Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Neh 9:6-37
Full Life: Neh 9:6-37 - HANYA ENGKAU ADALAH TUHAN.
Nas : Neh 9:6-37
Tema utama dari doa yang luar biasa ini ialah usaha kasih karunia
Allah untuk menyediakan penebusan dan keselamatan bagi Israel da...
Nas : Neh 9:6-37
Tema utama dari doa yang luar biasa ini ialah usaha kasih karunia Allah untuk menyediakan penebusan dan keselamatan bagi Israel dan tanggapan yang tidak berterima kasih dari Israel kepada kasih ilahi tersebut sepanjang sejarah mereka; hal ini merupakan tema yang berulang-ulang dalam PL (lih. Dan 9:3-19; Am 2:9-12; Mi 6:1-8; bd. Luk 13:34).
Ref. Silang FULL -> Neh 9:23
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Neh 9:4-38
Matthew Henry: Neh 9:4-38 - Doa Orang-orang Lewi Doa Orang-orang Lewi (9:4-38)
Di dalam perikop ini kita mendapati penjelasan tentang bagaimana kegiatan pada hari puasa ini dijalankan.
...
Doa Orang-orang Lewi (9:4-38)
- Di dalam perikop ini kita mendapati penjelasan tentang bagaimana kegiatan pada hari puasa ini dijalankan.
- 1. Nama hamba-hamba Tuhan yang ditugaskan. Mereka disebut dua kali (ay. 4-5), hanya dengan sedikit banyak perbedaan dalam nama-namanya. Entah mereka berdoa silih berganti, seperti aturan yang diberikan oleh Rasul Paulus itu (1Kor. 14:31, kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang), atau seperti pendapat sebagian penafsir, ada delapan kelompok yang agak berjauhan satu sama lain, dan masing-masing dipimpin oleh satu orang Lewi.
- 2. Kegiatan yang mereka lakukan itu sendiri.
- 1. Mereka berdoa kepada Allah, berseru kepada-Nya dengan suara nyaring (ay. 4), memohon pengampunan atas dosa-dosa Israel dan perkenanan Allah pada mereka. Mereka berseru dengan nyaring, bukan supaya Allah bisa mendengar mereka dengan lebih jelas, seperti yang dilakukan para penyembah Baal, melainkan supaya umat bisa mendengarnya, dan dengan demikian membangkitkan semangat mereka.
- 2. Mereka memuji Allah, sebab kegiatan memuji Allah bukan tidak pada tempatnya pada hari puasa. Dalam semua kegiatan ibadah, kita harus menjadikan hal ini sebagai tujuan kita, yaitu memberi kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya. Inti sari dari doa-doa mereka kita dapati tercatat di sini. Tidak jelas apakah doa-doa ini telah dibuat sebelumnya, sebagai pedoman bagi orang Lewi perihal apa yang harus lebih diperinci lagi, ataukah doa-doa itu diingat kembali sesudahnya, sebagai pokok-pokok bahasan yang telah mereka bicarakan dengan panjang lebar di dalam doa. Tidak diragukan lagi bahwa yang mereka ucapkan jauh lebih banyak daripada yang dicatat di sini. Jika tidak, mengaku dosa dan menyembah Allah tidak akan memakan waktu seperempat hari lamanya, apalagi setengah hari. Di dalam seruan yang khidmat kepada Allah ini kita mendapati,
- 1. Pemujaan yang penuh rasa gentar kepada Allah, sebagai Wujud yang sempurna dan mulia, dan sumber dari segala yang ada (ay. 5-6). Jemaah diajak untuk menunjukkan persetujuan mereka dalam hal ini dengan bangkit berdiri, dan hamba Tuhan pun kemudian mengarahkan diri kepada Allah, terpujilah nama-Mu yang mulia. Di sini Allah dipuja,
- I. Sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar: Hanya Engkau adalah TUHAN, yang ada dari diri-Nya sendiri dan tidak bergantung pada siapa pun. Tidak ada Allah selain Engkau.
- II. Sebagai Pencipta segala sesuatu: Engkau telah menjadikan langit, dan bumi, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Butir pertama dari Pengakuan Iman kita memang pantas dijadikan butir pertama dari puji-pujian kita.
- III. Sebagai Pelindung yang agung atas seluruh ciptaan: “Engkau memelihara keberadaan semua makhluk yang telah Kaujadikan.” Penyelenggaraan Allah meluas sampai ke makhluk-makhluk yang tertinggi, karena mereka membutuhkannya, dan sampai ke makhluk-makhluk yang paling rendah, karena mereka tidak diremehkan olehnya. Apa yang telah dijadikan Allah akan dipelihara oleh-Nya, dan apa yang diperbuat-Nya, dikerjakan dengan berhasil (Pkh. 3:14).
- IV. Sebagai Allah yang dipuji oleh makhluk-makhluk ciptaan: “Bala tentara langit, alam para malaikat kudus, sujud menyembah kepada-Mu (ay. 6). Namun nama-Mu ditinggikan mengatasi segala puji dan hormat. Nama-Nya tidak membutuhkan pujian makhluk-makhluk ciptaan, tidak pula menjadi lebih dimuliakan oleh puji-pujian itu.” Puji-pujian terhadap nama Allah yang paling baik sekalipun, bahkan puji-pujian dari para malaikat sendiri, masih kurang secara tak terhingga untuk memenuhi apa yang patut didapatkan oleh nama-Nya. NamaNya tidak saja ditinggikan mengatasi hormat kita, tetapi juga mengatasi segala hormat. Seandainya seluruh pujian langit dan bumi digabungkan sekalipun, seperseribu dari apa yang dapat dan yang seharusnya dikatakan tentang kemuliaan Allah belumlah terucapkan. Tidak ada yang baik bagiku selain Dia.
- 2. Pengakuan yang penuh syukur atas kebaikan-kebaikan Allah kepada Israel.
- I. Banyak dari antara kebaikan-kebaikan ini disebutkan di sini secara berurutan di hadapan-Nya, dan memang sangat sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pada waktu itu, karena,
- 1. Kita harus memanfaatkan segala kesempatan untuk menyebutkan kasih setia Tuhan, dan mengucap syukur dalam setiap doa.
- 2. Ketika kita sedang mengakui dosa-dosa kita, sungguh baik untuk memberi perhatian terhadap segala belas kasih Allah sebagai hal yang memperparah dosa-dosa kita, supaya kita semakin rendah hati dan malu, serta menyebut diri kita sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, sebutan yang sangat memalukan.
- 3. Ketika kita sedang mencari Allah untuk meminta belas kasihan dan pertolongan di tengah kesesakan, sungguh mendorong iman dan pengharapan kita jika kita melihat kembali pengalaman kita sendiri dan juga nenek moyang kita: “Tuhan, Engkau telah berbuat baik kepada kami pada masa lalu. Apakah semuanya ini akan ditarik kembali? Bukankah Engkau masih Allah yang sama?”
- II. Marilah kita cermati sejenak contoh-contoh khusus dari kebaikan Allah kepada Israel yang diceritakan di sini.
- 1. Panggilan kepada Abraham (ay. 7). Perkenanan Allah kepadanya bersifat istimewa: “Engkaulah yang telah memilih dia.” Anugerah-Nya di dalam diri Abraham begitu kuat untuk membawanya keluar dari Ur-Kasdim. Dan dengan memberinya nama Abraham, Ia memberikan kehormatan kepadanya sebagai milik-Nya sendiri, dan meyakinkan dia bahwa ia akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu (Yes. 51:2) dan lihatlah anugerah yang cuma-cuma dimuliakan di dalam dirinya.
- 2. Kovenan yang dibuat Allah dengannya untuk memberikan negeri Kanaan kepadanya dan keturunannya, sebuah perlambang dari negeri yang lebih baik (ay. 8). Dan kovenan ini teguh, sebab Allah mendapati hati Abraham setia dan beriman di hadapan-Nya, dan Ia mendapatinya demikian karena Dialah yang membuatnya demikian (sebab iman bukan datang dari diri kita sendiri, melainkan pemberian dari Allah) dan oleh karena itu Ia menggenapi perkataanNya. Sebab terhadap orang yang setia Ia berlaku setia, dan di mana pun Ia mendapati hati yang setia, Ia akan didapati sebagai Allah yang setia.
- 3. Pembebasan Israel dari Mesir (ay. 9-11). Sungguh pada tempatnya untuk mengingat hal ini sekarang, ketika mereka sedang berdoa dan memohon agar pembebasan mereka dari Babel disempurnakan. Mereka dibebaskan pada waktu itu, dalam belas kasihan terhadap penderitaan mereka, sebagai jawaban atas seruan mereka, dan untuk menentang kesombongan dan kekurangajaran para penganiaya mereka. Apabila mereka bertindak angkuh, Allah menunjukkan diri-Nya ada di atas mereka (Kel. 18:11), dan dengan demikian memasyhurkan nama-Nya. Sebab Ia berkata, terhadap Firaun Aku akan menyatakan kemuliaanKu. Bahkan sampai hari ini pun nama Allah dimuliakan karena perbuatan yang ajaib itu. Pembebasan itu terjadi melalui mujizat. Berbagai tanda dan keajaiban diperlihatkan untuk mewujudkannya. Pembebasan mereka adalah kehancuran musuh-musuh mereka. Musuh-musuh dicampakkan ke air yang dalam, tanpa bisa naik lagi seperti batu ke air yang dahsyat.
- 4. Mereka dipimpin melewati padang gurun, dengan tiang awan dan tiang api, yang menunjukkan kepada mereka jalan yang harus mereka lalui, kapan mereka harus berpindah, serta kapan dan di mana mereka harus beristirahat, sehingga mereka diarahkan dalam setiap gerak dan langkah mereka (ay. 12). Peristiwa itu juga merupakan bukti yang terlihat akan kehadiran Allah bersama mereka, untuk memandu dan menjaga mereka. Orang-orang Lewi itu menyebutkan peristiwa ini lagi (ay. 19), dengan mencermati bahwa meskipun mereka, oleh dosa-dosa mereka, telah menyebabkan Allah menarik diri dari mereka dan membiarkan mereka mengembara dan binasa di jalan-jalan simpangan di padang gurun, namun Ia tetap memimpin mereka dalam belas kasih-Nya yang besar, dan tidak mengambil tiang awan dan tiang api itu (ay. 19). Apabila belas kasih yang telah diambil dari kita karena perbuatan kita sendiri, kemudian dilanjutkan kembali, maka kita harus bersyukur dua kali lipat karenanya.
- 5. Penyediaan makanan berlimpah yang diadakan bagi mereka di padang gurun, agar mereka tidak mati kelaparan: Telah Kauberikan kepada mereka roti dari langit dan air dari gunung batu (ay. 15), dan, untuk menguatkan hati mereka, sebuah janji bahwa mereka akan memasuki dan menduduki tanah Kanaan. Mereka mendapatkan makanan dan minuman, bekal yang cukup selama dalam perjalanan, dan tanah yang subur pada akhir perjalanan. Apalagi yang mereka perlukan? Hal ini juga diulangi (ay. 20-21) sebagai sesuatu yang tetap berlanjut, kendati dengan segala perbuatan mereka yang menyulut murka-Nya: Empat puluh tahun lamanya Engkau memberikan mereka makan. Belum pernah terjadi sebuah bangsa dipelihara sampai begitu lama dan dengan begitu lembut. Segala keperluan mereka dicukupi dengan ajaib, dan dalam kurun waktu selama itu, pakaian mereka tidak rusak. Dan walaupun jalanannya terjal dan melelahkan, kaki mereka tidak bengkak, karena mereka ditopang seperti di atas sayap rajawali.
- 6. Diberikannya hukum Taurat di atas gunung Sinai. Ini adalah perkenanan terbesar dari segala sesuatu yang pernah dilakukan terhadap mereka, dan kehormatan terbesar yang pernah diberikan kepada mereka. Sang Pemberi hukum itu sangatlah mulia (ay. 13). “Engkau tidak saja mengutus, tetapi juga turun sendiri, dan berbicara dengan mereka” (Ul. 4:33). Hukum yang diberikan itu sangatlah baik. Tidak ada bangsa di bawah langit yang mempunyai peraturan-peraturan yang demikian adil, hukum-hukum yang demikian benar, serta ketetapan-ketetapan yang demikian baik (Ul. 4:8). Peraturan-peraturannya yang menyangkut akhlak dan persoalan hukum sungguh benar dan tepat, karena didasarkan atas keadilan yang asali dan alasan-alasan tentang kebaikan dan keburukan yang berlaku selama-lamanya. Dan bahkan ketetapan-ketetapannya yang berkaitan dengan upacara ibadah pun sungguh baik, sebagai tanda dari kebaikan Allah kepada mereka dan perlambang dari anugerah Injili. Perhatian khusus diberikan terhadap perintah keempat dalam hukum itu sebagai kebaikan yang besar bagi mereka: Kauberitahukan kepada mereka sabat-Mu yang kudus, yang merupakan tanda dari perkenanan Allah yang khusus kepada mereka. Perkenanan ini membedakan mereka dari bangsa-bangsa yang telah memberontak terhadap Allah, dan yang telah sepenuhnya kehilangan bagian yang sudah ada sejak dulu kala dari agama wahyu itu, dan yang juga merupakan sarana untuk memelihara persekutuan dengan-Nya. Selain itu, melalui hukum Taurat dan hari sabat, Ia memberikan kepada mereka Roh-Nya yang baik untuk mengajar mereka (ay. 20). Selain hukum Taurat yang diberikan di gunung Sinai, kelima kitab Musa, yang ditulisnya oleh dorongan Roh Kudus, merupakan pengajaran yang senantiasa ada bagi mereka, khususnya Kitab Ulangan, yang di dalamnya Roh Allah melalui Musa mengajar mereka sepenuhnya. Bezaleel dipenuhi dengan Roh Allah (Kel. 31:3), begitu juga Yosua (Bil. 27:18), dan Kaleb pun demikian.
- 7. Bagaimana mereka dibuat menduduki tanah Kanaan, tanah yang subur itu, serta kerajaan-kerajaan dan bangsa-bangsa (ay. 22). Mereka dibuat menjadi begitu banyak hingga memadati kembali negeri itu (ay. 23), dan begitu jaya hingga menjadi para penguasa atasnya (ay. 24). Penduduk asli negeri itu diserahkan ke tangan mereka, supaya orang-orang itu diperlakukan sekehendak hati mereka. Kalau mau, mereka bisa saja menginjak-injak leher para raja dari bangsa-bangsa itu. Demikianlah mereka memperoleh tempat tinggal yang membahagiakan (ay. 25). Pandanglah kota-kota mereka, maka akan terlihat kota-kota yang kuat dan dibentengi dengan baik. Pandanglah rumah-rumah mereka, maka akan didapati rumah-rumah yang bagus dan diperlengkapi dengan perabotan, penuh dengan segala macam barang mewah. Pandanglah negeri itu, maka orang akan berkata bahwa mereka belum pernah melihat negeri sesubur itu, yang begitu penuh dengan kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun. Semuanya ini mereka dapati sudah siap untuk mereka gunakan. Demikianlah mereka bersuka di dalam pemberian-pemberian dari kebaikan Allah yang sangat besar. Mereka tidak bisa berharap akan hidup lebih tenang atau bahagia daripada kehidupan yang mereka jalani, atau yang bisa saja mereka jalani, di Kanaan, kalau bukan karena kesalahan mereka sendiri.
- 8. Kesediaan Allah yang luar biasa untuk mengampuni dosa-dosa mereka dan mengadakan pembebasan bagi mereka, setelah mereka mendatangkan penghukuman-penghukuman-Nya atas diri mereka sendiri karena tindakan mereka yang menyulut murka-Nya. Ketika masih berada di padang gurun, mereka mendapati Dia sebagai Allah yang sudi mengampuni (ay. 17), Allah segala pengampunan (demikianlah dalam tafsiran yang agak luas), yang telah menyatakan nama-Nya sebagai Allah yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, yang berkuasa mengampuni dosa, bersedia mengampuni, dan bermegah dalam mengampuni. Walaupun mereka meninggalkan-Nya, Ia tidak meninggalkan mereka, seperti yang pantas dilakukan-Nya, tetapi tetap memberikan perhatian dan perkenanan-Nya kepada mereka. Di kemudian hari, ketika mereka telah bermukim di Kanaan dan menjual diri mereka sendiri ke tangan para musuh melalui dosa-dosa mereka, maka setelah mereka berlaku patuh dan memohon dengan rendah hati, Ia memberikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka (ay. 27). Orang-orang ini adalah para hakim, yang melaluinya Allah telah mengadakan banyak pembebasan bagi mereka ketika mereka sudah di ambang kehancuran. Hal ini dilakukan-Nya bukan karena jasa apa pun dari mereka, sebab mereka tidak layak mendapatkan apa pun selain celaka, melainkan karena belas kasih-Nya, belas kasih-Nya yang besar.
- 9. Teguran dan peringatan keras yang diberikan-Nya kepada mereka melalui hamba-hamba-Nya para nabi. Ketika melepaskan mereka dari segala kesusahan mereka, Ia memperingatkan mereka akan dosa-dosa mereka (ay. 28-29), supaya mereka tidak salah mengartikan pembebasan mereka sebagai izin terselubung bagi kejahatan mereka. Apa yang dirancang dalam semua teguran yang disampaikan oleh para nabi terhadap mereka adalah untuk membawa mereka kembali ke hukum Allah, untuk mengenakan kuknya, dan hidup menurut aturannya. Tujuan pelayanan kita adalah membawa orang banyak kepada Allah dengan membawa mereka kepada hukum-Nya, bukan membawa mereka kepada diri kita sendiri dengan cara membawa mereka untuk tunduk di bawah hukum rancangan kita sendiri. Hal ini kita dapati kembali (ay. 30): Dengan Roh-Mu Engkau memperingatkan mereka, yakni dengan perantaraan para nabi-Mu. Kesaksian para nabi merupakan kesaksian Roh di dalam diri mereka, dan Roh Kristuslah yang berada di dalam diri mereka (1Ptr. 1:10-11). Mereka bernubuat oleh dorongan Roh Kudus, dan apa yang mereka katakan haruslah diterima seperti seharusnya. Allah memberi mereka Roh-Nya yang baik untuk mengajar mereka (ay. 20), namun, karena mereka tidak mau menerima ajaran-Nya, Ia bersaksi melawan mereka melalui Roh-Nya. Apabila kita tidak mau membiarkan firman Allah mengajar dan mengatur kita, maka firman itu akan mendakwa dan menghakimi kita. Allah mengutus para nabi, dalam belas kasihnya kepada umat-Nya (2Taw. 36:15), supaya Ia tidak mengirimkan penghakiman-penghakiman kepada mereka.
- 10. Panjang sabar-Nya dan lunaknya teguran-teguran-Nya: Bertahun-tahun lamanya Ia melanjutkan sabar-Nya terhadap mereka (ay. 30), karena enggan menghukum mereka, dan menunggu untuk melihat apakah mereka mau bertobat. Dan, ketika benar-benar menghukum mereka, Ia tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka (ay. 31). Seandainya Ia meninggalkan mereka, maka mereka pasti akan binasa. Akan tetapi, Ia tidak membangkitkan seluruh murka-Nya, sebab Ia merancang pembaharuan mereka, dan bukan kebinasaan mereka. Demikianlah mereka banyak menyebutkan dan mengagungagungkan contoh-contoh kebaikan Allah terhadap Israel. Kita pun patut berbuat serupa, supaya kebaikan Allah, yang kita renungkan sebagaimana mestinya, dapat memimpin kita kepada pertobatan dan mengatasi keburukan kita. Semakin kita bersyukur atas belas kasih Allah, semakin kita merendahkan diri karena dosa-dosa kita.
- 3. Di sini ada pengakuan dosa yang penuh penyesalan, dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa nenek moyang mereka. Semuanya ini disebutkan secara jalin-menjalin dengan ingatan-ingatan akan perkenanan Allah, supaya kebaikan Allah, kendati dengan perbuatan mereka yang menyulut murka-Nya, dapat terlihat semakin berkilau, dan dosa-dosa mereka, kendati dengan perkenanan-perkenanan-Nya, dapat terlihat semakin keji. Banyak penggalan kata dalam pengakuan dosa dan kasih setia ini diambil dari Kitab Yehezkiel 20:5-26, seperti yang akan terlihat dengan membandingkan ayat-ayat dalam kitab itu dengan ayat-ayat ini. Sebab firman Allah sangat bemanfaat untuk mengarahkan kita dalam berdoa. Dan melalui apa yang dikatakan-Nya kepada kita, kita dapat belajar apa yang harus kita katakan kepada-Nya.
- (1) Mereka mengawali pengakuan mereka dengan dosa-dosa Israel di padang belantara: Mereka, yaitu nenek moyang kami (demikianlah pembacaan yang lebih baik untuk ayat itu), bertindak angkuh, meskipun mengingat bagaimana keadaan mereka dahulu, dan bagaimana mereka belum lama ini telah dibebaskan dari perhambaan, mereka tidak mempunyai alasan untuk bertindak angkuh, dan bersitegang leher (ay. 16). Keangkuhan merupakan hal yang mendasari sifat keras kepala dan ketidaktaatan manusia. Mereka merasa direndahkan apabila harus menunduk di bawah kuk Allah, dan merasa begitu besar apabila mereka menegakkan kehendak mereka menentang kehendak Allah sendiri.
- 1. Ada dua hal yang tidak mereka perhatikan sebagaimana mestinya, sebab jika tidak demikian, mereka tentu tidak bertindak seperti itu. Firman Allah mereka dengar, namun mereka tidak mendengarkan perintah-perintah Allah. Dan pekerjaan-pekerjaan Allah mereka lihat, namun mereka tidak mengingat perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Andai kata mereka memandangnya sebagai mujizat seperti yang seharusnya, maka mereka tentu akan berlaku taat atas dasar iman dan rasa takut yang kudus. Seandainya mereka memandangnya sebagai rahmat seperti yang seharusnya, maka mereka tentu akan berlaku taat atas dasar rasa syukur dan kasih yang kudus. Akan tetapi, apabila manusia tidak memanfaatkan dengan benar ketetapan-ketetapan Allah ataupun penyelenggaraan-penyelenggaraan-Nya, apa lagi yang dapat diharapkan dari mereka?
- 2. Ada dua dosa yang disebutkan secara khusus di sini, yang menjadi kesalahan mereka di padang gurun, yaitu berencana kembali,
- I. Ke perhambaan di Mesir, yang, hanya demi bawang putih dan bawang merah, lebih mereka sukai daripada kemerdekaan yang gemilang dari Israel milik Allah, yang disertai dengan sedikit banyak kesulitan dan ketidaknyamanan. Dalam pemberontakan mereka, mereka menunjuk seorang pemimpin untuk kembali ke perbudakan di Mesir, karena tidak mempercayai kuasa Allah dan memandang rendah janji-Nya yang kudus (ay. 17).
- II. Ke penyembahan berhala orang Mesir: Mereka membuat anak lembu tuangan, dan mereka begitu dungu hingga berkata, “Inilah Allahmu.”
- (2) Mereka kemudian meratapi perbuatan-perbuatan nenek moyang mereka yang menyulut murka Allah setelah menduduki Kanaan. Walaupun mereka hidup mewah karena kebaikan Allah yang besar, namun hal itu tidak berhasil membuat mereka tetap dekat dengan-Nya. Karena meskipun demikian, mereka mendurhaka (ay. 26) dan berbuat nista yang besar. Sebab,
- 1. Mereka memperlakukan nabi-nabi Allah dengan keji, dan membunuh nabi-nabi itu karena memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada Allah (ay. 26), dan dengan demikian mereka membalas kebaikan terbesar dengan kejahatan terbesar.
- 2. Mereka menyalahgunakan perkenanan-Nya: Tetapi begitu mereka mendapat keamanan, kembali mereka berbuat jahat (ay. 28). Mereka tidak dibuat sadar entah oleh kesukaran mereka ataupun oleh pembebasan mereka dari kesukaran. Baik rasa takut maupun rasa cinta kasih tidak dapat membuat mereka tetap berpegang pada kewajiban mereka.
- (3) Mereka pada akhirnya semakin mendekati masa mereka sendiri, dan meratapi dosa-dosa yang telah mendatangkan penghukuman-penghukuman itu ke atas mereka. Penghukuman yang telah lama membuat mereka mengerang dan yang darinya mereka sekarang baru sebagian dibebaskan: Kamilah berbuat fasik (ay. 33). Raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami, mereka semua telah bersalah, begitu juga kami di dalam diri mereka (ay. 34). Ada dua hal yang mereka tuduhkan kepada diri mereka sendiri dan kepada nenek moyang mereka, sebagai penyebab dari kesukaran-kesukaran yang mereka alami:
- (1) Tindakan mereka yang memandang rendah hukum yang baik yang telah diberikan Allah kepada mereka: Mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, perintah-perintah yang keluar dari hikmat ilahi, dan tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh kedaulatan ilahi. Meskipun sudah diberi tahu betapa demi kebaikan mereka sendiri untuk mengatur perilaku mereka dengan peraturan-peraturan itu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya (ay. 29), namun mereka tidak mau melakukannya. Dengan demikian, mereka sebenarnya berkata bahwa mereka tidak mau hidup. Mereka meninggalkan Dia yang mengasihi mereka dengan setia. Inti sari kovenan ini, yaitu siapa yang melakukannya akan hidup karenanya, diambil dari 13, dan dikutip dalam Galatia 3:12, untuk membuktikan bahwa dasar hukum Taurat bukanlah iman. Bukan demikian pada waktu dulu, tidak seperti pada waktu sekarang, yaitu percayalah dan hidup. Sebaliknya, mereka melintangkan bahu untuk melawan, demikian dalam tafsiran yang agak luas. Mereka berpura-pura memikul beban hukum Allah di atas bahu mereka, dan menjalankannya secara bahu-membahu, tetapi mereka ternyata melintangkan bahu untuk melawan. Mereka segera meninggalkannya, tidak mau tetap berpegang padanya, dan tidak mau mematuhinya. Ketika tiba waktunya, sebagaimana kita berkata, untuk memulai, mereka pun merasa segan, dan tidak mau dengar. Hati mereka gemar kembali berbuat jahat, dan meskipun Allah melalui para nabi-Nya memanggil mereka untuk berbalik, mereka tidak menghiraukannya (ay. 30). Tidak ada orang yang menghiraukan ketika Ia mengulurkan tangan-Nya.
- (2) Tindakan mereka yang memandang rendah tanah subur yang telah diberikan Allah kepada mereka (ay. 35): “Dalam kedudukan sebagai raja, raja-raja kami tidak mau beribadah kepada-Mu, tidak menggunakan kekuasaan mereka untuk mendukung agama. Rakyat kami tidak melayani-Mu dengan menggunakan karunia-karunia dari kebaikan-Mu yang besar, dan tidak mau melakukannya di tanah yang luas dan subur itu, yang tidak saja Kauberikan kepada mereka dengan cuma-cuma, tetapi juga Kauberikan di hadapan mereka dengan mengenyahkan penduduk aslinya dan melalui kemenangan-kemenangan telak yang mereka peroleh atas penduduk itu.” Orang-orang yang tidak mau menjadi hamba kepada Allah di negeri sendiri dibuat menjadi hamba kepada musuh-musuh mereka di negeri asing, seperti yang telah diancamkan (Ul. 28:47-48). Sungguh disayangkan bahwa negeri yang subur dihuni oleh penduduk yang jahat, namun demikian pula halnya dengan Sodom. Kemakmuran dan kelimpahan acap kali membuat manusia menjadi angkuh dan hanya mementingkan kesenangan indrawi.
- 4. Di sini ada gambaran yang diberikan dengan penuh kerendahan hati perihal penghukuman-penghukuman Allah, yang telah dan tengah menimpa mereka.
- I. Penghukuman-penghukuman pada masa lampau diingat sebagai hal yang memperparah dosa-dosa mereka, bahwa mereka tidak belajar dari peringatan. Pada masa pemerintahan hakim-hakim, lawan-lawan mereka menyesakkan mereka (ay. 27). Dan, ketika mereka berbuat jahat lagi, Allah kembali menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang pasti tidak akan mampu menyentuh mereka seandainya Allah tidak menyerahkan mereka terlebih dahulu. Akan tetapi, ketika Allah meninggalkan mereka, lawan-lawan mereka berhasil mengalahkan mereka dan tetap berkuasa atas mereka.
- II. Keadaan mereka sekarang yang celaka dibentangkan di hadapan Tuhan (ay. 36-37): Sekarang ini kami adalah budak. Orang Israel yang terlahir merdeka sekarang diperbudak. Mereka sudah lama menduduki negeri melalui hak penggunaan tanah yang lebih terhormat daripada pemberian tanah oleh raja sendiri, yaitu bahkan melalui pemberian langsung dari Raja sorgawi kepada mereka sebagai umat kesayangan di atas segala bangsa di bumi. Namun sekarang, negeri itu mereka duduki melalui hak penggunaan tanah yang rendah seperti petani biasa saja, yang diberikan oleh, dari, dan di bawah raja-raja Persia, yang bagi raja-raja itu mereka menjadi budak. Sungguh perubahan yang menyedihkan! Tetapi lihatlah apa akibat dosa! Mereka terikat untuk menjadi budak. Rajaraja itu memerintah sekehendak hati atas diri kami. Mereka menggenggam segala harta milik mereka secara tak tentu, menjadi penyewa sesuai kehendak tuan tanah, dan pajak bumi yang harus mereka bayar begitu tinggi hingga sama saja dengan harga tanahnya sendiri. Dengan demikian semua pajak, pendapatan, dan keuntungan yang diperoleh dari tanah mereka sebenarnya ditambahkan bagi raja. Dan dengan sekuat tenaga yang dapat mereka berikan untuk mengerjakan tanah itu, mereka hanya bisa mendapat bahan pokok untuk menghidupi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Hal ini, mereka akui dengan jujur, adalah akibat dari dosa-dosa mereka. Kemiskinan dan perbudakan merupakan buah dosa. Dosalah yang membawa kita ke dalam segala kesesakan.
- 5. Di sini ada seruan mereka kepada Allah di tengah semua malapetaka ini.
- 1. Melalui permohonan, agar kesusahan mereka janganlah dipandang remeh (ay. 32). Itulah satu-satunya permohonan yang diajukan dalam seluruh doa ini. Kesusahan itu dialami semua orang di semua tempat. Kesusahan itu telah menimpa raja-raja, pemimpin-pemimpin, imam-imam, nabi-nabi, nenek moyang, dan seluruh umat. Mereka semua telah sama-sama berdosa (ay. 34), dan sekarang mereka semua terkena penghukuman itu. Kesusahan itu telah berlangsung lama: Sejak zaman raja-raja Asyur, yang membawa kesepuluh suku ke dalam pembuangan, sampai hari ini. “Ya Tuhan, janganlah semua ini Kaupandang remeh dan tidak layak untuk diperhatikan, atau tidak perlu dilegakan.” Mereka tidak mengaturngatur Allah tentang apa yang harus Ia lakukan bagi mereka, tetapi menyerahkan semuanya kepada-Nya. Mereka hanya ingin agar Ia berkenan memperhatikan kesusahan mereka, dengan mengingat bahwa ketika melihat penderitaan umatNya di Mesir sudah sangat berat, Ia turun untuk membebaskan mereka (Kel. 3:7-8). Di dalam permohonan ini mereka mengarahkan pandangan kepada Allah sebagai Allah yang harus ditakuti sebab Ia adalah Allah yang maha besar, kuat dan dahsyat. Dan sebagai Allah yang dapat dipercaya, sebab Ia adalah Allah kami yang mengikat perjanjian dengan kami, dan Allah yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya.
- 2. Melalui pengakuan, kendati dengan segala kesusahan mereka, bahwa sebenarnya itu kurang sebanding dengan apa yang layak mereka dapatkan (ay. 33). Mereka mengakui keadilan Allah dalam semua kesusahan mereka, bahwa Ia tidak berbuat salah kepada mereka. “Kami telah berbuat fasik dengan melanggar hukum-hukum-Mu, dan oleh sebab itu Engkau telah berbuat benar dengan mendatangkan semua kesengsaraan ini ke atas kami.” Perhatikanlah, apabila kita sedang mendapat teguran pemeliharaan ilahi, meskipun itu begitu keras dan begitu lama, sudah sepatutnya kita membenarkan Allah dan menghakimi diri kita sendiri. Sebab Ia bersih dalam penghukuman-Nya (Mzm. 51:6).
- 6. Di sini ada hasil dan kesimpulan dari seluruh perkara ini. Sesudah keluhan panjang berkaitan dengan perkara mereka ini disampaikan, mereka pada akhirnya mengambil tekad ini, bahwa mereka akan kembali kepada Allah dan kewajiban mereka. Dan mereka berjanji untuk tidak pernah meninggalkan Allah, tetapi senantiasa menjalankan kewajiban mereka. “Oleh karena semuanya ini, kami membuat perjanjian yang teguh dengan Allah. Mengingat betapa sering kami meninggalkan Allah, kami sekarang akan mengikat diri dengan lebih erat lagi kepada-Nya. Oleh karena kami telah begitu menderita karena dosa, sekarang kami bertekad untuk melawannya, bahwa kami tidak akan melintangkan bahu lagi.” Amatilah,
- I. Kovenan ini dibuat dengan pertimbangan yang matang. Ini adalah hasil dari serangkaian pemikiran yang selaras, dan dengan demikian merupakan pelayanan yang masuk akal.
- II. Dengan penuh kekhidmatan. Kovenan itu tertulis in perpetuam rei memoriam – supaya tetap menjadi peringatan sepanjang masa. Kovenan itu dimeteraikan dan dicatat, supaya bisa menjadi kesaksian untuk menentang mereka apabila mereka berlaku curang.
- III. Dengan persetujuan bersama: “Kami mengikat perjanjian ini. Kami semua sepakat membuatnya, dan melakukannya dengan suara bulat, supaya kami bisa menguatkan satu sama lain.”
- IV. Dengan keteguhan hati: “Ini merupakan perjanjian yang teguh, tanpa bisa dibatalkan lagi. Dengan kovenan inilah kami akan hidup dan mati, dan kami tidak akan pernah mundur darinya.” Sejumlah raja, imam, dan orang Lewi dipilih sebagai wakil jemaat, untuk menandatangani serta memeteraikan perjanjian itu bagi dan atas nama seluruh umat yang lain. Sekarang digenapilah janji menyangkut orang Yahudi itu, bahwa sesudah kembali dari pembuangan, mereka akan menggabungkan diri kepada TUHAN dalam suatu perjanjian kekal (Yer. 50:5), dan janji dalam Yesaya 44:5 itu, bahwa mereka akan menuliskan pada tangan mereka: Kepunyaan TUHAN. Orang yang berhati jujur tidak akan takut terhadap jaminan, tidak pula orang-orang yang mengetahui kecurangan hati mereka sendiri akan menganggap bahwa jaminan itu tidak perlu.
SH: Neh 9:16-37 - Keadilan Allah (Sabtu, 25 November 2000) Keadilan Allah
Neh. 9:6-37 memuat doa bangsa Israel setelah mengalami kebangunan
rohani yang sejati. Bila kita amati secara saksama, doa mereka...
Keadilan Allah
Neh. 9:6-37 memuat doa bangsa Israel setelah mengalami kebangunan rohani yang sejati. Bila kita amati secara saksama, doa mereka mengungkapkan 20 fakta tentang dosa bangsa Israel dan 76 fakta tentang Allah dan apa yang telah Ia lakukan kepada umat-Nya. Perbedaan jumlah yang mencolok antara dosa dan tindakan Allah menyatakan bahwa bangsa Israel sungguh menyadari dan meyakini bahwa anugerah Allah yang ajaib jauh lebih besar dari dosa-dosa mereka. Ini tidak menyatakan bahwa karena anugerah begitu berlimpah maka mereka menganggap sepele dosa mereka. Sebaliknya menunjukkan kesadaran dan pengakuan mereka tentang Allah yang setia kepada perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
Bukti lain bahwa mereka tidak menganggap sepele dosa mereka dinyatakan di dalam doa mereka. Doa yang memaparkan ulang sejarah kehidupan nenek moyang mereka hingga zaman mereka. Dalam kilas balik ini mereka mengakui banyak hal. Pertama, mereka senantiasa hidup di dalam dosa. Kedua, karena dosa-dosa itu Allah menghukum mereka. Ketiga, mereka mengakui bahwa sekalipun mereka berdosa, anugerah dan kemurahan Allah tetap dicurahkan dalam hidup mereka. Pengakuan ini menyatakan bahwa di balik penghukuman yang menimpa, dan pengampunan yang mereka terima, Allah adalah adil dan benar.Pemahaman tentang keadilan Allah - komitmen untuk melakukan apa yang benar - inilah yang senantiasa diberitakan oleh Perjanjian Lama dan Baru. Kedua perjanjian ini juga melihat bahwa keadilan Allah meliputi 2 aspek, (1) Keadilan Allah dalam penghukuman menunjukkan bahwa Allah sebagai Penguasa alam semesta bertanggungjawab menjaga kehidupan moral umat sesuai standar-Nya. (2) Keadilan Allah juga sebagai pernyataan kemurahan-Nya kepada umat-Nya. Ini dinyatakan dengan menghukum dan mengampuni umat- Nya. Perjanjian Baru mengharmoniskan kedua aspek ini di dalam salib Kristus. Allah tidak memandang dosa manusia sebagai perkara yang sepele.
Renungkan: Kristus menanggung semua upah dosa yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. Upah dosa sudah dibayar lunas oleh Yesus Kristus maka Allah mempunyai kebebasan untuk menawarkan pengampunan kepada mereka yang berespons terhadap Injil Kristus. Terpujilah Allah yang Maha Adil.
SH: Neh 9:16-37 - Mengungkit masa lalu (Minggu, 17 September 2006) Mengungkit masa lalu
Umumnya kita cenderung melupakan atau mengubur kekurangan dan
kesalahan kita di masa lampau. Kita mungkin beranggapan bahwa...
Mengungkit masa lalu
Umumnya kita cenderung melupakan atau mengubur kekurangan dan kesalahan kita di masa lampau. Kita mungkin beranggapan bahwa masalah-masalah dan kegagalan-kegagalan di masa lampau bukan untuk diungkit-diungkit, tetapi untuk dilupakan. Akan tetapi, apakah dengan menguburnya lalu masalah dan kegagalan jadi selesai? Atau bukankah justru hanya dengan mengingat, meyakini, dan membereskannya di hadapan Tuhan maka kegagalan itu baru dapat diubahkan Tuhan.
Memang malu, saat umat Tuhan mengingat ulang sejarah mereka. Sejak Tuhan menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir dan membawa mereka ke Tanah Perjanjian, bahkan sampai masuk dan menetap di sana, telah berulang kali dan dengan berbagai cara, umat Israel berkhianat kepada Tuhan (16-25). Padahal berulang kali Ia membela dan menolong mereka dari para musuh. Walaupun Tuhan terus menerus membangkitkan nabi-nabi-Nya untuk menegur kesalahan dan mendorong pertobatan umat bahkan mengancamkan hukuman bagi umat, mereka tak kunjung sungguh bertobat (30). Mereka justru membunuh para utusan Tuhan tersebut (26).
Kini umat Israel pascapembuangan mengakui satu per satu kegagalan para pendahulu mereka (33). Sekaligus mereka juga mengingat kembali kasih setia Tuhan yang melampaui semua kejahatan umat-Nya (19, 31). Tuhan memang menghukum, bahkan dengan sangat dahsyat, tapi itu dilakukan-Nya karena Ia mengasihi mereka (27-30).
SH: Neh 9:1-37 - Pertobatan (Selasa, 11 Juli 2017) Pertobatan
Kasih Tuhan selalu menyertai perjalanan bangsa Israel, walaupun mereka sering kali tidak menanggapi kasih-Nya. Namun, Tuhan setia pada per...
Pertobatan
Kasih Tuhan selalu menyertai perjalanan bangsa Israel, walaupun mereka sering kali tidak menanggapi kasih-Nya. Namun, Tuhan setia pada perjanjian-Nya. Pemahaman mengenai kasih dan kesetiaan Tuhan telah membawa umat Israel dalam penyesalan dan pertobatan. Mereka menyadari betapa baiknya Tuhan, meski leluhur mereka sering kali mendukakan hati-Nya. Penyesalan dan pertobatan itulah yang membawa umat diperkenan oleh Tuhan.
Orang Israel berpuasa, mengaku dosa mereka serta dosa nenek moyangnya. Mereka melakukannya dengan cara sujud menyembah di hadapan Tuhan (1-3).Mengawali penyesalannya, mereka menaikkan rasa syukur atas berkat Tuhan. Tuhan yang telah memilih Abram dan memberikan Tanah Kanaan (Kej. 12:1-3); Tuhan membelah laut sehingga umat Israel dapat menyeberangi Laut Teberau (Kej. 13:18); dan Tuhan memimpin dengan tiang awan di siang hari dan tiang api pada malam (Kej. 13:21). Melalui Musa di gunung Sinai, Tuhan memberikan hukum Taurat (Kel. 20:1-17); Tuhan memberikan manna surgawi dan air di padang gurun, dan lainnya. Semua kebaikan Tuhan dibalas oleh leluhur mereka dengan pemberontakan dan ketidaktaatan (lih. Kel. 32:1-40). Tetapi, Tuhan tidak meninggalkan mereka. Ia menyertai umat-Nya selama empat puluh tahun di padang gurun. Bahkan Tuhan menyertai mereka menduduki Tanah Perjanjian. Ia memberikan kehidupan baru, namun sekali lagi umat-Nya tetap memberontak. Dalam murka-Nya, Tuhan membuang umat-Nya kepada bangsa asing sebagai tindakan pendisiplinan. Dalam konteks inilah, umat memohon pengampunan dan menyatakan pertobatan.
Ingatlah akan kebaikan Tuhan yang telah menyertai hidup kita. Tanpa anugerah-Nya, mustahil kita masih mengecap berkat keselamatan Allah. Jika kita masih hidup dalam dosa, dengarlah berita pertobatan dari Allah. Jangan takut! Datanglah kepada Allah dengan kerendahan hati, niscaya Ia akan mengampuni kita. Sebab Ia adalah Allah yang baik dan mahapengampun. [WLD]
SH: Neh 9:1-37 - Kesetiaan Tuhan (Sabtu, 17 Desember 2022) Kesetiaan Tuhan
Berpuasa, mengenakan kain kabung, dan menaruh abu di atas kepala adalah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh orang Israel untuk mengek...
Kesetiaan Tuhan
Berpuasa, mengenakan kain kabung, dan menaruh abu di atas kepala adalah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh orang Israel untuk mengekspresikan kedukaan dan pertobatan. Orang Israel menyatakan rasa duka dan penyesalan yang dalam karena mereka menyadari bahwa segala perbuatan mereka dan perbuatan nenek moyang mereka telah mendukakan hati Tuhan sekalipun Tuhan telah begitu baik terhadap mereka.
Kesetiaan Tuhan kepada Israel tidak pernah berhenti, demikian juga dengan pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Ironisnya, Israel berulang kali hidup dalam dosa, tidak mau taat kepada hukum Tuhan, bahkan meninggalkan Tuhan (16-21). Hal itu terjadi berulang kali sehingga Tuhan menghukum dengan menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka (27). Tuhan membuang dan menekan mereka dalam penderitaan bukan karena Tuhan tidak mengasihi mereka. Sebaliknya, Ia memperingatkan umat-Nya supaya mereka berbalik kepada-Nya (29) serta kembali menikmati berkat dan persekutuan yang intim dengan-Nya. "Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang" (31).
Bersyukurlah karena kita memiliki Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar, dan setia. Namun, sudahkah kita juga setia kepada Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh? Ataukah, hidup kita telah jauh dari Tuhan karena kita memilih untuk hidup dalam dosa dan tidak menaati firman-Nya?
Kisah bangsa Israel dalam bacaan hari ini hendaknya makin mengingatkan kita akan betapa besar kesetiaan dan kasih Tuhan kepada kita. Oleh karena itu, mari kita belajar setia dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh sampai akhir hidup kita. Jika kita mendapati diri kita mulai jauh atau telah jauh dari Tuhan, segera kembalilah kepada-Nya. Ia akan menerima kita dengan tangan terbuka. Seburuk apa pun masa lalu dan dosa kita, Ia mau menerima kita yang sungguh-sungguh bertobat. Jangan tunda, kembalilah kepada-Nya sekarang! [STG]
Baca Gali Alkitab 7
Nehemia memiliki sikap seorang pemimpin sejati yang dapat kita jadikan teladan. Pertama, ia berani mempersempit kesenjangan sosial. Hal itu adalah langkah berani yang Nehemia lakukan agar terwujud perilaku sosial yang peduli terhadap penderitaan rakyat miskin di dalam diri bangsa Israel. Kedua, Nehemia tidak memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan tidak mencari popularitas. Ia merelakan haknya untuk rakyat miskin. Ia mengutamakan kemuliaan Tuhan.
Nehemia adalah seorang bupati yang baik. Sebagai bupati, ia memimpin dengan memberi teladan yang baik. Ia memberi teladan dalam bidang moral, sosial, dan spiritual. Ia dimampukan Allah dalam menggerakkan dan mendorong orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai misinya. Sikap yang ditunjukkan Nehemia dapat ditiru oleh para pemimpin di bidang apa pun.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan oleh Nehemia sebagai bupati, dan apa yang dilakukan oleh bupati sebelum Nehemia? (14-15)
2. Apa yang Nehemia siapkan dan sediakan demi pembangunan tembok kota Yerusalem? (16-18)
3. Apa isi doa Nehemia kepada Allah? (19)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Prinsip apa yang dapat Anda pegang ketika Anda diberi kepercayaan menjadi seorang pemimpin?
2. Apa sajakah janji Tuhan bagi pemimpin yang mengutamakan kehendak Tuhan dan kesejahteraan rakyatnya?
Apa respons Anda?
1. Apa doa yang perlu Anda ucapkan supaya Tuhan memberi hikmat dalam menjalankan tanggung jawab?
2. Apa yang dapat Anda lakukan agar tidak menyalahgunakan jabatan yang Tuhan percayakan untuk memperoleh keringanan dan kemudahan?
Pokok Doa:
Berdoa untuk proses regenerasi pemimpin supaya lahir pemimpin-pemimpin baru yang memiliki jiwa melayani.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Nehemia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Ezra dan Nehemia (?)
Tema : Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
Tanggal Penulisan: Sekitar 430-420 SM
Latar Belakang...
Penulis : Ezra dan Nehemia (?)
Tema : Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
Tanggal Penulisan: Sekitar 430-420 SM
Latar Belakang
Sejarah PL diakhiri dengan kitab Nehemia, ketika orang buangan Yahudi diizinkan kembali ke negeri mereka setelah pembuangan di Babel dan Persia. Bersama dengan kitab Ezra (dengannya kitab Nehemia membentuk satu kitab dalam PL Ibrani; Lihat "PENDAHULUAN EZRA" 08061), kitab ini mencatat sejarah dari tiga rombongan yang kembali ke Yerusalem. Ezra meliput peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan dua rombongan pertama (538 SM; 457 SM), dan Nehemia mencatat aneka peristiwa selama kembalinya rombongan ketiga (444 SM). Sedangkan fokus kitab Ezra adalah pembangunan kembali Bait Suci, maka fokus kitab Nehemia adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Kedua kitab menekankan pentingnya pemulihan rohani dan komitmen kepada Allah dan Firman-Nya.
Nehemia, yang hidup sezaman dengan Ezra, melayani sebagai juru minuman Artahsasta I (raja Persia) ketika ia menerima kabar bahwa orang buangan yang kembali ke Yehuda dari Babel dan Persia sedang dalam kesulitan dan tembok Yerusalem masih berupa puing. Setelah mendoakan keadaan Yerusalem, Nehemia diberi kuasa oleh Raja Artahsasta untuk pergi ke Yerusalem sebagai gubernur dan membangun kembali tembok-tembok kota. Selaku pemimpin yang diilhami, ia mengerahkan orang-orang sebangsanya untuk membangun kembali seluruh tembok kota dalam 52 hari saja sekalipun terjadi pertentangan yang gigih. Nehemia menjadi gubernur selama 12 tahun; setelah kembali beberapa waktu ke Persia, ia menjadi gubernur Yehuda untuk masa bakti kedua (bd. Neh 2:1; Neh 13:6-7).
Imam Ezra membantu Nehemia dalam memajukan kebangunan dan pembaharuan rohani di antara kaum sisa yang kembali; mungkin Nehemia membantu Ezra menulis kitab ini. Kesesuaian kitab Nehemia dengan sejarah diperkuat oleh aneka dokumen kuno yang ditemukan pada tahun 1903 dan disebut Elephantine Papyri, yang menyebut nama Sanbalat (Neh 2:19), Yohanan (Neh 12:23), dan penggantian Nehemia sebagai gubernur sekitar tahun 410 SM.
Tujuan
Kitab ini ditulis
- (1) untuk melengkapi catatan sejarah pascapembuangan yang diawali dalam kitab Ezra, dan
- (2) untuk menunjukkan apa yang dilakukan Allah demi kaum sisa melalui kepemimpinan yang saleh dari Nehemia dan Ezra selama tahap ketiga dari pemulihan pascapembuangan.
Survai
pasal 1-7 (Neh 1:1--7:73) mencatat peranan Nehemia sebagai gubernur dan pemimpin dalam membangun kembali tembok Yerusalem. Pasal 1 (Neh 1:1-11) menyatakan dalamnya kerohanian Nehemia sebagai orang yang mengandalkan doa. Sementara melayani raja Persia, ia menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yang menyedihkan dan mulai menaikkan doa syafaat secara sungguh-sungguh kepada Allah memohon Dia turun tangan demi kota dan penduduknya. Pasal 2 (Neh 2:1-20) menguraikan bagaimana Allah menggerakkan Artahsasta untuk mengangkat Nehemia menjadi gubernur Yerusalem dan tibanya Nehemia di sana. Pasal 3-7 (Neh 3:1--7:1) mengisahkan kepemimpinan Nehemia yang tegas, bijaksana, dan tabah dalam mengerahkan penduduk Yerusalem untuk membangun kembali temboknya yang hancur hanya dalam 52 hari sekalipun terjadi perlawanan berat dari dalam dan dari luar kota itu.
Bagian kedua kitab ini menguraikan
- (1) pemulihan rohani umat di Yerusalem di bawah pimpinan imam Ezra (pasal 8-10; Neh 8:1--10:39), dan
- (2) beberapa persoalan nasional yang ditangani Nehemia (pasal 11-13; Neh 11:1--13:31). Hal yang utama dalam pembaharuan rohani itu ialah pembacaan Hukum Allah di hadapan umum, pertobatan dari dosa, dan suatu tekad baru oleh kaum sisa untuk mengingat dan memelihara perjanjian mereka dengan Allah. Pasal terakhir mencatat beberapa pembaharuan yang dilaksanakan Nehemia sepanjang masa bakti kedua sebagai gubernur Yerusalem (pasal 3; Neh 3:1-32).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Nehemia.
- (1) Kitab ini mencatat peristiwa-peristiwa terakhir dalam sejarah PL orang Yahudi sebelum tiba masa intertestamental.
- (2) Kitab ini memberikan latar belakang sejarah bagi Maleakhi, kitab PL terakhir, karena Nehemia dan Maleakhi hidup sezaman.
- (3) Nehemia adalah contoh yang bagus di Alkitab dari seorang pemimpin saleh dalam pemerintahan: orang bijaksana, berprinsip, berani, integritas tak tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat besar dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa baktinya selaku gubernur, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri, dan tidak tercela dalam kedudukan atau kuasanya.
- (4) Nehemia adalah salah satu contoh PL terkemuka dari seorang pemimpin yang mengandalkan doa (bd. juga Daniel). Tidak kurang dari 11 kali dikisahkan bagaimana ia memanjatkan doa atau doa syafaat kepada Allah (mis. Neh 1:4-11; Neh 2:4; Neh 4:4,9; Neh 5:19; Neh 6:9,14; Neh 13:14,22,29,31). Ia seorang yang melaksanakan tugas-tugas yang tampaknya mustahil karena ketergantungannya yang mutlak kepada Allah.
- (5) Kitab ini dengan jelas menggambarkan bahwa doa, pengorbanan, kerja keras, serta kegigihan bekerja sama dalam mewujudkan visi yang diberi oleh Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab ini mencatat penyelesaian semua langkah dasar dalam memulihkan Yudaisme pascapembuangan yang diperlukan bagi kedatangan Kristus pada permulaan zaman PB: Yerusalem dan bait suci dibangun kembali, hukum telah dipulihkan, perjanjian dibaharui, dan keturunan Daud tetap terpelihara. Secara lahiriah, segala sesuatu siap untuk menerima kedatangan Mesias (bd. Dan 9:25). Zaman Nehemia berakhir dengan harapan kenabian bahwa Tuhan akan segera datang ke bait-Nya (bd. Mal 3:1). PB mulai dengan penggenapan penantian dan pengharapan pascapembuangan ini.
Full Life: Nehemia (Garis Besar) Garis Besar
I. Membangun Kembali Tembok Yerusalem: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 1:1-7:73)
A. Syafaat Nehemia bagi Yerus...
Garis Besar
- I. Membangun Kembali Tembok Yerusalem: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 1:1-7:73) - A. Syafaat Nehemia bagi Yerusalem
(Neh 1:1-2:8) - 1. Pokok Syafaatnya
(Neh 1:1-4) - 2. Isi Syafaatnya Dengan Allah
(Neh 1:5-11) - 3. Hasil Syafaatnya Dengan Raja Artahsasta
(Neh 2:1-8) - B. Nehemia Berangkat ke Yerusalem Sebagai Gubernur
(Neh 2:9-20) - C. Nehemia Memimpin Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem
(Neh 3:1-7:4) - 1. Para Pembangun
(Neh 3:1-32) - 2. Para Penentang
(Neh 4:1-6:14) - a. Ejekan
(Neh 4:1-6) - b. Komplotan
(Neh 4:7-23) - c. Pemerasan
(Neh 5:1-19) - d. Kompromi
(Neh 6:1-4) - e. Fitnahan
(Neh 6:5-9) - f. Pengkhianatan
(Neh 6:10-14) - 3. Penyelesaian
(Neh 6:15-7:4) - D. Nehemia Mencatat Kaum yang sisa
(Neh 7:5-8:1) - II. Membangkitkan Umat di Yerusalem: Dipimpin oleh Ezra
(Neh 8:2-10:39) - A. Pembacaan Firman Allah di Depan Umum
dan Peringatan Hari Raya Pondok Daun (Neh 8:1-18) - B. Berpuasa, Mengingat Kembali Dosa-Dosa Masa Lampau,
dan Pengakuannya di Depan Umum (Neh 9:1-37) - C. Mengikat Perjanjian Ketaatan
(Neh 9:38-10:39) - III.Pembentukan Kembali Bangsa Itu: Dipimpin oleh Nehemia
(Neh 11:1-13:31) - A. Pembagian Kembali Kaum Sisa
(Neh 11:1-12:26) - B. Penahbisan Tembok-Tembok
(Neh 12:27-47) - C. Pembaharuan-Pembaharuan Selama Masa Kepemimpinan Kedua Nehemia
(Neh 13:1-31)
Matthew Henry: Nehemia (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini melanjutkan sejarah orang-orang buangan, yaitu orang-orang Yahudi yang malang, yang baru-baru ini kembali dari Babel ke negeri mereka sen...
- Kitab ini melanjutkan sejarah orang-orang buangan, yaitu orang-orang Yahudi yang malang, yang baru-baru ini kembali dari Babel ke negeri mereka sendiri. Pada waktu ini tidak hanya kerajaan Persia berkembang pesat dalam kemegahan dan kekuasaan yang besar, tetapi juga Yunani dan Roma mulai menjadi dua negeri yang sangat hebat dan diperhitungkan. Tentang perkara-perkara yang terjadi pada kedua pemerintahan yang agung dan perkasa tersebut, kita memiliki catatan sejarah asli yang masih ada. Tetapi sejarah suci yang penuh dengan ilham ilahi hanya memberi perhatian terhadap pemerintahan bangsa Yahudi saja, dan tidak menyebut bangsa-bangsa lain kecuali kalau ada hubungannya dengan Israel milik Allah. Sebab bagian TUHAN adalah umat-Nya. Mereka adalah hartaNya yang istimewa, dan, dibandingkan dengan mereka, semua bangsa lain di dunia hanyalah sekam saja. Menurut anggapan saya, meskipun Ezra sang ahli kitab maupun Nehemia sang gubernur daerah tidak pernah mengenakan sebuah mahkota, namun mereka memimpin sebuah pasukan, menaklukkan suatu negeri, atau termasyhur karena kebijaksanaan atau kepandaian berbicara mereka. Namun keduanya, sebagai orang-orang yang saleh dan tekun berdoa, dan sangat berjasa di zaman mereka kepada jemaah Allah dan kepentingan-kepentingan agama, sesungguhnya adalah orang-orang yang lebih besar dan lebih terhormat, bukan hanya daripada penguasa atau kepala negara Roma, melainkan juga daripada Xenofon, atau Demosthenes, atau Plato sendiri, yang hidup di zaman yang sama, tokoh-tokoh cemerlang dari Yunani. Peran Nehemia dalam membuat bangsa Israel bisa menetap dengan tenang kita dapati penjelasan lengkapnya dalam kitab ini, yang berisi ulasan atau riwayat hidupnya sendiri. Di dalamnya dia menuliskan bukan hanya pekerjaan-pekerjaan tangannya, melainkan juga apa yang berkecamuk di dalam hatinya, dalam mengurus perkara-perkara masyarakat. Ia menyisipkan ke dalam cerita itu banyak renungan dan seruan yang penuh kesalehan, yang menyingkapkan bahwa di dalam lubuk hatinya tersimpan kesalehan yang sungguh-sungguh, dan yang menjadi ciri khas tulisannya. Selama dua belas tahun, dari tahun yang kedua puluh (ay. Nehemia :1) sampai tahun yang ketiga puluh dua dari pemerintahannya (13:6), dia menjadi gubernur Yehuda, di bawah Artahsasta raja Persia, yang oleh Dr. Lightfoot dianggap sebagai orang yang sama dengan orang yang telah memberikan perintah kepada Ezra. Kitab ini menceritakan,
- 1. Kepedulian Nehemia terhadap Yerusalem dan perintah yang didapatnya dari sang raja untuk pergi ke sana (ps. 1-2).
- 2. Pekerjaannya membangun tembok Yerusalem kendati menghadapi perlawanan (ps. 3-4).
- 3. Tindakannya dalam mengatasi masalah-masalah rakyat (ps. 5).
- 4. Selesainya pembangunan tembok yang dikerjakannya (ps. 6).
- 5. Penghitungan yang dilakukannya atas rakyat (ps. 7).
- 6. Panggilan yang diadakannya kepada rakyat untuk melakukan upacara pembacaan hukum Taurat, berpuasa, berdoa, dan memperbaharui kovenan mereka (ps. 8-10).
- 7. Perhatian yang diberikannya untuk memadati kembali kota suci dan membuat suku yang kudus itu menetap dengan tenang (ps. 11-12).
- 8. Semangatnya dalam memperbaiki berbagai penyimpangan (ps. 13). Sebagian orang menyebut kitab ini sebagai kitab kedua dari Ezra, bukan karena dia adalah penulisnya, melainkan karena kitab ini merupakan kelanjutan dari sejarah kitab sebelumnya, yang berkaitan dengan kitab ini (##ay. Nehemia :1). Ini adalah kitab sejarah yang terakhir, sebagaimana Maleakhi adalah kitab nubuatan yang terakhir, dari Perjanjian Lama.
Jerusalem: Nehemia (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja,...
KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA
PENGANTAR
Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan.
Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu.
Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud.
Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu.
Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya.
Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan.
Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia.
Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan.
Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau.
Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu.
Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai.
Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31.
Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri.
Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37.
Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi.
Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama.
Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas.
Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas.
Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya.
Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13).
Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia.
Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil.
Ende: Nehemia (Pendahuluan Kitab) KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja
dengan pelbagai kitab lainnja, barulah...
KITAB ESRA-NEHEMIA
PENDAHULUAN
Kitab Esra-Nehemia menurut aselinja hanjalan sat karya sadja. Sebagaimana halnja dengan pelbagai kitab lainnja, barulah agak keterbelakangan dibagi mendjadi dua kita, rupa2nja karena alasan2 praktis dan bersandarkan Neh 1,1. baru dalam abad kelimabelas ses.Mas. pembagian muntjul dalam naskah2 Hibrani, sedangkan dalam terdjemahan2 kuno pembagian ini sudah diadakan terlebih dahulu.
Nama "Esra-Nehemia", jang sekarang ini lazim, bukanlah nama satu2nja. Di dalam terdjemahan2 kuno bahasa Junani kitab ini dinamakan "Kitab Esdras jang kedua". Sebab didahului oleh kitab jang tidak termasuk Kitab Sutji dengan itu terdiri atas beberapa bagian jang dipetik dari kitab "Esra-Nehemia" ditambah dengan suatu petikan agak pandjang, jang tidak ketahuan asal-usulnja. Karena kitab jang bukan Kitab Sutji itu mendapat banjak penghargaan didjaman kuno, maka buasanja ditjetak pada achir terdjemahan Latin dan terbitan2 Vulgata. Didalam Geredja Latin kitab2 Esra-Nehemia sudah dibagi djadi dua; dahulu disebut "Liber Esdras primus" dan "Liber Esdras secundus".
S.Hieronimus membuat terdjemahan Latin baru, dan karena ia ingin supaja kesatuan aseli itu diterima umum kembali, maka kitab2 itu dinamakannja: "Liber Ezrae et Nehemiae".
Ketika terdjemahan didjadikan resmi didalam Vulgata, maka orang kembali lagi kepembagian maupun nama Latin jang lama, dn kita2 itu dinamakan lagi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrae secuntus". Didalam daftar resmi Kitab Sutji jang disusun Konsisli Trente, namanja mendjadi: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Esdrea secundu, qui dicitur Nehemiae". Tetapi didalam tjetakan2 Vulgata dipilihlah nama: "Liber Esdrae primus" dan "Liber Nehemiae, qui et Esdrae secundus dicitur".
Kitab Esra-Nehemia adalah kelandjutan dari kitab Tawarich, bahkan permulaannja mengulang penutup kitab Tawarich (Esr 1,1-3= II Taw.36,22-23). Kedua kitab itu bergandingan satu sama lain, bukan hanja mengenai isinja, sebab Esra-Nehemia melandjutkan kisah Tawarich, tetapi djuga mengeni bentuknja. Tjara mengarang dan menjusunnjapun sama seluruhnja. Makanja tidak sedikitlah ahli, jang berpendapat, bahwa kedua kitab tsb. sesungguhnja menurut aselinja merupakan satu keseluruhan jang berlangsung terus dan disusun oleh pengarang jang satu dan sama djua.
Bahwasanja Esra Nehemia dan Tawarich sungguh erat gandingannja, haruslah diterima, tetapi sebaliknja didalam tradisi tiada keterangan2 jang tjukup djelas, untuk memastikan, bahwa kitab itu dahulu sungguh pernah merupakan satu keseluruhan. Sedjauh dapat diselidiki, senantiasa terpisahlah kitab2 itu.
Isi kitab Esra-Nehemia adalah kisah fragmentaris tentang suatu masa pendek di dalam sedjarah Isjrail. Adapun jang dikisahkannja hanjalah pemulihan bangsa Jahudi sehabis pembuangan, dimulai dengan kembalinja dari Babel dalam tahun 539/538 dan berachir dengan masa kedua djabatan adipati Nehemia kira2 tahun 424. Djadi, kisah itu meliputi masa seabad lebih sedikit, sedangkan laporannja mengenai tahun 515-445 pun sangat singkat. Keterangan2 tambahan tentang masa itu terdapat dalam tulisan2 nabi2 Hagai dan Zakaria (+-520), dan Maleachi (+-430) dan dalam bagian terachir kitab Jesaja (pasal 56-66). Selandjutnja tersedia pula sumber2 di luar Kitab Sutji, jang menjoroti masa tsb., jakni sedjumlah naskah dari sebuah koloni Jahudu di Mesir, "Elephatine", jang diketemukan di Mesir sedjak th. 1898. Latar belakang sedjarah profan dari kitab Esra-Nehemia ialah sedjarah keradjaan Parsi, jang menggantikan keradjaan Babel. Sebab sesudah Juda diangkat kepembuangan (587) runtuhlah Babel dalam tempoh seumur hidup manusia. Dengan bantuan orang2 Media, Babel telah melenjapkan keradjaan Asjur (612) dan wilajahnja dibagi antara kedua pemenang itu. Tetapi didalam lingkungan keradjaan Media dengan ibukotanja Ekbatana, keradjaan taklukan Anzan mendapat perkembangan jang pesat. Lebih2 hal ini terdjadi dibawah pimpinan jang arif dari Cyrus, orang Parisi jang kemudian diberi bergelar "jang agung" (585-529). Keradjaan kerdil Anzan itu mendjadi keradjaan raksasa Parsi, menurut negeri asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. asal-usul wangsa, jang kemudian memerintah Media maupun Babel. Dalam th. 555 Dyrus memberontak lawan Astiage, tuannja di Ekbatana. Dengan direbutnja ibukota itu Cyrus mendjadi radja Media, jang untuk selandjutnja djuga disebut Parsi.
Karena maksud Cyrus seterusnja se-kali2 tidak disembunjikan, maka keradjaan2 dikelilingnja mengadakan persekutuan lawan dia. Adapun jang masuk dalam persekuruan itu ialah Croesus dari Lidia, Nabonides dari Babel, Amasi dari Mesir dan malahan Sparta jang djauh letaknja itu. Pertama2 Curus menjerbu Lidia, jang karena ditinggalkan sekutu2nja lalu direbutnja dan didjadikannja djadjahan dari keradjaan Parsi. Hingga tahun 540 Cyrus sibuk dengan suku2 ditumur, jang berturut2 ditaklukkannja. Kemudian ia berbelok ke selatan, ke Babel. Nabonides, radja jang memerintah disana, sangat tidak populer dan agak gila-agama, sehingga pemerintahan dipegang oleh puteranja, Belsjazar. Babel ternjata amat lemah, sehingga bukan tandingannja bagi Cyrus jang ulung itu. Dalam th 539 ibukotanja direbut tanpa perlawanan sedikitpun. Si pemegang bertindak amat lemah-lembut, sehingga ia tanpa banjak kesulitan dapat menggabungkan Babel kedalam keradjaannja. Dengan sendirinja semua negeri taklukan Babelpun djatuh kedalam genggaman Cyrus. Termasuk pula Palestina jang lalu mendjadi propinsi dan diperintah oleh pedjabat2 PLarsi. Keradjaan Cyrus meluas dari India sampai ke Mesir.
Dalam th. 529 Cyrus gugur dan digantikan oleh Kambises (529-522). Sesudah kekatjauan2 biasa pada pergantian tachta, Kambises lalu melandjutkan politik ekspansi Cyrus. Dalam th. 525 saingannja jang berat, jakni Mesir ditaklukkan. Suatu perlawatan lawan Libia di Afrika Utara dan lawan Etiopia disabelah selatan Mesir menemui kegagalan. Karena kerusuhan2 di Asia sendiri, maka Kambises pulang ber-gegas2, tetapi tewas ditengah perdjalan dengan tjara jang agak aneh. Para kepala keluarga bangsawan memilih seorang anggota lain dari wangsa Cyrus mendjadi penggantinja, jakni Darios I (522-485). Kerusuhan2 jang timbul dimana2 didalam keradjaan, ditumpas dalam tempo tudjuh tahun. Darios lalu mereorganisir keradjaannja, dengan membaginja djadi duapuluh satrapia. Akan kepala satrapia2 itu diangkatnja anggota2 keluarga keradjaan, jang diawasi dengan tadjamnja oleh pemerintah pusat. Satrapia2 itu meruapakan kesatuan2 administratif dan militer, jang tidak menghapus jang lama tapi mengkoodinirnja. Satrapia dibagi atas beberapa propinsi, dan para satrap lebih mirip pangeran2 daripada pendjabat pemerintahan.
Satrapia jang kelima dengan pusatnja di Damsjik, meliputi Palestina, Syriah, Fenesia dan Cyprus. Untuk keperluan2 militer dan administratif Darios menjuruh buat djaringan djalan2 dan mentjiptakan uang kesatuan untuk seluruh keradjaan jakni daricos (dirham). Dalam th 490 Darios mengadakan perlawatan lawan negeri jang ketjil diseberang laut, jakni Junani jang ada dibawah pimpinan Atena. Alasan untuk peperangan itu ialah bahwasanja orang Junani menjokong pemberontakan2 di Asia ketjil, dimana penduduk Junani jang sudah ditundukkan Parsi mentjoba peroleh kembali kebebasannja. Tetapi balatentara Parsi dipukul hebat didekat Maraton berkat siasat perang baru jang dilakukan Junani. Ditengah kesibukan persiapan besar2an untuk ekspedisi pembalasan mangkatlah Darios. Ini menjebabkan petjahnja pemberontakan2 baru. Penggantinja, Xerxes I (486-465), menumpas pemberontakan2 itu dengan kekedjaman jang tidak lazim bagi wangsanja.
Karena propokasi Junani jang haus perang dan karena tekanan panglima2nja maka Xerxes mengadakan perlawatan lawan Atena. Mula2 djalannja amat gemilang. Dalam th. 480 Atena diduduki, tetapi dua hari kemudian armada Parsi dipukul hebat didekat Salamis. Balatentara dan armada mulai mundur, tetapi dalam th. 472 armada Parsi dimusnahkan didekat Samos. Sesudah itu pasukan2 Parsi tidak dapat bertahan lagi. Perang masih dilandjutkan beberapa tahun lamanja, tetapi Junaji tidak terhampiri lagi oleh Parsi. Dasar bagi kebesaran Junani dan bagi kehantjuran Parsi sudah mulai diletakkan.
Dalam th. 465 Xerxes dibunuh dan digantikan oleh Artaxerxes I (465-423). Perebutan tachta kali ini berlangsung lama sekali dan amat sengitnja. Pemberontakan jang paling berbahaja datangnja dari Mesir, jang mendapat dukungan Junani. Satrap dari Syriah berhasil menundukkan negeri itu; tetapi sesudah itu ia sendiri memberontak dan berkuasa penuh. Ketika Artaxerxes mangkat, putera dan penggantinja dibunuh, tetapi si pembunuh jang menggantikannja mengalami nasib jang sama.
Pembunuhnja, jakni Darios II dapat bertahan (423-404). Tetapi ia adalah radja jang lemah, sehingga keradjaannja sebenarnja diperintah oleh Parisatides, permaisurinja jang litjin dan kedjam. Dalam pemerintahan putera Darios Artaxerxes OO (404-358) merontaklah satrap Cyrus jang muda, putera Parisatides, dengan mendapat sokongan ibunja. Pasukan Cyrus, jang terdiri pula atas suatu kesatuan Junani, berhasil merembes sampai kedjantung keradjaan Parsi, sebelum ia dialahkan.
Pengalaman2 Artaxerxes I dan Artaxerxes II menundjukkan betapa besarnja bahaja jang bisa datang dari pihak para satrap; hal mana ternjata sudah, ketika semua satrap dibarat memberontak lawan Artaxerxes, dengan mendapat dukungan Mesir jang sudah merdeka lagi dalam th. 404. Dengan timbulnja revolusi di Mesir, maka para satrap berdiri sendirian, sehingga Artaxerxes berhasil menundukkan mereka, lebih dengan siasat daripada dengan pertempuran.
Untuk memahami kitab Esra-Nehemia dengan tepat tidak perlulah pengetahuan tentang garis-besarnja keadaan bangsa Jahudi diwaktu muntjulnja keradjaan Parsi. Lebih tepat lagi: keadaan rakjat Juda. Sebab rakjat dari keradjaan utara tidak ada lagi. Golongan jang diangkut Asjur kepembuangan hampir seluruhnja sudah dilebur kedalam penduduk setempat. Sisanjapun sudah bertjampur dengan bangsa2 kafir, jang dipindahkan Asjur kedaerah Sjomron. Daripadanja terdjadilah bangsa tjampuran, jakni orang2 Samaria, jang dalam kitab Esra-Nehemia memainkan peranan jang amat penting sebagai lawan2 orang2 Jahudi jang kembali dari pembuangan.
Keadaan rakjat keradjaan selatan lama adalah djauh lebih baik. Lapisan2 atas sadja jang diangkut ke Babel (587,586,582) sedang lapisan2 bawah tinggal dinegeri itu dibawah pemerintahan pendjabat2 Babel. Bangsa2 kafir tidak dipindahkan ke Juda, sehingga Juda mendjadi tanah jang sedikit penduduknja dan lengang. Tetapi pelbagai kelompok dari bangsa2 kafir dikelilinginja memasuki tanah itu; boleh djadi dengan dukungan pedjabat2 Babel, jang oleh karenanja diperkuat kedudukannja. Orang2 asing itu berhasil memperoleh kedudukan jang agak kuat dan makmur. Ketika Babel mendjadi djadjahan Parsi, maka dengan sendirinjapun Juda mengalami nasib jang serupa. Dalam bidang keigamaan muntjul kembali syncretime lama, tetapi disamping itu Jahwe dipudja pula dan ibadah2nja dirajakan lagi seperti sediakala ditempat bait Sulaiman dahulu. Kaum buangan di Babel mula2 sangat sulit penghidupannja, entah sebagai buruh rodi entah sebagai petani ketjil jang setengah bebas. Sesudah mangkatnja Nebukadnezar keadaan mereka ber-angsur2 bertambah baik; hal mana ternjata pula dengan pengampunan radja Jojakin oleh pengganti Nebukadnezar, Evil-Merodak. Selaras dengan petundjuk nabi Jeremia, orang2 Jahudi menjesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan tak lama kemudian mendjadi kelompok jang sedikit banjak makmur. Meskipun diadakan hubungan dengan penduduk kafir setempat, terutama dalam bidang ekonomis, namun kelompok2 Jahudi itu memelihara tjorak tersendiri jang agak memetjilkan dirinja. Ini a.l. berkat faktor2 keigamaan, jang mengadakan pemisahan antara orang Jahudi dengan orang kafir. ini muda dimengerti, djustru karena lapisan2 atas dengan sedjumlah imam dan levitalah jang diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat diangkut, djadi djustru pemuka agama. Hanjalah ibadah Jahudi tidak dapat dirajakan dengan semaraknja janglazim, karena intipati ibadahnja, jakni kurban, tidak mungkin diadakan. Tepat sebelum pembuangan itu mulai berlakukah hukum deuteronomis, jang hanja membolehkan kurban2 dibitullah Jerusjalem. Oleh karenanja perhatian dimasa pembuangan itu lebih ditudjukan kepada per-undang2an keigamaan serta tradisi2 dari masa sebelum pembuangan. Undang2 serta tradirisi2 itu dikumpulkan, diatur dan disusun dengan amat radjinnja. Daripadanja muntjullah kumpulan undang2 serta tradisi2, jang merupakan persiapan bagi Pentateuch sekarang ini. Bergandingan dengan itu pula muntjullah suatu lapisan baru dari pemimpin2 keigamaan, jakni para ahli kitab dan ulama. Keimaman kehilangan fungsinja jang chas, maka dengan sendirinja golongan tsb. menghasilkan banjak ahli kitab, lebih2 karena sedjak sediakala para imam itupun dipandang sebagai ahli Taurat dan pembela tradisi. Pengaruh terbesar atas hidup keigamaan kaum buangan datangnja lebih2 dari kalangan profetisme dimasa itu. Terutama nabi Jeheskiel, jang boleh djadi sudah tampil kemuka di Juda, sebelum ia pergi kepembuangan Babel, dan tokoh , jang meniggalkan sebagian besar dari djilid kedua kitab Jesja sebagai warisan, Nabi2 tsb. degan lingkungan tjarik2nja meng-hidup2kan pengharapan Israil, penharapan akan pemulihan setelah masa pendek penindasann dan pemurnian, sebagaimana jang dilihat dalam wahju oleh Jesaja dan Jeremia.
Pengharapan itu memandang mutjulnja Cyrus sebagai permulaan pemenuhannja. Bagi para nabi dan kaum buangan itu Cyrus merupakan alat pilihan Jahwe, untuk menepati djandjiNja. Dialah jang dipanggil Allah, untuk menebus umatNja, terangnja sisa ketjil dari rakjat, jang akan mendjadi permulaan dari umat Allah jang baru, sesuai dengan apa jang dilihat Jeremia dan Jesaja didalam penglihatan2nja (Jes 45,1;44,28). Bukan hanja orang2 Jahudi, tetapi bangsa2 lainnjapun, jang tertindas dan diangkut kepembuangan itu, memandang Cyrus sebagai pembebas mereka.
Ketika Cyrus menanamkan pemerintahannja di Babel, ia sungguh tidak mengetjewakan. Kalau orang2 Asjur dan Babel selau mendjalankan politik radikal dengan penindasan kedjam dan adikara, jang tidak menghiraukan perasaan2 nasional serta keigamaan, maka Cyrus dan djuga pengganti2 nja, kendati kurangan sedikit, menempuh djalan lain samasekali. Cyrus toleran sekali, dan dimana mungkin dari segi politik, ia menghormat perasaan2 nasional serta keigamaan dari bangsa2 jang ditakkllukkannja. Cyrus menghargai, bahkan menghormati para dewa bangsa2 lain dan membiarkan mereka memelihara ibadah masing2 serta pendjabat2nja, malahan tahu memberikan sokongan besar kepadanja, dan tidak meng-usik2 undang2 serta adat-istiadat mereka. Ia hanja minta kesetiaan politik; dan apabila kesetiaan itu terpelihara, maka orang2 asingpun boleh masuk istana dan memperoleh kedudukan2 jang tertinggi dan pangkat jang berpengaruh dan mendapat tugas jang penting.
Didalam suasana ini sangat dapat dimengerti, bahwa Cyrus memperkenankan kaula Jahudi pulang kenegerinja, untuk menjelenggarakan lagi ibadah mereka kepada Ilah mereka, Jahwe, didalam baitNja sendiri dan melandjutkannja dengan meriah. Dapat dimengerti pula, bahwa ia mengidjinkan mereka hidup menurut adat-istiadat mereka dan membentuk masjarakat mereka, bahkan dengan sebangsa otonomi sipil. Namun mereka termasuk dan harus tetap termasuk dalam propinsi Parsi dan membajar padjak mereka, tetapi selebihnja, dari pihak Cyrus sendiri, mereka boleh menempuh tjara hidup mereka sendiri.
Bahwasanja pedjabat2 Parsi dan orang2 jang berpengaruh di Palestina tidak selalu bersikap semurah hati radja mereka, tidak mengurangkan sedikitpun dalam kemurahan hati radja itu sendiri.
Kitab Esra-Nehemia mendjandjikan kisah fragmentaris tentang kembalinja kaum buangan didalam pemerintahan Cyrus dant tentang pembentukan masjrakat didjamannja dan didjaman para penggantinja. Menurut pandangan kitab itu pemulihan tadi berlangsung dalam tiga fase, jang djuga merupakan pembagian besar dari buku itu senriri. Bagian pertama (Esr 1-6) mendjandjikan ichtisar kembalinja mereka, jang terdjadi ber-angsur2 dan berkelompok2. Sesudah itu dilukiskanlah pemulihan ibadah di Jerusalem, jang mentjapai puntjaknja dalam pembangunan serta pentahbisan baitullah dengan perajaan Paska didalam rumah sutji jang dipulihkan itu. Masa jang berlangsung dari th.538 hingga 515 itu dipengaruhi oleh tiga tokoh. Perintis jang pertama ialah Sjesjbasar, seorang bangsawan Jahudi, jang rupa2nja berpangkat penting diistana keradjaan Parsi. Dialah jang merintis. Tetapi djauh melebihi dia ialah penggantinja, Zerubabel, seorang keturunan dari radja pudjaan, Dawud. Didalam pekerdjaannja ia didampingi oleh seorang keturunan dari Harun, jakni imam Jesjua' dan nabi2 Hagai dan Zakarja. Dalam pemerintahan Darios I permulaan pertama diselesaikan.
Puluhan tahun berlalu, hingga Esra, imam dan ahli kitab, tampil kedepan (Esr7- 10). Atas perintahArtaxerxes ia melaksanakan pembaharuan keigamaan dan mengorganisir segenap masjarakat sesuai dengan Taurat Jahwe seluruhnja. Leba tjapai itu dengan bertindak tegas terhadap perkawinan tjampuran.
Bagian ketiga menampilkan tokoh mulia Nehemia, seorang pendjabat tinggi dalam pemerintahan Artaxerxes I, jang diutusnja sebagai adipati ke Juda dan terutama mengorganisir hidup kemasjarakatan (Neh 1-13). Dengan persetudjuan radjanja ia membangun kembali tembok2 Jerusjalem dalam tempo jang singkat kendati tentangn hebat dari dalam maupun luar, dan ia menempatkan orang2 Jahudi sebagi penduduk kota itu. Keadaan2 sosial buruk, jang sudah mendarah-daging dan merintangi pekerdjaan2 pembangunan kembali disehatkan. Menurut susunan kitab itu sendiri, Nehemia bekerdja sama dengan Esra beberapa waktu lamanja. Adipati itu dipanggil kembali keistana atau pergi atas kemauannja sendiri untuk memberikan laporan, tetapi beberapa waktu kemudian ia diangkat lagi mendjadi adipati. Ia melandjutkan pekerdjaan itu, chususnja dengan mereorganisir ibadan dan lagi, menurut garis pekerdjaan Esra, dengan mengusahakan kemurnian bangsa dengan giatnja. Kegiatan Nehemia jang menghasilkan keadaan jang mulia itu berlangsung dari th.445 sampai th. 424.
Penjusun terachir kitab Esra-Nehemia, jang bukan saksi-mata dari peristiwa2 jang disadjikan, mengambil bahannja dari sedjumlah dokumen2 kuno. Bahwasanja karya itu tidak langsung ditulis tangan satu, kiranja djelaslah dari kenjataan jang agak aneh, bahwasanja kitab itu ditulis dalam dua bahasa, bahkan kesatuan2 tertentu ditulis dalam bahasa Hiberani, tetapi dua kutipan jang agak pandjang dalam bahasa Aram (Esr 4,8-6,18;7,12-26). Namun masih ada beberapa tanda lainnja jang menundjukkan dengan djelasnja, bahwa sedjumlah dokumen dikutip begitu sadja tanpa gubahan atau perubahan, sehingga kitab itu tidak banjak bedanja denan suatu kumpulan dokumen2, jang di-ganding2kan oleh sipenghimpun. Hanja bagian2 ketjil sadjalah, jang dari tangan penghimpun itu sendiri.
Kitab Nehemia dimulai dengan anakdjudul "Surat peringatan Nehemia" (1,1). Dalam sebagian besar kitab itu ia tampil sebagai pembitjara, jang memberikan laporan tentang usahan serta kegiatannja di Jerusalem (1,1-7,72; 11,1-.20.25; 12,27- 43;13,4-31). Sudah barang tentulah, disini kita bersua dengan tulisan Nehemia sendiri. Ini bukannja sebangsa laporan dari tindakan2nja sebagai adipati Parsi kepada pemberi tugas itu, tetapi lebih2 sebangsa pengakuan kepada Jahwe, tentang apa jang diperbuat Nehemia bagi Jahwe serta umat Nja, diluar djabatannja sebagai adaipati. Tetapi sipenjusun kitab menjisipkan beberapa kalimatnja sendiri (12,28-30.33-36.41-42) dan menambahkan pada surat peringatan Nehemia itu beberapa daftarm jang dikutipnja dari dokumen2 lainnja, untuk sebagian mungkin berasal dari arsip baitullah Jerusalem (Neh 3,1-32;11,3-19.21-24.25b-36;12,1- 9.10-11.12-26). Daftar orang2 jang dahulu kembali dari pembuangan (Neh 7,6-72) agaknja termasuk surat peringatan itu, meskipun Nehemia sendiri mengutipnja dari sumber lain, jang digubahnja seperlunja. Namun demikian, ada pula ahli2, jang kendati Neh 7,5b. toh berpendapat, bahwa wrang lainlah jang menjisipkan daftar itu. Dalam perkiraan ini kiranja aneh djuga, bahwa si penjusun kitab memasukkan daftar itu sampai dua kali (Esr 2,1-70). Pun laporan resmi dari pembaharuan perdjandjian dalam Neh 10, jang dalam susunan kitab itu dihubungkan dengan tampilnja Esra, kiranja termasuk surat peringatan Nehemia itu pula. Hanja 10,2- 28 dikutip si pengarang kitab dari sumber lain, mengingat kesukaannja akan nama2 dan daftar2.
Sama djelasnja dengan surat peringatan Nehemia itu nampakaalah sebuah dokumen serupa atas nama Esra (Esr 7,27-9,15). Esra sendiri jang angkat bitjara dan memberikan laporan tentang tugasnja di Jerusalem dan tindakannja disana. Bukan tidak mustahil, bahwa ini laporan resmi Esra kepada pemerintah Parsi dan kepada djemaah Jahudi di Babel. Kiranja termasuk dokumen ini pula penetapan Araxerxes jang disusun dalam bahasa Aram (Esr 7,12-26). Lebih sulitlah menentukan apa bagian berikut ini (Esr 10.1-17.18-44) dikutip pula laporan tadi. Disini bukan Esra sendiri lagi, jang angkat bitjra, tetapi orang lainlah jang bertjerita tentang Esra. Namun banjak ahli tjondong kepada pendapat, bahwa ini hanja mengenai saduran ketjil dari laporan si penjusun kitab dalam gubahannja. Pendahuluan, jang mengichtisarkan dokumen2 itu, teranglah dari tangan si penjusun sendiri.
Agak anehlah, bahwa dalam kitab Nehemia (8-9) tokoh Esra tampil lagi, dengan memutuskan sedjenak tjerita tentang kegiatan Nehemia. Inilah salah satu soal jang tersulit dalam seluruh kitab itu. Meskipun tidak begitu pasti, namun dapatlah diterima dengan alasan tjukup, bahwa pasal2 tsb. menurut aselinja termasuk laporan Esra itu. Imbuhan dari tangan si penjusun kitab ialah 9,3-5, karena ia hendak menitikberatkan peranan levita, seperti dilakukannja pula ditempat lain, dan djuga mazmur jang agak pandjang itu, 9,6-37. Mazmur ini tentulah dari waktu belakangan, tetapi tidak dapat ditentukan lebih ladjut waktunja. Djika Neh. 8-9 sungguh berasal dari Esra, maka si penjusun kitab Esra- Nehemia telah memperuraikan dokumen aselinja dan menjadurkannja dalam karyanja sendiri. Laporan Esra itu dalam bentuk aselinja tersusun sbb: Esr 7,1-8,36; Neh 7,72-8,18;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-2. Demikianlah kentara pula urut2an chronologis dari peristiwa2 itu, hal mana agak berbeda dari urut2an jang rupa2nja dikirakan kitab itu sendiri. Pentingnja hal ini kemudian akan kentara.
Lebih sulit lagi mendjawab pertanjaan, darimana berita2 dalam bagian pertama kitab itu (Esr 1-6) dikutib. Permulaannja (Esr 1,2-4) adalah gubahan dari berita dalam Esra 6,3-5. entah oleh si penulis sendiri, entah oleh pendahulu2nja atau tradisi. Berita, bahwa Cyrus djuga menjerahkan kembali perabot ibadah (Esr1,7-8) mungkinlah dikutib dari Esr 5,14-16, sedang daftar berikutnja (Esr 1,9-11) aselinja dari sumber Aram, jang diberikan terdjemahannja disini. Daftar dari orang2 jang kembali dari pembuangan dalam Esr 2,1-70 sangat boleh djadi berasal dari surat peringatan Nehemia (Neh 7,6-72) jang tentunja disana-sini digubah sedikit. Ataukah kedua dokumen itu dengan sedikit gubahan bersumber pada dokumen sama jang lebih tua?
Dalam Esr 4,8-6,18 si penjusun kitab mengutip beberapa dokumen Aram, jakni: suatu tuduhan musuh2 kaum Jahudi pada Artaxerxes (4,8-16) djawaban radja atas surat itu (4,17-22), suatu laporan pendjabat2 Parsi kepada Darios (5,6-17) dengan keputusan berikut dari Darios (6,3-15) dan dalam keputusan itu dikutip pula penetapan Cyrus (6,3-5). Dokumen2 tsb. mengenai pelbagai kedjadian, jang terdjadi dalam waktu jang berlainan. Kesemuanja itu mau melukiskan apa jang dikisahkan si pengarang sendiri dalam 3,1-4,5 tentang kesulitan2 pembangunan baitullah, meskipun dokumen2 terachir itu mengenai pembangunan tembok Jerusjalem, jang selesai dimasa Nehemia.
Urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu ialah sbb.: Esr5,1-6,18;4,6;4,7;4,8- 23. Bagian pertama (5,1-6,18) adalah landjutan dari 4,5 dan mengenai pembangunan baitullah serta penjelesaiannja. Ajat 4,5 diulang dalam 4,24 jang diselipkan oleh si pengarang sendiri dan kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Aram. Bagian kedua (4,6-23) mengenai tentangan jang dialami pada pembangunan tembok Jerusjalem, dan kisah ini dilandjutkan kitab Nehemia. Karena kombinasi jang aneh ini, mungkinlah, si penjusun mendapati dokumen2 itu sebagai suatu kumpulan, jang diambil-alih begitu sadja dlam kitabnja. Mungkin djuglah penutup aselinja ditinggalkan dan diganti dengan beritanja sendiri tentang perajaan Paska pertama dalam tahun 515 (Esr 6,19-22), jang ditulis dengan bahasa Hibrani.
Susunan jang agak ber-belit2 dari kitab Esra-Nehemia jang dilukiskan diatas itu, menimbulkan pertanjaan tentang benar-tidaknja berita2 itu. Bahwasanja kedjadia2 itu sungguh terdjadi, haruslah diterima. Tetapi urut-urutan sesungguhnja dari kedjadian2 itu menurut waktunja adalah soal jang tak terpetjahkan, jang sudah lama diselidiki para ahli, tanpa memperoleh kepastian jang tetap. Si penjusun sendiri tidak mengatur dokumen2nja menurut asas chronologis, melainkan menurut asas jang berlainan sama sekali. Ia menjusun bahan2nja dikeliling dua peristiwa utama, jang hendak dilukiskannja, jakni pembangunan baitullah dan pembangunan tembok Jerusjalem dengan ichtisar tentang garis besarnja keadaan umat Jahwe jang dipulihkan itu. Dengan melintasi segala kesulitan, si penulils achirnja sampai kepenutup jang membahagiakan, berkat kegiatan Esra dan Nehemia.
Bukan hanja keinginan-athu penjelidik sedjarah sdja, tetapi djuga pentingnja perkara itu sendiri telah mendorong para ahli, untuk merekonstruir sebaik mungkin urut-urutan sebenarnja dari kedjadian2 itu. Kesulitan utama ialah soal: siapakah jang per-tama2 telah datang di Jerusjalem, Esra ataukah Nehemia, dan bila mereka itu telah datang disana. Kitab itu sendiri memberi kesan, bahwa Esralah jang per-tama2 datang disana dan bahwa Esra serta Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja. Inipun pendapat, jang lama diterima begitu sadja, kendati kesulitan2 jang bergandingan dengannja.
Rengrengan chronologis jang diterima ialah sbb.: Orang2 Jahudi kembali dalam th.538. Sjesjbasar dan Zerubabel membangun kembali baitullah dan memulihkan ibadah. Ini selesai dalam th.515. Kemudian datanglah Esra dalam tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 458, dan ia menjelenggarakan pembaharuan keigamaan. Dalam tahun keduapuluh pemerintahan Artaxerxes I, jakni dalam tahun 445, datanglah Nehemia sebagai adipati ke Jerusjalem dan membangun kembali temboknja. Kemudian Esra dan Nehemia bekerdja sama beberapa waktu lamanja, untuk mengorganisir masjarakat lebih landjut. Lalu pergi, tetapi untuk kedua kalinja ia mendjabat adipati sesudah th. 443.
Karena kesulitan2 jang bergandingan dengan rengrengan itu, maka belakangan orang mentjoba tundjukkan, bahwa Nehemia bekerdja di Jerusjalem sebelum Esra. Tahun2 tinggalnja Nehemia tetap sama, tetapi tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes, waktu Esra datang di Jerusjalem itu adalah tahun ketudjuh pemerintahan Artaxerxes II, jang th.398. Djadi agak lama sesudah masa Nehemia. Pendapat ini hingga kini masih banjak penganutnja.
Kami mengikuti suatu hypotese, jang mempunjai kemungkinan, tetapi tidak dapat memperoleh kepastian djua, jang mentjoba kombinir kedua pendapat itu. Nehemia dari satu pihak mendahului Esra, tetapi dari pihak lain djuga menjusulnja. Masanja pertama mendjadi adipati mendahului Esra, tetapi masanja kedua djatuh sesudahnja. Esra tampil diwaktu berselang. Keberatan besar terhadap hypotese ini ialah, bahwa tahun Esra 7,8 harus dikoreksi, dari "tahun ketudjuh" mendjadi "tahun keduapuluh tudjuh", tanpa dapat memberikan alasan bagi koreksi ini.
Menurut hypotese terachir ini kedjadian2 diatur seperti berikut,-tetapi dengan itu teks sendiripun mesti dibatja djuga dalam urut-urutan tertentu: Dalam tahun 538 Cyrus mengidjinkan orang2 Jahudi kembali ke Palestina dibawah pimpinan seorang "pengholu" Juda, jang bernama Sjesjbasar (Esr1,1-2.72). Dimulai lagi dengan ibadah dan pembangunan kembali baitullah dimulai pula (Esr3,1-13). Karena tentangan penduduk kota dan karena hilangnja semangat dikalangan Jahudi pekerdjaan itu dihentikan (Esr 4,,1-5.24). Sesudah th.529 Zerubabel memulai lagi pekerdjaan itu, dengan dukungan nabi2 Hagai dan Zakaria dan denan persetudjuan radja Parsi Darios. Pekerdjaan itu berhasil dan selesai, hingga dalam th.515 baitullah itu dapat ditahbiskan dan perajaan Paska dapat dilangsungkan (Esr 5,1- 6,22). Dari tahun 515-445 hanja diberikan beberapa berita singkat sadja. Orang2 Samaria mengadakan persekongkolan lawan usaha membangun kembali tembok Jerusjalem didalam pemerintahan Xerxes (486) dan berhasil dengan dilarangnja pembangunan itu oleh Artaxerxes I antara th.465 dan 445 (Esr 4,6-23).
Dalam th.445 Nehemia pergi ke Jerusjalem atas titah radja Artaxerxes I dan membangun kembali temboknja, kendati tentangan hebat dari lawan2 lama, jang mendapat sokongan dari beberapa orang Jahudi sendiri. Nehemia meramaikan kota itu dan mengorganisir masjarakatnja (Neh 1,1-4.17;6,1-7,72a;12,27-42;5). Dalam th. 433 Nehemia kembali ke Parsi.
Kemudian Artaxerxes I mengutus imam dan ahli-kitab Esra ke Jerusjalem, dan ia bekerdja disana tidak begitu lama (426-427?). Setjara tegas Esra mentjoba sehatkan masjarakat dalam bidang keigamaan dan lebih2 bertindak terhadap perkawinan tjampuran (Esr 7,1-8,36;Neh 7,72b-8,18;3;Esr 9,1-10,44; Neh 9,1-37). Pembaharuan ini mendapat hasil jang tetap dan Esra kembali lagi ke Parsi.
Sebelum th.424 Nehemia sudah kembali di Jerusjalem sebagai adipati, sehingga
achirnja masjarakat Jahudi diorganisir sesuai denan Taurat (
Mengenai si penjusun kitab Esra-Nehemia dan waktu terdjadinja kitab itu sukarklah menjebutkan nama atau tahun jang tepat. Karena kitab itu sangat erat hubungannja denan kitab Tawarich, kiranjja kitab itu terdjadi pula diwaktu dan dilingkungan jang sama, kendati bersandarkan dokumen2 jang lebih kuno. Lingkungan itu nampak besar minatnja kepada ibadah dan baitullah, kepada daftar2 nama dan silsilah para imam dan levita. Si penulis hendaknja ditjari djuga dikalangan rohaniwan di Jerusjalem, chususnja dikalangan levita. Pastilah kitab itu dalam bentuknja jang definitif, disusun sesudah th.300. Kadang2 ada jang mengundurkan sampai ke th.250 kebawah. Kiranja lebih baik dikatakan setjara umum, bahwa kitab itu disusun antara th.300 dan 200, tanpa memberikan perintjian lebih landjut.
Sebagai kitab keigamaan maka kitab Esra-Nehemiapun bersandarkan pendapat2 keigamaan tertentu dan bermaksud menjampaikan suatu wedjangan keigamaan kepada para pembatjanja. Pada galibnja kesemuanja itu segaris dengan latarbelakang keigamaan kitab Tawarich. Sebab kitab itu memberikan penutup sedjarah, jang disadjikan penulis dalam kitab Tawarich dari sudut tertentu. Esra-Nehemia membentangkan suatu perwudjudan dari theokrasi, kemana seluruh sedjarah itu ditudjukan. Si penjusun tahu sungguh2, bahwa perwudjudan itu bukan jang terachir dan paling sempurna, tetapi gagasan itu tidak begitu menondjol kemuka. A.l. itu terbawa djuga, karena si penjusun mengambil-alih dan menghimpun dokumen2nja tanpa banjak perubahan. Pengharapan djelas akan masa jang akan datang, pengharapan akan Al Masih, oleh karenanja hanja sedikitlah terdapat didalamnja. Disana sini hanja muntjul dilatarbelakang kisah itu. Kitab itu betul menjinggung dan mengandaikan Israil baru dari keduabelas suku bangsa, tetapi dalam kisah itu sendiri hanja Juda dan Binjaminlah jang ikut dalam pembangunan itu. Selandjutnja pembangunan itu tidak dipandang sebagai idam2an jang tertinggi, melainkan masih sebagai suatu masa penindasan dan pengharapan (Neh 9,36-37;Esr 10,2).
Namun demikian, pembangunan kembali itu adalah suatu pemenuhan djandji Allah dan hasil dari kesetiaanNja akan rahmat serta perdjandjian (Esr 1,1; Neh 9,32). Jahwe adalah penguasa sedjarah, jang membimbing dan menguasai segala sesuatu, pun pula radja2 dan bangsa2 asing (Esr 1,1;7,6.27-28). Sebelum pembuangan Jahwe telah mendjandjikan bahwa suatu sisa ketjil akan terpelihara sebagai bibit bagi umat Allah jang baru. Orang2 buangan jang kembali itu sadr, bahwa mereka itulah sisanja (Esr 9,8.13), jang direnggut dari kebinasaan, untuk mendjadi kelandjutan resmi dari Israil jang terpilih (Esr 10,2; Neh 9,8), jang sungguhpun binasa karena dosanja sendiri, tetapi tidak samasekali ditolak (Esr 9,13; Neh 1,9). Kembali mereka dipandang sebagai pengungsian jang baru, jang diwudjudkan dan diselesaikan oleh Jahwe. KeradjaannNja mendapat bentuknj jang baru didalam djemaah jang baru, jang diorganisir sesuai dengan TauratNa dan jang hidup untuk berbakti kepadaNja didalam baitullah jang dipulihkan, kediamanNja di-tengah2 umatnja. Umat itu adalah benih jang sutji dan masjarakat jang disendirikan, jang orang kafir atau setengah kafir tidak dapat mendjadi anggotanja. Anasir asing didjauhkan dan dikutjilkan karenanja. (Esr 9,1-15; Neh 13,23-30; Esr 4,3).
Dipandang sepintas lalu, gagasan universalistis tidak diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia. Disini nampaklah Israil lebih kuat lagi sebagai umat Jahwe satu2nja. Hanja beberapa djedjak sadja dari gagasan itu terdapat didalamnja, jakni bahwasanja orang2 kafir, tidak samasekali diketjualikan dari anugerah2 Jahwe. Kaum buangan berdoa untuk radja mereka jang kafir itu dan untuk kesedjahreaan keradjaannja. Dari sebangsa bentji terhadap orang2 asing hanja sedikit sadjalah terdapat didalamnja. Hanja dalam Neh 9 gagasan ini agak tampak. Kesadaran, bahwa Israil itu bangsa jang terpilih, toh menundjukkan suatu segi, jang membuat pengertian "Keradjaan Allah" mendapat tjorak jang lebih rohani. Sebelum masa pembuangan - lepas dari para nabi, dimasa itupun terdapat pula gagasan2 lainnja,- keradjaan Allah itu terlekat pada kedaulatan nasional dibawah pemerintahan wangsa Dawud jang bertjorak kenegaraan itu se-kali2 bukan sjarat mutlak lagi adanja. Betul Zerubabel menggandingkan masjarakat sesudah pembuangan itu dengan Dawud, tapi bukan lagi sebagai radja dalam arti politik.
Orang Jahudi tanpa banjak tentangan menerima kenjataan, bahwa mereka bergantung dari keradjaan Parsi dan mau mendjadi kaula jang taat-setia, meskipun mereka merasa dirinja sebagai satu2nja umat pilihan Jahwe dan warga keradjaanNja.
Betul partikularisme masih kuat, tetapi menundjukkan tjorak lain, jang dapat tumbuh dan berkembang lebih landjut mendjadi universalisme. Djustru dimasa itu ditengah bangsa Jahudi terdapatlah aliran2 unbersalistis, meskipun aliran2 itu tidak tampil kedepan didalam kitab Esra-Nehemia. Tetapi pada asasnja ikatan2 nasional dari keradjaan Allah sudah terlepaskan.
Dipandang didalam keseluruhan sedjarah-keselamatan maka masa jang diperbintjangkan dalam kitab Esra-Nehemia itu menduduki tempatnja sendiri. Sebab dari masjarakat Jahudi seperti jang tumbuh sesudah pembuangan itu datanglah fase terachir sedjarah keselamatan. Baitullah jang dibangun dimasa itu dimasuki Kristus dan telah menjaksikan kemuliaanNja, hal mana membuat bangunan sederhana itu melebihi baitullah bangunan Sulaiman. Jesus dari Nasaret mendjadi besar didalam suasana, jang berasal dari masa Esra-Nehemia, denan sudut2nja jang baik, tapi djuga dengan sudut2nja jang kurang baik. Kendati kesemuanja itu, maka dari "sisa", jang kembali dari pembuangan itu, sungguh telah berkembanglah umat Allah jang baru, walaupun melalui djalan jang agak berlainan dengan jang dibajangkan kitab Esra-Nehemia.
BIS: Nehemia (Pendahuluan Kitab) NEHEMIA
PENGANTAR
Buku Nehemia dapat dibagi dalam tiga bagian:
(1) Kisah perbaikan tembok-tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia yang
NEHEMIA
PENGANTAR
Buku Nehemia dapat dibagi dalam tiga bagian:
- (1) Kisah perbaikan tembok-tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia yang diangkat menjadi gubernur Yehuda oleh raja Persia. Nehemia juga menjalankan bermacam-macam perubahan dalam bidang sosial dan agama.
- (2) Pembacaan Hukum Allah yang dilakukan oleh Ezra secara khidmat, dan pengakuan dosa oleh umat Israel.
- (3) Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan Nehemia sebagai gubernur Yehuda.
Bagian yang menarik dalam buku ini ialah kisah yang menunjukkan betapa Nehemia bergantung kepada Allah dan betapa sering ia berdoa kepada-Nya.
Isi
- Nehemia kembali ke Yerusalem
Neh 1:1-2:20 - Tembok-tembok Yerusalem diperbaiki
Neh 3:1-7:73 - Hukum TUHAN dibacakan dan perjanjian dengan Allah diperbaharui
Neh 8:1-10:39 - Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan Nehemia
Neh 11:1-13:31
Ajaran: Nehemia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat dengan mengenal Kitab Nehemia, memperoleh pengertian
tentang cara hidup yang berhasil, karena contoh kehidupan Nehemia
Tujuan
Supaya anggota jemaat dengan mengenal Kitab Nehemia, memperoleh pengertian tentang cara hidup yang berhasil, karena contoh kehidupan Nehemia yang berhasil, melalui perjuangan dan kerja keras serta penyerahan diri kepada Allah.
Pendahuluan
Penulis : Nehemia.
Isi Kitab: Kitab ini terbagi atas 13 pasal. Isinya merupakan kelanjutan dari Kitab Ezra, yaitu pemulihan pemerintahan bangsa Israel, setelah kembali dari pembuangan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Nehemia
Pasal 1-11 (Neh 1:1-11:36).
Keamanan kota Yerusalem dilaksanakan
Nehemia mendengar keadaan kota Yerusalem yang rusak berat. Langkah pertama yang diambilnya ialah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Dalam melaksanakan kembali tembok ini, Nehemia lebih dahulu berpuasa dan meminta bantuan dari raja, kemudian Nehemia memeriksa kembali tembok-tembok yang sudah runtuh. Dalam pembangunan ini, Nehemia menghadapi ancaman-ancaman dan tantangan, tetapi Nehemia menanggapinya dengan berdoa dan penjagaan serta memberikan teladan-teladan yang baik kepada penguasa- penguasa, akhirnya pembangunan tembok selesai, dan ditempatkan penjaga- penjaga. Langkah kedua, Nehemia menambah jumlah penduduk di kota Yerusalem dengan orang-orang yang baik di hadapan Tuhan, yaitu mereka yang mau mendengar Kitab Taurat, mereka yang mengaku dosa dan suka berdoa, mereka yang membuat perjanjian dengan Allah.
Pendalaman
- Bacalah pasal Neh 1:1-4. Apakah bukti beban Nehemia atas bangsanya?
- Bagaimanakah kegiatan pembangunan tembok Yerusalem walaupun mendapat ancaman? (Neh 4:11-16,22-23).
- Bacalah pasal Neh 9:1-3; 11:1-2. Orang-orang yang bagaimanakah yang tinggal di Yerusalem?
Pasal 12-13 (Neh 12:1-13:31).
Keamanan hidup rohani umat Allah dilaksanakan Pasal-pasal ini menjelaskan bahwa setelah tembok kota Yerusalem selesai dibangun, Nehemia mulai mengadakan pembangunan rohani umat Allah. Hal ini dimulai dari kehidupan rohani para imam, karena para imanlah yang memegang peranan penting dalam hidup rohani umat Allah.
Pendalaman
- Apakah dasar tindakan Nehemia? (Neh 13:1-3).
- Apakah yang diperbuat imam Elyasib? (Neh 13:4-9).
- Apakah yang terjadi dengan orang-orang Lewi yan seharusnya melayani umat Allah? (Neh 13:10-11).
- Apakah hubungan perbuatan dosa dengan kehancuran kot Yerusalem? (Neh 13:17-18).
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Nehemia memberikan pengajaran untuk memperoleh kemenangan dari tantangan yang berat melalui penyerahan, kepercayaan kepada kuasa Allah dan disertai dengan usaha yang sungguh.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, seseorang haruslah mempunyai sifat seperti Nehemia, yakni rajin berdoa, bersemangat dan mempunyai penyerahan kepada Allah.
Melalui kehidupan Nehemia, kita mengetahui bahwa Allah mau dan bisa memakai siapa saja yang berbeban kepada pekerjaan-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Nehemia?
- Berita apakah yang diterima oleh Nehemia?
- Bagaimanakah sikap Nehemia menerima berita itu?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kita Nehemia?
Intisari: Nehemia (Pendahuluan Kitab) Pembangunan kembali tembok Yerusalem
LATAR BELAKANG SEJARAHSetelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua -- kerajaan utara dan selata
Pembangunan kembali tembok Yerusalem
LATAR BELAKANG SEJARAH
Setelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua -- kerajaan utara dan selatan. Ibukota kerajaan utara ialah Samaria, dan dalam tahun 722 SM kota itu direbut oleh bangsa Asyur dan banyak rakyatnya dijadikan tawanan. Hal yang hampir sama terjadi juga terhadap kerajaan selatan, Yehuda, ketika Yerusalem direbut oleh bangsa Babel pada tahun 586 SM. Dalam tahun 539 SM bangsa Babel sendiri dikalahkan oleh bangsa Persia -- dan raja Persia mendorong sebagian orang Yahudi untuk kembali ke tanah air mereka. Kira-kira 50.000 orang kembali dan memulai tugas untuk membangun kembali Rumah Tuhan, tetapi kemudian mereka menjadi kecil hati dan hanya mampu membangun fondasinya saja. Sejarah selanjutnya agak ruwet, tetapi rupanya kira-kira enam belas tahun kemudian Allah mengirimkan dua orang nabi, Hagai dan Zakharia, untuk menggugah semangat rakyat. Mereka sudah menempati rumah mereka masing-masing, tetapi mengabaikan pembangunan kembali Rumah Tuhan. Sebagai akibatnya, pekerjaan pembangunan dimulai lagi dan kali ini Rumah Tuhan dapat diselesaikan. Dalam tahun 486 SM serombongan lagi orang Yahudi kembali ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Ezra berusaha sebaik mungkin untuk membangun semangat bangsanya dan mengangkat moral serta kehidupan rohani mereka, tetapi ia banyak menemui kekecewaan. Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 445 SM Allah berbicara kepada seorang lain, yaitu Nehemia dan menugaskannya untuk secara khusus menekuni pembangunan kembali tembok kota yang sudah hancur itu. Beberapa orang menempatkan kisah kembalinya Ezra sesudah Nehemia, tetapi keterangan tersebut tidak meyakinkan.
SIAPAKAH NEHEMIA?
Sebagai pengurus minuman raja, Nehemia mencicipi lebih dahulu anggur yang akan disajikan kepada raja untuk membuktikan bahwa minuman itu tidak mengandung racun. Hanya orang yang paling dipercaya dapat menduduki posisi tertinggi ini dalam istana raja Persia. Namun demikian, hati Nehemia lebih cenderung untuk melakukan tugas yang Allah bebankan kepadanya. Ia digambarkan sebagai seorang pengusaha yang hidupnya penuh diwarnai doa. Nehemia tidak melupakan bangsanya sendiri. Ia bersedia meninggalkan kehidupan mewah dalam istana dan pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu. Ketika pada akhirnya ia pergi ke Yerusalem, ia bertugas sebagai gubernur sipil dengan kuasa dari raja Persia.
Pesan
Nehemia merupakan gambaran seorang pekerja yang ideal bagi Allah. Kuncinya ialah doa dan kerja. Ia tidak saja berdoa dan bekerja sendiri, tetapi ia menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan hal yang sama.
1. Berdoalah dalam segala situasi kehidupano Ia berdoa waktu ia mendengar mengenai keadaan Yerusalem. Neh 1:4-11
o Ia berdoa waktu ia menghadap Raja Artahsasta untuk memohon izin pergi ke Yerusalem. Neh 2:4
o Ia berdoa di hadapan penentangnya. Neh 4:4,9
o Ia berdoa waktu difitnah. Neh 6:8,9
o Ia berdoa pada waktu pekerjaan perbaikan tembok telah selesai. Neh 13:14
2. Kerja dan doa berjalan bersama-sama
o Ia melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk memastikan apa yang terjadi. Neh 2:11-16
o Ia mengatur tenaga kerja, sehingga setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka. Neh 3:1-32
o Ia memberi teladan kepada orang lain untuk bekerja. Neh 2:17,18; 4:6,23
o Ia menyadari kesucian pekerjaan yang Allah bebankan kepadanya. Neh 6:3
Penerapan
1. Anda harus berbeban bagi bangsa Anda
Ketika Nehemia menerima kabar mengenai keadaan yang tragis di kota Yerusalem yang hancur, ia merasa sangat terharu.
2. Siap untuk bertindak
Sebelum mengambil tindakan apa-apa, Nehemia berdoa. Pertama-tama ia mencari pimpinan Tuhan, setelah ia menerimanya ia segera bertindak.
3. Siap untuk menghadapi tentangan
Bekerja untuk Allah tidak pernah tanpa tantangan. Nehemia mendapati bahwa ia mempunyai musuh, baik di dalam maupun di luar kota Yerusalem. Tetapi ia membuktikan bahwa selalu ada kemungkinan untuk menang atas segala tentangan itu.
4. Hati-hati terhadap bahaya kemunduran
Nehemia mengumpulkan rakyat untuk mendengarkan firman Allah dan ternyata mereka memberi tanggapan positif. Tetapi ketika ia kembali ke kota Yerusalem setelah ditinggalkannya selama dua belas tahun, ia mendapati bahwa rakyat telah melupakan Allah dan bahwa diperlukan suatu reformasi lebih lanjut.
Tema-tema Kunci
Nehemia dengan jelas dianggap sebagai seorang pekerja Allah yang ideal -- "seorang patriot yang berani, tidak mengenal takut, penuh semangat dan berinisiatif, seorang pendoa dan pekerja keras dan seorang yang takut kepada Allah dan yang selalu mencari berkat-Nya". Kehidupannya ditandai dengan keseimbangan yang sehat antara berdoa dan kerja keras. Pelajarilah dalam kitab ini hal-hal yang berhubungan dengan kedua unsur ini. Bandingkan penemuan Anda dengan studi yang serupa mengenai kehidupan Paulus.
1. Patriotisme
Patriotisme itu sendiri tidak salah. Paulus mempunyai beban berat bagi bangsanya (Rom 10:1). Kristus mendorong murid-murid-Nya untuk memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi haknya (Mat 22:21). Nehemia menaruh perhatian yang besar terhadap rakyatnya (Neh 1:3-11). Patriotisme sejati adalah rasa prihatin terhadap keadaan bangsa. Bagaimana umat Kristen dewasa ini dapat mempengaruhi sikap bangsanya?
2. Doa
Nehemia berdoa setiap saat dan dalam segala keadaan (Neh 1:4; 2:4; 4:4; 5:19; 6:9,14; 13:14, 22,29,31). Bandingkan ini dengan perintah Paulus kepada orang-orang di Filipi 4:6,7. Apa tujuan doa?
3. Dedikasi
Nehemia menerima tugas yang diberikan oleh Allah dengan sungguh-sungguh -- ia sangat teliti. Ia bertekad untuk menyelidiki perkara yang sebenarnya (Neh 2:12). Ia tahu akan kesucian pekerjaannya (Neh 6:3). Ia menjadi teladan bagi orang lain untuk bekerja seperti dia (Neh 2:17,18; 4:6,23). Buatlah daftar tugas-tugas yang harus dilaksanakan di gereja Anda atau dalam kelompok Anda, dan rencanakan penyelesaiannya.
4. Ketekunan
Nehemia tidak undur menghadapi tentangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia diejek dan dicaci, karena bergantung kepada Allah (Neh 2:19,20). Ia tidak bersedia mengalihkan perhatiannya dari tugas yang sedang dihadapinya (Neh 6:2,3). Carilah keterangan mengenai mereka yang menderita bagi Kristus di bawah rezim yang kejam, dan pakailah hal ini untuk merangsang doa yang teratur. Pikirkan juga situasi Anda sendiri sehubungan dengan tantangan yang Anda hadapi.
Garis Besar Intisari: Nehemia (Pendahuluan Kitab) [1] BERITA BURUK TENTANG YERUSALEM Neh 1:1-4
[2] DOA NEHEMIA Neh 1:5-11
Neh 1:5Permohonan untuk kesetiaan janji Allah
Neh 1:6,7Penyesalan atas
[1] BERITA BURUK TENTANG YERUSALEM Neh 1:1-4
[2] DOA NEHEMIA Neh 1:5-11
Neh 1:5 | Permohonan untuk kesetiaan janji Allah |
Neh 1:6,7 | Penyesalan atas dosa bangsa Israel |
Neh 1:8-10 | Kenangan akan kemurahan Allah yang tak kunjung padam |
Neh 1:11 | Seruan mohon pertolongan dalam kesesakan |
[3] NEHEMIA MENDAPAT KUASA Neh 2:1-10
Neh 2:1-5 | Ia mengajukan permohonan kepada raja |
Neh 2:6 | -9 Raja memberikan restunya |
Neh 2:10 | Tanda-tanda awal tantangan |
[4] NEHEMIA DI YERUSALEM Neh 2:11-20
Neh 2:11-16 | Nehemia memeriksa tembok Yerusalem |
Neh 2:17-20 | Nehemia mencari dukungan rakyat untuk tugas perbaikan tembok kota |
[5] PEMBANGUNAN TEMBOK-TEMBOK KOTA Neh 3:1-6:19
Neh 3:1-32 | Pembagian kerja |
Neh 4:1-23 | Tantangan terhadap pembangunan |
Neh 5:1-6:14 | Perselisihan di dalam |
Neh 6:15-19 | Tugas selesai |
[6] ORANG-ORANG BUANGAN YANG KEMBALI DENGAN ZERUBABEL Neh 7:1-73
[7] EZRA MEMBACAKAN HUKUM Neh 8:1-18
[8] PEMBARUAN PERJANJIAN Neh 9:1-10:39
Neh 9:1-38 | Pengakuan dosa |
Neh 10:1-39 | Persetujuan terhadap perjanjian |
[9] RAKYAT YANG TERLIBAT Neh 11:1-12:26
Neh 11:1-24 | Penduduk Yerusalem |
Neh 11:25-36 | Daftar desa-desa |
Neh 12:1-26 | Para imam dan bangsa Lewi |
[10] PERESMIAN TEMBOK KOTA DAN URUSAN ADMINISTRASI Neh 12:27-13:31
Neh 12:27-43 | Peresmian tembok kota |
Neh 12:44-47 | Organisasi orang-orang Lewi |
Neh 13:1-31 | Perbaikan-perbaikan selanjutnya yang diadakan oleh Nehemia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi