Statistik	42 pasal, 1070 ayat, 10.102 kata
Penulis	Tidak Dikenal
Tema	Mengapa Orang Benar Menderita?; Ujian dan penderitaan untuk beroleh berkat, mendidik kita dan tidak selalu merupakan hukuman.
Waktu	Tidak Pasti
Tempat	us dekat Edom
Kata Kunci	Ujian.
Kristus Di Alkitab	Dia adalah Penebus kita yang hidup, "Karena aku tahu penebusku hidup"

Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan bukan Ibrani.

Dua tanggal penting hendaknya dipertimbangkan berhubungan dengan kitab Ayub:

1. (1) tanggal kehidupan Ayub sendiri dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab ini, dan
2. (2) tanggal penulis kitab ini yang diilhamkan.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa Ayub sendiri hidup sekitar zaman Abraham (2000 SM) atau sebelumnya. Fakta-fakta yang paling penting ialah:

1. (1) Ayub masih hidup selama 140 tahun setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab ini (Ayub 42:16), yang menyarankan jangka hidup yang hampir 200 tahun (Abraham hidup 175 tahun);
2. (2) kekayaannya dihitung dari jumlah ternak (Ayub 1:3; Ayub 42:12);
3. (3) pelayanannya sebagai imam dalam keluarganya, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub (Ayub 1:5);
4. (4) sistem keluarga pimpinan ayah menjadi kesatuan sosial mendasar seperti pada zaman Abraham (Ayub 1:4-5,13);
5. (5) serbuan orang-orang Syeba (Ayub 1:15) dan orang Kasdim (Ayub 1:17) yang cocok dengan zaman Abraham;
6. (6) sering kali (31 kali) penulis memakai nama yang dipakai para patriarkh bagi Allah, yaitu Shaddai (Yang Mahakuasa); dan
7. (7) tidak ada petunjuk sama sekali kepada sejarah Israel atau hukum Musa sehingga memberi kesan tentang zaman pra-Musa (sebelum 1500 SM).

Ada tiga pandangan utama mengenai tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun

1. (1) selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri;
2. (2) selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau
3. (3) selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka.

Penulis yang tidak dikenal, jikalau bukan Ayub sendiri, pastilah memiliki sumber-sumber lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang. Beberapa bagian dari kitab ini pasti telah diberikan melalui penyataan langsung dari Allah (mis. Ayub 1:6--2:10).

1. I. Prolog Prosa: Krisisnya
   (Ayub 1:1-2:13)
   
1. A. Ayub, Orang Benar yang Takut Akan Allah
   (Ayub 1:1-5)
   
2. B. Percakapan Antara Tuhan Dengan Iblis, dan Berbagai Musibah
   yang Kemudian Menimpa Ayub
   (Ayub 1:6-2:10)
   
3. C. Kunjungan Ketiga Sahabat Ayub
   (Ayub 2:11-13)
   
2. II. Dialog Antara Ayub dan Teman-temannya: Usaha Mencari Jawaban
   yang Masuk Akal
   (Ayub 3:1-31:40)
   
1. A. Rangkaian Dialog Pertama: Kebenaran Allah
   (Ayub 3:1-14:22)
   
1. 1. Ayub Meratapi Hari Kelahirannya
   (Ayub 3:1-26)
   
2. 2. Tanggapan Elifas
   (Ayub 4:1-5:27)
   
3. 3. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 6:1-7:21)
   
4. 4. Tanggapan Bildad
   (Ayub 8:1-22)
   
5. 5. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 9:1-10:22)
   
6. 6. Tanggapan Zofar
   (Ayub 11:1-20)
   
7. 7. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 12:1-14:22)
   
2. B. Rangkaian Dialog Kedua: Nasib Orang Fasik
   (Ayub 15:1-21:34)
   
1. 1. Tanggapan Elifas
   (Ayub 15:1-35)
   
2. 2. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 16:1-17:16)
   
3. 3. Tanggapan Bildad
   (Ayub 18:1-21)
   
4. 4. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 19:1-29)
   
5. 5. Tanggapan Zofar
   (Ayub 20:1-29)
   
6. 6. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 21:1-34)
   
3. C. Rangkaian Dialog Ketiga: Sifat Berdosa Ayub
   (Ayub 22:1-31:40)
   
1. 1. Tanggapan Elifas
   (Ayub 22:1-30)
   
2. 2. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 23:1-24:25)
   
3. 3. Tanggapan Bildad
   (Ayub 25:1-6)
   
4. 4. Tanggapan Balik Ayub
   (Ayub 26:1-14)
   
5. 5. Rangkuman Terakhir Ayub Mengenai Pendapat Dasarnya
   (Ayub 27:1-31:40)
   
3. III.Berbagai Wejangan Elihu: Awal Pengertian
   (Ayub 32:1-37:24)
   
1. A. Elihu Diperkenalkan
   (Ayub 32:1-6a)
   
2. B. Wejangan Pertama: Ajaran Allah Kepada Manusia Melalui Penderitaan
   (Ayub 32:6-33:33)
   
3. C. Wejangan Kedua: Keadilan Allah dan Kepongahan Ayub
   (Ayub 34:1-37)
   
4. D. Wejangan Ketiga: Kejujuran Tidaklah Tanpa Keuntungan
   (Ayub 35:1-16)
   
5. E. Wejangan Keempat: Kesemarakan Allah dan Ketidaktahuan Ayub
   (Ayub 36:1-37:24)
   
4. IV. Tuhan Menjawab Ayub: Penyataan Langsung
   (Ayub 38:1-42:6)
   
1. A. Allah Menegur Ketidaktahuan Ayub
   (Ayub 38:1-40:2)
   
2. B. Kerendahan Hati Ayub
   (Ayub 40:3-5)
   
3. C. Allah Menentang Kecaman Ayub Terhadap Keadilan-Nya Dalam Memerintah
   Dunia (Ayub 40:1-41:25)
   
4. D. Ayub Mengakui Keterbatasan Pengetahuannya Tentang Jalan-Jalan Allah
   (Ayub 42:1-6)
   
5. V. Epilog Prosa: Krisis Berakhir
   (Ayub 42:7-17)
   
1. A. Ayub Berdoa untuk Ketiga Temannya
   (Ayub 42:7-9)
   
2. B. Berkat Dua Kali Lipat bagi Ayub
   (Ayub 42:10-17)
   

Kitab Ayub menggumuli pertanyaan abadi, "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa diizinkan-Nya orang yang sungguh-sungguh benar seperti Ayub (Ayub 1:1,18) menderita demikian hebat?" Ketika menggumuli soal ini, penulis mengemukakan kebenaran-kebenaran berikut.

1. (1) Selaku musuh Allah, Iblis menerima izin untuk menguji kesejatian iman seorang benar dengan menyiksa dia; tetapi kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh iman Ayub tetap kokoh dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
2. (2) Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak dapat dipahami oleh pikiran manusia (Ayub 37:5); karena kita tidak melihat dengan kelapangan hati dan visi Yang Mahakuasa, maka kita memerlukan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita.
3. (3) Landasan iman yang sesungguhnya tidak terletak dalam berkat-berkat Allah, dalam situasi-situasi pribadi atau jawaban-jawaban yang cerdik pandai, tetapi dalam penyataan Allah sendiri.
4. (4) Allah kadang-kadang mengizinkan Iblis menguji orang benar dengan kesengsaraan agar memurnikan iman dan kehidupan mereka, sebagaimana emas dimurnikan oleh api (Ayub 23:10; bd. 1Pet 1:6-7); ujian semacam itu mengakibatkan peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati umat-Nya (Ayub 42:1-10).
5. (5) Sekalipun cara-cara Allah menghadapi kita kadang-kadang tampak suram dan kejam (sebagaimana dikira oleh Ayub sendiri), akhirnya Allah tampak dalam belas kasihan dan kemurahan yang penuh. (Ayub 42:7-17; bd. Yak 5:11).

1. Sifat-sifat Allah dan pekerjaan-Nya
Allah berdaulat. Bahkan iblis pun tidak dapat berbuat apa-apa tanpa izin-Nya. Baik Ayub maupun kawan-kawannya sadar akan hal ini dan akan kenyataan bahwa Allah menciptakan dunia ini serta memeliharanya. Kitab ini penuh berisi kebesaran dan kearifan Allah. Lihat Ayu 5:8-16; 9:2-13; 11:7-9; 12:10,13-25; 25:2-6; 26:5-14; 34:10-15; 35:10,11; 36:22-33; 37:1-24; 38:1-39:30; 40:8-41:34.

2. Kelemahan manusia
Kisah Ayub mengilustrasikan kelemahan kita, ketidaktahuan, dosa, dan singkatnya hidup kita. Permohonan Ayub akan keadilan sungguh-sungguh menuntut suatu kehidupan yang melampaui kehidupan saat ini, tempat Allah dapat menghukum yang jahat dan meluruskan yang salah dari dunia ini. Lihat Ayu 4:17-21; 5:7; 7:1-10; 9:2,25,26; 14:1,2,4,7-12; 15:14-16; 25:4-6.

3. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan Allah, yaitu pikiran Allah, kepandaian dan rencana-Nya, digambarkan kepada kita sebagai hal yang benar-benar di luar jangkauan kita (Ayu 28:1-28). Jika kita diberi sedikit pengertian tentang rahasia-rahasia ini, hal ini bukan oleh karena kepandaian kita. Hanya pada saat kita berserah kepada-Nya kita dapat mengerti sedikit tentang jalan-jalan-Nya. Pikirkanlah pengertian yang terkandung dalam Yesaya 55:8 dan 1Ko 1:18-31.

4. Saling menghibur
Kawan-kawan Ayub memberi kita suatu contoh yang baik tentang apa yang tidak boleh kita lakukan! Banyak yang mereka katakan itu benar, tetapi tidak ada hubungannya dengan masalah Ayub dan menyakitkan. Perhatikan juga bagaimana Paulus mengajar kita mengenai saling menghormati. Pelajaran apa yang secara tak langsung ingin dikatakan tentang bagaimana kita harus memakai pengalaman hidup kita (2Ko 1:3-8)?

5. Ayub dan Perjanjian Baru
Walaupun Ayub hanya disebut sekali saja dalam Perjanjian Baru (Yak 5:11), pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya dapat lebih jelas dimengerti jika dilihat dari sudut pandang seorang Kristen. Sebagai contoh lihat Ayub 9:33, 1Ti 2:5; Ayu 14:14, Yoh 11:25; Ayu 16:19;; Ibr 9:24; Ayu 19:25; Ibr 7:25; Ayu 23:3; Yoh 14:6.

Terdapat lima bagian tertentu di dalam struktur kitab Ayub:

1. (1) Prolog (pasal 1-2; Ayub 1:1--2:13) yang melukiskan musibah Ayub dan penyebabnya;
2. (2) tiga rangkaian dialog di antara Ayub dan ketiga orang temannya, ketika mereka mencari jawaban-jawaban yang masuk akal untuk penderitaan Ayub (pasal 3-31; Ayub 3:1--31:40);
3. (3) empat monolog oleh Elihu, seorang yang lebih muda daripada Ayub dan ketiga temannya, yang berisi sekilas pengertian mengenai makna (sekalipun belum mengenai penyebab) penderitaan Ayub (pasal 32-37; Ayub 32:1--37:24);
4. (4) Allah sendiri, yang menegur ketidaktahuan dan keluhan Ayub serta mendengarkan tanggapan Ayub atas penyataan-Nya (pasal 38, 1-42, 6; Ayub 38:1-38; Ayub 1:1--42:17; Ayub 6:1-30);
5. (5) epilog (Ayub 42:7-17) yang mencatat pemulihan Ayub. Kitab Ayub seluruhnya ditulis dalam bentuk syair, kecuali tiga bagian:
1. (a) prolog,
2. (b) Ayub 32:1-6, dan
3. (c) epilog.

Dalam pasal 1 (Ayub 1:1-22) Ayub diperkenalkan sebagai seorang benar yang takut akan Allah (Ayub 1:1,8) dan terkaya dari semua orang di sebelah Timur (Ayub 1:3). Keadaan hidupnya mendadak berubah oleh serangkaian musibah besar yang memusnahkan harta milik, anak-anak, dan kesehatannya (Ayub 1:13-22; Ayub 2:7-10). Ayub bingung sama sekali, karena tidak menyadari bahwa dirinya terlibat dalam pertentangan di antara Allah dan Iblis (Ayub 1:6-12; Ayub 2:1-6). Ketiga teman Ayub -- Elifas, Bildad, dan Zofar -- datang untuk menghibur Ayub, tetapi akhirnya berdebat dengannya mengenai penyebab terjadinya penderitaan itu. Mereka bersikeras bahwa karena Allah itu adil, penderitaan Ayub pasti merupakan hukuman atas dosa-dosa tersembunyi dan satu-satunya jalan keluar baginya adalah bertobat. Ayub menolak jawaban mereka, menegaskan ketidakbersalahannya dan mengaku ketidakmampuannya untuk memahami (pasal 3-31; Ayub 3:1--31:40). Elihu mengemukakan sudut pandang yang lain, yaitu penderitaan Ayub menyangkut maksud penebusan Allah untuk lebih memurnikan Ayub (pasal 32-37; Ayub 32:1--37:24).

Pada akhirnya semua terdiam, termasuk Ayub, ketika Allah sendiri berbicara kepada Ayub mengenai hikmat dan kuasa-Nya selaku Pencipta. Ayub mengakui ketidaktahuan dan ketidakberartian dirinya dengan penuh penyesalan dan rendah hati (pasal 38-41; Ayub 38:1--41:25). Ketika Ayub bertobat dari berbantah dengan Yang Mahakuasa (Ayub 40:1-4,8; Ayub 42:5-6) dan berdoa bagi teman-temannya yang telah sangat melukai hatinya (Ayub 42:8,10), ia dibebaskan dari pencobaan berat itu dan dipulihkan dua kali lipat (Ayub 42:10); Ayub juga dibenarkan ketika Allah berkata bahwa Ayub telah "berkata benar tentang Aku" (Ayub 42:7). Kehidupan Ayub kemudian hari lebih diberkati daripada sebelum penderitaan itu (Ayub 42:12-17). Sekalipun Allah tidak pernah memberikan pemahaman filosofis kepada Ayub mengenai penyebab penderitaannya, pembaca memperoleh perspektif yang penting ini dari prolog.

Tujuh ciri utama menandai kitab ini.

1. (1) Ayub, penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah, mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian Israel ada (Ayub 1:1).
2. (2) Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
3. (3) Kitab ini menyingkapkan suatu dinamika penting yang beroperasi dalam setiap ujian berat yang dialami orang saleh: sementara Iblis berusaha untuk menghancurkan iman orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman itu dan memperdalamnya. Keteguhan Ayub dalam iman yang sejati memungkinkan maksud Allah menang atas niat Iblis (bd. Yak 5:11).
4. (4) Kitab ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. (5) Sebagian besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh teman-temannya. Mungkin cara berpikir mereka yang salah diulang begitu sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara umat Allah dan yang harus diperbaiki.
6. (6) Peranan Iblis sebagai "penuduh" orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada Iblis dalam PL, 14 kali di antaranya ada dalam kitab ini.
7. (7) Secara dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya diubah oleh penyataan dan bukan informasi (Ayub 42:5-6).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Penebus yang diakui Ayub (Ayub 19:25-27), perantara yang didambakannya (Ayub 9:32-33), dan jawaban kepada semua pertanyaan dan keperluan yang mendalam, semuanya menemui penggenapannya di dalam Yesus Kristus. Yesus sepenuhnya manunggal dengan penderitaan manusia (bd. Ibr 4:15-16; Ibr 5:8) sebagai Penebus, perantara, hikmat, penyembuh, terang, dan hidup yang ditetapkan Allah. Roh nubuat mengenai kedatangan Kristus terungkap paling jelas dalam Ayub 19:25-27. Ayub dua kali disebutkan dalam PB:

1. (1) sebagai sebuah kutipan (Ayub 5:13 dalam 1Kor 3:19), dan
2. (2) sebagai acuan kepada ketabahan Ayub dalam penderitaan dan akibat yang penuh kemurahan dari tindakan Allah dalam hidupnya (Yak 5:11).

Kitab Ayub melukiskan dengan jelas kebenaran PB bahwa ketika orang percaya mengalami penganiayaan atau ujian penderitaan yang berat, mereka harus tetap teguh di dalam iman dan terus mempercayakan diri mereka kepada Dia yang menghakimi dengan adil, sama seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia menderita (bd. 1Pet 2:23). Ayub 1:6--2:10 merupakan gambaran paling jelas mengenai musuh kita sebagaimana dinyatakan dalam 1Pet 5:8-9.

Allah tidak berlaku curang

Perkataan Elihu dilanjutkan. Dia membesarkan/meninggikan kekudusan Allah.

34:1 Elihu menuduh Ayub atas tuduhannya terhadap Allah mengenai ketidakadilan.
34:10 Allah Yang Mahakuasa tidak mungkin curang.
34:31 Manusia harus merendahkan diri dihadapan Allah.
34:34 Elihu menegur Ayub.

Allah tidak berlaku curang (34:1-37)

Allah, Elihu, Ayub, sahabat-sahabat.

Allah, Ayub, Elihu

Adalah aneh dan tidak masuk akal untuk memperbanyak kata-kata keluhan menentang jalan Allah. Koreksi Bapa-Nya adalah bagian dari didikan kita sebagai anak dan kita harus waspada terhadap hati yang memberontak yang hanya mendatangkan lebih banyak penderitaan kepada diri kita sendiri dan cela kepada Allah.

-

Pada pasal 34 dari Kitab Ayub, Elihu memberikan jawaban kepada Ayub dan teman-temannya. Elihu mengajak mereka untuk mendengarkan dengan bijak dan mempertimbangkan apa yang adil dan baik. Elihu menegaskan bahwa Allah tidak akan bertindak secara tidak adil dan Dia akan membalas setiap perbuatan manusia sesuai dengan keadilan-Nya. Elihu juga mengingatkan bahwa Allah adalah Mahakuasa dan mengawasi semua langkah manusia. Dia menegaskan bahwa orang yang berkuasa dan jahat akan dihukum oleh Allah, dan Dia mendengar teriakan orang-orang yang tertindas. Elihu menegaskan bahwa Ayub telah berbicara tanpa pengetahuan dan menambah pelanggaran pada dosanya.

Kitab Ayub adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang terkenal karena menggambarkan penderitaan dan pertanyaan tentang keadilan di dunia ini. Pasal 34 terletak di bagian tengah kitab ini dan merupakan bagian dari dialog antara Ayub dan tiga temannya yang mencoba menjelaskan mengapa Ayub mengalami penderitaan.

Dalam konteks historis, Kitab Ayub diyakini ditulis pada periode setelah kehancuran Bait Suci pertama di Yerusalem, sekitar abad ke-6 SM. Kitab ini menggambarkan kehidupan seorang pria yang kaya dan saleh bernama Ayub, yang diuji oleh Setan dengan kehilangan harta, keluarga, dan kesehatannya.

Dalam konteks budaya, Ayub hidup dalam masyarakat kuno Timur Tengah yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan praktik keagamaan politeistik. Kitab Ayub menantang pandangan tradisional tentang hubungan antara penderitaan dan dosa, serta mengajukan pertanyaan tentang keadilan Allah.

Dalam konteks literatur, Kitab Ayub termasuk dalam genre sastra hikayat atau puisi. Dialog antara Ayub dan teman-temannya mengandung retorika dan argumen yang kompleks, serta penggunaan bahasa metaforis dan simbolis.

Sebelum pasal 34, Ayub telah mengeluhkan penderitaannya kepada Allah dan mencari jawaban tentang mengapa dia harus menderita. Teman-temannya, yang bernama Elifas, Bildad, dan Zofar, mencoba meyakinkan Ayub bahwa penderitaannya adalah akibat dosa yang disembunyikan. Namun, Ayub menolak klaim mereka dan bersikeras bahwa dia tidak bersalah.

Dalam pasal 34, seorang pria muda bernama Elihu muncul dan berbicara kepada Ayub dan teman-temannya. Elihu mengkritik teman-teman Ayub karena tidak memberikan jawaban yang memuaskan dan mengklaim bahwa dia memiliki kebijaksanaan yang diberikan oleh Roh Allah. Elihu menegaskan bahwa Allah adil dan tidak berdosa, dan bahwa penderitaan Ayub mungkin merupakan cara Allah untuk mengajarinya pelajaran.

Secara teologis, pasal 34 menyoroti pertanyaan tentang keadilan Allah dan peran penderitaan dalam kehidupan manusia. Elihu mencoba memberikan perspektif baru tentang penderitaan Ayub, meskipun nantinya dialog ini akan terus berkembang hingga Allah sendiri berbicara kepada Ayub dalam pasal-pasal berikutnya.

Berikut adalah beberapa topik penting dalam Kitab Ayub pasal 34:

1. Elihu menegaskan pentingnya mendengarkan dan mempertimbangkan kata-katanya (Ayub 34:2).
2. Elihu menunjukkan bahwa Ayub telah mengeluh tentang ketidakadilan yang dialaminya (Ayub 34:5-6).
3. Elihu mengingatkan Ayub untuk menjauhkan diri dari kefasikan dan lalim (Ayub 34:10-12).
4. Elihu menyatakan bahwa Allah tidak akan bertindak secara fasik dan tidak akan membengkokkan keadilan (Ayub 34:12).
5. Elihu menekankan bahwa Allah adalah penguasa yang adil dan perkasa (Ayub 34:17-18).
6. Elihu mengatakan bahwa Allah mengawasi semua langkah manusia dan tidak ada tempat bagi pelaku kejahatan untuk menyembunyikan diri (Ayub 34:21-22).
7. Elihu menyatakan bahwa Allah mengetahui perbuatan manusia dan menghukum mereka yang berbuat jahat (Ayub 34:25-26).
8. Elihu mengingatkan Ayub bahwa Allah mendengar teriakan orang miskin dan tertindas (Ayub 34:28).
9. Elihu menekankan pentingnya tidak membiarkan orang fasik memerintah dan menjerat rakyat (Ayub 34:30).
10. Elihu menegaskan bahwa Allah adalah penguasa yang adil dan tidak akan membiarkan orang yang berdosa lolos dari hukuman-Nya (Ayub 34:33-34).

Sumber: Kitab Ayub pasal 34

Orang-orang:
- Elihu: Orang yang menjawab Ayub dan memberikan nasihat kepada orang-orang berhikmat dan berpengetahuan.
- Ayub: Orang yang mengeluhkan bahwa Allah menjauhkan keadilannya dan merasa bahwa lukanya tidak sembuh meskipun tidak ada pelanggaran yang dilakukannya.
- Orang-orang berhikmat: Orang-orang yang diharapkan mendengarkan kata-kata Elihu dan membuka telinga mereka terhadapnya.
- Orang-orang berpengetahuan: Orang-orang yang diharapkan mendengarkan kata-kata Elihu dan membuka telinga mereka terhadapnya.
- Orang-orang jahat: Orang-orang yang Ayub berjalan bersama dan bergaul dengan mereka.
- Orang fasik: Orang-orang yang Ayub berjalan bersama dan bergaul dengan mereka.
- Orang-orang yang berakal budi: Orang-orang yang diharapkan mendengarkan kata-kata Elihu dan menjauh dari kefasikan dan perbuatan lalim.
- Orang-orang yang berkuasa: Orang-orang yang Allah meremukkan tanpa penyelidikan dan digantikan oleh orang-orang lain.
- Orang-orang yang tertindas: Orang-orang yang teriakannya didengar oleh Allah.

Lokasi:
- Tidak ada lokasi yang secara spesifik disebutkan dalam pasal ini.

Berikut adalah analisis dan kata kunci dalam Kitab "Ayub" pasal "34" dari Alkitab:

1. Elihu - Orang yang menjawab Ayub dalam pasal ini.
2. Keadilan - Ayub mengeluh bahwa Allah menjauhkan keadilannya.
3. Kebenaran - Ayub bertanya apakah dia harus berbohong tentang keadilannya.
4. Hujatan - Ayub merasa seperti meminum hujatan seperti air.
5. Persekutuan dengan orang jahat - Ayub dituduh berjalan bersama orang jahat.
6. Allah Yang Mahakuasa - Elihu mengingatkan orang-orang untuk menjauh dari kefasikan dan lalim karena Allah akan membalas setiap perbuatan.
7. Pengertian - Elihu mengajak orang-orang untuk mendengarkan dan memahami perkataannya.
8. Pembesar - Elihu mengingatkan bahwa Allah tidak memandang muka kepada para pembesar dan tidak mengenal yang kaya lebih daripada yang miskin.
9. Mata Allah - Allah mengawasi semua langkah manusia, tidak ada tempat bagi pelaku kejahatan untuk menyembunyikan diri.
10. Teriakan orang miskin - Allah mendengar teriakan orang-orang yang tertindas.
11. Allah yang adil - Elihu mengingatkan bahwa Allah tidak perlu diputuskan oleh manusia dan Dia mengetahui perbuatan setiap orang.
12. Ujian Ayub - Ayub diuji terus-menerus karena dia menjawab seperti orang fasik.

Kata kunci ini mencerminkan tema-tema yang dibahas dalam pasal ini, seperti keadilan, pengertian, dan pengawasan Allah terhadap perbuatan manusia.

Pertanyaan refleksi:
1. Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Elihu dalam menjawab Ayub?
2. Bagaimana Elihu menggambarkan karakter Allah dalam percakapannya dengan Ayub?
3. Apa yang dapat kita pelajari dari pernyataan Ayub tentang keadilan dan penderitaan yang dia alami?
4. Bagaimana pandangan Elihu tentang hubungan antara keadilan dan penderitaan?

Pertanyaan diskusi:
1. Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan Elihu bahwa Allah tidak akan bertindak secara fasik dan tidak akan membengkokkan keadilan?
2. Apa yang dapat kita pelajari dari pernyataan Elihu tentang pentingnya menjauh dari kefasikan dan berbuat adil?
3. Bagaimana pandanganmu tentang pernyataan Elihu bahwa Allah mengetahui perbuatan manusia dan menghukum mereka sesuai dengan perbuatan mereka?
4. Bagaimana kamu memahami pernyataan Elihu bahwa orang fasik tidak boleh memerintah dan menjerat rakyat?
5. Bagaimana kamu menghubungkan pengalaman Ayub dengan pengajaran yang diberikan oleh Elihu?

Hal-hal menarik terkait Kitab Ayub pasal 34:
1. Elihu menekankan pentingnya mendengarkan dan mempertimbangkan kata-katanya dengan bijak.
2. Elihu menggambarkan Allah sebagai Yang Mahakuasa yang adil dan perkasa.
3. Ayub mengeluh bahwa meskipun dia hidup dengan keadilan, Allah menjauhkan keadilan-Nya darinya.
4. Elihu menegaskan bahwa Allah tidak akan bertindak secara fasik dan tidak akan membengkokkan keadilan.
5. Elihu mengkritik Ayub karena menambah pelanggaran pada dosanya dan memperbanyak perkataannya melawan Allah.

Dalam pasal 34 dari Kitab Ayub, terdapat beberapa hal yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam hidup kita:

1. Mendengarkan dengan bijaksana: Elihu mengajak orang-orang berhikmat untuk mendengarkan kata-katanya dengan telinga yang terbuka. Kita juga perlu belajar untuk mendengarkan dengan bijaksana, baik kepada orang lain maupun kepada Firman Tuhan.

2. Mencari keadilan dan kebaikan: Elihu mengajak kita untuk mempertimbangkan apa yang adil dan baik. Dalam hidup kita, kita juga harus berusaha untuk mencari keadilan dan melakukan apa yang baik dalam segala hal.

3. Menjauhi kefasikan dan kejahatan: Elihu menekankan pentingnya menjauhi kefasikan dan kejahatan. Kita harus berusaha untuk hidup dalam kebenaran dan menjauhi segala bentuk kejahatan.

4. Mengakui kebesaran Allah: Elihu mengajak kita untuk mengakui kebesaran Allah dan menghormati-Nya. Kita harus mengakui bahwa Allah adalah adil dan perkasa, dan bahwa Dia adalah Penguasa atas segala sesuatu.

5. Menghargai semua orang: Elihu mengingatkan kita untuk tidak memandang muka kepada para pembesar dan tidak mengenal yang kaya lebih daripada yang miskin. Kita harus menghargai semua orang tanpa memandang status sosial atau kekayaan mereka.

Doa terkait pasal ini dapat mencakup permohonan untuk mendapatkan kebijaksanaan dalam mendengarkan dan memahami Firman Tuhan, permohonan untuk hidup dalam keadilan dan kebaikan, permohonan untuk menjauhi kefasikan dan kejahatan, serta permohonan untuk mengakui kebesaran Allah dan menghargai semua orang.

Doa:
Ya Tuhan, kami bersyukur atas Firman-Mu yang terkandung dalam pasal 34 dari Kitab Ayub. Kami memohon agar Engkau memberikan kami kebijaksanaan dalam mendengarkan dan memahami Firman-Mu. Bantu kami untuk hidup dalam keadilan dan kebaikan, menjauhi kefasikan dan kejahatan. Kuatkan iman kami agar kami dapat mengakui kebesaran-Mu dan menghargai semua orang tanpa memandang status sosial atau kekayaan mereka. Amin.