ini bertentangan dengan anggapan-anggapan yang sudah mereka telan mentah-mentah dari guru-guru mereka. Pelajaran ini akan menjungkirbalikkan banyak adat kebiasaan dan perbuatan yang ditambahkan dan yang sangat ditekankan oleh guru-guru mereka. Perhatikanlah, butuh perhatian yang besar dan pikiran yang bekerja keras serta pengertian yang jernih untuk membebaskan orang dari ajaran-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sudah lama dan terbiasa mereka lakukan, sebab biasanya dalam hal itu pengertian mereka sudah dipengaruhi dan dibuat berat sebelah oleh prasangka-prasangka tertentu.
- II. Kebenaran itu sendiri diketengahkan (ay. 11) dalam dua pernyataan yang sangat bertolak belakang dengan kesalahan-kesalahan umum pada waktu itu, dan karena itu sangat mengejutkan.
- . "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang." Bukan jenis atau mutu makanan kita, bukan juga keadaan tangan kita, yang menodai jiwa dengan kekotoran atau kenajisan moral. Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman (Rm. 14:17). Bukan itu yang menajiskan orang, yang karenanya orang berbuat dosa kepada Allah, dan menjadi najis bagi-Nya, serta tidak layak bersekutu dengan-Nya. Nah, apa yang kita makan, jika kita tidak memakannya dengan serakah atau berlebihan, tidak menajiskan kita, sebab bagi orang suci semuanya suci (Tit. 1:15). Orang-orang Farisi menganggap bahwa kenajisan-kenajisan ritual bisa ditimbulkan dengan memakan makanan ini atau makanan itu, lebih jauh daripada yang dimaksudkan dalam hukum Taurat itu sendiri, dan membebaninya dengan tambahan-tambahan yang mereka buat sendiri, dan yang ditentang oleh Juruselamat kita. Dengan demikian Ia bermaksud membuka jalan untuk membatalkan aturan-aturan seremonial yang berkaitan dengan masalah ini. Ia sekarang mulai mengajar para pengikut-Nya untuk tidak menyebut apa pun najis atau tidak tahir, dan seandainya Petrus masih ingat perkataan ini ketika ia diperintah untuk menyembelih dan memakan pelbagai binatang yang ada di hadapannya, ia tidak akan berkata, "Tidak, Tuhan" (Kis. 10:13-15, 28).
- . "Melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Kita menjadi najis bukan karena makanan yang kita makan dengan tangan yang tidak dibasuh, melainkan karena perkataan yang kita ucapkan dari hati yang tidak kudus. Dengan demikian, mulutlah yang membawa kita ke dalam dosa (Pkh. 5:5). Kristus, dalam perkataan sebelumnya, sangat menekankan perkataan-perkataan yang kita ucapkan (12:36-37), dan hal itu dimaksudkan untuk menegur dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang mencela-Nya. Di sini perkataan-Nya itu dimaksudkan untuk menegur dan memberikan peringatan bagi orang-orang yang mencela dan mengecam murid-murid-Nya. Bukan murid-murid yang membuat diri mereka najis dengan apa yang mereka makan, melainkan orang-orang Farisilah yang membuat diri mereka najis dengan kebencian dan kecaman yang mereka ucapkan terhadap murid-murid. Perhatikanlah, mereka yang mempersalahkan orang lain karena melanggar perintah-perintah manusia sering kali justru mendatangkan kesalahan yang lebih besar lagi ke atas diri mereka sendiri, karena mereka justru telah melanggar hukum Allah dengan menghakimi orang lain secara gegabah. Orang-orang yang mengecam-ngecam orang lain sebagai najis, mereka ini justru menajiskan diri mereka sendiri.
- III. Batu sandungan yang ditimbulkan oleh kebenaran ini, dan pernyataan yang disampaikan kepada Kristus tentang batu sandungan itu (ay. 12). Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, "Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi mereka, dan tidakkah Engkau melihat hal itu sebelumnya, dan tahukah Engkau bahwa mereka akan berpikir buruk tentang Engkau serta ajaran-Mu karenanya, dan akan bertambah berang terhadap-Mu?"
- . Tidaklah aneh kalau orang-orang Farisi jadi tersandung oleh kebenaran yang terus terang ini, sebab mereka adalah orang-orang yang penuh dengan kekeliruan dan permusuhan, kesalahan dan kebencian. Mata yang pedih tidak dapat menatap cahaya yang terang, dan tidak ada hal lain yang membuat berang pemaksa-pemaksa ajaran agama yang sombong selain melihat orang yang dulu matanya mereka tutupi, dan kemudian mereka perbudak, sekarang sudah tidak tertipu lagi. Tampaknya orang-orang Farisi, yang sangat ketat menjalani adat istiadat nenek moyang, lebih tersinggung oleh perkataan Kristus daripada ahli-ahli Taurat, yang mengajarkan adat istiadat itu. Mungkin mereka juga sama jengkelnya dengan bagian terakhir dari ajaran Kristus, yang mengajar kita untuk menguasai lidah dengan ketat, seperti halnya dengan bagian pertama ajaran-Nya, yang mengajar kita untuk tidak terlalu mengindahkan peraturan membasuh tangan. Orang yang paling menjunjung tinggi hal-hal lahiriah dari perintah-perintah agama biasanya juga paling mengutuk ajaran-ajaran inti yang ada di balik hal-hal yang lahiriah itu.
- . Murid-murid merasa aneh bahwa Guru mereka sampai bisa mengatakan sesuatu yang Dia sendiri tahu bisa mendatangkan kemarahan besar dari orang lain. Sebelum ini Ia tidak pernah berbuat demikian. Mereka pikir, pastilah Ia tidak akan berkata seperti itu jika Ia sudah menimbang-nimbang lebih dulu bagaimana perkataan-Nya akan sangat memancing perasaan orang lain. Namun Ia tahu apa yang dikatakan-Nya, dan kepada siapa Ia mengatakannya, dan apa akibatnya. Ia juga hendak mengajar kita bahwa kita harus bersikap lemah lembut dalam menegur orang lain, meskipun untuk hal-hal yang sepele, namun kita juga tidak boleh menghindari diri dari suatu kebenaran atau kewajiban hanya karena takut menyinggung mereka. Kebenaran harus diakui dan kewajiban harus dilakukan, dan jika ada orang yang tersandung karenanya, itu salah mereka sendiri. Ini memang suatu kejadian buruk, tetapi bukan sengaja ditimbulkan, jadi orang harus terima saja.
- Mungkin murid-murid sendiri tersandung dengan perkataan Kristus, yang menurut mereka sangat berani dan hampir tidak bisa didamaikan dengan hukum Allah yang membuat perbedaan antara makanan yang halal dan haram. Karena itu mereka mengajukan keberatan akan hal ini kepada Kristus, supaya mereka sendiri bisa tahu lebih banyak tentang hal itu. Mereka juga tampaknya peduli dengan orang-orang Farisi, meskipun mereka sudah bertengkar dengan orang-orang itu. Hal ini mengajar kita untuk memaafkan dan mencari kebaikan, terutama kebaikan rohani, bagi orang yang memusuhi, menganiaya, dan mencemooh kita. Mereka tidak mau orang-orang Farisi pergi dengan perasaan tidak senang akan hal apa pun yang dikatakan Kristus. Karena itu, walaupun mereka tidak ingin Dia mencabut kembali perkataan-Nya, mereka berharap Ia akan menjelaskan, membetulkan, dan memperbaikinya. Pendengar-pendengar yang lemah kadang-kadang merasa terlalu cemas bahwa para pendengar yang jahat akan tersinggung. Namun juga, jika kita berusaha menyenangkan orang dengan menyembunyikan kebenaran, dan membiarkan mereka terus berada dalam kesalahan dan kejahatan mereka, maka kita bukanlah hamba-hamba Kristus.
- IV. Hukuman yang dijatuhkan ke atas orang-orang Farisi dan adat istiadat mereka yang rusak. Hukuman inilah yang menjadi alasan mengapa Kristus tidak peduli apakah Ia menyinggung mereka atau tidak, dan karena itu pula murid-murid-Nya juga seharusnya tidak usah peduli. Mereka adalah angkatan yang tidak suka diperbarui dan sudah ditandai untuk binasa. Dua hal yang dinubuatkan Kristus di sini mengenai mereka adalah:
- . Bahwa mereka beserta adat istiadat mereka akan dicabut (ay. 13). "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya." Bukan hanya pikiran-pikiran yang rusak dan kebiasaan-kebiasaan takhayul orang Farisi, tetapi juga sekte, cara-cara, dan dasar hukum mereka bukan merupakan tanaman yang ditanam Allah. Peraturan-peraturan ibadah mereka tidak berasal dari ketetapan-Nya, melainkan dari kesombongan dan kecondongan hati mereka kepada hal-hal yang lahiriah. Sebelumnya orang-orang Yahudi ditanam sebagai pokok anggur pilihan, namun sekarang mereka telah menjadi suatu tanaman anggur yang asing yang merosot sifat-sifat unggulnya, dan Allah tidak mengakui mereka sebagai tanaman-Nya lagi. Perhatikanlah:
- (1) Dalam gereja yang terlihat secara fisik, bukanlah hal yang mengherankan jika kita menemukan tanaman yang tidak pernah ditanam oleh Bapa kita di sorga. Dalam hal ini tersirat bahwa apa pun yang baik yang ada dalam gereja adalah tanaman yang ditanam Allah (Yes. 41:19). Akan tetapi, meskipun petani berhati-hati menanam, tanahnya tetap akan mengeluarkan sedikit banyak rumput liar dengan sendirinya, dan tetap akan ada musuh yang sibuk menaburkan lalang ke atasnya. Apa yang jahat, walaupun diizinkan Allah, bukanlah tanaman-Nya, sebab Ia hanya menanam benih yang baik di ladang-Nya. Oleh karena itu, janganlah kita tertipu dengan berharap bahwa apa yang kita temukan dalam gereja semuanya benar, dan bahwa apa yang ditemukan dalam kebun Bapa kita adalah semua orang dan segala sesuatu yang ditanam oleh-Nya. "Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu" (Yer. 19:5; 23:31-32).
- (2) Orang-orang yang berjiwa seperti orang-orang Farisi, yaitu sombong, mementingkan hal-hal luar, dan memaksa, sebesar apa pun nama mereka dan dari aliran apa pun mereka berasal, tidak akan diakui oleh Allah sebagai tanaman yang ditanam-Nya. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
- (3) Tanaman-tanaman yang tidak ditanam Allah tidak akan dilindungi-Nya, melainkan pasti akan dicabut. Apa yang tidak berasal dari Allah tidak akan bertahan (Kis. 5:38). Apa pun yang tidak alkitabiah pasti akan layu dan mati dengan sendirinya, atau disingkirkan dengan sendirinya oleh gereja, dan pada hari penghakiman, lalang-lalang yang merusak ini akan diikat untuk dibakar. Bagaimanakah nasib orang-orang Farisi dan adat istiadat mereka sekarang? Adat istiadat mereka itu sudah lama ditinggalkan, sebaliknya Injil kebenaran masih berdiri tegar, dan akan tetap demikian. Injil tidak akan dapat dicabut.
- . Kehancuran orang-orang Farisi dan para pengikut mereka yang mengagumi pribadi serta ajaran-ajaran mereka (ay. 14).
- Dalam hal ini:
- (1) Kristus meminta murid-murid-Nya untuk membiarkan mereka itu. "Jangan bercakap-cakap dan jangan pedulikan mereka, jangan mengharapkan pertolongan dari mereka, atau takut berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan mereka, dan jangan ambil peduli apakah mereka tersinggung atau tidak. Mereka akan berjalan di jalan mereka sendiri, dan biarlah mereka sendiri yang mengurusi permasalahan yang mereka temui di dalamnya. Mereka melekat dengan angan-angan mereka sendiri, dan akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka sendiri, jadi biarkan saja mereka. Janganlah berusaha menyenangkan angkatan yang tidak menyenangkan Allah (1Tes. 2:15), dan yang tidak akan senang dengan apa pun kecuali dengan beroleh kekuasaan mutlak atas hati nuranimu. Seperti Efraim, mereka bersekutu dengan berhala-berhala (Hos. 4:17), berhala-berhala hasil ciptaan angan-angan mereka sendiri. Biarkanlah mereka itu, biarlah mereka terus cemar" (Why. 22:11). Keadaan orang-orang berdosa itu memang menyedihkan, dan Kristus menyuruh hamba-hamba-Nya untuk membiarkan mereka saja.
- (2) Ia memberikan dua alasan kepada mereka untuk itu. Biarkanlah mereka itu, karena:
- [1] Mereka orang yang sombong dan tidak tahu apa-apa.
- Ini adalah dua sifat buruk yang sering kali saling bertemu dan membuat orang tidak bisa disembuhkan dari kebodohannya (Ams. 26:12). Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Mereka sungguh tidak tahu apa-apa mengenai perkara-perkara tentang Allah, dan asing dengan sifat rohani dari hukum ilahi. Meskipun demikian, mereka begitu sombongnya sampai berpikir bahwa mereka melihat segala sesuatu dengan lebih baik dan lebih jauh daripada orang lain, dan karena itu menganggap diri sendiri sebagai pemimpin atas orang lain. Mereka menunjukkan jalan ke surga bagi orang lain, padahal mereka sendiri sebenarnya tidak tahu satu langkah pun yang harus dipijak untuk mencapainya. Demikianlah mereka menetapkan segala peraturan ke atas orang lain, dan yang tidak mengikuti akan mereka kenakan hukuman. Seandainya mereka mau mengakui bahwa mereka orang buta dan mau datang kepada Kristus untuk disembuhkan, mereka bisa melihat. Namun mereka menolak melakukannya (Yoh. 9:40), "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Mereka yakin bahwa mereka penuntun orang buta (Rm. 2:19-20), yang ditunjuk untuk menjadi penuntun, dan yang pantas untuk menjadi penuntun, sehingga segala sesuatu yang mereka katakan harus dipandang sebagai suatu perintah dan hukum. "Oleh karena itu, biarkanlah mereka itu, mereka sudah tidak dapat ditolong lagi, jangan ikut campur urusan mereka. Mudah saja untuk membuat mereka jengkel, tetapi kamu tidak akan pernah bisa membuat mereka yakin." Betapa menyedihkannya keadaan jemaat Yahudi pada waktu itu, para pemimpin mereka begitu buta, angkuh, dan bodoh, sehingga hanya mementingkan diri sendiri, sedangkan umat mereka begitu bodoh untuk mau saja mengikuti mereka dengan iman dan ketaatan yang buta, dan berkeras untuk berjalan mengikuti kesia-siaan (Hos. 5:11). Nah, dengan demikian genaplah nubuat itu (Yes. 29:10, 14). Kalau sudah begini, mudah saja untuk membayangkan apa jadinya nanti jika para nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang, dan umat-Ku menyukai yang demikian (Yer. 5:31).
- [2] Mereka sedang menuju kehancuran, dan sebentar lagi akan tercebur ke dalamnya. Pasti keduanya jatuh ke dalam lobang. Inilah yang pasti akan menjadi kesudahannya, jika keduanya yang sudah begitu buta namun tetap saja nekat melangkah ke depan, dan tidak mau sadar akan bahaya di depan. Keduanya akan ikut mengalami kehancuran yang akan menimpa semua orang Yahudi, dan akan tenggelam dalam kehancuran dan kebinasaan kekal. Para pemimpin dan para pengikut buta akan sama-sama binasa. Kita membaca dalam Kitab Wahyu 22:15 bahwa neraka menjadi bagian orang-orang yang berdusta dan orang-orang yang bersuka ketika menyaksikan dusta. Orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan akan sama-sama dibawa kepada penghakiman Allah (Ayb. 12:16). Perhatikanlah,
- Pertama, orang yang dengan kelicikan dan tipu muslihat mereka membawa orang lain untuk berdosa dan berbuat salah tidak akan luput dari kebinasaan itu sendiri. Jika keduanya jatuh ke dalam lobang, pemimpin yang buta akan jatuh ke bagian yang paling dalam, dan akan mengecap yang paling buruk (Yer. 14:15-16). Nabi-nabi yang bernubuat palsu akan binasa terlebih dulu, baru kemudian orang-orang yang kepada mereka nabi-nabi itu bernubuat palsu (Yer. 20:6; 27:15-16).
- Kedua, dosa dan kehancuran para penyesat tidak akan membuat aman orang-orang yang mereka sesatkan. Walaupun para pemimpin umat membuat umat sesat, namun orang-orang yang dikendalikan merekalah yang menjadi kacau (Yes. 9:15), karena mereka menutup mata terhadap terang yang akan meluruskan kesalahan mereka. Sebagian besar orang dituntun oleh pendapat dan tindak kebiasaan yang sudah umum dilakukan (Unusquisque mavult credere quam judicare -- Berbagai macam hal dipercaya begitu saja, tanpa diselidiki terlebih dulu kebenarannya). Indeista tanta coacervatio aliorum super alios ruentium -- Karena itu, di mana-mana banyak orang menjadi bingung dan tersesat. Jatuhnya kedua orang buta itu secara bersama-sama akan semakin memperparah kejatuhan mereka, sebab bila selama ini mereka saling memperbesar dosa satu sama lain, maka mereka juga akan saling memperparah kehancuran satu sama lainnya.
- V. Perintah yang diberikan kepada murid-murid mengenai kebenaran yang dibeberkan Kristus ini (ay. 10). Walaupun menolak orang yang tidak mau tahu dan tidak peduli untuk diajar, Kristus punya rasa belas kasihan bagi orang yang tidak tahu namun mau belajar (Ibr. 5:2). Jika orang-orang Farisi, yang membuat hukum Taurat tidak berlaku lagi, tersandung, biarlah mereka tersandung, tetapi besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Dengan satu atau lain cara, batu sandungan itu akan disingkirkan (Mzm. 119:165).
- Berikut ini adalah:
- . Keinginan murid-murid untuk lebih diajari mengenai masalah ini (ay. 15). Dalam permintaan ini, seperti juga dalam banyak permintaan lainnya, Petruslah yang berbicara untuk mereka. Mungkin yang lainnya menyuruh ia berbicara, atau menunjukkan keinginan yang sama. "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." Sebenarnya, apa yang dikatakan Kristus itu sudah jelas maksudnya. Namun, karena yang dikatakan-Nya itu tidak sesuai dengan gagasan-gagasan yang selama ini mereka serap, maka, walaupun mereka tidak menentangnya, mereka menyebutnya perumpamaan, dan mereka tidak dapat mengerti apa yang dikatakan-Nya.
- Perhatikanlah:
- (1) Orang yang lemah pemahamannya cenderung membalikkan kebenaran yang sudah jelas-jelas maksudnya menjadi suatu perumpamaan. Orang seperti ini mencari-cari kesulitan dalam perkara-perkara yang mudah. Murid-murid sering melakukan hal seperti ini, seperti dalam Yohanes 16:17. Bahkan seekor belalang akan menjadi beban yang berat bagi perut yang lemah, dan orang yang mempunyai pengertian seperti anak kecil tidak akan dapat tahan mencerna daging yang keras.
- (2) Kepala yang lemah meragukan perkataan apa pun yang disampaikan Kristus, sedangkan hati yang lurus dan pikiran yang rela akan mencari pengertian. Orang-orang Farisi tersandung, tetapi mereka menyimpannya di dalam hati. Karena tidak suka diperbarui, mereka juga tidak suka diberi tahu. Sebaliknya murid-murid, meskipun tersandung, mencari penyebabnya, dengan tidak mempersalahkan ajaran Kristus itu, melainkan menyadari dangkalnya kemampuan mereka untuk mengerti.
- . Teguran Kristus kepada murid-murid atas kelemahan dan ketidaktahuan mereka (ay. 16), "Kamu pun masih belum dapat memahaminya?" Sebanyak Kristus mengasihi dan mengajar, sebanyak itu pulalah Ia menegur. Perhatikanlah, mereka sungguh-sungguh tidak tahu dan tidak mengerti bahwa kecemaran moral benar-benar jauh lebih buruk dan berbahaya daripada kecemaran upacara-upacara keagamaan. Ada dua hal yang semakin memperburuk kebodohan dan kegelapan mereka ini:
- (1) Bahwa mereka adalah murid-murid Kristus. "Kamu pun masih belum dapat memahaminya? Kamu yang Ku-biarkan mengenal-Ku dengan begitu dekat, apakah kamu begitu tidak mampu memahami perkataan kebenaran?" Perhatikanlah, ketidaktahuan dan kekeliruan orang-orang yang mengaku beragama dan yang menikmati hak-hak istimewa sebagai anggota gereja sangatlah mendukakan Tuhan Yesus. "Tidak heran kalau orang-orang Farisi tidak mengerti ajaran ini, karena mereka tidak tahu apa-apa tentang Kerajaan Mesias. Tetapi kamu ini yang sudah mendengarnya dan memeluknya serta malah memberitakannya kepada orang lain, kamu pun masih asing dengan semangat dan kehebatannya?"
- (2) Bahwa mereka telah menjadi cendekiawan-cendekiawan Kristus untuk waktu yang begitu lama. "Kamu pun masih belum dapat memahaminya, setelah sekian lama kamu mendengarkan ajaran-ajaran-Ku?" Seandainya mereka baru mendengar ajaran Kristus kemarin sore, itu lain masalahnya, tetapi mereka ini sudah berbulan-bulan mendengarkan Kristus, namun masih juga belum paham. Jadi pantaslah kalau mereka harus ditegur dengan keras. Perhatikanlah, Kristus mengharapkan pengetahuan, belas kasihan, dan hikmat yang seimbang dari kita sesuai dengan waktu dan sarana yang kita miliki (Yoh. 14:9; Ibr. 5:12; 2Tim. 3:7-8).
- . Penjelasan yang diberikan Kristus kepada mereka mengenai ajaran tentang hal-hal yang menajiskan ini. Meskipun Ia menegur mereka karena kebodohan mereka, Ia tidak mengusir mereka, melainkan mengasihani mereka, dan mengajar mereka, seperti dalam Lukas 24:25-27. Di sini Ia menunjukkan kepada kita:
- (1) Betapa kecilnya bahaya menjadi tercemar melalui apa yang masuk ke dalam mulut (ay. 17). Nafsu makan yang terlalu besar, ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, dan makan dengan berlebihan, semuanya ini berasal dari hati dan menajiskan orang. Tetapi, makanan itu sendiri tidaklah menajiskan, seperti anggapan orang-orang Farisi. Apa pun ampas dan kotoran yang ada dalam makanan kita, alam (atau lebih tepatnya Allah atas alam) telah menyediakan cara untuk membersihkan kita darinya. Makanan turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban, sehingga yang tinggal di dalam kita hanyalah zat yang bergizi. Begitu dahsyat dan ajaibnya kita dijadikan dan dipelihara, dan jiwa kita ditopang dalam kehidupan. Organ pengeluaran sama pentingnya dengan organ lain dalam tubuh untuk melepaskan apa yang berlebihan atau berbahaya. Alam diberi kemampuan yang indah untuk menolong dirinya sendiri, dan alam berubah untuk kebaikannya sendiri. Dalam hal ini tidak ada yang menajiskan. Jika kita makan dengan tangan yang tidak dibasuh, dan dengan demikian ada kotoran yang bercampur dengan makanan kita, maka alam akan memisahkan dan membuangnya, dan kotoran itu tidak akan membuat kita najis. Membasuh tangan sebelum makan memang baik untuk kebersihan, tetapi ini bukan masalah hati nurani, dan kita keliru besar jika kita mengaitkannya dengan agama. Bukan kebiasaan membasuh tangan itu sendiri, melainkan gagasan yang mendasarinya yang dikecam Kristus, seolah-olah makanan membawa kita lebih dekat kepada Allah (1Kor. 8:8). Kekristenan berdiri bukan di atas kebiasaan-kebiasaan seperti itu.
- (2) Betapa sangat berbahayanya jika kita menjadi tercemar akibat apa yang keluar dari mulut (ay. 18), yang berasal dari hati (Mat 12:34). Tidak ada yang najis dalam hasil karya karunia Allah, kenajisan timbul dari hasil perbuatan jahat kita.
- Nah, di sini kita melihat:
- [1] Sumber yang rusak yang mengeluarkan apa yang keluar dari mulut. Yang keluar dari mulut berasal dari hati, yang merupakan mata air dan sumber dari segala dosa (Yer. 8:7). Adalah hati yang sungguh luar biasa liciknya. (Yer. 17:9). Segala dosa perkataan ataupun perbuatan pada awalnya ada di dalam hati terlebih dahulu. Di sanalah tertanam akar kepahitan, yang menghasilkan racun atau ipuh. Bagian dalam dari orang berdosalah yang penuh dengan kebusukan (Mzm. 5:10). Segala perkataan yang jahat berasal dari dalam hati, dan itu menajiskan. Dari hati yang jahat keluarlah perkataan yang jahat.
- [2] Sebagian arus kotor yang mengalir dari mata air ini dijelaskan secara khusus. Walaupun yang najis itu tidak semuanya keluar dari mulut, namun semuanya keluar dari dalam diri manusia, dan merupakan buah-buah kejahatan yang berasal dari hati dan yang dirancang di sana (Mzm. 58:3).
- Pertama, pikiran-pikiran jahat, yang merupakan dosa melanggar semua perintah Allah. Karena itulah Daud mencondongkan hatinya untuk melakukan ketetapan-ketetapan Allah (Mzm. 119:112). Pikiran jahat adalah hal pertama yang dilahirkan dari sifat yang rusak atau jahat. Pikiran jahat juga merupakan kekuatan awal dari sifat jahat itu. Pikiran jahat sangat menyerupai sifat jahat itu sendiri. Pikiran dan sifat jahat ini, seperti halnya anak dan keturunan, tinggal di rumah dan hidup di dalam kita. Ada banyak dosa yang dimulai dan diakhiri di dalam hati, dan tidak berpindah ke tempat yang lebih jauh lagi. Angan-angan dan keinginan daging adalah pikiran jahat, begitu pula halnya dengan rancangan, tujuan, dan sarana untuk melakukan kedurjanaan terhadap orang lain (Mi. 2:1).
- Kedua, pembunuhan, yang merupakan dosa melanggar perintah keenam. Dosa ini berasal dari kejahatan di dalam hati melawan hidup sesama kita, atau tidak menghargai kehidupan mereka. Karena itulah orang yang membenci saudaranya dikatakan sebagai seorang pembunuh, dan ia terhalang dari Allah (1Yoh. 3:15). Hawa nafsu saling berjuang di dalam hati (Yak. 4:1).
- Ketiga, perzinahan dan percabulan, yang merupakan dosa melanggar perintah ketujuh. Dosa ini timbul dari hati yang jalang, najis, dan bernafsu. Hawa nafsu yang berkuasa di sana, dan yang terbentuk di dalamnya, membuahkan dosa-dosa ini (Yak. 1:15). Perzinahan terjadi dalam hati terlebih dulu, kemudian dalam perbuatan (5:28)
- Keempat, pencurian, yang merupakan dosa melanggar perintah kedelapan. Kecurangan, penipuan, penjarahan, dan semua perjanjian yang merugikan adalah contoh-contohnya. Sumber dari semuanya ini berasal dari dalam hati, hati yang telah terlatih dalam keserakahan (2Ptr. 2:14), dan yang hanya tertuju kepada harta kekayaan (Mzm. 62:11). Akhan mengingini barang-barang jarahan, dan kemudian ia mengambilnya (Yos. 7:20-21).
- Kelima, sumpah palsu, yang merupakan dosa melanggar perintah kesembilan. Dosa ini timbul dari percampuran antara kebohongan dan keserakahan, atau kebohongan dan kejahatan di dalam hati. Jika kebenaran, kekudusan, dan kasih, yang dituntut Allah dari dalam hati kita, berkuasa seperti yang seharusnya, maka kita tidak akan mengucapkan sumpah palsu (Mzm. 64:7; Yer. 9:8).
- Keenam, hujat, yaitu mengatakan hal-hal yang jahat tentang Allah, merupakan dosa melanggar perintah ketiga. Juga termasuk mengatakan hal-hal yang jahat tentang sesama, yang merupakan dosa melanggar perintah kesembilan. Dosa-dosa ini timbul dari ketiadaan rasa hormat dan penghinaan terhadap Allah dan sesama di dalam hati. Dari sanalah juga hujat terhadap Roh Kudus timbul (12:31, 32). Hujat ini merupakan luapan kepahitan yang ada di dalam hati.
- Nah, itulah hal-hal yang menajiskan orang (ay. 20). Perhatikanlah, dosa itu menajiskan jiwa, membuatnya buruk dan menjijikkan di mata Allah yang murni dan kudus. Ia membuat kita tidak layak bersekutu dengan-Nya dan menikmati hadirat-Nya di Yerusalem yang baru, yang ke dalamnya tidak akan masuk segala yang najis atau yang melakukan kekejian. Akal budi dan hati nurani menjadi najis karena dosa, dan ini membuat semuanya turut menjadi najis (Tit. 1:15). Kenajisan oleh dosa ini dilambangkan dengan berbagai kecemaran terhadap tata upacara yang ditambah-tambahkan oleh pemuka-pemuka Yahudi, namun mereka sendiri tidak mengerti maksudnya (Ibr. 9:13, 14; 1Yoh. 1:7).
- Oleh karena itu, hal-hal inilah, beserta semua tindakan yang mengarah ke sana, yang harus kita hindari dengan hati-hati. Dengan demikian kita tidak boleh terlalu menekankan masalah pembasuhan tangan. Kristus di sini belum membatalkan hukum tentang halal dan haramnya makanan (hal itu baru dilakukan dalam Kisah Para Rasul 10), melainkan adat istiadat nenek moyang, yang dilekatkan pada hukum itu. Oleh karena itu, Ia menyimpulkan, "Makan dengan tangan yang tidak dibasuh (yang sekarang sedang dipermasalahkan) tidak menajiskan orang." Jika orang membasuh tangannya sebelum makan, ia tidak akan menjadi lebih baik dalam pandangan Allah, dan jika ia tidak membasuhnya, ia juga tidak akan menjadi lebih buruk.
SH: Mat 15:1-20 - Otoritas Allah atau tradisi? (Rabu, 12 Maret 1998) Otoritas Allah atau tradisi?
Sejak kembali dari pembuangan di Babilonia, ahli-ahli Taurat membuat banyak aturan yang mengatur kehidupan orang Yahudi....
Otoritas Allah atau tradisi?
Sejak kembali dari pembuangan di Babilonia, ahli-ahli Taurat membuat banyak aturan yang mengatur kehidupan orang Yahudi. Peraturan yang ditetapkan Musa, ditafsirkan kembali dan diberlakukan. Namun peraturan yang diterapkan itu justru membuat orang Yahudi terjerumus pada ketidakpastian dan kebingungan. Taat kepada Taurat atau peraturan ahli Taurat? Taat kepada Tuhan atau kepada ahli Taurat? Taat kepada otoritas Allah atau otoritas tradisi? Otoritas tradisi tidak boleh ditempatkan di atas Firman Tuhan. Firman Tuhan harus ditafsirkan dengan benar dan menjadikan umat Tuhan hidup taat untuk menyenangkan hati Tuhan.
Menyembah dengan bibir, bukan dengan hati. Tuhan Yesus menentang para ahli Taurat. Ia menegur dengan perumpamaan sebagai bangsa yang menyembah Tuhan dengan bibir bukan dengan hati. Semua peraturan yang ditafsirkan dari Taurat Musa hanya diucapkan di bibir. Hatinya sama sekali tidak tersentuh. Sebaliknya, semua peraturan yang mereka pikirkan dan renungkan, yang bersumber dari hati yang jahat dan kotor, dijadikan tradisi yang mengatur kehidupan umat. Menyembah Tuhan dengan benar haruslah bersumber pada pengenalan manusia akan Tuhan. Dan, ini keluar dari ketulusan dan kesungguhan seseorang untuk merenungkan firman-Nya.
SH: Mat 15:1-20 - Penafsiran yang salah (Minggu, 11 Februari 2001) Penafsiran yang salah
Penafsiran yang salah membawa
pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya.
Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah...
Penafsiran yang salah
Penafsiran yang salah membawa pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya. Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah benda keramat, akan lebih menghargai Alkitab sebagai benda dan bukan firman-Nya yang berkuasa. Demikianlah yang terjadi pada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang salah menafsirkan makna dan peran perintah Allah dan tradisi.
Mereka sengaja mengkhususkan waktu dan tujuan untuk datang dari Yerusalem menjumpai Yesus. Mereka mempermasalahkan tentang murid-murid-Nya yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Mereka yakin bahwa Yesus menjunjung tradisi ini, bukan untuk kepentingan kesehatan tetapi makna upacara pembasuhan yang biasa dilakukan para imam sebelum melayani. Mereka menafsirkan bahwa bila tangan untuk makan sudah bersih maka makanan yang masuk pun bersih, demikian pula seorang imam yang akan melayani harus mencuci tangannya (dan kaki) supaya bersih. Apakah ini makna sesungguhnya dari upacara pembasuhan?! Yesus memperingatkan mereka dengan keras karena salah menafsirkan tradisi dan hukum Allah. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang tampak di luar dan mengabaikan kemurnian hati dalam melakukannya. Mereka tampak rajin beribadah dan lebih meninggikan ketaatan kepada Allah daripada kepada manusia (ayat 5-6), namun sesungguhnya hati mereka tidak pernah menyembah Allah, betapa munafiknya mereka.
Seringkali Kristen salah menafsirkan firman-Nya dan mementingkan hal-hal lahiriah: rajin beribadah, memberikan persepuluhan, berdiakonia, dan penginjilan; padahal ketika kita melakukannya hati kita tidak tertuju kepada Allah.
Renungkan: penafsiran yang salah seperti orang Farisi dan ahli Taurat membuat kita lelah memikul beban kemunafikan.
Bacaan untuk Minggu Epifania 6
Lagu: Kidung Jemaat 370
PA 6 Matius 15:1-20
Dapatkah kita bayangkan bagaimana orang Farisi sebagai pemuka agama yang buta kebenaran, kemudian menuntun kaum awam untuk melihat kebenaran? Kebenaran apakah yang akan diajarkan dan kemudian diterima oleh kaum awam? Seperti pepatah mengatakan jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.
Bagaimana bila seorang Guru Sekolah Minggu mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu bahwa sekarang bukan zamannya lagi menghormati orang- tua, karena yang lebih penting adalah rajin ke Sekolah Minggu? Bagaimana reaksi orang-tua mendengar hal ini?
Kita menyadari betapa berbahayanya pemimpin yang demikian. Yesus menegur mereka dan menegaskan bahwa Kekristenan bukanlah agama legalitas tetapi relasi istimewa Allah dan umat-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Masalah apakah yang sebenarnya mau diangkat oleh orang Farisi tentang kesalahan murid-murid-Nya? Apakah masalah ini hanya sekadar masalah kebersihan dan kesehatan? Masalah kehidupan sehari- hari Yesus dan murid-murid-Nya pun tak luput dari pemandangan mereka, apa yang dapat kita pelajari dari sikap mereka?
2. Bagaimana reaksi Yesus? Bandingkan kesalahan murid- murid menurut orang Farisi dengan kesalahan orang Farisi yang diungkapkan Yesus! Apakah maksud Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik? Bagaimana seharusnya memahami firman Tuhan dan tradisi?
3. Apakah dapat kita katakan bahwa ibadah orang Farisi hanya sebagai pameran? Jelaskan dan berikan contoh yang relevan masa kini!
4. Perhatikan respons murid-murid di ayat 12! Mengapa mereka berespons demikian? Apakah mereka mengerti perkataan Yesus? Jelaskan! Menurut Yesus apa yang seharusnya dibersihkan: penampilan luar atau penampilan dalam? Manakah yang dilihat dan dinilai Allah?
5. Pernahkah Anda menjumpai Kristen yang menjadikan ibadah sebagai pameran? Berikan contoh konkrit! Bagaimana sikap Anda meresponi hal ini? Menyadari betapa berbahayanya pemimpim rohani yang `buta', bagaimana seharusnya kita menjaga hidup kita?
SH: Mat 15:1-20 - Setia kepada firman (Selasa, 8 Februari 2005) Setia kepada firman
Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan
yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal
...
Setia kepada firman
Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ayat 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak."
Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya tradisi menjanjikan persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah, mungkin dimaksudkan supaya umat setia beribadah kepada Allah. Praktiknya tradisi ini bahkan mengizinkan seseorang untuk mengabaikan perintah Tuhan yang lebih prinsip yaitu menghormati orang tua. Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ayat 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan.
Betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia saleh dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah saleh padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang.
Camkan: Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan.
SH: Mat 15:1-20 - Firman Tuhan yang utama (Jumat, 12 Februari 2010) Firman Tuhan yang utama
"Mengutamakan hal yang utama" tampaknya bukan menjadi perhatian
pokok orang Farisi dan ahli Taurat. Hukum Taurat adalah ...
Firman Tuhan yang utama
"Mengutamakan hal yang utama" tampaknya bukan menjadi perhatian pokok orang Farisi dan ahli Taurat. Hukum Taurat adalah hal yang utama karena Allah yang memberikan kepada umat Israel. Namun yang diutamakan orang Farisi dan ahli Taurat adalah hukum-hukum tambahan yang mereka buat sendiri untuk melengkapi hukum Taurat.
Maka ketika murid-murid Tuhan Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, ini dianggap masalah besar oleh ahli Taurat dan orang Farisi. Lebih jauh lagi, tampaknya mereka menganggap bahwa Yesuslah yang mengajar murid-murid-Nya bertindak melawan tradisi agama (ayat 2). Yesus membalikkan pertanyaan mereka dengan pertanyaan mengapa mereka sendiri melanggar perintah Allah demi tradisi. Yesus pun memberi satu contoh yang memperlihatkan bagaimana mereka melanggar Hukum Taurat (hukum ke-5) dan mempertahankan tradisi yang bertentangan dengan Taurat itu sendiri (ayat 4-6). Melalui contoh itu, Yesus menunjukkan bahwa meskipun orang Farisi menggunakan tradisi mereka sebagai standar kebenaran, faktanya tradisi mereka sendiri bertentangan dengan hukum Allah. Maka menurut Yesus, makanan yang dimakan dengan menggunakan tangan yang tidak dicuci tidak mempengaruhi kerohanian seseorang. Namun apa yang keluar dari mulut seseorang, yaitu perkataannya, memperlihatkan kondisi hatinya (ayat 17-20). Apa yang keluar dalam wujud tindakan pun memperlihatkan hati orang.
Mengabaikan keutamaan firman Allah dalam hidup memang jadi kecenderungan manusia. Namun kita tak boleh bersikap permisif dan mengatakan bahwa itu kelemahan manusia. Tetap jadikan firman Tuhan yang utama. Hanya firman Tuhanlah nutrisi bagi kerohanian kita. Jangan mengganti firman Tuhan dengan yang lain, buku-buku rohani sekalipun. Setiap hari tetap sediakan waktu untuk membaca Alkitab. Jadikan firman Tuhan yang kita baca itu sebagai fondasi bagi perilaku, cara berpikir, cara bersikap terhadap orang lain, dan juga dalam cara kita berkarya.
SH: Mat 15:1-20 - Perintah Allah vs tradisi manusia (Sabtu, 9 Februari 2013) Perintah Allah vs tradisi manusia
Setiap bangsa atau budaya di dunia pasti mempunyai adat dan tradisi masing-masing. Banyak tradisi yang baik, patut ...
Perintah Allah vs tradisi manusia
Setiap bangsa atau budaya di dunia pasti mempunyai adat dan tradisi masing-masing. Banyak tradisi yang baik, patut dilestarikan. Ada juga tradisi yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Orang Kristen yang hidup dalam tradisi budaya tertentu harus peka terhadapnya.
Dalam memelihara hukum Taurat, para pemimpin agama Yahudi menambahkan berbagai tradisi buatan nenek moyang mereka sampai kepada detailnya seperti soal membasuh tangan sebelum makan (2). Siapa yang melanggarnya akan mendapat sanksi. Maka, mereka mempertanyakan dan mempersalahkan Yesus karena mengizinkan murid-murid-Nya makan tanpa mencuci tangan.
Yesus menegur kemunafikan mereka karena mengutamakan tradisi daripada perintah Allah. Contohnya, tradisi memberikan persembahan. Tradisi ini sebenarnya baik dan mulia. Namun yang salah ialah demi melakukan tradisi tersebut, mereka mengizinkan seseorang boleh mengabaikan perintah Tuhan untuk menghormati dan memelihara orang tuanya (4-6). Jadi, yang lebih utama ialah tradisi manusia daripada perintah Tuhan. Mereka hanya memuliakan Allah dengan mulut, tetapi hatinya jauh dari-Nya. Mereka juga lebih mementingkan hal-hal lahiriah daripada hal-hal batiniah seperti tradisi mencuci tangan sebelum makan. Bagi Yesus tidak cuci tangan tidak melanggar Taurat karena yang terpenting ialah hati kudus karena semua hal berasal dari hati. Bila hati kudus, maka pikiran, perkataan dan perbuatan yang dinyatakan juga akan kudus. Namun, bila hati jahat, semua yang dihasilkan juga jahat.
Tradisi yang baik tetap boleh kita lakukan. Namun bila hal itu bertentangan dengan firman Tuhan, kita harus tolak. Bila kita harus memilih di antara menaati tradisi atau firman Tuhan, kita harus mengutamakan firman-Nya. Firman Tuhan merupakan dasar kehidupan, makanan rohani, pedoman, dan penuntun hidup kita. Persilakan Tuhan terus memperbaiki kesalahan kita dan memperbaru hidup kita agar hati kita kudus sehingga terus menghasilkan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.
SH: Mat 15:1-20 - Kebiasaan atau Kehendak Tuhan? (Jumat, 17 Februari 2017) Kebiasaan atau Kehendak Tuhan?
Orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-murid-Nya makan tanpa membasuh tangan terlebih dahulu, seperti adat isti...
Kebiasaan atau Kehendak Tuhan?
Orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-murid-Nya makan tanpa membasuh tangan terlebih dahulu, seperti adat istiadat Yahudi. Yesus pun menjawab dengan menunjukkan bahwa perintah Allah lebih utama daripada adat istiadat. Yesus mengutip kata-kata nabi Yesaya yang menegur umat Tuhan yang beribadah hanya di permukaannya saja. Ritual dan segala peraturan adat istiadat mereka jalankan dengan tekun, namun kehendak Tuhan tidak mereka lakukan. Salah satu contoh yang Yesus berikan adalah berkata-kata.
Berkata-kata adalah tindakan manusiawi. Tetapi, seberapa jauh kata-kata kita mencerminkan kehendak Allah? Apakah kita hanya berkata-kata sebagai bagian dari kebiasaan sehingga tanpa makna? Sering kali doa yang dipanjatkan seperti mesin otomatis yang keluar dari mulut kita tanpa adanya kesungguhan hati karena sudah menjadi rutinitas. Hal itu sering terjadi dalam ritual peribadahan. Misalnya, orang mengucapkan kata-kata dalam tata liturgi tanpa menghayati apa maknanya.
Di tengah dukacita yang dialami oleh saudara kita, apakah kata-kata kita sungguh-sungguh menyejukkan dan menghibur, bukan sekadar kebiasaan? Jangan sampai panggilan melakukan kehendak Tuhan dikalahkan oleh kebiasaan kita! Jangan pula karena takut dianggap tidak lazim, lalu secara membabi buta mengikuti kebiasaan di masyarakat! Untuk dapat hidup bersama dengan baik dibutuhkan kesediaan menyatu dengan masyarakat di mana kita tinggal. Namun, jika ada kebiasaan yang kurang baik dan merusak, tentu peran kita di tengah masyarakat bukan menghindarinya, tetapi ikut serta memperbaikinya.
Di tengah-tengah masyarakat selalu ada orang yang berperilaku baik dan buruk. Tak ada gunanya menarik diri dari lingkungan. Yang terpenting adalah apakah kita dapat menjadi saksi dan terang Kristus yang berdaya guna dalam masyarakat. Sungguh mulia apabila kita dapat menjadi agen pembawa perubahan kebiasaan sekelompok kecil orang yang memiliki perilaku yang kurang baik di tengah masyarakat. [THIE]
SH: Mat 15:1-20 - Najis atau Kudus? (Minggu, 31 Januari 2021) Najis atau Kudus?
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat mempermasalahkan perilaku murid-murid Yesus yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Menurut tr...
Najis atau Kudus?
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat mempermasalahkan perilaku murid-murid Yesus yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Menurut tradisi orang Yahudi, tidak membasuh tangan sebelum makan adalah suatu kenajisan. Secara tidak langsung, mereka sesungguhnya sedang menyindir Yesus yang tidak mengajarkan kepada murid-murid apa yang menjadi tradisi nenek moyang mereka, khususnya tentang kekudusan. Mengapa Yesus membiarkan mereka berbuat demikian?
Yesus menjawab dengan mengingatkan mereka tentang perintah Allah yang tertulis di dalam Taurat Musa perihal hidup dalam kekudusan. Jelas bahwa hidup kudus adalah perintah Allah. Kekudusan ditimbang dasarnya bukan karena melakukan perintah yang dibuat oleh manusia, melainkan karena memegang dan melakukan ketetapan Allah (lih. Im. 20). Allah menguduskan manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai umat Allah, sudah seharusnya mereka hidup dalam kekudusan dengan melakukan perintah dan kehendak Allah, bukan perintah manusia.
Yesus kemudian menjadikan peristiwa ini sebagai pengajaran yang penting bagi murid-murid, termasuk kita. Tuhan Yesus sedang menegaskan bahwa yang menajiskan seseorang bukanlah apa yang sudah ditetapkan oleh Allah, melainkan hidup berlawanan dengan perintah dan ketetapan Allah Yang Mahakudus.
Bagaimana dengan kita? Di satu sisi, kita sering kali memuji dan memuliakan Allah dengan mulut dan tangan kita. Namun di sisi lain, kita sering kali berbuat dosa melalui hati dan hidup kita. Sebagai manusia, kita mengaku berdosa dan sangat bergantung pada firman Allah. Ia memanggil kita di dalam kasih karunia-Nya untuk menjadi umat yang kudus. Umat yang setia melakukan perintah dan ketetapan-Nya. Tujuannya bukanlah untuk menjadi orang yang kudus, tetapi karena kita sudah dikuduskan oleh Allah.
Mari kita hidup di dalam kekudusan yang dianugerahkan Allah kepada kita dengan taat dan setia. Mari kita memilih untuk melaksanakan firman Tuhan yang intinya cinta kasih dan menuangkan berkat kepada orang lain. [MAR]
Topik Teologia -> Mat 15:19
Topik Teologia: Mat 15:19 - -- Dosa
Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz...
- Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Meleter / Fitnah
TFTWMS -> Mat 15:10-20
TFTWMS: Mat 15:10-20 - Kenajisan Sebenarnya KENAJISAN SEBENARNYA (Matius 15:10-20)
10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 11"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk...
KENAJISAN SEBENARNYA (Matius 15:10-20)
10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 11"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." 12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" 13 Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. 14 Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang." 15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." 16 Jawab Yesus: "Kamupun masih belum dapat memahaminya? 17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? 18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. 19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. 20 Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."
Seraya bagian Matius ini (15:1-20) bergerak maju, para pendengar Yesus terus menerus berubah. Awalnya, Ia berbantahan dengan para pemimpin Yahudi tentang tradisi buatan manusia (15:1-9). Ia kemudian berbicara kepada orang banyak tentang kenajisan rohani sebenarnya (15:10, 11). Pada akhirnya, Ia menjelaskan pernyataan-Nya secara lebih rinci kepada murid-murid-Nya (15:12-20).
Ayat 10. Banyak dari mereka yang terdapat dalam orang banyak yang mengelilingi Yesus itu mungkin pernah menjadi salah satu orang yang disebut dalam 14:34-36, yang telah melihat pelbagai mujizat-Nya atau yang telah membawa orang-orang yang mereka kasihi kepada Yesus untuk disembuhkan. Mereka jelas telah berdiri di dekat situ dan mengamati konfrontasi antara Yesus dan para pemimpin Yahudi. Ia memanggil mereka untuk datang lebih dekat untuk menguraikan apa yang baru saja Ia katakan kepada para pemimpin tersebut. Yesus hanya membahas pertanyaan mereka tentang payung lebar tradisi (15:2a). Dalam konteks ini, Ia lebih khusus menangani masalah ritual pembasuhan tangan (15:2b).
Ungkapan dengar dan camkanlah adalah cara Yesus untuk mengatakan, "Perhatikan dengan cermat apa yang Aku sedang katakan" (lihat 11:15; 13:9, 43). Karena kata-kata-Nya sangat berbeda dengan tradisi yang dihormati pada waktu itu tentang ritual pembasuhan tangan sebelum seseorang makan, maka banyak dari mereka akan kesulitan untuk memahami atau menerima apa yang Ia ajarkan.
Ayat 11. Yesus berkata, "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Dengan "perumpamaan" ini (15:15), Tuhan menjelaskan bagaimana orang menjadi najis di mata Allah. Ia membantah pendapat tradisional para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menekankan najis secara ritual.Ajaran-Nya adalah bahwa tak ada satu pun yang seseorang masukkan ke dalam mulutnya akan membuat dirinya najis secara rohani. Kekudusan tidak datang dari luar, tapi dihasilkan dari dalam dan bergerak keluar (23:25-28). Kejahatan berasal dari hati yang jahat, dan kejahatan itu menemukan jalannya ke dalam perkataan seseorang (12:34, 35; 15:19, 20; Efe. 4:29; Yak. 3:6).
Ayat 12. Murid-murid itu mendekati Yesus, yang kuatir bahwa perkataan itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi.Kata Yunani untuk "batu sandungan" (skandali÷zw, skandalizō) sering berarti "menyebabkan berdosa." Namun begitu, di sini kata itu berbentuk pasif dan berarti "diganggu," "dikejutkan," atau "dibuat marah." Meski banyak hal yang Yesus katakan dalam ayat-ayat sebelumnya tidak diragukan lagi menyinggung orang-orang Farisi, "pernyataan ini," secara kontekstual, mengacu kepada perkataan dalam ayat 11. Kata itu mengungkapkan bahwa pelaksanaan ritual pembasuhan tangan mereka yang sangat teliti punya sedikit, jika ada, nilai rohani. Praktik ini—yang memberi mereka perasaan bangga yang luar biasa—adalah buang-buang waktu dan tenaga. Agama mereka terdiri dari pelbagai ritual lahiriah ketimbang kesucian batin. Dengan merendahkan tradisi mereka, Yesus mengecilkan otoritas orang-orang Farisi itu.
Dengan bersikap khawatir terhadap reaksi para pemimpin ini, murid-murid itu mengungkapkan kurangnya kedewasaan rohani mereka. Yesus tidak peduli dengan kebenaran politis; Ia peduli terhadap kebenaran. Ia tahu bahwa kata-kata-Nya akan menyinggung orang-orang Farisi. Kebenaran kadang-kadang menyakitkan; faktanya, kebenaran memang sering menyinggung manusia. Kebenaran harus selalu disampaikan dalam kasih (Efe. 4:15), tetapi kebenaran tentang keselamatan harus disampaikan, jika tidak kerusakan besar akan terjadi (1 Tim. 2:4).
Ayat 13. Yesus menanggapi kekhawatiran para murid itu dengan mengatakan, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya." Inti pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang tidak berasal dari Bapa tidak akan bertahan. Ungkapan "Bapa-Ku yang di sorga" menandakan hubungan yang erat antara Yesus dan Allah (lihat 18:35). Oleh karena hubungan ini, Yesus bisa bicara dengan kuasa tentang para pemimpin Yahudi itu (lihat 7:28, 29).
"Setiap tanaman" bisa mengacu kepada doktrin-doktrin palsu yang orang-orang Farisi ajarkan. Pelbagai tradisi buatan manusia ini adalah tanaman yang tidak ditanam Allah. Mereka akan dicabut oleh kebenaran Allah, karena kebenaran-Nya itu bertahan selamanya. Kebenaran kekal itu sedang diungkapkan melalui pelayanan Yesus.
Kemungkinan lainnya adalah "setiap tanaman" itu mengacu kepada orang-orang Farisi, yang menukar Firman Tuhan dengan tradisi mereka. Dalam Perjanjian Lama, umat Allah disebut sebagai "tanaman" Nya atau "ditanam" oleh Dia (Yes. 5:2, 7; 60:21; 61:3; Yeh. 17:22, 23). Gambaran tentang menanam dan mencabut secara khusus menonjol dalam kitab Yeremia (Yer. 1:10; 2:21; 11:17; 12:2; 18:7, 9; 24:6; 31:28; 32:41; 42:10; 45:4). Jika "setiap tanaman" mengacu kepada orang-orang Farisi, maka istilah "dicabut" menandakan penghakiman mereka (lihat 3:7-12; 13:24-30, 36-43). Kedua pandangan ini tercakup di dalam makna itu.
Ayat 14. Peringatan Tuhan kepada murid-murid-Nya adalah ini, "Biarkanlah mereka itu." Murid-murid itu tidak perlu melindungi status atau kepentingan orang-orang Farisi (15:12). Mereka harus menjauh dari orang-orang agamis ini, karena mereka tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada murid-murid itu. Yesus belakangan memperingatkan para murid itu tentang "ragi orang Farisi," yaitu, ajaran mereka (16:11, 12). Perlunya Yesus memberikan peringatan ini merupakan satu petunjuk tentang pengaruh kuat yang orang-orang Farisi itu miliki atas orang-orang Yahudi (lihat Yoh. 7:13; 9:22; 12:42; 19:38, 39).
Orang-orang Farisi menganggap diri mereka "penuntun orang buta," terang bagi mereka yang ada dalam kegelapan rohani (Rom. 2:19). Yesus menggunakan pernyataan itu untuk mengatakan bahwa mereka adalah orang buta yang menuntun orang buta (23:16, 24; lihat Yoh. 9:39, 40). Karena penyakit mata biasa terjadi di Palestina abad pertama, maka para pengemis buta biasa ditemui.21Akibatnya, orang-orang ini akan butuh orang lain untuk menuntun mereka dari satu tempat ke tempat lain. Bagaimanapun, satu orang buta menuntun orang buta yang lain adalah tragedi yang paling besar, karena keduanya akan jatuh ke dalam lobang (lihat Luk. 6:39). Orang-orang Farisi itu sendiri tidak mengetahui kebenaran, dan mereka sedang menuntun orang lain ke jalan kehancuran. Beberapa orang percaya bahwa jika seseorang mengikuti guru palsu, guru itu akan dihukum tapi tidak para pengikutnya. Yesus menunjukkan bahwa baik guru dan pengikutnya punya tanggung jawab untuk menerima kebenaran.
Ayat 15. Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." Dalam banyak contoh, Petrus berfungsi sebagai juru bicara para murid itu (lihat komentar tentang 14:28). Apakah Petrus sedang mengacukan gambaran tentang tanaman yang sedang dicabut (15:13) ataukah orang buta menuntun orang buta (15:14)? Respon Yesus (15:16-20) menunjukkan bahwa yang Petrus sedang singgung adalah pernyataan sebelumnya: "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11). Di sini kata "perumpamaan" (parabolh/, parabolē) berarti pepatah yang tidak diketahui. Yesus sering menjelaskan perumpamaan-Nya kepada murid-murid itu ketika mereka sedang berada dalam suasana yang lebih menyendiri (13:36; Mrk 4:34).
Ayat 16. Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamupun masih belum dapat memahaminya?" Karena mereka telah bersama Yesus begitu lama, mengamati gaya hidup-Nya dan mendengarkan ajaran-Nya, maka Ia mengharap mereka untuk sudah lebih maju dalam pengertian mereka. Haruskah kita menganggap pertanyaan Yesus itu sebagai kecaman keras tentang kurangnya kearifan rohani murid-murid itu atau hanya sebagai teguran yang lembut? Terlepas dari tingkat kekecewaan-Nya, Yesus dengan sabar menjelaskan arti perumpamaan itu kepada mereka.
Ayat 17. Yesus awalnya menjelaskan baris pertama perumpamaan itu: "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang" (15:11a). Pada saat ini, Ia menanya mereka, "Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?" Tradisi orang-orang Farisi tentang pembasuhan tangan demi ritual penyucian hanya berkaitan dengan alam lahiriah. Makanan yang tersentuh oleh tangan yang tidak dibasuh masuk ke dalam "mulut," dicerna di dalam "perut," dan kemudian "dibuang" sebagai limbah manusia. Teks Yunaninya mengatakan bahwa makanan itu berakhir di ajfedrw÷n (aphedrōn), yaitu, "jamban" (JNT). Tuhan sedang menekankan bahwa makan makanan dengan tangan kotor tidak mempengaruhi hati seseorang (Mrk. 7:18).
Ayat 18. Dengan pernyataan-Nya yang berikut, Yesus pindah ke baris kedua perumpamaan itu: "melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11b). Ia bersikeras bahwa kata-kata yang diucapkan seseorang datang dari hati, dan kata-kata ini dapat menyebabkan kecemaran rohani. "Hati" (kardi÷a, kardia) merupakan pusat kehidupan batin seseorang; itu menandakan perasaan, pikiran, hati nurani, dan kehendak seseorang (lihat komentar tentang 5:8; 6:21). Sebelumnya dalam Matius, Yesus telah menegur orang-orang Farisi itu dengan kata-kata: "Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (12:34). Ketika hati seseorang murni, kata-kata yang keluar dari mulutnya akan murni juga. Ketika hatinya jahat, kata-kata yang keluar dari mulutnya akan jahat juga.
Ayat 19. Kristus melanjutkan penyantuman jenis-jenis kejahatan yang berasal dari hati. Dalam daftar ini, kecuali untuk penyebutan pikiran jahat, Ia mengikuti bagian kedua Sepuluh Perintah—yang berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia: pembunuhan, perzinaan, pencurian, saksi dusta, fitnah (Kel. 20:13-16).22
Dosa-dosa yang sama ini dikemukakan dalam nas-nas lain dalam Perjanjian Baru (1 Kor. 6:9, 10; Why. 9:21; 21:8; 22:15). Yesus sudah mengajarkan dalam Khotbah di Bukit bahwa dosa dimulai di dalam hati (5:21-48).
Ayat 20. Tuhan menyimpulkan penjelasan-Nya kepada murid-murid-Nya dengan mengatakan, "Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang." Kemurnian sejati bersifat rohaniah; itu melibatkan hati seseorang—pikiran, emosi, hati nurani, dan kehendak seseorang. Penilaian ini sangat bertolak belakang dengan anggapan orang-orang Farisi terhadap kebersihan secara ritual. Penilaian Yesus tentang tangan yang tidak dibasuh berbalik lagi sepenuhnya kepada tuduhan awal yang menentang murid-murid-Nya dalam 15:2 dan, menurut penyajian Matius, membentuk satu unit pokok pikiran (15:1-20).23
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan Sang Raja 15:1-20
Konflik Dengan Orang Farisi
Pasal 15 melanjutkan penyorotan pelbagai reaksi yang berbeda dari orang banyak itu t...
Matius: Pelayanan Sang Raja 15:1-20
Konflik Dengan Orang Farisi
Pasal 15 melanjutkan penyorotan pelbagai reaksi yang berbeda dari orang banyak itu terhadap Yesus dan pelayanan-Nya. Itu dimulai dengan konflik dengan orang-orang Farisi, yang mencoba untuk mengikat tradisi mereka yang buatan manusia kepada Yesus dan murid-murid-Nya (15:1-20). Kemudian, setelah menarik diri ke pantai Fenisia, Yesus bertemu dengan seorang perempuan Kafir yang menginginkan kesembuhan putrinya. Yesus memuji dia karena ia memiliki iman yang besar, yang tak bisa dipadamkan (15:21-28). Pasal ini diakhiri dengan pelbagai mujizat yang Yesus adakan di antara orang banyak itu (15:29-39). Penyembuhan-Nya atas orang-orang mereka yang sakit mengilhami orang-orang itu untuk memuji Allah Israel. Dalam belas kasihan, Yesus juga memberi makan orang banyak yang mengikuti Dia, sekelompok orang yang mencakup empat ribu orang.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai s...
HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai sorga. Marilah kita memeriksa beberapanya.
- 1. Tradisi manusia (15:1-9). Kita harus menolak tradisi manusia yang tidak selaras dengan kehendak Allah. Satu-satunya otoritas bagi praktik kita dalam ibadah dan dalam melayani Allah adalah Firman-Nya ("Allah berfirman …"). Yesus memberitahu orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, "Tetapi kamu berkata …" (15:4, 5). Mereka menyatakan "firman Allah … tidak berlaku demi adat istiadat [mereka] sendiri" (15:6). Dengan menggunakan perkataan Yesaya, Yesus menyatakan, "Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (15:9).
- 2. Guru-guru palsu (15:12-14). Yesus berkata, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya" (15:13). Ia juga berbicara tentang "orang buta menuntun orang buta" (15:14). Kita harus jangan meninggalkan doktrin Alkitab agar bisa cocok dengan keyakinan populer yang tidak memiliki dasar kitab suci.
- 3. Kehidupan yang cemar (15:10, 11, 17-20). Yesus mengajarkan, "Yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11); "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang" (15:18). Lalu Ia menyantumkan dosa-dosa yang menajiskan yang keluar dari hati yang buruk: "segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat" (15:19).
- 4. Kurangnya iman (15:21-28). Perempuan Kanaan menerima berkat yang besar saat ia bertahan karena iman dan kasihnya untuk putrinya. Ia dipuji karena "iman besar" yang ia miliki (15:28). Sebaliknya, banyak orang Yahudi menolak ajaran Yesus dan pelbagai mujizat-Nya. Kadang-kadang, murid-murid-Nya sendiri bahkan ditegur karena mereka "kurang iman" (6:30; 8:26; 14:31; 16:8; 17:20).
- 5. Cara hidup kita yang rumit (15:32-39). Orang banyak itu berfokus pada Yesus selagi mereka tetap bersama Dia selama tiga hari tanpa memperhatikan makanan atau keadaan nyaman. Mereka lapar dan haus akan makanan rohani. Apakah yang bisa menjauhkan kita dari mengikuti Yesus? Kita dapat dengan mudah terganggu oleh pelbagai tujuan dan kepentingan yang berpusat pada dunia ini.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Antiokhus IV (yang menyebut dirinya "Epifanes," yang berarti "dewa yang menampakkan diri"), adalah penguasa Ke...
Catatan Akhir:
- 1 Antiokhus IV (yang menyebut dirinya "Epifanes," yang berarti "dewa yang menampakkan diri"), adalah penguasa Kekaisaran Seleukus pada abad kedua S. M. Sepak terjangnya sebagai penakluk Palestina adalah sangat ofensif kepada orang-orang Yahudi sehingga mereka mengobarkan Pemberontakan Makabis.
- 2 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 250.
- 3 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 389.
- 4 Mishnah Aboth 1.1.
- 5 Ibid.
- 6 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 148.
- 7 Josephus Antiquities 13.10.6 (penekanan ditambahkan).
- 8 Peraturan yang lebih ketat berlaku terhadap ajaran para ahli Taurat daripada terhadap ajaran Taurat(Mishnah Sanhedrin 11.3; see Talmud Abodah Zarah 35a; Erubin 21b).
- 9 Morris, 391.
- 10 Mishnah Yadaim 2.3.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 95. Seorang rabi mengatakan, "Sama seperti orang cemar tidak layak bagi pelayanan Bait Suci, tangan cemar juga membuat orang tidak layak untuk mengatakan kasih karunia" (Talmud Berakoth 53b).
- 12 Talmud Kiddushin 31b; Jerusalem Talmud Kiddushin 1.7.
- 13 Jerusalem Talmud Kiddushin 1.7.
- 14 Mishnah Nedarim 5.6.
- 15 Wilkins, 96.
- 16 Mishnah Nedarim 9.1.
- 17 Hill, 251.
- 18 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 614.
- 19 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 412.
- 20 Jack P. Lewis, A Commentary on the Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 25.
- 21 Morris, 396-97.
- 22 "Fornications" is grouped with "adulteries," and "slanders" is grouped with "false witness."
- 23 Hill, 252.
- 24 Will Durant, The Story of Civilization, vol. 3, Caesar and Christ (New York: Simon and Schuster, 1944, 1972), 295.
- 25 American Heritage Dictionary , 4th ed. (2001), s.v. "worship."
- 26 Konteks Yohanes 4 menekankan bahwa penyembah yang benar tidak dimediasi oleh tempat tertentu (Yerusalem atau Gunung Gerazim), tapi itu terjadi melalui satu pribadi (Yesus Kristus). Benar, ibadah rohaniah hanya dimungkinkan melalui Dia (Yoh. 14:6, 13, 14; 16:23, 24; Efe. 5:19, 20; Kol. 3:16, 17).
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi